a. Pengetahuan Peralatan Kriya...

20
a. Pengetahuan Peralatan Kriya Kayu Pengetahuan alat yang dibutuhkan dalam membuat produk kriya kayu teknik scrolling dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat masinal dan alat manual. Alat masinal adalah sebuah alat yang dilengkapi dengan mesin sebagai penggerak (motornya) dan komponen-komponen lain yang diperlukan dengan cara dirakit sehingga dapat bergerak secara stabil. Diantaranya yaitu: 1) Mesin Scroll 2) Gergaji mesin 3) Bor mesin 4) Ampelas mesin Alat manual adalah alat yang penggunaannya secara manual atau digerakan dengan tangan, diantaranya adalah: 1) Gergaji 2) Bor 3) Tang Kaitannya dengan pekerjaan pembuatan produk kriya kayu, peralatan yang digunakan terdiri dari alat utama dan alat pendukung, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut. b. Alat Utama Mesin scroll memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tetapi fungsinya sama. Hanya dibedakan dalam kekuatan mesin, besar kecilnya rangka mesin, dan besar kecilnya no.mata gergaji dalam kemampuan memotong dan tebal benda kerja. Biasanya mesin scroll lebih ditekankan pada pembuatan produk kerajinan, membuat tulisan dari kayu (lettering), membuat hiasan yang akan diterapkan pada mebel, membuat Alat Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle,

Transcript of a. Pengetahuan Peralatan Kriya...

a. Pengetahuan Peralatan Kriya Kayu

Pengetahuan alat yang dibutuhkan dalam membuat produk kriya kayu

teknik scrolling dibedakan menjadi dua jenis yaitu alat masinal dan alat manual.

Alat masinal adalah sebuah alat yang dilengkapi dengan mesin sebagai

penggerak (motornya) dan komponen-komponen lain yang diperlukan dengan

cara dirakit sehingga dapat bergerak secara stabil. Diantaranya yaitu:

1) Mesin Scroll

2) Gergaji mesin

3) Bor mesin

4) Ampelas mesin

Alat manual adalah alat yang penggunaannya secara manual atau

digerakan dengan tangan, diantaranya adalah:

1) Gergaji

2) Bor

3) Tang

Kaitannya dengan pekerjaan pembuatan produk kriya kayu, peralatan yang

digunakan terdiri dari alat utama dan alat pendukung, untuk lebih jelasnya akan

diuraikan sebagai berikut.

b. Alat Utama

Mesin scroll memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tetapi

fungsinya sama. Hanya dibedakan dalam kekuatan mesin, besar kecilnya rangka

mesin, dan besar kecilnya no.mata gergaji dalam kemampuan memotong dan tebal

benda kerja. Biasanya mesin scroll lebih ditekankan pada pembuatan produk

kerajinan, membuat tulisan dari kayu (lettering), membuat hiasan yang akan

diterapkan pada mebel, membuat Alat Permainan Edukatif (APE) seperti puzzle,

building blok, hammer set

dan lain-lain. Contoh mesin

Berikut ini akan dijelaskan jenis dan fungsi mesin

(2010:8-9).

1) Jenis dan Fungsi Mesin

a) Mesin Scroll

Mesin scroll

dengan ukuran kecil dan pendek (kayu tipis). Mesin ini digunakan untuk

memotong dan membentuk kayu dengan ukuran panjang maksimal 25 cm

dan tebal 1,5 cm.

b) Mesin Scroll

Mesin ini mempunyai kemampua

dibanding mesin

jangkau yang lebih besar. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong

kayu dengan ukuran maksimal 60 cm dan ketebalan 4 cm.

c) Mesin Scroll

Mesin ini memiliki kemampuan besar, mesin jenis ini mempunyai tangan

penggerak sampai panjang maksimal 100

hammer set, pasak bertingkat, kereta, papan huruf, papan angka

Contoh mesin scroll seperti tampak pada gambar berikut ini.

