FERMENTASI SUBSTRAT PADAT FERMENTASI KECAP_MICHELLE DARMAWAN_12.70.0016_A5
repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2151... · Web view Repository...
Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2151... · Web view Repository...
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Arah kebijakan pembangunan peternakan merupakan faktor yang
mempengaruhi laju perkembangan peternakan. Peran sektor peternakan juga
semakin mendapat tempat bagi pembangunan nasional. Selain sebagai sektor riil
yang menopang kebutuhan masyarakat, peternakan juga menjadi sektor yang
paling stabil ketika krisis ekonomi melanda Indonesia.
Ketersedian pakan adalah faktor yang paling dominan dalam menjamin
kelangsungan dalam usaha Peternakan. Namun demikian ketersedian pakan alami
tidak selamanya terjamin terutama disekitar pemukiman padat penduduk.
Limbah organik pasar berpotensi sebagai bahan pakan ternak, akan tetapi limbah
tersebut sebagian besar mempunyai kecenderungan mudah mengalami
pembusukan dan kerusakan, sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk
memperpanjang masa simpan serta untuk menekan efek anti nutrisi yang
umumnya berupa alkaloid. Dengan teknologi pengolahan pakan, limbah organik
pasar dapat diolah menjadi tepung atau silase yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Manfaat dari teknologi pengolahan pakan antara lain dapat meningkatkan
kualitas nutrisi limbah sebagai pakan, serta dapat disimpan dalam kurun waktu
yang cukup lama sebagai cadangan pakan ternak saat kondisi sulit mendapatkan
pakan hijauan.
Pemanfaatan limbah organik pasar sebagai pakan dapat menekan biaya
usahatani ternak. Limbah organik pasar merupakan sisa-sisa yang tidak terjual,
1
hasil penyiangan maupun bagian dari sayuran ataupun buahan yang tidak
dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.
Kendala yang dihadapi masyarakat saat ini bukan hanya pada persoalan
besarnya potensi limbah organik pasar. Namun potensi yang ada ternyata belum
dimanfaatkan secara maksimal. Padahal pengetahuan teknologi tentang
pengolahan limbah organik pasar sudah semakin meluas. Salah satu upaya yang
dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan tepung daun murbei dan limbah
organik pasar yang mampu meningkatkan kecernaan serat bahan. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Syahrir dkk., 2009) yang menyatakan bahwa keberadaan daun
murbei yang mengandung senyawa aktif dapat menyediakan karbohidrat non
struktural secara seimbang dan berkesinambungan, sehingga fermentabilitas
pakan berserat tinggi menjadi lebih baik.
Rumusan Masalah
Meskipun limbah pasar sudah menjadi bahan pakan ternak, tetapi belum
bisa memberikan nilai yang optimal bagi ternak, oleh karena itu penggunaanya
sebagai pakan ternak perlu pengolahan antara lain dengan fermentasi dan
penambahan bahan lain yang dapat meningkatkan nilai nutrisinya. Tepung daun
murbei merupakan salah satu bahan yang dapat ditambahkan. Dalam proses
fermentasi perubahan kandungan bahan kering dapat terjadi. Namun demikian
penambahan tepung daun murbei belum diketahui berapa perubahan kandungan
bahan kering dari hasil fermentasi campuran limbah organik pasar dan tepung
daun murbei dengan imbangan yang berbeda.
2
Hipotesis
Diduga semakin banyak penambahan tepung daun murbei dalam limbah
organik pasar, maka akan menghasilkan proses fermentasi yang ditandai dengan
peningkatan selisih bahan kering dan peningkatan produksi gas fermentasi.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbangan campuran
limbah organik pasar dan tepung daun murbei terhadap kandungan bahan kering
dan produksi gas yang sudah terfermentasi.
Kegunaan penelitian ini adalah agar dapat mengetahui manfaat tentang
penggunaan limbah organik pasar dengan imbangan tepung daun murbei yang
dapat menghasilkan produk fermentasi yang optimal.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Limbah Organik Pasar Sebagai Pakan Ternak
Limbah organik pasar yang sebagian besar terdiri dari limbah sayur
sangat potensial untuk menjadi bahan pakan ternak namun terkendala dengan
kondisinya yang mudah menjadi busuk dan tidak bisa disimpan lama.
Pemanfaatan limbah organik pasar yang tidak bernilai ekonomis sebagai pakan
dengan tujuan untuk menekan biaya usahatani ternak dan menjadikan limbah
organik pasar menjadi bernilai ekonomis. Limbah organik pasar dapat ditemukan
disetiap pasar, terutama pasar tradisional dalam jumlah yang cukup banyak,
bahkan boleh dikatakan melimpah. Limbah organik pasar merupakan sisa-sisa
yang tidak terjual, hasil penyiangan maupun bagian dari sayuran ataupun buahan
yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Pengolahan limbah organik
pasar untuk pakan alternatif ternak berpotensi untuk membantu menekan biaya
pakan ternak (Anonim, 2011). Ditambahkan pula oleh (Budansa, 2008) bahwa
limbah organik pasar buah dapat berupa kulit pisang, sisa-sisa buah pisang, kulit
buah jagung, kulit nangka, buah-buahan yang sudah mulai membusuk dan lain
sebagainya. limbah-limbah pasar buah tersebut berserakan dan belum
dimanfaatkan terutama untuk pakan ternak.
4
Gambar 1. Limbah organik pasar untuk bahan baku pakan
Ada beberapa jenis limbah organik pasar dapat digunakan sebagai pakan
ternak diantaranya adalah bayam, kangkung, kubis, kecamba kacang hijau, daun
kembang kol, kulit jagung, klobot jagung dan daun singkong. Adapun komposisi
limbah organik pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Table 1. Komposisi beberapa jenis limbah organik pasar
Jenis Bahan Kalori Protein Lemak Serat kapur Besi Abu Karbohidrat AirSayuran kering (kal) (g) (g) (g) (mg) (mg) (%) (g) (g)
Bayam 15.2 43 5.2 1.0 340 4.1 6.5 86.9
Kangkung 10.0 30 2.7 1.1 60 2.5
Kubis 7.0 22 1.6 0.8 55 0.8
Sawi putih 5.8 17 1.7 0.7 100 2.6
Kecambah 23 2.9 0.2 4.1 92.4
Daun 23.8 8.93 1.03 3.19 1.82
kangkung
Daun Singkong 1.77
Daun kembang 3890 31,77 * 13,77 19,93
Kulit Jagung 4351 1,94 * 34,15 2,97
Sumber : Mansy (2002) Oomen (1984) dalam Saenab 2010.
