A08aar

155
PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng) Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH A3420138 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Transcript of A08aar

Page 1: A08aar

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL

(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)

Oleh : ANGGA ARDIYANSYAH

A3420138

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: A08aar

RINGKASAN

ANGGA ARDIYANSYAH. Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol.

Studi Kasus Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng. Di bawah bimbingan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.

Kegiatan pengawasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam

pelaksanaan proyek lanskap agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan profesionalitas kerja

dibidang arsitektur lanskap. Tujuan kegiatan magang ini adalah untuk

meningkatkan wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman

dalam pengawasan pelaksanaan proyek, khususnya proyek lanskap jalan tol.

Kegiatan magang ini dilaksanakan dalam sebuah proyek penataan

lanskap jalan tol pada ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) dengan cara

berpartisipasi aktif sebagai seorang Landscape Inspector (LI) pada sebuah

konsultan PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK), baik dalam kegiatan pengawasan

lapang maupun kegiatan administratif. Pelaksanaan konstruksi lanskap

dilaksanakan oleh PT. Sinar Kemala (SK) dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah

Flora (BIF). Lokasi pelaksanaan pekerjaan penanaman terletak pada tiga lokasi

berbeda, yaitu lanskap jalan tol ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km, lanskap

ruas Jagorawi sepanjang 2,8 km dan nurseri Cipinang. Pekerjaan magang

dimulai pada bulan November 2007 hingga Februari 2008 didalam masa

pekerjaan penanaman.

Manajemen proyek yang dimaksudkan dalam kegiatan magang

mencakup pengertian proyek dan bagaimana sebuah proyek dijalankan,

terutama pada pengaturan dan pengorganisasian sumber daya. Sumber daya

dalam pelaksanaan proyek mencakup sumberdaya manusia dan modal. Kedua

sumberdaya tersebut diorganisasikan ke dalam sebuah kegiatan manajemen

yang mencakup kegiatan manejemen waktu, kualitas, perubahan, resiko dan

masalah serta manajemen komunikasi dalam menghasilkan pelayanan jasa

konsultasi yang baik kepada PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC yang

berperan sebagai pihak pemberi kerja.

Dalam pekerjaan pengawasan, kegiatan pertama yang dilaksanakan

adalah dilaksanakannya pekerjaan pendahuluan berupa pemeriksaan terhadap

dokumen kerja atau kontrak yang digunakan. Pemeriksaan tersebut mencakup

Page 3: A08aar

pemeriksaan aspek legal kontrak, konsep disain serta gambar kerja (shop

drawings). Dalam kegiatan dihasilkan sejumlah koreksi terhadap kesalahan atau

kekeliruan yang ada dalam masing-masing dokumen. Kesalahan yang terdapat

dalam dokumen kontrak mencakup ketidaklengkapan persyaratan administrasi,

kesalahan notasi gambar kerja dan kesalahan perhitungan dalam dokumen

kuantitas dan kualitas barang (Bill of Quantity).

Setelah koreksi dilakukan, tahap selanjutnya adalah pengawasan

terhadap pelaksanaan lapangan agar menghasilkan kualitas produk pekerjaan

sesuai dengan keinginan pemberi kerja. Pengawasan dilakukan terhadap

pekerjaan persiapan, revitalisasi nurseri Cipinang, pekerjaan penanaman dan

ruang terbuka gerbang tol. Kegiatan yand dilaksanakan selama pekerjaan

persiapan mencakup kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengadaan kantor

dan gudang lapang, pengadaan tempat penampungan tanaman sementara,

pengadaaan keamanan dan keselamatan kerja, kegiatan pengaturan lalu lintas,

pengadaan alat bantu kerja, kegiatan pembersihan lahan, pekerjaan pematokan

lubang tanam dan pengadaan penyangga bambu.

Pengawasan pekerjaan penanaman dibagi kedalam dua daerah kerja,

yaitu penanaman pada lanskap ruas jalan tol Cengkareng dan lanskap ruas jalan

tol Jagorawi. Berdasarkan jumlah dan kategori, tanaman yang digunakan terdiri

atas tanaman semak sebesar 95 %, pohon 1,97 %, perdu 1,55 %, rumput 1,18 %

dan palm sebesar 0,38 %. Sedangkan berdasarkan bobot penanaman terhadap

penyelesaian proyek yaitu semak 35,32 % , pohon 33,75 %, palm 26, 97 %,

perdu 3,11 %, dan rumput 0,99 %. Pengawasan penataan ruang terbuka

gerbang tol merupakan pengawasan terhadap pekerjaan instalasi pot pada

gerbang Prof. Dr. Sedyatmo dan gerbang tol Cililitan. Tanaman yang digunakan

dalam penataan gerbang tol adalah pandan bali (Pandanus sp.), bunga kertas

(Bougenvillea glabra.), lili bakung (Hymenocalis speciosa) dan lantana (Lantana

cammara). Sedangkan pengawasan revitalisasi nurseri Cipinang mencakup

pengawasan pembersihan lahan, instalasi paranet dan tiang penyangga,

pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi, pengadaan titik air, pemangkasan pohon

eksisting dan pembuatan lubang pengolahan kompos.

Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan dilakukan terhadap kualitas dan

kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu

pekerjaan atau produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap

kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah dan volume pekerjaan.

Page 4: A08aar

Pemeriksaan terhadap kuantitas dilakukan melalui pencacahan alat dan bahan

yang digunakan pada masing-masing pekerjaan, sedangkan pengawasan

terhadap kualitas pekerjaan dilakukan melalui kegiatan seleksi berdasarkan

standar mutu masing-masing jenis pekerjaan. Hasil dari kegiatan pengawasan

secara keseluruhan terangkum dalam lembar rencana dan realisasi proyek serta

lembar dokumen perubahan kerja.

Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap

penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Dalam pekerjaan

ini, kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot

realiasi pekerjaan 100 %. Diakhir masa pekerjaan penanaman, kontraktor masih

memiliki nilai minus terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut,

realisasi pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga

selalu berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal

tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan

kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Selain itu, juga terdapat

sejumlah masalah yang berkenaan dengan teknis pelaksanaan di lapangan.

Masalah tersebut mencakup penentuan titik tanam, ketidaksesuaian ukuran

lubang, pengadaan tanah urugan dan hingga perawatan tanaman pasca-tanam.

Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan

penyelesaian pekerjaan, diperlukan pengadopsian metodologi proyek dengan

perencanaan kerja mendetil. Hal tersebut kemudian dilengkapi dengan

pengorganisasian anggota dengan baik. Sedangkan untuk mengatasi

permasalahan ketidaktepatan kualitas produk pekerjaan, diperlukan adanya

itikad baik masing-masing stake holder mulai dari proses perencanaan hingga

penutupan proyek.

Page 5: A08aar

PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL

(Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ANGGA ARDIYANSYAH A34201038

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 6: A08aar

LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. NIP 131 578 796

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 130 422 698

Tanggal lulus: …………………..

Judul : PENGAWASAN PEKERJAAN PENATAAN LANSKAP JALAN TOL (Studi Kasus Lanskap Jalan Tol Cawang – Tomang – Cengkareng)

Nama : ANGGA ARDIYANSYAH NRP : A34201038

Page 7: A08aar

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan

magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah kepada rasul Allah yang paling mulia Baginda Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang setia hingga akhir masa.

Skripsi ini berjudul “Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol (Studi Kasus Jalan Tol Cawang-Tomang-Cengkareng)” merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian dari Program Studi

Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Dalam kesempatan ini

penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir.

Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc. selaku dosen pembimbing studi yang

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas

selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dan Bapakku, A Fikar dan istri, Doni, Niko, dan seluruh keluarga yang

telah memberi dukungan secara moral, material, doa, dan nasihat serta

semua pengorbanannya,

2. Omah, Mas Iya, Mba Ida, Mba Indri dan Mba Hera beserta suami di Bekasi,

Om Mumuh dan Bi Euis yang ada di Majalengka, serta Om Didi dan Bi Tuti

yang selalu memberikan dukungannya tanpa kenal lelah,

3. Bapak Ir. Soeliantoro selaku Direktur PT. Buetari Nusa Kreasi yang telah

menerima dan mengizinkan penulis untuk melangsungkan praktek. Bapak Ir.

Soedirmanto untuk kesempatan, bimbingan dan arahannya selama magang.

Bapak Ir. Khairul Tanjung dan Istri atas saran, bimbingan dan dorongannya,

baik secara profesi maupun pribadi.

4. Mas Munawir, Yames Sumitra, Kang Asep dan Mas Aris sebagai rekan kerja

yang sangat baik sepanjang pekerjaan,

5. Bapak Subari, Bapak Pudjo, Bapak Dede, Bapak Sugianto dan seluruh

Satgas Pemeliharaan maupun pihak PT Sinar Kemala selaku Kontraktor

Pelaksana yang telah memberikan bantuannya baik secara langsung

maupun secara tidak langsung kepada penulis,

Page 8: A08aar

6. Imam, Dudi Fahutan (rasa terimakasih yang sebesar-besarnya), Gin gin,

Jupree, Yayat, Asril, Asbok, Icha, Hijrah, Iffa dan teman-teman lanskap

lainnya yang selalu memberi semangat kepada penulis.

7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Juga semoga apa

yang telah kita lakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin Yaa

Rabbal’alamiin

Bogor, Juni 2008

Penulis

Page 9: A08aar

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1983, di Bogor, Jawa Barat.

Penulis merupakan anak ke dua dari empat orang bersaudara pasangan Ahmad

Firmansyah Rasyid dan Ika Rifka Tisna.

Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di TK Anggraeni pada tahun

1987, kampung Ciomas, Bogor. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan

pendidikan sekolah dasar di SD Rimba Putra Madya Bogor. Pada tahun 1995

penulis melanjutkan studi di SLTPN 6 Bogor, dan kemudian pada tahun 1998

melanjutkan ke SMUN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang

sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap,

Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa studi,

penulis pernah berperan sebagai anggota perencanaan rest area tol Palimanan-

Kanci, sebagai Lanskap Inspector (LI) pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol

Cawang-Tomang-Cengkareng dan freelance ilustrator.

Page 10: A08aar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2. Tujuan Magang ........................................................................................... 3

1.2.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 3 1.2.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 3

1.3. Kegunaan Magang ....................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan ............................................................................................................. 4 2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia ........................................................................ 4 2.3. Jalan Tol ....................................................................................................... 5 2.4. Lanskap Jalan .............................................................................................. 6 2.5. Proyek .......................................................................................................... 8 2.6. Manajemen Proyek ................................................................................... 10 2.7. Pelayanan Jasa Konsultasi ........................................................................ 11

III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Magang ......................................................................... 13 3.2. Kerangka Kerja ........................................................................................... 14 3.3. Metode Pelaksanaan Magang .................................................................... 16

3.3.1. Persiapan ......................................................................................... 16 3.3.2. Pekerjaan Pengawasan ................................................................... 16

3.3.3. Pengumpulan Data ........................................................................... 17 3.3.4. Analisis ............................................................................................. 18 3.3.5. Perumusan Solusi ............................................................................ 18 3.4. Batasan Studi ............................................................................................. 18

IV. ORGANISASI PROYEK

4.1. PT Beutari Nusa Kreasi (BNK) ................................................................... 19 4.2. PT Jasa Marga (Persero), Tbk

cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) ............................................ 19 4.3. Organisasi Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol ................................... 20

4.3.1. Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk ............................................. 20 4.3.2. Konsultan Perencana ....................................................................... 21 4.3.3. Konsultan Pengawas ........................................................................ 21 4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap .......................................... 23

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK

5.1. Manajemen Waktu ..................................................................................... 26

Page 11: A08aar

5.2. Manajemen Kualitas ................................................................................... 26 5.3. Manajemen Perubahan .............................................................................. 27 5.4. Manajemen Resiko ..................................................................................... 27 5.5. Manajemen Masalah/Kendala .................................................................... 28 5.6. Manajemen Komunikasi ............................................................................. 28

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

6.1. Pekerjaan Pendahuluan ............................................................................. 31 6.1.1. Pemeriksaan Aspek Legal Kontrak .................................................. 32 6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan ............ 33

6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Kerja Non-Penanaman ................... 33 6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Kerja Penanaman ........................... 34

6.1.3. Pemeriksaan Disain .......................................................................... 42 6.1.3.1. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Cengkareng ..................... 44

6.1.3.1.1. Konsep Areal Gerbang Bandara .............................. 45 6.1.3.1.2. Konsep Areal Median dan Bahu Jalan ..................... 45

6.1.3.2. Konsep Lanskap Ruas Jalan Tol Jagorawi .......................... 46 6.1.3.2.1. Konsep Areal Gerbang Tol ...................................... 47 6.1.3.2.2. Konsep Areal Kantor Cabang .................................. 48 6.1.3.2.3. Konsep Areal Bahu Jalan ........................................ 48 6.1.3.2.4. Konsep Penataan Areal Median Jalan ..................... 49 6.1.3.2.5. Konsep Welcome Area Nurseri ................................ 49

6.1.4. Pemeriksaan (Review) Gambar Kerja .............................................. 50 6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan ............................................................ 55

6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor ............................................ 55 6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan ...................................... 57 6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (Nurseri) Sementara ............. 58 6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja ............................. 59 6.2.5. Pengaturan Lalu Lintas ..................................................................... 60 6.2.6. Pengadaan Foto Proyek ................................................................... 61 6.2.6. Pengadaan Alat Bantu Kerja ............................................................ 61 6.2.7. Pembersihan Lahan Penanaman ..................................................... 61 6.2.8. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam ............................................ 62 6.2.9. Pengadaan Steger Bambu ............................................................... 63

6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri .............................................. 64 6.3.1. Pembersihan Lahan ......................................................................... 65 6.3.2. Instalasi Paranet dan Tiang Penyangga ........................................... 65 6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi ............................................................ 66 6.3.4. Pengadaan Titik Air ......................................................................... 67 6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting ........................................................ 67 6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah .......................................... 68

6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman ......................................................... 69 6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman ................................... 69 6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman ........................................................ 71 6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam ............................................................... 73 6.4.4. Metode Penanaman ......................................................................... 76

Page 12: A08aar

6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras ............................................... 76 6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak ............................................... 78

6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam ...................................................................... 80 6.5.1. Pemupukan ...................................................................................... 80 6.5.2. Penjarangan ..................................................................................... 80 6.5.3. Penyiraman ...................................................................................... 80 6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan .......................................................... 83 6.5.5. Penyiangan/Pendangiran ................................................................. 83 6.5.6. Pemupukan Awal .............................................................................. 84

6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol ......................................................... 85 6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman ............................................................. 85 6.6.2. Mekansime Pekerjaan Pemasangan Pot ......................................... 86

6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas .............................................. 87 6.7.1. Penyusunan Materi Rapat ................................................................ 87 6.7.2. Penerbitan Surat Resmi ................................................................... 88 6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas ...................... 89

VII. PEMBAHASAN

7.1. Manajemen Proyek .................................................................................... 90 7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis ............................................................. 93 7.2. Peran Pengawasan .................................................................................... 97

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan .................................................................................................... 98 8.2. Saran .......................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 100

LAMPIRAN ..................................................................................................... 102  

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: A08aar

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas ......................................................... 15

2. Alokasi waktu pekerjaan magang ..................................................................... 15

3. Jenis, sumber dan cara pengambilan data ..................................................... 17

4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga ............................... 20

5. Susunan anggota konsultan pengawas dan lingkup pekerjaannya .................. 22

6. Kontraktor dan sub-kontraktor pekerjaan lanskap CTC .................................. 23

7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC ........... 30

8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor) ............................................. 31

9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas ...................................................... 33

10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan penanaman .. 35

11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan

tol ruas Cengkareng .......................................................................................... 38

12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan

tol ruas Jagorawi .............................................................................................. 39

13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja .................................... 43

14. Ringkasan pemeriksaan gambar rencana dan gambar kerja jalan tol ruas

Cengkareng dan Jagorawi ................................................................................ 50

15. Hasil pemeriksaan (review) dan koreksi terhadap gambar kerja lanskap

jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi ........................................................... 51

16. Acuan skala gambar kerja ................................................................................ 54

17. Ketentuan ukuran lubang tanam ...................................................................... 74

18. Ketentuan jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing

tanaman ........................................................................................................... 82

19. Jadwal pelaksanaan rapat mingguan (management meeting) ......................... 87

20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas ......................... 88

21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC ...................... 91

22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman ....................... 96

Page 14: A08aar

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus pelaksanaan proyek ......................................................................... 10

2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang ....................... 13

3. Alur pikir pekerjaan magang ....................................................................... 14

4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam

penataan lanskap jalan tol ruas CTC .......................................................... 24

5. Alur pelaksanaan kerja penataan lanskap jalan tol ................................... 25

6. Persentase jumlah tanaman berdasrkan jumlah ....................................... 36

7. Persentase jumlah tanaman berdasrkan bobot pekerjaan ......................... 37

8. Kondisi tanaman palm pada lokasi penampungan (nurseri) sementara .... 41

9. Konsep umum penataan lanskap ruas Cengkareng .................................. 44

10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan Cengkareng ..... 45

11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi ........................................ 46

12. Konsep penataan gerbang tol .................................................................... 47

13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang ......................................... 48

14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi ..................................... 49

15. Konsep penataan median jalan ruas Jagorawi ........................................... 49

16. Konsep penataan area penerimaan nurseri ............................................... 50

17. Kendaraan yang digunakan dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi

tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak ................................ 56

18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi ............. 58

19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara .................................. 59

20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan ........................ 60

21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman ............................................... 62

22. Pekerjaan pematokan lubang tanam yang didampingi oleh konsultan

pengawas ................................................................................................... 62

23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang .............................................................. 64

24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan lahan .. 65

25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga .............................. 66

26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi ....................................................... 67

27. Pekerjaan pengadaan titik air penyiraman ................................................ 67

28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada nurseri Cipinang .......... 68

29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah ....................................... 69

30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek ..................... 70

Page 15: A08aar

31. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dalam pekerjaan penanaman ..... 71

32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam .......................................................... 75

33. Metode penanaman dan pemasangan steger tanaman yang ideal ........... 77

34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot ......................................................... 86

Page 16: A08aar

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman

1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan............................ 103

2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan ........... 104

3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja ........................................... 105

4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala ............................................ 106

5. Alur manajemen komunikasi ...................................................................... 107

6. Visualisasi tanaman yang digunakan pekerjaan penataan

lanskap CTC ............................................................................................... 108

7. Gambar kerja B-01 pada ruas Jagorawi ..................................................... 109

8. Gambar kerja B-02 pada ruas Jagorawi ..................................................... 110

9. Gambar kerja B-03 pada ruas Jagorawi ..................................................... 111

10. Gambar kerja B-04 pada ruas Jagorawi .................................................... 112

11. Gambar kerja B-05 pada ruas Jagorawi .................................................... 113

12. Gambar kerja B-06 pada ruas Jagorawi .................................................... 114

13. Gambar kerja B-07 pada ruas Jagorawi .................................................... 115

14. Gambar kerja B-08 pada ruas Jagorawi .................................................... 116

15. Gambar kerja B-09 pada ruas Jagorawi .................................................... 117

16. Gambar kerja B-10 pada ruas Jagorawi .................................................... 118

17. Gambar kerja B-11 pada ruas Jagorawi .................................................... 119

18. Gambar kerja B-12 pada ruas Jagorawi .................................................... 120

19. Jenis, lokasi, ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan ............. 121

20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm ........................ 122

21. Detil penanaman pot ................................................................................. 123

22. Aplikasi metode WBS (Work Break Down Structure) dalam proyek

penataan lanskap CTC.............................................................................. 124

23. Rencana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC .... 125

24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor ....... 126

25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

UmumNo.392/PRT/M/2005 ...................................................................... 127

26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ ............................... 129

27. Daftar istilah .............................................................................................. 133

Page 17: A08aar

1  

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan darat merupakan unsur

penting dalam usaha perkembangan perekonomian. Pada wilayah–wilayah yang

telah tinggi tingkat perkembangannya serta telah menunjukkan adanya potensi

ekonomi dan finansial yang cukup tinggi, terdapat kecenderungan ketidak-

efisienan waktu perjalanan dan berkurangnya kenyamanan berkendara. Untuk

menghindari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu jalan arteri bertipe bebas

hambatan yang menghubungkan antara satuan wilayah ekonomi yang ada di

dalam sebuah pulau atau antar propinsi yang memungkinkan (PP No. 18 Tahun

1990) yang ditujukan untuk memperlancar arus lalu lintas pada daerah yang

telah berkembang, menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi serta

membantu meringankan beban pemerintah.

Gagasan pemabangunan jalan arteri bertipe bebas hambatan dengan

biaya yang diperoleh diluar APBN, yaitu berasal dari para pemakai jalan itu

sendiri dihasilkan karena adanya asas pemerataan ekonomi yang diusung oleh

pemerintah. Jalan semacam ini kemudian dikenal dengan istilah jalan tol. Jalan

tol pertama yang ada di Indonesia diresmikan oleh presiden Indonesia H.M.

Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978 dengan nama Jagorawi (Jakarta-Bogor-

Ciawi) dengan panjang 43 Km. Pada tanggal 1 Maret 1978, pemerintah terlebih

dahulu membentuk dan meresmikan sebuah badan usaha yang bertugas dalam

mengelola seluruh jalan tol yang ada di Indonesia dan dinamakan PT. Jasa

Marga (Persero) sebagai salah satu bentuk badan usaha pemerintah yang

bergerak dalam pelayanan jasa pengelolaan jalan tol. Pada awalnya

perkembangannya, keberadaan jalan tol lebih ditekankan pada pembangunan

struktur jalan dan kurang memperhatikan penataan terhadap lanskap di

sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan sebagai bentuk peningkatan

pelayanan terhadap pengguna jalan, penataan terhadap lanskap yang ada di

sekitar jalan tol saat kini telah mendapatkan perhatian khusus dan menjadi salah

satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan

kenyamanan dan pelayanan.

Hal yang membedakan sebuah lanskap jalan tol dengan lanskap lainnya,

yaitu : 1.) lanskap jalan tol merupakan bentang lanskap luas yang terdiri dari

berbagai jenis lanskap yang berbeda, 2.) tingkat keberagaman tanaman yang

Page 18: A08aar

2  

tinggi, 3.) kondisi iklim mikro pada daerah sepanjang jalan yang kurang

mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 4.) pertimbangan keamanan-

kenyamanan pengguna jalan tol serta pertimbangan terhadap 5.) aspek visual

dalam menciptakan suatu lanskap yang fungsional dan estetis.

Lanskap jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dalam sebuah ruas

jalan tol yang berfungsi selain untuk meningkatkan pelayanan, juga berkaitan

dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh

tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.

Dalam hubungannya dengan ilmu arsitektur lanskap, penanggulangan

permasalahan dari adanya dampak negatif suatu aktifitas manusia dilakukan

melalui penataan lanskap yang dilakukan melalui kegiatan perencanaan,

perancangan, konstruksi lanskap dan kegiatan pengelolaan.

Pada lanskap jalan tol, pengelolaan lanskap yang berada di dalam daerah

milik jalan (damija) sepenuhnya berada dalam tanggung jawab PT. Jasa Marga

(Persero) di bawah Departemen Bagian Pemeliharaan pada masing-masing

kantor cabang yang termasuk ke dalam kegiatan rutin. Jenis pekerjaan

pengeloaan jalan tol yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) mencakup

pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan jalan tol dan jalan penghubungnya yang

meliputi pelaksanaan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan

penanganan darurat dan peningkatan jalan tol dan jalan penghubung (Peraturan

Menteri PU No. 02 tahun 2007 pasal 13).

Dalam praktiknya, PT Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol

tidak melaksanakan seluruh kegiatan pemeliharaan tersebut secara mandiri.

Sejumlah pekerjaan pengelolaan dilimpahkan kepada pihak rekanan melalui

proses lelang pekerjaan atau tender, termasuk didalamnya adalah pekerjaan

penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang

berada dibawah daerah kerja PT. Jasa Marga (Persero) cabang CTC yang

merupakan lokasi magang.

Pengawasan terhadap pekerjaan penataan lanskap jalan tol merupakan

salah satu cabang ilmu arsitektur lanskap yang kurang mendapat perhatian dan

jarang digunakan dalam penelaahan dan penelitian untuk pengembangan ilmu

arsitektur lanskap. Hal ini menjadikan kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan

penataan lanskap, dalam kasus ini adalah lanskap jalan tol sebagai sebuah

kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan ditelaah lebih lanjut.

Page 19: A08aar

3  

1.2. Tujuan

Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai

dibagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1. Tujuan Umum

Kegiatan magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan

wawasan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta pengalaman dari kegiatan/

pekerjaan yang sesungguhnya di lapang pada bidang arsitektur lanskap,

khususnya pekerjaan pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol serta

melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan pengawasan.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami sistematika dan alur pelaksanaan sebuah proyek lanskap jalan tol,

melaksanakan tugas pengawasan yang didelegasikan serta melakukan analisis

terhadap berbagai kondisi dan pelaksanaan di lapang dan alternatif pemecahan

masalah.

1.3. Kegunaan

Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

profesionalitas dan pengalaman kerja di dalam dunia arsitektur lanskap,

khususnya pada manajemen proyek lanskap jalan tol. Selain itu, hasil magang ini

juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi pihak

(stake holder) yang terlibat dalam pelaksanaan sebuah proyek lanskap.

Page 20: A08aar

4  

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kepentingan lalu-lintas serta

merupakan satu kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan

pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh

pelayanannya dalam satu hirarki (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). 2.2. Klasifikasi Jalan di Indonesia

Sesuai Undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan Peraturan

Pemerintah (PP) No.26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dibedakan

atas dua kategori utama, yaitu :

1) Jalan primer, yaitu jaringan jalan pada tingkat nasional yang

menghubungkan satu kota dengan kota lainnya; dan

2) Jalan sekunder, yaitu jaringan jalan yang berada di dalam kota

Sedangkan secara hirarkis, jalan masih terbagi lagi dalam tiga kelompok

berdasarkan peranannya sebagai prasarana transportasi:

1) Jalan arteri, diperuntukkan bagi perjalanan jarak jauh dengan kecepatan

tinggi. Adapun jalan yang diklasifikasikan sebagai jalan arteri adalah jalan

propinsi, jalan tol dan atau jalan bebas hambatan

2) Jalan kolektor, disediakan bagi lalu lintas jarak menengah dengan

kecepatan kendaraan sedang, jalan yang termasuk dalam kategori ini

adalah jalan kabupaten

3) Jalan lokal, merupakan jalan yang berfungsi untuk melayani angkutan

setempat dengan ciri-ciri jarak dekat dengan kecepatan kendaraaan

rendah

Jalan sebagai bagian dari lanskap jalan, terdiri atas sejumlah komponen

jalan yang saling berhubungan satu sama lain, Peraturan No. 13 Tahun 1980

yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga mendefinisikan komponen

tersebut kedalam beberapa bagian, yaitu:

1) Daerah Manfaat Jalan (damaja) adalah ruas sepanjang jalan yang

dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang

ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.

Page 21: A08aar

5  

Terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan

bahu jalan. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari

Damaja dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.

2) Daerah Milik Jalan (damija) adalah ruas sepanjang jalan yang dibatasi

oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Damija

dimanfaatkan untuk Damaja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur

lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan

jalan.

3) Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) adalah ruas di sepanjang jalan di

luar Damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan dengan

tujuan agar tidak menganggu pengemudi dan konstruksi bangunan jalan.

2.3. Jalan tol Berdasarkan Undang-undang No. 38 tahun 2004 Pasal 44 tentang jalan,

jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan

dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalan

tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif.

Namun, dalam keadaan tertentu jalan tol dapat tidak merupakan lintas alternatif.

Sebagai jalur lintas alternatif, jalan tol ditujukan untuk mengatasi

kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke

tempat lain dimana para pengguna jalan harus membayar sesuai dengan tarif

yang berlaku yang didasarkan pada golongan kendaraan. Di Indonesia, jalan tol

sering dianggap sebagai sinonim untuk jalan bebas hambatan, meskipun hal ini

sebenarnya kurang tepat. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan bebas

hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan

freeway atau expressway (free berarti gratis, dibedakan dari jalan-jalan bebas

hambatan yang memerlukan bayaran yang dinamakan tollroad atau tollway - kata

toll berarti biaya) (Anonim, 2008).

Untuk memenuhi standar sebagai sebuah jalur lintas alternatif (Anonim,

2008) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh

sebuah jalan tol yang membedakannya dengan jalan sejenis, perbedaan tersebut

mencakup :

1) Jalan tol harus merupakan jalan alternatif dari jalan umum yang ada,

sehingga tidak ada pemaksaan pemakai jalan menggunakan jalan tol.

Page 22: A08aar

6  

2) Tidak memiliki simpangan sebidang dengan jalan lainnya sehingga

kelancaran lalu lintas di jalan tol dapat terjamin.

3) Jalur untuk masuk dan keluar terkendali, artinya setiap jalan masuk dan

keluar harus mempunyai lajur penyesuaian kecepatan (taper) yang

memadai sehingga lalu lintas yang masuk atau keluar jalan tol.

4) Mempunyai spesifikasi teknis tinggi, dan dirancang untuk kecepatan

tinggi.

5) Biaya operasi kendaraan melalui jalan tol ditambah pembayaran tol harus

masih lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui lintas

alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara

lain bahan bakar, pelumas, keausan dan nilai waktu.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/

M/ 2005 tentang standar pelayanan jalan tol, perbedaan tersebut dinyatakan

dalam sebuah standar pelayanan jalan tol yang dapat dilihat pada Lampiran 25.

2.4. Lanskap Jalan

Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak bagian dari muka

bumi dengan segala sifatnya dan kehidupan yang ada didalamnya baik yang

bersifat alami maupun buatan manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh

mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat

menjangkau serta membayangkan (Simonds, 1983).

Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan atau tapak pada

lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk

topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk

dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya

(Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dan merupakan bentukan permanen

yang dapat mengubah karakter sebuah lanskap (Simonds, 1983).

Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan

persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi pemakai jalan

serta diusahakan untuk meciptakan lingkungan yang indah, nyaman dan

memenuhi fungsi keamanan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) dengan

fungsi untuk mendukung aktifitas penggunaan terus-menerus, membimbing,

mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan

penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk

Page 23: A08aar

7  

lingkungan, membangun karakter lingkungan, membangun karakter spasial dan

membangun visual (Booth, 1983).

Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap

lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam

Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut sebagai jalur hijau karena

didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna

hijau (Dirjen Bina Marga, 1996). Menurut Dirjen Bina Marga (1996), terdapat

beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan

merancang jalur hijau jalan, yaitu:

1) Pada jalur tanaman tepi.

Jalur tanaman sebaiknya diletakkan pada tepi jalur lalu lintas, yaitu antara

jalur lalu lintas kendaraan dan trotoar. Penentuan jenis tanaman yang

akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik peletakan

tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.

2) Pada median jalan.

Lebar jalur median yang dapat ditanami minimal 0.8 meter, sedangkan

lebar yang ideal adalah 4-6 meter. Pemilihan jenis tanaman harus

memperhatikan tempat peletakannya terutama pada daerah

persimpangan pada daerah bukaan (u-turn), pada tempat diantara

persimpangan dan daerah bukaan dan untuk bentuk median yang

ditinggikan atau diturunkan.

3) Pada tikungan.

Pemilihan tanaman sebaiknya mempertimbangkan jarak pandang henti,

panjang tikungan dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah

(perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan

ketinggian maksimal 0.8 meter sangat disarankan untuk ditempatkan

pada ujung tikungan.

4) Pada daerah persimpangan.

Persyaratan geometrik yang harus dipenuhi adalah bebas pandangan

harus terbuka agar tidak mengurangi jarak panfang pengemudi. Pilihan

jenis tnaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk

persimpangan baik persimpangan sebidang atau tidak sebidang.

Tujuan dari penanaman jalur tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki

dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan, memberikan ruang

bagi utilitas dan perlengkapan jalan baik yang terletak di atas maupun di bawah

Page 24: A08aar

8  

permukaan tanah serta untuk penanaman pohon tepi jalan (Lynch 1971) serta

berfungsi juga sebagai alat perbaikan lanskap dan memberi kesempatan

pengalaman visual bagi pengemudi kendaraan atau pemakai jalan, di samping

memenuhi kebutuhan lalu lintas (Erawati, 2006).