Gambar 2.14 Mesin Scroll

Sumber: Dokumen Sekolah (2011)

Berikut ini akan dijelaskan jenis dan fungsi mesin scroll menurut Agustina

Jenis dan Fungsi Mesin Scroll

Scroll Kecil

scroll kecil digunakan untuk memotong dan membentuk kayu

dengan ukuran kecil dan pendek (kayu tipis). Mesin ini digunakan untuk

memotong dan membentuk kayu dengan ukuran panjang maksimal 25 cm

dan tebal 1,5 cm.

Scroll Sedang

Mesin ini mempunyai kemampuan potong lebih panjang dan lebih tebal

dibanding mesin scroll kecil. Kelebihannya terletak pada motor dan daya

jangkau yang lebih besar. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong

kayu dengan ukuran maksimal 60 cm dan ketebalan 4 cm.

Scroll Besar

Mesin ini memiliki kemampuan besar, mesin jenis ini mempunyai tangan

rak sampai panjang maksimal 100cm dan ketebalan sampai 6cm.

papan huruf, papan angka,

seperti tampak pada gambar berikut ini.

menurut Agustina

kecil digunakan untuk memotong dan membentuk kayu

dengan ukuran kecil dan pendek (kayu tipis). Mesin ini digunakan untuk

memotong dan membentuk kayu dengan ukuran panjang maksimal 25 cm

n potong lebih panjang dan lebih tebal

kecil. Kelebihannya terletak pada motor dan daya

jangkau yang lebih besar. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong

kayu dengan ukuran maksimal 60 cm dan ketebalan 4 cm.

Mesin ini memiliki kemampuan besar, mesin jenis ini mempunyai tangan

ketebalan sampai 6cm.

Mesin scroll besar banyak dibuat atau di rakit oleh pengrajin atau industri

di Jepang.

Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian mesin scroll menurut Agustina (2010:9-

12).

2) Bagian-Bagian Mesin Scroll

a) Kerangka Mesin

Kerangka mesin berfungsi untuk tiang penyangga meja mesin, tangan

penggerak, dan bagian mesin lain.

b) Motor Penggerak

Motor penggerak berfungsi untuk menggerakkan mesin scroll dengan cara

mengubah arus listrik menjadi tenaga mekanik.

c) Meja Kerja

Meja kerja berfungsi sebagai landasan kerja, meja kerja dilengkapi dengan

alat pengatur sudut meja yang berfungsi sebagai pengatur kemiringan

benda kerja.

d) Tangan Penggerak Atas dan Bawah

Tangan penggerak atas dan bawah berfungsi untuk menggerakkan mata

gergaji ke atas dan ke bawah sehingga terjadi gerakkan pemotongan.

Bagian ini dilengkapi dengan dua penjepit dan kuncinya yang berfungsi

untuk memegang mata gergaji.

e) Stabilisator

Stabilisator berfungsi untuk mengatur posisi mata gergaji, stabilisator

terletak dibelakang mesin bagian atas.

f) Stopper

Stopper (penahan kayu) berfungsi untuk menahan benda kerja agar tidak

mudah terangkat, stopper dilengkapi dengan pembersih debu.

g) Mata Gergaji

Mata gergaji berfungsi untuk memotong kayu dengan bentuk, dan ukuran

sesuai dengan gambar kerja. Kualitas mata gergaji sangat bervariasi

tergantung kebutuhan, biasanya di tentukan oleh ukuran mata gergaji,

misalnya ukuran mata gergaji 2 mm untuk memotong kayu dengan

ketebalan kayu 2 cm dengan jenis kayu albasiah.

h) Penjepit (pengunci mata gergaji scroll)

Alat ini digunakan untuk memasang mata gergaji pada mesin scroll yang

dilengkapi dengan kunci khusus untuk proses memasang dan membuka.

c. Alat Pendukung

Alat pendukung merupakan bagian dari alat pokok untuk melengkapi

kelancaran dalam praktik membuat produk. Adapun peralatan pendukung yang

digunakan untuk kerja scroll adalah:

1) Gunting

Gunting adalah alat untuk memotong kertas, selain itu bisa juga digunakan

untuk memotong pola gambar kerja agar lebih mudah dalam penetapan desain

pada benda kerja.

2) Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong bahan yang akan digunakan menjadi

ukuran yang diperlukan. Gergaji ini terbuat dari campuran besi dan baja.

Bentuk mata gergajinya segitiga sama kaki dengan tegak lurus di atas.

3) Tang

Tang terbuat dari logam atau besi yang pada bagian pegangan dilapisi dengan

karet plastik. Alat ini digunakan untuk mengencangkan sekrup dan juga untuk

memotong mata gergaji yang terlalu panjang dan memotong kawat dan lain-

lain.

4) Bor

Bor adalah alat yang yang digunakan untuk membuat lubang yang akan di

scroll. Mesin bor ini terbuat dari logam dan baja yang dilengkapi dengan

aksesoris kelengkapannya.

5) Siku-Siku

Siku-siku pada pekerjaan scroll digunakan untuk mengukur atau mengecek

tegak lurus atau kemiringan mata gergaji terhadap meja kerja, selain itu juga

untuk mengecek hasil pemotongan bahan yang diperlukan apakah harus

bersudut 90 atau yang lain.

6) Pensil

Pensil digunakan untuk membuat gambar kerja (mendesain) selain itu juga

digunakan untuk menandai ukuran dan memindahkan gambar pola pada pola

kerja. Pensil ada beberapa jenis ukuran dari kertas dan lunaknya. Contoh 2B,

4B, 6B, dan sebagainya.

7) Mistar

Mistar adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar bahan

yang akan digunakan. Alat ini terbuat dari bahan logam dengan ukuran

panjang ada yang 30 cm, 50 cm, 60 cm dan 100 cm.

8) Lem

Lem berguna untuk menempelkan kertas pola pada papan atau kayu.

9) Ampelas

Ampelas berfungsi untuk menghaluskan bekas potongan, menghaluskan

permukaan, dan bagian-bagian yang kasar.

10) Kertas

Kertas berguna untuk membuat gambar, desain, dan pola.

d. Cara Mengoperasikan Mesin Scroll

Pertama ketika akan mengoperasikan mesin scroll harus menghubungkan

kabel power ke sumber listrik, hidupkan mesin scroll dengan menekan tombol

yang berwarna hijau atau pada tulisan ON lalu letakkan benda kerja di atas mesin

scroll dan peganglah dengan kuat, turunkan penahan kayu di atas benda kerja

dengan lubang pipa pembersih debu kearah mata gergaji dan dorong benda kerja

secara perlahan kearah mata gergaji sesuai gambar kerja.

Mengoperasikan mesin scroll:

a. Menghubungkan kabel power ke sumber listrik.

b. Mengecek kemiringan meja scroll terhadap posisi mata gergaji dengan alat

siku-siku.

c. Meletakkan benda kerja di atas meja scroll dan menghidupkan mesin scroll

dengan menekan tombol ON.

e. Cara Merawat Mesin Scroll

Perawatan dan pemeliharaan mesin scroll dilakukan setiap selesai

digunakan agar mesin siap dioperasikan setiap waktu, yang perlu diperhatikan

dalam merawat mesin scroll ialah:

1) Melepas mata gergaji dari mesin scroll.

2) Membersihkan kedua mata gergaji dari debu dan serbuk kayu.

3) Memberi pelumas (oli atau paselin) pada pemutar stabilisator.