5
Agar limbah organik pasar menjadi lebih berdayaguna, dibutuhkan
kesadaran peternak bahwa limbah pasar buah dan sayur merupakan sumber pakan
ternak yang cukup baik dilihat dari kualitas dan jumlah ketersediaanya (Anonim,
2011).
Potensi Daun Murbei Sebagai Bahan Pakan Ternak
Tanaman murbei (Morus alba L) merupakan bagian dari family Moraceae.
Beberapa nama umum dari tanaman ini anatara lain : White mulberry, Russian
mulberry, Silkworm mulberry, Moral blanco, karta, kitau (Sumatra), murbai,
besaran (Jawa), Sangye (China), may mon, dau tam (Vietnam). Tanaman ini
termasuk semak atau pohon berukuran kecil sampai sedang dengan tinngi
tanaman mencapai 15 m dan diameter batang mencapai 60 cm.
Gambar 2. Tanaman Murbei (Morus alba)
Tanaman murbei dapat tumbuh didaerah tempereit sampai ke daerah tropik
yang kering. Tanaman ini toleran tumbuh pada temperatur lingkungan 5,9 sampai
27,5oC dan Ph tanah dari 4,9 sampai 8,0. Di India dilaporkan bahwa tanaman
murbei dapat tumbuh pada daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 3.300
m dpl.
6
Tanaman murbei mencapai ketinggian 1,3 m pada umur 10 minggu.
Pemanenan pertama daun dapat dilakukan pada umur 12 minggu setelah
penanaman. Pemanenan dapat dilakukan sebanyak 10 kali/thn untuk daerah yang
beririgasi, sedangkan pada daerah tadah hujan dapat dilakukan pemanenan
sebanyak 7 kali. Tanaman murbei dapat berproduksi dengan baik sampai berumur
15 tahun. Setelah itu, tanaman harus diremajakan (Duke, 1983).
Tanaman murbei mempunyai potensi sebagai bahan pakan yang
berkualitas karena kandungan nutriennya yang baik dan produksi biomassa
murbei dengan interval defoliasi 90 hari akan mencapai 25 ton bahan kering
(BK)/ha/thn (Martin et al., 2002). Sedangkan (Boschini, 2002) melaporkan
produksi daun murbei sebesar 19 ton BK/ha/tahun. Produksi daun murbei sangat
bervarias, tergantung pada varietas, lahan, ketersediaan air dan pemupukan.
dimana potensi produksinya mencapai 22 ton BK/ha/tahun. Potensi produksi daun
murbei lebih tinggi dibandingkan dengan leguminosa pohon seperti Gamal
(Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7 -9 ton BK/ha/tahun dan
lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7 – 8
ton/BK/ha/tahun (Suyadi dkk., 1989).
Kandungan nutrient daun murbei meliputi 22 -23 % protein kasar (PK), 8-
10% total gula, 12 -18% mineral, 35% acid detergen fiber (ADF), 45,6% neutral
detergen fiber (NDF), 10-40% hemiselulosa, 21,8% selulosa (Datta, 2002).
Kulaitas daun murbei yang tinggi juga ditandai oleh kandungan asam aminonya
yang lengkap (Machii et al., 2002). Dalam daun murbei juga terdentifikasi adanya
7
asam askorbat, karotene, vitamin B1, asam folat dan pro vitamin D (Singh dan
Makkar, 2002).
Table 2. Komposisi nutrien daun murbei
Komposisi
Nutrient
Varietas Murbei
Moru Morus
Alba Nigra
Morus
Multicaulis
Morus
cathayana
Morus
Aistralis
Air (%) 84.28 83.17 77.11 79.55 83.89
Protein Kasar (%) 20.15 20.06 15.51 18.53 19.44
Serat Kasar (%) 13.27 16.19 12.55 12.89 12.82
Lemak Kasar (%) 3.62 3.63 3.64 3.69 4.10
Abu (%) 10.58 10.77 10.97 14.84 10.63
Sumber : Samsijah (1992)
Dengan komposisi nutrient seperti yang disebut di atas daun murbei dapat
menjadi bahan pakan ternak, menggantikan konsentrat khususnya untuk ternak
ruminansia.
Daun murbei mengandung senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ) (Oku et
al., 2006) yang mampu menghambat proses hidrolisis oligasakarida menjadi
monomer-monomernya. Karena keistimewaan tersebut diduga dapat menghambat
hidrolisis karbohidrat non struktural asal konsentrat atau dan murbei dalam sistem
rumen. Keberadaan daun murbei yang mengandung senyawa aktif dalam ramsum
diharapkan dapat menyediakan karbohidrat non struktural secara seimbang dan
berkesinambungan dalam sistem rumen, sehingga fermentabilitas pakan berserat
tinggi menjadi lebih baik (Syahrir dkk,. 2009).
8
Fermentasi
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik
dengan menghasilkan produk tertentu (Saono, 1974) dan menyebabkan terjadinya
perubahan sifat bahan tersebut.
Proses fermentasi bahan pakan oleh mikroorganisme menyebabkan
perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan
pakan baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya
simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi
dari pada bahan aslinya karena adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu
sendiri (Winarno dan Fardiaz, 1989).
Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan
asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi
tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang
membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan
menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Fermentasi silase dimulai
saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan
karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH
silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6,
setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi
pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob
merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang
9
berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua
bakteri.
