repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2010... · Web view...
Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 2010... · Web view...
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan merupakan gambaran secara umum dari judul
penelitian yang dirumuskan dalam suatu metode yang sistematis. Bab ini
akan menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual, dan metode penelitian.
1.1.Latar Belakang
Runtuhnya rezim orde baru yang ditandai dengan turunnya Presiden
Soeharto dari kekuasaan pada tahun 1998 telah membawa berbagai
perubahan mendasar bagi kehidupan politik di Indonesia. Amandemen UUD
1945 merupakan produk masa transisi pasca orde baru tersebut yang
mempunyai implikasi amat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,
khususnya di bidang politik. Selain itu pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999
yang kemudian diganti menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang mengatur Otonomi Daerah juga membawa
implikasi mendasar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Salah satu
institusi yang mengalami dampak mendasar akibat pemberlakuan UU No. 32
Tahun 2004 itu adalah kecamatan. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tersebut
kecamatan tidak lagi merupakan suatu wilayah kekuasaan pemerintahan,
melainkan sebagai satuan wilayah kerja atau pelayanan. Status kecamatan
kini merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang setara dengan dinas
dan lembaga teknis daerah, bahkan setara dengan kelurahan. Hal ini
dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 120 ayat (2) dari UU No. 32 Tahun
1
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2004 tersebut, yakni : “Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,
kecamatan dan kelurahan”.1
Sejalan dengan itu, camat tidak lagi ditempatkan sebagai kepala
wilayah dan wakil pemerintah pusat seperti dalam UU No. 5 Tahun 1974,
melainkan sebagai perangkat daerah. Camat merupakan “perpanjangan
tangan” bupati. Seperti dikatakan Kertapradja (2007) bahwa:
“Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas-tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat daerah dalam lingkungan wilayah kecamatan”.2
Dilihat dari sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
macam yaitu kewenangan atributif dan kewenangan delegatif. Kewenangan
atributif adalah kewenangan yang melekat dan diberikan kepada suatu
institusi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kewenagan delegatif adalah kewenagan yang berasal dari
pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi
tingkatannya.3
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, camat selain
menerima kewenangan yang bersifat delegatif juga memiliki kewenagan yang
bersifat atributif. Hal ini juga diperjelas dalam PP Nomor 19 Tahun 2008
dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2). Dalam Pasal 126 UU No. 32 Tahun
1 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.2 Rilus A Kinseng, Kelembagaan dan Tata Pemerintahan Kecamatan, Bogor, Hal. 2.3 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 22.
2
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2004 ayat (3), atau dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 pada Pasal 15 ayat (1),
tugas umum pemerintahan yang dimaksud yang juga merupakan kewenagan
atributif meliputi:4
a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
dan
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan.
Kemudian dalam Pasal 15 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008
dijelaskan bahwa :” Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) camat
melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang
meliputi aspek:
4 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008
3
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
a. Perizinan;
b. Rekomendasi;
c. Koordinasi;
d. Pembinaan;
e. Pengawasan;
f. Fasilitasi;
g. Penetapan;
h. Penyelenggaraan; dan
i. Kewenangan lain yang dilimpahkan.”
Sedangkan pada ayat (5) Pasal 15 PP Nomor 19 Tahun 2008 lebih
jauh menegaskan tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
tugas dan wewenang camat diatur dengan peraturan bupati/walikota.
Perubahan pada UU No. 32 Tahun 2004 yang memberikan kewenagan
kepada camat antara lain kewenagan atributif dan kewenagan delegatif
dipandang sebagai penyempurnaan atas UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No.
22 Tahun 1999.5
Kecamatan Sumarorong merupakan salah satu kecamatan yang
sedikit telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang
bila dibandingkan beberapa kecamatan yang terdapat di Kabupaten Mamasa.
Secara umum, masyarakat Sumarorong merupakan masyarakat yang
bercorak agraris, bidang pertanian merupakan ujung tombak sistem
5 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 35.
4
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
ketahanan pangan masyarakat meskipun di bidang lain seperti perkebunan,
peternakan, perikanan, kehutanan, dan sebagainya juga menjadi prioritas
dalam sistem kehidupan masyarakat Sumarorong. Dari segi Sumber Daya
Alam (SDA), Sumarorong dapat dianggap sebagai kecamatan yang potensial
dalam sistem otonomi daerah saat ini.
Camat sebagai ujung tombak pemerintah daerah secara jelas dalam
UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 126 ayat (3) menyatakan bahwa camat
menjalankan tugas umum pemerintahan yang dalam pembahasan di atas
disebut sebagai kewenangan atributif. Camat diharapkan mampu melihat
potensi wilayah yang dimiliki dan ikut bertanggungjawab dan bertugas dalam
hal kemajuan masyarakat dan lingkungan wilayah kerjanya. Persoalannya
adalah kewenangan yang dimiliki camat dalam menjalankan tugas umum
pemerintahan lebih banyak hanya sebatas mengkoordinasikan. Dari hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Sumarorong, pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab camat lebih banyak mengarah pada suatu posisi
camat yang tidak startegis dalam pengambilan keputusan. Camat
menafsirkan bahwa posisinya yang hanya sebatas dikoordinasikan dan
mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan dalam wilayah kecamatan
menyebabkan pelaksanaan tugas yang tidak jelas. Sebagai cantoh:
pelaksanaan tugas dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, penegakan
peraturan perundang-undangan, ketentraman dan ketertiban umum,
pembinaan, dan pelayanan kepada masyarakat telah terbagi habis pada
semua UPTD, Instansi Vertikal, dan SKPD yang ada di daerah sehingga
5
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
posisi camat dalam menjalankan kewenangan oleh undang-undang pun tidak
terlalu rinci. Konsekuensinya adalah pelaksanaan kewenangan camat
sebagai pimpinan SKPD kecamatan tidak terlalu nampak dan dirasakan oleh
masyarakat.
Permasalahan pelaksanaan kewenangan atributif yang kini dimiliki
oleh camat menarik menjadi suatu fokus masalah penelitian untuk
mengetahui seberapa jauh camat berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan kecamatan. Dengan demikian judul “Studi Pelaksanaan
Kewenagan Camat Di Kecamatan Sumarorong (Studi Kasus Pelaksanaan
Kewenagan Atributif)” diharapkan memberikan gambaran yang real tentang
pelaksanaan kewenangan camat di era otonomi daerah.
1.2.Permasalahan
1.2.1. Identifikasi Masalah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan di era otonomi
daerah tentu tidak terlepas dari berbagai masalah. Adapun masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi berdasarkan studi perndahuluan yang telah
dilakukan di Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa adalah sebagai
berikut:
a. Pemberlakuan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan PP Nomor 19 Tahun
2008 menyebabkan seorang camat harus lebih proaktif dalam
menjalankan tugas umum pemerintahan. Meski demikian hal ini belum
sepenuhnya nampak pada Kecamatan Sumarorong;
6
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
b. Adanya persepsi dan penafsiran yang sempit terhadap posisi camat
berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan PP 19 Tahun 2008 dalam
menyelenggarakan pemerintahan kecamatan.
1.2.2. Pembatasan Masalah
Kajian mengenai Studi Pelaksanaan Kewenangan Camat di
Kecamatan Sumarorong ini merupakan suatu kajian yang sangat luas.
Mengingat berbagai keterbatasan, penelitian terlebih dahulu diprioritaskan
pada 2 (dua) aspek yaitu: pertama, pelaksanaan kewenangan Camat
Sumarorong tentang tugas umum pemerintahan. Kedua, faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan kewenagan atributif camat. Kemudian
ruang lingkup masalah akan dibatasi pada masa periode Bupati Mamasa
Tahun 2008/2013.
1.2.3. Perumusan Masalah
Berangkat dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka masalah penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan kewenangan atributif Camat Sumarorong?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan kewenagan
atributif Camat Sumarorong?
1.3.Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini untuk merumuskan tata pemerintahan
kecamatan bidang kewenangan, sedangkan tujuannya antara lain:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan kewenangan atributif Camat
Sumarorong dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan;
7
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
kewenangan atributif Camat Sumarorong.
1.4.Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
Pemerintah Kabupaten Mamasa secara khusus Kecamatan Sumarorong
sebagai bahan pembuatan kebijakan mengenai pelaksanaan kewenangan
oleh Camat Sumarorong dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan.
Sedangkan secara akademis, diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu
pemerintahan khususnya model/desain tata pemerintahan kecamatan di era
otonomi daerah secara khusus tentang kewenangan atributif camat.
1.5.Kerangka Konseptual
1.5.1. Konsep Kewenangan
Untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan
kewenangan sangatlah penting. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata ”wewenang” memiliki arti :
a. Hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan;
b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan
tanggungjawab kepada orang lain;
c. Fungsi yang boleh dilaksanakan.
Sedangkan “kewenangan” memiliki arti:
a. Hak berwenang;
b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu;
Selain itu “kekuasaan” dalam KBBI memiliki arti:
8
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
a. Kuasa (untuk mengurus, memerintah, dan sebaginya)
b. Kemampuan, kesanggupan;
c. Daerah (tempat dsb) yang dikuasai;
d. Kemampuan orang atau golongan, untuk menguasai orang atau
golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, atau
kekuasaan fisik;
e. Fungsi menciptakan dan memantapkan kedamaian, keadilan serta
mencegah dan menindak ketidakdamaian atau ketidakadilan.6
Sedangkan Soekanto (2003) menguraikan beda antara kekuasaan
dan wewenang bahwa:
“Setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai dukungan atau mendapat pangkuan dari masyarakat”.7
Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa
digunakan dalam lapangan hukum publik; namun sesunggunya terdapat
perbedaan diantara keduanya. Kewenangan adalah apa yang disebut
“kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan
oleh undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administrtif.
Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau
kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan
tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian
6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 12727 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Hal. 91-92
9
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
tertentu dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi
perintah, dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.8
Berdasarkan sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu kewenangan atributif dan kewenangan delegatif.
Kewenangan atributif adalah kewenangan yang melekat dan diberikan
kepada suatu institusi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan kewenagan delegatif adalah kewenagan yang berasal
dari pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi
tingkatannya.9
1.5.3. Pelaksanaan dan Pelimpahan Kewenangan
Apabila bupati/walikota belum mendelegasikan sebagian kewenangan
pemerintahan kepada camat, apakah tidak mempunyai kewenangan apa-
apa? Mengenai hal ini ada dua pandangan. Pertama, mengatakan bahwa
camat praktis tidak lagi mampu menjalankan fungsi dengan baik, karena
camat tidak dapat mengambil keputusan-keputusan strategis yang berkaitan
kepentingan publik karena dapat menimbulkan implikasi hukum yang
melemahkan bagi camat. Kedua, di dalam pemerintahan tidak boleh ada
kekosongan kekuasaan, dengan demikian apabila belum ada ketentuan yang
baru, maka ketentuan lama masih dapat digunakan, yang terpenting
8 Ibid9 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 22.
10
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pelayanan kepada masyarakat tidak terlantar (prinsip mengutamakan
kepentingan umum atau salus populi suprema lex).10
Merujuk pendapat Wasistiono (2005) bahwa:
“Tugas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan status yang harus ditunaikan oleh seseorang. Sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power) atau kekuasaan yang terlembagakan (institusinalized power). Kekuasaan pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang membuat seseorang atau orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Dalam pengertian administtrasi, hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (organisai). Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam kewenangan terdapat kekuasaan dan sebaliknya. Jadi kewenangan dan kekuasaan pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan”.11
Menurut Ensiklopedia Administrasi, sebagaimana dikutip oleh
Wasistiono (2005), bahwa:
“Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan yang disebut tanggung jawab adalah keharusan pada seseorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban mempunyai kaitan sangat erat yang dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan”.12
Terry (1960) menyatakan bahwa:
”Authority is the power or the right to act, to command, or to exact action by others”. Kewenangan berkaitan dengan kekuasaan atau hak untuk melakukan atau memerintah, atau mengambil tindakan melalui orang lain. Pada bagian lain Wasistiono (2005) mengemukakan bahwa pelimpahan kewenangan dari seorang eksekutif atau unit organisasi kepada yang lain adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Sedangkan menurut Terry (1960) bahwa: “Delegation means confreing authority from one exsecutive or organizasional unit to another in order
10 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 48.11 Ibid12 Ibid
11
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
to accomplish particular assignment”. Artinya pelimpahan kewenangan dapat berasal dari seseorang pejabat eksekutif atau satu unit organisasional. Selanjutnya Terry (1960:300) mengemukakan tentang adanya dua alasan penting mengenai perlunya pelimpahan kewenangan, yaitu: (1) Kemampuan seseorang menangani pekerjaan ada batasnya; (2) Perlu adanya pembagian tugas dan kaderisasi kepemimpinan”.13
Agar pelimpahan kewenangan dapat efektif, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan oleh Donnel and
Weihrich (1980). Menurut pendapat mereka, terdapat 7 (tujuh) prinsip untuk
melakukan pelimpahan kewenangan, yaitu:
a. Principle of delegation by result expected
Bahwa pelimpahan didasarkan pada hasil yang dapat diperkirakan,
maksudnya adalah pelimpahan diberikan berdasarkan tujuan dan rencana
yang telah disiapkan sebelumnya.
b. Principle of functional definition
Pelimpahan berdasarkan prinsip defenisi fungsional. Berdasarkan
prinsip ini dimaksudkan bahwa pelimpahan kewenangan hendaknya
didasarkan pertimbangan-pertimbangan fungsional agar pekerjaan atau
tugas tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efesien.
c. Scalar Principle
Prinsip berurutan berdasarkan hierarki jabatan. Maksudnya adalah
bahwa kewenangan yang diberikan hendaknya dilimpahkan secara berurutan
dari jabatan tertinggi hingga jabatan dibawahnya.
d. Authority level principle
13 Ibid
12
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Prinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya
pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang dimiliki
pejabat atau satu unit organisasi tertentu.
e. Authority of unity of command
Yaitu prinsip kesatuan komando. Prinsip ini menekankan akan
pentingnya satu kesatuan komando dalam pelimpahan kewenangan.
f. Principle of absoluteness of responsibility
Mengharapkan pelimpahan kewenangan diimbangi dengan pemberian
tanggung jawab yang penuh kepada pihak yang diberi delegasi kewenangan,
sehingga pihak yang melimpahkan tidak seharusnya terlalu campur tangan
terhadap urusan yang sudah dilimpahkannya.
