repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB...

19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Telinga merupakan salah satu pancaindra yang berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan yang letaknya berada di lateral kepala. Masing- masing telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam (Wibowo dan Paryana, 2007). 2.1.1 Telinga luar Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula/pinna), liang telinga (meatus acusticus externus) sampai gendang telinga (membrana tympanica) bagian luar. Telinga luar terletak pada pars tympanica ossis temporalis dan pada bagian belakang berbatasan dengan processus mastoideus (Wibowo dan Paryana, 2007). Gambar 2.1 Telinga Luar (Netter, 2010) Telinga luar berfungsi sebagai penyalur suara dan sebagai proteksi telinga tengah. Fungsi telinga luar sebagai penyalur suara tergantung dari intensitas, frekuensi, arah, dan ada atau tidaknya hambatan dalam penyalurannya ke gendang telinga. Sedangkan fungsinya sebagai proteksi telinga tengah yaitu menahan atau Universitas Sumatera Utara

Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB...

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga merupakan salah satu pancaindra yang berfungsi sebagai alat

pendengaran dan keseimbangan yang letaknya berada di lateral kepala. Masing-

masing telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

(Wibowo dan Paryana, 2007).

2.1.1 Telinga luar

Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula/pinna), liang

telinga (meatus acusticus externus) sampai gendang telinga (membrana tympanica)

bagian luar. Telinga luar terletak pada pars tympanica ossis temporalis dan pada

bagian belakang berbatasan dengan processus mastoideus (Wibowo dan Paryana,

2007).

Gambar 2.1 Telinga Luar

(Netter, 2010)

Telinga luar berfungsi sebagai penyalur suara dan sebagai proteksi telinga

tengah. Fungsi telinga luar sebagai penyalur suara tergantung dari intensitas,

frekuensi, arah, dan ada atau tidaknya hambatan dalam penyalurannya ke gendang

telinga. Sedangkan fungsinya sebagai proteksi telinga tengah yaitu menahan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

mencegah benda asing yang masuk ke dalam telinga dengan memproduksi serumen,

menstabilkan lingkungan dari input yang masuk ke telinga tengah, dan menjaga

telinga tengah dari efek angin dan trauma fisik (Emanuel dan Letowski, 2009).

2.1.2 Telinga tengah

Telinga tengah (auris media) berada di sebelah dalam gendang telinga sekitar

3-6 mm. Atap rongga telinga tengah adalah tegmen tympani dari pars petrosa ossis

temporalis yang berbatasan dengan cavitas cranii. Dinding lateral telinga tengah

berbatasan dengan gendang telinga beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya.

Dinding depannya berbatasan dengan canalis caroticus yang di dalamnya terdapat

arteri karotis interna. Dinding medial telinga tengah ini berbatasan dengan tulang

pembatas telinga dalam yang terlihat menonjol karena terdapat prominentia canalis

facialis di bagian posterior atas. Telinga tengah ini juga secara langsung

berhubungan dengan nasofaring yaitu melalui tuba eustachius (Wibowo dan

Paryana, 2007).

Gambar 2.2 Telinga Tengah

(Netter, 2010)

Telinga tengah berfungsi untuk menyalurkan suara dari udara dan

memperkuat energi suara yang masuk sebelum menuju ke telinga dalam yang berisi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

cairan. Fungsi telinga tengah dalam memperkuat energi suara dibantu oleh tulang-

tulang kecil seperti maleus, incus, dan stapes sehingga energi suara tadi dapat

menggetarkan cairan di koklea untuk proses mendengar (Sherwood, 2011).

2.1.3 Telinga dalam

Telinga dalam dibatasi oleh tulang temporal (pars petrosa) (Wibowo dan

Paryana, 2007). Telinga dalam terdiri dari koklea dan aparatus vestibularis yang

memiliki dua fungsi sensorik yang berbeda. Koklea berfungsi sebagai sistem

pendengaran karena mengandung reseptor untuk mengubah suara yang masuk

menjadi impuls saraf sehingga dapat didengar. Aparatus vestibularis berfungsi

sebagai sistem keseimbangan yang terdiri dari tiga buah canalis semisirkularis, dan

organ otolit yaitu sacculus dan utriculus (Sherwood, 2011).