Silase yang difermentasi dengan baik akan menghasilkan pH yang lebih
rendah. Kondisi ini dapat dimaksimalkan jika gula difermentasi menjadi asam
laktat. Silase akan tetap stabil untuk waktu yang tak terbatas selama udara tidak
dapat masuk ke dalam silo. Jika udara (oksigen) dapat masuk, populasi jamur
akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi.
Akibat lain adalah kehilangan bahan kering dan mengurangi nilai nutrisi silase
(Anonim, 2008).
Degradasi Bahan Pakan
Pengolahan limbah secara anaerobik melibatkan mikroorganisme untuk
mendegradasi substrat dalam limbah menjadi bahan yang tidak mengakibatkan
pencemaran. Secara umum, di dalam limbah ditemukan banyak sekali jenis
mikroorganisme yang diantaranya termasuk bakteri uniseluler, jamur, virus,
protozoa, alga dan rotifera. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, mikroorganisme
ini juga membutuhkan nutrisi untuk keperluan pertumbuhan dan fungsinya.
Selain membutuhkan mikroorganisme juga membutuhkan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan dan fungsinya secara
normal. Adanya kandungan nutrisi yang cukup dan seimbang dalam limbah
disertai kondisi lingkungan yang sesuai, dapat menjadikan limbah sebagai media
pertumbuhan bagi mikroorganisme tertentu. Dalam kondisi demikian,
mikroorganisme akan mendegradasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
10
limbah melalui metabolisme sel dan metabolisme energi. Dalam proses fermentasi
anaerob, proses degradasi bahan-bahan organik kompleks menjadi gas.
Mikroorganisme yang merespon proses hidrolisis dan fermentasi.
Mikroorganisme ini termasuk dalam grup non-metanogenik terdiri dari bakteri
fakultatif dan obligat anaerob. Baketri fakultatif adalah bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh pada kondisi ada atau tanpa molekul-molekul oksigen.
Sedangkan obligat anaerob adalah organisme yang membangkitkan energi dengan
fermentasi dan dapat eksis hanya dalam lingkungan yang tidak terdapat oksigen
(Rittmann dan McCarty, 2001).
Kandungan Bahan Kering
Bahan pakan mengandung zat nutrisi yang terdiri dari air dan bahan
kering. Bahan kering terdiri dari bahan organik dan anorganik . Bahan organik
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin sedangkan bahan anorganik
adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup, baik untuk
pembentukan tulang, maupun sebagai bagian dari enzim dan hormon (Tillman,
dkk, 1989). Ternak membutuhkan baik bahan organik maupun bahan anorganik
tetapi dari signifikan bahan organik lebih banyak dibutuhkan. Zat mineral sebagai
suatu golongan dalam bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan
membakar zat-zat organik, kemudian menimbang sisanya yang disebut abu.
Penentuan demikian tidak menjelaskan apa-apa mengenai zat-zat khusus yang
terdapat dalam abu. Abu dapat mengandung karbon yang berasal dari zat-zat
organik sebagai karbonat bila terdapat terlalu banyak zat-zat mineral pembentuk
11
basa. Abu hasil pembakaran dapat digunakan, sebagai titik tolak untuk
determinasi persentasi zat-zat mineral tertentu yang terdapat bahan makanan
(Anggorodi, 1979).
Proses Pembentukan Gas
Proses penguaraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik terjadi secara anaerob. Pada prinsipnya proses anaerob adalah proses
biologi yang berlangsung pada kondisi tanpa oksigen oleh mikroorganisme
tertentu yang mampu mengubah senyawa organik menjadi gas. Semua jenis bahan
organik yang mengandung senyawa karbohidrat, protein, lemak bisa diproses
untuk menghasilkan gas (Bahrin dkk., 2011).
Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
gas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok
untuk sistem gas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk,
akan menghasilkan gas. Proses hidrolisa dan fermentasi ini harus dilakukan dalam
kondisi anaerob atau hampa udara (Said, 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi gas. Faktor
pendukung untuk mempercepat proses fermentasi adalah kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan bakteri perombak. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap produksi gas sebagai berikut (Simamora dkk, 2006) :
1. Kondisi anaerob atau kedap udara.
Gas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme
anaerob. Karena itu, instalasi pengolah gas harus kedap udara (keadaan anaerob).
12
2. Bahan baku isian.
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah
pertanian, sisa dapur dan limbah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar dari
bahan baku anorganik seperti pasir, batu, plastik dan beling.
3. Imbangan C/N.
Imbangan Carbon (C) dan Nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan
organic sangat menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan
C/N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30.
4. Derajat keasaman (pH).
Derajat keasaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan
mikroorganisme. Derajat keasaman yang optimum bagi kehidupan
mikroorganisme adalah 5 - 7. Pada tahap awal fermentasi bahan organik akan
terbentuk asam (asam organik) yang akan menurunkan pH.
13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai Februari 2012
yang terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu fermentasi campuran limbah
pasar dengan tepung daun murbei dengan imbangan yang berbeda-beda selama 21
hari bertempat di Laboratorium Herbivora, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin dan tahap kedua adalah analisa bahan kering sebelum dan sesudah
fermentasi dan perhitungan jumlah produksi gas selama proses fermentasi yang
dihasilkan di Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Alat-alat yang digunakan: Cawan porselin, gelas ukur, tabung reaksi,
oven, desikator, neraca analitik, spoit, kaos tangan, blender, masker, kantong
plastik, talenan, pisau, cutter, almunium foil, gegep, ember, baskom, wadah kecil,
karet gelang, plastik es, plastik klip, botol plastik, kertas label, pensil, pulpen,
spidol, dan gunting.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tepung daun murbei dan
limbah pasar segar (sayur-sayuran).