4) Memberi pelumas pada pemutar stopper dan mata gergaji.

f. Penajaman dan Pembuatan Gigi Gergaji

Mata gergaji yang berdiameter kecil buatan pabrik tidak dapat ditajamkan,

karena terlalu kecil dan tidak ada alat kikir yang kecil. Mata gergaji yang dapat

ditajamkan yaitu mata gergaji besar buatan perajin Jepara, cara menajamkannya

dengan menggunakan kikir pada ujung mata gergaji sesuai dengan kemiringan

mata gergaji.

g. Pemasangan dan Pelepasan Mata Gergaji Scroll

Mesin scroll tidak akan berfungsi tanpa ada mata gergaji, untuk itu

sebelumnya perlu dilakukan pemasangan mata gergaji. Caranya dengan memutar

stabilisator kearah kiri agar tangan pemegang gergaji dapat ditekan ke bawah,

selanjutnya masukkan salah satu ujung mata gergaji bagian bawah dan mur

diputar kekanan hingga kencang (gigi mata gergaji hendaknya selalu menghadap

kebawah) ketika akan memotong bagian dalam, mata gergaji bagian atas di buka

kemudian benda kerja yang sudah dilubangi dipasangkan pada mata gergaji

bagian atas (dimasukkan) kemudian dikencangkan.

Proses pelepasan mata gergaji harus dilakukan secara urut, satu persatu,

mulai dari mata gergaji bagian atas kemudian bagian bawah dengan cara

mengendorkan mur penjepit. Mata gergaji lama kelamaan akan mudah patah, oleh

karena itu perlu mata gergaji cadangan. Mata gergaji untuk mesin scroll memiliki

jenis dan ukuran, oleh karena itu, ketika akan digunakan harus disesuaikan dengan

media (kayu) yang akan dipotong baik ketebalannya maupun kekerasannya.

2. Pengetahuan Perlengkapan Kerja Kriya Kayu

Setiap pelaksanaan kegiatan diperlukan perlengkapan kerja yang standar

sehingga pada pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan tidak menemui banyak

permasalahan. Perlengkapan yang diperlukan dalam teknik kerja scroll antara lain

terkait dengan lingkungan tempat bekerja yang harus bersih, rapi, penerangan yang

cukup, sirkulasi udara yang lancar, dan tersedianya alat pemadam (Hidrant). Selain

itu juga didukung dengan pakaian kerja yang standar (dalam hal ini disesuaikan

dengan pekerjaan yang sedang dilakukan).

a. Jenis Kelengkapan Pakaian Kerja

Kelengkapan pakaian kerja yang diperlukan antara lain:

1) Pakaian kerja (baju kerja)

2) Sepatu (alas kaki yang aman)

3) Masker

4) Penutup kepala (topi kerja)

5) Kaca mata

6) Penutup telinga

b. Keselamatan Kerja

Tujuan keselamatan kerja merupakan poin yang utama yang harus dijaga

dalam setiap melaksanakan kegiatan agar pekerja dapat melakukan atau

melaksanakan pekerjaannya meliputi keselamatan fisik dan non fisik. Lingkungan

kerja dapat terjaga, nyaman dan aman, serta suasana menjadi kondusif dan

menyenangkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam keselamatan kerja:

1) Ruang kerja yang cukup luas

2) Penerangan yang cukup

3) Ventilasi udara yang lancar

4) Tersedianya alat pemadam api (hidrant)

5) Tersedianya alat kebersihan dan tempat sampah

6) Penempatan alat-alat pada tempatnya

7) Tidak bergurau sewaktu bekerja

8) Tersedianya P3K

3. Tahapan Produksi Kriya Kayu dengan Teknik Scrolling

Praktek kerja produksi kriya kayu khususnya dalam pembuatan alat permainan

edukatif memiliki tahapan kerja yang harus dilaksanakan mulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan, penyelesaian, dan penilaian produk.

a. Tahap Persiapan

1) Menyiapkan ruang tempat kerja cukup luas, bersih, cahaya ruangan siang hari

terang dengan penerangan alami, tekstur lantai kasar, ventilasi udara yang baik

agar kesehatan terjamin, tidak lembab, tata kelola memperhatikan efektif dan

efisien.

2) Menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan keselamatan kerja dengan baik

(baju kerja, sepatu/alas kaki yang aman, masker, penutup kepala/topi kerja,

kaca mata, penutup telinga, dan hal-hal lain yang dibutuhkan).

3) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan dan mengkondisikan peralatan

agar benar-benar siap digunakan.

4) Menyiapkan bahan kayu yang akan dipergunakan yang memiliki tingkat

kekeringan sesuai dengan standar.

5) Memasang mata gergaji scroll pada mesin scroll dan memastikan alat tersebut

siap dipakai.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Membuat gambar desain atau produk

2) Membuat pola sesuai gambar desain

3) Menjiplak pola pada kayu yang akan dipergunakan

4) Meletakkan benda kerja di atas landasan mesin scroll dan mengecek

kesesuaian benda kerja dengan desain yang akan dipotong

5) Memotong benda kerja sesuai dengan desain

6) Menggunakan mesin scroll

7) Mengampelas bagian yang belum rapi

8) Mengecat benda kerja sesuai dengan desain

9) Mengkilatkan benda kerja dengan mempernis setelah cat mongering

c. Tahap Penyelesaian

Mengemas benda kerja yang telah selesai.

d. Tahap Penilaian Produk

1) Ketepatan dalam memotong (sesuai garis atau gambar kerja).

2) Kehalusan bekas potongan.

3) Kesikuan hasil potongan (tegak lurus) atau kemiringan hasil potongan.

4) Kerapihan.

5) Kecepatan.

A. Definisi Belajar dan Hasil Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk

menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa berubah setiap waktu, oleh karena

itu hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan yang

dinamis dan penuh persaingan, dimana didalamnya termasuk belajar memahami diri

sendiri, memahami perubahan, dan perkembangan globalisasi. Diharapkan dengan

belajar seseorang siap menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. Belajar

merupakan suatu proses perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan

dan pengalaman pendapat tersebut didukung oleh penjelasan Slameto (2003:2)

bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku yang

melibatkan jiwa dan raga sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, nilai, dan sikap yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan

dan pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan yang selanjutnya dinamakan

hasil belajar.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses

belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik

pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan, sehingga menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Oemar Hamalik (1990:48) hasil belajar

adalah “perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.

Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005:3) “hasil belajar ialah perubahan

tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki

peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Hasil belajar pembuatan produk kriya kayu teknik scrolling merupakan

kemampuan yang dapat dikuasai dari materi yang telah diajarkan mencakup tiga

kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bloom di dalam Sudjana

(2007:22-23) bahwa tingkat kemampuan atau penugasan yang dapat dikuasai oleh

peserta didik mencakup tiga aspek yaitu:

a. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelaktual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari: 1) Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan hal-hal yang pernah dipelajari

dan disimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman (comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna

materi. 3) Penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau

menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

4) Analisis (analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

5) Sintesis (synthesis), mengacu pada kemapuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

6) Evaluasi (evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

b. Kemampuan afektif (affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

1) Kemampuan menerima (receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulus yang tepat.

2) Sambutan (responding), merupakan sikap peserta didik dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penghargaan (valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.

4) Pengorganisasian (organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Karakteristik nilai (characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.

c. Kemampuan psikomotor (psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi fisikis. Kawasan ini terdiri dari: 1) Persepsi (perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi

yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

2) Kesiapan (ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guidance response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5) Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerak (adjusment), mencakup kemapuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa sendiri.

Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus

dimiliki oleh peserta didik sebagai acuan dasar dalam menempuh pembelajaran

selanjutnya. Kemampuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor membuat produk

kriya kayu teknik scrolling dalam menyiapkan peserta didik melaksanakan Uji

Kompetensi.