Permasalahan utama lanskap jalan adalah pencemaran (polusi) udara

yang berasal dari emisi kendaraan bermotor yang memiliki dampak negatif

terhadap kesehatan organisme hidup terutama manusia dan hewan,

menyebabkan kerusakan properti dan menurunkan tingkat keamanan dan

kenyamanan berkendara (de Nevers, 2000) sehingga diperlukan suatu solusi

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Frick dan Mulyani (2006) mengatakan

bahwa solusi dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara dapat

dilakukan melalui penanaman di sekitar lanskap jalan.

Ismayadi dan Subiandono (2008) mengatakan bahwa terdapat sejumlah

pertimbangan khusus yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman

yang ditujukan terhadap perbaikan lingkungan. Eckbo (1955) memberikan

klasifikasi hotikultura dan klasifikasi fisik dalam pemilihan tanaman yang dapat

digunakan pada lanskap jalan. Klasifikasi hortikultura meliputi syarat tumbuh dan

toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama, penyakit dan

pemangkasan. Sedangkan klasifikasi fisik meliputi tujuan desain, ukuran dewasa

tanaman, kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan sifat

budidayanya. Sedangkan Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan bahwa

tanaman yang akan ditanam disekitar jalur jalan atau di daerah perkotaan harus

dipilih dan memiliki toleransi terhadap lingkungan sekitar yang kurang bersahabat

agar bisa bertahan hidup.

2.5. Proyek

Kata ‘proyek’ berasal dari bahasa latin ‘projectum’ yang dalam kata

kerjanya berubah menjadi ‘proceire’ yang berarti ‘melemparkan sesuatu ke

depan’ dan berasal dari dua suku kata, yaitu ‘pro-‘ (πρό) yang berarti ‘sesuatu

yang mendahului’ dan ‘-iacere’ yang berarti ‘melemparkan’. Kata ‘proyek’ itu

sendiri berarti sebagai ‘sesuatu yang ada atau muncul sebelum ada hal lain yang

terjadi’ (Anonim, 2008).

Proyek merupakan suatu fungsi yang terdiri dari beberapa bagian yang

masing-masing bagian bertanggung jawab dan mengacu kepada dasar

kesepakatan yang telah disetujui dan ditentukan baik sebelum maupun pada

Page 25: A08aar

9  

masa pelaksanaan pekerjaan (Burges dan White, 1984). Sedangkan Westland

(2006) mendefinisikan proyek sebagai sebuah upaya unik untuk menghasilkan

serangkaian produk dan atau jasa dalam lingkup waktu, biaya dan kualitas yang

terdefinisi dengan jelas yang memenuhi standar ketentuan pemberi kerja, dan

berbeda dengan operasional bisnis yang serupa dikarenakan :

1) Bersifat unik

Proyek tidak melibatkan adanya pengulangan terhadap proses pekerjaan.

Setiap pelaksanaan proyek yang dilaksanakan berbeda dengan kegiatan

sebelumnya. Pengulangan terjadi hanya pada proses pelaksanaan

aktifitas identik dan bukan pada produk yang dihasilkan

2) Memiliki jangka waktu pelaksanaan yang jelas

Sebuah proyek memiliki jangka waktu yang ditentukan dari awal hingga

akhir waktu pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh pemilik proyek

3) Terdapat anggaran pekerjaan baku

Alokasi anggaran pelaksanaan proyek direncanakan sedemikian rupa

sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan pemilik proyek

4) Keterbatasan penggunaan sumberdaya tersedia

Jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang dapat digunakan terbatas pada

kesepakatan masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan

5) Melibatkan resiko

Pelaksanaan proyek selalu disertai dengan adanya ketidakpastian yang

terhadap hal tidak terduga

6) Tercapainya perubahan yang menguntungkan

Umumnya tujuan dari pelaksanaan proyek adalah untuk meningkatkan

kemampuan organisasi melalui penanganan perubahan-perubahan yang

terjadi dalam proses pelaksanaan kerja

Sebuah proyek pada umumnya memiliki sebuah siklus yang mencakup 4

(empat) tahap, yaitu : 1) inisiasi proyek, 2) perencanaan proyek, 3) pelaksanaan

dan 4) pengakhiran atau penutupan proyek (Westland, 2006) sebagaimana yang

tampak pada Gambar 1. Senada dengan hal tersebut, Newell (2002)

mengatakan bahwa setiap proyek, tidak terkait dengan ukuran maupun jenis

proyek yang dijalankan, akan memiliki siklus dengan awal dan akhir pekerjaan

yang terdefinisi dengan jelas.

Page 26: A08aar

10  

Gambar 1. Siklus pelaksanaan proyek

Newel (2002) menambahkan bahwa kegiatan pengawasan merupakan

salah satu bagian dari siklus proyek yang berada diantara pelaksanaan dan

penutupan proyek. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk mengendalikan

pelaksanaan sebuah proyek agar sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya sebuah perencanaan

yang baik oleh menejer proyek dalam sebuah kegiatan manajemen proyek

(Lewis, 2007).

2.6. Manajemen Proyek

Lewis (2007) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi dari

ilmu pengetahuan, alat dan tehnik dalam menjalankan aktivitas proyek untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Westland (2006) mendefinisikan

manajemen proyek sebagai keahlian, proses dan alat yang dibutuhkan dalam

melaksanakan sebuah proyek dengan baik. Sedangkan Idad (2003)

mendiefinisikan kegiatan tersebut sebagai proses pengkoordinasian keahlian dan

tenaga kerja melalui metode atau alat dalam menghasilkan produk yang

diinginkan.

perencanaan mendetil 

kontrol dan pengawasan 

review pelaksanaan 

pendefinisian proyek 

Page 27: A08aar

11  

Westland (2006) mengatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan

manajemen proyek mencakup :

1) Keahlian khusus. Pengetahuan, keahlian khusus dan pengalaman

dibutuhkan dalam mengurangi resiko dan meningkatkan keberhasilan

pelaksanaan kerja

2) Peralatan manajemen. Peralatan manajemen proyek yang digunakan

mencakup form dan dokumen kerja, piranti lunak (software) perencanaan

serta checklist pemeriksaan

3) Rangkaian proses kerja yang berbeda. Diperlukan adanya pemahaman

terhadap manajemen tehnik dan proses kerja yang diperlukan dalam

melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap waktu, biaya,

kualitas dan cakupan pekerjaan. Rangkaian manajemen proyek yang

diperlukan mencakup manajemen waktu, biaya, kualitas, perubahan,

resiko dan menajeman permasalahan.

2.6. Pelayanan Jasa Konsultasi

Jasa konsultasi digolongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan jasa

murni dikarenakan tidak terdapat produk tangible yang dihasilkan dalam

pelayananannya (Stoner dan Freeman, 1994). Jasa konsultasi pengawasan

pekerjaan proyek berkaitan dengan kegiatan pengawasan dan pengendalian

proses, alat dan bahan yang digunakan dalam menjalankan sebuah proyek.

Pengawasan (monitoring) pekerjaan berkaitan dengan tata cara

pemeriksaan kualitas yang dilakukan secara kuantitatif (Stoner dan Freeman,

1994). Pengawasan terhadap kualitas suatu pekerjaan hanya dapat berjalan

dengan efektif, apabila spesifikasi standar telah ditentukan dan dipahami dengan

baik, terdapat pendelegasian tanggung jawab pada setiap tingkatan, adanya

perencanaan yang didikung oleh sumber daya yang memadai serta dilakukan

secara berkelanjutan (Westland, 2006). Berkaitan kegiatan jasa konsultasi

pengawasan, Burgess dan White (1984) mengemukakan masa (waktu)

pendendalian pekerjaan pada tiga kategori waktu kerja, yaitu :

1) Masa pra-konstruksi, yang mencakup rancangan, rencana kerja,

pengaplikasian teknologi yang digunakan, ketepatan pemilihan alat dan

bahan

Page 28: A08aar

12  

2) Masa konstruksi, yang mencakup metode pemindahan dan penggunaan

alat dan bahan kerja, keahlian dan ketersediaan sumberdaya manusia

serta ketepatan spesifikasi yang ditetapkan; dan

3) Masa pasca-konstruksi, yang mencakup perlindungan pasca-konstruksi

serta teknik perlindungannya

Page 29: A08aar

13  

III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilangsungkan pada PT Beutari Nusa Kreasi (BNK)

yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11, Bantar Jati, Bogor. PT. BNK merupakan

konsultan manajemen dan teknik yang memenangkan proses tender untuk

kegiatan pengawasan pekerjaan penataan lanskap jalan tol pada PT Jasa Marga

cabang Cawang-Tomang-Cengkareng (CTC) yang terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ruas jalan tol penataan lanskap lokasi pekerjaan magang

Kegiatan pekerjaan penanaman dan penataan lanskap jalan tol ruas

Cawang-Tomang-Cengkareng secara keseluruhan terbagi atas tiga kegiatan

utama, yaitu : 1) Kegiatan penanaman, 2) Kegiatan perawatan dan 3) Kegiatan

pemeliharaan. Masing-masing dari kegiatan tersebut memerlukan waktu 3 bulan

sehingga waktu keseluruhan dari pekerjaan penataan lanskap jalan tol adalah

selama 9 bulan yang dimulai dari bulan November 2007 sampai dengan Agustus

2008. Keikutsertaan kegiatan magang dilangsungkan selama 3 bulan pertama

pada kegiatan penanaman yang mencakup seluruh aspek dalam pengawasan

Page 30: A08aar

14  

Lanskap Ruas Tomang – Cengkareng

Lanskap Ruas Jagorawi

Permasalahan / Kendala

Solusi Praktis

Skripsi Hasil Magang Pengawasan Pekerjaan Penataan Lanskap Jalan Tol

Studi Pustaka

Persiapan 1) Orientasi Tapak 2) Pengenalan Dengan Pihak

Terkait Langsung 3) Penjelasan Lingkup dan

Spesifikasi Pekerjaan Pekerjaan Pengawasan :

1) Persiapan Penanaman 2) Penanaman 3) Pemeliharaan Masa

Pertimbangan Teknis Pertimbangan Aspek Manajerial

Analisis

Waktu Kualitas

Perubahan Resiko/Masalah

Komunikasi

Alokasi dan Keterbatasan Sumber Daya

Kondisi Lapang Spesifikasi

dan administrasi pekerjaan. Tabulasi waktu pelaksaan pekerjaan secara

keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada Tabel 2 merupakan

alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan magang.

3.2. Kerangka Kerja

Pengawasan terhadap pekerjaan lanskap merupakan salah satu hal

penting yang diperlukan dalam menjamin kualitas dari bentukan lanskap yang

akan dibangun. Pemahaman terhadap berbagai item pekerjaan, spesifikasi

maupun jenis material yang akan digunakan merupakan hal yang penting dalam

kegiatan pengawasan mengingat permasalahan aktual di lapangan lebih bersifat

insidentil dan spesifik tapak. Alur kerja kegiatan magang dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Alur pikir pekerjaan magang

Page 31: A08aar

15  

Tabel 1. Alokasi waktu kerja konsultan pengawas

Tabel 2. Alokasi waktu magang

2007 September Oktober November Desember No Uraian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Orientasi lapang 2 Pengawasan revitalisasi nurseri 3 Pengawasan Penanaman ruas Jagorawi 4 Pengawasan Penanaman ruas Cengkareng

2007 2008 No Uraian Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Pengadaan jasa

konsultasi perancangan

Transaksi Langsung 2. Pengadaan Jasa

Konsultasi Pengawasan

Pemilihan Langsung 3. Pengadaan Jasa

Pemborongan

Pelelangan Terbatas dgn Prakualifikasi

4. Pelaksanaan Pekerjaan

a. Penanaman b. Perawatan c. Pemeliharaan

Waktu pelaksanaan magang

15 

Page 32: A08aar

16  

Hal-hal yang berhubungan dengan kendala yang menghambat proses pekerjaan

di lapangan akan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang dapat diterapkan di

lapangan.

3.3. Metode Pelaksanaan Magang

Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan sebuah

kegiatan pembelajaran aktif dengan ikut berperan serta dalam setiap kegiatan

yang terkait dengan pekerjaan lanskap, serta menjalankan tugas-tugas pekerjaan

lanskap yang ditugaskan oleh pihak konsultan tempat magang. Status

mahasiswa adalah sebagai Landscape Inspector (LI). Dalam pelaksanaan

kegiatan magang, kegiatan yang akan dilakukan terbagi atas : kegiatan

persiapan, pekerjaan pengawasan (lapangan), pengumpulan data, analisis,

perumusan solusi/pemecahan masalah dan penyusunan skripsi.

3.3.1. Persiapan

Pada awal pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan orientasi

keadaaan lapang, pengenalan jenis pekerjaan, material yang akan digunakan,

tata cara pengawasan, standar keamanan dan metode kerja di sekitar jalan tol,

pengenalan dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan

yang akan dilangsungkan serta penjelasan atas dokumen kontrak sebagai bahan

acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

3.3.2. Pekerjaan Pengawasan

Kegiatan magang yang dilakukan secara umum meliputi pengawasan

lapang dan pekerjaan administrasi. Kegiatan pekerjaan pengawasan lapang

mencakup pekerjaan persiapan dan pengolahan lahan, pemeriksaan dan

pencacahan seluruh material tanaman yang akan digunakan pada kegiatan

penanaman dan proses pengerjaannya, pelaporan keadaan kerja di lapangan

serta pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama masa

penanaman. Sedangkan kegiatan administrasi mencakup seluruh kegiatan surat

menyurat, pembuatan dokumen rapat mingguan dan pembuatan laporan bulanan

sebagai bentuk pelaporan kepada pihak PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Jenis

kegiatan kerja yang diikuti selama magang adalah seluruh kegiatan yang

mencakup kegiatan pengawasan maupun kegiatan pendataan pada kedua lokasi

Page 33: A08aar

17  

ruas penanaman serta pada lokasi nurseri Cipinang. Kegiatan yang dilaksanakan

dalam kegiatan magang terbagi atas dua pekerjaan pokok, yaitu pekerjaan

penanaman ruas jalan tol dan pekerjaan revitalisasi nurseri. 3.3.3. Pengumpulan Data

Merupakan tahap pengambilan data baik yang berupa data ekologis

maupun data teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penanaman dan

pengawasan pada lanskap jalan tol. Data tersebut terdiri dari data primer dan

data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan

lapang), pengukuran dan perhitungan, pembuatan dokumentasi kegiatan, serta

melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan

penataan lanskap jalan tol (baik dari pihak konsultan, kontraktor maupun PT Jasa

Marga (Persero), Tbk). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi

pustaka, laporan kegiatan maupun dokumen-dokumen kerja yang terkait. Jenis,

sumber dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis,sumber dan cara pengambilan data No Jenis Data Sumber Cara pengambilan

1 Lanskap Lokasi Proyek

a. Lokasi Pekerjaan Dokumen kontrak dan

Orientasi lapang

Studi pustaka, tinjauan

lapang, wawancara

b. Jenis Pekerjaan Dokumen kontrak dan

Orientasi lapang

Tinjauan pustaka,

pengamatan lapang

2 Kegiatan Pengawasan

a. Jenis dan Kuantitas

Tanaman Dokumen kontrak

b. Dokumentasi Proyek Lapangan Pengamatan lapang

c. Alat dan Bahan Pekerjaan

Pengawasan Lapangan

Pengamatan lapang

d. Metode Kerja Konsutan Wawancara,

Dokumen kontrak

Wawancara,

Studi literatur

3 Administrasi

a. Aspek Legal Kontrak

Dokumen kontrak

Stuid literatur

b. Organisasi Proyek Orientasi proyek

Pengamatan lapang, studi

liteatur

Page 34: A08aar

18  

3.3.4. Analisis

Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis data

yang dilakukan mencakup analisis kualitatif dan kuantitif. Analisis kualitatif

merupakan analisis yang dilakukan pada data verbal ataupun fisik yang tidak

terukur seperti hasil wawancara dan kuisioner, dokumentasi hasil pekerjaan dan

dokumen-dokumen kontrak kerja. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan

terhadap data baik lapangan maupun non-lapangan, yang terukur seperti

persebaran jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah dan jenis material yang

digunakan untuk kemudian dipadankan dengan permasalahan yang timbul di

lapangan dan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap

perkembangan pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pengawasan,

analisis lebih ditujukan sebagai bahan penilaian terhadap kinerja kontraktor

lanskap dalam pelaksanaan kewajibannya.

3.3.5. Perumusan solusi

Solusi atau pemecahan masalah yang dirumuskan merupakan hasil

analisis atas laporan kondisi dan permasalahan yang timbul di lapangan. Lebih

lanjut lagi, dalam penyusunan laporan magang, solusi yang dihasilkan di

lapangan tersebut kemudian dibandingkan dengan teori yang dikemukakan oleh

para ahli dari buku referensi, majalah ilmiah dan sumber lainnya.

3.4. Batasan Studi

Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu kegiatan pengawasan

dalam masa penanaman pada pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC,

baik dalam kegiatan administrasi maupun pekerjaan fisik di lapang dan tidak

mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan pasca konstruksi. Kegiatan ini

merupakan bagian dari pekerjaan lanskap yang berada di bawah Bagian

Pemeliharaan jalan tol ruas Cawang – Tomang - Cengkareng PT Jasa Marga

(Persero), Tbk.

Page 35: A08aar

19  

IV. ORGANISASI PROYEK

4.1. PT. Beutari Nusa Kreasi

PT. Beutari Nusa Kreasi (BNK) yang beralamat di Jl. Pangeret No. 11,

Bantar Jati, Bogor merupakan sebuah konsultan yang didirikan pada 09

September 1997 dengan visi menjadi konsultan nasional terpercaya yang selalu

berperan aktif dalam pengembangan dunia konsultansi di Indonesia dengan

memberi pelayanan terbaik bagi kepuasan konsumen/klien dengan berorientasi

pada peningkatan kinerja dan manajemen, pengembangan sumberdaya manusia

serta penggunaan prasarana dan sarana yang optimal demi pencapaian

kesejahteraan bersama.

Kepengurusan perusahaan dibagi atas dua jenis struktur kepengurusan,

yaitu kepengurusan tetap, yang terdiri dari pemilik, dewan direksi serta staf

operasional kantor dan kepengurusan tidak tetap yang hanya dibentuk pada saat

pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu yang terdiri atas tenaga ahli dan staf

lapang. Susunan kepengurusan tetap dari perusahaan tersebut mencakup :

Komisaris utama : Dra. Milawati

Komisaris : Dra. Widiastuti

Direktur Utama : Ir. J. Heru Marsudi, Dipl, HE, MT

Direktur : Ir. Soeliantoro, MBA

Layanan jasa konsultasi yang disediakan oleh PT. Beutari Nusa Kreasi

(BNK) mencakup berbagai bidang, baik bidang kontruksi maupun non-kontruksi

dengan perincian jasa konsultansi konstruksi mencakup pada bidang sipil,

arsitektur, tata lingkungan, elektrikal, jasa pendukung dan perencanaan,

sedangkan jasa konsultansi non konstruksi mencakup bidang telematika, jasa

survai, pariwisata, bisnis dan manajemen, perindustrian dan perdagangan,

pertambangan dan energi, pendidikan, kesehatan dan jasa khusus lainnya.

4.2. PT. Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC

PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang Cawang-Tomang-Cengkareng

(CTC) yang beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta

diresmikan pada tanggal 21 Maret 2000 oleh direktur utama (Dirut) PT. Jasa

Marga pada waktu itu Ir, Wiyoga Adiwasito. PT Jasa Marga (Persero) cabang

Page 36: A08aar

20  

CTC memiliki daerah operasional sepanjang ± 32 Km yang memanjang dari

daerah Cililitan hingga bandara internasional Soekarno-Hatta.

4.3. Organisasi Pengelolaan Proyek

Selama pelaksanaan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol

Cawang-Tomang-Cengkareng, terdapat tiga organisasi proyek yang meliputi :

Satgas PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC, konsultan pengawas dan

kontraktor lanskap. Ketiga unsur organisasi proyek berwenang dan bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing dengan

melaksanakan koordinasi teknis, lapangan dan administrasi dengan baik

sehingga dapat memberikan hasil terbaik dalam penggunaan biaya, kendali mutu

dan ketepatan waktu pelaksanaan.

4.3.1. Satuan Tugas (Satgas) PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang CTC

Satgas merupakan satuan organisasi kerja yang dibentuk dan ditunjuk

oleh kepala cabang dalam mengendalikan semua item pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan ketentuan kontrak. Satgas

bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor

lanskap. Susunan keanggotaan Satgas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Susunan anggota Satgas (satuan tugas) PT. Jasa Marga

Posisi Nama

Ka Satgas Subari

Administrasi Harjono

Anggota Satgas Pyatno Pudjo

Subiarto

Pardede

Tugas dan wewenang satuan tugas (satgas) yang dibentuk oleh Kepala

Cabang (Kacab) secara umum berada pada lingkup manajemen konstruksi dan

bertanggungjawab dalam pengendalian proses pekerjaan. Secara lebih rinci

tugas dan hak satuan tugas (satgas) adalah :

1) menangguhkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian akibat

kegagalan kontraktor atau ketidakamanan terhadap pekerja atau

masyarakat atau akibat eksternal yang tidak terduga

Page 37: A08aar

21  

2) memberikan rekomendasi kepada pemberi tugas atas penagihan

pembayaran dari kontraktor melalui sertifikat bulanan, sertifikat

penyelesaian sementara dan sertifikat penyelesaian akhir

3) memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada pemberi tugas untuk

dapat dilaksanakannya serah terima sementara dan serah terima akhir

4) memberi dan mengeluarkan perintah perubahan terhadap kontrak kepada

kontraktor sebagai akibat adanya tuntutan dan atau keadaan lapangan

4.3.2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana bertugas dalam melaksanakan pekerjaan

perencanaan tapak dan melakukan perhitungan teknis terhadap kuantitas dan

jenis material yang akan digunakan. Dalam pekerjaan lanskap, konsultan

perencana bertanggung jawab terhadap kebenaran dan ketepatan desain yang

akan diterapkan di lapang, juga termasuk di dalamnya perencanaan terhadap

alokasi waktu yang diperlukan dalam merampungkan pekerjaan.

Pekerjaan perencanaan dilaksanakan selama satu bulan dengan produk

perencanaan berupa laporan perencanaan tertulis, dokumen spesifikasi

lansekap, gambar rencana dan gambar kerja, daftar harga dan kuantitas serta

dokumen teknis lainnya yang telah ditentukan sebelumnya. Konsultan perencana

juga bertugas dalam membuat Harga Perkiraan Sementara (HPS) kepada pihak

Jasa Marga selaku pemberi kerja terkait dengan pekerjaan penataan lansekap

yang dapat dijadikan acuan dalam proses pelelangan (tender). Sedangkan

gambar rencana, daftar harga dan kuantitas, dokumen spesifikasi lanskap serta

berkas lainnya yang merupakan produk dari kegiatan perencanaan juga dapat

dijadikan sebagai bahan acuan dalam kelengkapan dokumen teknis pada proses

pelelangan (tender). Dalam pekerjaan ini, konsultan perencana yang bertugas

dalam merencana dan merancang lanskap jalan tol adalah PT. BNK.

4.3.3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas merupakan bentuk badan usaha yang memberikan

pelayanan jasa konsultasi lanskap dalam penjaminan kualitas dan ketepatan

proses pekerjaan berdasarkan rencana dan kesepakatan di dalam kontrak kerja

dengan jalan memberikan saran dan masukan serta memecahkan masalah dan

kendala yang muncul di lapangan, baik yang bersifat teknis lapangan maupun

non-teknis. Dalam pengawasan pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC, PT. BNK

Page 38: A08aar

22  

yang pada awal masa pekerjaan bertindak sebagai konsultan perencana juga

berperan dalam menyediakan jasa konsultasi pengawasan. Adapun perincian

anggota konsultan pengawas yang bekerja dalam kegiatan pengawasan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Susunan anggota konsultan pengawas

Lokasi Posisi Nama Jagorawi Cengkareng Nurseri

Resident Engineer Ir. Khairul √ √ √

Chief Inspector Ir. Munawir √ √ √

Landscape Inspector 1 Yames Sumitra, SP √ √ -

Landscape Inspector 2 Angga Ardyansyah √ √ √

Ofiice Manager H. Sudirmanto, SE Adm dan keuangan

Secara umum, konsultan pengawas mempunyai wewenang dalam

mengusulkan rekayasa teknik lapangan yang diperlukan berdasarkan ketentuan

dalam dokumen kontrak. Konsultan pengawas bertugas dalam mengawasi,

memeriksa dan merekomendasikan persiapan, pelaksanaan dan hasil pekerjaan

yang dilakukan oleh kontraktor. secara lebih rinci tugas dan hak konsultan

pengawas, adalah :

1) memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu

pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas

hasil pengujian mutu tersebut

2) memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu

pekerjaan

3) menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan

memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang

tidak layak secara teknis

4) memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor

agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan

5) memeriksa kuantitas item pekerjaan yang terdapat dalam rencana kerja

dan hasil pekerjaan serta memberikan laporan hasil pemeriksaannya

kepada satuan tugas (satgas) dan atau kontraktor untuk selanjutnya

diproses untuk pengajuan sertifikat pembayaran atau laporan kemajuan

Page 39: A08aar

23  

6) melakukan perubahan-perubahan minor pada gambar rencana atas dasar

keadaan lapangan, sejauh tidak mengubah substansi desain

7) mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui satuan

tugas (satgas)

8) memberikan rekomendasi kepada satuan tugas (satgas) atas usulan

suatu perubahan pekerjaan dilapangan; dan

9) mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan

4.3.4. Kontraktor dan Sub-Kontraktor Lanskap

Kontraktor lanskap pada pekerjaan lanskap jalan tol ruas CTC merupakan

badan usaha non-pemerintah yang memenangkan tender dan bertugas dalam

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di dalam kesepakatan

kontrak. Kontraktor lanskap yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut adalah PT. Sinar Kemala (SK) yang merupakan sebuah kontraktor

umum yang bergerak dalam jasa pembangunan dan penyewaan alat-alat berat

yang selanjutnya bekerja sama dengan sub-kontraktor CV. Bumi Indah Flora

(BIF) selaku penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman (terdapat pada

Tabel 6). Dalam melaksanakan pekerjaan, PT. SK diatur dalam kontrak jasa

pemborongan pekerjaan penataan lansekap pada jalan tol CTC nomor :

FE.06.SPK.134 tanggal 05 November 2007.

Tabel 6. Kontraktor dan sub kontraktor lanskap

Posisi Nama Keterangan

Kontraktor PT Sinar Kemala Jl. Cendana XIV No. 54 Jakasampurna - Bekasi

Sub Kontraktor

CV. Bumi Indah

Flora

Jl. Bumi Indah Rt.002/09 No. 37 Sukabumi Utara –

Jakarta Barat

Skematik hubungan antara pemberi kerja, konsultan pengawas,

kontraktor dan sub-kontraktor lanskap dalam pekerjaan penanaman yang

dilakukan pada kedua ruas jalan tol dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 40: A08aar

24  

Gambar 4. Skematik hubungan seluruh pihak yang terlibat langsung dalam proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC

Kacab. PT Jasa Marga (Persero), Tbk cabang CTC

Kepala Satuan Tugas (Satgas)

Anggota Anggota Anggota

Adm.

Kepala Bagian Pemeliharaan

Direktur PT. Sinar

General Manager

Tenaga Ahli

Sekertaris

Site Manager

Asisten Site Manager

Pekerja 1 Pekerja 2 Pekerja 3

Pekerja .. Pekerja n

kontraktor PT. Sinar K l

sub-kontraktor CV. Bumi Indah

Flora

Resident Engineer

Chief Inspector

Landscape Landscape

Adm.

PT. Beutari Nusa Kreasi

Perintah Kerja

Pengawasan

Perin

tah K

erja

Page 41: A08aar

25  

resmi tidak resmi

Pelaksanaan

Pelaksanaan Harian diterima

Ya Tidak

Perbaikan

Semua Pekerjaan diterima Serah terima

Pengawasan Konsultan pengawas

Ya

PT. Jasa Marga

Kontraktor

Konsultan Perencana

V. LINGKUP PEKERJAAN MANAJEMEN PROYEK

Anggota tim konsultan pengawas terdiri dari 2 (dua) orang Landscape

Inspector (LI) yang bertugas dalam mengumpulkan dan memperbaharui data

lapangan, 1 (satu) orang Chief Inspector (CI) dan 1 (satu) orang Resident

Engineer (RE). Pengumpulan data dilaksanakan secara harian oleh LI melalui

tinjauan langsung ke lapangan terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

kontraktor kepada CI dengan mengacu pada rencana kerja yang kemudian

direkap dalam berita acara kemajuan (progress) pekerjaan. Untuk pekerjaan

yang tidak dapat diawasi langsung oleh konsultan pengawas, pemeriksaan

dilakukan pada hari berikutnya dengan memeriksa hasil pekerjaan tersebut

secara langsung dan meminta laporan, baik tertulis maupun lisan kepada pekerja

yang berada di lapangan. Alur pelaksanaan dan hubungan kerja yang

berlangsung pada penataan lanskap jalan tol CTC dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Alur pelaksanaan kerja penataan proyek lanskap jalan tol

Dalam memastikan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja

(PT. Jasa Marga cab CTC) dipenuhi, RE selaku menejer pelaksana pekerjaan

pengawasan merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian masing-

masing kegiatan kerja melalui serangkaian proses manajemen. Proses tersebut

mencakup : manajemen waktu, manajemen kualitas, manajemen perubahan,

Page 42: A08aar

26  

manajemen resiko, manajemen masalah dan kendala, manajemen

pencegahan/antisipasi dan manajemen komunikasi.

5.1. Manajemen Waktu

Manajemen waktu merupakan metode yang digunakan dalam

mengalokasikan penggunaan waktu yang digunakan dalam pengawasan setiap

jenis pekerjaan. Manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan proyek dikarenakan waktu merupakan sumber daya yang sangat

berharga dalam pelaksanaan proyek (Westland, 2006). Dalam melaksanakan

manajemen waktu, RE dan CI melakukan analisis dalam menentukan alokasi

waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan data

dari sejarah (track record) kemampuan kontraktor dalam menyelesaiakn suatu

jenis pekerjaan. Untuk lebih rincinya, perekaman (record) terhadap waktu aktual

yang dibutuhkan oleh masing-masing pekerja dilapangan dimaksudkan untuk :

1) mengkalkulasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaian jenis

pekerjaan tertentu

2) mengendalikan alokasi sumberdaya masing-masing jenis pekerjaan, dan

3) mengidentifikasikan persentase penyelesaian pekerjaan yang telah

dilaksanakan dan besarnya penyimpangan dari rencana proyek

Dasar yang digunakan dalam proses manajemen waktu adalah laporan

timesheet mingguan yang merupakan rekapitulasi dari laporan harian

pengawasan pekerjaan di lapangan. Prosedur manajemen waktu yang

dilaksanakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.2. Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas dilakukan melalui penetapan standar pekerjaan.

Penilaian yang dilaksanakan didasarkan kepada pengawasan dan pengendalian

alat, bahan, metode dan tenaga kerja yang digunakan. Dalam proses ini,

pengertian kualitas dari masing-masing jenis pekerjaan didefinisikan secara jelas

dan dilakukan dokumentasi atas rencana pengawasan kualitas. Dalam dokumen

rencana pengawasan kualitas dijelaskan :

1) definisi kualitas yang hendak dicapai pada masing-masing jenis pekerjaan

2) sasaran jelas dalam menentukan kualitas dari masing-masing pekerjaan

yang didalamnya terdapat penjelasan kriteria dan standar yang harus

dipenuhi sesuai dengan keinginan pemberi kerja, dan

Page 43: A08aar

27  

3) tehnik yang digunakan untuk melakukan pengendalian kualitas

Penjaminan kualitas pekerjaan, baik alat, bahan maupun materi pekerjaan yang digunakan didasarkan kepada hasil Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) yang disusun dan diperbaharui melalui pemeriksaan lapangan oleh LI.

BAP lapangan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas terdiri atas :

1) BAP pengadaan tanaman

2) BAP pengadaan penopang bambu

3) BAP pemeriksaan lubang tanam

4) BAP pemeriksaan penanaman

Prosedur manajemen kualitas yang dilaksanakan dalam kegiatan

pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 2. BAP merupakan dokumen

rangkuman hasil pemeriksaan terhadap suatu material atau alat kerja sebelum

digunakan dilapangan. Untuk dapat diterima dalam administrasi proyek,

dokumen tersebut harus disahkan oleh RE dan disetujui oleh satgas.