Gambar 2.3 Telinga Dalam

(Netter, 2010)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

2.2 Fungsi Keseimbangan

Fungsi keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang input

sensoriknya akan diolah di susunan saraf pusat (SSP). Fungsi ini diperantarai

beberapa reseptor, yaitu:

- Reseptor vestibular

- Reseptor visual

- Reseptor somatik

Reseptor vestibular sebagai pengatur keseimbangan diatur oleh organ

aparatus vestibularis (labirin) yang berada di telinga dalam. Labirin ini terlindung

oleh tulang yang paling keras. Labirin terbagi menjadi 2 bagian, yaitu labirin tulang

dan labirin membran. Di antara labirin tulang dan labirin membran ini terdapat suatu

cairan yang disebut perilimfa sedangkan di dalam labirin membran terdapat cairan

yang disebut endolimfa (Bashiruddin et al., 2010).

Labirin berfungsi untuk menjaga keseimbangan, mendeteksi perubahan

posisi, dan gerakan kepala. Di dalam aparatus vestibularis selain mengandung

endolimfa dan perilimfa juga mengandung sel rambut yang dapat mengalami

depolarisasi dan hiperpolarisasi tergantung arah gerakan cairan (Sherwood, 2011).

Labirin terdiri dari :

- Labirin kinetik: Tiga kanalis semisirkularis

- Labirin statis: Organ otolit (sakulus dan utrikulus) yang terdapat sel-sel reseptor

keseimbangan pada tiap pelebarannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

Gambar 2.4 Labirin tulang dan membran (Netter, 2010)

2.2.1 Kanalis semisirkularis

Kanalis semisirkularis berorientasi pada tiga bidang dalam ruang. Pada tiap

ujungnya melebar dan berhubungan dengan urtikulus, yang disebut ampula. Di

dalam ampula terdapat reseptor krista ampularis yang terdiri dari sel-sel rambut

sebagai reseptor keseimbangan dan sel sustentakularis yang dilapisi oleh suatu

substansi gelatin yang disebut kupula sebagai penutup ampula. Sel-sel rambut

terbenam dalam kupula dan dasarnya membentuk sinap dengan ujung terminal saraf

afferen yang aksonnya membentuk nervus vestibularis. Nervus vestibularis bersatu

dengan nervus auditorius membentuk nervus vestibulocochlear (Ganong, 2008).

Kanalis semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi akselerasi atau deselarasi

rotasi kepala seperti ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir, balik atau

memutar kepala. Akselerasi dan deselarasi menyebabkan sel rambut yang terbenam

di dalam cairan endolimfa bergerak. Pada awal pergerakan, endolimfa tertinggal dan

kupula miring ke arah berlawanan dengan gerakan kepala sehingga sel-sel rambut

menekuk. Ketika stereosilia (rambut dari sel-sel rambut) menekuk ke arah

kinosilium (rambut dari sel-sel rambut), maka terjadi depolarisasi yang memicu

pelepasan neurotransmitter dari sel-sel rambut menuju ke saraf afferent. Dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

sebaliknya jika menekuk ke arah berlawanan akan terjadi hiperpolarisasi. Ketika

pergerakan perlahan berhenti, sel-sel rambut akan kembali lurus dan kanalis

semisirkularis mendeteksi perubahan gerakan kepala (Sherwood, 2011).

Gambar 2.5 Fungsi Keseimbangan

(Despopoulos dan Silbernagl, 2003)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

2.2.2 Organ otolit

Organ otolit (makula atau otokonia) terdapat dalam labirin membran di lantai

utrikulus dan semivertikal di dinding sakulus. Makula juga mengandung sel

sustentakularis dan sel rambut. Bagian atasnya ditutupi oleh membran otolit dan di

dalamnya terbenam kristal-kristal kalsium karbonat (otolit-batu telinga). Lapisan ini

lebih berat dan insersi lebih besar dari cairan di sekitarnya. Serat-serat saraf dari sel

rambut bergabung dengan serat-serat dari krista di bagian vestibuler dari nervus

vestibulokoklearis (Ganong, 2008). Fungsi organ otolit adalah memberikan

informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi

perubahan dalam kecepatan gerakan linier (bergerak garis lurus tanpa memandang

arah) (Sherwood, 2011).