g. Principle of parity of authority of responsibility
Prinsip keseimbangan dan tanggung jawab, artinya bahwa
kewenangan yang dilimpahkan harus dibarengi tanggung jawab yang
seimbang.14
1.5.3. Kewenangan Camat
Menurut Pasal 126 ayat (3) dan PP Nomor 19 Tahun 2008 pada Pasal
15 ayat (1), camat melaksanakan tugas umum pemerintahan yang
merupakan kewenangan artibutif yang meliputi:
a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
14 Sadu Wasistiono,dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 49-50
13
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
dan
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan.15
Tugas camat dalam mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a PP
Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam
perencanaan pembangunan lingkup kecamatan dalam forum
musyawarah perencanaan pembangunan di desa/kelurahan dan
kecamatan;
15 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008
14
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap keseluruhan unit
kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja
dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja kecamatan;
c. Melakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat di wilayah kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja
pemerintah maupun swasta;
d. Melakukan tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang -undangan; dan
e. Melaporkan pelaksanaan tugas pemberdayaan masyarakat di wilayah
kerja kecamatan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada
satuan kerja perangkat daerah yang membidangi urusan
pemberdayaan masyarakat.16
Tugas camat dalam mengoordinasikan upaya peyelenggaraan
ketenteraman dan ketertiban umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan koordinasi dengan kepolisian Negara Republik Indonesia
dan/atau Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan kegiatan
penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum di wilayah
kecamatan;
b. Melakukan koordinasi dengan pemuka agama yang berada di wilayah
kerja kecamatan untuk mewujudkan ketenteraman dan ketertiban
umum masyarakat di wilayah kecamatan; dan
16 Ibid
15
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
c. Melaporkan pelaksanaan pembinaan ketenteraman dan ketertiban
kepada bupati/ walikota.17
Tugas camat dalam mengoordinasikan penerapan dan penegakan
peraturan perundang - undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf c PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang
tugas dan fungsinya di bidang penerapan peraturan perundang-
undangan;
b. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang
tugas dan fungsinya di bidang penegakan peraturan perundang-
undangan dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
c. Melaporkan pelaksanaan penerapan dan penegakan peraturan
perundang - undangan di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.18
Tugas camat dalam mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
huruf d PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan/atau
instansi vertikal yang tugas dan fungsinya di bidang pemeliharaan
prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
b. Melakukan koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan
pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan
17 Ibid18 Ibid
16
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
c. Melaporkan pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.19
Tugas camat dalam mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan di tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf e PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan
instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
b. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan satuan
kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
c. Melakukan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di
tingkat kecamatan; dan
d. Melaporkan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan kepada bupati/walikota.20
Tugas camat dalam membina penyelenggaraan pemerintahan desa
dan/atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf f
PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi
pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
b. Memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi, dan konsultasi
pelaksanaan administrasi desa dan/atau kelurahan;
19 Ibid20 Ibid
17
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa
dan/atau lurah;
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa
dan/atau kelurahan;
e. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan di tingkat kecamatan; dan
f. Melaporkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat
kecamatan kepada bupati/walikota.21
Tugas camat dalam melaksanakan pelayanan masyarakat yang
menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerintahan desa atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
aya t (1) huruf g PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:
a. Melakukan perencanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di
kecamatan;
b. Melakukan percepatan pencapaian standar pelayanan minimal di
wilayahnya;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pelayanan kepada masyarakat di kecamatan;
d. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat di wilayah kecamatan;
21 Ibid
18
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
e. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di
wilayah kecamatan kepada Bupati/Walikota.22
1.5.4. Faktor-Faktor Berpengaruh
Tugas umum pemerintahan sebagai kewenangan atributif camat
mencakup tiga jenis kewenangan yakni kewenangan melakukan koordinasi
yang meliputi lima bidang kewenangan, kewenangan melakukan pembinaan,
serta kewenangan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan koordinasi
dan pembinaan merupakan bentuk pelayanan secara tidak langsung (indirect
service), karena yang dilayani adalah entitas pemerintahan lainnya sebagai
pengguna (users), meskipun pengguna akhirnya (end users) tetap
masyarakat. Sedangkan kewenangan pemberian pelayanan kepada
masyarakat, pengguna maupun pengguna akhirnya sama yakni masyarakat
ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan secara langsung (direct
services).23 Kecamatan sebagai organisasi pemerintahan diciptakan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karenanya diperlukan
sumber daya seperti keuangan yang cukup, personil yang berkemampuan,
logistik/sarana dan prasarana, lingkungan, dll.
Guna mencapai efektifitas organisasi pemerintahan, Forland
(1967:394) mengemukakan ada 4 (empat) faktor penentu, yaitu:
1. Kewenangan dan tanggungjawab yang jelas;
2. Pengawasan dan pengamatan yang saksama;
22 Ibid23 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 34-35.
19
CamatKewenagan atributifKewenangan Menggordinasikan, Membina, dan Pelayanan
Masyarakat
Pelaksanaan Kewenangan
Prinsip-Prinsip Kewenangan:Hasil
Defenisi fungsi Kejelasan hierarki jabatan terhadap kewenangan
Jenjang kewenanganKesatuan komando
Tanggungjawab yang penuh/jelasKeseimbangan kewenangan
Unit Kerja(Pemerintah/Swasta)
Faktor-Faktor yang berpengaruh:
Kejelasan kewenangan dan pengaturannyaKejelasan tanggungjawab
Kompetensi camat Pengawasan
Sarana dan prasaranaPembiayaan/anggaran
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
3. Fasilitas-fasilitas yang efektif;
4. Menggunakan kemampuan/kualitas pemimpin.24
Permasalahan dan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian
ini dapat disederhanakan seperti berikut.
Gambar 1.1Kerangka Konseptual Penelitian
24 Siti Aisyah dan H.M. Aries Djaenuri, Koordinasi Pemerintahan Daerah, Hal. 78
20
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
1.6.Metode Penelitian
1.6.1. Lokasi Penelitian
Berdasakan judul penelitian, maka penelitian ini berlokasi di wilayah
Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
1.6.2. Tipe Penelitian
Tipe Penelitian adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu tipe
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan situasi
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek yang diteliti di mana
hasil deskriptif dilanjutkan dengan penjelasan secara rinci dan mendetail
tentang situasi dan kondisi pelaksanaan kewenangan camat di Kecamatan
Sumarorong Kabupaten Mamasa.
1.6.3. Informan
Informan merupakan pihak yang dapat memberikan informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian.25 Informan yang akan
diwawancarai di dalam penelitian ini tidak hanya terbatas di kalangan pejabat
pemerintah kecamatan yang bertanggung jawab dalam kewenanagan camat,
tetapi juga kalangan di luar unsur Pemerintah Kecamatan.
25 Abdullah;2003
21
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Adapun informan yang diyakini akan dapat memberikan data dan atau
informasi yang tepat dan akurat di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bupati/Sekertaris Daerah Kabupaten Mamasa;
b. Asisten Bupati Bidang Pemerintahan;
c. Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Mamasa;
d. Camat Sumarorong;
e. Instansi Vertikal yang ada di Kecamatan Sumarorong;
f. Lurah yang ada di wilayah Kecamatan Sumarorong;
g. Kepala Desa yang ada di wilayah Kecamatan Sumarorong;
h. Kepala Dinas Teknis Daerah/Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ada
di Kecamatan Sumarorong;
i. Tokoh Masyarakat;
1.6.4. Sumber Data
Dari penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan sumbernya dapat
diklasifikasikan menjadi dua sumber yaitu :
a. Data Primer, yaitu suatu obyek atau dokumken original-material materi
mentah dari pelaku yang disebut “first-hand information”. Data yang
dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data
primer.26 Data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara
26 Dr. Ulber Silalahi, MA. 2010. Metode Penelitian Sosial. Penerbit: Refika Aditama, Bandung. Hal 289.
22
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
berdasarkan pedoman yang telah dibuat serta pengamatan secara
langsung terhadap informan;
b. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua
atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Sumber sekunder meliputi komentar, interpretasi, atau
pembahasan tentang materi original.27 Data berupa dokumen-
dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi,
yang dapat mendukung kelengkapan data primer.
Penggunaan data primer dan data sekunder secara bersama-sama
dimaksudkan agar saling melengkapi yang disesuaikan dengan keperluan
penelitian, selain itu hal ini dilakukan sekaligus untuk perbandingan data yang
diperoleh.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian;
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti secara
langsung mengadakan tanya jawab dengan nara sumber. Wawancara
merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan
terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara
dengan sejumlah orang sebagai informan atau yang diwawancarai
untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan
27 Ibid. Hal. 291.
23
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
masalah yang diteliti. Hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam
oleh pewawancara.28
c. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku,
majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, undang-undang dan media
informasi lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti;
d. Penelusuran data online, data yang dikumpulkan menggunakan teknik
ini seperti studi kepustakaan di atas. Namun yang akan membedakan
hanya media tempat pengambilan data atau informasi. Teknik ini
memanfaatkan data online, yakni menggunakan fasilitas internet.
1.6.5. Defenisi Operasional
Setelah berbagai uraian konsep tentang kegiatan penelitian
dipaparkan maka untuk mempermudah memahami tujuan penelitian, yang
dimaksud dengan pelaksanaan kewenagan atributif camat adalah
penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan Sumarorong berdasarkan UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang tugas umum pemerintahan, yaitu:
a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
28 Ibid. Hal. 312.
24
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan;dan
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan.
Dengan indikator:
1) Prinsip-prinsip kewenangan:
a) Hasil (efektif/efesien)
b) Defenisi fungsi (jelas dan terarah)
c) Kejelasan hierarki jabatan terhadap kewenangan
d) Jenjang kewenangan
e) Kesatuan komando
f) Tanggungjawab yang penuh/jelas
g) Keseimbangan kewenangan
2) Faktor-faktor yang berpengaruh:
a) Kejelasan kewenangan dan pengaturannya
b) Kejelasan tanggungjawab
c) Kompetensi camat
d) Pengawasan
e) Sarana dan prasarana
f) Pembiayaan/anggaran
25
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
1.6.6. Teknik Analisis Data
Di dalam penelitian ini, untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan dan diseleksi digunakan teknik analisis data deskriptif-kualitatif,
yaitu data-data yang telah dihimpun dan dikumpulkan baik primer maupun
sekunder selanjutnya disusun, dianalisis, diinterpretasikan untuk kemudian
dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang diteliti.
Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan secara induktif yaitu
dari data dan fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian
dari fakta atau peristiwa yang khusus itu digeneralisasikan atau dianalisis
ketingkat abstraksi yang lebih tinggi.
26
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Pelaksanaan
Pelaksanaan sering disejajarkan dengan kata “actuating” dalam
prinsip-prinsip manajemen. Actuating atau tahap pelaksanaan merupakan
penerapan atau implementasi dari rencana yang telah ditetapkan dan
diorganisasikan. Actuating merupakan langkah-langkah pelaksanaan rencana
di dalam kondisi nyata yang melibatkan segenap anggota organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Terry dalam Skarna (1992:b2),bahwa:29
“Pelaksanaan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan”.
29 G.R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT Bumi Aksa:Jakarta. Hal. 17
27
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Oleh karena itu, tercapainya tujuan bukan hanya tergantung pada
penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian
hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerak yang
terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa perencanaan tidak
akan berjalan efektif dikarenakan dalam perencanaan itulah ditentukan
tujuan, biaya, standar, metode kerja, prosedur, dan program.(Sukarna, 1992).
Actuating menurut Terry (2008) disebut juga “gerakan aksi” mencakup
kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan
kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian
agar tujuan-tujuan tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan
kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan,
memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.30
Menurut Kasmir (2007), Actuating atau menggerakkan adalah proses
untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam
menjalankan organisasi, para pemimpin atau manajer harus menggerakkan
bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah
ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk, dan
motivasi. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada
rencana yang telah disusun.
2.2.Konsep Kewenangan
Kewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang. Istilah
wewenang digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan
30 Ibid
28
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
dengan istilah “bevoegheid” dalam istilah hukum Belanda. Menurut Hadjon,
jika dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan dengan istilah
“bevoegheid”. Perbedaan tersebut terletak pada karakter hukumnya. Istilah
“bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum publik maupun dalam hukum
privat. Dalam konsep hukum Indonesia istilah kewenangan atau wewenang
seharusnya digunakan dalam konsep hukum publik.31
Syafrudin (2000) berpendapat ada perbedaan antara pengertian
kewenangan dan wewenang. Perlu membedakan antara kewenangan
(authority, gezag) dengan wewenang (competence, bevoegheid).
Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang
berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan
wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari
kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang
(rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum
publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang
membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam
rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi
wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.32
31 Phillipus M. Hadjon, Op Cit, h. 2032 Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,( Bandung, Universitas Parahyangan, 2000), h. 22
29
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-
akibat hukum.33
Pengertian wewenang menurut Stoud (2004) adalah:
“Bevoegheid wet kan worden omscrevenals het geheel van bestuurechttelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het bestuurechttelijke rechtsverkeer”. (Wewenang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik dalam hukum publik).34
Dari berbagai pengertian, kewenangan (authority) memiliki pengertian
yang berbeda dengan wewenang (competence). Kewenangan merupakan
kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang. Terry (1960)
menyatakan bahwa:”authority is the power or the right to act, to command, or
to exact action by others”. Kewenangan berkaitan dengan kekuasaan atau
hak untuk melakukan atau memerintah, atau mengambil tindakan melalui
orang lain. Sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan,
artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan kewenangan oleh
undang-undang, maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut
dalam kewenangan itu.
33 Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 6534 Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004, hal.4
30
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Otoritas atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan
wewenang merupakan suatu pengertian yang kompleks. Berikut ini beberapa
definisi para ahli mengenai wewenang:35
Robert Bierstedt dalam bukunya Analysis of Social Power menyatakan: “wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan”
Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam buku Power and Society menyatakan: “wewenang adalah kekuasaan formal”
Stepphen P. Robbins dalam bukunya Organisational Theory yang menyatakan bahwa: “wewenang adalah hak untuk bertindak atau untuk memerintahkan orang lain untuk bertindak ke arah pencapaian organisasi”.
Max Weber mengusulkan teori otoritas yang mencakup tiga jenis dalam esainya "Tiga jenis pemerintahan yang sah". Tiga jenis otoritas tersebut adalah:
Otoritas Tradisional
Otoritas tradisional disahkan oleh kesucian tradisi. Kemampuan dan hak untuk mengatur diwariskan melalui keturunan. Tidak mengubah waktu, tidak memfasilitasi perubahan sosial, cenderung tidak rasional dan tidak konsisten, dan melanggengkan status quo. Bahkan, Weber menyatakan: "Pembentukan undang-undang baru yang berlawanan norma-norma tradisional dianggap tidak mungkin pada prinsipnya." Otoritas tradisional biasanya diwujudkan dalam feodalisme atau patrimordialisme.
