A. Pengertian Listing dan Delistingrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36997/5/Chapter...
Transcript of A. Pengertian Listing dan Delistingrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36997/5/Chapter...
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG DELISTING
A. Pengertian Listing dan Delisting
Setelah Pernyataan Pendaftaran suatu perusahaan dinyatakan efektif oleh
Bapepam maka perusahaan tersebut dapat mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia. Pencatatan saham pada bursa dikenal dengan istilah listing.
Peraturan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia diatur dalam
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 perihal
Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Efek Bersifat Saham.
Pencatatan (Listing) adalah pencantuman suatu Efek dalam daftar Efek
yang tercatat di Bursa sehingga dapat diperdagangkan di Bursa.135
Dalam yourdictionary.com disebutkan bahwa definisi listing adalah in
securities, the action of having a corporation’s securities registered and traded
on a particular exchange. Artinya di bidang sekuritas, listing merupakan
tindakan mendaftarkan dan memperdagangkan saham sebuah perusahaan di bursa
saham tertentu.
136
Sumber lain menyebutkan bahwa in corporate finance, a listing refers to
the company's
shares being on the list (or board) of stocks that are officially
traded on a stock exchange.137
135 Ketentuan I.12 Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Artinya di bidang keuangan perusahaan, listing
136 Dikutip dari http://www.yourdictionary.com/listing, diakses pada tanggal 4 Pebruari 2009.
137 Dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Listing_(finance), diakses pada tanggal 4 Pebruari 2009.
Universitas Sumatera Utara
merujuk kepada saham perusahaan yang tercatat pada papan pencatatan yang
secara resmi diperdagangkan di sebuah bursa saham.
Sumber lain mendefinisikan listing sebagai: In the context of equity, when
a stock is traded in exchange it is said to be listed.138
Dari istilah listing kemudian dikenal juga istilah single listing dan dual
listing. Single listing menunjukkan suatu emiten hanya tercatat di satu Bursa
Efek, misalnya suatu perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering) dan
selanjutnya saham-sahamnya hanya tercatat di BEJ saja atau di BES saja. Dual
listing adalah suatu emiten yang tercatat di dua bursa atau lebih, misalnya tercatat
di BEJ dan sekaligus di BES, atau tercatat juga di New York Stock Exchange.
Jadi pencatatan (lisiting)
adalah apabila saham diperdagangkan, maka dikatakan bahwa saham tersebut
tercatat.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa listing adalah
pencatatan saham dari sebuah perusahaan dalam daftar yang dibuat oleh sebuah
bursa saham, dengan demikian saham tersebut dapat diperjualbelikan.
139
Selain itu, dikenal juga istilah Back Door Listing. Back Door Listing
adalah suatu kejadian di mana perusahaan nonpublik menjadi perusahaan tercatat
tanpa melalui penawaran umum (IPO), namun dengan membeli perusahaan yang
telah tercatat. Ada dua strategi utama dalam back door listing, yaitu perusahaan
nonpublik bisa merangkul perusahaan publik agar diakuisisi dan perusahaan
138 Dikutip dari http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/Listing+broker, diakses pada tanggal 4 Pebruari 2009.
139 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hal 101.
Universitas Sumatera Utara
nonpublik menguasai perusahaan publik dengan cara mengakuisisi perusahaan
publik tersebut.140
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik, pada dasarnya
harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi
ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan beserta aturan pelaksanaan
yang mengikutinya.
141
Kecilnya angka perusahaan yang mencatatkan dirinya di BEI sebagian juga disebabkan oleh tingginya angka perusahaan yang mengalami delisting. Sejak tahun 2002 terdapat 63 perusahaan yang mengalami delisting, di mana 17 perusahaan di antaranya melakukan go private secara sukarela. Namun, dapat disimpulkan bahwa dalam periode 2002-2006, perusahaan-perusahaan yang mengalami delisting secara paksa (forced delisting) oleh BEI masih lebih dominan dibandingkan perusahaan yang delisting secara sukarela (voluntary delisting).
142
Go private merupakan lawan dari go public. Go public merupakan suatu
proses perusahaan tertutup berubah menjadi perusahaan terbuka (public). Go
private merupakan kebalikannya, yaitu proses suatu perusahaan terbuka (public)
berubah menjadi perusahaan tertutup. Kasus go private PT Praxair Indonesia
merupakan pengalaman pertama di pasar modal Indonesia. PT Praxair Indonesia
yang pada tahun 1989 go public dengan harga perdana sebesar Rp. 8.800,- per
saham dengan nama PT Sepanjang Surya Gas. Saham yang dimiliki oleh publik
ada sebanyak satu juta lembar.
143
Karena kondisi keuangan serta kinerja perusahaan yang semakin
memburuk, sampai tahun 1995 harga sahamnya di BEJ mencapai Rp. 525,- per
140 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Ibid., hal. 109. 141 Mukhti, op.cit., hal. 31. 142 Indra Safitri, Transparansi, Independensi dan Pengawasan Kejahatan Pasar Modal,
cet. 1, (Jakarta: Go Global Book & Publication Book Division, 1998), hal.6 143 Anonim, Langkah Go Private masih wajar, Rubrik Editorial, Media Indonesia,
tanggal 16 November 2005, hal.2.
Universitas Sumatera Utara
saham, yang berarti tinggal 5,96% dari harga perdananya. Kesulitan keuangan
yang semakin memburuk hingga awal tahun 1997, maka memaksa direksi untuk
memberikan usulan go private sebagai jalan penyelamatan PT Praxair Indonesia
dari kebangkrutan.144
1. delisting
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan proses go private
suatu perusahaan publik adalah:
2. persetujuan Bapepam untuk go private.
Delisting (penghapusan pencatatan) merupakan kebalikan dari listing.
Penghapusan Pencatatan (Delisting) adalah penghapusan Efek dari daftar Efek
yang tercatat di Bursa sehingga Efek tersebut tidak dapat diperdagangkan di
Bursa.145
Dalam Kamus Keuangan dari Free Dictionary disebutkan bahwa delisting
adalah to remove from a list, especially from a list of securities that may be
traded on a stock exchange.
146
Sumber Wikipedia.htm menyebutkan bahwa Delisting refers to the
practice of removing the
Artinya bahwa delisting adalah menghapuskan
dari sebuah daftar, khususnya daftar efek yang mungkin diperdagangkan di
sebuah bursa saham.
stock of a company from a stock exchange so that
144 Mukhti, op.cit., hal. 33. 145 Ketentuan I.14 Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. 146 Dikutip dari http://financial-dictionary.thefreedictionary.com/delisting, diakses pada
tanggal 4 Pebruari 2009.
Universitas Sumatera Utara
investors can no longer trade shares of the stock on that exchange.147
Dalam istilah keuangan, delisting diartikan sebagai removal of a
Artinya
bahwa delisting merujuk kepada tindakan menghapuskan saham sebuah
perusahaan dari sebuah bursa saham sehingga para investor tidak lagi dapat
memperdagangkan saham tersebut di bursa saham yang bersangkutan.
company's security from listing on an exchange because the firm has not abided
by specific regulations.148
1. Untuk melindungi kepentingan publik dan dalam rangka penyelenggaraan
perdagangan Efek yang teratur, wajar dan efisien, Bursa berwenang untuk:
Artinya delisting adalah penghapusan efek suatu
perusahaan dari pencatatan pada suatu bursa karena perusahaan yang terkait.
Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
delisting adalah tindakan penghapusan efek dari daftar efek suatu bursa saham
sehingga efek yang bersangkutan tidak lagi dapat diperdagangkan di bursa
tersebut.
Delisting saham merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi dalam
pasar modal Indonesia. Pengaturan mengenai delisting saham di Indonesia
terdapat dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-
308/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan
(Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Bunyi salah satu
ketentuan dalam peraturan tersebut adalah sebagai berikut.
149
147 Dikutip dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Delisting_(stock), diakses pada tanggal 4 Pebruari 2009.
148 Dikutip dari http://www.thefreedictionary.com/delisting, diakses pada tanggal 4 Pebruari 2009.
149 Ketentuan II.1 Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
a. menghapus pencatatan Efek tertentu di Bursa;
b. menyetujui atau menolak permohonan pencatatan kembali termasuk
penempatannya pada papan pencatatan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang menjadi penyebab Delisting.
2. Dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan Delisting dan Relisting,
Bursa meminta Komite Pencatatan untuk memberikan pendapat.150
3. Apabila saham Perusahaan Tercatat dilakukan Delisting, maka semua jenis
Efek Perusahaan Tercatat tersebut juga dihapuskan dari daftar Efek yang
tercatat di Bursa.
151
4. Dalam rangka pengambilan keputusan atas penghapusan pencatatan Efek,
persetujuan atau penolakan atas permohonan pencatatan kembali Efek serta
penempatannya pada Papan Utama atau Papan Pengembangan sebagaimana
yang dimaksud dalam Peraturan ini, Bursa melakukan penelaahan atas
keterangan-keterangan dan dokumen yang disampaikan Perusahaan Tercatat
atau Calon Perusahaan Tercatat atau informasi lain yang diperoleh Bursa
dengan tidak hanya mempertimbangkan pada aspek formal, tetapi juga
mempertimbangkan substansi persyaratan serta pendapat dari Komite
Pencatatan Efek.
152
150 Ketentuan II.2. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
151 Ketentuan II.3. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
152 Ketentuan II.4. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
B. Faktor-Faktor Penyebab Dilakukannya Delisting
Banyak faktor mengapa saham kurang diminati oleh pemodal, antara lain buruknya kinerja fundamental emiten sehingga secara signifikan mempengaruhi kelangsungan usaha. Misalnya emiten mengalami kerugian beberapa tahun secara berturut-turut. Hal tersebut tentu akan berdampak pada return yang akan diterima oleh pemodal, dalam hal ini dividen yang diterima oleh pemodal akan turun atau bahkan nol. Pada gilirannya daya tarik emiten tersebut tidak ada, sehingga para pemodal enggan menginvestasikan dana mereka pada saham tersebut, atau faktor keterbukaan informasi (information disclosure). Faktor keterbukaan ini penting, sebab meskipun fundamental perusahaan baik, tetapi emiten kurang terbuka sehingga peminatnya tidak ada. Faktor lainnya yaitu apabila emiten melanggar peraturan-peraturan di bidang pasar modal. Apabila hal tersebut terjadi pada perusahaan go public (emiten) tersebut bisa dihapus dari pencatatan bursa, atau disebut dengan delisting.153
Berbagai kemungkinan alasan perusahaan melakukan go private, baik
secara sukarela maupun secara paksa. Contohnya Komatsu Ltd memutuskan
untuk menarik sejumlah anak perusahaannya, termasuk Komatsu Indonesia dari
pencatatan di berbagai bursa saham dunia. Sedangkan rencana keluarnya Aqua
dari BEI sejalan dengan kebijakan Danone Asia meneruskan konsolidasi anak-
anak perusahaannya.
154
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Foley & Lardner LLP, alasan
suatu perusahaan terbuka melakukan go private adalah karena merasa terbebani
oleh biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan kewajiban-kewajiban sebagai
perusahaan terbuka.
155
Adapun biaya dan kewajiban tersebut antara lain adalah tingginya biaya
konsultan hukum dan akuntansi, biaya penyelenggaraan RUPS, kewajiban
153 Dikutip dari www.indoexchange.com, diakses tanggal 12 Mei 2009. 154 Koran Media Indonesia, Langkah Go Private Masih Wajar, lihat
www.mediaindo.com Edisi Cetak Tanggal 16 November 2005, diakses tanggal 21 Mei 2009, hal. 13.
155 Boby W. Hernawan & I Made B. Tirthayatra, Go Private, http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/warta/2005_oktober/Go%20Private.pdf. , diakses pada tanggal 2 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
memenuhi peraturan pasar modal, kesibukan melayani analis surat berharga, dan
keterbatasan untuk melakukan transaksi dengan pihak afiliasi. Beberapa dari
alasan tersebut tentunya mengundang perdebatan karena justru hal-hal itulah
yang merupakan penunjang pelaksanaan prinsip good corporate governance.156
Secara umum kriteria dilakukannya delisting adalah sebagai berikut:
Perubahan kondisi ekonomi bisa memicu peningkatan jumlah perusahaan
yang merasa bahwa mereka lebih baik menjadi perusahaan tertutup dibandingkan
menjadi perusahaan publik.
157
1. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi atau terdapat saldo rugi sebesar
50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun
terakhir.
2. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar dividen tunai (untuk saham).
Melakukan tiga kali cidera janji (untuk obligasi).
3. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp. 3 miliar.
4. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang/badan) selama 3
bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emiten/BAE (1 pemodal
sekurang-kurangnya memiliki 1 satuan perdagangan/500saham).
5. Selama 6 bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi.
6. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan BAPEPAM.
156 Ibid. 157 Dikutip dari http://groups.yahoo.com/group/saham/message/2511, diakses pada
tanggal 4 Pebruari 2009.