Utrikulus berfungsi pada pergerakan vertikal dan horizontal. Ketika kepala

miring ke arah selain vertikal, rambut akan menekuk sesuai kemiringan karena gaya

gravitasi dan akan mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi sesuai

kemiringannya. Contoh pergerakan horizontal adalah saat berjalan. Pada posisi ini

insersinya menjadi lebih besar dan menyebabkan membran otolit tertinggal di

belakang endolimfa dan sel rambut, sehingga menyebabkan rambut tertekuk ke

belakang. Jika pergerakan ini dilakukan secara konstan maka lapisan gelatinosa akan

kembali ke posisi semula (Sherwood, 2011).

Sakulus fungsinya hamper sama dengan utrikulus namun berespon secara

selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal, misalnya: bangun

dari tempat tidur, lompat atau naik eskalator (Sherwood, 2011).

Krista dan makula dipersarafi oleh nervus vestibularis yang badan selnya

terletak di ganglion vestibularis. Serat saraf kanalis semisirkularis berada pada

bagian superior dan medial nukleus vestibularis dan sebagian mengatur pergerakan

bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir di nukleus descendens menuju

ke serebelum dan formasio retikularis. Nervus vestibularis juga menuju ke talamus

dan korteks somatosensorik (Ganong, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

2.3 Vertigo

Pusing merupakan salah satu masalah keseimbangan yang sering dikeluhkan

masyarakat. Pusing yang dikeluhkan pasien seperti perasaan benda sekeliling

berputar terhadapnya sekitar 21%, pusing ringan dan hilang timbul sekitar 29%, atau

pusing dan menganggap dirinya berputar terhadap sekelilingnya sekitar 13%. Gejala

pusing dapat hilang beberapa hari, minggu sampai bulan (Hannaford et al., 2005).

Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere artinya memutar. Derajat ringan

sampai yang paling ringan dari vertigo disebut dizziness dan giddiness. Vertigo

adalah persepsi dari perasaan bergerak atau berputar terhadap objek di sekitarnya.

Dizziness adalah rasa pusing tidak spesifik seperti goyah, rasa disorientasi ruangan

seperti berbalik (Joesoef, 2002).

2.3.1 Etiologi

Menurut Mohammad Maqbool (2000), ada beberapa hal yang menjadi

penyebab vertigo dan supaya mempermudah mengingatnya dapat disingkat menjadi

VERTIGO:

Tabel 2.1 Etiologi vertigo

V = Vascular

a. Vertebrobasilar insufficiency

b. Stroke

c. Migraine

d. Hypotensi

e. Anemia

f. Hypoglycaemi

g. Meniere’s disease

E = Epilepsy

R = Receiving any treatment a. Antibiotic

b. Cardiac drugs

c. Antihypertensive drugs

d. Sedative dan transquillisers

e. Aspirin

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

f. Quinine

T = 1. tumour

a. Primary

- Acoustic neuromas

- Glioma

- Intraventricular tumour

b. Metastatic

- Meningeal

- Carcinomatosis

2. Trauma

- To labyrinth (temporal bone fracture)

- To brainstem (cervical vertebrae

fractures)

3. Tyroid - Hypofunction

I = Infection

a. Bacterial – Labyrinithitis

b. Viral – Vestibular neuronitis

c. Spirochaetal – Syphilis

G = Glial disease (multiple sclerosis)

O = Ocular diseases or imbalance

2.3.2 Klasifikasi

Vertigo terbagi menjadi 2 yaitu vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular.

Data menunjukkan dari 1003 sampel, 243 orang mengalami vertigo vestibular, 742

orang mengalami vertigo nonvestibular, dan 18 orang tidak dapat dibedakan antara

vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular. Vertigo vestibular memiliki kriteria

sebagai berikut: vertigo rotasi, vertigo posisi atau pusing permanen dengan mual dan

gangguan keseimbangan lainnya. Vertigo rotasi diartikan sebagai perasaan dirinya

berputar atau objek yang berputar. Vertigo posisi diartikan sebagai perasaan pusing

karena perubahan posisi kepala seperti berbaring dan bangkit dari tidur (Neuhauser

et al., 2008).