5.3. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan merupakan bagian dari proses pengawasan yang

ditujukan untuk menangani perubahan terhadap cakupan, kualitas, jangka waktu

pelaksanaan atau sumberdaya pekerjaan yang diajukan melalui prosedur resmi

oleh kontraktor kepada konsultan pengawas. Segala perubahan yang terjadi

selama berlangsungnya pekerjaan didokumentasikan dalam dokumen perubahan

kerja yang disetujui oleh ketua satgas. Pengambilan keputusan pada proses

manajemen perubahan merupakan inti peran seorang RE dalam menjalankan

manajemen proyek. Prosedur dalam menjalankan manajemen perubahan yang

digunakan dalam kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.4. Manajemen Resiko

Manajemen resiko adalah kegiatan manajemen yang ditujukan untuk

mengidentifikasi, mengkalkulasi dan mengatasi masalah sebelum muncul ke

permukaan pada saat pekerjaan sedang berlangsung. Manajemen resiko lebih

ditekankan pada saat pelaksanaan pemeriksaan (review) rencana dan gambar

kerja yang digunakan dalam proyek. Dalam kegiatan ini, dikemukakan sejumlah

tindakan yang mungkin ditempuh dalam mengurangi intensitas dan kemungkinan

kemunculan resiko pekerjaan serta meredam dampak yang ditimbulkan oleh

Page 44: A08aar

28  

masing-masing resiko tersebut terhadap pekerjaan keseluruhan. Tujuan utama

dalam manajemen resiko adalah memastikan bahwa setiap resiko yang mungkin

muncul teridentifikasi, dapat dikalkulasikan, dihindari, diarahkan ataupun diatasi

dengan baik. Namun demikian, kegiatan manajemen resiko dilangsungkan dari

awal permulaan pekerjaan hingga proyek selesai dilaksanakan. Alur proses

manajemen resiko serupa dengan proses manajemen masalah/kendala dan

dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.5. Manajemen Masalah/Kendala

Manajemen masalah/kendala adalah metode yang digunakan dalam

menangani segala sesuatu yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan pekerjaan.

Proses yang digunakan adalah penerapan berbagai metode peninjauan dalam

menilai dampak yang akan dihasilkan suatu permasalahan/kendala yang

dijumpai di lapangan. Manajemen masalah/kendala merupakan kelanjutan dari

manajemen terhadap resiko yang tidak teridentifikasi pada masa pemeriksaan

rencana proyek. Peninjaun dilakukan dalam sudut pandang ketersediaan waktu

dan kapabilitas masing-masing stake holder. Tahap selanjutnya adalah

merumuskan berbagai kemungkinan yang dapat ditempuh untuk mengatasi atau

mengurangi dampak tersebut.

5.6. Manajemen Komunikasi

Dalam manajemen komunikasi, ditentukan tingkat informasi yang akan

didistribusikan kepada masing-masing pihak yang terlibat (stake holder). Dalam

rencana komunikasi ditentukan tipe, metode, frekuensi dan tanggung jawab

personal dari konsultan pengawas dalam pendistribusian informasi dalam

pelaksanaan pekerjaan. Komunikasi yang jelas, akurat dan lancar merupakan hal

yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.

Komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan berhubungan dengan

tingkat resiko yang mungkin muncul. Komunikasi yang baik berdampak pada

tersedianya informasi yang benar, pada waktu yang tepat dalam pengambilan

keputusan.

Bentuk komunikasi formal yang dilangsungkan dalam pekerjaan adalah

berupa penerbitan laporan performa dan status pekerjaan, pengkomunikasian

potensi resiko pekerjaan, masalah aktual, perubahan ketentuan kerja dan

Page 45: A08aar

29  

rangkuman informasi proyek secara berkala yang disampaikan melalui materi

dalam rapat rutin mingguan stake holder. Bentuk lainnya adalah melalui

penerbitan surat resmi dan laporan bulanan konsultan pengawas.

Walaupun pelaksanaan komunikasi formal umumnya dilaksanakan

setelah informasi atau data lapangan telah terkumpul, namun komunikasi antar

masing-masing pihak (stake holder) dilaksanakan secara intensif sepanjang

proses pekerjaan. Alur proses manejemen komunikasi formal yang digunakan

oleh konsultan pengawas dapat dilihat pada Lampiran 5 .

Page 46: A08aar

30  

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

6.1. Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum

dilaksanakannya pekerjaan di lapangan. Jenis pekerjaan pendahuluan

mencakup sejumlah pemeriksaan terhadap : 1) aspek legal kontrak, 2)

pemahaman terhadap rencana dan prosedur kerja, serta 3) pemeriksaan (review)

disain lanskap yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas CTC.

6.1.1. Pemeriksaaan Aspek Legal Kontrak

Aspek legal kontrak berkaitan dengan hukum dan peraturan yang

mengatur tentang kontrak jasa pemborongan dan merupakan kelengkapan

administratif yang dibutuhkan, baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas

sebagai dasar landasan hukum untuk melaksanakan semua kegiatan pekerjaan.

Kegiatan pertama yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas adalah

pemeriksaaan terhadap lembar data proyek, pemeriksaan tersebut penting

dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya cacat hukum dalam ketentuan

kontrak kerja. Lembaran data proyek yang terdapat dalam pekerjaan penataan

lanskap jalan tol ruas CTC terangkum di dalam Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman lembar data proyek penataan lanskap jalan tol ruas CTC Nama Proyek : Pengawasan Teknik

Pekerjaan Penataan Lanskap pada Jalan Tol

Cawang – Tomang – Cengkareng

Tujuan Proyek : Melaksanakan penataan lanskap pada jalan tol Cawang -

Tomang – Cengkareng dan meningkatkan kualitas visual bagi

kenyaman pengguna jalan tol.

Pemilik Proyek : PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Cabang Cawang – Tomang – Cengkareng

Kepala Cabang : Ir. David Wijayatno

Konsultan Perencana : PT Beutari Nusakreasi

Konsultan Pengawas : PT Beutari Nusakreasi

Kontraktor : PT Sinar Kemala

Total Nilai Pekerjaan : Rp. 989.996.000,- (termasuk PPN 10%)

Sumber Dana : Semua dibiayai terlebih dulu oleh Kontraktor (CPF)

Kontrak Dimulai : Tanggal 05 November 2007

Masa Penanaman : 75 hari Kalender

Masa Perawatan : 90 hari Kalender

Page 47: A08aar

31  

Masa Pemeliharaan : 90 hari Kalender

Cakupan Proyek : Pekerjaan Penataan Lanskap pada Median dan Damija, Ruas

Jagorawi, Ruas Cengkareng dan Revitalisasi Nurseri

Cipinang

Ruang Lingkup Pekerjaan

Lanskap

: Pekerjaan Softscape, didominasi oleh pekerjaan penanaman

pohon, palm, perdu, semak dan rumput, sedangkan

pekerjaan hardscape meliputi pemasangan instalasi pot serta

revitalisasi nurseri Cipinang

Sumber : dokumen kontrak pelaksanaan kerja (kontraktor) dan konsultan pengawas

Lembar data tersebut di atas kemudian dilengkapi dengan surat

keputusan yang diterbitkan oleh pemberi tugas yang menegaskan keabsahan

administratif masing-masing pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaannya, kontraktor diatur oleh peraturan dan ketentuan

sebagaimana yang berlaku di dalam kontrak kerja berdasar kepada surat

keputusan yang dikeluarkan oleh pihak pemberi kerja yang tercantum pada Tabel

8.

Tabel 8. Aspek legal kontrak pelaksana kerja (kontraktor)

No ASPEK LEGAL NOMOR TANGGAL

1 Persetujuan dan Penetapan Pemenang

Pelelangan Terbatas FE.06.PM.01.1955 23 Oktober 2007

2 Pengumuman Pemenang Pelelangan

Terbatas FE.06.4.PTPL.22 24 Oktober 207

3 Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan

(Gunning) FE.06.PM.01.1986 31 Oktober 2007

4 KJP

(Kontrak Jasa Pemborongan) FE.06.SPK.134

05 November

2007

5 Berita Acara Serah Terima Lahan 020/BAST/FE.06/2007 06 November

2007

6 SPMK

(Surat Perintah Mulai Kerja} FE.06.PM.01.2108

07 November

2007

7 Jaminan Pelaksanaan oleh Kontraktor

288/KC19/PM/SJPP/KASK/2007

Jaminan :

02 November 2007 sd.

12 Agustus 2008

02 November

2007

8 Asuransi Tenaga Kerja

(Jamsostek) - -

9 C A R’S - -

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan bahwa kontraktor

belum melengkapi kelengkapan yang diperlukan secara sempurna. Kontraktor

Page 48: A08aar

32  

belum menyerahkan bukti keikutsertaannya dalam program asuransi

perlindungan tenaga kerja (Jamsostek), yang penting untuk menjamin

perlindungan dan keselamatan pekerja selama masa konstruksi di lapangan.

Sedangkan CAR’S (Contractor All RiskS) merupakan salah satu bentuk asuransi

yang melimpahkan segala bentuk klaim dari pihak ketiga disaat terjadi

kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tol lokasi pekerjaan lanskap yang

disebabkan oleh adanya kelalaian kontraktor atau kecelakaan lain yang

disebabkan oleh adanya kegiatan dari proyek tersebut.

Konsultan pengawas kemudian menginformasikan kekurangan tersebut

kepada pihak pemberi kerja maupun kepada kontraktor melalui pernyataan tidak

resmi pada rapat pendahuluan (Pre-Construction Meeting - PCM) yang

dilaksanakan tanggal 8 November 2007, hal tersebut kemudian dipertegas

dengan dikeluarkannya surat resmi 001/CTC-BNK/XI/2007 yang ditujukan

kepada kontraktor menyangkut hal tersebut. Dalam pelaksanaannya, kontraktor

baru dapat memenuhi persyaratan keikutsertaan dalam program asuransi tenaga

kerja pada terakhir dengan menyerahkan bukti secara langsung kepada pihak

pemberi kerja. Sedangkan aspek legal kontrak yang berkenaan dengan

keabsahan administratif konsultan pengawas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Aspek legal kontrak konsultan pengawas

No ASPEK LEGAL NOMOR TANGGAL

1 Berita Acara Pembuktian Kualifikasi

Seleksi Langsung Pekerjaan Jasa

Konsultasi Penataan Lanskap

FE.06.4.PLPL.14 19 September

2007

2 Pengumuman Pemenang

Pelelangan Terbatas

FE.06.4.PLPL 21 September

2007

3 Persetujuan Pemenang Seleksi

Langsung

FE,06.PM.01.1833 20 September

2007

4 Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan

(Gunning)

FE.06.PM.01.1823 26 September

2007

5 Surat Penetapan Hasil Negoisasi FE.06.PPHm.082.1.1 20 September

2007

6 Berita Acara Hasil Evaluasi FE.06.4.PLPL.13 18 September

2007

7 Penawaran Pihak Kedua beserta

Lampiran-Lampirannya

749 / BNK - / IX / 2007 17 September

2007

8 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) FE.06.PM.01.1900 3 oktober 2007

Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas

Page 49: A08aar

33  

Berdasarkan ketentuan dalam dokumen kontrak konsultan pengawas,

pekerjaan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas secara

resmi dimulai pada tanggal 3 Oktober 2007 dengan diterbitkannya Surat Perintah

Mulai Kerja (SPMK). Jangka waktu yang tersedia sebelum dikeluarkannya SPMK

bagi kontraktor dimanfaatkan untuk memahami rencana dan prosedur kerja yang

diajukan dan melakukan pemeriksaan terhadap gambar rencana dan gambar

kerja yang digunakan.

6.1.2. Pemahaman Rencana Proyek dan Alur Kerja Pengawasan

Rencana proyek merupakan dokumen inti dari manajemen pelaksanaan

pekerjaan (Westland 2006). Pemahaman tim konsultan pengawas terhadap

rencana proyek dan prosedur kerja yang digunakan merupakan hal yang sangat

penting untuk mengetahui rencana dan tindakan kontraktor dalam melaksanakan

pekerjaan agar sesuai dengan waktu dan mutu pekerjaan yang telah ditetapkan.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap rencana proyek, dilakukan

pembagian lingkup pekerjaan kedalam rangkaian hirarki tahapan pekerjaan,

aktifitas dan tugas yang harus dilaksanakan untuk dapat menjalankan pekerjaan

dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan ‘Work Breakdown Structure’ (WBS).

WBS adalah pembagian rangkaian pekerjaan ke dalam bentuk pohon hierarki

yang berorientasi pada hasil akhir (induk cabang). Aplikasi dari metode WBS

dalam proyek ini dapat dilihat pada Lampiran 22. Secara garis besar, dalam

pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas CTC rencana proyek yang diperiksa

dan diawasi pelaksanaanya oleh konsultan pengawas dikategorikan kedalam dua

kelompok utama, yaitu rencana pekerjaan non-penanaman dan rencana

pekerjaan penanaman.

6.1.2.1. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Non-Penanaman

Pemeriksaan terhadap rencana kerja non-penanaman merupakan

pemeriksaan yang dilakukan terhadap rencana kerja selain kegiatan penanaman,

baik pra-penanaman maupun pasca-penanaman. Rencana pekerjaan non-

penanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor mencakup 2 (dua) jenis

pekerjaan, yaitu :

1. Pekerjaan persiapan lahan, terdiri atas recana sub-pekerjaan :

a. Mobilisasi dan demobilisasi kontraktor

Page 50: A08aar

34  

b. Pengadaan kantor dan gudang lapang

c. Pengadaan tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara

d. Pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja

e. Pengaturan lalu-lintas

f. Pengadaan foto proyek

g. Pengadaan alat bantu kerja

h. Pembersihan lahan penanaman

i. Pekerjaan pematokan (staking) tanaman

j. Pengadaan penopang bambu

2. Pekerjaan revitalisasi nurseri, terdiri atas rencana sub-pekerjaan :

a. Pembersihan lahan

b. Instalasi paranet dan tiang penyangga

c. Maintenance path paving

d. Pengadaan titik air

e. Pemangkasan pohon eksisting, dan

f. Pembuatan lubang pengolahan kompos

Berdasarkan rencana kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23,

dapat diketahui bahwa distribusi sumberdaya yang digunakan oleh kontraktor

akan banyak digunakan pada minggu-2 dan minggu-3 yang mencakup hampir

seluruh sub-jenis pekerjaan kecuali : pengadaan P3K, pengaturan lalu lintas dan

pengadaan foto proyek. Dalam rencana tersebut, pekerjaan pengaturan lalu

lintas tidak didistribusiakan secara merata dan hanya dilaksanakan pada minggu

ke-1, minggu-5 dan minggu-10 padahal kegiatan tersebut merupakan kegiatan

yang sangat penting dalam mengiringi pelaksanaan pekerjaan penanaman.

Sedangkan pekerjaan revitalisasi nurseri dikonsentrasikan pada minggu-4

sampai dengan minggu-6 dengan perhatian utama pada pekerjaan pemasangan

(instalasi) paranet dan pembuatan titik air. Waktu yang direncanakan kontraktor

dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dirasakan kurang cocok mengingat

peran nurseri yang sangat penting sebagai lokasi aklimatiasasi tanaman.

6.1.2.2. Pemeriksaan Rencana Pekerjaan Penanaman

Rencana pekerjaan penanaman yang dilaksanakan oleh kontraktor

mencakup item pekerjaan sebagai berikut :

1) Pekerjaan pembentukan tanah, yang mencakup sub-pekerjaan :

a. Pemberian tanah subur

Page 51: A08aar

35  

b. Pemberian pupuk kandang

c. Pembentukan dan pengolahan tanah

d. Pembuatan lubang tanam

2) Pekerjaan penanaman ruas Cengkareng; dan

3) Pekerjaan penanaman ruas Jagorawi

Jenis tanaman, lokasi ruas penanaman serta jumlah tanaman yang

digunakan dalam penataan lanskap jalan tol ruas CTC dapat dilihat pada

Lampiran 19. Jenis tanaman yang digunakan pada lanskap jalan tol ruas

Jagorawi dan lanskap jalan tol ruas Cengkareng secara keseluruhan didominasi

oleh pohon dan palm, sedangkan tanaman semak, groundcovers dan rumput

hanya digunakan pada lokasi tertentu sebagai aksen (accent). Sedangkan

spesifikasi dari masing-masing jenis tanaman yang digunakan dalam pekerjaan

penataan lanskap dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi tanaman lanskap yang digunakan dalam pekerjaan

No. RUAS CENGKARENG SPESIFIKASI

Pohon/Palem

1 Palem Anggur (Latania sp) 2.5 m oht

2 Bintaro (Cerbera odollam) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia

3 Thevetia (Thevetia peruviana) 1.2 m oht (branching)

4 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia

5 Kamboja (Plumeria rubra) 3.0 m oht (branching)

6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 3.0 m oht (branching)

7 Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii) 2.0 m oht

8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 0.8 m oht

9

Pucuk Merah (Eugenia oleana)

1.0 m oht

Shrubs & Ground Covers

1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 300 mm oht

2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 300 mm oht

3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht

5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 300 mm oht

6 Lantana (Lantana spp) 300 mm oht

7

Rumput Paetan (Axonopus compresus)

close turfing

RUAS JAGORAWI SPESIFIKASI

Pohon/Palem

1 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 2.5 m oht

2 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3.0 m oht

3 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3-4 m oht

4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia

Page 52: A08aar

36  

5 Kamboja (Plumeria rubra) 2.5 m oht (branching)

6 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia

7.

Pucuk Merah (Eugenia oleana)

1.0 m oht

Shrubs & Ground Covers

1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht

2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 300 mm oht

3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 300 mm oht

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht

5 Euphorbia (Euphorbia millii) 300 mm oht

6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 500 mm oht

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing

Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas Keterangan : OHT (Overall Hight Trunk) Close turfing : penanaman rumput dengan metode sodding

Melalui pemeriksaan terhadap jenis pekerjaan yang terdapat dalam

kesepakatan dokumen kontrak, pekerjaan penataan lanskap didominasi oleh

pekerjaan penataan elemen lanskap lunak (softscape) berupa penanaman

tanaman palm, pohon, semak, perdu, groundcovers dan rumput dengan

perincian tanaman sebanyak 2.373 pohon, 456 palm, 114.464 polybag semak,

1.865 perdu dan 1.419 m2 rumput.

Gambar 6. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan jumlah

Dalam klasifikasi persentase berdasarkan jumlah, dapat dilihat bahwa

tanaman semak mendominasi lanskap keseluruhan sebesar 95 %, diikuti dengan

pohon 1.97 %, perdu 1.55 %, rumput 1.18 % dan palm sebesar 0.38 %.

Pengklasifikasian ini berfungsi untuk memberikan pemahaman dan Gambaran

mental (mental image) kepada anggota konsultan pengawas mengenai bentukan

lanskap yang akan terbentuk berkaitan dengan pekerjaan pengawasan di

lapangan. Sedangkan pengklasifikasian kedua dilakukan berdasarkan nilai bobot

pekerjaan dipergunakan oleh konsultan pengawas dalam membantu kontraktor

Page 53: A08aar

37  

Σ Pekerjaan n

Σ Nilai Kontrak Keseluruhan

Bn = 100 % x

menentukan prioritas dan rangkaian proses pekerjaan lanskap yang harus

diselesaikan dalam memenuhi tenggat waktu pekerjaan serta urutan dari jenis

tanaman yang dipersiapkan agar dapat tersedia dalam waktu dan jumlah yang

tepat. Persentase bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Persentase jenis tanaman lanskap berdasarkan bobot pekerjaan Dalam penentuan bobot dari masing-masing jenis pekerjaan lanskap tersebut,

digunakan persamaan :

dimana,

Bn = Bobot pekerjaan ke-n

Σ Pekerjaan n = (nilai kontrak item pekerjaan ke-n x Σ item-n)

Σ Nilai Kontrak Keseluruhan = Σ (nilai kontrak item pekerjaan 1+2+…+n)

Sebagai contoh, tanaman palm anggur (Latania sp.) dengan bobot

pekerjaan yang tercantum dalam kontrak adalah sebesar 6.85 % dan diperoleh

dari perhitungan :

112 x Rp. 550.000

Rp. 899.997.083

Bobot pekerjaan penanaman palm anggur

= 100 % x

= 6,85 %

Page 54: A08aar

38  

Dalam perhitungan tersebut, jumlah tanaman palm anggur (Latania

sp.)sesuai dengan kesepakatan kontrak adalah sebanyak 112 buah pohon

dengan harga satuan yang diajukan oleh kontraktor sebesar Rp. 550,000. Kedua

angka tersebut dikalikan dan hasilnya kemudian dibagi dengan nilai kontrak

keseluruhan yang bernilai Rp. 899,997,083 sehingga diperoleh bobot kerja

penanaman palm anggur sebesar 6,85 %. Nilai kontrak yang digunakan untuk

pembagian tersebut merupakan nilai kontrak yang telah dikurangi oleh kewajiban

pajak sebesar 10 %.

Persamaan tersebut tidak hanya digunakan untuk mengetahui bobot

pekerjaan penanaman masing-masing jenis tanaman, tetapi juga untuk

mengkalkulasikan bobot seluruh jenis pekerjaan yang ada dalam dokumen

kontrak, termasuk di dalamnya seluruh jenis pekerjaan non-penanaman.Secara

keseluruhan, urutan bobot pekerjaan penanaman per kategori tanaman pada

kedua ruas jalan tersebut secara berturut-turut adalah semak, pohon, palm,

perdu dan rumput. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik,

pembobotan tersebut kemudian lebih dirincikan kembali dengan

mengelompokannya berdasarkan masing-masing ruas pekerjaan dan jenis

tanaman tersebut, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol

ruas Cengkareng

No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Bobot Pekerjaan (%)

A. Pohon/Palm

1 Palm Anggur (Latania sp) 112 ph 6.845

2 Bintaro (Cerbera odollam) 790 ph 4.169

3 Thevetia (Thevetia peruviana) 538 ph 1.196

4 Ki Hujan (Samanea saman) 150 ph 2.500

5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 ph 0.333

6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 10 ph 0.222

7 Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii) 225 ph 0.875

8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 265 ph 0.368

9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 255 ph 1.983

SUB TOTAL A 18.491

B. Shrubs & Ground Covers

1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 10,500 plb 2.042

2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 10,500 plb 2.625

3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 1,800 plb 0.225

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 1,800 plb 0.140

5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 1,600 plb 0.178

Page 55: A08aar

39  

6 Lantana (Lantana spp) 16,000 plb 1.778

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 50 m2 0.017

Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas

Dari bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng

yang terdapat dalam Tabel 16, didapatkan hasil sebagai berikut : tanaman palm

anggur (Latania sp.) merupakan jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang

paling tinggi yaitu sebesar 6,85 %, diikuti dengan bintaro (Cerbera odolam) 4,62

% dan ki hujan (Samanea saman) sebesar 2,50 %. Pada tanaman semak dan

groundcovers urutan bobot pekerjaan berurut dengan bunga mentega (Nerium

oleander) dengan bobot pekerjaan sebesar 4,67 % sebagai jenis semak dengan

bobot pekerjaan tertinggi, diikuti oleh lantana (Lantana sp.) sebesar 1,78 %,

pandan kuning (Pandanus pygmeus) sebesar 0,23 % dan Lili air mancur

(Hymenocalis speciosa) sebesar 0,14 % sebagai jenis tanaman dengan bobot

pekerjaan terkecil pada lanskap jalan tol ruas Cengkareng.

Sedangkan berdasarkan bobot pekerjaan penanaman pada lanskap jalan

tol ruas Jagorawi dapat dilihat pada pada Tabel 12.

Tabel 12. Bobot pekerjaan penanaman per jenis tanaman pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi

No. Jenis Tanaman Jumlah Satuan Bobot Pekerjaan (%)

1 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 45 ph 1.563

2 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 24 ph 1.000

3 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 50 ph 2.500

4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 250 ph 2.778

5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 ph 0.742

6 Ki Hujan (Samanea saman) 18 ph 0.300

7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 233 ph 1.812

SUB TOTAL A 10.694

B. Shrubs & Ground Covers

1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 23,904 plb 2.988

2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 21,904 plb 2.434

3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1,600 plb 1.111

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 23,904 plb 1.859

5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2,507 plb 2.437

6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 45 plb 0.030

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 1,369 m2 0.456

SUB TOTAL B 11.315

Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas

Page 56: A08aar

40  

Tanaman palm sadeng (Livistonia rotundifolia) keseluruhan merupakan

jenis tanaman dengan bobot pekerjaan yang paling tinggi yaitu sebesar 5,06 %,

diikuti dengan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 2,79 %, pucuk merah

(Euginia oleana) sebesar 1,81 % dan ki hujan (Samanea saman) sebagai jenis

tanaman dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,30 %. Pada tanaman

semak dan groundcovers, pandan kuning (Pandanus pygmeus) merupakan

tanaman dengan bobot pekerjaan tertinggi dengan bobot sebesar 2,99 %,

euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 2,44 %, pisang hias (Helliconia psitacorum)

sebesar 2,43 % dan bunga kertas (Bougenvillea glabra) sebagai jenis semak

dengan bobot pekerjaan terkecil yaitu sebesar 0,03 %.

Dengan mengetahui bobot dari masing-masing pekerjaan penanaman,

diketahui bahwa tanaman palm anggur (Latania sp.) merupakan tanaman yang

memiliki bobot pekerjaaan terbesar terhadap kemajuan (progress) pekerjaan

penanaman pada penataan lanskap jalan tol ruas Cengkareng, sedangkan palm

sadeng (Livistonia rotundifolia) memiliki bobot pekerjaan terbesar terhadap

kemajuan pekerjaan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi. Hasil tersebut bukan

merupakan suatu hal yang positif dikarenakan beberapa sebab, yaitu : 1)

tanaman palm, baik palm sadeng dan palm anggur merupakan tanaman yang

rentan terhadap perlakuan penanaman kembali (transplanting), terutama bila

perawatan pasca-penanaman tidak dilaksanakan dengan baik. Perhatian lebih

diberikan pada tanaman tersebut mengingat kondisi lanskap jalan tol yang

kurang mendukung terhadap pertumbuhan tanaman, 2) memiliki nilai ekonomis

tinggi dibandingkan jenis tanaman lain dan 3) ketersediaannya di pasaran

terbatas, terutama bila harus memenuhi spesifikasi yang terdapat dalam

dokumen kontrak.

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, konsultan pengawas

memberikan perhatian khusus terhadap penangan tanaman palm pada kedua

ruas jalan tersebut. Sejumlah saran dan masukan juga diberikan kepada pekerja

penanaman di lapangan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman, terutama

tanaman-tanaman yang memiliki bobot pekerjaan yang cukup besar terhadap

kemajuan pekerjaan secara keseluruhan seperti tanaman palm dan pohon

berukuran besar lainnya. Saran juga diberikan terhadap jenis tanaman yang

diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan

jalan tol yang kurang bersahabat seperti tanaman Lantana sp yang ditanam pada

ruas Cengkareng Km 25+000 sampai dengan Km 27+000.

Page 57: A08aar

41  

Adapun saran yang diberikan dalam untuk meningkatkan kemungkinan

hidup tanaman palm setelah perlakuan penanaman kembali (transplanting)

adalah :

1) khusus untuk tanaman palm, apabila belum tiba waktu penanaman,

tanaman hanya diperkenankan untuk ditaruh pada tempat ternaungi untuk

waktu 2-3 hari dengan penyiraman secara rutin yang ditujukan untuk

menjaga kelembaban bola akar

2) tanaman palm harus diusahakan untuk ditanam dengan kedalaman yang

sama dengan lokasi asalnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi

pembusukan atau timbulnya penyakit akar

3) seluruh tanaman yang baru ditanam harus disiram hingga tanah disekitar

tanaman tersebut basah hingga kedalaman ± 20 cm atau sesuai dengan

ketentuan pada dokumen kontrak

Tanaman palm yang belum tiba masa tanamnya ditempatkan pada

sebuah lubang tanam sementara yang disediakan khusus untuk menampung

tanaman palm hingga tiba waktu penanamannya, hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan perawatan tanaman tersebut selama masih berada di nurseri

sementara seperti yang tampak pada Gambar 8.

Gambar 8. Tanaman palm pada lokasi tempat penampungan (nurseri) sementara

Sedangkan pada pekerjaan penanaman semak dan rumput diprediksi

tidak akan menimbulkan hambatan terhadap kemajuan (progress) pekerjaan jika

dilaksanakan sesuai dengan panduan pekerjaan penanaman dengan

Page 58: A08aar

42  

menggunakan tenaga penanaman yang terampil dan berpengalaman. Hal yang

disarankan untuk diperhatikan oleh kontraktor dalam melakukan penanaman

semak dan rumput antara lain :

1) tanaman semak dipindahkan dengan cara dipegang polybagnya dan

bukan pada bagian batangnya

2) waktu penanaman merupakan hal yang harus diperhatikan. Penanaman

hanya diperkenankan pada pagi atau sore hari

Dalam pemeriksaan terhadap rencana kerja proyek secara keseluruhan

diperoleh hal seperti berikut : pekerjaan persiapan memiliki bobot 17,89 %,

pekerjaan pengadaan tanah sebesar 9,94 %, pekerjaan revitalisasi nurseri 2,58

%, pekerjaan penanaman 53,71 %, pekerjaan perawatan 9,81 % dan pekerjaan

pemeliharaan sebesar 5,97 %. Kegiatan magang yang dilangsungkan pada masa

penanaman mencakup seluruh jenis pekerjaan kecuali pekerjaan yang terdapat

pada masa perawatan dan masa pemeliharaan. Bobot kerja pada masa

penanaman itu sendiri secara keseluruhan adalah sebesar 84,50 % terhadap

penyelesaian proyek.

Berdasarkan pemeriksaaan terhadap rencana proyek kontraktor, dapat

diketahui bahwa rencana kerja tersebut menggunakan pendekatan (iterative).

Pendekatan ini merupakan pendekatan pelaksanaan kerja yang dilaksanakan

secara simultan. Sejumlah pekerjaan dilaksanakan pada waktu yang bersamaan

dengan pola distribusi kerja secara paralel (Idad, 2003). Hal yang perlu

diperhatikan pada pengaplikasian rencana kerja dengan menggunakan

pendekatan semacam itu adalah distribusi bobot kerja per minggu terbesar

dengan jenis pekerjaan kerja yang paling banyak. Pada distribusi kerja dalam

rencana kerja kontraktor dapat diketahui bahwa jumlah bobot kerja terbesar

terdapat pada minggu-8 yang mencapai bobot kerja hingga 11,709 %. Implikasi

dari penerapan pendekatan tersebut adalah tingginya tuntutan terhadap

kemampuan kontraktor dalam menyediakan dan mendistribusikan alat, bahan

dan tenaga kerja pada masing-masing lokasi pekerjaan yang berjauhan satu

sama lain.

6.1.3. Pemeriksaan Disain

Pemeriksaan terhadap konsep dan disain lanskap merupakan salah satu

tugas pendahuluan yang dilakukan oleh konsultan pengawas yang dimaksudkan

untuk memperoleh pemahaman terhadap konsep dan rancangan yang hendak

Page 59: A08aar

43  

diterapkan oleh tim perencana dan memeriksa apakah konsep tersebut dapat

diterapkan di lapang melalui pembandingan terhadap ketentuan teknis

penanaman lanskap jalan yang telah ditentukan oleh Dirjen Bina Marga tahun

1996 mengenai Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan.

Pemeriksaan terhadap disain lanskap dilaksanakan selama satu minggu

sebelum pekerjaan lanskap dimulai, kegiatan tersebut mencakup pemeriksaan

terhadap konsep lanskap, gambar kerja, gambar rencana dan dokumen

spesifikasi lanskap. Pemeriksaan (review) disain dilaksanakan dengan

melakukan pemeriksaan silang (cross-references) antar dokumen yang tersedia

dan melakukan pembahasan secara langsung dengan perwakilan tim perencana.