Universitas Sumatera Utara
7. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan Pasar Modal pada
umumnya.
8. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum
berdasarkan keputusan instansi berwenang.
9. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan
(reksadana) atau alasan lainnya.
10. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan.
11. Emiten menghadapi gugatan / perkara / peristiwa yang secara material
mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan.
12. Khusus untuk emiten reksadana, NAV turun menjadi kurang dari 50% dari
nilai perdana yang disebabkan kerugian operasi.
Berikut ini ada beberapa hipotesa yang digunakan untuk menjelaskan
fenomena dalam proses melakukan voluntary delisting atau go private. 158
1. Hipotesa keuntungan dari pajak
Sebagian besar transaksi go private di dunia sering disertai dengan
kenaikan yang signifikan dari leverage dari perusahaan tersebut, di mana
kenaikan dari pengurangan interest (interest deduction) dapat menjadi sumber
yang penting yang dapat memberikan kenaikan kekayaan (wealth). Dalam hal ini,
Interest Tax Deductibility dari pinjaman baru dapat memberikan suatu
perusahaan untuk go private. Tentu saja pengaruh hal ini di suatu negara akan
sangat bergantung pada kebijakan fiskal negara tersebut, juga amat tergantung
pada marginal tax rate yang harus dibayar oleh suatu perusahaan. Kaplan (1989),
158 Dikutip dari http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/07/0038.html, diakses tanggal 21 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
misalnya memperkirakan bahwa keuntungan pajak dari kegiatan melakukan
voluntary delisting atau go private di Amerika Serikat dapat mencapai antara
21% dan 72 % (untuk tahun 80an) dari premium yang dibayarkan ke pemegang
saham untuk membawa perusahaan tersebut menjadi perusahaan private.
Dalam hipotesa ini, perusahaan publik yang mempunyai kewajiban pajak
yang besar akan diuntungkan bila perusahaan tersebut melakukan voluntary
delisting atau go private terutama karena jumlah utang yang besar yang
digunakan untuk membiayai transaksi menciptakan tambahan tax shield yang
cukup besar, yang menambah nilai perusahaan sebelum di rekapitulasi.159
Keuntungan dari pemegang saham (dari perusahaan yang melakukan
voluntary delisting atau go private) berkolerasi positif dengan tingginya tingkat
pajak yang harus dibayar, dan dengan leverage ratio yang rendah dari perusahaan
tersebut sebelum melakukan voluntary delisting atau go private.
160
2. Hipotesa masalah biaya agen (pengelola perusahaan)
Dalam hipotesis ini ada tiga alasan utama yang menjelaskan terjadinya
proses melakukan voluntary delisting atau go private yaitu penyesuaian insentif
(incentive realignment) kendali (control) dan uang menganggur (free cash flow).
Incentive realignment manajer dan pemilik saham sering mempunyai
kepentingan yang berbeda. Manajer dapat saja meningkatkan keuntungan pribadi
mereka (dengan berupaya tidak maksimal) dan mengurangi nilai dari
perusahaannya.161
159 Ibid. 160 Ibid. 161 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan untuk menyesuaikan lagi insentif dari manajemen dan
pemegang saham sering pula disebut-sebut sebagai salah satu alasan untuk
melakukan voluntary delisting atau go private. Di dalam hipotesis ini, penyatuan
kembali kepemilikan dan kendali perusahaan akan memperbaiki struktur insentif
dan diharapkan dapat meningkatkan usaha manajemen untuk memaksimalkan
nilai dari perusahaan. Keuntungan dari pemegang saham (perusahaan go private)
berkolerasi negatif dengan kepemilikan equity management di perusahaan
sebelum go private.162
Kendali (control) pada perusahaan publik terdapat masalah monitoring
keputusan-keputusan manajemen perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan
publik itu dimiliki oleh banyak pemegang saham. Karena investasi dalam hal
monitoring yang dilakukan oleh seorang pemegang saham menjadi public good
untuk seluruh pemegang saham. Pemegang saham individu yang memiliki hanya
sedikit saham akan cenderung underinvest di dalam aktivitas monitoring.
Kehadiran kepemilikan dengan konsentrasi yang kecil akan menciptakan kegiatan
monitoring yang ketat oleh pemilik saham sebelum proses melakukan voluntary
delisting atau go private berlangsung dapat berarti keuntungan untuk melakukan
go private tidak akan terlalu besar karena perusahaan tersebut sebelum go private
kecil sekali kemungkinannya mengalami agency cost yang tinggi.
163
Keuntungan yang dapat diharapkan oleh pemegang saham (perusahaan
publik) dalam melakukan langkah go private akan berbanding terbalik dengan
162 Ibid. 163 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tingkat konsentrasi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari
luar.
Uang menganggur yang disebut dengan free cash flow didefinisikan
sebagai cash flow sisa setelah dikurangi kebutuhan dana untuk membiayai semua
proyek yang memiliki net present value yang positif (setelah di-discount dengan
cost capital yang relevan). Murphy (1985) berargumen bahwa manajer
mempunyai insentif untuk menahan dana (resource) dan untuk menumbuhkan
perusahaan melebihi batas optimalnya (sering disebut sebagai empire building),
yang mana hal ini berlawanan dengan interest dari para pemegang saham.
Masalah ini sering terjadi di industri yang memiliki banyak uang tunai, tetapi
memiliki prospek pertumbuhan yang rendah.164
Dengan menukarkan equity dengan hutang, manajer secara kredibel telah
membuat komitmen untuk membayarkan cash flow di masa datang daripada
menahan cash flow tersebut dan menginvestasikannya di dalam proyek yang
memiliki NPV negatif. Meningkatnya resiko default yang timbul karena proses
rekapitulasi tersebut akan menumbuhkan motivasi untuk membuat perusahaan
tersebut menjadi lebih efisien.
165
Jensen (1986) menyebutkan bahwa banyak dari keuntungan menjadi
perusahaan private berasal dari fungsi kontrol dari utang (debt). Lowenstein
(1985) mengemukakan teori carrot and stick untuk perusahaan yang melakukan
voluntary delisting atau go private. Carrot-nya, dalam hal ini, adalah
meningkatnya kepemilikan saham dari para manajer yang membuat para manajer
164 Ibid. 165 Mukhti, op.cit., hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
dapat menikmati keuntungan yang lebih besar dari usahanya. Sedangkan stick-
nya adalah utang yang besar yang diambil oleh perusahaan untuk perusahaan
meminjam dalam jumlah yang besar akan memaksa manajer perusahaan untuk
menjalankan perusahaan dengan efisien untuk mencegah terjadinya default.166
Harapan keuntungan dari pemegang saham (perusahaan publik) dari suatu
proses go private akan berkolerasi positif dengan level free cash flow dari
perusahaan tersebut sebelum melakukan voluntary delisting atau go private.
Dalam hipotesis ini, leverage yang tinggi karena proses melakukan
voluntary delisting atau go private akan mencegah terjadinya pemborosan free
cash flow karena proses go private tersebut akan mengikat manajer untuk
membayar lebih banyak cash flow untuk membayar utang.
167
3. Hipotesa biaya transaksi
Banyak kalangan yang menyebutkan salah satu alasan untuk melakukan
voluntary delisting atau go private adalah karena biaya untuk menjadi perusahaan
yang listed di bursa tidaklah murah. Untuk perusahaan di Inggris, misalnya,
sebuah perusahaan yang memiliki market cap 100 juta Pound harus membayar
sekitar 43,700 Pound (di tahun 2003) untuk bisa listed di London Stock Exchange
(LSE), dengan listing fee tahunan sebesar 6,280 Pound. Biaya ini akan bervariasi
sesuai dengan ukuran perusahaan dan jenis pasar di mana perusahaan tersebut
terdaftar. Di samping itu, menurut Benoit (1999) perusahaan Inggris yang listed
harus membayar ke pialang saham, registrar, pengacara, bank dan perusahaan PR
166 Ibid. 167 Dikutip dari http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/07/0038.html,
diakses tanggal 21 April 2009.
Universitas Sumatera Utara
finansial, juga biaya jual-beli, auditing, pencetakan dan pendistribusian account,
yang jumlahnya dapat mencapai 250,000 Poundsterling.168
Pada dasarnya, hipotesa biaya transaksi menunjukkan bahwa keuntungan
dari go private sebagian besar berasal dari penghapusan biaya-biaya langsung
maupun tak langsung yang berhubungan dengan status listed saham perusahaan
tersebut. Keuntungan pemilik saham (perusahaan publik) dari proses go private
berkolerasi positif dengan penghematan yang dilakukan dari biaya-biaya yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan listed.
169
4. Hipotesa perlindungan terhadap usaha pengambilalihan
Sebagian perusahaan disinyalir menempuh langkah melakukan voluntary
delisting atau go private sebagai pertahan terakhir terhadap pengambilalihan
paksa (hostile shareholder or tender offer). Para manajer merasa ketakutan
kehilangan pekerjaan mereka bila pengambilalihan paksa tersebut dibiarkan
terjadi. Karena itu, mereka merubah status perusahaannya menjadi perusahaan
private. Secara singkat, menurut hipotesa ini premium dari suatu proses go
private menggambarkan indikasi bahwa tim manajemen berniat untuk membeli
saham dari pemegang saham lainnya untuk melindungi perusahaan tersebut dari
pengambilalihan yang tidak dikehendaki.170
Keuntungan perusahaan yang berstatus publik adalah akses dana
masyarakat melalui pasar modal. Selain itu, dengan merubah perusahaan menjadi
berstatus publik, perusahaan dapat merubah pola insentif bagi manajemen,
168 Ibid. 169 Ibid. 170 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
misalnya dengan memberikan atau memperbolehkan manajemen perusahaan
untuk memiliki sebagian saham perusahaan. Dengan struktur kepemilikan yang
demikian, manajemen perusahaan diperkirakan akan berusaha semaksimal
mungkin untuk mengoperasikan perusahaannya dengan lebih efisien. Rasa
memiliki yang lebih tinggi dari sebelumnya akan memberikan insentif tambahan
bagi para manajemen utnuk melakukan hal tersebut.171
Bursa saham memberikan peluang kepada manajemen atau pemilik
perusahaan tersebut untuk merealisasikan keuntungannya dengan go public.
Tindakan ini akan mengurangi kepemilikan pemilik asli dari perusahaan tersebut.
Tetapi sebagai kompensasinya mereka akan mendapatkan uang tunai dari hasil
penjualan saham tersebut. Untuk perusahaan yang kinerjanya bagus hasil
penjualan ini bisa amat menggiurkan. Jadi, bursa saham dapat menyediakan jalan
keluar untuk merealisasikan keuntungan. Premium dari suatu proses melakukan
voluntary delisting atau go private berkolerasi positif dengan tekanan
pengambilalihan untuk mengendalikan perusahaan dari pasar.
Keuntungan lain yang sering disebut adalah merealisasikan keuntungan
yang telah dibuat. Suatu perusahaan private yang berhasil mengeksekusi proyek-
proyek dengan berhasil akan mengalami kenaikan nilai yang signifikan.
172
5. Hipotesa undervalution
Asimmetric information dapat terjadi antara manajemen dan pemegang
saham dari luar tentang nilai maksimum suatu perusahaan. Hal ini terjadi karena
171 Ibid. 172 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria
Bhakti, 2000), hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
biasanya pihak manajemen mengetahui dengan lebih detail tentang prospek pasar
atau proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan dibandingkan dengan orang
di luar pihak manajemen. Jadi ada peluang terjadinya suatu keadaan di mana
pihak manajemen menilai harga dari saham perusahaannya terlalu rendah
dibandingkan dengan potensi sesungguhnya dari perusahaan tersebut.173
Masalah ini menjadi semakin parah ketika perusahaan yang listed
(terutama yang kecil) merasa kesulitan untuk menggunakan pasar ekuitas untuk
membiayai rencana ekspansinya, karena dalam keadaan yang demikian, sulit
untuk menarik perhatian investor institusional maupun para fund manager.
Kurangnya minat akan saham-saham perusahaan tersebut membuat saham
tersebut menjadi tidak likuid dan berimplikasi bahwa saham-saham perusahaan
tersebut akan tetap dinilai lebih rendah dari potensi sesungguhnya. Keadaan yang
demikian dapat memicu suatu perusahaan untuk melakukan voluntary delisting
atau go private. Dan jika investor institusional berusaha untuk menjual saham
perusahaan yang diperdagangkan secara tipis di pasar modal, kemungkinannya
sangat besar bahwa penjualan saham tersebut akan berdampak negatif atau
mengalami kebangkrutan yang cukup signifikan terutama terhadap harga saham
perusahaan tersebut. Hal ini akan mengurangi nilai dari saham yang ada.
174
Bankruptcy is a method for sttling the debts of individuals or business
entities that are unable to pay debts as they becomes due. Yang artinya adalah
kebangkrutan adalah suatu metode untuk penyelesaian hutang individu atau
kesatuan bisnis yang tidak mampu untuk membayar hutang ketika jatuh tempo.