Vertigo vestibular dibagi lagi menjadi vertigo vestibular perifer dan vertigo

vestibular sentral. Vertigo vestibular perifer lebih sering sekitar 65% dibandingkan

vertigo vestibular sentral sekitar 7%. Vertigo vestibular perifer yang paling sering

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

yaitu benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) 32%, Meniere's disease 12%

dan vertigo vestibular lainnya sekitar 15-20%. Sedangkan vertigo vestibular sentral

yang paling sering yaitu space-occupying lesions (SOL) pada fossa posterior sekitar

1%, infark serebelum sekitar 1,9% {abstrak} (Sekine, 2005).

2.3.3 Gejala klinis

Jika fungsi keseimbangan terganggu, gejala yang paling sering dirasakan

pasien yaitu perasaan berputar terhadap sekitar, perasaan seperti hendak terjatuh,

pingsan, pandangan kabur, dan bingung. Gejala lainnya seperti: penderita datang ke

dokter untuk konsultasi medis karena sakitnya, izin dari pekerjaan, mempengaruhi

aktivitas sehari-hari, dan menghindari untuk meninggalkan rumah karena gejala

tersebut (Neuhauser et al., 2008).

2.4 Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

2.4.1 Definisi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab pusing

yang paling sering dialami khususnya pada usia tua (Caldas et al., 2009). Sekitar 20-

30% dari diagnosis klinis pusing adalan BPPV (von Brevern et al., 2005). BPPV

merupakan suatu sindroma dari gejala sisa penyakit telinga dalam sehingga

bukanlah suatu penyakit tertentu (S., Andradi, 2002).

BPPV adalah gangguan vestibuler dengan gejala pusing berputar yang tiba-

tiba dan nistagmus yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi

tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat (SSP) (Ropper dan Brown,

2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

2.4.2 Epidemiologi

Menurut penelitian Mizukoshi et al. (1988) di Jepang, insidensi BPPV

sekitar 10,7 per 100.000 populasi sementara di Toyama diperkirakan sekitar 17,3 per

100.000 populasi. Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menyebutkan bahwa

insidensi BPPV sekitar 64 per 100.000 populasi per tahunnya dengan usia lebih dari

40 tahun. Sekitar 64% dari kasus BPPV ini diderita oleh wanita dan jarang pada usia

di bawah 35 tahun tanpa ada riwayat trauma kepala (John, 2012).

Dalam penelitian lain yang dilakukan di Israel menyebutkan bahwa sekitar

25,6% pasien didiagnosa BPPV dari keseluruhan kunjungan ke dokter (Pollak,

2009).

2.4.3 Etiologi

Menurut Caldas et al. (2009) penyebab BPPV adalah sebagai berikut:

a. Idiopatik (penyebab terbanyak) sekitar 74,8%

b. Trauma kepala sekitar 15,0%

c. Insufisiensi vertebrobasiler sekitar 10,8%

d. Meinere disease sekitar 55,4%

e. Vestibuar neuritis sekitar 29,2%

f. Penyakit telinga dalam lainnya 4,6%

2.4.4 Faktor resiko

Beberapa penelitian menyatakan bahwa wanita memiliki prevalensi lebih

tinggi menderita BPPV dibandingkan laki-laki sekitar 74% dari sampel. Hal ini

disebabkan karena pengaruh hormon (Dorigueto et al., 2009). Selain itu, usia lebih

dari 60 tahun 7 kali lebih beresiko dibandingkan usia antara 18-39 tahun. Onset rata-

rata penderita sekitar usia 49,4-80 tahun. Dalam penelitian yang sama disebutkan

juga beberapa faktor resiko lain yang berhubungan dengan BPPV antara lain:

a. Depresi

b. Hipertensi

c. Peningkatan lipid darah

d. Diabetes

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

e. Penyakit jantung koroner

f. Stroke

g. Indeks Massa Tubuh (IMT)

h. Merokok, dan

i. Migrain

Faktor resiko di atas masih belum ada penelitian yang menghubungkannya

dengan BPPV, tetapi secara teori hal tersebut dapat berkaitan dengan kerusakan

pembuluh darah salah satunya di telinga dalam sehingga dapat menginduksi

terjadinya BPPV (von Brevern et al., 2006).