B. Kesiapan Uji Kompetensi

1. Kesiapan Peserta Didik dalam Uji Kompetensi

a. Pengertian Kesiapan

Kesiapan merupakan salah satu faktor penunjang pencapaian keberhasilan

seseorang dalam melakukan pekerjaan. Pengertian kesiapan menurut Wasty

Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah “kesediaan seseorang untuk berbuat

sesuatu”. Pendapat lain menurut Cronbach dalam Wasty Soemanto (2006:191)

bahwa kesiapan adalah “segenap sikap atau kekuatan yang membuat seseorang

dapat bereaksi dengan cara tertentu”. Kesiapan menurut James Drever dalam

Slameto (2003:113) mengemukakan pengertian kesiapan dengan lebih jelas, yaitu:

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon.

Pengertian kesiapan di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah

kesediaan seseorang atau individu dalam melakukan kegiatan tertentu dengan

segala kemampuan dan kondisinya, adapun kaitan dengan masalah yang diteliti

artinya kesediaan peserta didik dengan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor dalam pembelajaran pembuatan produk kriya kayu teknik scrolling

untuk mengikuti Uji Kompetensi.

b. Prinsip-Prinsip Kesiapan

Prinsip-prinsip kesiapan menurut Wasty Soemanto (2006:192), adalah sebagai

berikut:

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk kesiapan. 2) Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. 3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi

kepribadian individu, baik jasmaniah ataupun rohaniah. 4) Apabila kesiapan untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri

seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

Mengacu pada prinsip-prinsip kesiapan di atas, maka kesiapan merupakan

faktor yang penting bagi peserta didik dalam menghadapi Uji Kompetensi yang

merupakan Ujian Nasional sebagai kunci kelulusan bagi peserta didik.

c. Aspek-aspek kesiapan

Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi dalam kesiapan menurut Slameto

(2003:115) adalah sebagai berikut:

1) Kematangan Kematangan merupakan proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan.

2) Kecerdasan Individu yang mempunyai kecerdasan normal atau di atas normal akan siap dalam menghadapi suatu masalah, sedangkan individu yang mempunyai kecerdasan di bawah normal tidak akan siap menghadapi suatu masalah.

3) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang mendasar dalam melakukan setiap pekerjaan. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan menuntut dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

4) Keterampilan Aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam mengembangkan dirinya adalah aspek keterampilan.

5) Kesehatan Kesehatan adalah hal yang sangat menunjang dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan berhasil dengan maksimal jika kesehatannya baik dan terjaga.

Aspek-aspek kesiapan harus dimiliki oleh peserta didik dalam

menghadapi Uji Kompetensi, sehingga ketika mereka melaksanakan Uji

Kompetensi tidak mendapatkan hambatan yang dapat mengganggu aktivitas

pekerjaan, walaupun ada hambatan peserta didik mampu menghadapi dengan

baik.

2. Pengertian Uji Kompetensi

Pengertian Uji Kompetensi menurut pedoman pelaksanaan Uji Kompetensi

tahun 2008/2009 DEPDIKNAS adalah salah satu ujian yang harus diikuti oleh peserta

didik kelas 3 SMK, dimana hasil dari ujian ini akan menjadi tolak ukur kompetensi

peserta didik setelah menempuh pendidikan di SMK. Uji Kompetensi pada SMK

merupakan bagian integral dari upaya peningkatan mutu lulusan. Melalui kegiatan

Uji Kompetensi gambaran mutu hasil pendidikan secara nasional pada SMK

diharapkan dapat diperoleh dengan lebih akurat. Pernyataan di atas penulis sarikan

dari materi Uji Kompetensi (2008:4).

Standar nilai minimum uji kompetensi untuk program stadi desain dan produk

kriya kayu yaitu dengan nilai 7,6. Peserta didik dikatakan lulus dalam Uji Kompetensi

bila telah mencapai standar nilai minimum tersebut.