173 Ibid. 174 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Business corporations are subjects to both voluntary and involuntary
bankruptcy. Diartikan sebagai korporasi bisnis yaitu tunduk kepada kedua-
duanya yang sukarela dan kebangkrutan tanpa disengaja.175
Hipotesis undervaluation menyebutkan bahwa manajemen mampu
membayar premium yang lebih tinggi pada suatu proses melakukan voluntary
delisting atau go private ketika harga saham perusahaan tersebut di pasar modal
under performing (di bawah nilai potensialnya). Ekspektasi keuntungan dari
pemegang saham (perusahaan publik berkorelasi positif dengan tingkat
undervaluation perusahaan tersebut sebelum melakukan voluntary delisting atau
go private.
176
C. Prosedur Delisting
Secara umum, delisting dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Delisting yang dilakukan atas permohonan Perusahaan Tercatat (voluntary
delisting), dan
2. Delisting yang dilakukan oleh Bursa (forced delisting).
Perusahaan Tercatat yang akan mengajukan permohonan penghapusan
pencatatan (delisting) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.177
a. Pengajuan permohonan delisting saham oleh Perusahaan Tercatat hanya dapat
dilakukan apabila telah tercatat di Bursa sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
175 Harry G. Henn dan John R. Alexander, Law of Corporation and Other Business Enterprises, 13th Edition, (Kanada: St. Paul Minn West Publishing Company, 1983), hal 1155.
176 Dikutip dari http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/07/0038.html, diakses tanggal 21 April 2009.
177 Ketentuan III.2.1. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
b. Rencana delisting telah diputuskan dalam RUPS yang dihadiri oleh para
Pemegang Saham Independen yang mewakili 75% (tujuh puluh lima
perseratus) atau lebih saham yang dimiliki oleh seluruh Pemegang Saham
Independen dan rencana tersebut disetujui oleh lebih dari 50% (lima puluh
perseratus) dari hak suara yang sah yang dimiliki Pemegang Saham
Independen yang hadir dalam RUPS.
c. Perusahaan Tercatat telah menyelesaikan seluruh kewajibannya terhadap
Bursa sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Bursa.
d. Perusahaan Tercatat atau pihak lain yang ditunjuk, wajib membeli saham dari
pemegang saham yang tidak menyetujui keputusan RUPS pada harga yang
dimaksud dalam ketentuan 5. di bawah ini.
e. Penentuan harga pembelian saham sebagaimana dimaksud dalam ketentuan 4.
di atas adalah berdasarkan salah satu harga yang tersebut di bawah ini, mana
yang tertinggi dari:
1) harga nominal;
2) harga pembelian yang dihitung dengan rumusan sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran I-I.1 Peraturan ini.
3) nilai wajar berdasarkan penilaian pihak independen yang terdaftar di
Bapepam dan LK dan ditunjuk oleh Perusahaan Tercatat atau pihak yang
akan melakukan pembelian saham serta disetujui oleh RUPS.
Universitas Sumatera Utara
Bursa menghapus pencatatan saham Perusahaan Tercatat apabila
Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi di bawah ini:178
a. mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara
finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status Perusahaan
Tercatat sebagai Perusahaan Terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak dapat
menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai;
b. Saham Perusahaan Tercatat telah mengalami Suspensi, baik Suspensi di Pasar
Reguler dan Pasar Tunai, dan atau Suspensi di seluruh Pasar, sekurang-
kurangnya selama 24 (dua puluh empat) bulan terakhir.
Prosedur delisting saham atas permohonan Perusahaan Tercatat:179
a. Perusahaan Tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana delisting
kepada Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal kepada
publik, termasuk informasi mengenai:
1) alasan dan tujuan delisting sahamnya;
2) pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham yang
ingin menjual saham Perusahaan Tercatat;
3) perkiraan harga pembelian saham.
b. Melakukan keterbukaan informasi awal kepada publik melalui sekurang-
kurangnya 1 (satu) surat kabar yang berperedaran nasional yang sekurang-
kurangnya mencantumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
178 Ketentuan III.3.1. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
179 Ketentuan III.2.2. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
1. di atas. Keterbukaan informasi tersebut dilakukan bersamaan dengan
pengumuman mengenai akan dilakukannya pemanggilan RUPS, dan sesegera
mungkin disampaikan kepada Bursa.
c. Apabila RUPS menyetujui rencana delisting sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan 1. di atas, maka Perusahaan Tercatat wajib melakukan keterbukaan
informasi melalui sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar yang berperedaran
nasional mengenai tata cara pembelian kembali saham yang sekurang-
kurangnya meliputi:
1) harga pembelian saham sebagaimana dimaksud dalam ketentuan 1c. di
atas;
2) nama pihak yang bersedia melakukan pembelian saham dan hubungan
afiliasi dengan Perusahaan Tercatat, jika ada;
3) periode pembelian saham sekurang-kurangnya 5 (lima) Hari Bursa setelah
tanggal iklan hasil RUPS. Dalam hal pembelian saham dilakukan sesuai
dengan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.F.1 tentang Penawaran
Tender, maka periode pembelian saham dilakukan dengan mengacu pada
ketentuan tersebut.
4) penunjukan Anggota Bursa Efek yang bertindak sebagai perantara
pembeli.
d. Keterbukaan informasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan 3. di atas
sesegera mungkin disampaikan kepada Bursa.
e. Perusahaan Tercatat menyampaikan permohonan delisting saham kepada
Bursa disertai dengan laporan pelaksanaan pembelian saham dan opini
Universitas Sumatera Utara
konsultan hukum yang independen yang menyatakan bahwa proses
pembelian saham dimaksud telah selesai dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
f. Bursa melakukan Suspensi atas saham Perusahaan Tercatat yang berencana
untuk melakukan delisting saham atas permohonan Perusahaan Tercatat.
g. Delisting saham atas permohonan Perusahaan Tercatat menjadi efektif
setelah:
1) Perusahaan Tercatat memenuhi seluruh kewajibannya kepada Bursa;
2) Perusahaan Tercatat telah membayar biaya delisting Saham sebesar 10
(sepuluh) kali biaya pencatatan Efek tahunan terakhir;
3) Bursa memberikan persetujuan delisting Saham dan mengumumkan di
Bursa.
Prosedur delisting Saham oleh Bursa:180
a. Apabila terdapat indikasi bahwa Perusahaan Tercatat mengalami satu atau
lebih kondisi sebagaimana dimaksud dalam persyaratan delisting saham oleh
bursa, maka Bursa melakukan Dengar Pendapat dengan Perusahaan Tercatat.
b. Dalam hal Bursa memutuskan untuk melakukan delisting, maka Bursa
memberitahukan keputusan akan dilakukannya delisting saham Perusahaan
Tercatat termasuk jadwal pelaksanaannya kepada Perusahaan Tercatat yang
bersangkutan pada Hari Bursa yang sama diputuskannya delisting saham
dimaksud dengan tembusan kepada Bapepam dan LK.
180 Ketentuan III.3.2. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
c. Bursa mengumumkan di Bursa mengenai keputusan delisting saham
Perusahaan Tercatat tersebut termasuk jadwal pelaksanaan delisting saham
Perusahaan Tercatat yang bersangkutan. Pengumuman dilakukan selambat-
lambatnya pada awal sesi I Hari Bursa berikutnya setelah diputuskannya
delisting saham dimaksud.
d. Apabila dipandang perlu Bursa dapat melakukan Suspensi selama 5 (lima)
Hari Bursa dan selanjutnya diperdagangkan hanya di Pasar Negosiasi selama
20 (dua puluh) Hari Bursa sebelum tanggal efektif delisting.
e. Delisting berlaku efektif pada tanggal yang ditetapkan oleh Bursa dalam
keputusan delisting, dan diumumkan di Bursa.
Penghapusan pencatatan saham atas permohonan Perusahaan Tercatat:181
a. Delisting atas permohonan Perusahaan Tercatat hanya dapat dilaksanakan
apabila hal tersebut telah memperoleh persetujuan RUPS oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) pemegang saham yang bukan merupakan
Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders).
b. dalam hal terdapat pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang
Saham Pengendali tidak menyetujui rencana tersebut dalam RUPS, maka
Perusahaan Tercatat atau Pemegang Saham Pengendali wajib membeli saham
dari pemegang saham yang bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali
yang tidak setuju tersebut dengan harga sekurang-kurangnya harga tertinggi
di pasar reguler selama 6 (enam) bulan terakhir sebelum tanggal
Penyelenggaraan RUPS.
181 Dikutip dari www.indoexchange.com, dalam Mukhti, op.cit., hal. 72-73.
Universitas Sumatera Utara
c. Delisting atas permohonan Perusahaan Tercatat diajukan kepada Bursa
selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari bursa sebelum tanggal delisting
diberlakukan dengan mengemukakan alasannya serta melampirkan berita
acara RUPS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan huruf E.2.a.
d. Bursa akan memberitahukan pelaksanaan delisting selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari bursa setelah permohonan tersebut diterima dengan ketentuan
Perusahaan Tercatat yang bersangkutan selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari bursa telah menyelesaikan seluruh kewajibannya
terhadap Bursa dan kewajiban terhadap pemegang saham yang bukan
merupakan Pemegang Saham Pengendali sebagaimana dimaksud dalam
Ketentuan huruf E.2.b.
e. Bursa mengumumkan rencana delisting tersebut selambat-lambatnya
kurangnya 20 (dua puluh) hari Bursa sebelum tanggal delisting diberlakukan.
f. Delisting menjadi efektif sesuai dengan pengumuman Bursa.
Penghapusan pencatatan saham oleh bursa:182
1. Bursa menghapus pencatatan saham Perusahaan Tercatat sesuai dengan
ketentuan Peraturan ini apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-
kurangnya satu kondisi di bawah ini:
a. Pernyataan pendaftaran yang telah menjadi efektif dibatalkan atau
dibekukan oleh Bapepam;
b. Perusahaan yang menggabungkan diri ke dalam perusahaan lain atau
melakukan peleburan perusahaan;
182 Ibid., hal. 73-75.
Universitas Sumatera Utara
c. Perusahaan dilikuidasi;
d. Diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga;
e. Dibekukan ijin usaha atau dicabut ijin usaha yang memberikan kontribusi
penjualan/pendapatan utama;
f. Harga teoritis saham hasil tindakan pemecahan saham, penerbitan saham
bonus dan atau saham dividen, atau penerbitan EfekBersifat Ekuitas
Selain Saham, kurang dari 20 x satuan perubahan harga (fraksi);
g. Laporan Keuangan Perusahaan Tercatat memperoleh pendapat Adverse
pada tahun buku terakhir;
h. Tidak menyampaikan corporate plan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan huruf E.3.e;
i. Mengalami kerugian usaha dan atau mengalami kerugian setelah pajak
selama 4 (empat) tahun berturut-turut (setelah tercatat di Bursa);
j. Memiliki ekuitas negatif selama 3 (tiga) tahun berturut-turut (setelah
tercatat di Bursa);
k. Perdagangan saham dihentikan (suspensi) selama 12 (dua belas) bulan
berturut-turut karena alasan apapun;
l. Tidak terjadi transaksi di pasar reguler selama 9 (sembilan) bulan
berturut-turut, tidak termasuk masa suspensi;
m. Harga rata-rata penutupan saham yang terjadi selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut kurang dari Rp 50,- (lima puluh rupiah);
n. Rata-rata volume transaksi di pasar reguler selama 12 (dua belas) bulan
berturut-turut kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) saham perbulan;
Universitas Sumatera Utara
o. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang bukan
merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority shareholders) kurang
dari 5% (lima perseratus) dari modal disetor dan kurang dari 10.000.000
(sepuluh juta) saham dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terakhir
berturut-turut;
p. Jumlah pemegang saham yang memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu)
satuan perdagangan, kurang dari 100 (seratus) pemegang saham dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan terakhir berturut-turut;
q. Perusahaan Tercatat tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagaimanadimaksud dalam ketentuan huruf A.1.c. dan A.1.g.;
r. Perusahaan Tercatat bidang usaha pertambangan tidak lagi mempunyai:
1) Konsesi dan atau Kontrak Karya; atau
2) Kuasa penambangan atau Surat Izin Penambangan Daerah; atau
3) Jumlah cadangan (deposit) tidak lagi memenuhi kelayakan ekonomis;
atau
4) Direktur yang memiliki kemampuan teknis yang berpengalaman di
bidang pertambangan sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan
selama 6 (enam) bulan berturut-turut.
D. Akibat Hukum Delisting
Jika ada aksi maka ada reaksi. Demikian juga halnya dengan
dilakukannya delisting. Delisting membawa akibat hukum baik bagi emiten yang
Universitas Sumatera Utara
di-delist maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan emiten seperti investor
maupun masyarakat umum.
1. Emiten
Delisting merupakan bagian dari proses go private. Go private merupakan
proses suatu perusahaan terbuka berubah menjadi perusahaan tertutup.
