repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap...

31

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.
Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

0

Deskriptif Analisis Gejala Insomnia Terhadap Derajat

Keparahan Tremor Pada Pasien Penyakit Parkinson

*Fuad Fajrin M., **M. Iqbal Basri, **Muhammad Yunus Amran

* Peserta PPDS Neurologi FK Universitas Hasanuddin / RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar

**Staf Dosen dan Klinikal pada Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RS Pendidikan UNHAS,

Jl. Perintis Kemerdekaan KM 11, Makassar, Sulawesi Selatan.

DIPRESENTASIKAN DALAM RANGKA

1st Indonesian Sleep Medicine Meeting

With Theme “Why do I get sleep disorder”

Indonesia Neurological Association (PERDOSSI)

Bandung Branch, September 2nd

-4th

, 2016,

Bandung, Indonesia.

MAKASSAR 2016

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

1

Deskriptif Analisis Gejala Insomnia Terhadap Derajat

Keparahan Tremor Pada Pasien Penyakit Parkinson

*Fuad Fajrin M., **M. Iqbal Basri, **Muhammad Yunus Amran

* Peserta PPDS Neurologi FK Universitas Hasanuddin / RSUP dr.Wahidin

Sudirohusodo, Makassar

** Staf Pengajar Bagian Neurologi FK Universitas Hasanuddin / RS Universitas

Hasanuddin Makassar

Pendahuluan : Penyakit Parkinson (PP) merupakan penyakit degeneratif progresif

terbanyak kedua setelah penyakit Alzheimer. Insomnia pada pasien Penyakit Parkinson

sering ditemukan, namun jarang terdeteksi dan diperhatikan, sehingga dapat

menurunkan kualitas hidup pasien.TETRAS (The Essential Tremor Assesment Rating

Assesment Scale) berguna untuk mendeteksi derajat keparahan tremor pada pasien

Penyakit Parkinson.

Tujuan : Mengetahui hubungan insomnia dengan derajat keparahan tremor pada pasien

Penyakit Parkinson.

Metode : Penelitian deskriptif analisis secara potong lintang terhadap pasien Penyakit

Parkinson di RS Wahidin SUdirohusodo dan jejaringnya pada Agustus 2016. Subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan anamnesis dan pengisian kuesioner KSPBJ-

Insomnia Rating Scale dan TETRAS (The Essential Tremor Assesment Rating

Assesment Scale).

Hasil : Didapatkan 25 subjek dengan mayoritas laki-laki (84 %) dengan usia rata-rata

57 tahun, Didapatkan 25 subjek dengan mayoritas laki-laki (84 %) dengan usia rata-rata

57 tahun. Pada hasil uji Pearson-Chi Square pasien berdasarkan perbedaan jenis

kelamin terhadap derajat keparahan pasien Penyakit Parkinson diperoleh nilai P =

0.408. Pada hasil uji Pearson-Chi Square pasien berdasarkan perbedaan umur terhadap

derajat keparahan pasien Penyakit Parkinson diperoleh nilai P = 0.348. Sehingga tidak

didapatkan hubungan secara statistik antara Insomnia dengan derajat keparahan pasien

Penyakit Parkinson.

Diskusi : Tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara insomnia dengan derajat

keparahan tremor pasien Penyakit Parkinson.

Kata Kunci : Insomnia, Parkinson disease, Tremor.

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Insomnia adalah kondisi di mana terdapat kesulitan untuk memulai tidur atau

mempertahankan tidur, dan dapat mempengaruhi fungsi harian. Para ahli

mendefinisikan insomnia sebagai berikut: bila yang bersangkutan memerlukan waktu

lebih dari 30 menit untuk memulai tidur, durasi tidur kurang dari enam jam, terbangun

lebih dari tiga kali dalam semalam, terjaga selama lebih dari 30 menit setelah onset

tidur, total lama tidur kurang dari 6 jam, atau merasakan bahwa tidak bugar setelah

terbangun, di mana kondisi-kondisi tersebut dirasakan minimal tiga kali dalam

seminggu (Kelompok Studi Gangguan Tidur PERDOSSI, 2014 dan Chawla, dkk 2016).

Sepertiga populasi dewasa dilaporkan pernah mengeluhkan insomnia dan insomnia

kronik terjadi pada sekitar 10-15% populasi. Prevalensi insomnia lebih banyak pada

kelompok lansia, jenis kelamin wanita, status sosial ekonomi rendah, pekerja dengan

sistem rotasi (shift), dan korban perceraian (Galimi, 2010).

