A

9
A. Pengertian Desentralisasi Pengertian Desentralisasi - Dalam UU Nomor 22 tahun 1999 pasal 1 yang dimaksud dengan desentralisasi adalah : “ Desentralisasi ada penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia “ Definisi Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi dapat diwujudkan dengan pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintahan di bawahnya untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak (taxing power), terbentuknya Dewan yang dipilih oleh rakyat, Kepala Daerah yang dipilih oleh DPRD, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari Pemerintah Pusat. Desentralisasi tidaklah mudah untuk didefinisikan, karena menyangkut berbagai bentuk dan dimensi yang beragam, terutama menyangkut aspek fiskal, politik, perubahan administrasi dan sistem pemerintahan dan pembangunan sosial dan ekonomi. Secara umum, desentralisasi mencakup aspek-aspek politik (political decentralization); administratif (administrative decentralization); fiskal (fiscal decentralization); dan ekonomi (economic or market decentralization). Pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip : Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi di biayai dari dan atas beban APBN. Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD.

description

zszs

Transcript of A

Page 1: A

A. Pengertian Desentralisasi

Pengertian Desentralisasi - Dalam UU Nomor 22 tahun 1999 pasal 1 yang dimaksud dengan desentralisasi adalah : “ Desentralisasi ada penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia “

Definisi Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi dapat diwujudkan dengan pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintahan di bawahnya untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak (taxing power), terbentuknya Dewan yang dipilih oleh rakyat, Kepala Daerah yang dipilih oleh DPRD, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari Pemerintah Pusat.

Desentralisasi tidaklah mudah untuk didefinisikan, karena menyangkut berbagai bentuk dan dimensi yang beragam, terutama menyangkut aspek fiskal, politik, perubahan administrasi dan sistem pemerintahan dan pembangunan sosial dan ekonomi. Secara umum, desentralisasi mencakup aspek-aspek politik (political decentralization); administratif (administrative decentralization); fiskal (fiscal decentralization); dan ekonomi (economic or market decentralization).

Pengaturan hubungan keuangan pusat-daerah didasarkan atas 4 prinsip :

Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi di biayai dari dan atas beban APBN.

Urusan yang merupakan tugas pemerintah daerah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD.

Urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan,dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau pemerintah daerah tingkat atasnyaa beban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan.

Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, pemerintah memberikan sejumlah sumbangan.

Page 2: A

B. Unsur-Unsur Desentralisasi Fiskal

Menurut Mulyana dkk, unsur-unsur yang wajib diperhatikan terhadap desentralisasi fiscal ada:

1. Pendelegasian atau pendistribusian tanggung jawab pengeluaran (the assignment of expenditure responsibility)

Pendelegasian atau pendistribusian tanggung jawab pengeluaran dapat diartikulasikan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah daerah mempunyai hak dan tangggung jawab terhadap pendapatan dan pengeluaran yang di inginkan, tampa harus di setor ke pemerintah pusat. Pemerintah psat dalam hal ini hanya sebagai pengontrol dan pengarah pendelagasian penegeluaran tersebut.

2. Pendistribusian sumber pendapatan / perpajakan (assignment of tax resources),

Pendistribusian Sumber pendapatan / perpajakan merupakan porsi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang dulunya dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Pada era desentralisasi fiskal ini peran pemerintah daerah dalam mengelola perpajakan ataupun pendapatan pendapatan lainnya dapat dikelola sendri, yang sesuai dengan dengan undang-undang berlaku. Unsur ini sangat diharapkan dapat menjadikan kemandirian daerah dalam mengelola keuangannya sendiri dan dapat dipergunakan dengan baik.

3. Transfer antar tingkat pemerintahan (inter-governmental fiscal transfer),

Transfer antar tingkat pemerintahan ini merupakan kebijakan pemerintah pusat dalam mendukung percepatan pertumbuhan daerah, sehingga daerah tiap tahun mendapat suntikan dana dari pusat dalam berbagai hal, dan dana tersebut dapat dikelola dengan baik.