Metode Penelitian
Penelitian di atur menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK). (Gaspersz,
1991). Terdiri dari 4 kelompok dan 4 perlakuan sebagai berikut:
P0. 1 kg limbah pasar (Kontrol)
P1. P0 + tepung daun murbei sebanyak 10% dari Bahan Kering P0
14
P2. P0 + tepung daun murbei sebanyak 20% dari Bahan Kering P0
P3. P0 + tepung daun murbei sebanyak 30% dari Bahan Kering P0
Pelaksanaan Penelitian
Jumlah bahan kering (BK) dalam campuran limbah pasar dan tepung daun
murbei dihitung pada setiap perlakuan baik sebelum maupun sesudah fermentasi.
Proses fermentasi campuran limbah pasar dan tepung daun murbei dilakukan
dengan cara mencampur secara homogen 4 kg limbah pasar yang terlebih dahulu
di cacah. Selanjutnya masing-masing 1 kg limbah pasar dicampur dengan tepung
daun murbei sesuai dengan perlakuan dan diambil sampelnya untuk analisa bahan
kering. Hasil pencampuran tersebut dimasukkan pada kantong plastik sesuai
dengan perlakuan masing-masing sambil dipadatkan hingga kedap udara, lalu
disimpan untuk proses fermentasi selama 21 hari. Pada hari ke- 21 kantong plastik
tersebut dibuka lalu diambil sampel untuk diamati. Selama proses fermentasi
berlangsung juga dilakukan perhitungan jumlah gas yang diperoleh. Proses
perhitungan gas dilakukan dengan cara memasukkan air dalam botol sampai
penuh dan pada ujung botol tersebut terdapat selang khusus yang menghubungkan
bahan fermentasi dengan air dalam botol. Air yang keluar dari botol merupakan
indikator yang digunakan untuk melihat penambahan gas dari hasil fermentasi.
Produksi gas dihitung dari jumlah volume air yang tertampung di dalam wadah
yang ditempatkan di bagian bawah botol.
15
Perameter Yang Diukur
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah perubahan jumlah
bahan kering dalam campuran limbah pasar dan tepung daun murbei dengan
imbangan berbeda baik sebelum dan sesudah fermentasi dalam hal ini selisih
antara bahan kering yang diperoleh sebelum fermentasi, dengan bahan kering
yang diperoleh setelah fermentasi. Sedangkan jumlah produksi gas diamati selama
proses fermentasi berlangsung. Adapun prosedur kerja analisis bahan kering
menurut prosedur AOAC (1990) yaitu:
Analisa Bahan Kering:
a) Kantong kertas yang telah disiapkan di timbang (a gram)
b) Timbang contoh/sampel lebih kurang 10 gram ditimbang bersama dengan
kantong (b gram)
c) Selanjutnya sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 48 jam
dan setelah kering didinginkan di dalam desikator kemudian di timbang
kembali (c gram)
Rumus yang digunakan: c – a
Kadar Bahan Kering = --------- x 100% b - a
Keterangan :a : berat cawan kosong ( g )
b : berat cawan porselin + sampel sebelum di ovenkan ( g )
c : berat cawan porselin + sampel setelah diovenkan ( g )
Selain itu rumus yang digunakan untuk mengetahui seleisi jumlah bahan
kering yang diperoleh yaitu :
16
Rumus yang digunakan:
Selisih Jumlah Bahan Kering (g) = Jumlah bahan kering sebelum fermentasi (g)
– Jumlah bahan kering setelah fermentasi (g)
Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam sesuai
dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut (Gasperz, V., 1991.
Model matematikanya adalah :
Yij = u + τi + βj + €ij ; i = 1 ,2, ..., t
j = 1 ,2, ..., ri
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke- j
u = nilai tengah populasi (population mean)
τi = pengaruh aditif dari perlakuan ke- i
βj = pengaruh aditif dari kelompok ke- j
€ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Limbah Organik Pasar
Limbah organik pasar yang digunakan dalam penelitian ini, diambil dari
lima pasar tradisional yang ada di Makassar, seperti pasar Daya Baru, Pasar Daya
Lama, Pasar Terong, Pasar Panampu dan Pasar Pabaeng-baeng. Adapun jenis-
jenis limbah organik pasar yang dugunakan dalam penelitian ini seperti jantung
pisang, buah pisang, mentimun, labu siam, sawi, kulit nangka, terong, kol, jagung,
daun ubi kayu, kulit jagung, daun kacang, wortel, kangkung, papaya, toge, paria,
kacang panjang, bayam, lengkuas, singkong, kentang, ubu jalar, rebung, labu dan
mangga.
Limbah organik pasar yang dominan ada di pasar antara lain jantung
pisang (21%), mentimun (39%), labu siam (20%), sawi (27%), terong (9%), daun
ubi kayu (22%), kulit jagung (15%), wortel (33%) dan kangkung (31%).
Komposisi masing-masing bahan yang diambil dari pasar berbeda-beda
oleh karena itu limbah organik pasar yang digunakan dalam penelitian ini
dikelompokkan berdasarkan pengambilannya.
18
2. Perubahan Bahan Kering Akibat Fermentasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap hasil selisih bahan
kering campuran limbah organik pasar dengan tepung daun murbei sebelum dan
sesudah fermentasi dengan imbangan yang berbeda yang dianalisis secara statistik
dengan bantuan analisi sidik ragam ANNOVA yang dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Rerata Jumlah Selisih BK Sebelum dan Sesudah Fermentasi Campuran Limbah Pasar dengan Tepung Daun Murbei (Morus alba) dengan Imbangan Berbeda.
Perlakuan Selisih Bahan Kering (%) Selisih Bahan Kering (g)
P0 0.03 3.25
P1 0.05 5.00
P2 0.04 4.75
P3 0,04 4.25
Berdasarakan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap perubahan bahan kering sebelum dan
sesudah fermentasi dengan campuran dan imbangan berbeda.