Penyakit Parkinson merupakan penyakit degeneratif progresif terbanyak kedua

setelah penyakit Alzheimer, sekitar 1% dari penduduk usia 65-69 tahun. Gangguan tidur

pada pasien parkinson sering ditemukan, namun jarang terdeteksi dan diperhatikan,

sehingga dapat menurunkan kualitas hidup pasien.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

3

Pada penelitian yang dilakukan oleh Welhelimna, dkk (2014) mengungkapkan

Terdapat hubungan yang signifikan antara derajat beratnya penyakit dengan total skor

PDSS (p<0,000), sedangkan usia dan durasi Pasien Parkinson tidak berkaitan dengan

gangguan tidur. Orang yang mengalami gangguan tidur sehingga membuat mereka

menendang atau berteriak selama tidur mungkin menghadapi resiko yang lebih besar

untuk terserang dementia atau Parkinson. (Postuma, 2015)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah insomnia

memiliki pengaruh terhadap tingkat keparahan gejala tremor pasien parkinson.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

Adakah pengaruh insomnia terhadap tingkat keparahan gejala tremor pasien parkinson

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh insomnia terhadap tingkat keparahan pasien parkinson.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian dan derajat insomnia pada pasien parkinson

b. Mengidentifikasi tingkat keparahan tremor pasien

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

4

c. Melakukan analisis terhadap pengaruh insomnia terhadap tingkat keparahan

tremor pasien parkinson

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh insomnia terhadap tingkat keparahan pasien parkinson, di mana

makin berat derajat insomnia, makin berat pula gangguan tremornya.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih tentang adanya

hubungan antara insomnia dengan tingkat keparahan tremor parkinson.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pembahasan

mengenai gangguan tidur khususnya insomnia, parkinson serta hubungan di

antara hal-hal tersebut

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam

menangani insomnia pada parkinson

b. Dari hasil penelitian ini, kita dapat mengetahui angka kejadian gangguan tidur

yang berkaitan dengan pasien parkinson.

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Parkinson

Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif

yang bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit

neurodegeneratif tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit

Parkison paling banyak dialami pada usia lanjut dan jarang ditemukan

pada umur dibawah 30 tahun. Sebagian besar kasus ditemukan pada usia

40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan kirakira 5% muncul

pada usia dibawah 40 tahun. (PERDOSSI, 2008). Insiden lebih tinggi

pada laki-laki, ras kulit putih dan didaerah industri tertentu, insidensi

terendah terdapat pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika. Faktor

l ingkungan memiliki peranan penting dalam menimbulkan penyakit ini

(Sharma, 2008)

Angka prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara

diperkirakan sebesar 160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian

sekitar 20 per 100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit

Parkinson semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi

berkisar antara 0,5-1% pada usia 65-69 tahun. Pada umur 70 tahun

prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000

populasi pertahun. Prevalensi meningkat sampai 1 -3% pada usia 80 tahun

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

6

atau lebih. Di Indonesia belum ada data prevalensi penyakit Parkinson

yang pasti , namun diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita

penyakit Parkinson.Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pria dari

pada wanita dengan angka perbandingan 3:2 (Joesoef, 2007).

Penyakit Parkinson merupakan salah satu penyebab utama disabilitas di bidang

neurologi (Sobaryati, 2010). Disabilitas yang diakibatkan oleh penyakit ini akan

memberikan pengaruh besar pada standar kehidupan pasiennya. Selain itu, penyakit ini

juga dapat menimbulkan beban yang cukup berat dalam keluarga baik secara finansial

maupun fungsi sosial (WHO, 2008). Suatu studi di Amerika Serikat yang

mengkombinasikan berbagai survei nasionalnya memperkirakan bahwa beban ekonomi

bagi setiap pasien atau pun keluarganya untuk membiayai pengobatan penyakit ini

pertahun adalah USD 12.800 lebih tinggi dibanding biaya kesehatan per tahun bagi

kelompok penduduk dengan kisaran umur yang sama namun tanpa penyakit Parkinson.