Otoritas Kharismatik
Otoritas karismatik ditemukan dalam diri seorang pemimpin dimana misi dan visinya menginspirasi orang lain. Hal ini didasarkan pada karakteristik yang dirasakan oleh seorang individu.36
35 Blau, PM. 1963. "Critical remarks on Weber's theory of authority". The American Political Science Review , 57 (2): 305-316. 36 Weber melihat seorang pemimpin yang kharismatik sebagai kepala dari gerakan sosial baru, dan satu menanamkan dengan ilahi atau kekuatan gaib, seperti nabi agama. Dalam hal ini, Weber tampaknya mendukung otoritas karismatik, dan menghabiskan banyak waktu membicarakannya. Dalam sebuah studi tentang karisma dan agama, Riesebrodt (1999) berpendapat bahwa Weber juga berpikir karisma bermain yang kuat - jika tidak terpisahkan - peran dalam sistem otoritas tradisional. Dengan demikian, Weber untuk mendukung otoritas karismatik sangat kuat, terutama dalam berfokus pada apa yang terjadi dengan kematian atau penurunan dari seorang pemimpin yang kharismatik.
31
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Otoritas Rasional-Legal
Legal-rasional, kekuasaannya dipegang oleh suatu keyakinan formalistik isi hukum atau hukum alam (rasionalitas). Ketaatan tidak diberikan kepada individu tertentu pemimpin - apakah tradisional atau karismatik - tetapi satu set prinsip-prinsip seragam.37
Menurut Ensiklopedia Administrasi, sebagaimana dikutip oleh
Wasistiono (2005), bahwa:
“Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan yang disebut tanggung jawab adalah keharusan pada seseorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban mempunyai kaitan sangat erat yang dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan”.38
Merujuk pendapat Wasistiono (2005) bahwa:
“Tugas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan status yang harus ditunaikan oleh seseorang. Sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power) atau kekuasaan yang terlembagakan (institusinalized power). Kekuasaan pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang membuat seseorang atau orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Dalam pengertian administtrasi, hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (organisai). Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam kewenangan terdapat kekuasaan dan sebaliknya. Jadi kewenangan dan kekuasaan pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan”.39
Otoritas karismatik adalah "dirutinkan" dalam berbagai cara menurut Weber: pesanan traditionalized, staf atau pengikut berubah menjadi hukum atau "estate-seperti" (tradisional) staf, atau arti karisma sendiri mungkin mengalami perubahan.37 Menurut Weber contoh terbaik-hukum otoritas rasional adalah birokrasi (politik atau ekonomi). Bentuk otoritas ini sering ditemukan di negara modern, kota pemerintah, swasta dan perusahaan publik, dan berbagai asosiasi sukarela. Bahkan, Weber menyatakan bahwa "perkembangan negara modern memang identik dengan pejabat dan modern seperti organisasi birokrasi, perkembangan kapitalisme modern identik dengan meningkatnya birokratisasi usaha ekonomi (Weber 1958, 3).38 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 48.39 Ibid
32
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi) pemerintahan dalam
melakukan perbuatan nyata (riil), mengadakan pengaturan atau
mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh
dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi
menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada
kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan wewenang
kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan
apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat
bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat
yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama
mandator (pemberi mandat).
Dalam kaitan dengan konsep atribusi, delegasi, ataupun mandat,
Brouwer dan Schilder, mengatakan:40
“With atribution, power is granted to an administrative authority by an independent legislative body. The power is initial (originair), which is to say that is not derived from a previously existing power. The legislative body creates independent and previously non existent powers and assigns them to an authority”. (Atribusi merupakan kewenangan yang diberikan kepada suatu organ (institusi) pemerintahan atau lembaga Negara oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan legislatif menciptakan kewenangan mandiri dan bukan perluasan kewenangan sebelumnya dan memberikan kepada organ yang berkompeten).
“Delegation is a transfer of an acquired atribution of power from one administrative authority to another, so that the delegate (the body that the acquired the power) can exercise power in its own name”.( Delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari kewenangan
40 J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of Dutch Administrative Law, (Nijmegen: Ars Aeguilibri, 1998), hal. 16-17.
33
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
atribusi dari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya.)
“With mandate, there is not transfer, but the mandate giver (mandans) assigns power to the body (mandataris) to make decision or take action in its name”. (Sedangkan pada mandat, tidak terdapat suatu pemindahan kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator) memberikan kewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas namanya).
Ada perbedaan mendasar antara kewenangan atribusi dan delegasi.
Pada atribusi, kewenangan yang ada siap dilimpahkan, tetapi tidak demikian
pada delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas, kewenangan tidak dapat
didelegasikan secara besar-besaran, tetapi hanya mungkin dibawah kondisi
bahwa peraturan hukum menentukan menganai kemungkinan delegasi
tersebut.
Delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:41
1. Delegasi harus definitif, artinya delegasn tidak dapat lagi
menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;
2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya
delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan yang memungkinkan
untuk itu dalam peraturan perundang-undangan;
3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hierarki kepagawaian
tidak diperkenankan adanya delegasi;
41 Philipus M. Hadjon, Op Cit, h. 5
34
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
4. Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans
berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan
wewenang tersebut;
5. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan
instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.
Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada
(konstitusi), sehingga kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang
sah. Dengan demikian, pejabat (organ) dalam mengeluarkan keputusan
didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Stroink menjelaskan bahwa
sumber kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau organ (institusi)
pemerintahan dengan cara atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan
organ (institusi) pemerintah adalah suatu kewenangan yang dikuatkan oleh
hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya. Tanpa kewenangan
tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang benar.42
2.3.Kewenangan dalam Organisasi
Kewenangan adalah hak untuk mengambil keputusan, hak untuk
mengarahkan pekerjaan orang lain, dan hak untuk memberi perintah.43
Wewenang ini merupakan faktor yang sangat penting dalam
pengorganisasian karena para pimpinan harus mempunyai wewenang untuk
42 F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), h. 21943 Basu Swastha DH., SE., M.B.A.,Azas-Azas Manajemen Modern, Liberty:Yogyakarta. Hal. 114-115.
35
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
menjalankan tugas yang diberikannya. Adapun sumber-sumber wewenang
dapat berasal dari:
1. Posisi atau urutan orang tersebut
Berdasarkan urutannya, seorang direktur memiliki wewenang lebih
banyak dari pada wakilnya. Dan seorang manajer masing-masing
mempunyai wewenang atas kegiatan-kegiatan mereka sesuai dengan
posisinya dalam organisasi.
2. Atribut pribadi
Banyak orang yang dapat memiliki wewenang karena memiliki satu
atau beberapa sifat pribadi, seperti kecerdasan atau kharisma.
Dengan sifat-sifat pribadi mereka dan kuatnya kepribadian mereka,
mereka mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengarahkan
orang lain sesuai dengan posisi atau jabatan yang dipegang.
3. Keahlian dan pengetahuan.
Sumber wewenang yang lain adalah keahlian dan pengetahuan
seseorang di bidang tertentu yang menyebabkan orang lain tergantung
padanya. Dengan keahlian dan pengetahuan ini seseorang dapat berwenang
memberi perintah.
Menurut posisi atau urutannya, secara tradisional wewenang itu
mengalir dari atas ke bawah dengan bentuk seperti corong di mana
wewenang paling banyak berada di atas dan wewenang paling sedikit berada
di bawah.44
44 Ibid
36
Gambar 2.1Pendelegasian Wewenang
Setiap Jenjang yang lebih rendah mempunyai wewenang dan ruang lingkup kegiatan yang lebih sempit
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Beberapa ahli tidak setuju dengan pendapat tentang wewenang dari
atas ke bawah tersebut. Mereka mengatakan bahwa wewenang seseorang
itu akan tergantung apakah para bawahan mau menerima perintah yang
diberikannya. Chester Barnard adalah salah satu pencetus pertama tentang
pendekatan penerimaan (acceptance approach) terhadap wewenang. Ia
menyamakan wewenang dengan pemberian perintah. Ia juga mengatakan
bahwa beberapa perintrah dapat diterima dengan jelas, dan beberapa yang
lain tidak dapat diterima, sehingga hanya beberapa perintah berada di dalam
daerah penerimaan (Zone of acceptance). Jadi meskipun para bawahan
dapat acuh tak acuh terhadap beberapa perintah (perintah atau wewenang
yang harus dilaksanakan), menurut Barnard, perintah tersebut harus dapat
diterima oleh bawahan.45
45 Basu Swastha DH., SE., M.B.A.,Azas-Azas Manajemen Modern, Liberty:Yogyakarta. Hal. 116
37
Gambar 2.2TEORI PENERIMAAN WEWENANG MENURUT BARNARD
(Asseptance Theory Of Authority)
Dapat Diterima
Perintah yang dapat diterima untuk dijalankan
Daerah Penerimaan
Perintah yang tidak dapat diterima untuk tidak dijalankan
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Dalam praktek, pendekatan “atas-bawah” dan pendekatan
“penerimaan” adalah saling melengkapi. Banyak dari wewenang dalam
organisasi (seperti yang didasarkan pada urutan atau posisi) secara jelas
mengalir dari atas ke bawah. Tetapi betul juga bahwa wewenang itu ada jika
bawahan mau menerima perintah berdasarkan wewenang tersebut.
Apabila dihayati sebenarnya wewenang ini dapat datang dari (1)
lembaga sosial, menurut teori wewenang formal, (2) unsur penerimaan oleh
bawahan, menurut teori penerimaan, dan (3) kemampuan seseorang atau
38
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kharisma seseorang. Di dalam kenyataannya wewenang mungkin datang dari
kombinasi ketiga unsur di atas.46
Tanggung jawab merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi
tugas atasannya melaksanakan kegiatan-kegiatan. Hendaknya diketahui
bahwa wewenang dapat didelegasikan; tanggung jawab tercipta dengan
diterimanya tugas oleh bawahan. Bagaimanapun juga atasan tetap
bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Dengan demikian tanggung
jawab tidak dapat didelegasikan.47
Orang mempertanggungjawabkan tugas serta hasil pekerjaannya
dengan cara memberikan laporan, terutama pada atasan langsungnya.
Dengan demikian laporan juga merupakan kewajiban bawahan. Agar supaya
pelaporan tersebut berfungsi sebagaimana diharapkan, perlu diciptakan
sistem pelaporan yang baik sehingga data laporan yang masuk sesuai
dengan kebutuhan, artinya tidak terlalu banyak atau sedikit dan kualitasnya
baik sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau
menyelesaikan soal yang timbul. 48
Disamping itu menurut Follett (1980) mengatakan bahwa:
“Kewenangan dari pimpinan dapat hilang apabila ia (pimpinan) tidak mendapat persesuaian dengan para bawahannya”.49
46 Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com, Dasar-Dasar Manajemen, BPFE:Yogyakarta. Hal. 41.47 Ibid48 Ibid49 Drs. Soewarno Handayanigrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, CV Haji Masangung: Jakarta. Hal. 67.
39
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Oleh karena itu Follett (1980) menganjurkan bahwa suatu kerja sama
(team work) antara pimpinan dan bawahan adalah mutlak. Kepemimpinan
dan kewenangan bukan merupakan pengertian yang tunggal (single) tetapi
jamak (plural), karena menyangkut banyak orang yang bekerja dalam
organisasi itu. Kewenangan (authority) menurut Follett (1980) bukan
kedudukan (potition), bukan suatu hak yang legal (menurut hukum) dan juga
bukan sekedar mengepalai orang-orang atau pun mengeluarkan perintah.
Kewenangan (authority) adalah usaha mempengaruhi bawahan yang
merupakan suatu integrasi atas dasar konsensus secara suka rela. Apabila
diberikan pengertian dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan diajak
berbicara bersama dalam suatu situasi yang baik, tidak perlu perintah selalu
diberikan, tetapi dengan memberikan suatu prosedur kerja yang baik adalah
lebih efektif dari pada selalu mengeluarkan perintah. Atas dasar teorinya ini
Follett tidak hanya meletakkan asas-asas hubungan antara manusia (human
relation) dalam administrasi/managemen, tetapi juga dinamika daripada
kelompok pekerjaan dan teknik daripada perburuhan yang modern.50
Barnard (1980) mengatakan bahwa:
“Kewenangan terletak pada persetujuan yang mempunyai daya kekuatan (potentiality of assent) yaitu yang tersebar luas berujud kesetiaan, kesadaran anggota tentang tujuan bersama dari pada organisasi itu”.51
Maksudnya ialah kesadaran dan kesetiaan melaksanakan tujuan dari
pada suatu program, sekalipun para pejabat yang terendah sekalipun,
50 Ibid51 Ibid
40
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
mempunyai kewenangan yang nyata (actual power) untuk mengambil
keputusan yang terakhir dalam batas wewenangnya. Jadi jelaslah seperti
halnya Follett yang menyatakan bahwa kewenangan (authority) ada pada
pekerjaan dan berada pada pekerjaan itu. (Authority belongs to the job and
stands out the job).
Untuk melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai digabungkan
bersama melalui suatu wewenang yang menetapkan hubungan antara unit-
unit tersebut. Hubungan seperti itu perlu ditetapkan karena hanya apabila
hubungan tersebut dipahami benar-benar oleh tiap-tiap unit maka mereka
dapat berfungsi sebagai komponen.52
Seseorang diperlukan untuk mengarahkan kegiatan setiap unit menuju
sasaran-sasaran organisasi. Seseorang dapat dikatakan merupakan
kekuasaan untuk melakukan tindakan oleh orang lain atau mungkin juga
secara sederhana dikatakan untuk mengambil keputusan-keputusan dan
memaksakan pelaksanaannya. Walaupun demikian, hal tersebut tidak perlu
dicapai dengan paksaan dan kekerasan; lebih baik dilaksanakan melalui
pendekatan dan permintaan. Pimpinan yang efektif dituntut untuk berbuat
demikian. Disamping itu, setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara
tanggungjawab dan wewenang; wewenang tanpa tanggung jawab tidak layak
untuk dijadikan pegangan; begitu pun tanggung jawab tanpa kewenangan
adalah omong kosong. Pada organisasi-organisasi resmi yang berjalan,
wewenang harus didelegasikan atau dibagi oleh seorang manajer atau
52 G.R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT Bumi Aksa:Jakarta. Hal. 100-101.
41
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kelompok kerja organisasi pada pihak-pihak lain untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban khusus. Pendelegasian wewenang adalah untuk
memutuskan perkara-perkara yang cenderung menjadi kewajibannya.
Walaupun demikian, manajer yang mendelegasikan wewenang tidak
menyerahkan secara permanen baik wewenang maupun tanggung jawabnya.