4. Mekanisme pinjaman dan utang (subnational deficit, borrowing, and debt).

Mekanisme pinjam dan utang ini merupakan proses yang dilakukan oleh pemerintah daerah, ketika proses pembangunan dilakukan memiliki kendala devisit anggaran sihingga pemerintah daerah mempunyai jalan dalam mendukung pembangunan tersbut melalui peminjaman agar dapat menutupi kekurangan tersebut

Anggaran dalam hal pinjaman merupakan proses dan wewenang yand dilimpahkan oleh pemerintah pusat dalam mengantisispasi kelemahan atau kekurangan anggaran.

Pembiayaan yg bersumber dari pinjaman harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah sendiri serta stabilitas ekonomi dan moneter nasional.

C. Tujuan Umum Dari Transfer Pusat ke Daerah

Dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang kewenangan pengaturan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kapada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaan pemerintahan daerah dengan baik. Pemberian dana dari Pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat block grant, pada umumnya adalah DAU

Tujuan Umum penyerahan dana dari pusat terhadap daerah adalah:

Page 3: A

1. Mengurangi ketimpangan fiskal secara vertikal

Ketimpangan fiscal yang terjadi dalam suatu pemerintahan atau instansi bawahannya, misalnya Direktorat Jendral kapada Direktorat, Sekretariat Jendral kepada Kepada Biro, Biro kepada Kepala Bagian, dsb.

2. Mengurangi ketimpangan fiskal secara horisontal

Ketimpangan fiskal ini, ketimpangan yang terjadi instansi yang setingkat baik dalam satu instansi maupun dengan instansi lain, dalam lingkungan pemerintah itu sendiri.

Menjaga tercapainya standar pelayanan minimal di seluruh wilayah;

Mengatasi persoalan menyebarnya atau melimpahnya pelayanan publik;

Menciptakan stabilisasi.

D. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. (UU 33/2004).

1. Bagi Hasil Pajak

Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

Pajak Penghasilan Pasal 21 .

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Dengan ditetapkannya UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdapat penambahan jenis pajak (kabupaten/kota) yang baru, yang sebelumnya merupakan pajak pusat dan kabupaten /kota hanya mendapatkan dana bagi hasil pajak terebut. Jenis pajak kabupaten/kota yang baru tersebut, diantaranya adalah :

a. PBB Perdesaan dan Perkotaan (akan dilaksanakan sepenuhnya oleh daerah pada tanggal 1 Januari 2014).

b. BPHTB (dilaksanakan sepenuhnya oleh daerah pada tanggal 1 Januari 2011).

2. Bagi Hasil Sumber Daya Alam

Bagian daerah yang berasal dari penerimaan sumber daya alam, yang terdiri dari: Kehutanan; Pertambangan Umum; Perikanan; Pertambangan Minyak Bumi; Pertambangan Gas Bumi; dan Pertambangan Panas Bumi.

E. Dana Alokasi Umum (DAU)

Page 4: A

UU No.33/2004 è DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah (equalization grant) untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

DAU è dalam bentuk block grant

DAU è mempertimbangkan kebutuhan dan kapasitas daerah

DAU è Sekurang-kurangnya 26% PDN Netto (Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan).

Dana Alokasi Umum selain dimaksudkan untuk pembantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi Kesenjangan pendanaan antar Pemerintah Daerah.

Dana ini juga bertujuan agar pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yg mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.

F. Proses Penganggaran Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Proses Penganggarana dalam pengelolaan daerah di kelompokkan dalam tiga bagian, di antaranya:

Anggaran merupakan alat perencanaan manajerial dalam bentuk keuangan. (Mulyasari dan Sugiri, 2004: 439).

Anggaran merupakan ungkapan kuantitatif yang normal tentang rencana manajemen. (Horngren, 1996: 188).

Anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial. (Mardiasmo, 2002:61).

Proses ini sedikit tidak sesuai dengan era desentralisasi dimana peran masyarakat dalam proses penyusunan anggaran (Buggeting) hanya sampai pada proses penyusunan pembangunan sedangkan untuk penyususnan anggaran hanya dilaksanakan oleh eksekutif bersama legislates saja, disini dapat kita lihat bahwa masih ada kelemahan dari desentralisasi yang masih setengah hati.

Idealnya peran masyakat dalam proses pengangaran dan pengelolaan keuangan daerah melalui musrembang dapat dilihat langsung oleh masyarakat, sehingga transparansi pemerintah lebih terjamin. Dan paling tidak dengan konsep seperti ini dapat meminimalisir kendala-kendala yang pemrintah hadapi dalam proses negosisasi politik pengangagaran tersebut.