Penilaian pada dasarnya merupakan proses penentuan nilai hasil pengukuran

dibandingkan dengan suatu kriteria. Penilaian berbasis kompetensi (competency based

assessment) merupakan suatu proses penilaian dimana semua bukti-bukti hasil belajar

peserta didik dibandingkan dengan kriteria kinerja (performance criteria) yang

dipersyaratkan dunia kerja, dijadikan acuan pengambilan keputusan apakah seseorang

sudah kompeten atau belum. Terdapat dua jenis bukti hasil belajar yang dapat

digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan yaitu:

a. Bukti langsung, yaitu berupa hasil pengukuran langsung yang dilakukan oleh

penilai atau asesor baik berupa tes hasil wawancara, maupun hasil pengamatan

terhadap kinerja peserta.

b. Bukti tidak langsung yang berasal dari:

1) Pihak ke tiga seperti guru pembimbing, teman sekelas, dan lain-lain.

2) Sumber-sumber lain seperti rencana kerja (proposal), gambar, kertas kerja,

laporan, produk kerja, tugas, dan lain-lain.

Penilaian hasil belajar dengan pendekatan berbasis kompetensi atau produksi

lebih menitik beratkan pada bukti-bukti hasil belajar peserta didik, baik yang langsung

atau yang tidak langsung. Penilaian hasil belajar ini yaitu mulai dari pemilihan judul

tugas akhir, penyusunan rencana kerja (proposal), proses pelaksanaan tugas akhir,

hasil (produk) tugas akhir, hingga tahap pemasaran. Proses penilaian seperti di atas

dapat dilaksanakan dalam suatu proses yang sistematis, terarah, menyeluruh dan

berkelanjutan. Pernyataan di atas penulis sarikan dari materi Work Shop Uji

Kompetensi (2004:6).

Penilaian hasil belajar dengan pendekatan berbasis kompetensi dimaksudkan

untuk menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dan juga akan dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap hakikat kompetensi yang

dipelajarinya, menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab, kemandirian,

kemampuan berperan serta dalam kegiatan kelompok, dan kemampuan lain yang

terkait dengan pengembangan kecakapan hidup (life skill) berdasarkan pertimbangan

di atas, direktorat pendidikan menengah kejuruan memberlakukan Uji Kompetensi

dengan pendekatan penilaian yang menyatu dengan proses pembelajaran akhir

berbasis produksi (production based training).

3. Tujuan dan Fungsi Uji Kompetensi

Secara umum tujuan Ujian Nasional dan Uji Kompetensi adalah sebagaimana

yang ditegaskan pada Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dikeluarkan melalui

keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003, yaitu:

a. Mengukur pencapaian peserta didik.

b. Mengukur mutu pendidikan pada tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat

kabupaten atau kota, dan tingkat sekolah.

c. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyrakat secara

nasional, provinsi, kabupaten atau kota, dan sekolah.

Secara khusus Ujian Nasional dan Uji Kompetensi pada SMK diharapkan

dapat berfungsi sebagai:

a. Alat penjamin, pengawasan, dan pengendalian mutu pendidikan pada SMK.

b. Bahan pertimbangan dalam penentuan kelulusan peserta didik.

c. Umpan balik dalam perbaikan program pembelajaran pada SMK.

d. Alat pendorong dalam peningkatan mutu pembelajaran dan prestasi hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan tujuan dan fungsi Ujian Nasional dan Uji Kompetensi di atas,

maka Ujian Nasional dan Uji Kompetensi di SMK diarahkan untuk menjadi sarana

kendali mutu pendidikan pada SMK yang dapat memotivasi pengembangan sistem

nilai peduli mutu (sense of quality) sebagai bagian dari ukuran keberhasilan SMK.