Disain penataan lanskap jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng

secara garis besar dibagi atas dua jalur utama, yaitu jalur median dan damija

(daerah milik jalan) yang masing-masing berada di ruas jalan tol Jagorawi

sepanjang 2,8 km dan ruas Cengkareng sepanjang 11,8 km. Adapun jadwal kerja

dalam melaksanakan pemeriksaan disain lanskap pada kedua ruas jalan tol

Jagorawi dan Cengkareng dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Alokasi waktu pemeriksaan konsep dan gambar kerja Oktober - November 2007

No Kegiatan 31 1 2 3 4 5 6

1 Pemeriksaan konsep lanskap

a. Ruas Cengkareng

b. Ruas Jagorawi

2 Pemeriksaan Gambar rencana dan Gambar kerja

a. Ruas Cengkareng

b. Ruas Jagorawi

Dari jadwal kegiatan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh konsultan

pengawas pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa pemeriksaan terhadap gambar

kerja ruas Cengkareng memerlukan waktu yang lebih dibandingkan dengan

pemeriksaan lainnya. Hal ini disebabkan karena minimnya kelengkapan gambar

yang dihasilkan oleh konsultan perencana pada lanskap jalan tersebut sehingga

diperlukan waktu dan pemahaman yang lebih dalam melakukan pemeriksaan

dan koreksi. Sebagai hasil akhir dari kegiatan pemeriksaan (review) disain,

konsultan pengawas memberikan sejumlah koreksi terhadap kekurangan dan

kesalahan yang ada pada gambar kerja kedua ruas jalan tersebut.

Page 60: A08aar

44  

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak perencana, konsep

yang hendak diterapkan pada lanskap ruas jalan tol CTC adalah sebuah

penataan lanskap dengan disain sederhana (simple) berkesan formal, modern-

minimalis menggunakan tanaman eksotis yang disusun menggunakan pola

geometris. Tanaman yang digunakan, disusun dan ditanam secara berkelompok

(mass planting) pada titik-titik tertentu, terutama pada lokasi yang memiliki nilai

visualitas rendah (bad view). Fungsi utama tanaman dalam mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan jalan menempatkan tanaman sebagai

elemen penghias (ornament), penyangga (buffer), pemersatu (unity) dan

penghalang (screen). Kelompok tanaman ditata dan ditanam dalam jarak

tertentu, baik jarak antar tanaman maupun jarak tanaman terhadap badan jalan.

Kontinuitas jarak dan tema penanaman ditujukan untuk memberikan pengaruh

terhadap psikologis pengguna jalan. Dengan penataan teratur dan konsep

lanskap yang jelas, kesan visual yang baik terhadap tapak diharapkan akan

semakin kuat.

6.1.3.1. Konsep lanskap ruas jalan tol Cengkareng

Penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng dititik beratkan pada : 1)

areal bahu jalan, 2) areal median; dan 3) gerbang bandara sebagaimana yang

tampak pada Gambar 9.

Gambar 9. Konsep umum penataan lanskap Cengkareng

Konsep penataan lanskap ruas jalan tol Cengkareng direncanakan dan

dirancang lebih lembut dibandingkan konsep lanskap ruas Jagorawi. Rancangan

Page 61: A08aar

45  

bertema semi-formal diambil untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna jalan

tol mengingat kondisi lingkungan pada areal ini yang kurang mendukung bagi

pertumbuhan tanaman secara optimal. Penerapan pola semi-formal diterapkan

melalui pemilihan jenis tanaman dan penataannya yang menggunakan pola

penanaman tidak teratur (irregular). Kehadiran tanaman bertajuk lebar dengan

komposisi ragam tanaman ditujukan untuk menciptakan kesan teduh dan

nyaman. Penanaman tanaman secara berkelompok (mass planting) dan rapat

pada bahu jalan ditujukan untuk mengurangi kesan keras (harsh) pada

lingkungan di sepanjang jalan tol. Elemen keras lanskap (hardscape) yang

terekspos pada bagian ruas tertentu dikamuflasekan dengan penggunaan

tanaman penghalang (screen) untuk menghasilkan kesan lembut dan juga

estetis.

6.1. 3.1.1. Konsep areal gerbang bandara

Konsep dan Gambar kerja untuk penataan areal gerbang bandara yang

tidak disertakan dalam dokumen kerja mempersulit kegiatan pemeriksaaan

(review) dan penerapan di lapangan sehingga dibutuhkan inisiatif tersendiri dari

konsultan pengawas dengan saran dan masukan dari konsultan perencana.

6.1.3.1.2. Konsep areal median dan bahu jalan

Penataan tanaman pada area median dan bahu jalan pada ruas

Cengkareng dapat dilihat di Gambar 10.

Gambar 10. Konsep penataan tanaman pada median dan bahu jalan

Konsep penataan pada areal median dan bahu jalan bertemakan semi

formal. Pada median jalan penyeragaman tema jenis tanaman yang digunakan

AREA TANGGUL TAMPAK ATAS AREA MEDIAN

cm 

cm 

Page 62: A08aar

46  

berlaku hingga jarak tertentu guna mempertegas kesan lanskap jalan tol yang

berbunga dan untuk mengefisiesikan pemeliharaan. Pergantian tema tanaman

pada bagian median jalan difungsikan untuk memecah kemonotonan dalam

perjalanan. Hal yang membedakan penanaman ruas Cengkareng dengan ruas

Jagorawi terletak pada adanya penanaman semak di sepanjang garis tanggul,

namun sayangnya konsep penanaman tersebut tidak dilengkapi dengan Gambar

kerja penanaman sehingga konsep tersebut sulit untuk dipahami dan

dikhawatirkan mengakibatkan kesalahan pemahaman terutama bagi para pekerja

di lapangan.

Dengan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang-Tomang-Cengkareng,

diharapkan damija dan median yang ada akan lebih tertata dengan baik dengan

adanya pohon-pohon hijau dan tanaman bunga berwarna-warni yang ditata

secara masal. Jalan tol yang memiliki pohon yang berbunga berwarna-warni

pada damija dan median jalan diharapkan akan dapat menciptakan karakter yang

khas dalam membentuk sebuah gardening toll road khususnya pada lanskap

jalan tol ruas Cengkareng.

6.1.3.2. Konsep lanskap ruas jalan tol Jagorawi

Konsep umum penataan lanskap jalan tol ruas Jagorawi diperlihatkan

pada Gambar 11.

Gambar 11. Konsep umum penataan lanskap ruas Jagorawi

Sebagaimana tampak pada Gambar 11, lokasi tanam antar masing-

masing lokasi berdekatan satu sama lain. Penataan lanskap ruas jalan tol

Jagorawi memiliki daerah tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan lokasi

Page 63: A08aar

47  

TAMPAK ATAS

TAMPAK SAMPING

penanaman pada ruas Cengkareng, sehingga penanaman hanya dititik beratkan

pada : 1) areal gerbang tol, 2) areal kantor cabang, 3) areal bahu jalan (damija),

4) areal median jalan, dan 5) area penerimaan (entrance area) nurseri.

6.1.3.2.1. Konsep areal gerbang tol

Gerbang tol merupakan salah satu bagian jalan tol yang didominasi oleh

struktur bangunan yang berfungsi melaksanakan fungsi pelayanan pembayaran

pengguna jalan (tol). Penataan lanskap yang dapat dilakukan pada areal ini

sangat terbatas dikarenakan tidak tersedianya ruang dan media tanam alami

yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman. Salah satu metode umum yang

digunakan dalam melembutkan suasana yang terdapat pada lanskap gerbang tol

adalah dengan melakukan penanaman pada sebuah pot yang disusun

menyerupai penataan sebuah container garden dengan menggunakan elemen-

elemen keras berwarna monokromatik.Tanaman ditata dengan prinsip container

garden menggunakan pot dengan disain sederhana (simple) dan alur penataan

memanjang (linear) seperti yang tampak pada Gambar 12.

Gambar 12. Konsep penataan gerbang tol

Pot yang diusulkan pada ruas jalan tol Cawang diletakkan pada gerbang

tol Cililitan 2 (gerbang tol satelit), sedangkan pada ruas jalan tol Cengkareng

diletakan pada gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo dengan jumlah pot pada masing-

masing gerbang sebanyak 44 buah pot tipe A berukuran kecil dan 22 pot tipe B

Page 64: A08aar

48  

berukuran besar. Dalam konsep yang digunakan, tidak ditentukan jenis dan

jumlah tanaman pada masing-masing pot tersebut. Jenis tanaman yang

digunakan pada masing-masing pot ditentukan dalam rapat Pre-Construction

Meeting (PCM) dengan menggunakan jenis tanaman yang disarankan satgas

dan kontraktor. Untuk tanaman utama digunakan tanaman bunga kertas

(Bougenvillea sp.) untuk pot tipe A dan pandan bali untuk pot tipe B. Sedangkan

untuk tanaman pelengkapnya digunakan pandan kuning (Pandanus pygmeus)

pada kedua jenis pot tersebut.

6.1.3.2.2. Konsep areal kantor cabang

Penerapan konsep lanskap pada areal kantor cabang ditata untuk

menciptakan kesan lembut dengan tema semi-formal melalui penerapan disain

dengan berpola semi-organik dan pemilihan tanaman berwarna hangat

sebagaimana yang terlihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Konsep penataan lanskap areal kantor cabang

Penggunaan pohon bertajuk lebar dipadukan dengan kelompok

groundcover dari ragam yang berbeda. Gradasi ketinggian dan warna tanaman

yang digunakan, baik dari jenis groundcover hingga pohon ditujukan untuk

membuat lanskap eksisting terkesan lembut dan juga untuk menciptakan aksen

lanskap yang berbeda (distinctive) dengan bentuk lanskap lain yang ada

disekitar areal kantor cabang.

6.1.3.2.3. Konsep areal bahu jalan

Konsep lanskap pada bahu jalan lebih mengutamakan penataan

berdasarkan perbedaan tinggi tanaman melalui pengkomposisian beragam jenis

tanaman. Pohon, semak, perdu dan groundcovers ditata dengan teratur sehingga

dapat menutupi bagian yang tidak diinginkan. Agar fungsi ekologis tanaman

mencapai hasil maksimal, tanaman ditanaman secara massal dan cukup rapat.

Page 65: A08aar

49  

TAMPAK ATAS

Melalui pemilihan jenis tanaman yang tepat, diharapkan area ini mampu

memberikan suasana yang berbeda saat masa pembungaan. Konsep penataan

areal bahu jalan terlihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Konsep penataan areal bahu jalan ruas Jagorawi

6.1.3.2.4. Konsep penataan areal median jalan

Konsep penanaman yang diterapkan pada median jalan pada ruas

Jagorawi dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 . Konsep penataan areal median jalan ruas Jagorawi

Ukuran median jalan yang cukup lebar pada ruas jalan tol Jagorawi

memungkinkan adanya penanaman dengan menggunakan pohon berukuran

besar. Hal ini dimanfaatkan dengan melakukan penanaman tanaman palm yang

dikombinasikan dengan tanaman pucuk merah yang digunakan untuk memecah

kemonotonan tanaman yang ada pada median.

6.1.3.2.5. Konsep welcome area nurseri

Konsep penataan lanskap pada area penerimaan (welcome area) nurseri

diterapkan dengan bentukan disain non-formal melalui penataan tanaman secara

acak (random) namun dengan tetap memperhatikan gradasi serta komposisi

cm

Page 66: A08aar

50  

TAMPAK ATAS

tanaman secara harmonis. Konsep penataan areal penerimaan nurseri yang

dilampirkan dalam dokumen perencanaan lanskap Jagorawi tidak disertakan

dalam rancangan detil yang terdapat pada gambar kerja, termasuk di dalamnya

jenis dan jumlah tanaman yang akan digunakan sehingga rancangan pada area

ini tidak dapat diterapkan di lapangan. Konsep penataan areal penerimaaan

nurseri tampak pada Gambar 16.

Gambar 16. Konsep penataan area penerimaan nurseri

Secara garis besar, bentuk disain yang hendak diterapkan dalam lanskap

jalan tol CTC lebih ditujukan sebagai pelembut suasana jalan tol yang terkesan

monoton. Sasaran pekerjaan lanskap adalah untuk meningkatkan kualitas visual

lanskap melalui penataan lanskap dengan disain sederhana pada kedua ruas

jalan tersebut yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kenyamanan

pengguna jalan tol.

6.1.4. Pemeriksaan (review) Gambar Kerja

Gambar kerja (shop drawings) yang digunakan sebagai panduan

pelaksanaan kontraktor dalam pekerjaan di lapangan dapat dilihat pada

Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 18. Sejumlah koreksi diberikan terhadap

gambar kerja yang dikoreksi oleh konsultan pengawas. Ringkasan hasil

pemeriksaan pada gambar kerja tersebut disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Ringkasan pemeriksaan (review) gambar kerja dan gambar rencana

lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi No LOKASI KETERANGAN

1 Penataan Lansekap pada Ruas Jagorawi

STA : 1 + 000 – STA 3 + 800

Area : Median dan Damija

Gambar : 4 lembar

Skala : tidak ada

Arah Utara : tidak ada

Page 67: A08aar

51  

No LOKASI KETERANGAN

2 Penataan Lansekap pada Ruas Cengkareng

STA : 21 + 000 – STA 32 + 800

Area : Median dan Damija

Gambar : 6 lembar

Skala : Tidak ada

Arah Utara : tidak ada

3 Revitalisasi Nursery Cipinang

Lokasi : STA : 3 + 800 lajur arah Bogor, bersebelahan dengan pool

derek PT Jasa Marga

Gambar : tidak ada

Sumber : laporan bulanan pertama konsultan pengawas

Melalui kegiatan pemeriksaan disain lanskap (review design) dan

pemeriksaan gambar kerja, diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi

anggota tim pengawas lapangan terhadap konsep yang akan diterapkan maupun

persyaratan material dan alat yang akan digunakan. Melalui kegiatan tersebut

juga, diharapkan agar perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di lapangan

tidak berbeda jauh atau bahkan merubah konsep awal yang hendak diterapkan

oleh perencana lanskap.

Dalam kegiatan pemeriksaan gambar kerja, masalah-masalah yang

timbul akibat kesalahan produksi atau pembuatan gambar kerja diantisipasi dan

dicarikan alternatif solusi yang mungkin ditempuh sehingga masalah tersebut

tidak menghambat proses pekerjaan ketika gambar tersebut digunakan di

lapangan. Perincian dari hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil pemeriksaan dan koreksi terhadap gambar kerja penataan

lanskap jalan tol ruas Cengkareng dan Jagorawi

No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI

1. RUAS CENGKARENG A. Pohon/Palm 1 Palm anggur (Latania sp) 112 112 0

2 Bintaro (Cerbera odollam) 704 790 86 86 phn ditambahkan pada gambar

3 Thevetia (Thevetia peruviana) 433 538 105 105 phn ditambahkan pada gambar

4 Ki hujan (Samanea saman) 120 150 30 30 phn ditambahkan pada gambar

5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 40 0

6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans)

10 10 0

7 Palm jepang (Ptycosperma macharthurii) 180 225 45 45 phn ditambahkan

pada gambar

8 Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima)

212 265 53 53 phn ditambahkan pada gambar

9 Pucuk merah (Eugenia oleana) 204 255 51 51 phn ditambahkan pada gambar

Page 68: A08aar

52  

No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI

B. Shrubs & Ground Covers

1 Bunga mentega (Nerium oleander) 11000 10,500 -500 500 nos dihilangkan

pada gambar

2 Bunga mentega Var. (Nerium oleander var.) 10500 10,500 0

3 Pandan kuning (Pandanus pygmeus)

1800 1,800 0

4 Lili air mancur (Hymenocallis speciosa) 1800 1,800 0

5 Pisang hias (Helliconia sp.) 1600 1,600 0 6 Lantana (Lantana spp) 16000 16,000 0

7 Rumput paetan (Axonopus compresus)

50 50 Lokasi pada gambar kerja tidak ada

C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman

1. Pot Type A 0 44 44 Tipe A pada gambar dirubah menjadi Tipe B

Lokasi pada gambar kerja tidak ada

2. Pot Type B 0 22 22 Tipe B pada gambar dirubah menjadi Tipe A

Lokasi pada gambar kerja tidak ada

D. Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija

1 Cassia sp. 0 12600 12,600 Lokasi pada gambar kerja tidak ada

Tidak terdapat referensi foto lokasi

E. Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija

1. Pohon 0 60 60 Lokasi pada gambar kerja tidak ada

A. Pohon/Palm

1 Palm sadeng (Livistona rotundifolia) 45 45

2 Palm sadeng (Livistona rotundifolia)

24 24

3 Palm sadeng (Livistona rotundifolia) 50 50

4 Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 265 250 -15 15 phn dikurangi pada

gambar 5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 89 0

6 Ki hujan (Samanea saman) 17 18 1 1 phn ditambahkan pada gambar

7. Pucuk merah (Eugenia oleana) 233 233 0 B. Shrubs & Ground Covers

1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 24033 23,904 -129 129 nos dikurangi pada

gambar

2 Pisang hias (Helliconia psittacorum) 21775 21,904 129 129 nos ditambahkan

pada gambar

3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1666 1,600 -66 66 nos dikurangi pada

gambar

4 Lili air mancur (Hymenocallis speciosa) 24033 23,904 -129 129 nos dikurangi pada

gambar

Page 69: A08aar

53  

No. URAIAN Gambar BQ SELISIH SOLUSI

5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2517 2,507 -10 10 nos dikurangi pada gambar

6 Bunga kertas (Bougainvillea glabra)

45 45 0

7 Rumput paetan (Axonopus compresus) 1369 1,369 0

C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman

1. Pot Type A 44 44 0 Jenis tanaman belum ditentukan

2. Pot Type B 22 22 0 Jenis tanaman belum ditentukan

D. Revitalisasi Nursery Cipinang 1 Pembersihan lahan 1,500 1,500

2 Instalansi paranet + tiang penyangga 500 500 Gambar belum ada

4 Titik air 5 Gambar belum ada

5 Prunning existing pohon 30 30 Gambar teknisnya belum ada

6 Pembuatan lubang tanam kompos 3 Lokasi pada gambar

kerja tidak ada

Catatan Tambahan hasil periksa Gambar rencana

a Layout Planting Plan jumlah lembar : 10 b Layout Detaill Penanaman Jumlah lembar : 4

c Daftar Isi dan Judul : masing2 satu lembar

d Lembar Gambar belum ditandatangani

Sumber : dokumen kontrak kontraktor

Kesalahan yang paling banyak dijumpai pada pemeriksaan tersebut

adalah ketidaksesuaian antara keterangan yang terdapat pada gambar kerja

dengan keterangan pada dokumen harga dan jumlah material kerja (Bill of

Quantity - BQ). Kekurangan lainnya adalah adanya ketidak-lengkapan notasi

gambar kerja seperti skala dan orientasi arah mata angin. Kekurangan-

kekurangan tersebut akan sangat menghambat pekerjaan bila tidak ada tindakan

koreksi yang dilakukan. Tindakan yang diperlukan sebagai koreksi dalam

mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggambaran ulang gambar

kerja pada masing-masing ruas baik pada ruas Cengkareng maupun pada ruas

Jagorawi.

Dalam penerapan skala gambar kerja, digunakan skala gambar sebagai

mana yang dikemukakan oleh Hakim (2005) yang mengelompokkan skala

gambar proyek kedalam tiga kelompok utama, yaitu gambar rencana, gambar

Page 70: A08aar

54  

detil dan gambar presentasi. Ketentuan dalam pengguaan skala pada masing-

masing gambar tersebut diperlihatkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Acuan skala gambar kerja No Jenis Gambar Keterangan Skala

I. Gambar perencanaan (Planning in design drawings)

1 Lay Out Plan Rencana Dasar 1 : 1 000

2 Landscape Plan Rencana Lanskap 1 : 500

3 Planting Plan Rencana Pola Tata Hijau 1 : 500

4 Elevation Plan Rencana Tampak 1 : 500

5 Section Plan Rencana Potongan 1 : 500

6 Lighting Plan Rencana Pencahayaan 1 : 500

7 Topography Plan Rencana Muka Tanah 1 : 500

8 Drainage Plan Rencana Saluran

Drainase 1 : 500

9 Maintenance Plan Rencana Pemeliharaan 1 : 500

III. Gambar detil (Design engineering detail)

16 Sketsa Perspektif - Tanpa Skala

17 Animasi - Tanpa Skala

18 Raw Concept Konsep Awal Tanpa Skala

Secara keseluruhan, sebagian besar masalah yang terdapat dalam

gambar rencana dan gambar kerja adalah kurangnya detil. Gambar kerja

dirasakan masih mentah dan dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran yang

berdampak pada ketidaksesuaian konsep yang direncanakan terhadap aplikasi di

lapangan. Berdasarkan keterangan dari tim perencana, faktor-faktor yang

mengakibatkan terjadinya kekurangan dan kesalahan tersebut adalah:

II. Gambar detil (Design engineering detail)

10 Landscape Design Development Disain Pengembangan 1 : 200

11 Planting Design Disain Penanaman 1 : 200

1 : 100

12 Section and Elevation Potongan dan Tampak 1 : 200

1 : 100

13 Landscape Furniture Detail Detil Elemen Keras

Lanskap

1 : 100

1 : 50

14 Hard Materials Detail Detil Pola Perkerasan 1 : 100

1 : 50

15 Planting Constructions Detail Detil Panduan

Penanaman

1 : 50

1 : 20

Page 71: A08aar

55  

1) kurangnya jangka waktu untuk melaksanakan kegiatan perencanaan dan

perancangan yang dibutuhkan

2) tidak terdapat data dan informasi yang akurat mengenai kondisi lapangan

3) minimnya pemahaman konsultan perencana terhadap tapak secara

keseluruhan.

6.2. Pengawasan Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan segala jenis pekerjaan yang meliputi

persiapan lahan dengan segala kelengkapannya sebelum dilaksanakannya

pekerjaan penanaman. Pengawasan pekerjaan persiapan dalam penataan

lanskap jalan tol ruas CTC mencakup 10 (sepuluh) sub-pekerjaan yang terdiri

atas : pemeriksaan terhadap mobilisasi dan demobilsasi kontraktor, pengadaan

kantor dan gudang lapangan, pengadaan tempat penampungan tanaman

(nurseri) sementara, pengadaan kelengkapan keamanan dan keselamatan kerja,

pengaturan lalu-lintas, pengadaan foto proyek, pengadaan alat bantu kerja,

pembersihan lahan penanaman, pekerjaan pematokan tanaman dan pengadaan

penopang bambu. Seluruh sub-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan

pendahuluan dalam mempersiapkan alat dan bahan serta area kerja.

6.2.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Kontraktor

Pekerjaan mobilisasi merupakan pekerjaan pemindahan alat, material dan

tenaga kerja yang dipergunakan oleh kontraktor, baik untuk memasuki maupun ke

luar dari lokasi pekerjaan dan juga mencakup pekerjaan demobilisasi

(pembongkaran atau pemulangan kembali) apabila pekerjaan telah selesai dan

atau peralatan yang diperlukan tidak digunakan lagi.

Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah untuk memindahkan alat dan

material yang diperlukan sehingga dapat dipastikan tersedia di lapangan dalam

kondisi yang baik tanpa adanya kekurangan atau gangguan kerusakan. Dalam

melaksanakan pekerjaan tersebut, kontraktor menggunakan kendaraan proyek

yang digunakan untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi kontraktor yang

dibagi atas : 1) kendaran milik sendiri yang digunakan untuk memindahkan

peralatan dan tenaga kerja dan 2) kendaran sewa yang digunakan untuk

memindahkan materi dan material yang diperlukan ke dalam atau ke luar lokasi

pekerjaan. Berdasarkan keterangan kontraktor, jumlah armada yang dapat

digunakan tergantung tuntutan kondisi pekerjaan yang dibutuhkan. Penambahan

Page 72: A08aar

56  

armada kendaraan hanya dilakukan terbatas pada waktu-waktu tertentu, yaitu

pada saat dilakukannya pengiriman tanaman atau tanah merah.

Sedangkan untuk kendaraan operasional sehari-hari hanya digunakan

kendaraan bak terbuka. Kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan mobilisasi

dan demobilisasi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Kendaraan yang digunakan dalam mobilisasi dan demobilisasi

tenaga kerja dan material ke dalam dan ke luar tapak

Selain memiliki keterbatasan jumlah kendaraan operasional tetap,

kontraktor juga tidak memiliki program mobilisasi yang dapat dijadikan sebagai

acuan untuk memprediksikan kebutuhan mobilisasi yang diperlukan. Dalam

melaksanakan pekerjaan mobilisasi, kontraktor seharusnya sudah terlebih dahulu

mempersiapkan program kerja mobilisasi yang mencakup :

1) lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat penyimpanan material

dan nurseri sementara yang disertai denahnya

2) rencana pengangkutan material tanaman dan alat dari dan ke tempat

tujuan, jadwal dan cara pengiriman serta tahapan menurut prioritas

3) perubahan kerja

Hal tersebut di atas dibahas bersama dengan konsultan pengawas dan pihak PT.

Jasa Marga untuk dikoreksi dan diperbaiki. Hal ini merupakan sesuatu yang

cukup penting, mengingat bahwa pihak PT. Jasa Marga tidak mengizinkan

adanya pekerjaan lanskap yang dilaksanakan pada siang hari yang diperkirakan

akan menimbulkan kemacetan seperti pekerjaan pengiriman tanah, pada ruas

Cengkareng. Perencaaan program mobilisasi dan mobilisasi yang baik

merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan penanaman pada lanskap

jalan tol, hal ini dikarenakan kondisi ruas jalan tol tidak memungkinkan kontraktor

Page 73: A08aar

57  

untuk melakukan pemindahan material atau alat kerja dari satu jalur ke jalur jalan

lainnya secara langsung. Penilaian terhadap kegiatan mobilisasi dan

demobilisasi kontraktor dilakukan terhadap intensitas atau frekuensi distribusi

alat dan material yang dilaksanakan oleh kontraktor setiap minggunya.

6.2.2. Pengadaan Kantor dan Gudang Lapangan

Kantor dan gudang lapangan merupakan sarana kelengkapan yang

dibuat oleh kotraktor yang berfungsi sebagai pusat korodinasi kontraktor dalam

melaksanakan tugasnya di lapangan. Adapun persyaratan minimal yang harus

dipenuhi dalam mendirikan kantor dan gudang lapangan adalah :

1) memperhatikan dan mentaati peraturan PT. Jasa Marga dalam

menempatkan dan melaksanakan pemasangan/instalasi bangunan kantor

dan gudang lapangan

2) kantor dan gudang lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap

cuaca dengan lantai yang lebih tinggi dari permukaan tanah.

3) dimensi bangunan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan pada

masing-masing lokasi

4) kantor dan gudang lapangan harus dilengkapi dengan peralatan P3K

dengan utilitas bangunan kantor ditentukan berdasarkan kebutuhan

kontraktor menggunakan biaya sendiri

Daerah kerja yang terdapat dalam kontrak kerja penataan lanskap jalan

tol ini terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah kerja, yaitu : lanskap jalan ruas

Cengkareng, lanskap jalan ruas Jagorawi dan nurseri Cipinang yang letaknya

berjauhan satu sama lain. Kondisi tersebut mengakibatkan kotraktor harus

memiliki tempat yang dapat dijadikan sebagai kantor dan gudang lapangan pada

masing-masing wilayah.

Untuk daerah pekerjaan di Cengkareng, kontraktor tidak mendirikan

kantor dan gudang lapangan (direksi kit) dan memilih untuk mengontrak pada

rumah warga yang terletak disekitar Km-32. Pada area kerja ruas jalan tol

Jagorawi, kontraktor mendirikan kantor dan gudang lapangan pada lahan kosong

disekitar area kantor cabang dengan terlebih dahulu meminta persetujuan

kepada pihak PT. Jasa Marga. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan ukurannya

yang cukup luas, tersedia utilitas eksisting seperti saluran air bersih dan listrik

yang dapat dimanfaatkan oleh kontraktor, memiliki aksesibilitas yang baik dan

tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan tol. Namun bangunan yang

Page 74: A08aar

58  

digunakan tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, bangunan hanya

berupa tenda darurat yang dapat digunakan oleh pekerja untuk beristirahat pada

malam hari. Keterbatasan anggaran merupakan alasan utama kontraktor untuk

tidak membangun kantor dan gudang lapangan sesuai dengan ketentuan yang

telah diberikan. Sedangkan pada area pekerjaan nurseri Cipinang, kontraktor

menyewa bangunan pengelola milik PT. Jasa Marga. Kantor dan gudang

lapangan pada lanskap jalan tol ruas Jagorawi dan nurseri dapat dilihat pada

Gambar 18.

Gambar 18. Kantor dan gudang sementara pekerjaan lanskap ruas Jagorawi

6.2.3. Pengadaan Penampungan Tanaman (nurseri) Sementara

Penampungan tanaman (nurseri) sementara merupakan lokasi yang

digunakan dalam proses aklimatisasi untuk membantu tanaman agar dapat

beradaptasi dengan lingkungan barunya. Lokasi tempat penampungan (nurseri)

sementara diusahakan tidak berada jauh dari lokasi pekerjaan, memiliki kondisi

lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengganggu pengguna

jalan tol dan mendapatkan persetujuan satgas pelaksana. Selain hal tersebut,

tempat penampungan tanaman (nurseri) sementara juga digunakan sebagai

lokasi penilaian yang dilakukan konsultan terhadap kualitas dan kuantitas dari

masing-masing jenis tanaman yang akan ditanam.

Pada awalnya, lokasi nurseri ditetapkan pada 2 (dua) lokasi berbeda,

yang masing-masing berada dibawah pengelolaan PT. Jasa Marga. Lokasi

tersebut yaitu pada nurseri Cipinang dan nurseri gerbang tol Kapuk. Namun,

konsultan pengawas menyaranakan adanya lokasi penampungan tanaman lain

selain dua lokasi tersebut. Lokasi penampungan tanaman sementara dapat

dilihat pada Gambar 19.

Page 75: A08aar

59  

Gambar 19. Lokasi penampungan tanaman (nurseri) sementara

Adapun pertimbangan dalam penambahan lokasi tempat penampungan

(nurseri) sementara antara lain dikarenakan: 1) luasan nurseri milik PT. Jasa

Marga tidak mencukupi untuk menampung seluruh tanaman yang didatangkan

oleh kontraktor, 2) lokasi nurseri yang diusulkan oleh pemberi kerja berada jauh

dari lokasi pekerjaan akan dilaksanakan dan 3) keterbatasan armada

pengangkutan yang dimiliki oleh kotraktor. Selain itu, lokasi yang disarankan juga

memiliki kondisi lingkungan yang serupa dengan kondisi lokasi penanaman.

6.2.4. Pengadaan Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kelangkapan keamanan dan keselamatan kerja mencakup kelengkapan

keamanan dan keselamatan yang digunakan oleh pekerja yang ada di lapangan.

Kelengkapan tersebut antara lain : helm proyek, sepatu bot, rompi proyek dan

perlengkapan P3K. Kondisi lingkungan di sekitar jalan tol, terutama suhu udara

dan tingkat penyinaran yang tinggi menyebabkan kondisi udara tidak nyaman,

sehingga menyebabkan para pekerja di lapangan enggan untuk menggunakan

kelengkapan keselamatan kerja walaupun telah disediakan oleh kontraktor. Para

pekerja mengeluhkan bahwa kelengkapan keselamatan tersebut menyebabkan

mereka tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaan, terutama pada

pelaksanaan pekerjaan pembuatan lubang tanam dan pekerjaan penanaman.

Pada Gambar 20 dapat dilihat kondisi para pekerja di lapangan yang tidak

dilengkapi dengan keselamatan dan keamanan kerja.

Page 76: A08aar

60  

Gambar 20. Kondisi kelengkapan keselamatan para pekerja lapangan

Rendahnya kesadaran terhadap keselamatan dan keamanan kerja

merupakan hal yang sangat disayangkan dalam pelaksanaan pekerjaan lanskap

jalan tol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari perilaku tenaga kerja penanaman

yang terkadang menyebrang secara langsung melalui jalan tol. Para pekerja

beralasan tidak semua ruas jalan tol lokasi pekerjaan memiliki unit jembatan

penyebrangan yang dapat digunakan oleh pekerja atau dalam upayanya

mengalokasikan alat dan material menuju lokasi pekerjaan pada jalur jalan tol

disebrangnya.

6.2.5. Pengaturan Lalu-lintas

Pekerjaan pengaturan lalu lintas ditujukan untuk menjada kelancaran dan

keamanan arus lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan. Hal ini dilakukan melalui

pemasangan sejumlah rambu lalu-lintas, lampu, papan peringatan dan

perlengkapan lainnya yang perlu sesuai dengan petunjuk satgas. Pengaturan

lalu lintas pada jalan tol yang disediakan jalur pemisah (median) atau pada jalan

yang lain dalam mana pekerjaan sedang dikerjakan, harus dilaksanakan untuk

panjang tertentu dan Kontraktor dalam usahanya agar lalu lintas tetap lancar

harus menyediakan sarana pemisah jalur berupa rubber cone dan sarana

pengatur lalu-lintas lainnya.