Musrembang yang dilakukan selama ini hanya mengangkat proses arah pembangunan yang diharapkan, namun sering terjadi pada saat pembangunan itu dilakukan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat yang sebabkan peran masyarakat dalam control hanya sebatas pembangunan dan tidak pada proses penganggaran maupun pelaksanaan kegiatan.

G. Fungsi Anggaran

Fungsi anggaran menurut Mardiasmo di bagi atas enam bagian yang harus dijalankan oleh pemerintah, di anataranya:

Page 5: A

Anggaran sebagai alat perencana (Planing Tool).

Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool).

Anggaran sebagai alat kebijakan.

Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi.

Anggaran sebagai alat penilaian kinerja.

Anggaran sebagai alat motivasi.

Sedangkan fungsi anggaran menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara:

Fungsi otorisasi: Mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi perencanaan: Mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan: Mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Transparansi Dan Partisipasi Publik Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Di dalam proses pembangunan sangat diperlukan adanya partisipasi dari masyaratakat, hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Oakley (1991 :14), yang berpendapat bahwa “Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan.

Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”.

Sejalan dengan teori tentang partisipasi publik tersebut dan untuk memenuhi asas keterbukaan , pada tataran praktis, partisipasi masyarakat secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan (DPRD), dalam pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejak penyusunan dokumen perencanaan, penyusunan APBD, pelaksanaan APBD hingga pertanggungjawaban APBD.

1. Penyusunan Dokumen Perencanaan

Partisipasi publik dalam perencanaan pembangunan daerah disalurkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan dalam penyusunan RPJPD, RPJMD dan RKPD, yang dilaksanakan secara berjenjang, yaitu :

pelaksanaan musrenbang kabupaten/kota

pelaksanaan musrenbang kecamatan

pelaksanaan musrenbang desa/kelurahan

Penyusunan APBD

Raperda tentang APBD, sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat.

Page 6: A

Setelah APBD ditetapkan dalam Perda, maka Kepala Daerah wajib menginformasikan substansi Perda tentang APBD tersebut kepada masyarakat.

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah juga berkewajiban untuk menyampaikan laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan.

DPRD melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksana melaksanakan program pembangunan daerah

Sehingga dalam proses pelaksanaan APBD, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam rangka pengawasan dan memberikan koreksi, masukan serta saran perbaikan secara langsung kepada Pemerintah Daerah, serta melalui saluran atau media yang tersedia seperti surat warga dalam media cetak, elektronik dan website Pemerintah Daerah. Selain itu partisipasi masyarakat tersebut juga dapat disalurkan melalui lembaga perwakilan (DPRD).

Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah berkewajiban menyampaikan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan (APBD), dengan menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah,

Selain menyusun laporan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, maka Pemerintah Daerah juga berkewajiban untuk menyusun dan menyampaikan :

- Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah (Menteri Dalam Negeri).

- Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

- Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILLPD) kepada Masyarakat melalui media cetak dan/atau media elektronik.

Masalah Tranfaransi dan partisipasi public, memiliki sedikit klarifikasi yang masih menonjol pada saat proses penegelolaan keungan daerah dimana kelemahan birokrasi dapat membuka peluang terhadap aksi-aksi korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, biarpun dalam hal pengawasan pemerintah berbagai hal dilakukan, tetapi pada aplikasinya kelemahan tersebut tetap dimanfaatkan oleh para orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut yang menglabui uang-uang yang merupakan hak publik.

Transparansi dan pastisipasi publik dalam pengelolaan keuangan daerah merupakan wujud dari demokratisasi anggaran yang berpihak pada kebutuhan masyarakat. dalam hal ini fungsi perintah sebagai pelayanan publik dapat juga melaksanan perannya dengan baik dan benar-benar bertumpu pada keinginan rakyat banyak dan juga dapat meningkatkan peran daerah dalam pembangunan yang lebih bermartabat.

Page 7: A

Pendekatan dalam pembagian urusan pemerintah dengan pertimbangan bahwa tingkat pemerintah daerah yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintah yang lebih langsung atau dekat dengan dampat atau akibat dari urusan yang ditangani. Dengan demikian, akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan pemerintah daerah kepada masyarakat akan lebih terjamin.