2.4.5 Klasifikasi

Menurut Atlas dan Parnes (2001) dalam penelitian Dorigueto et al. (2009),

BPPV terbagi 3 jenis menurut waktunya, yaitu:

a. Hilang sendiri (self-limited). Gejala hilang dalam beberapa minggu

sampai bulan setelah dilakukan statocone repositioning maneuvers

(SRM).

b. Kambuh lagi (recurrent). Gejala hilang timbul dalam jangka waktu

tertentu setelah dilakukan SRM.

c. Menetap (persistent). Gejala menetap kurang lebih 1 tahun.

2.4.6 Patofisiologi

Menurut Andradi S. (2002), terdapat 2 teori penyebab BPPV, yaitu:

a. Kupulolitiasis

Bagian atas makula utrikulus terdapat partikel yang berisi kalsium

karbonat yang berasal dari fragmen otokonia. Oleh karena proses degenerasi

dari makula utrikulus, kalsium karbonat terlepas dan menempel di

permukaan kupula kanalis semisirkularis khususnya bagian posterior (karena

letaknya di bawah makula utrikulus). Hal ini menyebabkan daerah ini lebih

berat dari cairan endolimfa di sekitarnya sehingga menjadi lebih sensitif

dengan sedikit perubahan arah gravitasi. Salah satu gejala yang timbul yaitu

nistagmus kurang dari 1 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

b. Kanalitiasis

Menurut teori ini, partikel kalsium karbonat yang lepas tidak melekat

pada kupula tetapi mengambang di endolimfa kanalis semisirkularis. Dengan

adanya perubahan posisi kepala, parikel tersebut bergerak ke posisi paling

bawah. Pada saat ini, endolimfa bergerak menjauh dari ampula dan

merangsang nervus ampularis. Nistagmus bertahan lebih dari 1 menit.

2.4.7 Gejala klinis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien BPPV seperti vertigo yang timbul

mendadak dan kadang disertai nistagmus karena perubahan posisi kepala misalnya

miring ke satu sisi saat berbaring, bangkit dari posisi tidur, perubahan posisi saat

tidur, dan gerakan leher yang hiperekstensi. Gejala lainnya seperti mual, muntah,

tidak seimbang seperti melayang, takut jatuh, sakit kepala, cemas, gangguan tidur,

tinnitus, gangguan mengingat, hipersensitif terhadap suara, dan lain sebagainya (Vaz

et al., 2013).

2.4.8 Diagnosis

Menurut Andradi S. (2002), beberapa hal yang dilakukan untuk menegakkan

diagnosis BPPV, seperti:

a. Anamnesis

Pasien mengeluh vertigo berputar yang timbul mendadak pada

perubahan posisi kepala kurang dari 30 detik dan dapat disertai mual dan

kadang-kadang muntah.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali penyebab

mendasar BPPV adalah kelainan neurologi fokal atau sistemik.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

c. Test Dix Hallpike (Dix Hallpike Maneuver)

Test ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Inform concern pasien sebelum melakukan tindakan.

- Pasien duduk di ujung meja periksa.

- Kepala menghadap ke kiri atau kanan sekitar 450, lalu dengan cepat

badan pasien dibaringkan sehingga kepala menggantung di ujung

meja periksa.

- Lihat ada/tidaknya nistagmus dan keluhan vertigo. Pertahankan

posisi selama 10-15 detik setelah itu pasien duduk kembali seperti

posisi semula.

- Ulangi maneuver dengan posisi kepala ke sisi berlawanan. Ulangi 2-

3 kali untuk melihat fatigue maneuver.

Nistagmus adalah suatu gerakan refleks yang menyentak pada mata saat awal

dan akhir rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan di titik diam saat tubuh

berputar. Saat rotasi tubuh, mata bergerak lambat dengan arah berlawanan dengan

arah rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan (Ganong, 2008).

Test Dix Hallpike dilakukan untuk menilai tipe BPPV dari riwayat

perubahan posisi dan pola nistagmus.

a. Kanalis semisirkularis posterior

Rotasi dan sentakan nistagmus ke arah vertikal atas (lesi di labirin kanan:

berlawanan arah jarum jam, sedangkan lesi di labirin kiri: searah jarum

jam).

Gambar 2.6 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis posterior telinga kiri

(Hornibrook, 2011)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

b. Kanalis semisirkularis anterior

Rotasi dan sentakan nistagmus ke arah vertikal bawah (lesi di labirin

kanan: berlawanan arah jarum jam, sedangkan lesi di labirin kiri: searah

jarum jam).