Kontraktor harus selalu mengusahakan dalam setiap pelaksanaan

pekerjaannya, agar hambatan-hambatan, kesulitan-kesulitan dan kelambatan-

kelambatan lalu lintas dihindari. Dalam pelaksanaan kerja, kontraktor sudah

seharusnya atau bila konsultan pengawas menghendaki, maka kontraktor harus

menyediakan tenaga/pekerja yang dialokasikan khusus untuk memberi tanda-

tanda kepada lalu lintas agar kelancaran dan keamanan terjamin.

Page 77: A08aar

61  

6.2.6. Pengadaan Foto Proyek

Foto proyek merupakan dokumentasi terhadap setiap pekerjaan yang

telah dilaksanakan oleh kontraktor. Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan

oleh kontraktor didokumentasikan kedalam dokumentasi foto proyek yang terdiri

atas 3 (tiga) jenis dokumentasi, yaitu foto 0%, foto 50% dan foto 100%. Foto 0%

merupakan kondisi awal dari lokasi pekerjaan sebelum adanya kegiatan sama

sekali, foto ini juga dikenal dengan nama foto eksisting. Foto 50% merupakan

foto kemajuan pekerjaan pada saat setengah rampung, sedangkan foto 100%

adalah foto lokasi proyek setelah pekerjaan selesai. Setiap jenis foto tersebut

diharuskan untuk diambil dengan menggunakan sudut pandang dan obyek yang

sama.

Dokumentasi tersebut digunakan sebagai materi kelengkapan pada

laporan visualisasi terhadap hal-hal penting dalam pekerjaan dan merupakan

kelengkapan didalam laporan visualisasi pada materi rapat mingguan, laporan

bulanan yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, dokumen penagihan

kontraktor dan arsip PT. Jasa Marga.

6.2.7. Pengadaan Alat Bantu Kerja

Alat bantu kerja yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini adalah

pengadaan sumber listrik yang diperlukan bagi pekerjaan di lapangan, terutama

dalam kegiatan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Pada pekerjaan ini,

kontraktor tidak mengadakan kelengkapan listrik kerja pada pekerjaan malam

hari. Pada ruas jalan tol Jagorawi, penerangan yang berasal dari lampu jalan

dirasakan telah cukup memadai bagi para pekerja. Sedangkan pada ruas jalan

tol Cengkareng, tidak ada pekerjaan yang dilaksanakan pada malam hari, kecuali

pengiriman tanaman ke lokasi tanamnya.

6.2.8. Pembersihan Lahan Penanaman

Kegiatan pembersihan lahan mencakup pekerjaan pengelupasan

permukaan tanah (peeling) dari rumput atau tanaman eksisting yang tidak

termasuk dalam rencana atau Gambar kerja untuk memungkinkan pekerjaan

pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam pada lokasi tertentu. Dalam

pekerjaan pembersihan lahan, puing, sampah dan batu yang ada kerja

dibersihkan dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Pembersihan lahan

Page 78: A08aar

62  

penanaman hanya dilaksanakan pada areal kantor cabang dan median yang

terdapat di sekitar gerbang bandara Soekarno-Hatta.

Gambar 21. Pekerjaan pembersihan lahan penanaman

6.2.9. Pekerjaan Pematokan Lubang Tanam

Pekerjaan pematokan lubang tanam dilaksanakan untuk menentukan titik

tanam yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pematokan titik tanam

berikutnya. Pada Gambar 22 dapat dilihat pekerjaan pematokan lubang tanam

acuan.

Gambar 22. Pekerjaan pematokan lubang tanam pada ruas Cengkareng yang

didampingi oleh konsultan pengawas

Pematokan lebih diutamakan untuk menentukan lokasi titik tanam

tanaman pohon dan palm, sedangkan untuk tanaman semak dan groundcover

pematokan hanya dilakukan terhadap area penanamannya. Penilaian atau

pembobotan terhadap pekerjaan pematokan lubang tanam didasarkan pada

Page 79: A08aar

63  

jumlah lubang tanam yang telah ditentukan (dipatok). Data pematokan diperoleh

dari laporan harian yang dilaporkan oleh para pekerja di lapangan setelah

diperiksa ulang oleh konsultan pengawas. Alat dan bahan yang digunakan dalam

pekerjaan ini adalah patok bambu, martil, blencong dan meteran gulung.

Pematokan lubang tanam dilakukan terhadap seluruh jenis tanaman. Dalam

menentukan titik lubang tanam acuan, para pekerja lapangan didampingi oleh

anggota konsultan pengawas, sedangkan setelah ditetapkan titik lubang tanam

acuan maka pekerjaan pematokan selanjutnya diserahkan kepada pekerja di

lapangan.

6.2.10. Pengadaan Penopang Bambu

Penopang digunakan untuk menyokong posisi tanaman agar dapat berdiri

dengan baik pada tempat penanamannya yang baru. Penggunaan penopang

merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman baru pada

tempat-tempat yang memiliki intensitas dan kecepatan angin yang dapat

menyebabkan tanaman baru (transplanting) tumbang. Sedangkan untuk tanaman

pada lokasi yang tidak memiliki angin yang kuat atau intensif, penggunaan

penopang tanaman merupakan hal yang tidak disarankan.

Penopang yang digunakan dalam pekerjaan adalah bilah bambu dengan

ukuran panjang 1,5 m dan diameter ± 8 cm. Sedangkan tali yang digunakan

untuk mengikat penopang digunakan tali ijuk dan tali rafia. Ketentuan

pemasangan penopang pada masing-masing tanaman dapat dilihat pada

Lampiran 20. Jumlah penopang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah

sebanyak 9.375 bilah bambu yang digunakan pada 3.245 tanaman yang terdiri

atas pohon dan palm. Setiap tanaman diberikan satu set penopang yang terdiri

dari bambu penyangga sebanyak 3 buah yang diikat dengan menggunakan tali

rafia atau tali lainnya yang diperkirakan akan mengalami dekomposisi.

Penilaian atau pembobotan terhadap pekerjaan pengadaan penopang

bambu didasarkan pada jumlah penopang yang telah dipersiapkan oleh

kontraktor sesuai dengan jumlah tanaman yang akan dipasangkannya.

Walaupun pemasangan penopang dengan menggunakan tali rafia merupakan

hal yang tidak disarankan, namun dalam aplikasinya di lapangan kontraktor tetap

menggunakan bahan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya

operasional secara keseluruhan yang harus dikeluarkan pada kegiatan tersebut.

Page 80: A08aar

64  

6.3. Pengawasan Pekerjaan Revitalisasi Nurseri

Nurseri yang digunakan oleh kontraktor dalam melaksanakan

kewajibannya dibagi atas dua macam bentuk, yaitu nurseri sementara dan

nurseri permanen. Nuseri sementara adalah nurseri yang berupa tempat

penampungan tanaman yang berada di lapangan sebelum dilaksanakannya

penanaman terhadap tanaman tersebut, sedangkan nurseri permanen adalah

nurseri milik PT. Jasa Marga cabang CTC yang terletak di daerah Cipinang atau

tepatnya pada Km-1 jalan tol Cililitan dan bersebelahan dengan pool derek

Jagorawi. Pekerjaan revitalisasi nurseri hanya dilakukan pada nurseri permanen

dan tidak pada nurseri sementara. Kondisi eksisting nurseri Cipinang dapat

dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Kondisi eksisting nurseri Cipinang

Nurseri yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini merupakan lokasi yang

cukup luas dengan penataan dan fasilitas tertentu yang digunakan untuk

memelihara dan mempersiapkan tanaman sehingga siap untuk dipindahkan dan

ditanam ke lokasi dan tidak digunakan sebagai tempat perbanyakan tanaman

sebagaiman fungsi nurseri pada umumnya. Fungsi nurseri dalam pekerjaan

penataan lanskap jalan tol CTC adalah sebagai area aklimatiasasi, lokasi

penilaian tanaman dan sebagai tempat penyimpanan semua peralatan dan

bahan pembantu pemeliharaan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman.

Kegiatan revitalisasi nurseri mencakup sub-pekerjaan : 1) pembersihan

lahan, 2) instalasi paranet dan tiang penyangga, 3) maintenance path paving, 4)

pengadaan titik air, 5) pemangkasan terhadap pohon eksisting, dan 6)

pembuatan lubang pengolahan kompos.

Page 81: A08aar

65  

6.3.1. Pembersihan Lahan

Pekerjaan pembersihan lahan yang dimaksudkan dalam pekerjaan ini

adalah pemindahan tanaman eksisting yang merupakan tanaman tampungan

milik PT. Jasa Marga cabang CTC ke lokasi lain di dalam nurseri tersebut

sebagai bagian dari persiapan nurseri untuk menampung tanaman yang akan

didatangkan oleh kontraktor untuk proses aklimatisasi. Kondisi nurseri setelah

dikerjakannya pekerjaan pembersihan lahan dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Kondisi nurseri setelah dilaksanakannya pekerjaan pembersihan

lahan

Dalam pekerjaan ini, kontraktor melaksanakan pemindahan tanaman ke

lokasi sebelah Barat dari nurseri tersebut yang merupakan lahan kosong.

Pekerjaan pemindahan tanaman dilakukan oleh 4 (empat) orang tenaga kerja,

pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga selesai. Alat yang digunakan dalam

pekerjaan tersebut hanyalah gerobak kayu. Gerobak kayu digunakan untuk

memindahkan tanaman yang berukuran cukup besar, sedangkan tanaman yang

berukuran kecil dipindahkan secara manual dengan cara mengangkat dan

memindahkannya ke lokasi penampungan yang baru. Tanaman yang

dipindahkan dalam pekerjaan itu antara lain : pangkas kuning, nusa indah, lidah

mertua, palm kuning dan euphorbia.

6.3.2. Instalasi Paranet Dan Tiang Penyangga

Modul kerangka yang digunakan dalam membentuk tiang penyangga

pada nuseri Cipinang disesuaikan dengan bentukan nurseri yang memanjang ke

arah Barat dengan luas area yang mampu digunakan sebesar ± 400 m2. Untuk

tiang penyangga digunakan pipa besi dengan diameter 10 cm dengan tinggi 3 m,

Page 82: A08aar

66  

tiang tersebut kemudian dilas terhadap rangka atap besi sehingga menyerupai

bentukan sebuah patio. Setelah rangka selesai dikerjakan, paranet kemudian

dipasangkan dengan diikat menggunakan tali rafia. Paranet yang digunakan

dalam pekerjaan ini memiliki kerapatan 50 %. Pada Gambar 25 dapat dilihat

paranet dan tiang penyangga yang telah selesai didirikan oleh kontraktor pada

lokasi nurseri Cipinang.

Gambar 25. Pekerjaan pemasangan paranet dan tiang penyangga

Pekerjaan pembuatan tiang penyangga dan instalasi paranet

dilaksanakan pada malam hari selama 4 hari kerja. Lamanya waktu yang

dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan ini disebabkan karena kontraktor

hanya menyewa tenaga kerja pengelasan serta peralatannya pada malam hari.

Pekerjaan pengelasan dimulai pada pukul 19.30 dan berakhir sekitar pukul

24.00. Pelaksanaan pekerjaan juga tidak dilengkapi dengan penerangan yang

memadai dan hanya menggunakan lampu penerangan berupa senter.

6.3.3. Pemeliharaan Jalur Sirkulasi

Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi (maintenance path paving) dalam

pekerjaan ini pada dasarnya adalah pekerjaan pembersihan rutin. Tapak

disekitar nurseri dijaga kebersihannya dengan melakukan penyapuan dan

membuang sampah daun yang berada disekitar jalur sirkulasi utama. Tenaga

kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 3 (tiga) orang tenaga kerja,

sedangkan peralatan yang digunakan mencakup sapu lidi, pengki, dan gerobak

kayu. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 25.

Page 83: A08aar

67  

Gambar 26. Pekerjaan pemeliharaan jalur sirkulasi

6.3.4. Pengadaan Titik Air

Titik air yang terdapat pada nurseri Cipinang berupa keran air berjumlah 5

(lima) buah yang tersebar di dalam nurseri yang digunakan untuk melakukan

kegiatan penyiraman. Titik air yang ada pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada

Gambar 27.

Gambar 27. Pekerjaan pengadaan tiitik air penyiraman

6.3.5. Pemangkasan Pohon Eksisting

Pemangkasan pohon eksisting dilakukan untuk mempermudah instalasi

tiang penyangga untuk pemasangan paranet. Pemangkasan hanya dilakukan

pada tanaman-tanaman berukuran besar yang diperkirakan akan mempersulit

Page 84: A08aar

68  

pemasangan paranet. Pekerjaan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Pekerjaan pemangkasan tanaman eksisting pada lokasi nurseri

Cipinang

Tanaman yang dipangkas dalam pekerjaan ini hanya dilakukan terhadap

3 (tiga) pohon besar yang ditujukan sebagai pemangkasan pengangkatan tajuk

(crown raising). Pengangkatan tajuk adalah pemangkasan yang ditujukan untuk

menghilangkan percabangan pohon yang terdekat dengan permukaan tanah

untuk menciptakan ruang yang lebih luas.

6.3.6. Pembuatan Lubang Pengolahan Tanah

Lubang pengolahan tanah merupakan lubang yang digunakan sebagai

lokasi tempat penyampuran tanah dengan kompos atau pupuk kandang sebelum

digunakan sebagai media tanam. Lubang pengolahan tanah yang digunakan

dalam pekerjaan berukuran 3 x 9 x 1 m. Pekerjaan pembuatan lubang

pengolahan tanah pada nurseri Cipinang dapat dilihat pada Gambar 29.

Pekerjaan pembuatan lubang pengolahan tanah merupakan satu-satunya sub-

pekerjaan revitalisasi nurseri yang dilakukan terpisah dan dilakukan sebelum

pekerjaan revitalisasi nurseri dilakukan. Hal ini dikarenakan tanah hasil buangan

dari pekerjaan tersebut kemudian digunakan sebagai tanah urugan pada

pekerjaan penanaman.

Dalam ketentuan BQ, kontraktor hanya diwajibkan untuk membuat

sebuah lubang pengolahan tanah. Namun, untuk memenuhi kebutuhan dalam

mendatangkan tanah urugan, kontraktor membuat dua buah lubang pengolahan

tanah, dengan satu lubang tambahan dikhususkan sebagai tempat pengambilan

tanah urugan.

Page 85: A08aar

69  

Gambar 29. Pekerjaan pengadaan lubang pengolahan tanah

6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman

Dalam penanaman pada pekerjaan penataan lansksap jalan tol ruas

CTC, terdapat beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi masing-masing

jenis tanaman. Ketentuan tersebut menyangkut : kriteria dan kualitas tanaman,

metode pemindahan, spesifikasi ukuran lubang tanam, pengolahan lahan dan

persiapan media tanam, metode penanaman dan pemeliharaan pasca

penanaman.

6.4.1. Pemeriksaan Kriteria dan Kualitas Tanaman

Tanaman yang akan ditanam harus memiliki kesesuaian ukuran dan

spesies sesuai dengan yang tercantum dalam daftar spesifikasi tanaman yang

terdapat dalam rencana proyek. Tanaman yang telah ditempatkan di nurseri

kemudian diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan pengawas dan diberikan

persetujuan atau penolakan terhadap kualitas tanaman yang diajukan tersebut.

Tanaman yang akan digunakan harus berasal dari kebun pembibitan, dengan

kualitas yang baik dan dalam kondisi tanaman telah tumbuh. Dalam hal ini,

berdasarkan keterangan yang diperoleh dari sub-kontraktor, tanaman yang ada

diperoleh dari beberapa pengada yang berada di daerah Cipanas, Parung dan

Jawa Tengah. Seluruh tanaman yang diambil dari pengada (sulplier) atau nurseri

tanaman yang telah didatangkan ke lokasi kerja disarankan untuk tidak ditanam

secara langsung dan perlu diadaptasikan (aklimatiasasi) dengan lokasi tanam

berikutnya dengan cara menempatkan tanaman tersebut pada nurseri

sementara yang berada di lapangan selama 3 hingga 7 hari.Kegiatan

pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada gambar 30.

Page 86: A08aar

70  

Gambar 30. Pemeriksaan tanaman yang akan digunakan dalam proyek

Kriteria penilaian tanaman dilakukan melalui pemeriksaan secara visual

dan pencacahan langsung. Penilaian secara visual dilakukan untuk menentukan

kualitas tanaman, Agesta (2007) memberikan panduan penilaian secara visual

dalam menentukan kualitas pohon yang baik, antara lain : 1) batang utama

utama tidak memiliki cabang (berbentuk huruf Y), 2) memiliki ukuran bola akar

cukup besar, 3) tidak dipotong untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan 4)

secara visual bebas dari hama dan penyakit tanaman, 5) tidak terdapat luka pada

batang utama dan 6) tanaman tidak berada di nurseri lebih dari 2 (dua) tahun, hal

ini dapat dilihat dari ada tidaknya akar yang membelit pembungkus bola akar.

Penilaian juga dilakukan terhadap kuantitas tanaman dengan melakukan

pencacahan terhadap jumlah tanaman yang telah ditempatkan di nurseri. Jumlah

tanaman yang didatangkan oleh kontraktor harus sesuai dengan ketentuan

kotrak. Kontraktor melalui perwakilan dari pihak pengada (suplier) tanaman

melakukan pengiriman tanaman ke lokasi nurseri secara bertahap dan disertai

dengan bukti surat jalan yang ditandatangani oleh pengada (suplier) yang

mengirimkan tanaman tersebut yang disetujui oleh perwakilan konsultan

pengawas. Seluruh tanaman yang telah didatangkan kemudian direkap untuk

kemudian dilihat kekurangan yang harus dipenuhi hingga mencapai jumlah

seperti yang telah ditentukan.

Tujuan dilakukannya penilaian terhadap tanaman tersebut adalah untuk

memisahkan tanaman yang sesuai dengan tanaman yang tidak sesuai standar

Page 87: A08aar

71  

spesifikasi kontrak. Tanaman yang tidak memenuhi spesifikasi atau tidak

memiliki kualitas yang baik dipisahkan dan dikeluarkan dari lokasi tempat

penampungan (nurseri) sementara. Tanaman tersebut tidak diizinkan untuk

ditanam pada lokasi proyek. Visualisasi tanaman yang tidak diterima dan tidak

diizinkan untuk ditanam dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Visualisasi tanaman yang ditolak dalam pekerjaan penanaman

6.4.2. Metode Pemindahan Tanaman

Pemindahan tanaman (transplanting) merupakan perlakuan pemindahan

tanaman dewasa dari satu lokasi ke tanah pada lokasi yang berbeda (Anonim,

2006). Pemindahan tanaman (transplanting) dilaksanakan dikarenakan dua

alasan utama, yaitu 1) untuk mendapatkan bentukan lanskap yang segera

(instant) dan 2) lokasi yang dirancang atau direncanakan tidak memungkinkan

penanaman dengan cara penyemaian (Agesta 2007).

Tanaman yang akan mendapat perlakuan penanaman kembali

(transplanting) disarankan untuk dipangkas pada ujung-ujung percabangannya.

Mahkota pohon dipangkas hingga 40-50 %, tujuannya adalah untuk mengurangi

laju evapotranspirasi, menciptakan struktur dan bentuk yang seimbang,

mengurangi berat tanaman dan meminimalkan hambatan angin dalam proses

pemindahan (Rurit, 2007). Dalam pekerjaan ini terdapat pekerjaan pemindahan

tanaman yang dilakukan terhadap tanaman dewasa khususnya pohon dan palm.

Page 88: A08aar

72  

Sebelum melaksanakan kegiatan pemindahan, kontraktor diminta untuk

menjelaskan metode yang digunakan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh

dari pelaksana penanaman di lapangan dan hasil pemeriksaan, metode

pemindahan tanaman yang digunakan oleh kontraktor adalah metode sistem

parit dan sistem bola akar.

1) Sistem parit

Sistem pemindahan (transplanting) ini digunakan pada pohon berukuran

besar. Dalam pekerjaan ini hanya diterapkan pada pohon ki hujan (Samanea

saman). Sistem ini digunakan untuk mengisolasi sistem perakaran tanaman yang

menyebar, membantu membatasi perkembangan akar sehingga akan

membentuk sistem perakaran yang lebih menyatu. Caranya adalah dengan

membuat parit di sekeliling tanaman yang akan dipindahkan, diameter lingkaran

dibuat 2 hingga 3 kali dari diameter batang utama. Dalam pembuatan parit

tersebut, akar tanaman dipotong. Setelah akar tanaman dipotong, parit yang

sudah dibuat kemudian diisi dengan tanah yang dicampur pasir. Tanaman secara

teratur disiram dan dipertahankan posisinya minimal selama 2 (dua) minggu

sebelum dipindahkan.

2) Sistem bola akar

Sistem bola akar merupakan lanjutan pekerjaan dari sistem parit. Pada

masa ini, akar tanaman diangkat kepermukaan untuk dibungkus dengan

menggunakan karung. Setelah selesai dibungkus, bola akar disiram dan

didiamkan selama satu hari sebelum tanaman siap untuk dipindahkan.

Dalam melakukan pengiriman tanaman berukuran besar seperti pohon

dan palm, kontraktor melakukan pengiriman dengan jadwal yang telah diatur

sedemikian sehingga tanaman tersebut tiba pada lokasi tanam pada malam hari.

Tanaman yang dipindahkan harus benar-benar terlindung dan tertutup,

untuk mencegah kerusakan tanaman tersebut pada pemindahan dari lokasi asal

sampai ke nurseri. Tanaman tersebut tidak boleh diikat dengan tali atau kawat

yang dapat mengakibatkan batang/cabang tanaman rusak dan patah. Untuk

mencegah kerusakan perakaran, tanaman yang akan ditanam harus dalam

polybag/pot. Polybag adalah kantong plastik dengan bentuk khusus yang dibuat

guna membungkus akar dan ujung bagian bawah tanaman beserta tanah yang

melekat padanya. Tanaman yang dimaksudkan adalah pohon atau perdu yang

sedang dalam proses pemindahan untuk menuju penanaman akhir. Bahan

plastik tersebut tidak mudah hancur baik di atas atau di dalam tanah. Walaupun

Page 89: A08aar

73  

ketebalan bahan plastik polybag dapat ditembus oleh pertumbuhan akar pohon di

dalam tanah, tetapi akar perdu tidak cukup kuat menembusnya. Polybag memiliki

ciri-ciri berupa kantong berlubang yang memungkinkan air berlebihan di

dalamnya dapat keluar sehingga tanaman dapat hidup. Polybag memiliki

berbagai ukuran, sehingga ukuran polybag yang dipergunakan dipilih sesuai

dengan ukuran besarnya akar dan tanah yang membutuhkannya.

Bibit tanaman yang akan ditanam sampai di tempat penampungan

(nurseri) senantiasa harus dalam keadaan sehat mulai dari akar, batang dan

daun, serta pemilihan tanaman harus rata keadaannya baik tinggi tajuk maupun

lebar tajuk. Semua jenis tanaman yang akan dipilih harus sesuai dengan ukuran

yang diberikan dalam daftar kuantitas.

Yang menjadi pedoman dalam penentuan jenis tanaman adalah nama latin atau

botani dari tanaman tersebut.

Untuk penyimpanan tanaman sementara, tanaman diletakkan pada

tempat yang teduh di sekitar nurseri sementara dan disusun dalam bentuk

bedeng dengan keadaan tanah datar dan telah dibersihkan. Tanaman yang telah

didatangkan ke lokasi proyek disiram dan dipelihara hingga tiba wakktu

penanaman. Di dalam tempat penampungan (nurseri sementara), pemeriksaan

terhadap kondisi tanaman menyangkut pertumbuhan dan perkembangan

dilakukan setiap minggu sekali selama tanaman tersebut belum ditanam.

Tanaman yang mati atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi dikeluarkan dari

nurseri selambat-lambatnya 2 hari setelah pemeriksaan.

6.4.3. Spesifikasi Lubang Tanam

Pengolahan tanah merupakan kegiatan awal dari rangkaian kegiatan

penanaman. Dengan menerapkan metode pengolahan tanah yang baik,

diharapkan tanaman akan memperoleh tempat dan media tanam yang

menguntungkan bagi pertumbuhannya.

Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, setiap titik lubang tanam

yang telah ditentukan oleh kontraktor dengan menggunakan titik acuan yang

diberikan oleh konsultan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.

Peninjauan lapang sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam dilakukan

secara bersama-sama oleh konsultan dan kontraktor. Pemeriksaan lubang tanam

dilakukan terhadap dimensi panjang, lebar dan kedalaman lubang. Lubang

tanam yang tidak memenuhi spesifikasi lubang tanam tidak disarankan untuk

Page 90: A08aar

74  

dilakukan penanaman hingga lubang tersebut diperbaiki hingga memenuhi

ketentuan spesifikasi lubang tanam sebagaimana yang terdapat dalam Tabel 17

kecuali apabila kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Faktor penghambat di

lapangan yang tidak memungkinkan dibuatnya lubang tanam sesuai dengan

ketentuan spesifikasi lubang tanam antara lain luas median atau damija lokasi

penanaman yang tidak memungkinkan dan tinggi muka air tanah yang rendah.

Tabel 17. Ketentuan ukuran lubang tanam

Kondisi tersebut terutama dijumpai pada lokasi penanaman jalan tol ruas

Cengkareng yang pada umumnya didominasi oleh tanah rawa bakau (mangrove)

yang memiliki ketinggian muka air tanah sangat rendah atau berada dekat

dengan permukaan tanah. Untuk lokasi pembuatan lubang tanam yang tidak

dapat memenuhi ketentuan, konsultan pengawas memberikan sejumlah alternatif

cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, antara lain :

1) Memindahkan lokasi titik tanam ke lokasi lain

2) Membuat lubang tanam yang ditinggikan

Ukuran lubang tanam yang relatif besar bagi tanaman pohon dan palm

ditujukan untuk memberikan media tanam yang baik bagi tanaman. Setelah

pembuatan lubang tanah selesai, lubang tanam disarankan untuk dibiarkan

UKURAN LUBANG GALIAN (M) NO NAMA LOKAL NAMA LATIN

Panjang Lebar Kedalaman

1 Palem sadeng Livistona rotundifolia 1.0 1.0 1.0 2 Latania Latania sp. 1.0 1.0 1.0 3 Palem Jepang Ptycosperma macharthurii 0.6 0.6 0.6 4 Ki Hujan Samanea Saman 1.0 1.0 1.0 5 Bintaro Cerbera odolla, 1.0 1.0 1.0 6 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 1.0 1.0 1.0 7 Kamboja Plumeria rubra 1.0 1.0 1.0 8 Euginia Euginia oleana 0.5 0.5 0.5

9 Bunga Kertas Baugainvillea glabra 0.5 0.5 0.5 10 Thevetia Thevetia peruviana 0.5 0.5 0.5 11 Bunga Merak Caesalpinia pulcerrima 0.5 0.5 0.5 12 Bunga Mentega Nerium oleander Hanya dilakukan pengolahan 13 Bunga Mentega var Nerium oleander var. Hanya dilakukan pengolahan 14 Pandan Kuning Pandanus pygmeus Hanya dilakukan pengolahan 15 Pisang Hias Heliconia psittacorum Hanya dilakukan pengolahan 16 Nusaenda Mussaenda Hanya dilakukan pengolahan 17 Lili Air Mancur Hymenocallis speciosa Hanya dilakukan pengolahan 18 Euphorbia Euphorbia millii Hanya dilakukan pengolahan 19 Rumput paetan Axonopus compresus Hanya dilakukan pengolahan

Page 91: A08aar

75  

selama 3 (tiga) hingga 1 (satu) minggu untuk mendapatkan aerasi yang baik.

Pada Gambar 32 dapat dilihat proses pengerjaan lubang tanam.

Gambar 32. Pekerjaan pembuatan lubang tanam

Tanah hasil galian harus dibuang keluar tapak dan tidak diperkenankan

digunakan kembali sebagai media tanam. Lubang tanam kemudian diisi kembali

dengan menggunakan top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1.

Salah satu aspek teknis yang harus diperhatikan dalam penanaman di

sepanjang lanskap jalan tol adalah lokasi titik tanam. Lokasi titik tanam, terutama

tanaman berukuran besar harus ditanam pada lokasi-lokasi spesifik dengan

mempertimbangkan aspek keamanan pengguna jalan dan kemudahan kegiatan

pemeliharaan dimasa yang akan datang, sedangkan aspek lain yang juga harus

diperhatikan mencakup ukuran lubang penanaman dan kondisi lahan eksisting.

Sedangkan ukuran lubang tanam yang digunakan berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup tanaman pada awal masa adaptifnya terhadap lingkungan

yang baru. Polomsky (2005) mengatakan bahwa ukuran lubang tanam

berpengaruh besar pada posisi tanaman terhadap muka air tanah serta efisiensi

penyiraman tanaman. Pada tanah yang memiliki drainase tanah yang baik,

Page 92: A08aar

76  

lubang penanaman sebaiknya tidak digali lebih dalam dari ketinggian bola

perakaran. Meletakan pohon pada tanah yang terlalu gembur akan

mengakibatkan tenaman tenggelam lebih dalam ke dalam tanah. Pada tanah

berdrainase baik, lubang penanaman sebaiknya memiliki ukuran dua hingga lima

kali lebih lebar dari ukuran bola akar. Akar akan tumbuh lebih cepat pada tanah

yang gembur, yang akhirnya akan mempercepat waktu petumbuhan dan

adaptasi tanaman pada tapak. Sedangkan pada tanah yang berdrainase kurang

baik atau pada tanah yang telah mengalami pemadatan berat, tanaman

sebaiknya ditempatkan lebih tinggi daripada ketinggian lubang penanaman

aslinya hingga ketinggian 10 hingga 15 cm dari ketinggian tanah yang berada di

sekelilingnya.

6.4.4. Metode Penanaman

Metode penanaman yang diterapkan oleh para pekerja di lapangan

dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu metode penanaman pada

tanaman keras dan metode penanaman pada tanaman lunak.

6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras

Tanaman keras yang dimaksudkan dalam pekerjaan penataan lanskap

jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng adalah semua jenis tanaman

berkayu atau tanaman berkambium dengan tinggi tanaman 50 cm atau lebih.

Jenis tanaman ini mencakup semua jenis palm, pohon dan perdu yang ada

dalam dokumen daftar harga, kuantitas dan kualitas kerja (Bill of Quantity).

Penanaman tanaman keras dilakukan setelah lubang tanam dan media

penanaman telah tersedia dan siap untuk digunakan. Metode penanaman untuk

tanaman keras yang digunakan oleh para pekerja di lapangan adalah sebagai

berikut :

1) Tanaman dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia dengan kondisi

tetap dalam pembungkus akar (pada tanaman yang menggunakan

karung goni). Apabila pembungkus bola akar terbuat dari bahan lain,

terutama bahan yang tidak dapat terdekomposisi seperti plastik maka

pembungkus bola akar dibuka terlebih dahulu

2) Sebelum dilakukan pengurugan, dilakukan beberapa tindakan antisipasi

seperti pengaplikasian fungisida pada lubang tanam dan penggunaan

zat perangsang akar disekitar bola akar

Page 93: A08aar

77  

3) Setelah tanaman ditempatkan pada lubang tanam, kemudian lubang diisi

kembali sampai melebihi batas permukaan tanah, tetapi tidak melebihi

leher akar

4) Disekitar lubang tanam dibuat cekungan sebagai media untuk

menampung air agar tidak melimpah keluar

5) Setelah lubang tanam diurug dengan menggunakan media tanamnya,

maka batang pohon diberikan penguat tanaman atau penopang dan

diikat dengan kuat menggunakan ijuk atau tali organik lainnya Seluruh tanaman keras yang digunakan dalam pekerjaan ini diharuskan

untuk dilengkapi dengan penopang untuk menjaga posisi tanaman tetap berdiri

dengan tegak. Metode pemasangan penopang yang diterapkan oleh para

pekerja lapangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh konsultan

pengawas.

Umumnya, penopang dipasang dengan bentuk penyangga kaki tiga (tripod)

dengan batang utama tanaman berada di pusat pemasangan penopang. Metode

pemasangan seperti ini pada umumnya digunakan pada area dengan intensitas

angin yang cukup kuat (Hillock dan Schenelle, 2008), namun dapat merusak dan

melukai batang utama tanaman apabila tidak diaplikasikan dengan benar.

Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang baik dapat

dilihat pada Gambar 33.