Hal-hal yang dilakukannya itu merupakan penyerahan hak untuk mengelola
tugas-tugas di dalam batas-batas yang telah ditentukan, namun wewenang
akhir tetap berada pada manajer yang memegang wewenang untuk
mengelola seluruh kegiatan dan memikul tanggung jawab terakhir.53
Pendelegasian wewenang merupakan suatu faktor yang vital di dalam
manajemen, karena: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal di antara
anggota-anggota badan usaha; (b) memberikan kekuasaan manajerial, yakni
memeberi “senjata” kepada para manajer agar mereka mampu bertindak
apabila keadaannya “memaksa”; dan (c) mengembangkan bawahan dengan
cara memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan
menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari program-program
latihan dan pertemuan-pertemuan.54
Pendelegasian merupakan alokasi atau pembebanan tugas,
wewenang dan permintaan akan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
Pendelegasian harus jelas kepada posisi tertentu, siapa orang yang akan
menempati posisi tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Tentu saja perlu
53 Ibid54 Ibid
42
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
keluwesan tertentu agar supaya pelaksanaan tugas berjalan sebagaimana
mestinya. 55
Beberapa prinsip pendelegasian perlu dianut:56
a. Prinsip defenisi fungsi, yaitu bahwa isi setiap posisi atau kedudukan
haruslah dibatasi dengan jelas sedangkan hubungan wewenang perlu
digariskan semacam deskripsi jabatan;
b. Prinsip skalar, yaitu kebalikan akan adanya rantai hubungan
wewenang langsung atasan bawahan secara menyeluruh; bawahan
harus tahu siapa atasannya;
c. Prinsip tingkat wewenang, yang menyatakan bahwa wewenang
mengambil keputusan yang tidak dapat dilakukan pada suatu tingkat
hendaknya dilakukan oleh atasan;
d. Prinsip delegasi berdasarkan hasil yang diharapkan memberikan
kejelasan pada bawahan seberapa jauh dia harus bertindak;
e. Prinsip kemutlakan tanggungjawab, berarti bahwa tanggung jawab
bawahan pada atasannya itu mutlak; sebaliknya atasan tak dapat
menghindari tanggung jawab walaupun dia telah mendelegasikan
wewenangnya;
f. Prinsip paritas antara wewenang dan tanggung jawab, yang berarti
bahwa manajer di dalam menjalankan wewenangnya juga harus
bertanggung jawab sama terhadap hasil-hasilnya;
55 Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com, Dasar-Dasar Manajemen, BPFE:Yogyakarta. Hal. 43.56 Ibid. Hal. 44.
43
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
g. Prinsip kesatuan perintah, berarti bawahan harus melapor pada satu
atasan saja kecuali dalam hal-hal seperti wewenang bersama dipecah
antara atasan dan bawahan.
Hal serupa juga dijelaskan oleh Koontz, O’Donnell and Weihrich yang
dikutip oleh Wasistiono (2009), bahwa ada tujuh prinsip untuk
mendelegasikan kewenangan yaitu:57
a. Principle of delegation by result expected
Bahwa pelimpahan didasarkan pada hasil yang dapat diperkirakan,
maksudnya adalah pelimpahan diberikan berdasarkan tujuan dan
rencana yang telah disiapkan sebelumnya.
b. Principle of functional definition
Pelimpahan berdasrkan prinsip defenisi fungsional. Berdasarkan
prinsip ini dimaksudkan bahwa pelimpahan kewenangan hendaknya
didasarkan pertimbangan-pertimbangan fungsional agar pekerjaan
atau tugas tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan
efesien.
c. Scalar Principle
Prinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya
pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang
dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.
d. Authority level principle
57 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 49-50.
44
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Prinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya
pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang
dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.
e. Authority of unity of command
Yaitu prinsip kesatuan komando. Prinsip ini menekankan akan
pentingnya satu kesatuan komando dalam pelimpahan kewenangan.
f. Principle of absoluteness of responsibility
Mengharapkan pelimpahan kewenangan diimbangi dengan pemberian
tanggung jawab yang penuh kepada pihak yang diberi delegasi
kewenangan, sehingga pihak yang melimpahkan tidak seharusnya
terlalu campur tangan terhadap urusan yang sudah dilimpahkannya.
g. Principle of parity of authority of responsibility
Prinsip keseimbangan dan tanggung jawab, artinya bahwa
kewenangan yang dilimpahkan harus dibarengi tanggung jawab yang
seimbang.
Untuk efektifnya delegasi, Koontz dan O’Donnell mengemukakan
berbagai syarat:58
a. Rencana dan kebijakannya harus jelas;
b. Tugas dan wewenang harus dibatasi sesuai dengan apa yang
diharapkan;
c. Orang yang diberi tugas dipilih secara seksama;
d. Komunikasi terbuka;
58 Ibid.
45
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
e. Sistem pengawasan perlu diciptakan;
f. Sistem pituwas perlu juga diciptakan.
2.4.Kewenangan Camat
Menurut Pasal 126 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 tenang
Otonomi Daerah dan Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan disebutkan bahwa:59
“Camat meneyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang
meliputi:
a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
dan
59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.
46
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan”.
Tugas umum pemerintahan yang dimaksud dalam Pasal 126 ayat (3)
UU No. 32 Tahun 2004 berbeda maknanya dengan urusan pemerintahan
umum sebagaimana dimaksud pada UU No. 5 Tahun 1974. Menurut Pasal 1
huruf (j) UU Nomor 5 Tahun 1974, yang dimaksud dengan urusan
pemerintahan umum adalah: “Urusan pemerintahan yang meliputi bidang-
bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, pengawasan dan
urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu
instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah”. Urusan
pemerintahan umum ini diselenggarakan oleh setiap kepala wilayah pada
setiap tingkatan sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam rangka
melaksanakan asas dekonsentrasi.60
Tugas umum pemerintahan yang diselenggarakan oleh camat tidak
dimaksudkan sebagai pengganti urusan pemerintahan umum, karena camat
bukan lagi sebagai kepala wilayah. Selain itu, intinya juga berbeda. Tugas
umum pemerintahan sebagai kewenangan atributif mencakup tiga jenis
kewenangan yakni kewenangan melakukan koordinasi yang meliputi lima
bidang kegiatan, kewenangan melakukan pembinaan, serta kewenangan
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan koordinasi dan
60 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 34-35.
47
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pembinaan merupakan bentuk pelayanan secara tidak langsung (inderect
services), karena yang dilayani adalah entitas pemerintah lainnya sebagai
pengguna (users), meskipun pengguna akhirnya (end users) tetap
masyarakat. Sedangkan kewenangan pemberian pelayanan kepada
masyarakat, pengguna (users) maupun pengguna akhirnya (end users) sama
yakni masyarakat. Jenis pelayanan ini dapat dikategorikan sebagai
pelayanan secara langsung (direct services).61
Menurut Forland (1964):
“Koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan usaha kelompok secara teratur diantara bawahan dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama”.62
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi mengandung
unsur-unsur:
1. Sebagai suatu proses kegiatan menyatupadukan kegiatan unit-unit
organisasi;
2. Upaya menyatupadukan dapat mengangkat kegiatan, waktu maupun
biaya;
3. Kegiatan ini ditandai dengan tidak adanya kekacauan, kecekcokan,
kekembaran kerja dan kekosongan kerja;
4. Proses kegiatan ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Leonard D. White:
61 Ibid.62 Siti Aisyah dan H.M. Aries Djaenuri, Koordinasi Pemerintahan Daerah, Modul 7. Hal. 73.
48
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
“Coordination is the adjustment of the parts to each ohter, and of the movement and operation of parts in time so that each can make its maximum contribution to the product of the whole”63
Maksudnya koordinasi adalah penyesuaian diri dari masing-masing bagian, dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.
Dengan demikian koordinasi menurut Leonard D. White adalah
sebagai berikut:
1. Penyesuaian diri;
2. Pengoperasian;
3. Waktu yang cocok;
4. Sumbangan terbanyak;
5. Hasil
Menurut Henry Fayol:
“To coordinate means binding together, unifling, and harmonizing all activity and effort”64
Maksudnya mengkoordinasikan berarti mengikat bersama, menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan dan usaha.
Menurut George R. Terry:
“Coordination is the orderly synchronization of effort to private the paper amount, timing, and directing of execution resulting in harmonious and unified action to stated abjective”65
Maksudnya koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu yang terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk meghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.
63 Syafiie, Inu Kencana. 2011. Etika Pemerintahan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Hal. 187-188.64 Ibid.65 Ibid.
49
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Dengan demikian unsur-unsur koordinasi bagi George R. Terry adalah
sebagai berikut:
1. Usaha sinkronisasi yang teratur;
2. Pengaturan waktu yang terpimpin;
3. Harmonis;
4. Tujuan yang ditetapkan
Menurut James D. Mooney:
“Coordination, therefore, is the orderly arrangement of group effort, to provide unity of action in the pursuit of a common purpose”Koordinasi, karenanya, adalah susunan yang teratur dari usaha kelompok, untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan bersama.
Jadi dengan begitu unsur-unsur koordinasi menurut James D. Mooney
adalah sebagai berikut:
1. Susunan yang teratur;
2. Usaha kelompok;
3. Kesatuan tindakan;
4. Tujuan bersama.
Melihat pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
unsur koordinasi meliputi:
1. Pengaturan;
2. Sinkronisasi;
3. Kepentingan bersama;
4. Tujuan bersama.
50
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberikan
pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan
merupakan hal yang umum yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, kecakapan di bidang pendidikan, sikap, ekonomi, sosial,
kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan
praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Berkenaan
dengan hal tersebut sesuai dengan Poerwadarminta (1987:182) bahwa
“Pembinaan adalah yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan
terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan subjek
dengan tindakan pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan”. Hal
serupa diungkapkan oleh A.Maqun Hardjana (1989:12) yaitu:
“Pembinaan adalah suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup, dan kerja yang sudah dijalani secara efektif dan efesien”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pembinaan terjadi
melalui proses melepaskan hal-hal yng bersifat menghambat, dan
mempelajari pengetahuan dengan kecakapan baru yang dapat meningkatkan
taraf hidup dan kerja lebih baik. Pembinaan tersebut menyangkut kegitan
perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan dan
pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal.
Dalam defenisi tersebut, secara implisit mengandung suatu interpretasi
bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai
perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan
51
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Widjaja (1988):
“Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, penyempurnaan, dan mengembangkannya”.
Sedangkan pelayanan kepada masyarakat (Pelayanan Publik)
menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian
pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Vincent Gesperz, mengemukakan bahwa kualitas pelayanan meliputi
dimensi-dimensi berikut:66
1. Ketaatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu
proses.
2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan keakuratan pelayanan dan
bebas dari kesalahan-kesalahan.
3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, berkaitan
dengan perilaku orang-orang yang berintegrasi langsung kepada
pelanggan eksternal.
66 Hanif Nurcholis,Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Penerbit PT. Grasindo, 2005, hlm 175.
52
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan
penanganan keluhan pelanggan eksternal (masyarakat).
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya
petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.
6. Kenyamanan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan lokasi,
ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan
petunjuk panduan lainnya.
7. Atribut pendukung lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang
tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain.
Menurut Pasal 126 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 bahwa:
“Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk
menangani sebagian urusan otonomi daerah”.
Selanjutnya pada Pasal 15 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan ditambahkan rambu-rambu kewenangan yang perlu
didelegasikan oleh bupati atau walikota kepada camat untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek:67
a. Perizinan;
b. Rekomendasi;
c. Koordinasi;
d. Pembinaan;
67 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan..
53
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
e. Pengawasan;
f. Fasilitasi;
g. Penetapan;
h. Penyelenggaraan; dan
i. Kewenangan lain yang dilimpahkan.
Perubahan kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah,
berimplikasi terhadap kewenangan yang mendasari pelaksanaan tugas-
tugasnya memiliki kesamaan dengan perangkat daerah lainnya. Bahwa,
tugas-tugas yang dilaksanakan setiap perangkat daerah berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan, namun untuk kecamatan tugasnya
cenderung lebih bersifat umum berkaitan dengan kewenangan atributif dan
menyangkut berbagai aspek dalam pemerintahan dan pembangunan. Hal ini
berbeda dengan perangkat daerah lainnya (dinas/lembaga teknis) yang lebih
bersifat spesifik. Oleh karenanya, untuk menghindari terjadinya overlapping
dalam penyelenggaraan tugas, maka sangat diperlukan kejelasan mengenai
kewenangan delegatif kecamatan.68
Pendelegasian kewenangan kecamatan, hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip obyektif yang memiliki keterkaitan langsung dengan aspek-
aspek yang mendukung keberadaan kecamatan tersebut, seperti:69
1. Kewenangan yang dilimpahkan ke kecamatan, hendaknya didasarkan
pada karakteristik dan potensi yang dimilikinya.
68 Zulpikar, Karakteristik Wilayah Sebagai Basis Pendelegasian Wewenang Kecamatan, PKPPA I LAN, Sumedang. Hal. 158.69 Ibid.
54
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2. Kelembagaan pemerintahan kecamatan, dibentuk untuk dapat
menjalankan fungsi, tugas dan kewenangan yang dimiliki kecamatan.
Oleh karena itu, struktur, jumlah, dan substansi kompetensinya juga
harus menyesuaikan dengan kewenangan dan karakteristik maupun
potensi wilayahnya.
3. Orientasi pelayanan kepada masyarakat, hendaknya menjadi fokus
atau arah dalam pelaksanaan kewenangan kecamatan. Baik dalam
perspektif sebagai katalisator yang menghubungkan proses pelayanan
masyarakat dengan urusan pemerintah kabupaten/kota, maupun
pelayanan yang bersifat final di tingkat kecamatan.
4. Dukungan fasilitas dan sumber daya yang memadai, hendaknya
diberikan kepada kecamatan secara proporsional sesuai dengan
kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Sebagai bentuk implikasi
dari adanya prisnip-prinsip seperti di atas, maka kewenangan
kecamatan tidak lagi bisa diseragamkan, baik jenisnya, besarannya,
maupun kapasitas kompetensinya. Begitu pula halnya dengan
kelembagaan dan dukungan sumber dayanya juga tidak dapat lagi
diseragamkan, karena hal ini akan sangat tergantung kepada
kapasitas dari kewenangan yang dilimpahkan kepadanya.