Sedangkan kerugian finasial tidak langsung yang diakibatkan oleh penyakit ini,

misalnya kehilangan pekerjaan akibat progresifitas penyakit ini, diperkirakan dapat

mencapai angka USD 10.000 per pasien untuk setiap tahunnya (Kowal, 2013).

Perubahan pola tidur dan kewaspadaan adalah salah satu gejala yang paling sering,

selain parkinsonisme, pada gangguan gerakan . Sebanyak 60 % dari pasien dengan

penyakit Parkinson mengalami insomnia, 15-59 % gangguan perilaku tidur pada fase

(RE) tidur gangguan perilaku (RBDS), dan 30 % mengalami kantuk berlebihan pada

siang hari. (Arnulf , Isabelle : 2015)

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

7

B. Tinjauan Mengenai Insomnia

Area di otak yang berperan untuk kesiagaan terdiri dari beberapa kelompok

neuron yang berpusat di sekitar pons dan formasio retikularis dan meluas ke

hipotalamus. Terdapat beberapa neurotransmitter yang berperan, antara lain histamin

(dihasilkan oleh tuberomammilary nucleus [TMN]), norepinefrin (dihasilkan oleh locus

coeruleus [LC]), serotonin (dihasilkan oleh neuron serotonergik di dorsal raphe nuclei

[DRN]), dopamin (dihasilkan oleh neuron dopaminergik di area ventral tegmentum

[VTA]), dan asetilkolin (dihasilkan oleh neuron kolinergik di basal diensefalon). Setiap

neurotransmitter berperan dalam kesiagaan, namun lesi pada salah satunya tidak

mengganggu kewaspadaan. Nampaknya terdapat sistem yang redundan, di mana

ketiadaan dari satu neurotransmitter akan dikompensasi oleh neurotransmitter lainnya

(Chawla, 2016).

Hipotalamus anterior meliputi nukleus preoptik ventrolateral (VLPO), yang

mengandung gamma-aminobutyric acid (GABA) dan peptida galanin. Substansi-

substansi tersebut berproyeksi ke TMN dan regio kesiagaan di batang otak untuk

menginhibisi kesiagaan (Chawla, 2016).

Terdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur. Sisi tidur adalah VLPO,

dan sisi siaga meliputi neuron histaminergik TMN dan regio kewaspadaan batang otak

(DRN, VTA, dan LC). Setiap sisi menginhibisi sisi lainnya. Neuron hipokretin di

hipotalamus posterolateral berinteraksi baik dengan kondisi tidur maupun bangun dan

bekerja sebagai stabilizer untuk mencegah terjadinya transisi yang tiba-tiba dari kedua

sistem tersebut (Chawla, 2016).

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

8

Nukleus suprakiasmatik (suprachiasmatic nucleus; SCN) dipengaruhi oleh lingkungan

luar yakni silkus terang dan gelap. Sel ganglion retina mentransmisikan sinyal cahaya

melalui traktus retinohipotalamik untuk menstimulasi SCN. Terdapat suatu jaras

multisinaptik dari SCN menuju kelenjar pineal yang memproduksi melatonin. Sintesis

melatonin diinhibisi oleh terang dan distimulasi oleh gelap. Peningkatan kadar

melatonin di malam hari terjadi mulai pukul 8 hingga pukul 10 dan puncaknya antara

pukul 2 hingga pukul 4 dini hari, dan kemudian menurun secara bertahap (Chawla,

2016).

Progresi tidur normal berlangsung melalui sejumlah stadium pada setiap periode

tidur. Berdasarkan data polisomnografik (misalnya elektroensefalografi [EEG],

pergerakan mata, dan tonus otot), tidur dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu non-rapid

eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Setiap tahap ini memiliki

karakteristik yang unik. NREM kemudian dibagi lagi menjadi tidur dangkal (stadium 1

dan 2) serta tidur dalam (stadium 3 dan 4) yang disebut juga tidur gelombang lambat

(slow wave sleep [SWS]) atau delta sleep. Tidur NREM berprogresi dari stadium 1

hingga 4 dengan peningkatan kedalaman tidur dan ambang untuk dibangunkan. REM

sangat berbeda dengan NREM, ditandai dengan peningkatan aktivitas simpatik,

pergerakan mata yang cepat, bermimpi, serta peningkatan kedalaman dan kecepatan

pernapasan (Galimi, 2010).