Gambar 2.7 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis anterior telinga kiri

(Hornibrook, 2011)

c. Kanalis semisirkularis lateral

Nistagmus yang terjadi ke arah horizontal.

Gambar 2.8 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis lateral telinga kiri

(Hornibrook, 2011)

Kanalis posterior frekuensinya lebih sering dari kanalis anterior dan lateral

sekitar 78,8% dari semua kasus. Hal ini terjadi karena partikel kasium karbonat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

bergerak ke bawah yang merupakan posisi kanal posterior. Kasus terbanyak BPPV

bersifat unilateral 91,8% (Caldas et al., 2009).

Gambar 2.9 Dix-Hallpike maneuver

(Ropper and Brown, 2005)

2.4.9 Penatalaksanaan

a. Canalith Repositioning Treatment (CRT)

Dilakukan setelah test Dix Hallpike abnormal. Caranya:

- Dimulai dengan posisi Dix Hallpike. Jika kanal telinga yang

terganggu sebelah kanan, maka CRT juga kanan dan sebaliknya.

- Pertahankan posisi saat berbaring dengan kepala yang menggantung

di tepi meja periksa sekitar 1-2 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

- Kemudian kepala diputar perlahan ke kiri (450) dan pertahankan

beberapa saat.

- Selanjutnya badan pasien dimiringkan sehingga pasien menghadap ke

lantai.

- Terakhir pasien kembali ke posisi duduk dengan kepala menghadap

ke depan. Hindarkan kepala menunduk, berbaring, dan

membungkukkan badan selama sehari.

Test ini bertujuan untuk mendorong partikel keluar dari kanalis

semisirkularis dan masuk kembali ke utrikulus. Gejala yang sering dikeluhkan

pasien setelah test ini seperti: kaku leher, spasme otot karena kepala tegak dalam

beberapa waktu, vertigo berat saat test, sering merasa mual dan muntah. Oleh karena

itu, pasien disarankan untuk duduk tenang beberapa saat sebelum pulang.

Gambar 2.10 Canalith Repositioning Treatment (CRT) = Epley Maneuver

(Solomon, 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

b. Liberatory (Semont) Maneuver

Test ini dilakukan sesuai dengan kanal yang terlibat. Misalnya kanal

posterior kanan, maka test juga dilakukan ke arah kanan dengan posisi

kepala diputar menghadap ke kiri dan sebaiknya.

- Pasien duduk di meja periksa dengan kepala diputar menghadap ke

kiri 450.

- Kemudian secara cepat pasien dibaringkan ke sisi kanan dengan

kepala menggantung.

- Setelah 1 menit, pasien kembali ke posisi duduk awal secara cepat

dan kemudian ke posisi side lying kiri (posisi baring ke sisi kiri)

dengan posisi kepala menoleh 450 ke kiri. Pertahankan selama 1

menit.

- Terakhir kembali ke posisi duduk awal secara perlahan.

Catatan : jika yang terlibat kanal anterior kanan: test dilakukan ke arah kanan

dengan posisi kepala diputar menghadap ke kanan, begitu juga sebaliknya.

Gambar 2.11 Liberatory (Semont) Maneuver

(Solomon, 2000)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 47672 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 (Wibowo dan Paryana, 2007).Data menunjukkan dari 1003 sampel,

c. Brandt-Daroff exercises

Latihan ini dapat dilakukan pasien di rumah tanpa bantuan therapist.

Caranya :

- Pasien dalam posisi duduk kepala menoleh ke arah berlawanan dari

posisi pencetus vertigo (misalnya kepala menoleh ke kanan). Tahan

selama 30 detik.

- Kemudian berbaring dengan cepat ke sisi berlawanan (sisi kiri).

Tahan selama 30 detik.

- Secara cepat duduk kembali.

- Selanjutnya posisi kepala menoleh ke sisi sebelahnya (ke kiri). Tahan

selama 30 detik.

- Berbaring ke sisi berlawanan (kanan) selama 30 detik dan kembali

duduk seperti semula.

Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari minimal 2

hari.sampai vertigo menghilang.

Gambar 2.12 Brandt-Daroff exercises

(Solomon, 2000)

Universitas Sumatera Utara