Gambar 33. Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang ideal

Tali pengikat

Cekungan air

Kayu atau bambu ditancapkan dengan jarak lebih besar dari diameter lubang tanam

Diameter lubang dibuat 1.5-2x lebar tajuk

Page 94: A08aar

78  

Pemasangan penopang seperti ini tidak akan melukai batang maupun

akar tanaman sekaligus memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk

dapat tumbuh dengan baik (Hillock dan Schenelle, 2008). Namun, metode

pemasangan seperti ini akan memerlukan biaya dan waktu lebih dibandingkan

dengan pemasangan menggunakan metode tripod. Kesalahan yang umum

dijumpai pada pekerjaan pemasangan penopang antara lain :

1) Penggunaan material yang tidak sesuai

Pada pemeriksaan terhadap material, didapatkan bahwa penopang

yang digunakan pada tanaman tidak seluruhnya sesuai dengan ukuran yang

ditentukan. Sedangkan tali yang digunakan oleh kontraktor adalah tali rafia yang

tidak disarankan oleh konsultan pengawas.

2) Metode pemasangan yang kurang baik

Di lapangan banyak dijumpai metode pemasangan penopang yang tidak

sesuai dengan ketentuan yang ada pada Gambar kerja. Pada beberapa lokasi

pekerjaan, ditemukan bahwa kontraktor hanya menggunakan dua buah

penopang pada masing-masing pohon. Hal ini kemudian diperburuk dengan

kondisi penopang yang tidak ditancapkan dengan baik sehingga terdapat

sejumlah tanaman yang rubuh.

6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak

Sedangkan tanaman lunak yang dimaksudkan adalah semua jenis

tanaman selain tanaman keras yang akan digunakan pada pekerjaan

penanaman. Tanaman yang termasuk ke dalam kategori tanaman lunak adalah

semak, rumput dan tanaman penutup tanah (groundcover).

Rumput merupakan tumbuhan yang menutup tanah yang mempunyai

kemampuan bertahan pada kondisi pemangkasan dan pemakain yang teratur.

Turgeon (1980) menyatakan rumput ini sebagai rufgrass. Sedangkan tanaman

penutup tanah (groundcover) adalah tanaman rendah dengan tingkat persebaran

dan kerapatan tanaman yang relatif tinggi. Tanaman penutup tanah

(groundcover) umumnya digunakan sebagai tanaman perintis (pioner) untuk

mengatasi permasalahan pada lahan yang sulit ditanami dengan menggunakan

pohon atau tanaman berukuran besar. Adapun permasalahan yang dapat diatasi

dengan menggunakan penanaman dengan menggunakan tanaman penutup

tanah (groundcover) mencakup :

1) Kontrol erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam

Page 95: A08aar

79  

2) Daerah naungan di bawah pohon atau semak.

3) Pada lokasi dimana perakaran tanaman berada dekat dengan

permukaan sehingga tidak memungkinkan penanaman dengan

menggunakan tanaman lain

4) Pada lokasi yang sangat lembab atau sangat kering

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman

tanaman penutup tanah adalah pekerjaan persiapan tanah yang ditujukan untuk

membersihkan area penanaman dari gulma. Hal ini disebabkan karena banyak

dari jenis tanaman penutup tanah memiliki tingkat kompetisi yang rendah

terhadap gulma (Kluepfel, 2001). Dalam pekerjaan penanaman rumput,

penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem sodding (titik tanam).

Setelah penanaman selesai dilakukan, permukaan tanah tempat penanaman

kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan potongan

balok untuk merapikan permukaan tanah, setelah itu tanah disiram. Dalam

penanaman tanaman dengan menggunakan cara seperti ini, harus

memperhatikan sistem perembesan dan pengaliran air ke dalam tanah.

Sedangkan untuk tanaman semak atau perdu, lubang tanaman diisi

dengan tanah subur / top-soil yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang

sudah matang (berumur 2 bulan) dan pasir dengan ukuran perbandingan

campuran top soil 0,04 m³ - 0,144 m³/pohon, pupuk kandang / kompos 10 kg,

pasir sebanyak ± 0,004 m³ s/d 0,048 m³ /lubang tanam pohon dan tanah merah

yang dicampurkan secara merata pada tempat terpisah sehingga masing-masing

lubang tanam tertimbun dengan baik. Tanah kemudian dipadatkan dengan cara

diinjak atau dipukul-pukul dengan menggunakan cangkul atau papan. Pupuk

yang dipakai sebagai media tanam adalah pupuk kandang yang mempunyai

kriteria sebagai berikut :

1) berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, atau kambing yang sudah

mengalami pelapukan dimana kotoran sudah menjadi tanah

2) tidak berbau kotoran dan lebih ringan dari tanah biasa

3) berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan keabu-abuan

4) terbebas dari hama atau gulma

Sebelum diisi dengan tanah, dasar lubang diberi furadan/pembasmi rayap,

dengan dosis 20 gram/m² atau sesuai petunjuk yang ada pada kemasan. Dalam

pekerjaan ini, kontraktor disarankan untuk melakukan penggemburan terhadap

tanah yang digunakan untuk pengurugan. Bongkahan yang terdapat pada saat

Page 96: A08aar

80  

pengurugan menyebabkan terjadinya kerusakan pori-pori udara yang berada di

dalam tanah disekitar bola akar dan dapat menghambat pertumbuhan sistem

perakaran dan kemampuan tumbuh tanaman (Polomsky, 2005). Untuk proses

penanaman, tanaman ditempatkan pada lubang tanam dalam posisi berdiri

tegak dan dengan kedalaman yang tepat, kemudian lubang tanam tersebut

diurug hingga setengah lubang tanam di sekeliling bola akar terisi penuh.

Penyelesaian penanaman dilakukan dengan pengisian lubang tanam dengan

mengunakan tanah gembur yang dipadatkan secara ringan dengan melakukan

penginjakan.

6.5. Pemeliharaan Pasca Tanam Kegiatan pemeliharaan pasca penanaman dilakukan untuk meningkatkan

kemungkinan hidup tanaman setelah kegiatan pemindahan tanaman

(transplanting). Kemungkinan hidup tanaman yang telah melalui proses

pemindahan akan lebih besar ketika tanaman tersebut telah melalui masa shock

nya. Kegiatan pemeliharaan pasca tanam yang dilaksanakan oleh kontraktor

mencakup: pemupukan, penyiraman, pendangiran dan pemangkasan.

6.5.1. Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan pasca tanam adalah pupuk

alami atau pupuk kandang. Digunakan pupuk kandang yang bermutu baik, yang

telah melalui masa penimbunan selama minimum 6 (enam) bulan, sebagai

campuran tanah gembur dengan penggunaan sebagai berikut : untuk 1 (satu)

pohon digunakan 0,128 m3 pupuk kandang dan untuk semak, perdu, penutup

tanah digunakan 0,.2 m3 per m2 lubang tanam dan untuk rumput digunakan 0,1

m3 per m2 lokasi penanaman. Pupuk alami yang digunakan merupakan pupuk

yang berasal dari sisa sisa pembusukan yang berasal dari hewan ataupun

tanaman baik yang terjadi secara alamiah ataupun dengan bantuan manusia.

Pupuk ini kemudian disebut sebagai pupuk kandang dan kompos. Pupuk

kandang merupakan pupuk yang berasal dari hewan sedangkan kompos

merupakan pupuk alami yang berasal dari tumbuhan.

6.5.2. Penjarangan

Penjarangan hanya dilakukan terhadap tanaman penutup tanah

(groundcover) sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan dengan tujuan untuk

mengurangi kerapatan tanaman atau membuang bagian tanaman yang mati atau

Page 97: A08aar

81  

terserang hama penyakit.

6.5.3. Penyiraman

Walaupun pekerjaan penanaman dilaksanakan pada musim hujan,

namun kontraktor harus tetap melakukan penyiraman terhadap setiap tanaman

yang telah ditanam. Tanaman yang baru ditanam harus disiram sampai benar-

benar basah perakarannya, atau diperkirakan minimum untuk setiap pohon

membutuhkan air sebanyak 10 liter dan perdu sebanyak 3 liter dengan cara

penyiraman yang dilakukan sedemikan rupa sehingga tanaman tidak rusak. Hal

ini juga didasarkan pada kenyataan bahwa walaupun pekerjaan penanaman

dilaksanakan pada musim penghujan, namun hujan sangat jarang turun pada

kedua ruas jalan tersebut. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh pengawas di

lapangan, hujan hanya turun di daerah Jagorawi hanya sebanyak 6 (enam) kali

dalam satu bulan kerja.

Untuk penyiraman, harus digunakan air tawar yang bersih dan tidak

mengandung minyak, asam alkali atau salinitas yang tinggi dan bahan-bahan

organik lainnya yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk daerah

penanaman di sekitar lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Jagorawi, sumber air

diperoleh dari sumur bor yang dibuat oleh kontraktor yang ditampung pada

wadah penampungan air (water toren). Sedangkan untuk penyiraman pada

lokasi pekerjaan lanskap jalan tol Cengkareng, sumber air diperoleh dari sungai

di sekitar Bandara yang diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki air.

Jadwal penyiraman yang disarankan untuk dilakukan oleh kontraktor adalah

sebagai berikut :

1) Minimal satu kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman dan

rumput yang baru ditanam dan semua tanaman yang masih berada di

tempat penampungan sementara

2) Penyiraman dilakukan sebelum pukul 10.00 (pukul 06.00 s/d 09.00) pada

pagi hari atau sesudah pukul 15.30 (pukul 16.00 s/d 18.00) pada sore

hari Tanaman disiram hingga diperkirakan tanaman tersebut telah

tumbuh atau dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru

Ketentuan yang diijinkan dalam melakukan kegiatan penyiraman adalah dengan

cara sebagai berikut :

1) Penyiraman tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan truk

tangki air untuk lokasi yang mudah dijangkau. Sedangkan untuk lokasi

Page 98: A08aar

82  

yang jauh dari jangkauan semprotan truk air, penyiraman dilakukan

secara manual. Selama operasional truk air harus dilengkapi dengan

lampu rotator sebanyak 2 (dua) buah yang ditempatkan diatas kap

kendaraan serta dilengkapi rambu kerja yang cukup

2) Memakai alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang

memiliki lubang banyak pada ujung keluarnya air sehingga dapat

menyebarkan air secara merata ke seluruh permukaan tanah yang

disiram

3) Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan kran /

sumber air yang terdekat. Penyiraman dilakukan dengan cara

memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler

4) Penyiraman dilakukan secara teratur terutama di musim kemarau bagi

tanaman dan rumput yang baru ditanam dan juga bagi tanaman dalam

tempat penampungan

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, terdapat ketentuan jumlah air

minimal yang harus diberikan kepada setiap tanaman berdasarkan jenisnya

masing-masing dan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Jumlah air yang digunakan untuk penyiraman masing-masing tanaman

NO NAMA LOKAL NAMA LATIN JUMLAH AIR

1 Palem sadeng Livistona rotundifolia 10 l/phn 2 Palem Jepang Ptycosperma macharthurii 10 l/phn

3 Latania Latania sp. 10 l/phn

4 Ki Hujan Samanea Saman 10 l/phn

5 Bintaro Cerbera odollam 10 l/phn

6 Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea 10 l/phn

7 Kamboja Plumeria rubra 10 l/phn

8 Thevetia Thevetia peruviana 10 l/phn

9 Euginia Euginia oleana 10 l/phn

10 Bunga Kertas Baugainvillea glabra 10 l/phn

11 Bunga Merak Caesalpinia pulcerrima 10 l/phn

12 Bunga Mentega Nerium oleander 10 l/m2

13 Bunga Mentega var Nerium oleander var. 10 l/m2

14 Pandan Kuning Pandanus pygmeus 10 l/m2

15 Pisang Hias Heliconia psittacorum 10 l/m2

16 Nusaenda Mussaenda 10 l/m2

17 Lili Air Mancur Hymenocallis speciosa 10 l/m2

18 Euphorbia Euphorbia millii 10 l/m2

19 Rumput paetan Axonopus compresus 10 l/m2

Page 99: A08aar

83  

Selain penyiraman terhadap tanaman yang baru ditanam, kontraktor juga

diharuskan untuk melakukan penyiraman terhadap seluruh tanaman yang berada

di tempat penampungan (nurseri). Dalam melakukan pemeriksaan apakah

jumlah air yang diberikan pada pekerjaan penyiraman yang dilakukan terhadap

tanaman yang baru ditanam. Dalam melakukan pemeriksaan jumlah air yang

diperlukan dalam penyiraman, konsultan pengawas menyarankan melakukan

pemeriksaan terhadap kandungan air yang terjerap dalam tanah. Polomsky

(2005) menyarankan melakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut :

pada minggu pertama setelah penanaman, buatlah lubang kecil pada bagian

terluar lubang tanam dengan kedalaman setengah dari lubang tanam dari

tanaman yang diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mengambil sampel tanah dari

lubang pemeriksaan tersebut. Apabila tanah yang diperoleh meneteskan air

ketika diremas, maka penyiraman terlalu banyak, apabila tanah tersebut hancur

maka penyiraman terlalu sedikit, namun apabila tanah tersebut tidak hancur dan

tidak meneteskan air maka jumlah penyiraman diperkirakan telah sesuai dengan

kebutuhan tanaman. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan beberapa jam setelah

penyiraman. Pemeriksaan ini merupakan cara yang mudah dan cepat tanpa

memerlukan perlatan khusus untuk dilakukan.

6.5.4. Pemangkasan dan Perbaikan

Pemangkasan dilakukan sebagai penyempurnaan dari pekerjaan

penananaman (transplanting). Semua tanaman dapat dipangkas atau diperbaiki

dari kerusakan-kerusakan akibat proses pemindahan tanaman atau proses yang

terjadi selama penanaman dan masa adaptasi yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pemangkasan pada masing-masing tanaman dikerjakan sedemikian rupa

sehingga tidak merubah bentuk dan sifat tanaman juga tidak mengakibatkan

adanya perubahan terhadap desain secara keseluruhan. Bagian tanaman yang dipangkas merupakan bagian tanaman yang tidak

berguna atau menyebabkan ketidak-indahan secara visual seperti bagian

tanaman yang kering dan mati, bagian dengan pertumbuhan yang tidak merata

(khusus pada tanaman penutup tanah) atau pada bagian yang terserang hama

penyakit. Sedangkan pemangkasan bagian batang atau ranting (prunning) yang

bertujuan untuk mengurangi shock tidak disarankan dilakukan pada tanaman

yang telah ditanam (transplanting). Agesta (2007) mengatakan bahwa

pemangkasan terhadap batang atau ranting tidak membantu mengurangi shock

Page 100: A08aar

84  

pada tanaman yang mengalami pemindahan (transplanting). Shock pada

tanaman pada umumnya lebih baik untuk diatasi dengan memberikan

penyiraman yang cukup terhadap tanaman tersebut selama masa adaptifnya

dengan melakukan penyiraman secara rutin dalam jumlah yang tepat.

6.5.5. Penyiangan/Pendangiran

Pekerjaan penyiangan/pendangiran meliputi penggemburan tanah dan

pembersihan tanaman/rumput liar/gulma di sekitar tempat tumbuh tanaman.

Pelaksanaan pekerjaan penggemburan tanah harus dilaksanakan sedemikian

rupa sehingga tidak merusak akar tanaman. Alat yang digunakan adalah alat

khusus yang digunakan untuk pekerjaan penyiangan/pendangiran yaitu garpu,

sekop dan blencong. Pekerjaan ini dilakukan sebulan dua kali secara terus-

menerus, atau apabila media tanam telah ditumbuhi rumput. Kondisi media

tanam disekitar tanaman diusahakan harus selalu bersih dan gembur. Tujuan

dari kegiatan pendangiran adalah untuk membersihkan tanah yang terdapat di

sekitar tanaman agar tidak ditumbuhi oleh gulma. Hal ini penting dilakukan

terutama pada tanaman-tanaman baru untuk mengurangi tingkat persaingan

dalam memperoleh nutrisi dari tanah. Seluruh tanaman dalam pekerjaan ini

diupayakan untuk disiangi atau didangir minimal sekali dalam dua minggu,

khususnya tanaman-tanaman lunak pada minggu awal setelah penanaman.

6.5.6. Pemupukan Awal

Pada dasarnya, kegiatan pemupukan yang dimaksudkan dalam

pekerjaan merupakan jenis pekerjaan yang termasuk pada masa perawatan.

Pemupukan awal dilakukan pada tanaman yang telah tumbuh lebih kurang 3

bulan pasca tanam, karena penanaman awal tanah sudah diberi pupuk kandang

maka pada pemupukan ini hanya berupa pupuk anorganik (KCl,NPK atau Urea)

sesuai kebutuhan tanaman. Dosis yang diberikan sebanyak 25 gram/pohon atau

100 gram/m², sedangkan untuk perdu 40 gram/ m². Pemupukan ini diberikan

secara taburan, yang ditaburkan pada keliling pokok tanaman dengan jarak 40

cm dari pokok tanaman yang sebelumnya, dibuatkan galian yang ditujukan

khusus bagi pekerjaan pemupukan. Galian lubang pemupukan berukuran lebih

kurang 10 cm mengelilingi tajuk pohon dengan jarak 60 cm atau sesuai dengan

ukuran tajuk masing-masing tanaman.

Page 101: A08aar

85  

Sebagai bahan pertimbangan dalam pekerjaan di masa mendatang,

pohon atau palm yang dinyatakan sehat atau baik dan memenuhi syarat diberi

keterangan tertulis yang diikatkan secara longgar pada masing-masing batang

tanaman dengan menyebutkan jenis tanaman, nomor urut dan tanggal masuk.

Keterangan berupa label tersebut dari kertas karton manila ukuran 5 x 10 cm

yang dibungkus plastik dan digantung menggunakan tali rapia. Semua tanaman

yang masuk atau keluar nurseri dicatat. Semua jenis tanaman yang ditanam

harus berasal dari bedeng atau nurseri dan telah mendapat persetujuan

pengawas. Pengiriman tanaman dari nurseri ke lokasi tanam dicatat pada label.

Walaupun tidak ada penilaian khusus terhadap metode penanaman dan

penanganan tanaman yang dilakukan oleh kontraktor selama masa penanaman,

namun cara dan metode penanaman yang baik dan benar merupakan hal

penting yang dapat menjamin keberlangsungan hidup tanaman terutama pada

masa adaptifnya. Keberhasilan penanaman merupakan salah satu hal yang akan

menjadi keuntungan bagi semua pihak, terutama kontraktor. Hal ini disebabkan

kontraktor tidak diwajibkan untuk mengadakan penyulaman atau penggantian

terhadap tanaman yang mati.

6.6. Pengawasan Pekerjaan Gerbang Tol

Pekerjaan lanskap gerbang tol adalah pekerjaan pemasangan (instalasi)

pot pada gerbang tol satelit Cililitan 2 dan gerbang tol Prof. Dr. Sedyatmo. Pot

yang digunakan adalah pot dengan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan

gambar kerja yang terdapat pada Lampiran 21 dan merupakan pot pesanan

khusus yang diadakan oleh kontraktor. Jumlah keseluruhan pot yang digunakan

pada masing-masing gerbang tol adalah sebanyak 132 buah pot.

6.6.1. Kriteria Pemilihan Tanaman

Tanaman yang akan digunakan pada masing-masing jenis pot pada

awalnya tidak ditentukan oleh konsultan perencana. Berdasarkan keterangan

yang diperoleh, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada

pemilik (PT. Jasa Marga) dan kontraktor dalam menentukan jenis tanaman yang

ingin digunakan. Dalam pelaksanaannya, kontraktor diberi kebebasan penuh

oleh satgas pelaksana untuk menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan

asalkan telah mendapat persetujuan.

Page 102: A08aar

86  

Dalam menentukan jenis tanaman yang hendak digunakan, kontraktor

meminta masukan kepada konsultan pengawas untuk menentukan jenis

tanaman serta disain penanaman yang dilakukan pada rapat koordinasi minggu-

2 (dua). Dalam rapat koordinasi minggu-3 (tiga) konsultan pengawas

memberikan usulan secara resmi beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan

untuk masing-masing tipe pot dengan terlebih dahulu mendiskusikan hal tersebut

secara terpisah dengan pihak pemberi tugas.

Pertimbangan utama dalam pemilihan tanaman adalah dimensi ruang

yang diperkenankan untuk digunakan di dalam pekerjaan penataan tanpa

mengganggu aktifitas yang berlangsung pada gerbang tersebut. Tanaman yang

dipilih untuk ditanam pada lokasi ini disarankan untuk tidak memiliki bentuk tajuk

yang menyebar (irregular) dengan ukuran tinggi maksimal tanaman dewasa

kurang dari 4 m dan tinggi keseluruhan pot beserta tanaman tidak boleh lebih

tinggi dari 6 m.

6.6.2. Mekanisme Pekerjaan Pemasangan Pot

Sebelum dapat dilaksanakannya pekerjaan instalasi pot pada gerbang tol,

maka pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah pekerjaan pemindahan

pot eksisting ke lokasi lain. Berdasarkan masukan dari satuan tugas (satgas), pot

eksisting dipindahkan ke trotoar yang terdapat pada masing-masing gerbang tol

lokasi pekerjaan. Selain untuk menghemat biaya (cost) yang harus dikeluarkan

oleh kontraktor, kepala cabang PT. Jasa Marga juga menghendaki bahwa pot

yang lama yang masih baik kondisinya untuk dapat dipergunakan kembali.

Visualisasi pekerjaan instalasi pot dapat dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Pelaksanaan pekerjaan instalasi pot

Page 103: A08aar

87  

Pekerjaan instalasi pot dan tanamannya pada gerbang tol hanya dapat

dilakukan malam hari dengan menggunakan sistem buka tutup. Sistem buka

tutup ini makskudnya adalah penutupan gerbang tol bagian terluar pada saat

pekerjaan pengedropan pot ke lokasi pengumpul (dropping zone), sedangkan

pemindahan pot beserta media tanam dan tanamannya ke lokasinya masing-

masing dilakukan secara manual dengan menggunakan grobak atau dengan

menggunakan kendaraan forklift, tergantung pada ukuran pot yang akan

dipindahkan. Setelah pekerjaan pengedropan selesai dilakukan, gerbang tol

kemudian dibuka kembali. Pada saat pot sudah berada pada lokasinya masing-

masing, para pekerja kemudan memasang media tanam pada masing-masing

pot. Penanaman baru dapat dilaksananakan pada malam berikutnya dengan

menggunakan sistem yang sama. Tanaman yang pertama ditanam adalah

tanaman utama, kemudian setelah dilakukan penambahan tanah dan pupuk

kandang maka penanaman dilanjutkan dengan melakukan penanaman tanaman

penutup.

6.7. Kegiatan Administrasi Konsultan Pengawas

Kegiatan administrasi yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas

mencakup pekerjaan sebagai berikut : 01. Menyusun materi rapat mingguan dan

notulennya, 02. Pelaporan hasil pengawasan berkala yang dilakukan bulanan

dan 03. Penerbitan surat yang berkenaan dengan kemajuan (progress)

pekerjaan dan perubahannya. Kegiatan administrasi kantor berkaitan dengan

kegiatan manajemen informasi yang dilakukan oleh konsultan pengawas.

6.7.1. Penyusunan Materi Rapat

Kegiatan rapat manajemen (mangement meeting) dilaksanakan setiap

hari Kamis pukul 14.00 sampai dengan selesai di ruang rapat kantor PT. Jasa

Marga cabang CTC yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing pihak (stake

holder) pelaksanaan pekerjaan. Permasalahan yang dijumpai di lapangan

dijadikan sebagai bahan penyusunan materi rapat dan disampaikan dalam rapat

tersebut untuk dicarikan jalan keluar yang terbaik. Dalam Tabel 19 dapat dilihat

jadwal rapat manajemen yang diselenggarakan stake holder.

Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting)

Page 104: A08aar

88  

Dalam rapat manajemen dibahas mengenai tingkat pelaksanaan pekerjaan dan

hal-hal yang menghambat kemajuan pekerjaan di lapangan. Dalam rapat

manajemen, informasi yang disebarkan kepada stake holder selanjutnya

digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Selain rapat manajemen

tersebut juga diadakan rapat tak resmi yang dilaksanakan dilapangan (kick-off

meeting) yang dilakukan untuk membahas permasalahan aktual lapangan.

6.7.2. Penerbitan Surat Resmi

Pada setiap surat yang diterbitkan oleh konsultan pengawas, akan dibuat

salinan bagi masing-masing pihak yang terlibat dalam pekerjaan untuk

dipergunakan sebagai arsip. Dalam Tabel 20 dapat dilihat daftar surat resmi yang

dikeluarkan oleh konsutaln pengawas berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas

No Nomor surat Perihal

1 001/CTC-BNK/XI/2007 Pemasukan tanaman baru

2 002/CTC-BNK/XI/2007 Penerapan K3

3 003/CTC-BNK/XI/2007 Keterlambatan Progres Pekerjaan

4 004/CTC-BNK/XI/2007 Penyediaan Mobil Tangki Air

5 005/CTC-BNK/XI/2007

Penting, meliputi :

Mobilisasi kontraktor

No Rapat Tanggal

1 Pra – PCM 08 Nov 2007

2 PCM 15 Nov 2007

3 Rapat Koordinasi ke-1 22 Nov 2007

4 Rapat Koordinasi ke-2 29 Nov 2007

5 Rapat Koodinasi ke-3 06 Des 2007

6 Rapat Koordinasi – 4 13 Des 2007

7 Rapat Koordinasi – 5 19 Des 2007

8 Rapat Koordinasi – 6 21 Des 2007

9 Rapat Koordinasi – 7 27 Des 2007

10 Rapat Koordinasi – 8 03 Jan 2008

11 Rapat Koordinasi – 9 10 Jan 2008

Tabel 19. Jadwal pelaksanaan rapat manajemen (mangement meeting) (lanjutan)

Page 105: A08aar

89  

No Nomor surat Perihal

Surat Kuasa GS

Keterlambatan Progress (Kumulatif

Deviasi : -13.088%)

Laporan Harian

Droping Tanaman

Pematokan

Pembuatan Lubang Tanam

Mobilisasi Tangki AIr

6 006/CTC-BNK/XII/2007

Upaya Pencapaian Progress Minimal 50

% Sebelum Tanggal 27 Desember 2007

7 007/CTC-BNK/XII/2007 Pengantar Laporan Bulan November

8 008/CTC-BNK/XII/2007 Pengantar Laporan Bulan Desember

9 009/CTC-BNK/I/2008

Perkiraan Alokasi Waktu Droping Tanah

Untuk Penanaman Lantana Pada Ruas

Cengkareng

6.7.3. Penyusunan Laporan Bulanan Konsultan Pengawas

Laporan bulanan merupakan salah satu bentuk kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh konsultan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan

pengawasan secara berkala kepada pihak pemberi kerja (PT. Jasa Marga). Hal

yang dilaporkan dalam laporan bulanan mencakup kemajuan (progress)

pekerjaan kontraktor dan keterlambatannya baik dalam bentuk laporan tertulis

maupun pada kurva-s ataupun segala hal yang berkaitan dengan perubahan

kerja yang terjadi selama kurun waktu pengawasan. Laporan kegiatan

pengawasan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap, yaitu 1 rangkap laporan

menggunakan hardcover dan 4 (empat) rangkap laporan menggunakan softcover

dengan susunan laporan sebagai berikut : a) Sampul laporan (cover), b) Dafar

isi, c) Bab 1. Rangkuman eksekutif, d) Bab 2. Organisasi proyek, e) Bab 3.

Laporan kegiatan konsultan pengawas, f) Bab 4. Waktu proyek, g) Bab 5.

Progres pekerjaan, h) Bab 6. Laporan visualisasi dan i) Lampiran.

Laporan tersebut diserahakan kepada satuan tugas (satgas) selambatnya

satu minggu setelah akhir setiap bulan pengawasan. Dalam menyerahkan hasil

laporan bulanan, konsultan pengawas menerbitkan surat pengantar yang

Tabel 20. Daftar surat resmi yang diterbitkan oleh konsultan pengawas (lanjutan)

Page 106: A08aar

90  

ditujukan kepada pihak PT. Jasa Marga. Secara keseluruhan, laporan bulanan

yang disusun dalam kegiatan pengawasan pekerjaan penanaman terdiri atas tiga

buah laporan bulanan, yang dimulai dari laporan konsultan pengawas bulan

Desember sampai dengan bulan Februari yang menandai diakhirinya

pengawasan terhadap pekerjaan penanaman.

Page 107: A08aar

91  

VIII. PEMBAHASAN

7.1. Manajemen Proyek

Tugas konsultan pengawas dalam kegiatan manajemen proyek adalah

mengawasi dan memastikan kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

rencana dan memenuhi bobot kemajuan kerja sesuai dengan jadwal pada setiap

minggunya. Cara yang dilakukan untuk melaksanakan hal tersebut adalah

dengan melakukan pengendalian terhadap alokasi kerja yang dilaksanakan

kontraktor setiap minggunya. Untuk dapat memenuhi rencana kerja yang telah

ditetapkan, konsultan pengawas memberikan sejumlah saran mengenai jenis dan

kuantitas pekerjaan kepada kontraktor.

Setiap jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor kemudian

didokumentasikan dalam sebuah laporan harian yang selanjutnya dirangkum

dalam laporan mingguan yang diserahkan kepada konsultan pengawas.

Dokumen tersebut kemudian digunakan sebagai data dalam pengawasan dan

pembobotan penyelesaian pekerjaan. Dokumen laporan harian dan mingguan

yang diberikan oleh kontraktor kemudian diperiksa silang (cross references)

terhadap data yang dimiliki oleh konsultna pengawas. Persamaan yang

digunakan dalam menentukan bobot pekerjaan yang telah diselesaikan oleh

kontraktor adalah :

dimana, Rn = Bobot realisasi minggu ke-n

Σ RW n = Realisasi pekerjaan-n pada minggu-n

Σ Wn = Nilai total dari satuan pekerjaan-n

Bn = Bobot pekerjaan ke-n

Persamaan tersebut digunakan dalam menentukan seluruh realisasi

bobot pekerjaan terlaksana dilapangan. Berdasarkan hasil pengawasan secara

keseluruhan, kontraktor yang bertugas dalam proyek ini memiliki kemampuan

rendah dalam menjalankan rencana proyek. Hal ini tampak dari bobot

penyelesaian pekerjaan yang hampir selalu minus atau berada pada kisaran

angka di bawah bobot penyelesaian pekerjaan yang ditetapkan setiap

Page 108: A08aar

92  

minggunya. Rangkuman dari keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan

kotraktor tiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Bobot rencana dan realisasi pekerjaan penataan lanskap CTC

Rencana progres

perminggu Kumulatif rencana

Realisasi progress

per minggu

Kumulatif realisasi progress

Deviasi rencana per

minggu

Kumulatif deviasi per

minggu

Minggu I 0.726 0.726 0.007 0.007 -0.720 -0.720

Minggu II 5.285 6.012 0.000 0.007 -5.285 -6.005

Minggu III 5.396 11.407 2.066 2.073 -3.330 -9.335

Minggu IV 4.940 16.347 2.103 4.176 -2.837 -12.172

Minggu V 9.023 25.371 6.884 11.060 -2.139 -14.310

Minggu VI 11.650 37.020 6.844 17.904 -4.806 -19.117

Minggu VII 11.601 48.622 17.882 35.785 6.280 -12.837

Minggu VIII 11.709 60.332 14.570 50.355 2.861 -9.976

Minggu IX 10.475 70.807 3.2762 53.631 -7.199 -17.175

Minggu X 5.463 76.271 4.240 57.872 -1.223 -18.398

Minggu XI 4.781 81.051 8.814 66.686 4.033 -14.365

Minggu XII 3.033 84.084 14.790 81.475 11.756 -2.609

Dari tabel di atas tampak bahwa kontraktor memiliki bobot minus pada

setiap minggunya, kecuali pada minggu ke-7, 8, 11 dan 12. Bobot minus ini

merupakan indikasi bahwa kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan jadwal rencana yang ditetapkan atau memiliki performa dibawah

rencana kerja, selain itu bobot minus tersebut juga terus terakumulasi pada

minggu-minggu berikutnya sehingga seluruh bobot pekerjaan yang ada pada

kolom deviasi kumulatif memiliki nilai negatif. Dalam tabel tersebut dapat dilihat

bahwa pada minggu-12 atau pada akhir masa pekerjaan, kumulatif rencana kerja

yang seharusnya sudah dikerjakan oleh kontraktor adalah sebesar 84,08 %

sedangkan pada realisasinya, kontraktor hanya mampu merealisasikan pada

kisaran bobot sebesar 81,48 %. Hal ini menunjukan bahwa kontraktor masih

berada di bawah target pekerjaan yang direncanakan dengan deviasi kumulatif

pada minggu terakhir adalah sebesar -2,61 %. Nilai minus ini berasal dari

pekerjaan pengadaan tanah, penentuan lokasi dan pekerjaan penanaman

lantana serta pengadaan penopang bambu yang masih kurang dari ketetapan

kontrak.