Levenson (2015) menyatakan bahwa Insomnia merupakan suatu gangguan yang

ditandai dengan adanya ketidakpuasan dalam hal kualitas atau kuantitas tidur, yang

berkaitan dengan kesulitan memulai tidur, seringnya terbangun di malam hari, dan/atau

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

9

cepat terbangun di pagi hari. Hal ini juga ditandai dengan adanya distress yang

signifikan atau gangguan fungsi. Terdapat pula gejala harian seperti kelelahan, rasa

mengantuk, gangguan fungsi kognitif, dan gangguan suasana perasaan.

Pasien insomnia seringkali melaporkan berbagai keluhan subjektif yang

melebihi temuan objektif dari pemeriksaan polisomnigrafi. Perbedaan temuan subjektif

dan objektif pada pasien ini diduga disebabkan oleh proses sensorik yang persisten

selama tidur NREM. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pasien unrtuk

membedakan kapan tidur dan bangun (Kelompok Studi Gangguan Tidur PERDOSSI,

2014).

Berdasarkan Kelompok Studi Gangguan Tidur PERDOSSI (2014), insomnia

terbagi menjadi insomnia akut dan insomnia kronik. Insomnia akut disebut pula

insomnia transient. Adapun insomnia kronik dapat dibagi menjadi insomnia primer dan

sekunder (dengan komorbid).

Insomnia akut merupakan insomnia yang ditimbulkan oleh faktor pemicu yang

diketahui dengan jelas. Insomnia ini terjadi pada individu yang sebelumnya memiliki

pola tidur normal, tanpa adanya keluhan gangguan tidur. Kondisi ini berlangsung tidak

lebih dari satu bulan. (Pinto, 2010)

Untuk insomnia kronik, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu:

predisposisi, presipitasi, dan yang memperburuk. Faktor predisposisi tergantung pada

hiperaktivitas dari sistem kesiagaan (mekanisme respon stres), hiperaktivitas dari aksis

hipotalamus, hipofisis, dan adrenal, anxietas dan depresi, abnormalitas pada

homeostatis tidur dan terjaga, abnormalitas pada ritme sirkadian (kontrol sirkadian

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

10

untuk tidur dan terjaga), dan abnormalitas pada mekanisme intrinsik untuk kontrol tidur

dan terjaga. Faktor presipitasi dan yang memperburuk tergantung pada faktor

psikososial, perubahan perilaku, dan karakteristik kognitif. Insomnia primer dapat

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu psikofisiologik, idiopatik, dan paradoksikal.

Insomnia psikofisiologik terjadi dengan adanya kondisi hiperwaspada yang ditandai

dengan adanya anxietas yang berkaitan dengan tidur disertai timbuknya gejala-gejala

neurokognitif seperti kelelahan dan iritabilitas. Insomnia idiopatik timbul sebelum

pubertas dan menetap hingga dewasa dan biasanya terdapat riwayat insomnia dalam

keluarga. Insomnia paradoksikal adalah adanya keluhan subjektif mengenai kurangnya

kualitas tidur, meskipun secara objektif tidak terdapat abnormalitas tidur yang diperiksa

melalui alat polisomnografi (Chawla, 2016).

Insomnia dapat berkaitan dengan kondisi tertentu yang meliputi gangguan

mental dan afektif (depresi, distimia, gangguan bipolar, anxietas, skizofrenia, dan

gangguan somatoform), higiene tidur yang tidak adekuat (berkaitan dengan kebiasaan

yang tidak sesuai untuk adanya kualitas tidur yang baik, misalnya aktivitas yang

menimbulkan stres secara psikologik, konsumsi kafein, nikotin, alkohol, dan makan

dalam jumlah banyak, aktivitas fisik yang sangat berat menjelang waktu tidur, waktu

tidur dan bangun yang tidak konsisten, tidur siang yang lama, dan tidur menjelang

waktu tidur utama), kondisi medis tertentu (misalnya nyeri, infeksi, penyakit metabolik,

dan hipertiroidisme), serta penggunaan obat tertentu (misalnya psikostimulan dan

antidepresi) (Pinto, 2010).

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

11

Telah diidentifikasi beberapa gen yang mengatur irama sirkadian. Beberapa gen itu

antara lain CLOCK dan Per2. Suatu mutasi adau polimorfisme fungsional pada Per2

dapat mengakibatkan gangguan irama sirkadian yang dapat mengarahkan ke kejadian

insomnia. Adanya mutasi juga telah ditemukan pada gen yang mengkode subunit

GABAA beta 3 subunit pada pasien dengan insomnia kronik (Chawla, 2016).