Dengan terjadinya delisting, akibat yang pertama adalah emiten tidak lagi
dapat memperdagangkan sahamnya di bursa saham yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan apabila saham suatu Perusahaan Tercatat dihapuskan pencatatannya
dari daftar Efek yang tercatat di bursa (delisting), maka semua jenis Efek
Perusahaan Tercatat tersebut juga dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di
bursa. Perusahaan Tercatat yang sahamnya dihapuskan pencatatannya dari daftar
efek yang tercatat di bursa, dapat mengajukan keberatan kepada Ketua Bapepam
dan keputusan Bapepam bersifat final.183
Kemudian yang kedua, dengan terjadinya delisting maka status perusahaan
berubah dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Dengan
berubahnya status perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup, maka
lepaslah pemberlakuan kewajiban dan tetek bengek yuridis yang selama ini
berlaku untuknya. Perusahaan tersebut menjadi seperti sedianya sebelum
perusahaan go public atau menjadi perusahaan publik.
184
Terhadap perusahaan yang melakukan going private, tentunya harus pula
berubah anggaran dasarnya kembali, mengingat anggaran dasar yang ada tidak
lagi sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi kembali anggaran dasarnya berubah
183 Mukhti, op.cit., hal. 83. 184 Munir Fuady,op.cit., hal 74.
Universitas Sumatera Utara
seperti anggaran dasar perusahaan biasa.185
2. Investor
Hal ini sebagaimana diatur dalam
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 21 ayat (2) huruf f menyebutkan bahwa
perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri
meliputi status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau
sebaliknya.
Dengan di-delist suatu efek dari Bursa maka para investor tidak lagi dapat
memperdagangkan efek tersebut. Jika demikian, bagaimana dengan investor yang
sudah membeli atau yang memiliki efek dari perusahaan yang di-delist? Apakah
mereka akan mendapatkan ganti rugi atas efek yang di-delist tersebut?
Emiten yang melakukan delisting akan melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) guna mendapat persetujuan pemegang saham independen. Jika
emiten mendapat persetujuan untuk delisting, maka emiten akan melakukan
pembelian kembali saham yang dibeli oleh publik melalui penawaran tender.
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya
dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa:
a. perubahan anggaran dasar;
b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih
dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
185 Ibid. hal 75.
Universitas Sumatera Utara
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.186
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan
ketentuan:
a. pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih
perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah
cadangan wajib yang telah disisihkan; dan
b. jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh Perseroan dan
gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh Perseroan
sendiri dan/atau Perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung dimiliki oleh Perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari
jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan, kecuali diatur lain dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.187
Pembelian kembali ini didahului dengan penentuan harga. Bapepam
mensyaratkan agar harga penawaran pembelian harus menarik atau lebih tinggi
dari ketiga harga berikut:
188
a. Harga pasar tertinggi atas saham Perseroan di bursa dalam jangka waktu 90
hari terakhir sebelum pengumuman rencana go private.
b. Hasil penilaian harga wajar saham Perseroan oleh penilai independen. Penilai
Independen tersebut ditunjuk oleh pemegang saham independen dalam RUPS
Independen.
c. Nilai nominal saham.
186 Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 187 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 188 Boby W. Hernawan & I Made B. Tirthayatra, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya melalui persetujuan Bapepam, pemegang saham mayoritas harus
membeli kembali saham-saham yang dimiliki oleh publik dengan harga yang
wajar. Dengan dibelinya kembali semua saham yang dimiliki oleh publik, maka
jumlah pemegang saham menjadi berkurang dari 100 pemegang saham, yang
berarti tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan publik. 189
Jadi dalam proses delisting, diusahakan investor mendapat harga yang
layak sebagai pengganti saham yang di-delist dengan tidak merugikan emiten.
Hal ini dikarenakan bahwa suatu bursa tidak hanya diperuntukkan bagi emiten
saja tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat khususnya investor. Hal ini dapat
dilihat dalam pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Pembelian kembali saham, baik langsung maupun tidak langsung yang
bertentangan dengan ketentuan di atas batal karena hukum.
190 Oleh karena itu,
direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali
yang batal karena hukum.191
189 Mukhti, op.cit., hal. 33. 190 Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 191 Pasal 37 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KETERBUKAAN EMITEN DALAM MELAKUKAN DELISTING
A. Penerapan Prinsip Keterbukaan oleh Emiten yang Melakukan Delisting
Prinsip Keterbukaan merupakan hal yang sangat penting dalam pasar
modal. Oleh karena itu, harus dilaksanakan dalam segala kegiatan di pasar modal,
termasuk dalam hal emiten mengajukan permohonan delisting atau emiten
tersebut di-delist oleh Bursa.
Perusahaan Tercatat wajib terlebih dahulu menyampaikan rencana
delisting kepada Bursa sebelum menyampaikan keterbukaan informasi awal
kepada publik, termasuk informasi mengenai:192
1. alasan dan tujuan Delisting sahamnya;
2. pihak yang akan melakukan pembelian terhadap pemegang saham yang
ingin menjual saham Perusahaan Tercatat;
3. perkiraan harga pembelian saham.
Kemudian perusahaan tercatat wajib melakukan keterbukaan informasi
awal kepada publik melalui sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar yang
berperedaran nasional yang sekurang-kurangnya mencantumkan informasi
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan di atas. Keterbukaan informasi tersebut
dilakukan bersamaan dengan pengumuman mengenai akan dilakukannya
pemanggilan RUPS, dan sesegera mungkin disampaikan kepada Bursa.193
192 Ketentuan III..2.2.1. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
193 Ketentuan III..2.2.2. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Universitas Sumatera Utara
Hal di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Perseroan
Terbatas. Dalam undang-undang itu, disebutkan bahwa bagi Perseroan Terbuka,
sebelum pemanggilan RUPS dilakukan wajib didahului dengan pengumuman
mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.194 Pengumuman ini dilakukan dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan
RUPS.195 Sebelum rencana rapat diumumkan, perusahaan wajib menyampaikan
terlebih dahulu agenda rapat tersebut secara jelas dan rinci ke Bapepam selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pemberitahuan.196
Secara umum RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari ½
(satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili, kecuali Undang-undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah
kuorum yang lebih besar.
197 Namun dalam hal pelaksanaan delisting maka
kuorum yang dipakai adalah kuorum RUPS dalam melakukan perubahan
anggaran dasar, yaitu RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat
dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan
adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara
yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran
dan/atau ketentuan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.198
194 Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 195 Pasal 83 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 196 Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-60/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996
Peraturan IX.I.1. tentang Rencana dan Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham. 197 Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 198 Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan di atas mengenai kuorum kehadiran dan persyaratan pengambilan
keputusan RUPS juga berlaku untuk Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur
lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.199
Apabila RUPS menyetujui rencana delisting, maka Perusahaan Tercatat
wajib melakukan keterbukaan informasi melalui sekurang-kurangnya 1 (satu)
surat kabar yang berperedaran nasional mengenai tata cara pembelian kembali
saham yang sekurang-kurangnya meliputi:
200
1. harga pembelian saham;
2. nama pihak yang bersedia melakukan pembelian saham dan hubungan
afiliasi dengan Perusahaan Tercatat, jika ada;
3. periode pembelian saham sekurang-kurangnya 5 (lima) Hari Bursa setelah
tanggal iklan hasil RUPS;
4. penunjukan Anggota Bursa Efek yang bertindak sebagai perantara
pembeli.
Pembelian saham publik oleh emiten dari pemegang saham publik ini
dilakukan melalui penawaran tender. Penawaran Tender adalah penawaran
melalui Media Massa untuk memperoleh Efek Bersifat Ekuitas dengan cara
pembelian atau pertukaran dengan Efek lainnya.201
199 Pasal 88 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 200 Ketentuan III..2.2.3. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting)
dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. 201 Angka 1 huruf d Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April
2002 Peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Transaksi dalam rangka
penawaran tender dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar bursa efek.
Transaksi di luar bursa efek adalah transaksi yang dilaksanakan antara penjual
dengan pembeli secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang bermaksud melakukan Penawaran Tender wajib
mengumumkan dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa
Indonesia, salah satu di antaranya mempunyai peredaran nasional, mengenai
rencana Penawaran Tender yang memuat:
a. identitas dari Pihak yang melakukan Penawaran Tender;
b. persyaratan dan kondisi khusus dari Penawaran Tender yang direncanakan;
c. jumlah Efek Bersifat Ekuitas dari Perusahaan Sasaran yang dimiliki oleh
Pihak yang melakukan Penawaran Tender;
d. pernyataan Akuntan, bank, atau Penjamin Emisi Efek yang menerangkan
bahwa Pihak yang melakukan Penawaran Tender telah mempunyai dana yang
mencukupi untuk membiayai Penawaran Tender dimaksud.202
Teks pengumuman dimaksud wajib disampaikan kepada Bapepam dan
Perusahaan Sasaran dalam waktu sekurang-kurangnya 2 (dua) hari kerja sebelum
pengumuman tersebut dimuat dalam surat kabar. Perusahaan Sasaran wajib
merahasiakan informasi tersebut sampai diumumkan dalam surat kabar.
203
a. Bapepam;
Penawaran Tender tidak dapat dibatalkan setelah pengumuman
sebagaimana dimaksud di atas, kecuali memperoleh persetujuan Bapepam.
Selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak pengumuman sebagaimana dimaksud di
atas, Pihak yang akan melakukan Penawaran Tender wajib menyampaikan
Pernyataan Penawaran Tender sesuai dengan Peraturan Nomor IX.F.2 kepada:
202 Angka 4 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April 2002 Peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
203 Angka 4 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April 2002 Peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Universitas Sumatera Utara
b. Bursa Efek di mana Efek Bersifat Ekuitas tersebut tercatat;
c. Perusahaan Sasaran; dan
d. Pihak lain yang telah melakukan Penawaran Tender atas Efek Bersifat
Ekuitas
e. tersebut yang masa berlakunya belum berakhir.
Transaksi Penawaran Tender wajib diselesaikan selambat-lambatnya
dalam waktu 12 (dua belas) hari setelah penawaran berakhir dengan penyerahan
uang, penyerahan Efek sebagai penukarnya, atau dikembalikannya Efek yang
ditenderkan jika kondisi khusus yang ditetapkan dalam Penawaran Tender tidak
dipenuhi atau Penawaran Tender dibatalkan. Dalam hal Penawaran Tender
dilaksanakan melalui penukaran Efek Perusahaan Sasaran dengan Efek lain,
maka Pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib memberikan pilihan untuk
menerima Efek lain tersebut atau uang dalam jumlah sebagaimana diatur dalam
angka 11 Peraturan Bapepam No. IX.F.1.204
Pernyataan Penawaran Tender wajib diumumkan dalam sekurang-
kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, salah satu diantaranya
mempunyai peredaran nasional dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja sejak Pernyataan Penawaran Tender menjadi efektif.
205
Kemudian Keterbukaan informasi di atas sesegera mungkin disampaikan
kepada Bursa. Dalam hal ini perusahaan tercatat menyampaikan permohonan
delisting disertai dengan laporan pelaksanaan pembelian saham dan opini
204 Angka 12 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April 2002 Peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
205 Angka 7 Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April 2002 Peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Universitas Sumatera Utara
konsultan hukum yang independen yang menyatakan bahwa proses pembelian
telah selesai dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian bursa
akan dapat melakukan suspensi atas saham perusahaan tercatat yang akan
melakukan delisting. Lalu delisting saham perusahaan menjadi efektif setelah
perusahaan tercatat memenuhi seluruh kewajibannya kepada Bursa, membayar
biaya delisting sebesar dua kali biaya pencatatan efek tahunan terakhir dan Bursa
memberikan persetujuan Delisting dan mengumumkan di Bursa. Pengumuman
adalah informasi yang disampaikan oleh Bursa baik dalam bentuk tertulis,
dokumen cetak, data elektronik maupun tampilan di layar komputer melalui
JATS atau website Bursa.206
Keterbukaan dalam melakukan delisting penting karena salah satu tujuan
Prinsip Keterbukaan di pasar modal adalah untuk perlindungan terhadap investor,
khususnya investor biasa (unsophisticated investors) dari penipuan. Karena
tujuan prinsip keterbukaan tersebut dilakukan dengan cara menyamakan akses
terhadap informasi di antara para pelaku pasar. Cara penyamaan akses tersebut di
antara investor akan dapat menjaga kepercayaan investor dan dapat mencegah
terjadinya penipuan. Cara penyamaan akses terhadap informasi tersebut adalah
suatu yang dibutuhkan investor.
207
206 Ketentuan I.15. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
207 Nicholas I. Georgakopoulus, “Why Should Disclosure Rules Subsidize Informed Traders,” International Review Law and Economic, (Vol. 16, 1996), hal. 297 dalam Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal, http:/bismarnasty.wordpress.com/, hal. 2.