Berdasarakan Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan Po (kontrol) memiliki
rata-rata perubahan kandungan bahan kering cenderung lebih rendah yaitu 0.03 %
atau 3.25 g, dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, dan P3 yang memiliki rata-rata
perubahan kandungan bahan kering lebih tinggi yaitu 0.05 % atau 5.00 g, 0.04 %
atau 4.75 g dan 0.04 % atau 4.25 g. Perlakuan penambahan tepung daun murbei
yang lebih tinggi cenderung meningkat bahan keringnya dibanding dengan
perlakuan kontrol. Terjadinya perbedaan tersebut disebabkan karena penambahan
tepung daun murbei yang akan mempengaruhi atau memperbaiki fermentasi. Hal
19
ini sesuai dengan pendapat (Syahrir dkk., 2009) yang menyatakan bahwa adanya
peran tepung daun murbei yang menunjang proses fermentasi paling efektif. Peran
tersebut berkaitan dengan kemampuan senyawa DNJ yang terdapat pada tepung
daun murbei.
Tidak terjadinya perbedaan yang berarti antara jumlah bahan kering dari
campuran limbah organik pasar dan tepung daun murbei dengan imbangan yang
berbeda sebelum dan sesudah fermentasi lebih menguntungkan, itu berarti tidak
banyak nutrient yang hilang selama proses fermentasi. Selain itu kandungan air
yang terlalu tinggi dalam silase, juga akan menghasilkan silase yang kualitasnya
rendah. Pembuatan silase merupakan proses pengawetan bahan pakan dalam
perbaikan bentuk fisik dari bahan pakan. Selain itu diharapkan melalui proses
pembuatan silase maka nutrient yang ada dalam bahan tersebut lebih tersedia
untuk digunakan atau dimanfaatkan oleh ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Winarno dan Fardiaz, 1989) yang menyatakan bahwa produk fermentasi biasanya
mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya karena adanya
enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri. Sedangkan menurut Anonim
(2008), salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar air.
Kadar air yang tinggi pada proses ensilase menyebabkan silase yang dihasilkan
tidak disukai ternak.
20
3. Produksi Gas
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran Produksi Gas untuk
masing-masing perlakuan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Rerata Produksi Gas (ml) akibat fermentasi campuran limbah organik pasar dan tepung daun murbei (Morus alba) dengan imbangan berbeda.
PERLAKUANKELOMPOK
TOTALPERLAKUAN
RATA -RATA
K1 K2 K3 K4
Po 0.50 24.10 21.90 5.50 52.00 13.00
P1 21.00 47.10 24.80 5.40 98.30 24.57
P2 8.50 14.60 34.80 10.00 67.90 16.97
P3 19.80 23.90 15.80 26.00 85.50 21.37
TOTAL KLP 49.80 109.70 97.30 46.90 303.70
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
murbei dengan imbangan berbeda, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
produksi gas.
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa perlakuan P0 (kontrol) memiliki
rata-rata jumlah produksi gas lebih rendah yaitu 13,00 ml. Sedangkan perlakuan
P1, P2, dan P3 memiliki rata-rata jumlah produksi gas relatif lebih tinggi yaitu
24,57 ml, 16,97 ml, dan 21,37 ml. Perlakuan dengan penambahan tepung daun
murbei relatif lebih tinggi jumlah produksi gasnya dibanding pada perlakuan
kontrol. Terjadinya perbedaan jumlah produksi gas tersebut disebabkan karena
penambahan tepung daun murbei. Hal ini sesuai dengan pendapat (Syahrir dkk.,
21
2009) yang menyatakan bahwa tingkat produksi gas mencerminkan efektivitas
proses fermentasi. Semakin tinggi produksi gas, proses fermentasi semakin baik.
Kecenderungan produksi gas yang semakin meningkat tersebut sejalan dengan
nilai pH yang cenderung semakin menurun serta produksi VFA total yang
semakin meningkat dengan tingkat menggunaan daun murbei yang semakin
tinggi. Selain itu peningkatan produksi gas menjelaskan adanya potensi daun
murbei untuk meningkatkan kualitas fermentasi. Hal ini menggambarkan kinerja
mikroorganisme yang mendegradasi bahan selama proses fermentasi semakin
berkurang. Fermentasi dapat terjadi karena aktivitas mikroba penyebab fermentasi
pada substrat organik yang sesuai. Fermentasi juga dapat menyebabkan perubahan
sifat bahan makanan sebagai akibat pemecahan kandungan zat makanan oleh
enzim yang dihasilkan oleh mikroba.
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penambahan tepung daun murbei dalam proses fermentasi dengan limbah pasar
tidak menghasilkan perbedaan yang nyata, namun adanya kecenderungan
peningkatan selisih bahan kering dan produksi gas.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang fermentasi campuran limbah
pasar dan tepung daun murbei yang diberikan secara langsung pada ternak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Prinsip Dasar Pembuatan Silase . http://jajo66.wordpress.com/2008/06/02/prinsip-dasar-pembuatan-silase/. Diakses tanggal 2 Juli 2012.
______ , 2011. Kajian Pemanfaatan Limbah Pasar Sebagai Pakan Sapi
Potong.http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=146:kajian-pemanfaatan-limbah-pasar-sebagai-pakan-sapi-potong-di-dki jakarta&catid=21:peternakan&Itemid=25. Diakses tanggal 19 Oktober 2011.
Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.
AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 1990. Official Methods of Analysis of the Association of Analytical Chemist. 16th ed. Association of Offi cial Analytical Chemist, Arlington, VA, USA.
Bahrin David, Anggraini Destilia dan Mutiara Bunga Pertiwi,. 2011. Pengaruh Jenis Sampah, Komposisi Masukan Dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas Dari Sampah Organik Pasar Di Kota Palembang. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Boschini CF. 2002. Nutritonal quality of mulberry cultivation for ruminant feeding. In : Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147. Hlm 173-182.
Budansa, 2008. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Pasar Buah sebagai Pakan Ternak Sapi Didusun Batuparas. Fakultas Peternakan Udayana. Denpasar.
Datta RK. 2002. Mulberry cultivation and utilization in India. In : Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147. Hlm 45-62.
Duke James .A., 1983. Handbook of Energy Crops (Unpublished). www.hord.purdue.edu/newcrop/duke.
