A

6
A. Perawatan Induk Calon induk ataupun yang akan dikawinkan dari hasil seleksi yang telah dilakukan harus disediakan tempat khusus yaitu kolam pemeliharaan induk. Kolam tersebut berfungsi mempercepat proses kematanagn gonad, penyimpanan induk-induk yang telah dikawinkan dan mempermudah pengawasan sehari-hari. Lazimnya klam pemeliharaan induk terdiri dari 2 buah, satu kolam induk jantan dan kolam lainnya untuk induk betina. Usahakan sistem pengairannya secara paralel. Kolam jantan dan kolam betina masing-masing memiliki pintu air pemasukan sendiri-sendiri. Jika tidakdapat (terpaksa) sistem pengairan boleh seri, dengan catatan induk betina harus diletakkan diatas dan induk jantan dibawah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perkawinan sendiri karena induk betina gampang terangsang oleh bau sperma jantan yang keluar tanpa disengaja mengikuti arus air (Santoso, 1993). Menurut Santoso (1993), banyaknya induk yang dapat dipelihara per satuan luas kolam tergantung dari kondisi kolam, makanan dan sistem pengairannya. Sebagai patokan seekort induk ikan mas seberat 1 kg memerlukan ruang dikolam seluas 5 m2. Namun demikian apabila sistem pengairannya sangat baik (debit air cukup deras) jumlah (kg) dapat lebih banyak yaitu antara 1-4 kg/m2 (atmadja hardjamulia, 1978). Selain padat penebaran, faktor lain yang mendukung pematangan gonad adalah suhu air dan makanan. Sedapat-dapatnya suhu air disesuaikan dengan kemampuan pertumbuhan ika mas yakni 250C, makanan bergizi berkadar protein tinggi 25% misalnya pelet, diberikan secara 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-4% dari bobot ikan seluruhnya (Santoso, 1993). B. Persiapan Wadah Menurut Susanto (2006), sebelum pemijahan biasanya kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun bila matahari sering tertutup awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan 5-7 hari. Penjemuran untuk kolam ikan mas ini mutlak harus dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau ampo atau sangit sehingga begitu dialiri air baru ikan terangsang untuk memijah. Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran atau monik diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu pemasukan air. Kemudian kakaban dipasang