Beberapa faktor penting yang terlibat dalam patofisiologi insomnia adalah

gangguan irama sirkadian siklus bangun – tidur, irama suhu tubuh, keinginan waktu

tidur dan terjaga. Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa keluhan yang dirasakan

pasien insomnia bukanlah disebabkan oleh adanya gangguan selama mereka tidur atau

karena sleep deprivation, akan tetapi disebabkan oleh karena waktu terjaga kognitifnya

selama 24 jam. Input sensori dan proses informasi tetap terjadi saat meraka tidur dan

mempengaruhi inisiasi tidur dan konsolidasi. Pasien insomnia memiliki tingkat

metabolisme yang lebih tinggi dan aktivitas elektroensefalografi yang lebih tinggi

frekuensinya selama tidur (Kelompok Studi Gangguan Tidur PERDOSSI, 2014).

Salah satu alat ukur penilaian insomnia yakni yang telah dilakukan oleh

Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).

KSPBJ-IRS digunakan untuk mengukur tingkat insomnia lansia. Kuesioner. KSPBJ-

IRS berupa daftar pertanyaan mengenai kesulitan untuk memulai tidur, terbangun pada

malam hari, terbangun lebih awal atau dini hari, merasa mengantuk pada siang hari,

sakit kepala pada siang hari, merasa kurang puas terhadap tidur, merasa kurang nyaman

atau gelisah saat tidut, mendapati mimpi buruk, badan terasa lemah, letih, kurang tenaga

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

12

setelah tidur, jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan, tidur selama enam jam

dalam semalam.

Konsekuensi insomnia pada kehidupan sehari-hari adalah munculnya rasa lelah,

penurunan energi dan motivasi, gangguan kognitif (seperti konsentrasi, memori, reaksi,

dan pengambilan keputusan, penurunan performa, penurunan produktivitas di sekolah

dan tempat kerja, perubahan mood, dan penurunan kualitas hidup (Kelompok Studi

Gangguan Tidur PERDOSSI, 2014).

Insomnia merupakan kasus gangguan tidur tersering dijumpai dalam praktik

sehari-hari. Sepertiga populasi dewasa mengeluhkan insomnia dan sekitar 10% di

antaranya mengalami insomnia kronik. Prevalensi insonmnia lebih banyak pada

kelompok lansia, status sosial ekonomi rendah, pekerja dengan sistem rotasi (shift), dan

korban perceraian. Wanita juga lebih sering terkena insomnia dibandingkan pria.

Prevalensi insomnia juga meningkat pada populasi pengguna alkohol atau NAPZA,

pasien yang sedang dirawat di rumah sakit atau asrama, dan pasien yangs edang

mengalami gangguan medis atau neurologis tertentu (Kelompok Studi Gangguan Tidur

PERDOSSI, 2014).

Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi terjadinya insomnia pada

populasi umum dilaporkan bervariasi, yakni 6% hingga 48%. Disebutkan pula bahwa

sekitar 30% orang dewasa pernah mengeluhkan satu atau lebih gejala insomnia.

Insomnia kronik dilaporkan terjadi pada sekitar 10% hingga 15% dalam populasi

umum (Galimi, 2010).

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

13

C. Tinjauan Mengenai Tremor

Tremor adalah gerakan osilasi ritmik, selang-seling otot agonis dan antagonis,

sinusoidal, teratur. Kualitas ritmiknya yang membedakan tremor dengan gerakan

involunter lainnya, dan keterlibatan otot agonis dan antagonis membedakannya dengan

klonus. (Alarcon : 2004)

Suatu tremor normal, atau fisiologis, sudah melekat dalam sistem motorik. Ada

dalam semua kelompok otot yang berkontraksi dan persisten pada keadaan terjaga dan

bahkan pada fase fase-fase tertentu dari tidur. Merupakan gangguan gerakan yang

paling sering ditemukan, tetapi hanya sebagian kecil yang meminta bantuan medik.