Apabila hukum yang mewajibkan prinsip
keterbukaan ditegakkan secara fair dan mengandung unsur creditability serta
accountability, maka kejahatan dalam bentuk misstatement atau
Universitas Sumatera Utara
misrepresentation dan omission yang mengakibatkan pernyataan menyesatkan
(misleading statement) akan dapat diatasi. Sebab dengan prinsip keterbukaan itu
membuat kegiatan yang dilakukan manajemen sangat mudah dideteksi.208
B. Akibat Perubahan Status Emiten Pasca Delisting
Dengan terjadinya delisting, maka status emiten atau perusahaan publik
pun ikut berubah menjadi perusahaan tertutup, kembali seperti sebelum go
public. Dengan berubahnya status emiten dari perusahaan publik menjadi
perusahaan tertutup maka emiten tersebut harus mengubah anggaran dasarnya.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 21
ayat (2) huruf f menyebutkan bahwa perubahan anggaran dasar tertentu yang
harus mendapat persetujuan Menteri meliputi status Perseroan yang tertutup
menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya. Perubahan anggaran dasar ini harus
dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.209
Selain perubahan anggaran dasar, akibat perubahan juga menyangkut
persyaratan pengungkapan minimum (minimum disclosure requirement).
210
1. Penawaran Umum;
Sebagai perusahaan terbuka diwajibkan untuk mentaati persyaratan
pengungkapan minimum ini. Persyaratan pengungkapan minimum ini yang
dicantumkan dalam prospektus yang berisi:
208 Ibid. 209 Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 210 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit. hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
a. Sehubungan dengan Penawaran Umum saham
Jumlah saham yang ditawarkan, nilai nominal, harga penawaran, dan Efek
lain yang menyertai saham ini (jika ada). Hak-hak pemegang saham
berkenaan dengan dividen, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu untuk
membeli tambahan saham baru yang dikeluarkan, obligasi konversi dan
penerbitan waran (jika ada) selanjutnya. Pernyataan singkat dalam huruf
cetak besar yang langsung dapat menarik perhatian pembaca tentang
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perdagangan Efek yang
ditawarkan pada Penawaran Umum menjadi terbatas atau kurang likuid.
b. Sehubungan dengan Penawaran Umum Efek yang bersifat utang:
1) Jumlah nominal keseluruhan Efek;
2) Jumlah lembar, penomoran, dan denominasi dari Efek yang akan
ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum;
3) Ikhtisar hak-hak pemegang Efek;
4) Ikhtisar sifat Efek yang memberi kemungkinan untuk ditukarkan
dengan jenis Efek lain dari Emiten;
5) Ikhtisar sifat Efek yang memberi kemungkinan pembayaran lebih dini
atas pilihan Emiten atau pemegang Efek;
6) Harga, suku bunga atau imbalan dengan cara lain yang ditetapkan
untuk Efek. Jika suku bunga mengambang, uraian lengkap tentang
cara penentuan kurs mengambang;
7) Tanggal atau tanggal-tanggal pembayaran utang pokok, dan jumlah
utang pokok yang harus dibayar pada tanggal-tanggal tersebut;
Universitas Sumatera Utara
8) Tanggal-tanggal pembayaran bunga atau imbalan dengan cara lainnya;
9) Ikhtisar persyaratan mengenai dana pelunasan utang (jika ada);
10) Mata uang yang menjadi denominasi utang dan mata uang lain yang
menjadi alternatif (jika ada);
11) Rincian pokok-pokok perjanjian penanggungan utang serta nama dan
alamat Penanggung (jika ada);
12) Nama, alamat perusahaan dan uraian mengenai pihak yang bertindak
sebagai penangung (jika ada) dan Wali Amanat;
13) Ikhtisar mengenai persyaratan pokok dalam perjanjian
Perwaliamanatan, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan hak
keutamaan (senioritas) dari utang secara relatif dibandingkan dengan
utang lainnya dari Emiten yang belum lunas dan tambahan utang yang
dapat dibuat oleh emiten pada masa yang akan datang; dan
14) Ikhtisar aktiva tertentu Emiten yang menjadi agunan atas utang yang
timbul berkenaan dengan Efek yang ditawarkan.
c. Nama lengkap, alamat. Logo (jika ada), nomor telepon/teleks/faksimili
dan nomor kotak pos (tidak saja kantor pusat tetapi juga pabrik serta
kantor perwakilan), kegiatan usaha utama dari Emiten.
d. Pernyataan ringkas dalam huruf cetak besar tentang faktor risiko utama
yang mungkin mempunyai dampak merugikan yang material atas kualitas
Efek;
e. Struktur Modal Saham pada waktu Prospektus diterbitkan meliputi Modal
Dasar, Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh termasuk:
Universitas Sumatera Utara
1) Seluruh jumlah dan nilai saham yang akan ditawarkan kepada umum;
2) Jumlah saham, nilai nominal per saham, dan jumlah nilai nominal;
3) Keterangan tentang apakah saham yang diterbitkan dan ditawarkan
kepada umum, merupakan saham dalam simpanan (portepel) dan atau
saham yang sudah disetor penuh (divestasi);
4) Keterangan tentang jumlah dan persentase saham yang akan
dicatatkan pada Bursa Efek, jika ada (terbagi atas saham yang
ditawarkan kepada masyarakat dan tambahan pencatatan saham yang
sudah disetor penuh); dan
5) Keterangan tentang maksud Emiten atau pemegang saham yang ada
untuk mengeluarkan atau tidak mengeluarkan, atau mencatatkan atau
tidak mencatatkan saham lain dan Efek lain dapat dikonversikan
menjadi saham dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
efektif.
f. Keterangan tentang rincian dari struktur Modal Saham sebelum dan
sesudah penawaran Umum (dalam bentuk tabel). Tabel atau keterangan
dimaksud harus mencakup:
1) Modal Dasar, Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh (jumlah saham,
nilai nominal, dan jumlah nilai nominal);
2) Rincian kepemilikan saham oleh pemegang saham yang memiliki 5 %
(lima perseratus) atau lebih, direktur, dan komisaris (jumlah saham,
nilai nominal dan persentase);
Universitas Sumatera Utara
3) Saham dalam simpanan (portepel), yang mencakup jumlah saham dan
nilai nominal; dan
4) Proforma modal saham apabila Efek dikonversikan (jika ada).
2. Penggunaan dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum
Keterangan tentang tujuan Penawaran Umum dan penggunaan dana yang
diperoleh dari hasil Penawaran Umum setelah dikurangi dengan biaya-biaya
dibuat secara rinci yang mencakup antara lain:
a. Rincian penggunaan dana sesuai dengan tujuan dari Penawaran Umum
seperti pengembangan sarana yang ada, diversifikasi, penambahan modal
kerja dan sebagainya;
b. Rincian untuk pembayaran utang, seluruhnya atau sebagian. Jika kreditur
yang akan dibayar adalah afiliasi dari Emiten, fakta tersebut dan sifat
hubungannya dengan Emiten harus diungkapkan; dan
c. Rincian yang diperkirakan akan digunakan secara langsung atau tidak
langsung untuk pembelian atau investasi dalam perusahaan lain (jika ada).
Jika perusahaan dimaksud adalah Pihak terafiliasi dengan Emiten, maka
fakta tersebut dan sifat hubungannya dengan Emiten harus diungkapkan;
3. Pernyataan Utang;
Keterangan yang harus diungkapkan dalam pernyataan ini meliputi:
a. Pernyataan mengenai posisi seluruh kewajiban pada tanggal laporan
keuangan terakhir yang meliputi jumlah kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang;
Universitas Sumatera Utara
b. Penjelasan rincian masing-masing kewajiban sesuai dengan akun0akun
kewajiban di dalam neraca;
c. Keterangan tentang komitmen dan kontinjensi yang ada pada tanggal
laporan keuangan terakhir; dan
d. Pernyataan manajemen yang meliputi:
1) Pernyataan bahwa seluruh kewajiban perseroan per tanggal laporan
keuangan terakhir telah diungkapkan di dalam Prospektus;
2) Pernyataan mengenai adanya kewajiban setelah tanggal neraca samapi
dengan tanggal laporan Akuntan dan kewajiban setelah tanggal
laporan Akuntan sampai dengan tanggal efektifnya Pernyataan
Pendaftaran; dan
3) Pernyataan kesanggupan manajemen untuk menyelesaikan seluruh
kewajibannya.
4. Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen
Emiten harus memberikan uraian singkat yang membahas dan menganalisis
laporan keuangan dan informasi atau fakta lain yang tercantum dalam
Prospektus, dengan tujuan untuk memberikan penjelasan atas keadaan
keuangan dan kegiatan usaha pada saat Prospektus diterbitkan dan yang
diharapkan pada masa yang akan datang. Sepanjang dipandang penting untuk
memperoleh pengertian tentang keadaan keuangan Emiten dan pengambilan
keputusan pemodal berkenaan dengan investasi pada Efek yang ditawarkan
pada Penawaran Umum, bahasan dan analisis dimaksud harus mencakup:
Universitas Sumatera Utara
a. Bahasan mengenai kecenderungan yang diketahui, permintaan, ikatan-
ikatan, kejadian-kejadian atau ketidakpastian yang mungkin
mengakibatkan terjadinya peningkatan atau penurunan yang material
terhadap likuiditas Emiten;
b. Bahasan mengenai ikatan yang material untuk investasi barang modal
dengan penjelasan tentang tujuan dari ikatan tersebut, sumber dana yang
diharapkan untuk memenuhi ikatan-ikatan tersebut, mata uang yang
menjadi denominasi, dan langkah-langkah yang direncanakan Emiten
untuk melindungi risiko dari posisi mata uang asing yang terkait;
c. Bahasan seberapa jauh hasil usaha atau keadaan keuangan Emitan pada
masa yang akan datang menghadapi risiko fluktuasi kurs atau suku bunga.
Dalam hal ini harus diberikan keterangan tentang semua pinjaman dan
ikatan tanpa proteksi yang dinyatakan dalam mata uang asing atau utang
yang suku bunganya tidak ditentukan terlebih dahulu;
d. Bahasan dan analisis tentang informasi keuangan yang telah dilaporkan
yang mengandung kejadian yang sifatnya luar biasa dan tidak akan
berulang lagi di masa datang;
e. Uraian tentang kejadian atau transaksi yang tidak normal dan jarang
terjadi atau perubahan penting dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi
jumlah pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah
diaudit Akuntan, sebagaimana tercantum dalam Prospektus, dengan
penekanan pada laporan keuangan terakhir. Selain itu, uraian tentang
Universitas Sumatera Utara
komponen-komponen penting dari pendapatan atau beban lainnya yang
dianggap perlu oleh Emiten dalam rangka mengetahui hasil usaha Emiten;
f. Jika laporan keuangan dalam prospektus mengungkapkan peningkatan
yang material dari penjualan atau pendapatan bersih, perlu adanya
bahasan tentang sejauh mana kenaikan tersebut dapat dikaitkan dengan
kenaikan harga, volume atau jumlah barang atau jasa yang dijual, atau
adanya produk atau jasa baru;
g. Bahasan tentang dampak perubahan harga terhadap penjualan dan
pendapatan bersih Emiten serta laba operasi Emiten selama 3 (tiga) tahun
atau selama Emiten menjalankan usahanya jika kurang dari 3 (tiga) tahun;
dan
h. Jika dikehendaki oleh Emiten, dapat diberikan bahasan tentang prospek.
Jika prakiraan dan atau proyeksi keuangan diungkapkan, hal tersebut
harus dipersiapkan dengan seksama serta obyektif dan berdasarkan
asumsi yang layak. Penilaian atas penyusunan laporan keuangan
prospektif dan hal-hal yang mendasari asumsi harus diperiksa dan
dilaporkan oleh Akuntan yang mengaudit laporan keuangan Emiten.
Namun demikian Emiten bertanggung jawab secara langsung atas
kelayakan prakiraan dan atau proyeksi keuangan tersebut.
5. Risiko Usaha
Disusun berdasarkan bobot risiko yang dihadapi.
Keterangan tentang risiko yang disebabkan oleh antara lain:
a. Persaingan;
Universitas Sumatera Utara
b. Pasokan bahan baku;
c. Ketentuan negara lain atau peraturan internasional; dan
d. Kebijakan pemerintah.
6. Kejadian penting setelah tanggal laporan Akuntan.
Informasi tentang semua fakta material yang terjadi setelah tanggal laporan
Akuntan.