Setiap SMK harus menempatkan dan memberlakukan Uji Kompetensi secara

proposional, tidak hanya mempersiapkan peserta didik semata-mata untuk lulus ujian,

mengejar peringkat tanpa mengidahkan ketentuan dan aturan yang berlaku, yang pada

gilirannya dapat menjadi bomerang yang membebani lulusan.

Ujian Nasional dan Uji Kompetensi sebagai bagian integral dari implementasi

kurikulum harus dapat berfungsi sebagai:

a. Memotivasi sekolah agar selalu berusaha meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan.

b. Memberi penghargaan secara proposional atas keberhasilan setiap peserta didik

menguasai kompetensi sesuai dengan bidang atau program keahlian.

c. Memetakan mutu pendidikan dan prestasi lulusan serta keberhasilan SMK

berdasarkan wilayah, bidang atau program keahlian dan sekolah dari waktu

kewaktu.

d. Dasar merumuskan bagi pengambilan keputusan untuk bahan kebijakan

pembinaan SMK secara Nasional.

C. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar, yang diyakini kebenarannya oleh peneliti dan

dijadikan sebagai titik pangkal penelitian, acuan berfikir, dan acuan konseptual dalam

seluruh kegiatan penelitian, sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2005:57) bahwa:

“asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus

dirumuskan secara jelas”.

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Hasil Belajar Pembuatan Produk Kriya Kayu Teknik Scrolling dapat

diketahui dari kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran, yang ditunjukkan dari adanya perubahan tingkah laku yang meliputi

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, dalam membuat produk kriya kayu

teknik scrolling. Asumsi ini ditopang oleh pendapat Sagala (2008:20), bahwa:

Hasil belajar yaitu pola-pola perilaku yang terbimbing sehingga menghasilkan serangkaian tindakan-tindakan berupa penguasaan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dalam melihat. Menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Pendapat Sagala diperkuat oleh pendapat Oemar Hamalik (2002:155), bahwa:

Hasil belajar tampak dari adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan itu dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.

2. Uji Kompetensi adalah bentuk evaluasi akhir melalui proses pengukuran dan

penilaian hasil belajar dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kompetensi

peserta didik untuk mendapatkan nilai kelulusan kompetensi di bidang Kriya Kayu.

Pengertian Uji Kompetensi menurut pedoman pelaksanaan Uji Kompetensi tahun

2008/2009 DEPDIKNAS adalah salah satu ujian yang harus diikuti oleh peserta didik

kelas 3 SMK, di mana hasil dari ujian ini akan menjadi tolak ukur kompetensi peserta

didik setelah menempuh pendidikan di SMK. Uji Kompetensi pada SMK merupakan

bagian integral dari upaya peningkatan mutu lulusan. Melalui kegiatan Uji

Kompetensi gambaran mutu hasil pendidikan secara nasional pada SMK diharapkan

dapat diperoleh dengan lebih akurat. Pernyataan di atas penulis sarikan dari materi Uji

Kompetensi (2008:4).

3. Kesiapan Mengikuti Uji Kompetensi merupakan suatu kondisi peserta didik setelah

menyelesaikan serangkaian pembelajaran dan latihan atau keterampilan yang

berkaitan dengan membuat produk kriya kayu teknik scrolling, dilandasi dengan

kecakapan untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dimilikinya sehingga membuatnya siap mengikuti Uji Kompetensi. Pengertian

kesiapan menurut Wasty Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah: “kesediaan

seseorang untuk berbuat sesuatu”. Pendapat lain menurut Cronbach dalam Wasty

Soemanto (2006:191) bahwa kesiapan adalah: “segenap sikap atau kekuatan yang

membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu”. Kesiapan menurut James

Drever dalam Slameto (2003:113) mengemukakan pengertian kesiapan dengan lebih

jelas, yaitu:

Keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon.

Pengertian kesiapan di atas bahwa kesiapan adalah kesediaan seseorang atau

individu dalam melakukan kegiatan tertentu dengan segala kemampuan dan kondisinya.