Insiden dan prevalensi tremor meningkat seiring bertambah usia, mengenai lebih dari

4% pasien usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari 2/3 populasi yang mengalami tremor

pada tangan mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari - hari, dan menyebabkan

gangguan fungsional dan sosial. (Alarcon : 2004)

Etiologi dan patofisiologi tremor esensial belum pasti. Sekitar 50% tremor

esensial disertai riwayat keluarga, yang merupakan penyakit autosomal dominan, yang

berhubungan dengan tiga lokus (ETM1 pada 3q13, ETM2 pada 2p22-25 dan lokus

6p23) sebagai tambahan terhadap suatu polimorfis (Ser9Gly) pada gen pengkode

reseptor dopamine D3 yang meningkatkan risiko tremor esensial. (Alarcon : 2004)

Beberapa hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan fisiologik tremor, yang

tradisional yaitu merupakan refleksi dari vibrasi pasif jaringan tubuh yang dihasilkan

oleh aktivitas mekanik yang berasal dari jantung. Tentunya hal ini bukannya penjelasan

lengkap. (Aminof MJ : 1999)

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

14

Tremor esensial klasik dapat disebabkan adanya abnormalitas pada segitiga

Guillain- Mollaret (nukleus ruber, nukleus oliva, dan serebellum). Beberapa studi

neurofisiologi baik secara langsung maupun tidak langsung menyatakan jaringan

neuronal, termasuk thalamus (termasuk nukleus ventralis intermedius), korteksi

sensorimotoris, nukleus oliva inferior, dan serebellum menyebabkan tremor esensial.

Terdapat peningkatan getaran dari traktus olivoserebelaris ke traktus rubrothalamikus.

Peningkatan metabolisme glukosa pada nucleus oliva dan peningkatan aliran darah pada

nukleus ruber, serebellum, dan thalamus bilateral pada pemeriksaan PET pada pasien

tremor esensial. Pada binatang, tremor serupa tremor esensial dipicu melalui stimulasi

nukleus oliva oleh harmalin alkaloid dan obat-obat serotonergik. (Alarcon : 2004)

Tremor esential non-klasik atau tremor esensial tidak terklasifikasi yaitu tremor

yang disertai gejala- gejala neurologis lainnya, seperti ataksia, bradikinesia ringan, atau

hipomimia; atau menjadi tremor istirahat. Hal ini dapat salah didiagnosis dengan

penyakit Parkinson.Namun, tremor esensial, tonus otot dan kekuatan otot normal.

(Alarcon : 2004).

Salah satu alat ukur penilaian tremor yakni dalam bentuk kuesioner TETRAS©

(The Essential Tremor Assesment Rating Scale) yang dibuat oleh Rodger Elbe for The

Tremor Research Group (TRG). TETRAS© dapat digunakan sebagai alat ukur penilain

dalam penelitian karena cepat, terpercaya, dan aplikatif dalam penggunaannya.

TETRAS© dapat digunakan untuk menilai derajat keparahan tremor dalam aktivitas

keseharian pasien yang mengalami gejala tremor. Dalam penilaian untuk aktivitas

keseharian TETRAS© menilai 12 aktivitas yakni berbicara, makan dengan

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

15

menggunakan sendok, minum dari gelas, kebersihan, memakai baju, menuangkan,

membawa makanan diatas piring, mengunci, menulis, bekerja, aktivitas keseharian, dan

efek social.(Roger : 2012)

D. Hubungan antara Insomnia dan Parkinson

Ada beberapa penelitian dan artikel yang menghubungan gejala insomnia dan

Parkinson. Salah satunya oleh Bradley (2013) dimana dijelaskan Penyakit Parkinson

adalah gangguan progresif neurodegenerative yang berhubungan dengan patologi pada

Lewy-body dalam struktur sistem saraf pusat dan perifer. Meskipun penyebab penyakit

Parkinson tidak sepenuhnya dipahami, analisis klinikopatologi telah menunjukkan

bahwa sistem posits untuk perubahan patologis pada Lewy body penyakit terkait. Sistem

ini menunjukkan topografi memprediksi perkembangan penyakit Lewy body dalam SSP,

dimulai pada struktur penciuman dan medula, kemudian berkembang rostrally dari

medula ke pons, kemudian ke otak tengah dan substantia nigra, struktur limbik, dan

struktur neokorteks. Jika topografi ini dan evolusi temporal penyakit Lewy body tidak

terjadi, manifestasi lain dari penyakit sebagai akibat dari degenerasi struktur penciuman

dan pontomedullary secara teoritis bisa dimulai bertahun-tahun sebelum perkembangan

degenerasi nigral menonjol dan fitur parkinsonian terkait penyakit Parkinson. Salah satu

manifestasi seperti penyakit prodromal Parkinson adalah gerakan mata (REM)

gangguan perilaku tidur cepat, yang merupakan parasomnia dimanifestasikan dengan

mimpi hidup yang terkait dengan perilaku mimpi berlakunya selama tidur REM.