Performa rendahnya kinerja kontraktor juga tercermin pada rencana dan

realisai kerja kontraktor yang terdapat pada Lampiran 23. Dalam pelaksanaan

kerjanya, kontraktor tidak bekerja sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Page 109: A08aar

93  

Seluruh pekerjaan dikerjakan di luar jadwal atau tidak sesuai dengan rencana.

Sebagai salah satu contoh yaitu pada pekerjaan pengadaan kantor gudang dan

lapangan yang direncanakan dilaksanakan pada minggu-2 dan baru

direalisasikan kontraktor pada minggu-9. Hal ini mengakibatkan keberadaan

kantor dan gudang lapangan dirasakan kurang bermanfaat sebagaimana

seharusnya.

Secara umum, keterlambatan tersebut diatas disebabkan karena sub-

kontraktor sebagai pihak pelaksana pekerjaan di lapangan tidak mampu bekerja

secara optimal dan merupakan dampak lanjutan dari kurang baiknya komunikasi

serta koordinasi antara kontraktor dengan sub-kontraktor lanskap. Minimnya

sponsoritas yang diberikan oleh kontraktor kepada sub-kontraktor ditengarai

sebagai penyebab utama timbulnya permasalahan selama masa pelaksanaan

penanaman. General Superintendant (GS) yang ditugaskan oleh PT. SK kurang

dapat bekerja sama dengan Site Manager (SM) CV. BIF. Hal ini mengakibatkan

proses penyampaian informasi terkadang berjalan lambat atau bahkan

terhambat. Hal tersebut berdampak pada terlambatnya upaya penanggulangan

masalah yang terjadi di lapangan. Selain itu GM juga dirasakan kurang

menguasai pelaksanaan proyek secara keseluruhan, hal ini tampak dari

ketidakpahaman GM terhadap metode maupun bahan yang digunakan dalam

pekerjaan penanaman.

Pada lingkup manajemen perubahan, dilakukan sejumlah perubahan

yang lebih bersifat korektif. Perubahan tersebut dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan terhadap gambar kerja dan dokumen kontrak yang dilakukan dalam

pekerjaan pendahuluan, sejumlah perubahan kemudian diusulkan kepada pihak

PT. Jasa Marga cabang CTC. Koreksi yang dilakukan terhadap gambar kerja

dilakukan dengan jalan melakukan penggambaran ulang terhadap seluruh

gambar pada lanskap ruas Cengkareng, sedangkan pada lanskap ruas Jagorawi

koreksi hanya dilakukan dengan memperbaiki jumlah tanaman yang terdapat

pada gambar tersebut agar sesuai dengan jumlah tanaman yang tercantum pada

dokumen kontrak. Sedangkan perubahan pada dokumen kontrak dilakukan

menyangkut jumlah dan spesifikasi dari beberapa jenis tanaman dan kuantitas

tanah merah yang harus diadakan oleh kontraktor.

Dalam perubahan kontrak kerja, terjadi perubahan terhadap beberapa

jenis pekerjaan hingga lebih dari 10 % dari ketetapan dokumen kontrak dan

merupakan suatu hal yang seharusnya tidak diperkenankan. Hal tersebut sesuai

Page 110: A08aar

94  

dengan ketentuan dalam perubahan kontrak kerja (Variation Order - VO) yang

diperkenankan sesuai dengan Kepres No. 08 tahun 2003. Perubahan tersebut

terjadi pada item pekerjaan pengadaan tanah urugan, penambahan tanaman

baru berupa nanas merah, ubi singapur, rumput gajah mini dan sambang darah.

Rangkuman dari VO yang terjadi terhadap dokumen BQ dapat dilihat pada

Lampiran 26. Perubahan kerja terbesar terdapat pada pekerjaan pemberian

tanah dan pengadaan pupuk untuk pekerjaan penanaman, penambahan

pekerjaan instalasi pot ruas Cengkareng serta adanya penambahan tanaman

baru yang pada awalnya tidak terdapat dalam ketentuan gambar kerja seperti

bayam merah, ubi singapur, nanas merah, sambang darah dan penanaman

rumput gajah mini.

Selain itu, perubahan juga terjadi pada alokasi waktu keseluruhan yang

diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan penanaman. Waktu yang diberikan

kepada kontraktor diperpanjang dengan adanya surat permohonan addendum

waktu kerja selama 3 minggu. Adapun waktu tersebut digunakan untuk

melakukan kegiatan pengadaan tanah dan penanaman lantana (Lantana

cammara) pada ruas Cengkareng yang terdapat pada Km 25+200 sampai

dengan Km 27+200.

7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis

PT. SK selaku kontraktor utama merupakan kontraktor dengan latar

belakang sebagai penyedia layananan jasa konstruksi bangunan dan fasilitas

umum, sedangkan CV. BIF selaku sub-kontraktor merupakan rekanan PT. Jasa

Marga cabang CTC yang telah menangani berbagai proyek penanaman lanskap

jalan tol pada kantor cabang PT. Jasa Marga dengan sejarah kerja (track record)

yang cukup baik. Perbedaan latar belakang ini menjadikan kontraktor dengan

sub-kontraktor memiliki pemahaman dan tujuan pelaksanaan kerja yang

berbeda.

Harga penawaran kontraktor PT. SK dalam dokumen penawaran (tender)

yang berada di bawah harga normal, menjadikan sub-kontraktor CV. BIF sebagai

penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman tidak dapat menyediakan

tanaman sesuai dengan spesifikasi pada dokumen kontrak secara sempurna. Hal

ini terutama tampak pada tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) yang ditanam

pada kedua ruas jalan tol tersebut yang hanya memiliki ketinggian setengah dari

ketentuan spesifikasi tanaman yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Page 111: A08aar

95  

Permasalahan teknis yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini

mencakup: penentuan lubang tanam, penyediaan armada penyiraman dan

pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, keterbatasan sumberdaya dalam

pengadaan tenaga kerja dan faktor eksternal. Dalam penentuan lubang tanam

pada masing-masing ruas, PT. BIF selaku pelaksana pekerjaan penanaman

mendapatkan kesulitan dalam menentukan lubang tanam sesuai dengan gambar

rencana yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan SM tidak mau

menentukan titik lubang tanam apabila tidak disertai oleh perwakilan konsultan

pengawas yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam

pekerjaan pembuatan lubang tanam. Dampak dari hal tersebut adalah semakin

banyaknya waktu yang diperlukan dalam menentukan titik lubang tanam dan

berakibat pada semakin mundurnya waktu pelaksanaan dari setiap item

pekeraan yang ada dalam dokumen kontrak.

Sedangkan faktor eksternal yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini

adalah adanya fenomena alam berupa banjir rob (air pasang) yang terjadi pada

ruas Cengkareng di sekitar Km-22 sampai dengan Km-27 yang merupakan lokasi

penanaman Lantana sp. dan Nerium oleander. Sedangkan tanaman palm jepang

(Pthycosperma sp.) dan pucuk yang diletakan pada lokasi yang berbatasan

dengan pemukiman penduduk pada ruas Cengkareng menjadikan tanaman

tersebut sebagai jenis tanaman dengan tingkat kerusakan tertinggi dibandingkan

jenis tanaman lainnya. Kerusakan pada umumnya disebabkan oleh adanya

aktivitas penggembalaan hewan ternak yang dilakukan oleh penduduk sekitar.

Daun dari tanaman tersebut dimakan oleh kambing yang digembala disekitar

lokasi penanaman. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan

relokasi tanaman atau dengan melakukan penggantian jenis tanaman dengan

menggunakan tanaman lain. Pada permasalahan yang menyanggkut adanya

aktifitas penggembalaan hewan ternak, tanaman palm jepang ditukarkan lokasi

penanamnnya dengan tanaman thevetia. Hal ini merupakan saran yang berasal

dasri SM yang menginformasikan bahwa hewan ternak tidak menyukai tanaman

thevetia.

Permasalahan teknis lain terdapat pada pemasangan bambu penyangga

pada pohon atau palm yang tidak sesuai dengan ketentuan kerja. Beberapa jenis

pohon yang seharusnya memiliki bentukan penopang menyerupai tripod hanya

dipasangkan dengan 2 (dua) buah penopang, itu pun dengan cara pemasangan

yang kurang baik. Penopang tersebut tidak ditancapkan dengan baik ke dalam

Page 112: A08aar

96  

tanah sehingga tidak memiliki fungsi sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan

ukuran lubang tanam tidak dipenuhi sebagaiman ketentuan pada dokumen

kontrak. Lubang tanam yang dibuat pada lokasi pekerjaan hanya dibuat dengan

ukuran 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali ukuran bola akar. Walaupun ukuran tersebut

merupakan ukuran lubang tanam yang ideal bagi penanaman tanaman, namun

ketidaktepatan ini berdampak pada tidak terpenuhinya penyediaan tanah dan

pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam. Selain itu, ukuran

lubang tanam yang relatif besar tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki

struktur dan kandungan hara tanah disekitar tanaman yang akan ditanam pada

lubang tersebut.

Dalam ketentuan-ketentuan kontrak kerja yang tidak dideskripsikan

dengan jelas, kontraktor melakukan beberapa pengurangan atau pemangkasan

biaya operasional secara keseluruhan melalui :

1) Tidak menyediakan kelengkapan keaman kerja yang memadai seperti

rompi dan helm proyek

2) Tidak melakukan pengaturan lalu lintas untuk menjamin keamanan dan

keselamatan, baik pekerja maupun pengguna jalan tol

3) Pengadaan alat keselamatan kerja yang sangat minim

Sedangkan pada pihak konsultan permasalahan timbul akibat adanya

ketidak-lengkapan seragam dan perlatan lapang lapang. Peralatan lapang yang

sangat vital dalam kegiatan pengawasan yaitu kamera yang digunakan untuk

kegiatan pendokumentasian. Pada awal minggu pertama, konsultan pengawas

tidak memiliki kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan seluruh

pekerjaan yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Selain itu, kendala utama

dalam melaksanakan kegiatan pengawasan adalah keterbatasan penggunaan

sarana mobilisasi yang lengkap dengan kelengkapan keamanan pelaksanaan

kerja di jalan tol yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan.

Selain itu, posisi CI dalam anggota tim pengawas kurang dapat berperan dengan

baik. Hal ini dikarenakan pada pertengahan bulan-3, CI mengundurkan diri dalam

keterlibatannya pada pelaksanaan proyek ini.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh konsultan pengawas adalah

keterbatasan dalam mengawasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh

kontraktor di lapangan secara langsung dikarenakan keterbatasan dalam sarana

mobilisasi yang dapat digunakan oleh konsultan pengawas. Hal ini sangat

Page 113: A08aar

97  

berpengaruh pada pekerjaan pengadaan tanah ke lokasi tanam yang umumnya

dilaksanakan pada malam hari.

Dalam melakukan penjaminan terhadap pemenuhan jumlah tanaman

yang harus dipenuhi, kontraktor diwajibkan melakukan penggantian terhadap

seluruh tanaman yang mengalami kematian, baik pada ruas Jagorawi maupun

pada ruas Cengkareng. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pemeriksaan

tanaman yang telah tertanam, terdapat sejumlah tanaman yang mengalami

kematian, baik dikarenakan oleh kesalahan pra-penanaman, rendahnya tingkat

pemeliharaan pasca-penanaman maupun adanya gangguan dari aktifitas

penduduk sekitar. Perincian hasil pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman

dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman

Kuantitas No  Nama Pohon BQ  Hidup  Mati 

  Ruas Jagorawi       1  Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    2.5 m  45  41  4 2  Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    3 m  24  21  3 3  Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    3.5 – 4 m  50  52  3 4  Bunga kupu‐kupu (Bauhinia purpurea)  250  289  61 5  Kamboja (Plumeria rubra)  89  89  ‐ 6  Ki Hujan (Samanea saman)  18  14  4 7  Pucuk merah (Euginia oleana)  233  228  5 8  Pandan kuning (Pandanus pygmeus)  23.904  ‐  ‐ 9  Pisang hias (Helliconia psittacorum)  21.904  ‐  ‐ 10  Nusa indah (Musaenda sp)  1.600  1.219  381 11  Lili air mancur (Hymenocalis speciosa)  23.904  ‐  ‐ 12  Euphorbia (Euphorbia milii)  2.507  ‐  ‐ 13  Bunga kertas (Bougenvillea glabra)  45  40  5 14  Rumput gajah mini (Axonopus sp)  1.369  ‐  ‐   Ruas Cengkareng       1  Palm anggur (Latania sp)  112  110  2 2  Bintaro (Cerbera odolam)  790  769  21 3  Thevetia (Thevetia peruviana)  538  525  13 4  Ki Hujan (Samanea saman)  150  123  33 5  Kamboja (Plumeria rubra)  40  40  ‐ 6  Kamboja bali (Plumeria fragrans)  10  10  ‐ 7  Palem jepang (Ptycosperma macharturii)   225  182  43 8  Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima)  265  250  15 9  Pucuk merah (Euginia oleana)  265  253  12 10  Bunga mentega (Nerium oleander)  10.500  ‐  ‐ 11  Bunga mentega Var. (Nerium oleander Var)  10.500  ‐  ‐ 12  Pandan kuning (Pandanus pygmeus)  1.800  ‐  ‐ 13  Lili air mancur (Hymenocalis speciosa)  1.800  ‐  ‐ 14  Pisang hias (Helliconia psittacorum)  1.600  ‐  ‐ 15  Lantana (Lantana camarra)  16.000  8.000  8.000 16  Rumput gajah mini (Axonopus sp)  50  ‐  ‐ 

Sumber : hasil pengamatan lapang

Page 114: A08aar

98  

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kematian yang terjadi pada

tanaman disebabkan karena adanya gangguan yang berasal dari adanya aktifitas

penduduk sekitar. Beberapa tanaman seperti trembesi (Samanea saman) dan

bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mati dikarenakan ditebang untuk dijadikan

sebagai kayu bakar. Tanaman palm jepang (Spermathophyta sp) dan pucuk

merah (Euginia oleana) mengalami kematian karena adanya aktifitas

penggembalaan hewan ternak. Sedangkan tanaman lantana (Lantana cammara)

mengalami kematian dikarenakan minimnya penyiraman yang diberikan pasca-

penanaman. Secara keseluruhan, permasalahan teknis yang dijumpai dalam

pekerjaan penanaman lebih mengarah pada pemenuhan pekerjaan sesuai

dengan kualitas dan ketetapan kerja dalam kontrak.

7.3. Peran Pengawasan

Peran pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan pengawas lebih

berpengaruh pada pemeriksaan kelengkapan dokumen administrasi dan gambar

kerja pada masa pekerjaan pendahuluan. Sedangkan dalam masa penanaman,

konsultan pengawas lebih berperan sebagai peredam dalam meminimalisasi

dampak dari kekurangan atau kesalahan yang terjadi selama proyek

berlangsung. Peran konsultan sebagai pengendali jalannnya proyek kurang

dapat dirasakan karena keterbatasan wewenang yang dimiliki. Selain itu,

konsultan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak dapat bersifat

independen dalam menerapkan sanksi terhadap kelalaian yang dilakukan oleh

kontraktor. Hal ini disebabkan karena adanya interfensi yang berasal dari pihak

satgas. Setiap masukan, saran atau teguran yang diberikan oleh kepada

kontraktor tidak dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan pihak satgas

dapat menerima pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor walaupun

dengan segala kekurangannya.

Page 115: A08aar

99  

VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan

Kegiatan magang yang dilaksanakan pada konsultan PT. Beutari Nusa

Kreasi secara umum telah memenuhi tujuan yang hendak dicapai. Dalam

kegiatan magang tersebut, mahasiswa telah diberi kesempatan dan tanggung

jawab dalam melaksanakan tugas sebagai Landscape Inspector (LI) dalam

pengawasan pelaksanaan proyek lanskap jalan tol ruas CTC. Kegiatan

pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan merupakan bentuk aplikasi

kegiatan manajemen proyek yang dilaksanakan diantara tahap pelaksanaan dan

penutupan proyek. Sebuah proyek dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi

atau bahkan melampaui sasaran atau ekspektasi pemilik kerja. Dalam sebuah

proyek lanskap, banyaknya jenis pekerjaan dengan metode pembobotan yang

berbeda menyebabkan kegiatan pengawasan cukup sulit dilakukan terutama jika

tidak ada kerjasama kontraktor dalam penyediaan informasi serta hubungan

komunikasi yang baik. Pembobotan pekerjaan dalam kegiatan pengawasan

merupakan hal yang sangat penting dalam mengendalikan proses pelaksanaan

di lapangan.

Dalam pelaksanaan proyek, penting bagi seluruh stake holder untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang baik dan

dilaksanakan dengan benar pada kali pertama sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan. Hal ini dikarenakan setiap pengulangan suatu jenis pekerjaan akan

berakibat pada bertambahnya sumber daya yang harus digunakan, terutama

biaya dan waktu.

Hasil kemajuan (progress) kontraktor secara kumulatif terhadap

penyelesaian pekerjaan penanaman adalah sebesar 96,89 %. Kontraktor tidak

mampu menyelesaikan pekerjaan atau mencapai bobot realiasi pekerjaan 100 %.

Dalam masa akhir pekerjaan penanaman, kontraktor masih memiliki nilai minus

terhadap rencana kerja sebesar -2,61 %. Selain hal tersebut, realisasi

pelaksanaan kerja kontraktor yang digambarkan melalui kurva-s juga selalu

berada dibawah garis rencana kerja pada setiap minggunya. Seluruh hal

tersebut merupakan indikasi bahwa proyek berjalan dengan kurang baik dan

kontraktor memiliki tingkat performa yang rendah. Secara keseluruhan, penyebab

utama timbulnya permasalahan dalam proses pekerjaan proyek ini adalah tidak

berjalannya proses perancanaan secara maksimal, baik dalam perencanaan

Page 116: A08aar

100  

lanskap, maupun dalam perencanaan pelaksanaan kerja serta minimnya

sponsoritas dan kurang harmonisnya komunikasi yang ada antara kontraktor

dengan sub-kontraktor lanskap. Dari hasil analisis, tidak tercapainya target

pelaksanaan pekerjaan secara sempurna disebabkan karena adanya

permasalahan-permasalahan yang bersifat manajerial maupun teknis lapangan.

Peran pangawas sebagai pengendali jalannya proyek, baik dalam

pengawasan terhadap aspek kualitas, kuantitas maupun waktu dalam proyek ini

berjalan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena rendahnya independensi

konsultan pengawas dalam proses penetapan keputusan, selain itu adanya

hubungan yang erat antara pihak satgas dengan kontraktor mengakibatkan

laporan hasil kegiatan pengawasan terhadap kinerja kontraktor tidak memberikan

dampak perbaikan.

8.2. Saran

Untuk mengatasi permasalahan dalam proyek, terutama keterlambatan

penyelesaian pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pengadopsian metodologi

proyek dengan perencanaan kerja yang detil dan akurat. Hal tersebut kemudian

dilengkapi dengan pengorganisasian sumberdaya proyek dengan baik.

Sedangkan untuk mengatasi permasalahan ketidaktepatan kualitas produk

pekerjaan, diperlukan adanya itikad baik masing-masing stake holder mulai dari

proses perencanaan hingga penutupan proyek. Selain pengawasan terhadap

kinerja kontraktor dalam melaksanakan tugasnya, pengawasan juga perlu

dilakukan terhadap proses manajemen proyek yang direncanakan dan

diterapkan oleh konsultan lanskap.

Page 117: A08aar

101  

DAFTAR PUSTAKA

Agesta, GI. 2007. Notes on Urban Trees Structure Management. Makalah. 32 p. www.arbolonline.org diakses 27 Mei 2008

Anonim. 2006. Dictionary of Agriculture (Third Edition). A & C Black Publishers Ltd. London. 289 p.

Anonim. 2008. Definition of Project. www.wikipedia.com. diakses pada 10 April 2008

Booth NK. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press, Inc. Illinois.

Burgess, RA dan G White. 1984. Produksi Bangunan dan Manajemen Proyek (Terjemahan). Andi Offset. Yogyakarta. 280 hal.

Carpenter, PL, TD Walker, and FO Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman. San Fransisco. 468 p.

Chiara, JD dan LE Koppelmen. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Airlangga. Jakarta. 380 hal.

de Nevers, M. 2000. Enviromental Engineering. Mac Millan Publisher. Co. Inc. New York.

Departemen Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Bina Marga. 1991. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

_______. 1995. Tata Cara Pemeliharaan Tanaman Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

_______. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

Eckbo, G.1995. Visual Values for The Highway User. An Engineer’s Workbook. U.S Department of Transportation. Washington DC.

Erawati, AB. 2006. Perencanaan Lanskap Jalan Masuk Kawasan Agrowisata pada Agropolitan Cianjur (Skripsi). Proram Studi Arsitektur Lanskap. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB). (Tidak Dipublikasikan)

Fare, DC. 2007. Pruning Landscsape Trees, Shrubs and Groundcovers. Agricultural Extension Services. University of Tennessee. 20 p.

Page 118: A08aar

102  

Frick, H dan TH Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. 208 hal.

Hakim, R. 2005. Rancangan Visual Lansekap Jalan – Panduan Estetika Dinding Penghalang Kebisingan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 162 hal.

Hillock, D dan M Schenelle. 2008. Planting Trees and Shrubs. Oklahoma State University Extention Cooperative Services. 4 p. www.osuextra.com (20 Mei 2008)

[ Idad ] Institute of Destination Architects and Designers. 2003. Management in Destination Architecture. Institute of Destination Architects and Designers Press. 17 p. www.idad.org (20 Mei 2008)

Ismayadi, S dan E Subiandono. 2008. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah. 10 hal.

Kleupfel, S. 2001. Water Efficient Landscaping. United States Environmental Protection Agencies. Denver

Lewis, JP. 2007. Fundamentals of Project Manangement (Third Edition). American Management Association. Massachusetts. 177 p.

Lynch, K. 1971. Site Planning. The MIT Press. Massachusetts.

Mc Harg, IL. 1969. Design with Nature. Doubleday/Nature History Press. New York.

Newel, MW. 2002. Preapering For The Project Management Professional Certification Exam (Second Edition). American Management Association. Massachusetts. 430 p.

Nurisjah S dan Q Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan)

Polomsky, B. 2005. Planting Trees Correctly. Home and Garden Information Center. Clemson Extensions. Artikel. http://hgic.clemson.edu (8 Agustus 2006)

Render, B and J Heizer. 1997. Principles of Operation Management with Tutorials (Second edition). Prentice Hall, International Inc. New Jersey. 525 p.

Rurit, B. 2007. Cara Memindahkan Pohon Hidup-Hidup. Artikel Kompas on-line. www.kompason-line.com. (15 April 2008)

Page 119: A08aar

103  

Simond, JO. 1983. Landscape Architecture A Manual of Site Planning and Design. McGraw-Hill Book Company. New York.

Sternloff, RE and R Warren. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second edition). John Wiley and Sons Inc. New York. 326 p.

Stoner, JAF and E Freeman. 1994. Manajemen Jilid I. Edisi 5. Intermedia. Prentice Hall. 679 hal.

Turgeon, AJ. 1980. Turfgrass Management. Reston Publ. Co. Inc. Virgnia. 391 p.

Westland, J. 2006. The Project Management Life Cycle. Kogan Page Publisher. Philaldelphia. 257 p.

Page 120: A08aar

104  

Disetujui ?

Pengajuan

Pembaharuan timesheet

pelaksanaan

Pelaksanaan pekerjaan l

Kelengkapan laporan harian

Pembaharuan rencana proyek

Apakah pekerjaan

diselesaikan ?

Apakah sesuai rencana ?

Pekerjaan telah selesai

Pengecualian

tidak

tidak

tidak

ya

ya

ya

Pela

ksan

ala

pang

Chi

efIn

spec

tor

Res

iden

tEng

inee

r

Lampiran 1. Alur manajemen pengawasan terhadap waktu pekerjaan

Harian

Mingguan

Rencana Proyek

Page 121: A08aar

105  

Pela

ksan

ala

pang

Chi

efIn

spec

tor

Res

iden

tEng

inee

r

Lampiran 2. Alur manajemen pengawasan dan penjaminan kualitas pekerjaan

Pemeriksaaan

Definisi kualitas ditetapkan

Metode pemeriksaan kualitas ditetapkan

Apakah terpenuhi ?

Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

Pengecualian

Penjaminan kualitas Kontrol kualitas

Implementasi tindakan perbaikan

tidak ya

tidak

ya

Page 122: A08aar

106  

Pela

ksan

ala

pang

Chi

efIn

spec

tor

Res

iden

tEng

inee

r

Lampiran 3. Alur manajemen pengadaan perubahan kerja

Pemeriksaaan

Identifikasi perubahan

Permohonan perubahan kerja

Pengkajian perubahan

Penerbitan dokumen perubahan

Pemeriksaaan

Disetujui ?

Pelaksanaan

Pelaksanaan pengkajian

tidak

ya

tidak

ya

Page 123: A08aar

107  

Pela

ksan

a la

pang

C

hief

Insp

ecto

r R

esid

ent E

ngin

eer

Lampiran 4. Alur manajemen resiko dan masalah/kendala

Peninjauan

Identifikasi resiko

Pengajuan peninjauan

Apakah valid ?

Dokumentasikan

Tindak lanjut

Apakah teratasi ? Dokumentasikan

Perlukah perubahan ?

Tindakan alternatif

Peninjauan

Permohonan perubahan

tidak

ya

tidak

ya

tidak

Page 124: A08aar

108  

Pela

ksan

ala

pang

Chi

efIn

spec

tor

Res

iden

tEng

inee

r

Lampiran 5. Alur manajemen komunikasi

Identifikasi materi pesan

Identifikasi penerima pesan

Draft pesan

Disetujui ?

Penyampaian pesan

Identifikasi waktu penyampaian

Identifikasi format penyampaian pesan

Pengajuan persetujuan

ya

tidak

Page 125: A08aar

109  

Lampiran 6. Visualisasi tanaman yang digunakan pada pekerjaan penataan lanskap CTC

Lantana  Bayam merah Nusa indah 

Pandan bali  Pisang hias Bougevil 

Sambaing darah  Pandan kuning Lili belut 

Ubi singapur  Rumput gajah Euphorbia  

Nanas merah

Page 126: A08aar

110  

Lam

pira

n 7.

Gam

bar k

erja

B-0

1 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 127: A08aar

111  

Lam

pira

n 8.

Gam

bar k

erja

B-0

2 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 128: A08aar

112  

Lam

pira

n 9.

Gam

bar k

erja

B-0

3 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 129: A08aar

113  

Lam

pira

n 10

. Gam

bar k

erja

B-0

4 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 130: A08aar

114  

Lam

pira

n 11

. Gam

bar k

erja

B-0

5 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 131: A08aar

115  

Lam

pira

n 12

. Gam

bar k

erja

B-0

6 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 132: A08aar

116  

Lam

pira

n 13

. Gam

bar k

erja

B-0

7 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 133: A08aar

117  

Lam

pira

n 14

. Gam

bar k

erja

B-0

8 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 134: A08aar

118  

Lam

pira

n 15

. Gam

bar k

erja

B-0

9 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 135: A08aar

119  

Lam

pira

n 16

. Gam

bar k

erja

B-1

0 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 136: A08aar

120  

Lam

pira

n 17

. Gam

bar k

erja

B-1

1 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 137: A08aar

121  

Lam

pira

n 18

. Gam

bar k

erja

B-1

2 pa

da ru

as J

agor

awi

Page 138: A08aar

122  

Lampiran 19. Jenis, lokasi ruas jalan tol dan jumlah tanaman yang digunakan

Kategori Tanaman No. Uraian

Ketentuan dalam

Kontrak Palm Pohon Perdu Semak Rumput

1. RUAS CENGKARENG

A. Pohon/Palm

1 Palm Anggur (Latania sp) 112 112

2 Bintaro (Cerbera odollam) 790 790

3 Thevetia (Thevetia peruviana) 538 538

4 Ki Hujan (Samanea saman) 150 150

5 Kamboja (Plumeria rubra) 40 40

6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 10 10

7 Palm Jepang (Ptycosperma macharthurii) 225 225

8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 265 265

9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 255 255

B. Shrubs & Ground Covers

1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 10.500 10.500

2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander

var.) 10.500 10.500

3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 1.800 1.800

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 1.800 1.800

5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 1.600 1.600

6 Lantana (Lantana spp) 16.000 16.000

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 50 50

2. RUAS JAGORAWI

A. Pohon/Palm

1 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 45 45

2 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 24 24

3 Palm Sadeng (Livistona rotundifolia) 50 50

4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 250 250

5 Kamboja (Plumeria rubra) 89 89

6 Ki Hujan (Samanea saman) 18 18

7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 233 233

B. Shrubs & Ground Covers

1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 23.904 23,904

2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 21.904 21,904

3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 1.600 1.600

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 23.904 23,904

5 Euphorbia (Euphorbia millii) 2.507 2,507

6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 45 45

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) 1.369 1.369

TOTAL 120.577 456 2.373 1.865 114.464 1.419

Sumber : dokumen kontrak konsultan pengawas

Page 139: A08aar

123  

Lampiran 20. Ketentuan pemasangan penopang pada pohon dan palm

Page 140: A08aar

124  

Lampiran 21. Detil penaman pot

Page 141: A08aar

125  

Lampiran 22. Aplikasi metode WBS (Work Breakdown Structure) dalam proyek penataan lanskap CTC

1.1. Pembersihan lahan 1.2. Pembuatan lubang kompos 1.3. Instalasi paranet 1.4. Pengadaan titik air 1.5. Pemeliharaan jalur sirkulasi 1.6. Pemangkasan pohon eksisting 

1.1. Pemberian tanah subur1.1.1. Pohon  1.1.2. Semak  

1.2. Pemberian pupuk kandang 1.2.1. Pohon  1.2.2. Semak  

1.3. Pembuatan lubang tanam 

1.1. Mobilisasi dan demobilisasi1.2. Pengadaan kantor/gudang lapang 1.3. Pengadaan nurseri sementara 1.4. Keamanan dan keselamatan kerja 

1.4.1. Keamanan 1.4.2. Peralatan P3K 

1.5. Pengaturan lalu lintas 1.6. Foto proyek 1.7. Alat bantu kerja 1.8. Pembersihan lahan 1.9. Pematokan titik tanam 

1.9.1. Pohon  1.9.2. Semak  

1.10. Penopang bambu 1.1. Pemindahan tanaman eksisting 1.2. Pemangkasan tanaman eksisting 

Penataan lanskap CTC

Non‐penanaman Penanaman 

Revitalisasi nurseri Cipinang 

Lanskap JagorawiLanskap Cengkareng

Penataan gerbang tol 

Persiapan 

Pekerjaan tanah 

Pekerjaan khusus

Page 142: A08aar

126  Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC

MASA PENANAMAN

MINGGU KE

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

NOV'07 DES'07 JAN'08

07-07 08-14 15-21 22-28 29-05 06-12 13-19 20-26 27-2 03-09 10-16 17-20

No. URAIAN SPESIFIKASI VOLUME UNIT

BOBOT PROGRE

SS (%)

1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 4

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1 Mobilisasi & Demobilisasi 1 LS 4.425 0.295 2.065 2.065

1.033 1.033 0.277 0.277 0.277 1.530

2 Kantor & Gudang Lapangan 1 LS 0.083 0.028 0.028 0.028

0.021 0.021 0.021 0.021

3 Nursery/tempat penampungan tanaman sementara 1 LS 0.111 0.037 0.037 0.037

0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014

4 Keamanan dan keselamatan

- Keamanan/satpam 1 LS 0.056 0.001 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.003

0.028 0.014 0.014

- P3K/peralatan 1 LS 0.067 0.007 0.007 0.007

0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.028 0.028 0.005

5 Pengaturan lalu lintas 1 LS 0.083 0.009 0.009 0.009

0.001 0.008 0.009 0.023 0.023 0.018

6 Foto Proyek 1 LS 0.061 0.007 0.007 0.007

0.007 0.007 0.007 0.027 0.013

7 Alat bantu kerja (listrik kerja) 1 LS 0.067 0.001 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.004

0.067

8 Pembersihan lahan penanaman 1 LS 0.500 0.007 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.027

0.047 0.047 0.047 0.047 0.047 0.053 0.047 0.040 0.127

9 Pematokan titik tanam

-pohon 3,245 Titik 0.126 0.002 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015

0.004 0.004 0.038 0.026 0.055 #DIV/0!