Fernanda (2004:1) menyatakan dalam makalahnya bahwa:
“Keberadaan kecamatan dan kelurahan sebagai perangkat daerah tidak mungkin lagi diseragamkan dalam hal urusan dan fungsi pemerintahan, kelembagaan, maupun sumber-sumber daya organisasinya. Dengan kata lain, setiap unit organisasi pemerintahan kecamatan maupun kelurahan harus dirancang berdasarkan sasaran
55
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kapasitas penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat di dalam wilayah kerja masing-masing“.70
Sejalan dengan hal tersebut, terdapat dua pola dalam pendelegasian
kewenangan dari bupati/walikota kepada camat, yaitu: pola seragam, dan
pola beranekaragam. Lebih lanjut dijelaskannya, pola seragam yaitu
wewenang yang didelegasikan sama (seragam) untuk semua camat tanpa
mempertimbangkan karakteristik kecamatan. Pola ini cocok untuk kecamatan
yang memiliki karakteristik yang relatif homogen. Adapun pola
beranekaragam, yaitu pendelegasian wewenang yang berbeda untuk setiap
camat yang didasarkan atas karakteristik kecamatannya. Dalam pola
beranekaragam ini, kewenangan yang dapat didelegasikan bisa dibagi
menjadi dua macam, yakni kewenangan (atributif) generik dan kewenangan
kondisional.71
Kewenangan generik, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 158 Tahun 2004
tentang Pedoman Organisasi Kecamatan yang merupakan pelaksanaan atas
amanat PP Nomor 8 Tahun 2003 pasal 12 ayat (5). Dalam lampiran tersebut,
memuat bidang urusan pemerintahan dan rincian kewenangannya yang
dapat didelegasikan kepada camat, yaitu:72
1. Bidang Pemerintahan meliputi 17 tugas;
70 Ibid. Hal. 159.71 Ibid. Hal. 159. kewenangan (atributif) generik yaitu kewenangan yang sama untuk semua kecamatan, sedangkan kewenangan kondisional yaitu kewenangan yang sesuai dengan karakteristik setiap kecamatan. 72 Lampiran Kepmendagri No. 158 Tahun 2004
56
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2. Bidang Ekonomi dan Pembangunan meliputi 8 tugas;
3. Bidang Pendidikan dan Kesehatan meliputi 8 tugas;
4. Bidang Sosial dan Kesejahteraan Rakyat meliputi 6 tugas;
5. Bidang Pertanahan meliputi 4 tugas.
Penetapan kewenangan di atas, tidak dimaksudkan sebagai
keharusan bagi bupati dan walikota dalam mendelegasikan wewenangnya,
namun dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.
Selanjutnya, di dalam pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 158 Tahun 2004, dikemukakan kedudukan tambahan bagi camat
yaitu sebagai koordinator pemerintahan di wilayah kerjanya. Kedudukan
tambahan tersebut menimbulkan konsekuensi logis adanya kewenangan
atributif lainnya yakni mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintah baik
instansi vertikal maupun dinas daerah yang ada di wilayah kecamatan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1.Gambaran Umum Kecamatan Sumarorong
Kecamatan Sumarorong merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Mamasa yang berada pada ketinggian 700 meter di atas
permukaan air laut. Secara geografis, letak wilayah Kabupaten Mamasa
57
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
berada pada koordinat antara 119°00’49”-199° 32’27” Bujur Timur, serta 2°
40’00” - 03°12’00” Lintang Selatan. Wilayah Kecamatan Sumarorong
merupakan zona agriklimatr A1 dengan curah hujan rata-rata sekitar 3.155
mm/tahun dan basah sebanyak 12 bulan.73
Gambar 3.1Peta Kecamatan Sumarorong
Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tanduk Kalua
di sebelah Utara, Kecamatan Messawa di sebelah Selatan, Kabupaten
Polewali Mandar di sebelah Barat, serta Sulawesi Selatan di Sebelah Timur.
Luas wilayah Kecamatan Sumarorong 254 km2 yang terdiri dari 10
desa/kelurahan yaitu: Desa Sibanawa, Desa Batanguru, Desa Tadisi, Desa
Sasakan, Desa Batanguru Timur, Desa Salubalo, Desa Banea’, Desa Rante
Kamase, Kelurahan Sumarorong, dan Kelurahan Tabone.74
Desa terluas di Kecamatan Sumarorong adalah desa Batanguru Timur
dengan luas 39,83 km2 dan desa dengan wilayah terkecil adalah Kelurahan
73 Sumber: Statistik Kecamatan Sumarorong dan Bappeda Kabupaten Mamasa74 Ibid.
58
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Sumarorong yang merupakan ibukota kecamatan dari Kecamatan
Sumarorong yakni 14,06 km2. 75
Jarak antara desa dengan pusat pemerintahan kabupaten cukup jauh
yaitu desa terdekat dapat ditempuh dengan jarak sekitar ± 36 km dan desa
terjauh dengan jarak ± 53 km.
Kecamatan Sumarorong dipimpin oleh seorang camat yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui
sekretaris daerah secara administrasi. Secara adminitrasi Kecamatan
Sumarorong terdiri dari 8 desa dan 2 kelurahan, kedua kelurahan tersebut
adalah Kelurahan Sumarorong dan Kelurahan Tabone. Dari keseluruhan
75 Ibid.
59
12%
12%
6%
12%
15%6%
16%
7%
9%6%
Gambar 3.2Persentase Luas Wilayah Kecamatan
Sumarorong Tahun 2010
Sibanawa Batanguru Tabone Tadisi Sasakan
Sumarorong Batanguru Timur Salubalo Banea Rante Kamase
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
desa dan kelurahan di Kecamatan Sumarorong terdiri dari 121 RT dan 44
dusun/lingkungan.76
Tabel 3.1Jumlah Dusun, RT, RW dan Blok Sensus Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Dusun/ lingkungan RT RW Blok
SensusSibanawa 4 16 8 4Batanguru 4 - 6 4
Tabone 3 12 6 3Tadisi 5 20 10 4
Sasakan 5 - 10 5Sumarorong 4 14 7 5
Batanguru Timur 5 12 6 3Salubalo 5 21 10 3
Banea 5 10 8 3Rante Kamase 4 16 8 4
Jumlah 44 121 79 38
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Sumarorong pada
Tahun 2010 berjumlah 54 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 35
perempuan. Ada beberapa posisi strategis yang menempatkan pegawai
perempuan lebih dominan dibanding dengan pegawai laki-laki. Diantaranya
posisi sekretaris camat yang dipegang perempuan. Demikian juga di posisi
perawat dan penyuluh KB yang mayoritas adalah perempuan. Fenomena ini
mungkin juga dijumpai di kecamatan lain.77
Tabel 3.2Jumlah PNS di Lingkup Kecamatan Sumarorong Tahun 2010
Nama Instansi Laki-Laki Perempuan Jumlah
BKKBN - 1 1Kantor Camat 8 10 18KUA 2 1 3
76 Sumber : Sumarorong Dalam Angka, 201177 Sumber : Masing-Masing Instansi, Statistik Kecamatan Sumarorong.
60
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Puskesmas 4 15 19Pustu - 3 3Statistik 1 - 1UPTD 4 5 9Jumlah 19 35 54
Penduduk Kecamatan Sumarorong Tahun 2010 sebanyak 11.473 jiwa
yang terdiri dari 5.757 jiwa laki-laki dan 5.716 jiwa perempuan yang tersebar
di 10 desa/kelurahan. Jumlah penduduk tertinggi berada pada Desa Rante
Kamase dengan jumlah 1.517 jiwa atau 13% dari jumlah penduduk yang ada
di Kecamatan Sumarorong. Sedangkan Desa Banea merupakan desa yang
memiliki jumlah penduduk terendah sebanyak 953 jiwa atau 8% dari total
jumlah penduduk di Kec. Sumarorong.78
Komposisi penduduk di Kec. Sumarorong di dominasi oleh penduduk
anak-anak yang beranjak ke remaja, hal ini di perlihatkan oleh batang
piramida untuk kelompok umur muda (0-4, 5-9, dan 10-14) yang lebih
panjang mencapai 35,41%. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kelahiran
cukup tinggi. Sedangkan piramida untuk untuk kelompok umur tua (60 tahun
keatas) cukup pendek atau mencapai sekitar ± 3%.79
Gambar 3.3 Persentase Jumlah Penduduk di Kecamatan
Sumarorong Tahun 2010
78 Ibid79 Ibid.
61
9%9%
8%
12%
11%10%
10%
8%
8%
13%
Sibanawa Batanguru Tabone Tadisi Sasakan
Sumarorong Batanguru Timur Salubalo Banea Rante Kamase
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Gambar 3.4Piramida Penduduk Kecamatan Sumarorong
Tahun 2010
Penduduk di Kecamatan Sumarorong sangat di dominasi Suku Toraja
dan Suku Mamasa. Sedangkan agama yang dianut oleh penduduk
Kecamatan Sumarorong yakni agama Islam, Kristen, Katolik dan Hindu.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang berupa sumber daya manusia dan sarana fisik sangatlah
penting. Keberadaan sekolah merupakan hal penting bagi penduduk untuk
memperoleh pendidikan formal.
Di Kecamatan Sumarorong pada Tahun 2010 terdapat 16 Sekolah
Dasar, 4 SLTP, dan 2 SMA/K baik sekolah negeri ataupun sekolah swasta.
62
0 - 410 - 1420 - 2430 - 3440 - 4450 - 5460 - 6470 - 74
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800
LP
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Untuk pendidikan pra sekolah terdapat 2 TK yang dimana terletak di
Kelurahan Sumarorong dan di Desa Rante Kamase.80
Penduduk di Kecamatan Sumarorong tergolong masyarakat yang
sebagian besar telah mengerti pentingnya ilmu pendidikan. Hampir sebagian
besar masyarakatnya telah mengecap bangku pendidikan meskipun pada
akhirnya keterbatasan biaya dan jauhnya sekolah dari rumah mereka
menyebabkan sebagian besar dari mereka tak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
Jumlah Tenaga Pendidik di Kecamatan Sumarorong untuk tingkat SD
berjumlah 59 orang dengan jumlah murid 1.921 orang, tingkat SMP 32 orang
dengan jumlah murid 753 orang dan untuk tingkat SMA tenaga pendidiknya
sebanyak 44 orang dengan jumlah murid 387 orang. Diketahui bahwa jumlah
guru yang berstatus pegawai negeri masih sangat kurang, karena jumlah
murid sangat tidak sebanding dengan jumlah gurunya, hal ini dapat
menyebabkan proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung secara
optimal.81
Tabel 3.3Jumlah Sekolah yang ada di KecamatanSumarorong
Tahun 2010
Desa/Kelurahan Jenjang PendidikanTK SD SMP SMA/K
Sibanawa - 1 - -Batanguru - 3 - -Tabone - 1 1 -Tadisi - 1 - -
80 UPTD Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.81 Statistik Kecamatan Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.
63
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Sasakan - 1 - -Sumarorong 1 2 1 -Salubalo - 2 1 -Batanguru Timur - 2 - -Banea - 2 - -Rante Kamase 1 1 1 2
Jumlah 2 16 4 2
Gambar 3.5 Perbandingan Jumlah Murid dan Guru di Kecamatan Sumarorong
Tahun 2010
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi setiap
manusia, sehingga sarana dan tenaga kesehatan yang memadai merupakan
dambaan bagi seluruh masyarakat, akan tetapi selama ini banyak
masyarakat yang belum bisa menikmati fasilitas kesehatan yang baik karena
kata kesehatan identik dengan katan mahal. Dari fasilitas kesehatan yang
ada di Kecamatan Sumarorong masih dikatakan kurang memadai karena 10
desa/kelurahan yang ada belum terdapat rumah sakit, hanya terdapat satu
puskesmas, 8 pustu dan 9 posyandu. Untuk posyandu di setiap
64
SD SMP SMA/K0
500
1000
1500
2000
2500
GuruMurid
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
desa/kelurahan memang ada, namun tidak semua mempunyai bangunan
fisik. Sedangkan tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Sumarorong
yaitu terdiri dari 5 perawat, 10 bidan dan 19 dukun bayi yang membantu
proses kelahiran yang tersebar diseluruh desa/kelurahan di Kecamatan
Sumarorong.82
Tabel 3.4Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Sumarorong
Tahun 2010
Desa/ Kelurahan Puskesmas/Pustu Polindes Posyandu
Sibanawa 1 - 1Batanguru 1 - 1Tabone 1 - 1Tadisi 1 1 1Sasakan - - 1Sumarorong 1 - 1Batanguru Timur 1 - 1Salubalo 1 1 1Banea 1 - 1Rante Kamase 1 - 1
Jumlah 9 2 10
Sektor pertanian merupakan aspek penting dalam pembangunan
masyarakat di pedesaan, karena masyarakat pedesaan cenderung
menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Seiring perkembangan zaman,
lahan pertanian semakin hari semakin terkikis oleh pembangunan yang
didominasi sektor lain seperti industri dan perumahan.
Di Kecamatan Sumarorong, untuk lahan pertanian saat ini di dominasi
oleh lahan Hutan Rakyat (43%). Hal ini di karenakan topografi Kecamatan
Sumarorong yang sebagiannya merupakan daerah dataran tinggi dan bukan
82 Ibid.
65
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pesisir. Sementara lahan sawah hanya sekitar 1%, lahan ladang 8%, lahan
perkebunan 20% dan lainnya berkisar sekitar 28%.83
Gambar 3.6Persentase Luas Lahan Kecamatan Sumarorong
Tahun 2010
Untuk sektor pertanian, ada beberapa komoditi yang diusahakan
masyarakat di Kecamatan Sumarorong. Meskipun sektor pertanian tidak
mendominasi di Kecamatan Sumarorong tetapi sebagian besar
masyarakatnya masih mengusahakan lahan pertanian mereka untuk
keperluan sehari-hari. Komoditi pertanian tersebut diantaranya padi sawah,
jagung, ubi kayu, kopi dan coklat.84
Tabel 3.5Luas Tanam, Produksi dan Rata-Rata Produksi
83 Statistik Kecamatan Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.84 Ibid.
66
1%
8%
20%
43%
28%Sawah Ladang
Perkebunan Hutan Rakyat
Lainnya
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Tanaman Pertanian Kec. Sumarorong Tahun 2010
Jenis TanamanLuas
tanam/ panen(Ha)
Produksi (Ton)Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
Padi Sawah 664 4,5 0,3
Jagung 150 9,6 0,2
Ubi Kayu 250 26,5 0,2
Kopi 1048 2,6 0,1
Coklat 170 0,5 0,1
3.2.Visi dan Misi Kecamatan Sumarorong
Visi Kecamatan Sumarorong:
“Terwujudnya masyarakat Kecamatan Sumarorong yang tanggu,
sejahtera dan demokrasi bernafaskan ajaran agama dan nilai-nilai Budaya
Ada’ Tuo”.
Misi Kecamatan Sumarorong:
a. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sejak dalam
kandungan;
b. Pengelolahan Sumber Daya Alam (SDA) secara profesional untuk
meningkatkan produktivitas dengan menerapkan teknologi rama
lingkungan;
c. Pemberdayaan masyarakatat dalam kelembagaan-kelembagaan
ekonomi secara profesional;
d. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
peternakan serta perikanan secara profesional melalui internsifikasi,
ekstensifikasi dan konservasi serta reboisasi dan penghijauan;
67
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
e. Pemberian pelayanan prima kepada seluruh lapisan masyarakat;
f. Penegakan supremasi hukum oleh HAM demi terciptanya demokrasi;
g. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui tenaga pendidik, anak didik,
serta peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
h. Menciptakan lingkungan yang sehat menuju masyarakat yang sehat
dan sejahtera;
i. Meningkatkan kerukunan dan toleransi umat beragama;
j. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
menuju kemandirian;
k. Membangun obyek-obyek wisata yang ada dengan mengutamakan
kriteria ekonomis dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;
l. Melestarikan dan meningkatkan pembinaan kebudayaan daerah;
m. Miningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender;
n. Menerapkan prinsip “Mesakada Dipotuo Pantan Kada Dipomate”
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
3.3.Organisasi Kecamatan Sumarorong
Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah
kabupaten. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten sebagai
pelaksana teknis kewilayaan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan
dipimpin oleh camat.85
85 Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.