Temuan dari penelitian hewan dan manusia telah menyarankan bahwa lesi atau

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

16

disfungsi dalam tidur REM dan kontrol motor sirkuit di struktur pontomedullary

menyebabkan perilaku tidur REM gangguan fenomena, dan degenerasi struktur ini

mungkin menjelaskan kehadiran perilaku tidur REM gangguan tahun atau dekade

sebelum onset parkinson pada orang yang mengembangkan penyakit Parkinson.

(Bradley : 2013)

Pada penelitian lain yakni secara deskriptif oleh Iranzo A, dkk (2006)

menunjukkan bahwa pada orang orang dengan gangguan pola tidur akan memudahkan

pengembangan gangguan neurodegenerative. Sehingga gangguan tidur dapat dijadikan

sebagai dasar untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan neurodegenerative. Temuan

ini mungkin lebih menarik ketika strategi pengobatan dini yang efektif dan obat

neuroprotektif menjadi tersedia. (Irzano:2006)

Gejala non -motor pada pasien Parkinson nampaknya terkait dengan insomnia

subjektif. Gejala-gejala tersebut antara lain terkait dengan kelelahan dan pengobatan

dopaminergic yang berhubungan dengan gejala Parkinson. (Chung : 2013)

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

17

D. Kerangka Konsep

: variabel dependen

: variabel independen

: variabel antara

Insomnia

PARKINSON

- Tremor - Rigidity - Akinesia - Postural Instability

Peningkatan

Derajat Tremor

Insomnia

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitian analisis deskripsional secara potong

lintang.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian adalah di RSUP Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya

sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan Juli-Agustus 2016 hingga bulan

September 2016

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien poliklinik dan pasien rawat inap

dengan diagnosis Penyakit Parkinson.

D. ANALISIS DATA DAN UJI STATISTIK

Data penelitian dicatat dalam formulir instrumen penelitian. Setelah terkumpul,

data diolah melalui analisis statistik dengan SPSS for windows Version 22. Untuk

melihat pengaruh insomnia terhadap derajat keparahan tremor pasien Parkinson

digunakan uji t Test.

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh jumlah sampel sebanyak 25

orang dengan data usia, jenis kelamin, nilai Insomnia Rating Scale dan nilai TETRAS ©

yang dilampirkan sebagai berikut :

No.

Usia

(tahun)

Jenis

Kelamin

Nilai

IRS

Nilai

TETRAS

1 63 Pria 10 16

2 72 Wanita 11 15

3 55 Pria 10 12

4 45 Wanita 14 27

5 26 Wanita 14 24

6 54 Pria 11 14

7 54 Pria 13 16

8 46 Pria 11 18

9 60 Pria 13 14

10 75 Pria 10 16

11 46 Pria 12 14

12 60 Pria 10 16

13 53 Wanita 9 13

14 64 Pria 8 17

15 46 Pria 8 15

16 50 Pria 10 16

17 54 Pria 3 18

18 60 Pria 8 13

19 76 Pria 12 19

20 55 Pria 8 15

21 65 Pria 14 29

22 50 Pria 12 23

23 68 Pria 15 22

24 55 Pria 13 15

25 72 Pria 17 27

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

20

Tabel 1. Data sampel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin,nilai

Insomnia Rating Scale, dan TETRAS©

Dari data tersebut kemudian kami kelompokkan lagi berdasarkan jenis

kelamin. Berdasarkan jenis kelamin kami mendapatkan 21 sampel berjenis kelamin

laki-laki dan 3 sampel berjenis kelamin perempuan. Atas dasar tersebut kami lakukan

uji t-Test diperoleh nilai P>0.05 sehingga tidak tidak ada perbedaan hasil yang

signifikan secara uji t-tes student gejala Insomnia dengan laki-laki maupun perempuan

terhadap derajat keparahan tremor sedang dan ringan dengan menggunakan TETRAS©

pada pasien penyakit Parkinson

Grafik 1 Uji t-tes student pada sampel data jenis kelamin dengan nilai TETRAS©.