Gasperz, V.1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Teknik dan Biologi. CV. Armico, Jakarta.
24
Machii H, Koyama A, and Yamanouchi H. 2002. Mulberry Breeding, Cultivation and Utilization in Japan. Sanchez MD, editor. Mulberry For Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and Agustus 2000. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147.hlm 63-72.
Martin G, Rayes F, Hernandes I, and Milera M. 2002. Agronomic studies with mulberry in Cuba. In : Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2000. Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147. Hlm 103-114.
Murtidjo, B.A. 1988. Energi Gas Bio Ayam dan Telur, No.34 Desember. Prinity Press. Jakarta.
Oku, T., Y. Mai, N. Mariko, S. Naoki and N. Sadako. 2006. Inhibitory effects of extractives from leaves of Morus alba on human and rat small intestinal disaccaridase activity. J of Nutr 95:933-938.
Prior R.L., Hashimoto AG, Grouse JD, and Dikeman Me, 1986. Nutrional Volue of Anaerobically Fermented Beef Cattel Waste as a feed Ingredient For Livestock. Growt and Careas and Traits of Beef Cattel and Sheep Fed Ferementor Biomass In Agricultural Waste 17;23-27
Rittmann, B.E and Mc. Catry P.L. 2001. Environmental Biotechnology Principles and Applications. Boston : Mc. Graw Hill.
Samsijah. 1992. Pemilihan tanaman murbei (Morus sp) yang sesuai dengan daerah Sindang Resmi Sukabumi, Jawa Barat. Bul Penelitian Hutan. 547:45-59.
Saenab Andi, 2010., dalam Mansy, 2002., Oomen HAPC, 1984. Evaluasi Pemanfaatan Limbah Sayuran Pasar Sebagai Pakan Ternak Ruminasia di Dki Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.
Said, T., 2008. Reaktor biogas. http://www.reaktor_biogas.com/? Products [27 Mei 2008].
Saono, S., 1974. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan/Sisa-sisa Produksi Pertanian. Berita LIPI.
Simamora, S. Salundik, Wahyuni, S., dan Sirajuddin. 2006. Membuat Bio Gas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
25
Singh, B. Makkar HPS. 2002. The potential of mulberry foliage as a feed supplement in India. In : Sanchez MD. Editor. Mulberry for animal production. Proceedings of an electronic conference carried out, May and Agustus 2000. FAO Animal Production and Health Paper 147. Hlm 139-156.
Suyadi, Soedomo, dan Mahmud A. 1989. Produksi biji legum Desmnthus virgatus. Di dalam : Wodzicka M, Tomaszewska M, Thompson JA, Editor. Forage Production Proceeding of A Wokshop Conducted at IPB. Bogor. Indonesia. IPB-Australian project.
Syahrir, S. K.G. Wiryawan, A. Parakkasib , M. Winugroho dan O.N.P. Sari. 2009. Efektivitas Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in Vitro. Media Peternakan, Vol. 32 No. 2.
Tillman. A. D, H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Fakultas peternakan UGM, Jogjakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1989. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_______ , F.G. dan Fardiaz, S. 1990. Biofermentasi dan Biosintesa. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
26
DATA BAHAN KERING
27
Cawan C+spl S segar % BK Rataan %BKP0 k1 1 P0 k1 1 12 13 10 0.100 0.100
2 2 12 13 10 0.100 3 3 11 12 10 0.100
k2 1 k2 1 11 12 10 0.100 0.100 2 2 13 13 10 - 3 3 15 15 10 -
k3 1 k3 1 12 13 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 11 12 10 0.100
k4 1 k4 1 10 11 10 0.100 0.100 2 2 11 12 10 0.100 3 3 11 12 10 0.100
P1 k1 1 P1 k1 1 13 14 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 13 14 10 0.100
k2 1 k2 1 13 14 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 13 13 10 -
k3 1 k3 1 12 13 10 0.100 0.100 2 2 11 12 10 0.100 3 3 13 14 10 0.100
k4 1 k4 1 12 13 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 10 11 10 0.100
P2 k1 1 P2 k1 1 11 12 10 0.100 0.100 2 2 15 15 10 - 3 3 12 13 10 0.100
k2 1 k2 1 11 12 10 0.100 0.100 2 2 14 15 10 0.100 3 3 11 12 10 0.100