68
Sumber: Kecamatan Sumarorong Tahun 2012
CAMAT
SEKCAM
KASUBAG KEPEGAWAIA
N
KASUBAG PROG. DATA DAN EVALUASI
KASUBAG UMUM DAN KEUANGAN
JABATAN FUNGSIONA
L
KASI PEM. TRANRIB DAN PELAYANAN
UMUM
KASI EKO. DAN
PEMBANG
KASI PEMBERDAYAAN.
MASY. DESA
KASI KESEJAHTERAAN
SOSIAL
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Susunan organisasi kecamatan terdiri dari:86
a. Camat;
b. Sekretaris Camat membawahi:
1. Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan;
2. Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian;
3. Kepala Sub Bagian Umum Program, Data dan Evaluasi;
c. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa;
d. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban Umum;
e. Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan;
f. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial.
Organisasi Kecamatan Sumarorong di atur dalam Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2010, Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 yang
berpedoman pada PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Gambar 3.7STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN
KECAMATAN SUAMRORONG(PP. NO : 41 TAHUN 2009)
86 Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa dan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.
69
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
3.3.1. Camat
Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati
melalui sekretaris daerah. Camat mempunyai tugas pokok membantu bupati
dalam menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. 87
Dalam menyelenggarakan tugas pokok, camat mempunyai fungsi:88
1. Pelaksanaan pelimpahan sebagai wewenang pemerintah dari
kabupaten;
2. Pelayanan administrasi kecamatan.
87 Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.88 Ibid.
70
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Camat menyelenggrakan tugas umum pemerintahan yang meliputi:
1. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
2. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
3. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
4. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
5. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
dan
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan.
Selain tugas di atas, camat melaksanakan kewenangan pemerintahan
yang dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah, yang meliputi:
a. Perizinan;
b. Rekomendasi;
c. Koordinasi;
d. Pembinaan;
e. Pengawasan;
71
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
f. Fasilitasi;
g. Penetapan;
h. Penyelenggaraan; dan
i. Kewenangan lain yang dilimpahkan.
3.3.2. Sekretariat Kecamatan
Sekretariat kantor kecamatan di pimpin oleh seorang sekretaris yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada camat, serta mempunyai
tugas pokok memberikan pelayanan administratif bagi seluruh satuan kerja di
lingkungan kecamatan yang dipimpin oleh sekretaris camat serta
mengoordinasikan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan kegiatan ketatausahaan meliputi administrasi umum dan
keuangan, kepegawaian, surat-menyurat, penyusunan program kegiatan dan
laporan.89
Untuk melaksanakan tugas pokok, sekretariat mempunyai fungsi:90
1. Penyusunan kebijakan teknis dan pemberian dukungan atas
penyelenggaraan bidang administrasi umum, kepegawaian, program
dan pelaporan, serta keuangan;
2. Pembinaan pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program
dan kegiatan sub bagian;
3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
89 Ibid.90 Ibid.
72
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Rincian tugas sekretaris kecamatan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan;
2. Pelaksanaan urusan kepegawaian kecamatan;
3. Pelaksanaan urusan keuangan;
4. Pelaksanaan urusan perlengkapan;
5. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga;
6. Pelaksanaan koordinasi terhadap penyusunan perencanaan dan
program kerja kecamatan;
7. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi terhdap
penyelenggaraan tugas administrasi umum dan keuangan,
kepegawaian, serta program dan laporan;
8. Menyiapkan bahan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah kecamatan.
3.3.3. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Rincian tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
sebagai berikut:91
a. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam
perencanaan pembangunan lingkup kecamatan dalam forum
musyawarah perencanaan pembangunan di desa/kelurahan;
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan dan evaluasi terhadap
keseluruhan unit kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
desa di wilayah kerja kecamatan;
91 Ibid.
73
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
c. Mengumpulkan data dalam rangka fasilitasi dan koordinasi
penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat di wilayah kecamatan;
d. Megumpulkan bahan dalam rangka pembinaan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) kelurahan di wilayah kecamatan;
e. Mengumpulkan bahan fasilitasi pengembangan sumber daya manusia
tenaga teknis pemberdayaan masyarakat kecamatan;
f. Melaksanakan penyiapan bahan penyelengaraan kegiatan gerakan
pemberdayaan dan kesejahteraan kelurahan (PKK);
g. Melaksanakan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan
yang bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;
h. Memberikan saran pada camat berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya;
i. Menyusun laporan pelaksanaan tugas secara berkala berdasarkan
tugas pokok dan fungsinya;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
3.3.4. Seksi Pemerintahan, Ketentraman, dan Ketertiban Umum
Rincian tugas Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman, Dan
Ketertiban Umum:92
a. Melakukan koordinasi dengan satua kerja perangkat daerah dan
instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
92 Ibid.
74
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi
pemerintahan desa dan atau kelurahan, serta melakukan evaluasi
penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan;
c. Megumpulkan bahan dalam rangka fasilitasi pembinaan kerukunan
hidup antar umat beragama;
d. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan lomba/penilaian kelurahan;
e. Menyelenggarakan kegiatan administrasi kependudukan;
f. Melaksanakan pendataan dan inventarisasi aset daerah dan kekayaan
daerah lainnya yang ada di wilayah kecamatan;
g. Menyusun rencana bagi pelaksanaan koordinsai dengan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Kesatuan
Polisi Pamong Praja, Perlindungan Masyarakat, Pemuka Agama, dan
Tokoh Masyarakat (Tokoh Adat) mengenai program dan kegiatan
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di wilayah
kecamatan;
h. Mengumpulkan bahan dan menyusun rencana penegakan dan
pelaksanaan paraturan daerah, peraturan bupati dan peraturan
perundang-undangan lainnya serta peraturan adat setempat di wilayah
kecamatan;
i. Melaksanakan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan
yang bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;
j. Mamberikan saran pada camat berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya;
75
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
k. Menyusun laporan pelaksanaan tugas secara berkala berdasarkan
tugas pokok dan fungsinya;
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
3.3.5. Seksi Perekonomian dan Pembangunan
Rincian tugas Kepala Seksi Perekonomian Dan Pembangunan
sebagai berikut:93
a. Mengumpulkan bahan dalam rangka fasilitasi dan koordinasi
penyelenggaraan dan pembangunan di wilayah kecamatan;
b. Mengumpulkan bahan bagi fasilitasi pengembangan perekonomian
kecamatan;
c. Menyusun rencana bagi pelaksanaan pungutan atas pajak dan
retribusi daerah di wilayah kecamatan;
d. Menyusun rencana pengembangan serta pemantauan kegiatan
perindustrian, perdagangan, perkoperasian, dan Usaha Kecil
Menengah (UKM);
e. Melaksanakan pengawasan penyaluran dan pengambilan kredit dalam
rangka menunjang keberhasilan program usaha perekonomian
masyarakat;
f. Menyusun rencana bagi pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi
penyelenggaraan pembangunan di wilayah kecamatan;
g. Menyusun rencana fasilitasi pengembangan pembangunan
kecamatan/kelurahan;
93 Ibid.
76
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
h. Mengumpulkan bahan bagi kegiatan koordinasi, pembinaan dan
pengawasan serta pelaporan langkah-langkah penanggulangan
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan;
i. Menyusun rencana pelaksanaan pencegahan perusakan Sumber
Daya Alam yang membahayakan lingkungan;
j. Menyusun rencana pengkoordinasian pembangunan swadaya
masyarakat;
k. Melakukan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan yang
bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;
l. Memberika saran pada camat berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya;
m. Menyusun laporan pelaksanaan tugas secara berkala berdasarkan
tugas pokok dan fungsinya;
n. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.
3.3.6. Seksi Kesejahteraan Sosial
Rincian tugas kepala Seksi Kesejahteraan Sosial sebagai berikut:94
a. Menyelenggarakan fasilitasi kegiatan organisasi
sosial/kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat;
b. Melaksanakan pencegahan dan penanggulangan bencana alam di
lingkungan kecamatan;
c. Melaksanakan penanggulangan bencana sosial;
94 Ibid.
77
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
d. Megumpulkan bahan dan data kegitan program pendidikan
masyarakat;
e. Melaksanakan pembinaan kesehatan masyarakat dan lingkungan;
f. Melaksanakan kegiatan pembinaan kegiatan program generasi muda,
keolaragaan, kebudayaan, kepramukaan, serta peran wanita;
g. Melakukan administrasi pemberian rekomendasi dan perizinan yang
bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsinya;
h. Memberika saran pada camat berdasarkan tugas pokok dan
fungsinya;
i. Menyusun laporan pelaksanaan tugas secara berkala berdasarkan
tugas pokok dan fungsinya.
3.3.7. Tata Kerja dan Hubungan Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, camat, sekretaris kecamatan, lurah,
kepala sub bagian, sekretaris kelurahan, dan kepala seksi wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-
masing maupun antara satuan organasisi di lingkungan pemerintah
kabupaten sesuai dengan tugas pokok masing-masing.95
Camat melakukan koordinasi dengan kecamatan di sekitarnya. Camat
megkoordinasikan unit kerja di wilayah kerja kecamatan dalam rangka
penyelenggraan kegiatan pemerintahan untuk meningkatkan kinerja
95 Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.
78
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kecamatan. Camat melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat
daerah di lingkungan pemerintah kabupaten dalam rangka penyelenggraan
kegiatan pemerintahan di kecamatan.96
Hubungan kerja kecamatan dengan perangkat daerah kabupaten
bersifat koordinasi teknis fungsional dan teknis operasional. Hubungan kerja
kecamatan dengan instansi vertikal di wilayah kerjanya, bersifat koordinasi
teknis fungsional. Hubungan kerja kecamatan dengan swasta, lembaga
swadaya masyarakat, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan lainnya
di wilayah kerja kecamatan bersifat koordinasi dan fasilitasi.97
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Kewenangan Camat
4.1.1. Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif Camat
Perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
kecamatan sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 22 Tahun 1999,
kemudian dilanjutkan pada UU Nomor 32 Tahun 2004. Perubahan mencakup
mengenai kedudukan kecamatan menjadi perangkat daerah kabupaten/kota,
dan camat menjadi pelaksana sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
wewenang bupati/walikota. Di dalam Pasal 120 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun
96 Ibid.97 Ibid.
79
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2004 dinyatakan bahwa “Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,
kecamatan, dan kelurahan”.98 Pasal tersebut menunjukkan adanya dua
perubahan penting yaitu:
1. Kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan dan
dipersepsikan merupakan wilayah kekuasaan camat. Dengan
paradigma baru, kecamatan merupakan suatu wilayah kerja atau areal
tempat camat bekerja.
2. Camat adalah perangkat daerah kabupaten/kota dan bukan lagi
kepala wilayah administrasi pemerintahan, dengan demikian camat
bukan lagi penguasa tunggal yang berfungsi sebagai administrator
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, akan tetapi
merupakan pelaksana sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh
bupati/walikota.99
Camat merupakan perpanjangan tangan bupati. Secara terinci,
kewenangan camat dijelaskan dalam Pasal 126 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun
2004 yang menyatakan bahwa: “Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk
menangani sebagian urusan otonomi daerah”. Jadi, berdasarkan ayat (2) ini
seorang camat mendapat kewenangan yang dilimpahkan atau diberikan oleh
bupati atau walikota, untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.100
98 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah99 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 33.100 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
80
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Pada ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004, dijelaskan bahwa “Camat
juga menyelenggarakan tugas umum pemerintah”. Tugas umum pemerintah
ini meliputi mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum; mengkoordinasikan penerapan dan penegakkan peraturan
perundang-undangan; mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum; mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
pemerintah di tingkat kecamatan; membina penyelenggaraan pemerintahan
desa dan/atau kelurahan.101
Perubahan posisi atau status camat dari kepala wilayah menjadi
perangkat daerah dengan fungsi utama “menangani sebagian urusan
otonomi daerah yang dilimpahkan serta “menyelenggarakan tugas umum
pemerintah” ini ternyata membawa implikasi yang sangat mendasar bagi
camat dan institusi kecamatan itu sendiri. Saat ini, para camat merasakan
bahwa secara formal (yuridis), kewenangan dan kekuasaan mereka sangat
berkurang. Selain itu, para camat juga merasa bahwa kewenangan dan
fungsi mereka sekarang menjadi kurang jelas. Hal ini sering menimbulkan
keraguan bagi para camat dalam menjalankan tugasnya.102
Lebih lanjut Camat Sumarorong mengatakan:
“...inilah yang perlu kita berikan pemahaman kepada masyarakat. Memang betul mereka berpendapat bahwa camat masih bertindak sebagai kepala wilayah dalam pengambilan keputusan padahal ada instansi atau katakanlah dinas yang lebih berwenang untuk mengambil
101 Ibid.102 Moh. Ilham A. Hamudy, Peran Camat di Era Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Hal. 56.
81
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kebijakan. Sebenarnya kalau dilihat pada pemahaman mereka, masyarakat beranggapan bahwa camat adalah penguasa wilayah, segala sesuatu ada pada dia padahal kan hanya mengkoordinasikan. Artinya program kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang ada di desa dan kelurahan itu dikelolah oleh dinas yang mempunyai program, misalnya program dari kabupaten, provinsi, atau pusat. Mereka memprogram hanya lewat ke kantor kecamatan disini peranannya sebagai koordinasi dia tidak punya kegiatan langsung campur dalam hal program kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas-dinas tertentu. Namun tentunya kita yang ada di kecamatan yang selalu dekat dengan masyarakat mereka menganggap misalnya ada kemauan masyarakat untuk kegiatan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang belum memuaskan ya mereka beranggapan bahwa yang kurang kerja keras di dalamnya adalah camat”.103
Harapan masyarakat terhadap peran signifikan kecamatan dapat
dikatakan masih tinggi. Masyarakat masih mengharapkan peran kecamatan
seperti masa lalu, sebagaimana di atur dalam UU Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat ditinjau dari kecenderungan
masyarakat yang masih menjadikan kecamatan sebagai tempat pengaduan
berbagai permasalahan sosial.
Unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) secara de facto
masih dianggap berperan besar dalam menanggapi dan mengatasi pelbagai
permasalahan sosial di masyarakat (Kurniawan, 2008). Hal ini diperkuat oleh
kajian Kinseng (2008) yang menyatakan bahwa tuntutan masyarakat
terhadap peran camat sebagai pemimpin kecamatan masih besar seperti
pada era penerapan UU Nomor 5 Tahun 1974. Camat dituntut untuk siap
melayani masyarakat sepenuhnya dan memahami segala macam persoalan
yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahannya, bupati atau walikota yang
103 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.