Berdasarkan data tersebut kemudian kami kelompokkan lagi berdasarkan usia.

Berdasarkan usia kami dapatkan ada 14 sampel penelitian berusia dibawah 60 tahun dan

11 sampel penelitian berusia diatas atau sama dengan 60 tahun. Atas dasar tersebut

kami lakukan uji t-Test diperoleh nilai P>0.05 sehingga tidak tidak ada perbedaan hasil

yang signifikan secara uji t-tes student gejala Insomnia dengan laki-laki maupun

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

21

perempuan terhadap derajat keparahan tremor sedang dan ringan dengan menggunakan

TETRAS© pada pasien penyakit Parkinson

Grafik 1 Uji t-tes student pada sampel data jenis kelamin dibandingkan dengan tingkat

keparahan tremor Pasien Parkinson

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan :

1. Gejala insomnia hampir sering ditemukan pada seluruh pasien parkinson sebagai

gejala non motorik pasien parkinson.

2. Tingkat keparahan tremor Parkinson dengan insomnia berada di tingkat ringan

berdasarkan nilai TETRAS ©.

3. Secara Statistik tidak ditemukan hubungan antara insomnia dengan derajat

keparahan tremor pasien Parkinson baik itu berdasarkan atas jenis kelamin

maupun usia.

B. Saran

Adapun saran penelitian selanjutnya ini :

1. Jumlah sampel yang lebih besar dari jumlah sampel pada penelitian sekarang.

2. Memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi insomnia pasien Parkinson

yang disebabkan oleh gejala pasien Parkinson itu sendiri

3. Perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat keparahan

pasien Parkinson.

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

23

DAFTAR PUSTAKA

Alarcon, F, Zijlmans JCM, Duerias G, Cevallos N. (2004). Post -

Stroke Movement Disorders : report of 65 patients. J. Neurol

Neurosurgery Psychiatry (75) : 1568-1574. Alarcon, F, Zijlmans JCM,

Duerias G, Cevallos N. (2004). Post -Stroke Movement Disorders :

report of 65 patients. J. Neurol Neurosurg Psychiatry (75) : 1568-

1574.

Arnulf, Isabelle. Sleepiness in Idiopathic REM Sleep Behavior Disorder and

Parkinson Diseas. 2015; 15 [PubMed]

Boeve, Bradley. Idiopathic REM sleep behaviour disorder in the development of

Parkinson's disease. Volume 12, No. 5, p469–482, May 2013

Chung,Seokchoon.Bochneen, Nicholaas. Insomnia and Sleepiness in Parkinson

Disease: Associations with Symptoms and Comorbidities. Journal of Clinical Sleep

Medicine. http:///10.5664/jcsm.3150

Chawla J, Benbadis SR. Insomnia. Updated Februari 22, 2016.

http://emedicine.medscape.com/article/1187829-clinical#showall. Accessed April 5,

2016.

Galimi R. Insomnia in the elderly: an update and future challenges. G Gerontol

2010;58:231-247

Irzano. Rapid-eye-movement sleep behaviour disorder as an early marker for a

neurodegenerative disorder: a descriptive study. Lancet Neurol. 2006 Jul;5(7):572-

7.

Joesoef AA, Agoes A, Purnomo H, Dalhar M, Samino. Konsensus tatalaksana

penyakit parkinson. Surabaya: Kelompok Studi Movement Disorder (Gangguan

Gerak) Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI), 2007.

Kelompok Studi Gangguan Tidur. Panduan Tatalaksana Gangguan Tidur Edisi 1

Tahun 2014. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Kelompok Studi Neurobehaviour. Modul Neurobehaviour. 2008. Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Levenson JC, Kay DB, Buysse DJ. The Pathophysiology of Insomnia. CHEST

2015; 147( 4 ): 1179 – 119

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20714 › Makalah Lengkap Insomnia... repository.unhas.ac.idTerdapat model flip-flop untuk regulasi bangun-tidur.

24

Pinto LR, Alves RC, Caixeta E, Fontenelle JA, Bacellar A, Poyares D. New

guidelines for diagnosis and treatment of insomnia. Arq Neuropsiquiatr

2010;68(4):666-675

Sharma, Nutan. Parkinson Disease. Greenwood Press :2008