k3 1 k3 1 15 15 10 - 0.100 2 2 11 12 10 0.100 3 3 12 13 10 0.100
k4 1 k4 1 12 13 10 0.100 0.100 2 2 12 13 10 0.100 3 3 13 14 10 0.100
P3 k1 1 P3 k1 1 14 15 10 0.100 0.100 2 2 12 13 10 0.100 3 3 11 12 10 0.100
k2 1 k2 1 13 14 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 12 13 10 0.100
k3 1 k3 1 13 14 10 0.100 0.100 2 2 10 11 10 0.100 3 3 12 13 10 0.100
k4 1 k4 1 13 14 10 0.100 0.100 2 2 13 14 10 0.100 3 3 12 13 10 0.100
AWAL sblum fermentasi
28
Cawan C+spl S segar % BK Rataan % BKP0 k1 1 12 13 10 0.100 0.100
2 12 13 10 0.100 3 10 -
k2 1 11 12 10 0.100 0.100 2 13 14 10 0.100 3 10 -
k3 1 11 12 10 0.100 0.100 2 12 13 10 0.100 3 10 -
k4 1 10 11 10 0.100 0.100 2 11 12 10 0.100 3 10 -
P1 k1 1 13 14 10 0.100 0.100 2 13 13 10 - 3 10 -
k2 1 13 14 10 0.100 0.100 2 13 14 10 0.100 3 10 -
k3 1 13 14 10 0.100 0.100 2 11 12 10 0.100 3 10 -
k4 1 12 12 10 - 0.100 2 14 14 10 - 3 10 -
P2 k1 1 11 12 10 0.100 0.100 2 14 15 10 0.100 3 10 -
k2 1 13 14 10 0.100 0.100 2 11 12 10 0.100 3 10 -
k3 1 12 13 10 0.100 0.100 2 12 13 10 0.100 3 10 -
k4 1 12 13 10 0.100 0.100 2 12 12 10 - 3 10 -
P3 k1 1 11 12 10 0.100 0.100 2 14 15 10 0.100 3 10 -
k2 1 13 14 10 0.100 0.100 2 13 14 10 0.100 3 10 -
k3 1 12 13 10 0.100 0.100 2 10 11 10 0.100 3 10 -
k4 1 13 14 10 0.100 0.100 2 13 14 10 0.100 3 10 -
Setelah Fermentasi
29
PENGURANGAN BAHAN KERING AKIBAT FERMENTASI
Perlakuan Sebelum fermentasi Setelah fermentasi Pengurangan BK akibat fermentasi (g)
Kelompok
Brt Segar
BK Brt Kering
Brt Segar
BK Brt Kering
0 1 940 0.10 94.0 900.0 0.100 90.0 4.0
2 900 0.10 90.0 850.0 0.100 85.0 5.0
3 940 0.10 94.0 910.0 0.100 91.0 3.0
4 960 0.10 96.0 950.0 0.100 95.0 1.0
1 1 960 0.10 96.0 900.0 0.100 90.0 6.0
2 930 0.10 93.0 850.0 0.100 85.0 8.0
3 960 0.10 96.0 910.0 0.100 91.0 5.0
4 960 0.10 96.0 950.0 0.100 95.0 1.0
2 1 980 0.10 98.0 910.0 0.100 91.0 7.0
2 960 0.10 96.0 900.0 0.100 90.0 6.0
3 980 0.10 98.0 950.0 0.100 95.0 3.0
4 980 0.10 98.0 950.0 0.100 95.0 3.0
3 1 980 0.10 98.0 900.0 0.100 90.0 8.0
2 960 0.10 96.0 920.0 0.100 92.0 4.0
3 980 0.10 98.0 950.0 0.100 95.0 3.0
4 970 0.10 97.0 950.0 0.100 95.0 2.0
30
DATA PRODUKSI GAS
PERLAKUAN 5/2/2012 8/2/2012 11/2/2012 14/2/2012 17/2/2012 20/2/2012 23/2/2012 JUMLAH
A P0KI 0 0 0.5 0 0 0 0 0.5 P1KI 0 1 1 15 1.5 2 0.5 21 P2K1 1 0 0 0 5 1 1.5 8.5 P3K1 0 0 0 6 6.8 6 1 19.8 B P0K2 0 1.5 0.1 13 7.5 2 0 24.1 P1K2 0.2 0 0.4 26 17.5 2 1 47.1 P2K2 0.3 1.5 1 6.3 4 1.5 0 14.6 P3K2 0 0 0.4 19.5 1.5 2.5 0 23.9 C P0K3 0.4 1.5 1 11.5 7.5 0 0 21.9 P1K3 0.1 1 1.2 15 4.5 2.5 0.5 24.8 P2K3 0 0 1.6 27.5 4.2 1.5 0 34.8 P3K3 0.3 0 0.5 10 1.3 1.5 2 15.6 D P0K4 0 0 0 4 1.5 0 0 5.5 P1K4 0 1.5 0 1.9 1 1 0 5.4 P2K4 0 0 1 7.5 0 1.5 0 10 P3K4 2 2.5 1.5 12 2 5 1 26
LAMPIRAN ANALISA DATA
31
Ʃ Yij2 – FK
ij
(0.70)216
(Ʃt=1Yij)2 r x t
(Tota kelompok)2
t
Analisis Sidik Ragam Pengurangan Persentasi Bahan Kering akibat
Fermentasi (%)
PERLAKUANKELOMPOK TTL
PERLAKUANRATA -RATA
K1 K2 K3 K4
Po 0.04 0.05 0.03 0.01 0.13 0.03
P1 0.06 0.08 0.05 0.01 0.2 0.05
P2 0.07 0.06 0.03 0.03 0.19 0.04
P3 0.09 0.04 0.03 0.02 0.18 0.04
TOTAL KLP 0.26 0.23 0.14 0.07 0.70
DERAJAT BEBAS (DB)
Db Total : Total Pengamatan – 1 : 16 – 1 = 15Db Kelompok : Total Kelompok – 1 : 4 – 1 = 3Db Perlakuan : Total Perlakuan – 1 : 4 – 1 = 3Db Galat : Db Total – Db Perlakuan : 11 – 2 = 9
FAKTOR KOREKSI (FK)
FK = = = =0.030625
JUMLAH KUADRAT
Jk Total
JKT =
JKT = (0.04)2 + (0.06)2 + ………. + (0.02)2 – 0.030625JKT = 0.039 – 0.030625JKT = 0.008375
Jk KelompokJKK = - FK
32
(0.26)2 + ….. + (0.07)24
(Total Perlakuan)2r
(0.13)2 + ….. + (0.18)24
0.0056253
JKKr - 1
0.0007253
JKPt - 1
0.0020259
JKGt(r – 1)
KT KelompokKT Galat
JKK = - 0.030625
JKK = 0.036250 – 0.030625 = 0.005625
Jk Perlakuan
JKP = - FK
JKP = - 0.030625
JKP = 0.03135 – 0.030625 = 0.000725
JK Galat
JKG = JKT – JKK – JKP JKG = 0.008375 – 0.005625 – 0.000725JKG = 0.002025
KUADRAT TENGAH
KT Kelompok
KTK = = = 0.00187500