7. Keterangan tentang Emiten
a. Riwayat singkat perusahaan
1) Keterangan tentang pendirian perusahaan, yaitu antara lain tanggal,
pemegang saham, nama lengkap dan kegiatan usahanya. Gambaran
tersebut harus mencakup riwayat singkat mengenai pendirian
perusahaan, termasuk bentuk dan nama organisasi dimaksud. Uraian
mengenai sifat dan akibat dari kepailitan, peristiwa terjadinya keadaan
di bawah pengawasan Hakim Komisaris dalam kaitannya dengan
proses kepailitan atau penundaaan pembayaran atau proses yang
sejenis menyangkut perusahaan. Uraian mengenai sifat dan akibat dari
restrukturisasi penggabungan (merger), atau konsolidasi dari Emiten
atau perusahaan Afiliasinya yang penting. Uraian tentang aktiva yang
material yang dibeli di luar kegiatan usaha biasa, dan setiap perubahan
penting dalam cara menjalankan kegiatan usaha;
2) Kronologis singkat dokumen hukum sehubungan dengan pendirian
perusahaan dan perubahan penting yang terjadi sesudahnya, termasuk
akta pendirian, persetujuan Menteri Kehakiman dan pendaftaran pada
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Negeri serta pengumuman pada Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia;
3) Perubahan penting dalam kepemilikan saham setelah pendirian;
4) Kejadian sehubungan dengan penegmbangan kegiatan usaha dari
perusahaan, sperti penambahan sarana produksi yang penting atau
penggunaan teknologi baru;
5) Perjanjian penting menyangkut lisensi, pembelian uatama, penunjukan
agen atau distributor tunggal produk penting, perjanjian teknis dan
sebagainya;
6) Gambaran umum dari sarana dan prasarana yang dikuasai Emiten
seperti tanah, gedung dan pabrik serta statusnya; dan
7) Hubungan dengan perusahaan-perusahaan lain berdasarkan pemilikan,
pemegang saham yang sama atau faktor-faktor lain.
b. Pengurusan dan Pengawasan
1) Nama-nama disertai foto masing-masing direktur dan komisaris;
2) Uraian singkat dari setiap direktur dan komisaris termasuk:
a) Kewarganegaraan;
b) Umur;
c) Jabatan sekarang dan sebelumnya;
d) Pengalaman kerja serta usaha yang relevan;
e) Jika pendidikan diungkapkan, sekolah, bidang studi, dan tahun
tamat belajar harus dicantumkan.
c. Sumber daya manusia
Universitas Sumatera Utara
1) Rincian pegawai menurut jabatan dan pendidikan (disajikan dalam
tabel);
2) Sarana pendidikan dan pelatihan (jika ada);
3) Tenaga kerja asing (jika ada); dan
4) Sarana kesejahteraan (jika ada), seperti:
a) Pengobatan;
b) Transportasi;
c) Perjanjian tenaga kerja (SPSI, KKB);
d) Asuransi (Jamsostek);
e) Koperasi; dan
f) Dana pensiun.
8. Kegiatan dan Prospek Usaha dari Emiten
Uraian secara umum mengenai kegiatan usaha perusahaan, produk dan atau
jasa utama yang diberikan, dan kedudukannya dalam industri (jika tersedia
sumber data yang layak dipercaya), termasuk:
a. Produksi atau Operasi
1) Keterangan tentang sumber dan tersedianya bahan baku untuk
produksi serta tingkat ketergantungan pada pemasok tertentu;
2) Keterangan tentang proses produksi dan pengendalian mutu, termasuk
uraian secara umum mengenai status pengembangan produk dan jasa
tertentu, serta apakah perkembangan tersebut memerlukan investasi
yang relatif berarti. Ketentuan ini tidak dimaksudkan sebagai
keharusan pengungkapan keterangan tentang perusahaan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
layak terbuka untuk umum, oleh karena dapat merugikan kedudukan
persaingan perusahaan;
3) Kapasitas dan hasil produksi selama 5 (lima) tahun atau sejak
perusahaan berdiri jika kurang dari 5 (lima) tahun;
4) Produk dan jasa utama perusahaan;
5) Masa berlaku dari paten, merek, lisensi, franchise, dan konsesi utama
serta pentingnya hal tersebut bagi perusahaan;
6) Besarnya ketergantungan perusahaan terhadap satu atau sekelompok
pelanggan;
7) Sifat musiman, dari kegiatan usaha perusahaan (jika ada);
8) Kegiatan usaha perusahaan sehubungan dengan modal kerja yang
menimbulkan risiko khusus seperti:
a) Memiliki persediaan dalam jumlah yang berarti;
b) Memberikan kemungkinan untuk pengembalian barang-barang
dagangan; atau
c) Memberikan kelonggaran syarat pembayaran kepada pelanggan;
9) Uraian tentang pesanan yang sedang menumpuk, perkembangan dari
pesanan-pesanan tersebut dalam 3 (tiga) tahun terakhir dan
kemungkinan penumpukan pesanan pada masa yang akan datang;
10) Ketergantungan pada kontrak-kontrak dengan pemerintah;
11) Keadaan persaingan dalam industri termasuk kedudukan perusahaan
dalam persaingan tersebut (jika ada sumber data yang layak
dipercaya);
Universitas Sumatera Utara
12) Informasi singkat tentang pengeluaran untuk riset dan pengembangan;
13) Uraian tentang kegiatan pemasaran antara lain mencakup:
a) Daerah pemasaran produk;
b) Sistem penjualan dan distribusi; dan
c) Data tentang penjualan dari perusahaan dan anak perusahaan,
dalam nilai rupiah (dijelaskan kesesuaiannya dengan laporan
keuangan) dan dalam satuan (jika ada) selama 5 (lima) tahun
terakhir atau sejak berdirinya jika kurang dari 5 (lima) tahun (jika
mungkin, data penjualan dirinci menurut kelompok produk
utama);
14) Uraian tentang prospek perusahaan sehubungan dengan industri,
ekonomi secara umum dan pasar internasional serta dapat disertai data
pendukung kuantitatif jika ada sumber data yang layak dipercaya; dan
15) Transaksi dengan Pihak Afiliasi yang uraiannya meliputi jenis
transaksi, volume, jangka waktu serta harga (jika ada).
9. Ikhtisar Data Keuangan Penting
a. Keterangan bahwa laporan keuangan merupakan sumber data;
b. Pernyataan tentang apakah laporan keuangan telah diaudit Akuntan dan
penjelasan tentang jangka waktu yang dicakup;
c. Data yang disajikan harus konsisten dengan laporan keuangan termasuk
nama akun yang digunakan;
d. Selain data dari laporan keuangan, rasio keuangan yang relevan dengan
industri bersangkutan juga harus disajikan; dan
Universitas Sumatera Utara
e. Data keuangan penting 5 (lima) tahun terakhir atau sejak berdirinya
perusahaan jika kurang dari 5 (lima) tahun.
10. Ekuitas
Keterangan tentang ekuitas berdasarkan laporan keuangan yang diaudit
Akuntan, termasuk:
a. Tabel ekuitas yang memuat rincian ekuitas per tanggal laporan keuangan
seluruh periode yang disajikan dalam laporan keuangan;
b. Uraian secara kronologis yang menggambarkan perubahan struktur
permodalan perusahaan antara lain menyangkut perubahan modal dasar
beserta keterangan pengesahan dari Menteri Kehakiman, perubahan
Modal Disetor dan nilai nominal per saham;
c. Perubahan struktur permodalan yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan terakhir;
d. Rencana Penawaran Umum saham atau obligasi konversi yang
menyebutkan jumlah saham yang ditawarkan, nilai nominal per saham,
dan atau jumlah nominal obligasi konversi; dan
e. Tabel proforma ekuitas pada tanggal laporan keuangan terakhir dengan
asumsi bahwa perubahan huruf c di atas dan Penawaran Umum saham
telah terjadi pada tanggal laporan keuangan terakhir. Dalam hal
Penawaran Umum berupa obligasi konversi, maka tabel proforma
menggambarkan posisi ekuitas pada tanggal laporan keuangan dengan
asumsi bahwa seluruh obligasi konversi telah ditukarkan ke dalam saham
pada saat diterbitkan.
Universitas Sumatera Utara
11. Kebijakan Dividen
Informasi tentang kebijakan dividen yang direncanakan termasuk rentang
jumlah persentase dividen tunai yang direncanakan dikaitkan dengan jumlah
laba bersih atau dasar lainnya.
12. Perpajakan
Uraian tentang pajak yang berlaku baik bagi pemodal maupun perusahaan
dan fasilitas khusus perpajakan yang diperoleh.
13. Penjaminan Emisi Efek
a. Uraian tentang ketentuan yang penting dari perjanjian Penjaminan Emisi,
termasuk nama Penjamin Pelaksana Emisi Efek, Penjamin Emisi Efek,
jenis penjaminan dan besarnya persentase penjaminan serta uraian tentang
masing-masing Penjamin Emisi Efek (jika ada);
b. Pengungkapan hubungan Afiliasi antara Penjamin Emisi Efek dengan
Emiten; dan
c. Pendekatan dalam penentuan harga Efek pada Pasar Perdana.
14. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal
a. Nama, alamat dan pernyataan tertulis dari Wali Amanat, Penanggung,
Notaris, Konsultan Hukum, Akuntan, Penilai dan profesi penunjang lain
(misalnya geologist) yang berperan serta dalam Penawaran Umum; dan
b. Pengungkapan tidak adanya hubungan Afiliasi antara Emiten dengan
Profesi Penunjang Pasar Modal.
15. Pendapat dari Segi Hukum
Pendapat dari Konsultan Hukum antara lain meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Keabsahan akta pendirian serta Anggaran Dasar dan perubahan-
perubahannya;
b. Keabsahan perjanjian-perjanjian dalam rangka Penawaran Umum dan
perjanjian penting lainnya;
c. Apakah semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang direncanakan Emiten telah
diperoleh;
d. Status pemilikan aktiva yang material dar Emiten;
e. Sengketa (litigasi) yang penting dan perubahan-perubahan yang
direncanakan, diajukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan telah memperoleh semua persetujuan yang diperlukan;
dan
f. Hal-hal yang material lainnya sehubungan dengan status hukum dari
Emiten dan penawaran Efek yang akan dilaksanakan.
16. Laporan Keuangan
a. Laporan Akuntan berkenaan dengan laporan keuangan yang disajikan;
b. Menyajikan laporan keuangan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir
atau sejak berdirinya bagi perusahaan yang berdiri kurang dari 3 (tiga)
tahun buku sebagai berikut:
1) Neraca;
2) Laporan laba rugi;
3) Laporan saldo laba;
4) Laporan arus kas;
Universitas Sumatera Utara
5) Catatan atas laporan keuangan; dan
6) Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen
dan kontinjensi untuk emiten yang bergerak dalam bidang perbankan.
Dalam hal efektifnya Pernyataan Pendaftaran, melebihi 180 (seratus delapan
puluh) hari dari laporan keuangan tahunan terakhir, maka laporan keuangan
tahunan terakhir harus dilengkapi dengan laporan keuangan interim yang
telah diaudit, sehingga jangka waktu antara tanggal efektif Pernyataan
Pendaftaran dan tanggal laporan keuangan interim tidak melampaui 180
(seratus delapan puluh) hari.
17. Laporan Penilai (jika ada)
Ikhtisar Laporan Penilai yang mencakup antara lain metoda penilaian serta
uraian tentang aktiva bersangkutan, dan hasil penilaiannya.
18. Anggaran Dasar
Anggaran Dasar yang diungkapkan adalah Anggaran Dasar terakhir yang
telah disetujui oleh Menteri Kehakiman.
19. Persyaratan Pemesanan Pembelian Efek
a. Pengajuan pemesanan pembelian efek;
b. Pemesanan yang dapat diterima;
c. Jumlah yang dipesan;
d. Penyerahan formulir pemesanan;
e. Masa penawaran;
f. Tanggal penjatahan;
Universitas Sumatera Utara
g. Pemesanan khusus oleh karyawan;
h. Persyaratan pembayaran;
i. Tanda terima untuk formulir pemesanan;
j. Penjatahan Efek;
k. Pembatalan pemesanan;
l. Pengembalian uang pemesanan;
m. Penyerahan Surat Kolektif Efek; dan
n. Persyaratan lain (jika ada).
20. Penyebarluasan Prospektus dan Formulir Pemesanan Pembelian Efek
Penjelasan tentang nama, alamat dan nomor telepon Penjamin Emisi Efek dan
Agen Penjualan Efek.
21. Wali Amanat dan Penanggung
Untuk obligasi atau Efek yang bersifat utang lainnya, perlu diungkapkan
informasi tentang Penanggung (jika ada) dan Wali Amanat, yang mencakup
antara lain:
a. Nama lengkap;
b. Struktur modal;
c. Komisaris dan direksi;
d. Bidang usaha;
e. Tugas utama Wali Amanat dan Penanggung (jika ada);
f. Penggantian Wali Amanat atau Penanggung (jika ada);
Universitas Sumatera Utara
g. Laporan Keuangan perbandingan.211
Bagi perusahaan yang tertutup, persyaratan pengungkapan minimum tidak
mutlak untuk ditaati. Sebaliknya pada perusahaan yang go public hal ini mutlak
untuk ditaati.
Kemudian akibat yang lain adalah dalam hal kewajiban penyampaian
laporan baik yang reguler maupun yang insidentil. Dulu sebagai perusahaan
terbuka diwajibkan secara mutlak untuk menyampaikan laporan. Laporan yang
disampaikan oleh perusahaan yang telah go public berupa laporan berkala yang
meliputi Laporan Tahunan dan Laporan Tengah Tahunan dan juga Laporan
kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi, pergantian direksi dan lain-lain.