Transcript of A

A. Perawatan Induk Calon induk ataupun yang akan dikawinkan dari hasil seleksi yang telah dilakukan harus disediakan tempat khusus yaitu kolam pemeliharaan induk. Kolam tersebut berfungsi mempercepat proses kematanagn gonad, penyimpanan induk-induk yang telah dikawinkan dan mempermudah pengawasan sehari-hari. Lazimnya klam pemeliharaan induk terdiri dari 2 buah, satu kolam induk jantan dan kolam lainnya untuk induk betina. Usahakan sistem pengairannya secara paralel. Kolam jantan dan kolam betina masing-masing memiliki pintu air pemasukan sendiri-sendiri. Jika tidakdapat (terpaksa) sistem pengairan boleh seri, dengan catatan induk betina harus diletakkan diatas dan induk jantan dibawah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perkawinan sendiri karena induk betina gampang terangsang oleh bau sperma jantan yang keluar tanpa disengaja mengikuti arus air (Santoso, 1993). Menurut Santoso (1993), banyaknya induk yang dapat dipelihara per satuan luas kolam tergantung dari kondisi kolam, makanan dan sistem pengairannya. Sebagai patokan seekort induk ikan mas seberat 1 kg memerlukan ruang dikolam seluas 5 m2. Namun demikian apabila sistem pengairannya sangat baik (debit air cukup deras) jumlah (kg) dapat lebih banyak yaitu antara 1-4 kg/m2 (atmadja hardjamulia, 1978). Selain padat penebaran, faktor lain yang mendukung pematangan gonad adalah suhu air dan makanan. Sedapat-dapatnya suhu air disesuaikan dengan kemampuan pertumbuhan ika mas yakni 250C, makanan bergizi berkadar protein tinggi 25% misalnya pelet, diberikan secara 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-4% dari bobot ikan seluruhnya (Santoso, 1993). B. Persiapan Wadah Menurut Susanto (2006), sebelum pemijahan biasanya kolam dikeringkan dan dijemur selama 2-3 hari bila panasnya terik. Namun bila matahari sering tertutup awan, lamanya penjemuran kolam ini harus ditambahkan 5-7 hari. Penjemuran untuk kolam ikan mas ini mutlak harus dilakukan. Dengan cara ini, akan timbul bau ampo atau sangit sehingga begitu dialiri air baru ikan terangsang untuk memijah. Setelah kolam dijemur, air dimasukkan ke dalam kolam dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu pemasukan. Pintu pengeluaran atau monik diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air konstan, 75 cm di pintu pemasukan air. Kemudian kakaban dipasang diatas sebatang bambu yang utuh agar dapat terapung. Kakaban ini terbuat dari ijuk yang halus direntang sedemikian rupa sehingga lebarnya 40 cm. Panjang kakaban ini biasanya berkisar 1,5 2 meter. Kakaban dijepit dan dipaku pada bilah bambu (Susanto, 2006) C. Seleksi Induk Induk-induk yang sudah baik dan matang kelamin merupakan salah satu syarat mutlak bagi keberhasilan pembenihan ikan mas ini. Untuk mengetahui induk-induk yang telah siap dikawinkan dari sekumpulan induk yang telah terpilih, dapat melihat tanda-tanda dari perubahan tubuhnya maupun dengan cara diraba. Induk betina yang telah siap dikawinkan ditandai dengan perutnya yang membengkak dari muka ke arah belakang, mulai bagian atas atau urogenitalnya. Sementara induk jantan yang sudah siap dikawinkan bila sudah mencapai umurnya. Untuk memastikan dan mengurangi resiko kegagalan dalam pemijahan, induk jantan dapat di urut bagian perutnya ke arah belakang untuk memastikan kematangan gonadnya. Induk jantan yang benar-benar sudah siap akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih mirip santan (Susanto, 2006). Menurut Susanto (2006), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk memastikan baik buruknya seekor indukan ikan mas untuk dipijahkan. Kriteria induk yang baik tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Ciri induk yang berkualitas No. Jantan Betina 1 Umur sekitar 1,5-3 tahun Umur sekitar 1,5-3 tahun 2 Tidak sakit ataupun ada cacat pada bagian badan maupun sirip-siripnya Tidak sakit ataupun ada cacat pada bagian badan maupun sirip-siripnya 3 Sisik besar, teratur susunannya, dan cerah Sisik besar, teratur susunannya, dan cerah 4 Pangkal ekornya normal, artinya perbandingan panjang pangkal ekor (Caudal penducle) lebih panjang dari lebarnya Pangkal ekornya normal, artinya perbandingan panjang pangkal ekor (Caudal penducle) lebih panjang dari lebarnya 5 Bentuk kepala ikan mas yang baik lebih kecil dibanding dengan badannya. Panjang badan minimal 3 kali panjang kepalanya Bentuk kepala ikan mas yang baik lebih kecil dibanding dengan badannya. Panjang badan minimal 3 kali panjang kepalanya 6 Tulang rahang normal dan tidak melengkung atau memendek Tulang rahang normal dan tidak melengkung atau memendek 7 Pada kedua belah sudut bibir atas masing-masing mempunyai dua buah sungut Pada kedua belah sudut bibir atas masing-masing mempunyai dua buah sungut 8 Kerongkongannya tidak cacat bila tutup insang dibuka Kerongkongannya tidak cacat bila tutup insang dibuka 9 Tutup insang tidak boleh terlalu mengembang keluar Tutup insang tidak boleh terlalu mengembang keluar 10 Gerakannya tangkas dan gesit -

Menurut Santoso (1993), adapun ciri-ciri induk jantan ataupun induk betina yang sudah matang kelamin ialah dapat dilihat dari tabel 2 berikut. Tabel 2. Ciri-ciri induk yang sudah matang kelamin No Jantan Betina 1 Badan tampak ramping atau langsing Badan terutama bagian perut membesar atau buncit, bila diraba terasa lembek 2 Gerakan lincah dan gesit Gerakkannya lamban, memberi kesan malas bergerak 3 Jika bagian perut diurut perlahan-lahan dari depan kearah sirip ekor akan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) seperti santan kelapa Jika perut diurut akan mengeluarkan cairan berwarna kuning 4 - Pada malam hari biasanya melompat-lompat

D. Teknik Pemijahan ikan mas Ada beberapa cara atau teknik pemijahan ikan mas yang bisa dilakukan yaitu pemijahan alami (tradisional), pemijahan secara semi buatan (induce spawning) dan pemijahan buaan (induce breeding). Pemijahan Kawin suntik atau semi buatan menurut Mahyuddin (2010), pemijahan secara semi buatan (inducespawning), induk ikan mas jantan maupun betina disuntik dengan menggunakan hormon perangsang untuk pematangan dan ovulasi sel telur. Induk ikan mas yang sudah disuntik kemudian dimasukan kedalam bak atau wadah pemijahan yang dilengkapi kakaban dan dibiarkan memecah sendiri. Hormon perangsang dapat berupa ovaprim, ekstra kelenjar hipofisa. Dosis hormon yang digunakan sekiar 0,2-0,3 ml/kg, tergantung tingkat kematangan gonat induk yang akan disuntik. Cara penyuntikan dapat dilakukan seperi pada jenis ikan lain, namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyuntik. Diantaranya adalah jarum suntik yang digunakan biasanya berukuran 18mm. Selain itu, dosis penyuntikan pertama dosisi dan penyuntikan kedua 1 dosis untuk induk betina dengan selang waktu 4-6 jam. Untuk induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dan waktu bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina (Susanto, 2002). Setelah cairan hormon disuntikan 2 kali, biasanya dalam tempo 6 jam inuk akanterangsang melakukan pemijahan. Pemijahan induce spawning dapat dilakukan dalam bak (Santoso, 1993).