KT Perlakuan
KTP = = = 0.00024167
KT Galat
KTG = = = 0.00022500
F. HITUNG
33
0.001875000.00022500
KT PerlakuanKT Galat
0.000241670.00022500
F. Hitung K =
=
= 8.333333333
F. Hitung P =
=
= 1.074074074
ANOVA
SK DB JK KTF.Hitun
g
F.Tabel
0.05 0.01
Kelompo
k
Perlakuan
Galat
Total
3
3
9
15
0.005625
0.000725
0.002025
0.008375
0.00187500
0.00024167
0.00022500
8.333
1.074
3.86
3.86
6.99
6.99
LAMPIRAN ANALISA DATA
34
Ʃ Yij2 – FK
ij
(69.0)216
(Ʃt=1Yij)2 r x t
(Tot kelompok)2t
Analisis Sidik Ragam Pengurangan Berat Bahan Kering akibat Fermentasi (g)
PERLAKUANKELOMPOK TTL
PERLAKUANRATA-RATA
K1 K2 K3 K4
Po 4.00 5.00 3.00 1.00 13.00 3.20
P1 6.00 8.00 5.00 1.00 20.00 5.00
P2 7.00 6.00 3.00 3.00 19.00 4.70
P3 8.00 4.00 3.00 2.00 17.00 4.20
TOTAL KLP 25.00 23.00 14.00 7.00 69.00
DERAJAT BEBAS (DB)
Db Total : Total Pengamatan – 1 : 16 – 1 = 15Db Kelompok : Total Kelompok – 1 : 4 – 1 = 3Db Perlakuan : Total Perlakuan – 1 : 4 – 1 = 3Db Galat : Db Total – Db Perlakuan : 11 – 2 = 9
FAKTOR KOREKSI (FK)
FK = = = = 297.562500
JUMLAH KUADRAT
Jk Total
JKT =
JKT = (4.00)2 + (6.00)2 + ………. + (17.00)2 – 297.562500JKT = 373 – 297.562500JKT = 75.437500
Jk Kelompok
35
(25.00)2 + ….. + (7.00)24
(Total Perlakuan)2r
(13.00)2 + ….. + (17.00)24
52.1875003
JKKr - 1
7.18750003
JKPt - 1
16.0625009
JKGt(r – 1)
KT KelompokKT Galat
JKK = - FK
JKK = - 297.562500
JKK = 349.750000 – 297.562500 = 52.187500
Jk Perlakuan
JKP = - FK
JKP = - 297.562500
JKP = 304.750000 – 297.562500 = 7.1875000
JK Galat
JKG = JKT – JKK – JKP JKG = 75.437500 – 52.187500 – 7.1875000JKG = 16.062500
KUADRAT TENGAH
KT Kelompok
KTK = = = 17.395833333
KT Perlakuan
KTP = = = 2.395833333KT Galat
KTG = = = 1.78472222
F. HITUNG
36
17.3958333331.78472222
KT PerlakuanKT Galat
2.395833331.78472222
F. Hitung K =
=
= 9.747081712
F. Hitung P =
=
= 1.342412451
ANOVA
SK DB JK KT F.HitungF.Tabel
0.05 0.01
Kelompo
k
Perlakuan
Galat
Total
3
3
9
15
52.18750
0
7.187500
0
16.06250
0
75.43750
0
17.39583333
2.39583333
1.78472222
9.747
1.342
3.86
3.86
6.99
6.99
37
Ʃ Yij2 – FK
ij
(303.70)216
(Ʃt=1Yij)2 r x t
(Tota kelompok)2
t
LAMPIRAN ANALISA DATA
Analisis Sidik Ragam Produksi Gas
PERLAKUANKELOMPOK
TOTALPERLAKUAN
RATA-RATA
K1 K2 K3 K4
Po 0.50 24.10 21.90 5.50 52.00 13.00
P1 21.00 47.10 24.80 5.40 98.30 24.50
P2 8.50 14.60 34.80 10.00 67.90 16.90
P3 19.80 23.90 15.80 26.00 85.50 21.30
TOTAL KLP 49.80 109.70 97.30 46.90 303.70
DERAJAT BEBAS (DB)
Db Total : Total Pengamatan – 1 : 16 – 1 = 15Db Kelompok : Total Kelompok – 1 : 4 – 1 = 3Db Perlakuan : Total Perlakuan – 1 : 4 – 1 = 3Db Galat : Db Total – Db Perlakuan : 11 – 2 = 9
FAKTOR KOREKSI (FK)
FK = = = 5764.605625
JUMLAH KUADRAT
Jk Total
JKT =
JKT = (0.50)2 + (21.00)2 + ………. + (26.00)2 – 5764.605625JKT = 7879.87 – 5764.605625JKT = 2115.264375
Jk Kelompok
38
(49.80)2 + ….. + (46.90)24
(Total Perlakuan)2r
(52.00)2 + ….. + (85.50)24
780.6518753
JKKr - 1
307.2818753
JKPt - 1
1027.3330629
JKGt(r – 1)
JKK = - FK
JKK = - 5764.605625
JKK = 6545.258 – 5764.605625 = 780.651875
Jk Perlakuan
JKP = - FK
JKP = - 5764.605625
JKP = 6071.888 – 5764.61= 307.281875JK Galat
JKG = JKT – JKK – JKP JKG = 2115.264375 – 780.651875 – 307.281875JKG = 1027.333062
KUADRAT TENGAH
KT Kelompok
KTK = = = 260.21729167
KT Perlakuan
KTP = = = 102.42729167
KT Galat
KTG = = = 114.14784722
39
KT KelompokKT Galat
260.21729167114.14784722
KT PerlakuanKT Galat102.42729167114.14784722
F. HITUNG
F. Hitung K =
=
= 2.2796511329
F. Hitung P =
=
= 0.897321274
ANOVA
SK DB JK KT F.HitungF.Tabel
0.05 0.01
Kelompo
k
Perlakuan
Galat
Total
3
3
9
15
780.651875
307.281875
1027.330625
2115.264375
260.2172916
7
1
02.42729167
114.1478722
2.279
0.897
3.86
3.86
6.99
6.99
40
LAMPIRAN FOTO
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
41
PROSES PENIMBANGAN
42
PROSES PENCACAHAN
43
PROSES PENCAMPURAN
44
PROSES PERHITUNGAN GAS
45
PROSES AKHIR FERMENTASI
46
47
48