Ketika berubah menjadi perusahaan tertutup, maka penyampaian laporan hanya
berupa Laporan Tahunan yang disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham.
Dalam hal pemisahan antara pemilik dan manajemen, sebagai perusahaan
terbuka, emiten diwajibkan melakukan pemisahan antara pemilik dan
manajemen.212
211 Angka 5 Keputusan Bapepam No. Kep-51/PM/1996 Tanggal 17 Januari 1996 Peraturan No.IX.C.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam rangka Penawaran Umum.
212 Ibid.
Hal ini sejalan dengan prinsip good corporate governance yaitu
adanya keadilan atau fairness bagi seluruh pemegang saham baik pemegang
saham utama maupun pemegang saham publik untuk mendapatkan informasi
mengenai perusahaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan
merupakan perusahaan keluarga sehingga perlu ditekankan adanya pemisahan
antara pemilik dan manajemen. Namun dengan kembali menjadi perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tertutup, maka kewajiban melakukan pemisahan antara pemilik dan manajemen
tidak lagi menjadi suatu kebutuhan yang mendesak.
Sebelumnya sebagai perusahaan terbuka, tindakan yang dilakukan
manajemen selalu menarik perhatian masyarakat,213
Hal lain yang muncul akibat perubahan status perusahaan terbuka menjadi
perusahaan tertutup adalah dalam hal pergantian kepemilikan saham.
khususnya para investor
publik. Hal ini dikarenakan setiap tindakan yang dilakukan oleh emiten dapat
mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus
memikirkan matang-matang tindakan yang akan diambil sehingga tidak
merugikan investor publik. Kemudian dengan menjadi perusahaan tertutup, maka
umumnya tindakan yang dilakukan oleh manajemen tidak selalu menarik
perhatian masyarakat investor. Hal ini disebabkan saham perusahaan tertutup
tidak diperdagangkan secara umum.
214
Dengan demikian, pergantian kepemilikan saham dilakukan dengan akta
pemindahan hak. Akta pemindahan hak disampaikan secara tertulis kepada
Pada
perusahaan terbuka pergantian kepemilikan saham terjadi dengan intensitas
tinggi. Hal ini disebabkan para investor bebas untuk menjual atau membeli saham
yang ada di bursa saham. Namun dengan dilakukannya delisting, maka saham
dari Perusahaan Tercatat tidak dapat diperdagangkan di bursa saham karena
dengan dihapusnya pencatatan perusahaan tersebut maka efek yang dikeluarkan
perusahaan tersebut ikut dihapus.
213 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit., hal.71.. 214 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
perseroan.215 Yang dimaksud dengan akta, baik berupa akta yang dibuat di
hadapan notaris maupun akta bawah tangan.216 Direksi wajib mencatat
pemindahan hak atas saham, tanggal dan hari pemindahan hak tersebut dalam
daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan
susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan
hak.217
C. Tanggung Jawab Emiten Pasca Delisting
Emiten yang dihapuskan pencatatannya maka akan kembali berstatus
sebagai perusahaan tertutup. Dengan demikian maka tanggung jawabnya juga
ikut berubah. Tanggung jawabnya adalah tanggung jawab perusahaan tertutup.
Setelah emiten tersebut menyelesaikan semua prosedur dan diakhiri
dengan pelaporan kepada Bapepam maka perseroan tidak diwajibkan lagi untuk
melakukan kewajiban pelaporan dan keterbukaan informasi sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Sebagai suatu perseroan, maka terdapat kewajiban untuk menyampaikan
laporan tahunan kepada RUPS dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku Perseroan berakhir. Laporan tahunan harus memuat sekurang-
kurangnya:218
215 Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 216 Penjelasan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. 217 Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 218 Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
1. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun
buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya,
laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas dan
laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;
2. laporan mengenai kegiatan Perseroan;
3. laporan pelaksanaan tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
4. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
usaha Perseroan;
5. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan
Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;
6. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;
7. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan
tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru
lampau.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud di atas disusun berdasarkan
standar akuntansi keuangan.219 Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku
yang bersangkutan wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri. 220
Satu hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses go private adalah
bagaimana menentukan batasan bahwa suatu perusahaan sudah menjadi
perusahaan tertutup. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memberikan definisi mengenai emiten dan perusahaan publik, namun Undang-
219 Pasal 66 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
220 Pasal 66 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Undang tersebut belum memberikan definisi yang jelas mengenai perusahaan
tertutup ataupun perusahaan terbuka. Batasan mengenai perusahaan tertutup atau
perusahaan terbuka sangat diperlukan untuk menentukan kapan kewajiban dari
suatu perusahaan sebagai perusahaan terbuka akan berakhir.221
D. Perlindungan Hukum bagi Investor Pasca Delisting
Oleh karena itu,
diharapkan untuk ke depannya pemerintah selaku regulator dapat melengkapi dan
menyempurnakan Undang-Undang Pasar Modal guna melindungi semua pihak
yang terlibat di pasar modal.
Terciptanya kepastian hukum tercermin dalam pembentukan Undang-
Undang Pasar Modal dengan tujuan untuk melindungi kepentingan investor di
pasar modal dari praktek curang dan kejahatan pasar modal. Hal tersebut
dikarenakan investor adalah pihak yang lemah posisinya dalam menerima segala
resiko yang dapat menyebabkan kerugian dari nilai posisi investasi yang mereka
lakukan di pasar modal.222
Kepastian hukum akan mewujudkan suatu pasar yang teratur, wajar dan
kompetitif, dengan tetap memberikan perlindungan maksimal kepada investor
yang menempatkan dananya di pasar modal.
223
Kepastian hukum ini diperoleh dengan adanya landasan hukum untuk
berpijak. Di bidang pasar modal yang menjadi landasan hukumnya adalah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam konsiderans
221 Boby W. Hernawan & I Made B. Tirthayatra, op.cit., hal. 5. 222 Indra Safitri, op.cit. hal.6 223 Ibid., hal 16.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Pasar Modal huruf c dikatakan bahwa agar pasar Modal dapat
berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih
menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar
Modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang
merugikan.
Jadi yang dilindungi di sini adalah kepentingan masyarakat pemodal yang
melakukan investasi di pasar modal. Hal ini penting karena modal yang
ditanamkan adalah milik para pemodal ini jadi harus dipertanggungjawabkan
kepada mereka. Tujuan pemodal ini melakukan investasi adalah untuk
mendapatkan capital gain walaupun tidak tertutup kemungkinan terjadinya
capital lost. Jadi tetap diusahakan untuk melindungi kepentingan para pemodal
ini.
Kemudian muncul pertanyaan siapa yang harus melakukan perlindungan
terhadap kepentingan masyarakat pemodal ini? Perlindungan hukum ini
dilakukan oleh Bapepam, Bursa dan emiten itu sendiri.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan palang pintunya
hukum pasar modal. Lembaga ini merupakan benteng sekaligus ujung tombak
dalam melakukan law enforcement dari kaidah-kaidah hukum pasar modal.
Karena itu, apakah pasar modal akan menjadi lebih baik, lebih aman, adil dan
tertib atau sebaliknya semakin kacau, penuh trik, dan tipu muslihat dari para
aktor pasar modal dan spekulan yang bringas dan penuh nafsu.224
224 Mukhti, op.cit., hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, Undang-Undang Pasar Modal mengatur kewenangan dan
tugas Bapepam sebagai lembaga pembina, lembaga pengatur, dan lembaga
pengawas. Sementara itu, pelaksanaan kewenangan Bapepam sebagai lembaga
pengawas dapat dilakukan secara:
1. Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan pengarahan.
2. Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-
sanksi.225
Bapepam berwenang untuk membekukan atau membatalkan pencatatan
suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan Transaksi Bursa atau Efek
tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal.
226
Selain itu, Bapepam juga berwenang untuk melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan
di bidang pasar Modal.227
225 Ibid., hal. 89. 226 Pasal 5 huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 227 Pasal 5 huruf n Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Kedua kewenangan di atas dijadikan dasar hukum bagi Bapepam untuk
melakukan suspensi atau men-delist emiten atau perusahaan publik yang
melakukan pelanggaran terhadap peraturan Pasar Modal. Hal ini dilakukan untuk
melindungi masyarakat khususnya investor.
Bapepam mengeluarkan dua peraturan yang berkaitan erat dengan proses
go private yaitu Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender dan
Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan .
Universitas Sumatera Utara
Bagi Bapepam, hal utama yang diperhatikan dalam go private adalah
perlindungan terhadap pemegang saham publik. Karena itu, untuk melakukan go
private ini pihak yang melakukan pembelian saham wajib melakukan penawaran
tender. Perlindungan yang didapat melalui ketentuan penawaran tender tersebut
adalah dalam hal harga saham dan adanya kesempatan yang sama bagi semua
pemegang saham publik untuk menjual saham yang dimilikinya.228
Sebagaimana pada aksi korporasi lainnya, perhatian Bapepam dalam
proses go private terletak pada perlindungan kepentingan pemegang saham
publik. Pada proses go private, disamping berusaha memastikan bahwa tidak
terdapat informasi yang disembunyikan perusahaan, Bapepam juga
mempersyaratkan adanya persetujuan pemegang saham independen dan
dilakukannya penawaran tender atas saham yang dimiliki pemegang saham
publik.
229
Memang ketentuan go private di pasar modal belum diatur secara jelas.
Akan tetapi Bapepam telah menentukan rambu-rambu ketentuan yang terkait
dengan pelaksanaan go private, beberapa memang diambil dari ketentuan-
ketentuan yang memang sudah ada sebelumnya ditambah dengan perubahan-
perubahan untuk menampung aspek perlindungan bagi investor publik.
230
Bagi perusahaan yang delisting atau go private diwajibkan oleh Bapepam
untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Independen, di mana hal
228 Mukhti, op.cit., hal.37. 229 Boby W. Hernawan & I Made B. Tirthayatra, op.cit., hal 1. 230 Mukhti, op.cit., hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
tersebut wajib dilakukan oleh perusahaan yang go private guna melindungi
kepentingan pemegang saham publik atau minoritas.231
Yang dimaksud dengan transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
adalah jika suatu transaksi di aman seorang direktur, komisaris, pemegang saham
utama atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama
mempunyai benturan kepentingan, maka transaksi dimaksud terlebih dahulu
harus disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka yang
diberi wewenang untuk itu dalam RUPS sebagaimana diatur dalam Peraturan
Di samping itu, perlindungan investor ini juga dilakukan dalam hal
terjadinya benturan kepentingan. Dalam pasal 82 Undang-undang Pasar Modal
dinyatakan bahwa Bapepam dapat mewajibkan emiten atau perusahaan publik
untuk memperoleh persetujuan mayoritas pemegang saham independen apabila
emiten atau perusahaan publik tersebut melakukan transaksi di mana kepentingan
ekonomis emiten atau perusahaan publik berbenturan dengan kepentingan
ekonomis pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik dimaksud. Dalam penjelasan pasal 82 tersebut menyatakan
bahwa untuk melindungi kepentingan pemegang saham independen yang
umumnya merupakan pemegang saham minoritas dari kemungkinan adanya
penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi yang dilakukan oleh emiten
disebabkan oleh adanya benturan kepentingan antara pribadi direktur, komisaris
atau pemegang saham utama, Bapepam dapat mewajibkan emiten untuk terlebih
dahulu memperoleh persetujuan mayoritas dari pemegang saham independen.
231 Ibid., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
Bapepam No. IX.E.1. Persetujuan mengenai hal tersebut harus ditegaskan dalam
bentuk akta notaris.
Meskipun secara definisi benturan kepentingan transaksi tersebut tidak
termasuk dalam go private, tetapi Bapepam berdasarkan surat Ketentuan
Bapepam kepada perusahaan yang akan go private wajib memenuhi sebagian
ketentuan tersebut antara lain dengan mewajibkan melakukan Rapat Umum
Pemegang Saham Independen.
Persetujuan go private oleh pemegang saham independen dalam RUPS
ini menjadi penting artinya, mengingat apabila tidak diperoleh persetujuan oleh
pemegang saham independen, maka langkah selanjutnya baik itu penawaran
tender, delisting di bursa saham dan perubahan anggaran dasar menjadi tidak
berguna lagi. Jadi aspek hukum untuk memperoleh persetujuan pemegang saham
independen merupakan langkah awal rencana go private dibandingkan dengan
yang lainnya.