E. Penetasan telur Sifat telur ikan mas adalah menempel pada subtrat, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening berdiameter 1,5-1,8 mm dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung pada umur dan ukuran atau bobot induk. Telur yang telah terbuahi oleh sperma akan tumbuh menjadi embrio dan dua hingga tiga hari kemudian telur-telur menetas menjadi larva (Partosuwiryo dan Warseno, 2011). Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011). Telur-telur hasil pemijahan dirawat hingga menetas, kegiatan ini dilakukan selama 2-3 hari tergantung pada suhu air. Pada suhu 23-260C telur ikan mas akan menetas dalam dua hari (rata-rata 24 jam), sedangkan pada suhu 27-300C telur menetas dalam tiga hari (rata-rata 72 jam). Menurut Susanto (2002), seekor induk ikan mas dengan berat 1 kg akan menghasilkan benih antara 50.000-150.000 ekor dengan ukuran 2-3 cm. F. Perawatan larva Larva yang baru menetas dibiarkan terlebih dahulu selama dua hari, dengan tujuan agar kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu larva tidak membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Cadangan makanan ini akan habis dalam waktu 2-4 hari. Setelah kuning telur habis, larva memerlukan pakan dari luar yang sesuai dengan bukaan mulutnya (Partosuwiryo dan Warseno, 2011). Pemberian pakan pada larva harus disesuaikan dengan sistem pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering, atau setidaknya pakan diberikan paling sedikit enam kali dalam sehari semalam. Larva ikan mas bergerak vertikal, pada awalnya ukuran larva 0,5-0,6 mm dengan bobot 18-20 mg. Setelah itu larva menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini ikan mas memerlukan pasokan pakan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari Zooplankton, seperti Brachionus sp, Moina sp, dan Daphnia sp. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dengan bobot 0,2-0,5 gr. Dua hingga tiga minggu kemudian burayak tumbuh menjadi benih yang berukuran 3-5 cm dengan bobot minimal 3 gr (Partosuwiryo dan Warseno, 2011) G. Pendederan Menurut Khairuman dan Amri (2011), pendederan meliputi kegiatan pemeliharaan benih berukuran 1-3 cm yang berasal dari kegiatan pembenihan. Benih ini dipelihara hingga berukuran 3-5 cm atau 5-8 cm. Pendederan ini dilakukan selama tiga minggu dan dilanjutkan pada pendederan II yang juga dilakukan selama tiga minggu. Pendederan dapat dilakukan pada kolam tembok yang dasarnya tanah atau kolam tanah seluruhnya. Menurut Khairuman dan Amri (2011), pada pendederan I, pakan yang diberikan berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami dapat ditumbuhkan dikolam dengan meningkatkan kesuburan berupa pemupukan dengan kotoran ayam sebanyak 250-500 gr/m. , TSP dan urea masing-masing 8-10 gr/m. Sementara itu pakan tambahan yang diberikan berupa pelet dan bentuk tepung pelet yang dibasahi air. Pemberian pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore sebanyak 3-5% per hari dari total bobot benih yang dipelihara. Agar pemberian pakan tambahan lebih efektif dan efesien, pemberian pakan sebaiknya terpusat pada satu atau dua tempat saja (untuk pendederan II). H. Pemanenan Benih Pemanenan diakukan setelah masa pemeliharaan berakhir, cara pemanenan benih ialah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yakni dengan membuka papan monik satu demi satu. Mula-mula saringan dipasang didepan piontu pengeluaran (monik), buka papan monik paling atas dan biarkan airnya terbuang. Sambil menunggu surut benih dapat mulai dipanen sedikit demi sedikit menggunakan waring, masukan benih kedalam ember kemudian tampung benih dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Apabila airnya sudah surut lagi buka papan terakhir dan benih langsung dipanen sampai habis (Partosuwiryo dan Warseno, 2011). Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011), benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama satu malam agar kondisi tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk kedalam kolam penyimpanan hapa harus bersih agar tidak mengotori air dalam hapa. Apabila kondisi kurang aman, sebaiknya benih dipindah kedalam bak atau hapa. Apabila kondisi kurang aman, sebaiknya benih dipindah kedalam bak atau hapa lain yang dipasang ditempat yang terjamin keamanannya, misal didalam ruangan. Menurut Partosuwiryo dan Warseno (2011) ukuran benih ikan mas yang baru saja dipanen dari sebuah kolam umumnya tidak seragam, ada dua hingga tiga ukuran yaitu besar, sedang, dan kecil. Ketidakseragaman itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. 1. Kecepatan pertumbuhan setiap benih tidak sama, tergantung pada sifat genetika induknya. 2. Perbedaan jenis kelamin, ikan mas jantam tumbuh lebih cepat dari pada ikan mas betina. 3. Ketidakseragaman ukuran benih saat penebaran. Untuk itu sebelum benih di pasarkan, terlebih dahulu diseleksi berdasarkan ukurannya.