-Semak/perdu di area damija jalan 152,853 Titik 4.076 0.072 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501 0.501

0.752 0.752 1.628 0.061 0.814

10 Penopang bambu 3,245 Titik 0.288 0.013 0.092 0.092 0.092

0.044 0.044 0.018 0.061 0.061 0.061 -0.013

SUB TOTAL I 9.944 0.397 2.796 2.803 0.740 0.581 0.574 0.574 0.582 0.583 0.065 0.065 0.042

0.007 0.000 1.880 1.881 0.402 0.425 0.453 3.360 0.091 0.221 0.254 #DIV/0!

II. PEKERJAAN TANAH

1 Pemberian tanah subur

- pohon 1,030 m3 3.719 0.065 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457 0.457

0.090 0.108 0.018 0.144 0.181 1.950

- Semak/perdu di area damija jalan 1,929 m3 6.966 0.122 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855 0.855

0.090 0.108 0.018 0.144 0.181 3.539 1.659

2 Pemberian pupuk kandang

- pohon 755 m3 1.258 0.022 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155 0.155

0.067 0.128 0.003

- Semak/perdu di area damija jalan 1,181 m3 1.968 0.035 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242 0.242

0.067 0.178 0.068

3 Pembentukan & pengolahan tanah

- pohon 3,245 titik 0.144 0.003 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018 0.018

0.052 0.082 0.010 0.064

- Semak/perdu di area damija jalan 96,428 m2 3.750 0.066 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461 0.461

0.046 0.068 0.003 0.054

4 Pembuatan lubang tanam 3,245 Titik 0.180 0.003 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022 0.022

0.005 0.005 0.055 0.093 0.022 0.081

SUB TOTAL II 17.986 0.316 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 2.209 0.000 0.000 0.000

0.000 0.000 0.186 0.222 0.322 0.175 0.618 0.078 0.000 0.509 5.492 1.781

III. PENANAMAN

1. RUAS CENGKARENG

A. Pohon/Palem

1 Palem Anggur (Latania sp) 2.5 m oht 112 ph 6.844 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760 0.760

3.056 3.789

2 Bintaro (Cerbera odollam) 3.0 m oht (branching) 75 mm dia 790 ph

4.169 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521 0.521

4.169

3 Thevetia (Thevetia peruviana) 1.2 m oht (branching) 538 ph 1.196 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149 0.149

0.711 0.484

4 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (branching), 150 mm dia 150 ph

2.500 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313

0.417 2.083

5 Kamboja (Plumeria rubra) 3.0 m oht (branching) 40 ph 0.333 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048 0.048

0.333

6 Kamboja Bali (Plumeria fragrans) 3.0 m oht (branching) 10 ph 0.222 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032 0.032

0.222

7 Palem Jepang (Ptycosperma macharthurii) 2.0 m oht 225 ph 0.875 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125

0.778 0.097

8 Bunga Merak (Caesalpinia pulcerrima) 0.8 m oht 265 ph 0.368 0.061 0.061 0.061 0.061 0.061 0.061

0.368

9 Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 255 ph 1.983 0.331 0.331 0.331 0.331 0.331 0.331

0.778 1.206

SUB TOTAL A 18.491 0.000 0.760 1.744 1.948 2.340 2.340 2.340 2.340 2.340 2.340

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 10.83 7.175 0.484 0.000 0.000 0.000

B. Shrubs & Ground Covers

1 Bunga Mentega (Nerium oleander) 300 mm oht 10,500 plb 2.042 0.408 0.408 0.408 0.408 0.408

1.069 0.972 1.069 0.972 0.583

2 Bunga Mentega Var. (Nerium oleander var.) 300 mm oht 10,500 plb 2.625 0.525 0.525 0.525 0.525 0.525

3 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht 1,800 plb 0.225 0.075 0.075 0.075

Page 143: A08aar

127  

0.225

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht 1,800 plb 0.140 0.070 0.070

0.156 0.162

5 Pisang Hias (Helliconia sp.) 300 mm oht 1,600 plb 0.178 0.089 0.089

6 Lantana (Lantana spp) 300 mm oht 16,000 plb 1.778 0.356 0.356 0.356 0.356 0.356

0.889 0.722 0.167

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing 50 m2 0.017 0.017

0.017

SUB TOTAL B 7.004 0.000 0.089 0.444 1.364 1.434 1.434 1.289 0.933 0.017

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.069 0.972 0.000 1.958 2.075 19.420

C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman

1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM 44 nos 0.733 0.367 0.367

0.733

2. Pot Type B 1000 X 1000 X 1000 MM 22 nos 1.283 0.642 0.642

1.283

SUB TOTAL C 2.017 0.000 1.008 1.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.283 0.733 0.000

D. Pemindahan Tanaman Existing dari Median ke Damija

1 Cassia sp. 12600 unit 1.680 0.560 0.560 0.560

1.680

SUB TOTAL D 1.680 0.560 0.560 0.560 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.680

E. Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija

1. Pohon 60 nos 0.007 0.002 0.002 0.002

0.007

SUB TOTAL E 0.007 0.000 0.002 0.002 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007

SUB TOTAL III.1 29.199 1.323 3.403 3.963 3.704 3.774 3.774 3.629 3.273 2.357

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 11.90 8.147 0.484 3.242 2.808 21.10

2. RUAS JAGORAWI

A. Pohon/Palem

1 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 2.5 m oht 45 ph 1.563 0.313 0.313 0.313 0.313 0.313

0.938 0.556 0.069

2 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3.0 m oht 24 ph 1.000 0.200 0.200 0.200 0.200 0.200

0.667 0.333

3 Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) 3-4 m oht 50 ph 2.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500

0.500 1.900 0.100

4 Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 3.0 m oht (brunching) 75 mm dia 250 ph

2.778 0.556 0.556 0.556 0.556 0.556

1.700 1.078

5 Kamboja (Plumeria rubra) 2.5 m oht (brunching) 89 ph 0.742 0.371 0.371

0.742

6 Ki Hujan (Samanea saman) 3.0 m oht (brunching), 150 mm dia 18 ph

0.300 0.300

0.167 0.133

7. Pucuk Merah (Eugenia oleana) 1.0 m oht 233 ph 1.812 0.362 0.362 0.362 0.362 0.362

1.602 0.210

SUB TOTAL A 10.694 0.000 1.675 1.931 2.301 2.301 1.931 0.556 0.000 0.000

0.000 0.000 0.000 0.000 2.846 4.656 2.849 0.133 0.210 0.000 0.000 0.000

B. Shrubs & Ground Covers

1 Pandan Kuning (Pandanus pygmeus) 300 mm oht 23,904 plb 2.988 0.498 0.498 0.498 0.498 0.498 0.498

1.590 0.171 0.375 0.750 0.102

2 Pisang Hias (Helliconia psittacorum) 300 mm oht 21,904 plb 2.434 0.487 0.487 0.487 0.487 0.487

1.252 0.117 0.133 0.889 0.043

3 Nusaenda (Musaenda philipinensis) 300 mm oht 1,600 plb 1.111 0.278 0.278 0.278 0.278

0.894 0.217

4 Lili Air Mancur (Hymenocallis speciosa) 200 mm oht 23,904 plb 1.859 0.310 0.310 0.310 0.310 0.310 0.310

0.420 0.237 0.327 0.125 0.751

5 Euphorbia (Euphorbia millii) 300 mm oht 2,507 plb 2.437 0.406 0.406 0.406 0.406 0.406 0.406

1.225 1.212

6 Bunga Kertas (Bougainvillea glabra) 500 mm oht 45 plb 0.030 0.030

0.027 0.003

7 Rumput Paetan (Axonopus compresus) close turfing 1,369 m2 0.456 0.228 0.228

0.117 -0.117

SUB TOTAL B 11.315 0.000 0.000 0.000 0.000 0.487 1.572 1.979 2.009 1.979 1.214 1.442 0.634

0.000 0.000 0.000 0.000 3.262 1.536 2.060 2.851 0.151 0.102 0.259 11.332

C. Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman

1. Pot Type A 600 X 600 X 600 MM 44 nos 1.222 0.407 0.407 0.407

1.056 0.167 0.000

2. Pot Type B 1000 X 1000 X 1000 MM 22 nos 1.283 0.428 0.428 0.428

1.283

SUB TOTAL C 2.506 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.835 0.835 0.835 0.000 0.000 0.000 0.000

0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.339 0.167 0.000 0.000

D. Revitalisasi Nursery Cipinang

1 Pembersihan Lahan 1,500 m2 0.208 0.014 0.097 0.097

0.052 0.052 0.104

2 Instalansi paranet + tiang penyangga 500 m2 0.694 0.231 0.231 0.231

0.694

3 Maintenance path paving 80 m2 0.711 0.237 0.237 0.237

0.711

4 Titik air 5 titik 0.292 0.097 0.097 0.097

0.292

5 Prunning existing pohon 30 phn 0.367 0.183 0.183

0.367

6 Pembuatan lubang tanam kompos 3x2x15 m 3 unit 0.308 0.103 0.103 0.103

0.308

SUB TOTAL D 2.581 0.014 0.281 0.383 0.669 0.669 0.566 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)

Page 144: A08aar

128  

0.000 0.000 0.000 0.000 0.052 0.052 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.476

SUB TOTAL III.2 27.096 0.014 0.281 0.383 0.669 2.830 4.904 5.115 5.145 3.909 1.770 1.442 0.634

0.000 0.000 0.000 0.000 6.160 6.244 4.909 2.984 2.700 0.269 0.259 13.80

SUB TOTAL III 56.295 0.014 0.281 0.383 1.991 6.233 8.867 8.819 8.919 7.683 5.398 4.715 2.991

0.000 0.000 0.000 0.000 6.160 6.244 16.811

11.132 3.185 3.510 3.068 34.91

5 100.000

RENCANA PENANAMAN PER MINGGU

RENCANA PROGRESS PER MINGGU (%) 0.726 5.285 5.396 4.940 9.023 11.65 11.60 11.71 10.48 5.463 4.781 3.033

KUMULATIF RENCANA (%) 0.726 6.012 11.40 16.34 25.37 37.02 48.62 60.33 70.80 76.27 81.05 84.08

REALISASI PROGRESS PER MINGGU (%) 0.007 0.000 2.066 2.103 6.884 6.844 17.88 14.57 3.276 4.240 8.814 14.78

KUMULATIF REALISASI PROGRESS (%) 0.007 0.007 2.073 4.176 11.06 17.90 35.78 50.35 53.63 57.87 66.68 81.47

DEVIASI PROGRESS PER MINGGU (%) 0.720 5.285 3.330 2.837 2.139 4.806 6.280 2.861 7.199 1.223 4.033 11.75

KUMULATIF DEVIASI (%) 0.720 6.005 9.335 12.17 14.31 19.12 12.84 9.976 17.19 18.40 14.37 -2.61

Keterangan : Rencana

Realisasi

Lampiran 23. Recana dan realisasi kerja kontraktor dalam penataan lanskap CTC (lanjutan)

Page 145: A08aar

129  

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1 2 13 1415 1617 18192021 22 23 2425262728293031 32 33343536

Lampiran 24. Kurva-s perkembangan rencana dan realisasi pekerjaan kontraktor

masa penanaman 

masa perawatan masa pemeliharaan

84.08 

81.47 

93.96

100 

Progress pekerjaan

 (%) 

Waktu (minggu)

rencana kerja 

realisasi

Page 146: A08aar

130  

Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005

Standar pelayanan minimum No Substansi pelayanan Indokator Cakupan Tolok ukur (01) (02) (03) (04) (05)

- Kekesatan

- Seluruh Ruas Jalan Tol

- > 0,33 mm

- Ketidakrataan - Seluruh Ruas Jalan Tol

- IRI ≤ 4 m/km

01 kondisi jalan tol

- Tidak ada Lubang - Seluruh Ruas Jalan Tol

- 100 %

- Kecepatan Tempuh Rata-rata

- Jalan Tol Dalam Kota

- ≥1,6 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol

02 kecepatan tempuh rata-rata

- Jalan Tol Luar Kota - ≥1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol

- Kecepatan Transaksi Rata – Rata

- Gerbang Tol sistem terbuka

- ≤ 8 detik setiap Kendaraan

03 aksesibilitas

- Gerbang Tol sistem tertutup :

· Gardu masuk - ≤ 7 detik setiap Kendaraan

· Gardu Keluar - ≤ 11 detik setiap Kendaraan

- Jumlah Gardu Tol - Kapasitas Sistem Terbuka

- ≤ 450 kendaraan per jam per Gardu

- Kapasitas Sistem Tertutup

· Gardu Masuk - ≤ 500 kendaraan per Jam

· Gardu Keluar - ≤ 300 kendaraan per Jam

- Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas

- Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli

- 30 menit per siklus pengamatan

- Mulai Informasi diterima Sampai ke Tempat Kejadian :

- ≤ 30 menit

- Penanganan Akibat Kendaraan Mogok

- Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis)

04 mobilitas

- Patroli Kendaraan Derek

- 30 menit per siklus Pengamatan

- Sarana Pengaturan Lalu Lintas :

· Perambuan - Kelengkapan dan Kejelasan Perintah dan Larangan serta Petunjuk

- 100 %

05 Keselamatan

· Marka Jalan - Fungsi dan Manfaat - Jumlah 100 %

Page 147: A08aar

131  

Standar pelayanan minimum No Substansi pelayanan Indokator Cakupan Tolok ukur (01) (02) (03) (04) (05)

dan Reflektifitas ≥ 80 %

· Guide Post/Reflektor - Fungsi dan Manfaat - Jumlah 100 % dan Reflektifitas ≥ 80 %

· Patok Kilometer Setiap 1 km

- Fungsi dan Manfaat - 100 %

- Penerangan Jalan Umum (PJU) Wilayah Perkotaan

- Fungsi dan Manfaat - Lampu Menyala 100%

- Pagar Rumija - Fungsi dan Manfaat - Keberadaan 100 %

- Penanganan Kecelakaan

- Korban Kecelakaan

- Dievakuasi gratis ke rumah sakit rujukan

- Kendaraan Kecelakaan

- Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol)

- Pengamanan dan Penegakan Hukum

- Ruas Jalan Tol - Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam

- Ambulans

- Ruas Jalan Tol

- 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis)

- Kendaraan Derek - Ruas Jalan Tol : · LHR > 100.000

kend/hari - 1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit

· LHR ≤ 100.000 kend/hari

- 1 Unit per 10 km atau minimum 1 unit

- Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)

- Ruas Jalan Tol :

· LHR > 100.000 kend/hari

- 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit

· LHR ≤ 100.000 kend/hari

- 1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit

- Patroli Jalan Tol (Operator)

- Ruas Jalan Tol - 1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit

- Kendaraan Rescue - Ruas Jalan Tol - 1 Unit per ruas Jalan Tol (dilengkapi dengan peralatan penyelamatan)

06 Unit pertolongan / penyelamatan dan bantuan pelayanan

- Sistem Informasi - Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas

- Setiap Gerbang Masuk

Lampiran 25. Standar pelayanan jalan tol berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/ PRT/ M/ 2005 (lanjutan)

Page 148: A08aar

132  Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ

ADDENDUM I/KONTRAK BARU  PEKERJAAN TAMBAH KURANG 

SPESIFIKASI  VOLUME  UNIT No.   URAIAN 

        

HARGA SATUAN (Rp) 

JUMLAH (Rp) TOTAL PRICE 

(Rp) PEKERJAAN TAMBAH 

PEKERJAAN KURANG 

I.                            1  Mobilisasi & Demobilisasi     1  LS  39,828,680  39,828,680                                       2  Kantor dan gudang lapang    1  LS  750,000  750,000                          3  Nursery/tempat penampungan 

tanaman sementara    1  LS  1,000,000  1,000,000          

                             4  Keamanan dan keselamatan                            ‐ Keamanan/satpam     1  LS  500,000  500,000                                          ‐ P3K/peralatan     1  LS  600,000  600,000                                       5  Pengaturan lalu lintas     1  LS  750,000  750,000                                       6  Foto Proyek     1  LS  550,000  550,000                                       7  Alat bantu kerja (listrik kerja)     1  LS  600,000  600,000          8  Pembersihan lahan penanaman      1  LS  4,500,000  4,500,000                                       9  Pematokan titik tanam                            ‐pohon     4,694  Titik  350  1,642,900     507,150                                 

   ‐Semak/perdu di area damija jalan 

   150,287  Titik  240  36,068,880        ‐ 615,840 

                             10  Steger bambu     3,094  Titik  800  2,475,200        ‐ 120,800 

                                   SUB TOTAL I  89,265,660  507,150  ‐ 736,640 

II.                            1  Pemberian tanah subur                            ‐ pohon     396  m3  32,500  12,884,352        ‐ 20,590,648                                 ‐ Semak/perdu di area damija 

jalan    1,790  m3  32,500  58,175,000        ‐ 4,517,500 

                             2  Pemberian pupuk kandang                            ‐ pohon     755  m3  15,000  11,325,000                                          ‐ Semak/perdu di area damija 

jalan    188  m3  15,000  2,817,881        ‐ 14,897,119 

                             3  Pembentukan & pengolahan 

tanah                        

   ‐ pohon     4,694  titik  400  1,877,600     579,600                                    ‐ Semak/perdu di area damija 

jalan    4,388  m2  350  1,535,800        ‐ 32,214,000 

                             4  Pembuatan lubang tanam     4,694  Titik  500  2,347,000     724,500                                 

      SUB TOTAL II  90,962,633  1,304,100  ‐ 72,219,267                              

III.                            1.                            A.  Pohon/Palem                         1  Palem Anggur (Latania sp)  2.5 m oht  112  ph  550,000  61,600,000                                       2  Bintaro (Cerbera odollam)  3.0 m oht 

75 mm dia 790  ph  47,500  37,525,000          

                             3  Thevetia (Thevetia peruviana)  1.2 m oht 

(branching) 538  ph  20,000  10,760,000          

                             4  Ki Hujan (Samanea saman)  3.0 m oht 

150 mm dia 150  ph  150,000  22,500,000          

                             5  Kamboja (Plumeria rubra)  3.0 m oht 

(branching) 40  ph  75,000  3,000,000          

                             

Page 149: A08aar

133  

6  Kamboja Bali (Plumeria fragrans)  3.0 m oht (branching) 

10  ph  200,000  2,000,000          

                             7  Palem Jepang (Ptycosperma 

macharthurii) 2.0 m oht  225  ph  35,000  7,875,000          

                             8  Bunga Merak (Caesalpinia 

pulcerrima) 0.8 m oht  265  ph  12,500  3,312,500          

                             9  Pucuk Merah (Eugenia oleana)  1.0 m oht  255  ph  70,000  17,850,000                                       

      SUB TOTAL A  166,422,500                                    

B.  Shrubs & Ground Covers                         1  Bunga Mentega (Nerium 

oleander) 300 mm 

oht 24,000  plb  1,750  42,000,000     23,625,000    

                             2  Bunga Mentega Var. (Nerium 

oleander var.) 300 mm 

oht    plb  2,250  0        ‐ 23,625,000 

                             3  Pandan Kuning (Pandanus 

pygmeus) 300 mm 

oht 1,800  plb  1,125  2,025,000          

                             4  Lili Air Mancur (Hymenocallis 

speciosa) 200 mm 

oht 4,086  plb  700  2,860,200     1,600,200    

                             5  Pisang Hias (Helliconia sp.)  300 mm 

oht    plb  1,000  0        ‐ 1,600,000 

                             6  Lantana (Lantana spp)  300 mm 

oht 16,000  plb  1,000  16,000,000          

                             7  Rumput Paetan (Axonopus 

compresus) close turfing 

50  m2  3,000  150,000          

                             8  Nanas Merah  30‐40 cm 

daun 139  plb  11,511  1,600,000     1,600,000    

                                   SUB TOTAL B  64,635,200  26,825,200  ‐ 25,225,000 

                             C.  Suplai dan Instalasi Pot + 

Tanaman                        

1.  Pot Type A  600 X 600 X 600 MM 

104  nos  150,000  15,600,000     9,000,000    

                             2.  Pot Type B  1000 X 1000 

X 1000 MM 52  nos  525,000  27,300,000     15,750,000    

                                   SUB TOTAL C  42,900,000  24,750,000    

                             D.  Pemindahan Tanaman Existing 

dari Median ke Damija                        

1  Cassia sp.     12600  unit  1200  15,120,000                                       

      SUB TOTAL D  15,120,000  0  0                              

E.  Pemangkasan Eksisting Pohon di Damija 

                       

1.  Pohon     60  nos  1,000  60,000                                       

      SUB TOTAL E  60,000                                    

      SUB TOTAL III.1  289,137,700  51,575,200  ‐ 25,225,000                              

2.                            A.  Pohon/Palem                          1  Palem Sadeng (Livistona 

rotundifolia) 2.5 m oht  45  ph  312,500  14,062,500          

                             2  Palem Sadeng (Livistona 

rotundifolia) 3.0  m oht  24  ph  375,000  9,000,000          

                             3  Palem Sadeng (Livistona 

rotundifolia) 3‐4 m oht  50  ph  450,000  22,500,000          

                             4  Bunga Kupu‐kupu (Bauhinia 

purpurea) 3.0 m oht (brunching) 75 mm dia 

250  ph  100,000  25,000,000          

                             5  Kamboja (Plumeria rubra)  2.5 m oht 

(branching) 89  ph  75,000  6,675,000          

Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)

Page 150: A08aar

134  

                             6  Ki Hujan (Samanea saman)  3.0 m oht 

(branching), 150 mm dia 

18  ph  150,000  2,700,000          

                             7.  Pucuk Merah (Eugenia oleana)  1.0 m oht  233  ph  70,000  16,310,000                                       

      SUB TOTAL A  96,247,500                                    

B.  Shrubs & Ground Covers                                                      1                                      2  Pisang Hias (Helliconia 

psittacorum) 300 mm 

oht 21,904  plb  1,000  21,904,000          

                             3  Nusaenda (Musaenda 

philipinensis) 300 mm 

oht 1,600  plb  6,250  10,000,000          

                             4  Lili Air Mancur (Hymenocallis 

speciosa) 200 mm 

oht 23,904  plb  700  16,732,800          

                             5  Euphorbia (Euphorbia millii)  300 mm 

oht 2,507  plb  8,750  21,936,250     2,917    

                             6  Bunga Kertas (Bougainvillea  

glabra) 500 mm 

oht 45  plb  6,000  270,000          

                             7  Rumput Paetan (Axonopus 

compresus) close turfing 

0  m2  3,000  0        ‐ 4,107,000 

                             8  Bayam Merah (Erpha)  300‐350 

mm oht 11,000  plb  2,500  27,500,000     27,500,000    

                             9  Ubi Singapura (Ipomea sp)  50‐100 mm 

oht 6,000  plb  3,186  19,116,000     19,116,000    

                             10  Nanas Merah (Pandanus sp ‐ Red)  300‐400 

mm oht 50  plb  11,511  575,540     575,540    

                             11  Rumput Gajah Mini  300‐350 

mm oht 650  m2  6,318  4,107,000     4,107,000    

                             12  Sambang Darah  25‐30 cm 

oht 200  plb  10,000  2,000,000     2,000,000    

                                   SUB TOTAL B  151,033,590  53,301,457  ‐ 4,107,000                              

                                                          

C.  Suplai dan Instalasi Pot + Tanaman 

                       

1.  Pot Type A  600 X 600 X 600 MM 

44  nos  150,000  6,600,000        ‐ 4,400,000 

                             2.  Pot Type B  1000 X 

1000 X 1000 MM 

22  nos  525,000  11,550,000          

                                   SUB TOTAL D  18,150,000     ‐ 4,400,000 

                             D.  Revitalisasi Nursery Cipinang                         1  Pembersihan Lahan     1,500  m2  1,250  1,875,000                                       2  Instalansi paranet + tiang 

penyangga    500  m2  12,500  6,250,000          

                             3  Maintenance path paving     80  m2  80,000  6,400,000                                       4  Titik air     5  titik  525,000  2,625,000                                       5  Prunning existing pohon     30  phn  110,000  3,300,000                                       6  Pembuatan lubang tanam 

kompos 3x2x15 m  3  unit  925,000  2,775,000          

                                   SUB TOTAL E  23,225,000  0  0 

                                   SUB TOTAL III.2  288,656,090  53,301,457  ‐ 8,507,000 

Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)

Page 151: A08aar

135  

                                   SUB TOTAL III  577,793,790  104,876,657  ‐ 33,732,000 

                             IV.                            1  ‐ Penyiraman  2 x sehari, 

daily 180  kali  450,000  81,000,000          

                             2  ‐ Pendangiran  1 X 2 

minggu 12  kali  100,000  1,200,000          

                             3  ‐ Pemangkasan  1 X Sebulan  3  kali  400,000  1,200,000                                       4  ‐ Pemupukan  1 X Sebulan  3  kali  500,000  1,500,000                                       5  ‐ Penyemprotan insektisida  1 X Sebulan  3  kali  1,125,000  3,375,000                                       

      SUB TOTAL IV  88,275,000                                    

V.                            1  ‐ Penyiraman  Daily  90  kali  450,000  40,500,000                                       2  ‐ Pendangiran  1 X 2 

minggu 12  kali  100,000  1,200,000          

                             3  ‐ Pemangkasan  1 X Sebulan  3  kali  1,000,000  3,000,000                                       4  ‐ Pemupukan  1 X Sebulan  3  kali  1,000,000  3,000,000                                       5  ‐ Penyemprotan insektisida  1 X Sebulan  3  kali  2,000,000  6,000,000                                       

      SUB TOTAL V  53,700,000       

                             

                             

      JUMLAH (I+II+III+IV+V)  899,997,083  106,687,907  ‐ 106,687,907 

         PPN10%  89,999,708       

         JUMLAH  989,996,791       

         DIBULATKAN  989,996,000       

Lampiran 26. Perubahan kontrak (Variation Order – VO) pada BQ (lanjutan)

Page 152: A08aar

136  

Lampiran 27. Daftar istilah

Istilah Umum

Daerah Manfaat Jalan

: merupakan daerah yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan

dan daerah ambang pengamannya

Daerah Milik Jalan

: meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar

daerah manfaat jalan

Daerah Pengawasan Jalan

: sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang berada di

bawah pengawasan pembina jalan

Jalan : suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas

Jalan Khusus : jalan selain daripada yang digunakan sebagai jalan khusus

Jalan Primer : jaringan jalan di tingkat nasional yang menghubungkan satu

kota dengan kota lainnya

Jalan Sekunder : jaringan jalan yang berada di dalam kota

Jalan Tol : jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan

kewajiban membayar tol

Jalan Umum : jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum

Pembinaan jalan : kegiatan penanganan jalan yang meliputi penentuan sasaran

dan pewujudan sasaran

Tol : sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan

tol

Istilah Yang Berhubungan dengan Proyek

Bahan : adalah setiap dan semua bahan yang diperuntukkan atau

dimaksudkan dalam pekerjaan

Gambar Kerja (Shop Drawings)

: gambar kerja berarti gambar yang dibuat oleh kontraktor untuk

memudahkannya dalam melaksanakan pekerjaan yang disetujui

secara tertulis oleh pengawas dan diketahui oleh pemberi tugas

Gambar Rencana : adalah gambar-gambar yang dimaksudkan dalam dokumen

kontrak dan setiap perubahan pada gambar tersebut yang telah

disetujui oleh pemberi tugas serta gambar-gambar semacam

lainnya yang disediakan atau disetujui secara tertulis oleh

pemberi tugas

Gambar Terlaksana

: gambar yang selalu dibuat secara kumulatif berdasarkan hasil

Page 153: A08aar

137  

(As Built Drawings)

kemajuan bulanan pekerjaan nyata dan sudah harus menjadi

gambar yang lengkap sebelum serah terima sementara/serah

terima akhir. Gambar ini dibuat dalam dan didasarkan pada

gambar kerja dan hasil nyata yang terbangun dilapangan

Harga Satuan : berarti harga tetap dari setiap jenis pembayaran yang dijabarkan

dalam daftar kuantitas dan harga, untuk kontraktor atau nilai lain

yang mungkin disetujui setiap saat oleh pemberi tugas dan

kontraktor

Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

: satuan harga yang diajukan oleh pihak penawar pekerjaan

sebagai bahan perbandingan terhadap harga satuan yang tertera

dalam dokumen kontrak

Instruksi : perintah tertulis resmi, atau perintah tertulis tidak resmi yang

selanjutnya ditegaskan secara resmi, yang dikeluarkan oleh

pemberi tugas atau pengawas kepada kontraktor sesuai dengan

ketentuan umum kontrak yang meminta pekerjaan dilaksanakan

sesuai dengan kontrak

Kepala Pelaksana / General Superintedent

: adalah pihak yang ditunjuk oleh pihak kedua sebagai perwakilan

pihak kedua dalam pelaksanaan kontrak, yang berkewajiban

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam

dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang mengikat, dan

bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang

dilaksanakannya

Kotraktor : adalah penyedia jasa borongan yang selanjutnya disebut sebagai

pihak kedua yang berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai

ketentuan pada dokumen kontrak dan peraturan / ketentuan yang

mengikat

Lapangan : lapangan berarti lahan dan tempat, pada, di bawah, di dalam atau

di mana pekerjaan akan dilaksanakan dan lahan atau tempat lain

yang disediakan oleh pemberi tugas untuk tujuan pekerjaan di

dalam kontrak bersama dengan tempat lain tersebut yang

mungkin secara khusus ditunjukkan dalam kontrak yang

merupakan bagian dari lapangan

Overall (Ovall) : satuan tanaman dimana ketinggian tanaman diukur berdasarkan

ketinggian tanaman keseluruhan, mulai dari pangkal batang

hingga ujung daun tertinggi/terluar

Overall High : satuan tanaman pada palm dimana ketinggian tanaman diukur

Page 154: A08aar

138  

Trunk (OHT)

berdasarkan ketinggian batang yang diukur dari pangkal batang

hingga percabangan daun terbawah

Pekerjaan Permanen

: adalah suatu bagian dari pekerjaan sebagaimana disyaratkan

dalam kontrak yang harus diselesaikan oleh kontraktor dan

diterima oleh pemberi tugas

Pekerjaan Sementara

: adalah segala macam pekerjaan sementara yang diminta dalam

pelaksanaan, penyelesaian atau jaminan dari pekerjaan

Peralatan Konstruksi

: segala mesin-mesin, peralatan atau barang-barang yang

diperlukan di dalam atau untuk pelaksanaan, penyelesaian atau

pemeliharaan pekerjaan atau pekerjaan sementara, tetapi tidak

termasuk didalamnya material lainnya yang akan dipergunakan

untuk mewujudkan seluruh atau sebagian dari pekerjaan

permanen

Perintah : perintah tertulis yang dikeluarkan oleh pemberi tugas dan

diterima oleh kontraktor, yang mencakup instruksi-instruksi

tambahan, variasi kuantitas atau perubahan terhadap pekerjaan

Produk : adalah bahan, mesin, peralatan dan perlengkapan tetap yang

merupakan bagian dari pekerjaan permanen tetapi tidak

termasuk bahan, mesin dan perlengkapan yang digunakan untuk

menyiapkan, mengangkut dan memasang pekerjaan yang

biasanya dimaksudkan sebagai peralatan konstruksi,

perlengkapan dan bahan

Satuan Tugas (Satgas)

: adalah wakil dari pemberi tugas yang berkewajiban

melaksanakan pengawasan pekerjaan sesuai dengan ketentuan

dalam dokumen kontrak dan ketentuan yang mengikat, dan

bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan yang

dilaksanakannya

Spesifikasi : terdiri dari spesifikasi umum dan spesifikasi khusus

Stake Holder : seluruh pihak yang terlibat dan terikat oleh adanya kesepakatan

kontrak

Sub Kontraktor : adalah penyedia barang/jasa usaha kecil/koperasi kecil yang

memenuhi kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam undang-

undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, atau penyedia

barang/jasa spesialis

Variation Order (VO)

: ketentuan perubahan terhadap jenis atau item dalam kontrak

Page 155: A08aar

139  

berupa penambahan atau pengurangan jenis pekerjaan tertentu

dengan batas toleransi perubahan yang diperkenankan maksimal

sebesar 10 % terhadap kontrak awal

Istilah Yang Berhubungan dengan Manajemen

Work Breakdown Structure (WBS)

: pemecahan lingkup pekerjaan kedalam struktur hirarki

berdasarkan urutan dan jenis pekerjaan