Hal ini belumlah mencukupi untuk memberikan perlindungan hukum
kepada pemegang saham publik yang pada saat penawaran tender tidak mau
menjual sahamnya atau karena dia memberikan suara tidak setuju pada saat
RUPS Independen. Meskipun dalam surat ketua Bapepam tersebut mewajibkan
Perseroan untuk tunduk kepada Pasal 55 angka 1 huruf a UUPT No. 1 Tahun
1995 sekarang diubah menjadi UU No.40 Tahun 2007 dengan harga yang wajar
minimum harga pada saat penawaran tender dilakukan, akan tetapi setelah
Universitas Sumatera Utara
Perseroan tersebut menjadi Perseroan Tertutup, maka akan menjadi pertanyaaan
apakah Perseroan tersebut tetap akan mematuhi Surat Ketua Bapepam tersebut.232
1. menghapus pencatatan efek tertentu di bursa
Perlindungan kepentingan publik tidak hanya diatur dalam Peraturan
Bapepam, melainkan juga dalam peraturan yang dikeluarkan Bursa Efek
Indonesia (BEI). Peraturan BEI Nomor I-I mengenai Ketentuan Penghapusan
Pencatatan (delisting) dan Pencatatan Kembali Saham (relisting) menyatakan
bahwa untuk melindungi kepentingan publik dan dalam rangka penyelenggaraan
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien, bursa berwenang untuk:
2. menyetujui atau menolak permohonan pencatatan kembali termasuk
penempatannya pada papan pencatatan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor yang menjadi penyebab delisting.233
Kendala bagi Bapepam untuk tetap membela kepentingan publik
belumlah menyentuh sampai pemegang saham publik yang terakhir, karena
sebagai perusahaan tertutup maka Perseroan tidak tunduk lagi kepada ketentuan
pasar modal.
234
Direksi dan komisaris emiten atau perusahaan publik juga wajib untuk
melindungi pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas. Hal ini
dikarenakan dalam praktik sering didapat adanya perlakuan yang kurang adil oleh
pemegang saham mayoritas dan pengurus perseroan terhadap pemegang saham
232 Mukhti, op.cit., hal 114. 233 Ketentuan II.1. Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. 234 Mukhti, op.cit., hal. 115.
Universitas Sumatera Utara
minoritas. Ada tiga faktor yang menyebabkan perlakuan tidak adil tersebut,
yaitu:235
1. Kurangnya ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
melindungi hak-hak pemegang saham minoritas. Pada kenyataannya
sekalipun ketentuan-ketentuan tersebut ada, dirasakan masih belum cukup.
Hal itu terbukti dari seringnya pemegang saham minoritas yang dirugikan
kepentingannya oleh pemegang saham mayoritas yang beritikad buruk dalam
melaksanakan UUPT. Selain itu, adanya kewenangan yang diberikan oleh
UUpt kepada organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
menetapkan kebijakan perseroan, secara tegas tidak mengatur adanya
kewajiban partisipasi aktif bagi pemegang saham minoritas untuk
mengajukan pendapatnya, akibatnya pemegang saham mayoritas begitu
dominan dan dapat dengan mudah mengabaikan hak-hak pemegang saham
minoritas tersebut.
2. Sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas. Direksi atau Komisaris yang
memiliki karakter moral hazard. Faktor sikap tersebut pada akhirnya dapat
mengakibatkan kerugian pada Perseroan Terbatas.
3. Posisi lemah dari pemegang saham minoritas karena kurang modal,
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk mengelola Perseroan
Terbatas, sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak berdaya dalam
235 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate Governance, Cet.1, (Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Indondesia Press, 2002), hal. 88-89.
Universitas Sumatera Utara
menghadapi sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas yang memiliki
itikad tidak baik
Dalam surat edaran yang disampaikan kepada pemegang saham terdapat
kalimat yang dicetak dalam huruf tebal sehingga langsung menarik perhatian
pembaca, yaitu Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran
dan kelengkapan informasi yang diungkapkan dalam surat edaran ini, dan setelah
melakukan penelitian secara seksama, menegaskan bahwa sepanjang pengetahuan
dan keyakinan mereka, tidak ada fakta penting dan terkait lainnya yang tidak
diungkapkan atau dihilangkan sehingga menyebabkan informasi yang diberikan
dalam surat edaran ini menjadi tidak benar atau menyesatkan.236
Berkaitan dengan hal tersebut, maka selaku pemegang saham wajib
membaca surat edaran tersebut sehingga nantinya mereka tidak dirugikan akibat
Dalam analisis penulis, kalimat di atas akan menjadi sia-sia jika direksi
dan dewan komisaris perseroan tidak mau membagi pengetahuan mereka
mengenai informasi yang berkaitan dengan prospek perusahaan ke depan. Di
mana informasi tersebut biasanya dimiliki oleh pemegang saham pengendali atau
pemegang saham utama atau mungkin juga dimiliki oleh direksi dan dewan
komisaris. Sedangkan Bapepam sendiri sudah berusaha melakukan penelaahan
dari aspek keterbukaan, akuntansi dan hukum untuk lebih memberikan
keterbukaan informasi bagi pemegang saham dalam rangka perlindungan hukum
bagi pemegang saham publik.
236 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kurang lengkapnya informasi termasuk prospek ke depan dari perusahaan dalam
pengambilan keputusan terhadap rencana go private. Jadi dalam hal ini investor
harus lebih jeli lagi dalam menetapkan keputusannya, meskipun dalam surat
edaran dinyatakan juga bahwa jika ragu mengenai aspek apapun dari surat edaran
ini atau mengenai tindakan yang harus diambil, maka haruslah berkonsultasi
dengan wakil pedagang efek anda atau wakil perusahaan efek terdaftar lainnya,
manajer investasi, penasihat hukum, akuntan atau penasehat profesional
lainnya.237
Karena Bapepam tidak memberikan surat pernyataan efektif ataupun
kecukupan informasi yang disampaikan dalam surat edaran, menyebabkan
pemegang saham harus menggali dan mencari keterbukaan informasi yang
mungkin tidak dibagi kepada mereka.
238
1. Untuk melindungi masyarakat proses go private harus melalui prosedur yang
ketat. Dokumen dan informasi yang terbuka harus disampaikan kepada
masyarakat. Analogi penawaran tender (tender offer) dapat menjadi acuan
sebelum peraturan go private dikeluarkan oleh Bapepam.
Menurut I Putu Gede Ari Suta, ada beberapa prosedur yang harus
diperhatikan dalam memperbolehkan suatu perusahaan go private dengan tetap
berpedoman pada perlindungan rakyat, yaitu:
2. Bapepam dan bursa harus memastikan bahwa tidak terdapat informasi yang
disembunyikan oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah insider
trading yang akan merugikan masyarakat.
237 Ibid., hal. 116. 238 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal 71-75.
Universitas Sumatera Utara
3. Janji-janji emiten pada saat IPO, right issue dan offering lain harus di-review
agar tidak kontradiktif dengan proses go private itu sendiri.
4. Prosedur detail termasuk tata cara penilaian saham, penunjukkan agen (wakil)
emiten, jangka waktu pengembalian saham dan lain-lain harus jelas.
5. Mengingat go public merupakan permanent capital formation maka tindakan
go private juga harus diasumsikan sebagai permanent capital deficiency.
Dengan demikian apabila telah diputuskan go private dan kemudian ingin go
public lagi dalam jangka waktu dekat dan dilakukan oleh pihak yang sama
patut diwaspadai dan dapat dianggap sebagai tidakan yang menyesatkan pasar
(kriminal).239
239 I Putu Gede Ary Suta, op.cit., hal.161-162.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab terdahulu sebagai intisari dari skripsi ini dapat
diambil beberapa kesimpulan pokok, antara lain:
1. Prinsip Keterbukaan menurut Undang-Undang Pasar Modal adalah
pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik dan Pihak
lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk menginformasikan
kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Materiil
mengenai usahanya atau Efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek
tersebut. Setiap anggota dari suatu bursa saham wajib melakukan hal ini.
Prinsip ini dijabarkan dalam pasal 85-89 Undang-Undang Pasar Modal, di
mana setiap anggota suatu pasar modal (bursa efek, lembaga Kliring dan
penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank
Kustodian, Wali Amanat, dan pihak lainnya yang telah memperoleh izin,
persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam) wajib menyampaikan
laporan kepada Bapepam. Di samping itu, emiten juga wajib
menyampaikan laporan baik laporan berkala maupun laporan insidentil
kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat. Adapun
Prinsip Keterbukaan ini mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk memelihara
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan publik terhadap pasar, menciptakan mekanisme pasar yang
efisien dan mencegah penipuan (fraud).
2. Penghapusan Pencatatan (Delisting) adalah penghapusan Efek dari daftar
Efek yang tercatat di Bursa sehingga Efek tersebut tidak dapat
diperdagangkan di Bursa. Namun sebelum sebuah efek dapat di-delist
maka efek tersebut harus melalui tahapan pencatatan (listing). Pencatatan
(Listing) adalah pencantuman suatu Efek dalam daftar Efek yang tercatat
di Bursa sehingga dapat diperdagangkan di Bursa. Tanpa ada pencatatan
tidak mungkin ada penghapusan pencatatan. Penghapusan pencatatan ini
dapat terjadi karena dua hal yaitu karena dihapus oleh Bursa (forced
delisting) dan atas permintaan emiten (voluntary delisting). Delisting
merupakan hal yang sering terjadi khususnya pada akhir tahun 2008 yang
lalu. Akibat krisis finansial banyak perusahaan publik merugi dan
kemudian mengundurkan diri dari bursa efek. Hal ini tentu merugikan
bagi bursa efek dan para investor.
3. Adanya Prinsip Keterbukaan di pasar modal maka setiap pihak
diwajibkan untuk terbuka dalam melakukan setiap hal, khususnya hal-hal
yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan. Jadi ketika akan
melakukan delisting, emiten juga wajib untuk terbuka kepada masyarakat
investor. Keterbukaan ini dimulai dengan pengumuman kepada
masyarakat tentang adanya rencana delisting baik oleh emiten maupun
oleh bursa. Namun sering terjadi delisting yang mempunyai maksud
tersembunyi. Oleh karena itu, penting diperhatikan maksud dari tindakan
Universitas Sumatera Utara
delisting tersebut. Yang utama adalah Bapepam maupun Bursa Efek dapat
mengawasi dan memeriksa alasan dari tindakan delisting tersebut
sehingga merugikan para investor. Namun sangat disayangkan dalam
Undang-Undang Pasar Modal belum diatur mengenai delisting dan
pengaturan tentang pertanggungjawabannya setelah delisting dari bursa
efek. Mengingat bahwa marak terjadi delisting di pasar modal Indonesia.
Sehingga dikhawatirkan bahwa akan terjadi konflik di kemudian hari
karena tidak adanya perlindungan bagi para investor.
B. Saran
Beberapa saran yang menyangkut masalah keterbukaan emiten dalam
melakukan delisting di pasar modal, antara lain:
1. Perlu adanya pengaturan yang lebih baik lagi mengenai tindakan delisting
yang terjadi di pasar modal. Masalah delisting hanya diatur dalam
Peraturan Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa. Hal ini menunjukkan
bahwa delisting tidak sepenting listing karena hanya diatur dalam bentuk
peraturan Bapepam sedangkan masalah listing yang merupakan bagian
dari penawaran umum diatur secara lengkap dalam Undang-Undang Pasar
Modal. Sebagaimana diketahui bahwa baik listing maupun delisting
merupakan hal yang berkaitan erat dengan berjalannya suatu pasar modal.
Jadi disarankan agar adanya pengaturan yang adil.
Universitas Sumatera Utara
2. Agar Bapepam dan pihak pengelola Bursa Efek untuk memberikan
perlakuan yang sama kepada setiap pihak yang ada dalam pasar modal.
Hal ini dikeluhkan oleh saudara Andy Alexander dan Wisnu Wardhana
dalam pesannya di www.yahoogroups.com yang menyatakan bahwa
adanya akses yang lebih mudah kepada pemain-pemain besar/ brokers
untuk dapat membeli dan menjual dari broker yang berbeda. Seorang
investor retail mengeluhkan bahwa para investor besar (bandar) sudah
memiliki banyak kelebihan dari pada investor retail semisal fee lebih
rendah, informasi lebih cepat, lengkap dan akurat, eksekusi trading yang
lebih cepat, dan akses ke informasi internal perusahaan. Kenapa masih
ditambahkan dengan keleluasaan seperti pertukaran saham lewat belakang
pasar dan peminjaman? Bagaimana investor retail bisa punya
kesempatan? Oleh karena itu, diharapkan bahwa baik Bapepam maupun
Ketua Bursa Efek memberikan perhatian lebih.
3. Mengingat sudah begitu banyak perubahan terjadi di pasar modal
Indonesia dan pasar modal dunia, khususnya dalam rangka menuju era
globalisasi perekonomian dan masih kurang lengkapnya pengaturan
mengenai beberapa hal dalam undang-undang pasar modal yang berlaku
sekarang (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pasar Modal)
maka perlu dipertimbangkan untuk membuat draft atau rancangan
Undang-Undang Pasar Modal yang baru dan mengesahkannya sehingga
dapat menjadi payung hukum dalam menegakkan keadilan di bidang
pasar modal. Dengan demikian akan tercipta kondisi yang kondusif dan
Universitas Sumatera Utara
stabil dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia di masa yang
akan datang.
Universitas Sumatera Utara