82
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
selama ini sering mengharapkan peran kecamatan yang besar, justru tidak
mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada camat. Hal ini sering
mengakibatkan keragu-raguan camat dalam menangani pelbagai persoalan
yang terjadi dalam masyarakat.104
Menurut Kepala Bagian Umum Pemerintah Daerah Kabupaten
Mamasa yang pada saat itu dimandatkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten
Mamasa dalam wawancara juga merupakan mantan Camat Tabulahan
bahwa:
“...sekarang ini yang lagi hangat adalah apakah kecamatan akan di hapus karena statusnya sebagai SKPD kemudian kan persoalannya rentang kendali akan semakin tinggi tapi kan sekarang lagi dirancang undang-undang desa jadi desa itu akan menjadi otonomi asli kemudian langsung dapat dana alokasi dari pusat tapi sampai sekarang kan masih tetap mengacu kepada UU 32 Tahun 2004 dan PP 19 Tahun 2008 artinya peran camat masih tetap ada tapi besar tidaknya peran camat itu dipengaruhi kalau ada kewenangan delegatif yang diberikan, nah sekarang yang terjadi di Mamasa tidak ada secara legal formal kewenangan delegatif tetapi sesunggunnya itu terjadi dalam artian persepsi yang dibangun. Seorang camat yang baru dilantik sudah mempersepsikan dirinya bahwa apapun yang terjadi di masyarakat itu tetap kewenangan saya. Sejak pertama kali terbentuk Mamasa saya sudah sampaikan bahwa harus ada kewenangan delegatif kepada camat supaya jelas tetapi selalu dibahasakan pimpinan bahwa camat adalah kepala wilayah. Itu yang tidak dipahami tetapi konsekuensi logisnya di kecamatan tidak terlalu banyak bukan berarti tidak ada tetapi tidak terlalu banyak dalam artian tanpa ada pendelegasian kewenangan delegatif seharusnya kan camat tidak bisa terlalu banyak berbuat walaupun ada kewenangan atributifnya tapi toh ternyata jalan-jalan saja”.105
104 Moh. Ilham A. Hamudy, Peran Camat di Era Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Hal. 53.105 Ardiansyah, S.STP, Kabag Umum Pemda Kab. Mamasa, manatan Camat Tabulahan. Hasil Wawancara tanggal 11-04-2012 Pukul 08.30 Wita di ruangan Kabag. Umum Pemda Kab. Mamasa.
83
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Hal ini menunjukkan bawah camat di Kabupaten Mamasa termasuk
Camat Sumarorong hanya menjalankan tugas-tugas umum pemerintahan,
rutinitas-rutinitas pemerintahan, serta jenis-jenis pelayanan yang tidak jelas.
Adanya persepsi yang masih terbangun baik di kalangan masyarakat
maupun para pejabat pemerintahan bahwa camat masih berkedudukan
sebagai kepala wilayah semakin mempertegas adanya kontradiksi harapan
masyarakat dengan harapan pemerintah berdasarkan aturan. Di satu sisi
Bupati Mamasa mengharapkan bahwa kecamatan adalah ujung tombak
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan namun di sisi lain tidak
adanya pendelegasian wewenang yang lebih rinci menyebabkan camat
kadang ragu dan bingung dalam pelaksaan tugasnya. Berikut adalah
penjelasan Kepala Bagian Umum Pemerintah Daerah Mamasa:
“...sebenarnya, saya pisahkan pandangan bupati dari sisi konseptual kemudian dari sisi praktis. Dari sisi praktis itu sangat dipengaruhi pandangan politik. Sisi konseptualnya itu memang ingin menempatkan kecamatan sebagai pusat pelayanan terdekat tatapi Kepala Daerah sekarang dua selalu pandangannya dalam mengambil keputusan yaitu konsptual dengan praktis. Apalagi kalau mau dekat-dekat pemilukada, dominan sekali praktisnya. Tatapi kalau Pak Bupati Mamasa ini di luar sisi praktis selalu mengatakan bahwa camat adalah ujung tombak pelayanan pemerintahan tedepan kemudian Pak Bupati juga sering menekankan bahwa tidak ada kantor camat yang tertutup di jam kantor artinya secara tidak langsung dia sudah mendelegasikan kewenangan tetapi tidak punya legal standing dalam artian selain kewenangan atributif pelayanan-pelayanan ini katakanlah surat menyurat tetap dilakukan camat tanpa ada ketentuan formal yang mengatur, tanpa ada delegasi kewenangan. Kecuali misalnya ada yang komplain dengan tanda tangan camat tetapi kenyataannya orang bermasa bodoh yang penting tidak saling mengganggu kepentingan yang ada tetapi sekarang idealnya kan kita mengacu kepada aturan. Saya bisa estimasi bahwa katakanlah di Sulbar saja ini hampir semua kewenangan delegatif itu tidak dilakukan. Karena sebenarnya konsep Pak Sadu ketika kewenangan diberikan kepada kecamatan maka
84
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
harus ada bantuan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan itu apalagi kewenangan teknis. Contoh misalnya IMB. Di kecamatan kan basiknya kan bukan orang teknik, saya misalnya berikan klasifikasi kewenangan menandatangani IMB yang skala ukurannya katakanlah ukuran 20mx30m maksimal di atas itu harus Pak Bupati. Kenyataannya ketika diberikan kewenangan untuk menilai layak tidaknya diberikan IMB bagi berukuran 600 m persegi ilmu apa yang mau dia pakai untuk menilai kalau tidak ada orang teknik atau kalau tidak ada UPTD PU disitu tapi kalau UPTD PU di buat maka akan banyak sekali UPTD PU dan SKPD makanya Pak Sadu mau semuanya dilebur ke kecamatan. Ketika ada IMB maka harus ada orang teknik di kasubag pemerintahan di kecamatan supaya kasubag pemerintahan sarjana teknik ini dikumpul semua kecamatan oleh PU memberikan bekal yang mana layak IMB yang mana tidak, spesifikasinya bagaimana. Tetapi kalau pun hari ini didelegasikan kewenangan nanti ngawur saja karena kewenangan yang didelegasikan itu seharusnya kewenangan yang teknis-teknis karena kewenangan yang umum sudah atributif”.106
Selain persoalan tersebut yang menyebabkan pendelegasian
sebagian kewenangan bupati ke camat tidak dilakukan, adanya pemahaman
yang tidak elaboratif serta sistem politik yang dibangun oleh Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 menyebabkan semuanya menjadi kompleks. Sistem
politik Kabupaten Mamasa yang kurang stabil serta penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak stabil menjadi penyebab camat dalam pelaksanaan
tugasnya pun menjadi dilematis.
Lebih lanjut Kepala Bagian Umum Pemerintah Daerah Kabupaten
Mamasa menyebutkan bahwa:
“...kata kuncinya terjadi patologi pemerintahan ini karena disebabkan oleh memang mekanisme yang dibangun memunculkan celah-celah untuk seperti itu, yang sederhananya begini pemerintahan kita sangat didominasi oleh kepentingan politik. Kepentingan politik meninggalkan kepentingan administrasi, meninggalkan PP, meninggalkan undang-undang. Jelas sekali diatur dalam PP 19 Tahun 2008 kriteria camat
106 Ibid.
85
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
harus berlatar belakang ilmu pemerintahan, harus mengikuti Diklat camat tapi karena kepentingan politik, yang ditempatkan sebagai camat adalah orang-orang yang tidak sesuai spesifikasi. Sistem yang diciptakan UU 32 Tahun 2004 tentang Pilkada Langsung memang memaksa orang seperti itu. UU 32 Tahun 2004 yang buka peluang, jadi praktis birokrasi ini 70% diisi kepentingan politik hanya 30 % kepentingan administrasi. Administrasi ini katakanlah aturan”.107
Selain itu, beliau lebih lanjut menegaskan bahwa:
“...memang sebagian penyebabnya adalah ketidakpahaman yang mana kewajiban mendelegasikan kewenangan berdasarkan perintah Undang-Undang kemudian sebagian juga disebabkan karena tidak paham. Jadi ada unsur kesengajaan juga. Ada juga penyebabnya tarik ulur kepentingan karena kewenangan yang ingin didelegasikan itu adalah rata-rata kewenangannya SKPD. Kan kaki tangannya ini bupati adalah SKPD, kantor-kantor, badan-badan, dinas-dinas, nah kewenangan itu yang mau didistribusikan sedangkan sebagian besar SKPD tidak mau mendistribusikan kewenangan itu”. 108
Perubahan organisasi kecamatan menjadi satuan kerja perangkat
daerah pun menyebabkan permasalahan di kecamatan menjadi lebih
kompleks. Jika diperhatikan secara menyeluruh hampir semua bidang-bidang
kewenangan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah itu telah terbagi
habis ke SKPD yang ada, kantor-kantor, dinas-dinas, serta badan-badan
yang ada di daerah. Hadirnya PP Nomor 19 Tahun 2008 yang lebih jauh
menjelaskan kecamatan sebagai SKPD tetap mengharapkan adanya
keinginan politik (Political Will) dari bupati dan DPRD untuk menjadikan
kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Namun
dalam penjelasan Kepala Bagian Umum Pemda Mamasa di atas dapat
direduksi bahwa kecamatan yang ada di Kabupaten Mamasa termasuk
107 Ibid.108 Ibid.
86
Gambar 4.1Alur Pelimpahan Kewenangan
Didiskusikan Titik Temu
Konsep Kewenangan yang Akan Didelegasikan
Suku Dinas Teknis
Camat
Peraturan KDH
Rancangan Peraturan KDH
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Kecamatan Suamrorong secara umum masih berjalan namun tidak jelas
karena tidak adanya “legal standing” dalam hal ini aturan yang komprehensif
yang yang mengatur tingkatan-tingkatan yang lebih spesifik seberapa jauh
kewenangan camat dalam pelaksanaan tugasnya. Konsep kecamatan
mengharapkan adanya keluwesan dari SKPD yang lain untuk memberikan
sebagian kewenangan kepada kecamatan.
Sebagaimana yang diharapkan oleh Sadu Wasistiono bahwa dalam
rangka memberdayakan kecamatan hendaknya ditempuh mekanisme
pelimpahan kewenangan dari bupati/walikota kepada camat yang dapat
dilihat pada gambar berikut.109
109 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 57.
87
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Dengan mekanisme yang di sarankan oleh Sadu Wasitiono tersebut
diharapkan mampu menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan yang
lebih dekat dengan masyarakat namun hal tersebut tidak terlepas dari
kebijakan dan kemauan politik pemerintah daerah dalam hal ini DPRD
Kabupaten Mamasa dan Bupati Mamasa untuk menjadikan kecamatan
sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Kenyataannya hal
tersebut belum dalapt dilaksanakan dengan berbagai permasalahan
sebagaimana telah di paparkan Kepala Bagian Umum Pemda Mamasa
sebelumnya.
Dikaitkan dengan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan
dari bupati/walikota kepada camat dibedakan adanya 2 (dua) pola yaitu:110
1. Pola seragam, yaitu mendelegasikan sebagaian kewenangan
pemeritahan dari bupati/waloikota kepada camat tanpa melihat
karakteristik wilayah dan penduduknya. Pola ini dapat digunakan untuk
kecamatan yang wilayah dan penduduknya relatif homogen.
2. Pola beranekaragam, yaitu mendelegasikan sebagian kewenangan
pemerintahan dari bupati/walikota kepada camat dengan
memperhatikan karakteristik wilayah dan penduduk masing-masing
kecamatan. Pola ini ada dua macam kewenangan yang dapat
110 Ibid.
88
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
didelegasikan yaitu kewenangan generik, yakni kewenangan yang
sama untuk semua kecamatan, serta kewenangan kondisional yakni,
kewenangan yag sesuai dengan kondisi wilayah dan penduduknya.
Keadaan yang saling mengharapkan terhadap inisiatif pelimpahan
sebagian kewenangan dari Bupati Mamasa ke Camat Sumarorong rupanya
menjadi salah satu faktor penghambat dalam pemberian kewenangan yang
lebih teknis kepada camat. Di satu sisi camat mengharapkan adanya
pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa
dengan memperhatikan pola pendelegasian, di sisi yang lain adanya harapan
terhadap camat untuk melakukan suatu terobosan pemikiran pemerintahan
yang kemudian dianggap penting oleh Pemerintah Daerah Mamasa yang
ditindaklanjuti melalui pendelegasian sebagaian kewenangan pun diharapkan
dilakukan oleh Camat Sumarorong. Akibatnya, bertahan pada posisi masing-
masing juga menjadi salah satu penyebab terjadinya sistem
penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan Sumarorong yang kurang efektif.
Berikut adalah pernyataan Asisten Bupati Bidang Pemerintahan
Kabupaten Mamasa:
“...disitulah sebetulnya dibutuhkan para camat untuk membuat inovasi-inovasi dalam rangka penerimaan delegasi kewenangan/kekuasaan dari bupati. Jadi, para camat harus proaktif sehingga diharapkan para camat sebagai koordinator pemerintahan arif dan kreatif bagaimana melihat situasi dan kondisi daerahnya masing-masing untuk memeberikan masukan kepada Pak Bupati, sehingga delegasi kekuasaan dari Bupati bisa diserahkan kepada camat. Karena bagaimana pun juga, Bupati bukan hanya satu kecamatan yang diurusi tetapi bagaimana kreatif para camat memberikan telaah staf kepada Bupati untuk diberikan mungkin sebagian kewenangan Bupati, seperti bagaimana menggarap galian-galian C untuk pendapatan daerah, jadi
89
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
tergantunglah camatnya. Secara umum pola kewenangan yang dijalankan camat itu rata dan sama, tetapi setiap kecamatan punya karakteristik masing-masing keadaan. Dan tidak mungkin itu, misalnya Kecamatan Sumarorong sama dengan Kecamatan Pana misalnya. Ada beberapa yang saya katakan tadi harus butuh kreatif camat melihat betul-betul derahnya kira-kira hal apa saja yang harus dilakukan dalam rangka pembinaan pelayanan kepada masyarakat sehingga pendekatan-pendekatan kepemimpinan itu bukan bergantung dari kabupaten tetapi camat juga perlu menyampaikan informasi sehingga kewenangan bupati itu bisa diberikan lagi kepada camat, disamping yang saya katakan tadi bahwa tugas-tugas camat secara keseluruhan ada, tetapi ada mungkin tugas-tugas tambahan apabila camatnya itu punya kreatif”.111
Keadaan seperti ini seharusnya tidak terjadi mengingat kewenangan
secara penuh itu berada pada kepala daerah. Jika pemahaman terhadap PP
No. 19 Tahun 2008 benar dilakukan, seharusnya inisiatif pemberian
kewenangan itu berbentuk pola “dari atas ke bawah” dengan memperhatikan
unsur teori penerimaan kewenangan oleh Chester Barnard. Sehingga dalam
konsep yang disarankan oleh Sadu Wasistiono perlu adanya proses
identifikasi kembali kewenangan-kewenangan daerah yang berada pada
SKPD kemudian merumuskan dan mendistribusikan kewenangan
berdasarkan kebutuhan ke masing-masing kecamatan.
Camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat
kecamatan dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris
daerah kabupaten/kota. Pertanggungjawaban camat kepada bupati/walikota
melalui sekretaris daerah adalah pertanggungjawaban administratif.
Pengertian melalui bukan berarti camat merupakan bawahan langsung
111 Ir. Edy Mulyono Paulillin, SE.,MH. Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Kabupaten Mamasa. Hasil Wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Pemda Kab. Mamasa.
90
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
sekretaris daerah, karena secara struktural camat berada langsung di bawah
bupati/walikota.112
Camat berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak
memiliki daerah dalam arti daerah kewenangan), karena melaksanakan tugas
umum pemerintahan di wilayah kecamatan, khususnya tugas-tugas atributif
dalam bidang koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah
di wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban,
penegakan peraturan perundang - undangan, pembinaan penyelenggaraan
pemerintahan desa dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas
pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan
desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah lainnya di wilayah kecamatan.
Oleh karena itu, kedudukan camat berbeda dengan kepala instansi
pemerintahan lainnya di kecamatan, karena penyelenggaraan tugas instansi
pemerintahan lainnya di kecamatan harus berada dalam koordinasi camat.113
Camat sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan
dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi.
Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-
nilai sosio kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi
dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketenteraman dan ketertiban
wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam
112 Pembahasan PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.113 Ibid.
91
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kerangka membangun integritas kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi
utama camat selain mernberikan pelayanan kepada masyarakat, juga
melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.114
Menurut Pasal 126 ayat (3) dan PP Nomor 19 Tahun 2008 pada Pasal
15 ayat (1), camat melaksanakan tugas umum pemerintahan yang
merupakan kewenangan artibutif yang meliputi:115
a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan;
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
dan
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa
atau kelurahan.
114 Ibid.115 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008
92
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Sebagai koordinator di wilayahnya kerjanya, Camat Sumarorong
dalam rangka menjalankan kewenangan atributifnya terkait
mengoordinasikan dan pembinaan, dari hasil penelitian ditemukan adanya
sistem koordinasi yang dibangun sangat efektif. Dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai koordinator wilayah telah ditetapkan dalam kalender
pemerintahan Kecamatan Sumarorong bahwa setiap tanggal 17 bulan
berjalan diadakan rapat koordinasi kecamatan yang didahului dengan apel
bersama. Dalam pertemuan tersebut semua perangkat pemerintahan yang
ada di wilayah Kecamatan Sumarorong yang meliputi: semua kepala desa,
lurah, instansi vertikal, unit pelaksana teknis daerah, tokoh masyarakat, dan
sebagainya hadir dalam rangka evaluasi penyelenggaraan pemerintahan
yang berjalan. Rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tanggal 17 April
2012 dibahas berbagai aspek permasalahan. Hasil penelitian dalam rapat
koordinasi meliputi permasalahan ketentraman ketertiban umum,
permasalahan pemerintahan, pendidikan, serta permasalahan-permasalahan
yang terjadi di desa.116
Gambar 4.2APEL BERSAMA DAN RAPAT KOORDINASI
116 Rapat Koordinasi Tanggal 17 April 2012 di Gedung Aula Kecamatan Sumarorong.
93
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
KECAMATAN SUMARORORNG
Selain rapat koordinasi ini sebagai wadah mengoordinasikan
penyelenggaraan pemerintahan kecamatan juga menjadi wadah pembinaan,
pengawasan, dan evaluasi terhadap kepala-kepala desa yang terkait dengan
kewenangan camat terhadap desa, maupun perangkat pemerintahan lainnya.
Lebih lanjut Kepala Desa Rante Kamase mengatakan:
“...saya kira mengawasi karena kalau rapat koordinasi biasanya banyak pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan ke kepala desa yang hadir baik menyangkut hubungan tugas kepala desa di desa maupun hubungan desa dan kecamatan. Untuk perangkat desa, camat juga memberikan pembinaan karena di desa itu KAURnya ada tiga yaitu KAUR Pemerintahan, KAUR Pembangunan, dan KAUR Keuangan. Pemerintah kecamatan akan turun ke desa memberikan pembinaan hanya jika ada permintaan dari desa namun sebagian besar telah dikoordinasikan di rapat koordinasi kecamatan”.117
117 Tadius Toding, Kepala Desa Rante Kamase. Hasil wawancara tanggal 24-03-2012 Pukul 08.30 Wita di rumah Kepala Desa Rante Kamase.
94
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Rapat koordinasi ini sebagai wadah dalam rangka
mensingkronisasikan segala bentuk permasalahan di desa dan kelurahan,
kesatuan persepsi dalam tindakan yang mempunyai akibat-akibat hukum,
serta menghindari adanya kegiatan-kegiatan pemerintahan yang keliru
karena kesalahpahaman atau kurangnya komunikasi. Selain itu, rapat
koordinasi ini merupakan inisiatif dari Camat Sumarorong untuk menciptakan
suasana yang harmnonis dalam kedisiplinan yang teratur di semua perangkat
pemerintahan yang ada di wilayah Kecamatan Sumarorong.
Tugas camat dalam mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a PP
Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:118
a. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam
perencanaan pembangunan lingkup kecamatan dalam forum
musyawarah perencanaan pembangunan di desa/kelurahan dan
kecamatan;
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap keseluruhan unit
kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja
dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja kecamatan;
c. Melakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat di wilayah kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja
pemerintah maupun swasta;
118 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
95
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
d. Melakukan tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang - undangan; dan
e. Melaporkan pelaksanaan tugas pemberdayaan masyarakat di wilayah
kerja kecamatan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada
satuan kerja perangkat daerah yang membidangi urusan
pemberdayaan masyarakat.
Pasal ini mengarahkan camat sebagai pimpinan dan koordinator di
wilayah kerjanya untuk memastikan secara umum program-program
pemerintah maupun swasta di bidang pemberdayaan masyarakat berjalan
secara efektif. Camat diberikan kewenangan untuk mendorong partisipasi
masyarakat, membina, mengawasi, serta mengevaluasi program-program
pemberdayaan masyarakat dalam rangka proses perencaan pembangunan
kecamatan.
Camat yang merupakan perpanjangan tangan bupati di wilayah
kecamatan diharapkan mampu mengakomodasi kepentingan-kepentingan
desa/kelurahan dalam rangka proses pembangunan melalui musyawarah
rencana pembangunan tingkat kecamatan. Pada Pasal 29 ayat (1) PP Nomor
19 Tahun 2008 dikemukakan bahwa: “Dalam rangka penyelenggraan
pemerintahan di kecamatan, disusun perencanaan pembangunan sebagai
kelanjutan dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan”.
Selanjutnya ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Pasal 29 PP Nomor 19 Tahun
96
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
2008 disebutkan bahwa: “Perencanaan pembangunan kecamatan
merupakan bagian dari perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Perencanaan pembangunan kecamatan dilakukan melalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Kecamatan secara partisipatif. Mekanisme
penyusunan rencana pembangunan kecamatan berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri”.
Adanya kewenangan camat sebagaimana yang diamanahkan
Peraturan Pemerintah tersebut menuntut camat lebih proaktif dalam
menindaklanjuti pola pembangunan yang bersifat partisipatif dari “bawah ke
atas”. Pada tanggal 06 Maret 2012 dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kecamatan Sumarorong telah dibahas berbagai macam
usulan desa dan kelurahan terkait perencanaan pembangunan dan telah
ditetapkan skala prioritas usulan dalam musyawarah antar desa
perangkingan sebagai berikut.119
Tabel 4.1 Skala Prioritas Usulan Musrembang Kecamatan Sumarorong
Tahun 2012
No. Desa/Kelurahan Jenis Usulan Kegiatan1 Sumarorong Pembuatan Drainase (210 m)2 Rantekamase Pengerasan Jalan3 Sasakan Irigasi (550 m)
4 Salubalo Perintisan Jalan (3000 m) + 4 Unit Duiker
5 Tadisi Air Bersih (5140 m + Bak Induk 1 + Bak Dis 4 Unit)
119 Hasil Musrembang Tingkat Kecamatan Sumarorong Tahun 2012.
97
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
6 Sibanawa Irigasi (706 m)7 Tabone RKB (Tiga Ruang)8 Banea Jembatan9 Batanguru Pembuatan MCK (16 Unit)10 Batanguru Timur Irigasi
Penetapan hasil tersebut tentu tidak terlepas dari peran camat sebagai
koordinator wilayah dalam memberikan dorongan, pembinaan, pengawasan,
serta evaluasi kinerja dari semua perangkat yang terkait untuk menciptakan
sistem yang partisipatif dalam pembangunan.
Selain hal tersebut di atas, dalam menjalankan kewenangan yang
berkaitan dengan mengoordinasikan pemberdayaan masyarakat, camat aktif
memberikan pembinaan wilayah dan berbagai himbanuan terkait
pemberdayaan masyarakat. Camat yang masih dipersepsikan oleh sebagian
masyarakat sebagai kepala wilayah bahkan sebagian dari kepala desa dan
lurah dianggap sosok yang mampu memberikan pemikiran-pemikiran yang
bersifat mempersatukan dan mampu memberikan solusi terhadap
perkembangan yang ada. Persepsi yang ada pun ikut memperkuat
kewenangannya dalam mengoordinasikan secara menyeluruh baik kepada
kepala-kepala desa maupun kepada masyarakat secara langsung. Berikut
adalah pernyataan Camat Sumarorong terkait upaya menggordinasikan
pemberdayaan masyarakat:
“...jadi upaya-upaya yang kami lakukan dan saya lakukan sebagai Camat Sumarorong dalam rangka memberdayakan masyarakat setelah saya menjabat sebagai camat, tentunya selalu melakukan koordinasi dengan para kepala desa melalui pertemuan-pertemuan
98
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
atau rapat yang pada awal tahun kami sepakati bersama untuk mengadakan rapat koordinasi setiap tanggal 17 bulan berjalan. Kami mengadakan apel bersama dalam rangka mendisiplinkan termasuk aparat pegawai untuk cepat hadir dalam melaksanakan tugasnya. Juga dalam hal pemberdayaan masyarakat kami menyepakati atau menyampaikan kepada para kepala desa untuk selalu mengadakan kegiatan kebersihan setiap hari jumat dalam bentuk gotong royong mulai dari tingkat dusun sampai kecamatan. Kemudian untuk memelihara keindahan yang berkaitan dengan lingkungan, serta menghimbau kepada masyarakat untuk menanam buah-buahan karena saya melihat sangat berkaitan dengan peningkatan ekonomi masyarakat di waktu yang akan datang terutama dengan hadirnya lapangan terbang atau bandara di Sasakan pada Tahun 2011 untuk tahap pertama dan Tahun 2012 ini untuk pengerjaan pembangunan tahap ke dua. Jadi untuk mengantisipasi masyarakat dihimbau untuk berpartisipasi aktif untuk melakukan penanaman buah-buahan. Saya kira banyak kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dapat kami lakukan termasuk di dalamnya selalu menyampaikan atau melakukan koordinasi ke perangkat pemerintahan desa/kelurahan”.120
Hal ini sejalan dengan kedudukan camat sebagai koordinator wilayah
untuk mengoordinasikan ke semua instansi pemerintahan yang ada di
wilayah kerjanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala UPTD Pertanian
Kecamatan Sumarorong bahwa:
“...kita punya wewenang yang jelas ada koordinasi dengan camat. Camat telah melakukan mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kecamatan dengan koordinasi ke desa dan kelurahan seperti pemberdayaan kelompok tani (GAPOKTAN), pemberdayaan kelompok masyarakat dalam PNPM Mandiri, peningkatan produksi pangan, pemberdayaan generasi muda melalui organisasi-organisasi pemuda”.121
Kehadiran camat dalam dimensi kehidupan masyarakat sebenarnya
masih sangat diharapkan oleh masyarakat. Perannya sebagai pemimpin
120 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.121 Raba’ Ali. Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 09-04-2012 Pukul 10.30 Wita di rumah Kepala UPTD Pertanian Kec. Sumarorong.
99
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
wilayah masih sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan
Camat Sumarorong dalam membina masyarakat melalui sistem gotong
royong yang dibangun. Berikut adalah pernyataan Camat Sumarorong:
“...sistem gotong royong yang dilaksanakan meliputi 8 (delapan) desa dan 2 (dua) kelurahan di Kecamatan Sumarorong kita himbau untuk mengupayakan sifat kegotongroyongan dalam hal pemeliharaan kebersihan di desa-desa atau dusun dan lingkungan bukan hanya Kelurahan Sumarorong. Pada perayaan Hari Ulang Tahun Mamasa yang ke-10 yang lalu memang pemerintah Kabupaten Mamasa menghimbau dan menjadikan salah satu jenis kegiatan yang dilombakan dan kebetulan Kecamatan Sumarorong pada lomba kebersihan dari 17 Kecamatan di Kabupaten Mamasa kita besyukur karena Kecamatan Sumarorong mendapat juara yang pertama. Kami bersyukur namun sekaligus merupakan tanggungjawab yang lebih besar lagi untuk mempertahankan di masa-masa yang akan datang, mudah-mudahan masyarakat selalu ikut kerja sama supaya apa yang telah dicapai paling tidak bisa dipertahankan dan kalau perlu bisa kita tingkatkan”.122
Hal ini mengindikasikan bahwa kewenangan atributif tentang
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan masih terhitung cukup efektif
meskipun sebenarnya tidak terlepas dari persepsi yang masih terbangun
dalam masyarakat bahwa camat masih berperan sebagai pelindung utama
dalam dimensi kehidupan masyarakat.
Tugas camat dalam mengoordinasikan upaya peyelenggaraan
ketenteraman dan ketertiban umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:123
122 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong..123 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
100
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
a. Melakukan koordinasi dengan kepolisian Negara Republik Indonesia
dan/atau Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan kegiatan
penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum di wilayah
kecamatan;
b. Melakukan koordinasi dengan pemuka agama yang berada di wilayah
kerja kecamatan untuk mewujudkan ketenteraman dan ketertiban
umum masyarakat di wilayah kecamatan; dan
c. Melaporkan pelaksanaan pembinaan ketenteraman dan ketertiban
kepada bupati/ walikota.
Tugas camat dalam mengoordinasikan penerapan dan penegakan
peraturan perundang - undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf c PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:124
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang
tugas dan fungsinya di bidang penerapan peraturan perundang-
undangan;
b. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang
tugas dan fungsinya di bidang penegakan peraturan perundang-
undangan dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
c. Melaporkan pelaksanaan penerapan dan penegakan peraturan
perundang - undangan di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.
Kedua point tersebut memberikan kewenangan kepada camat untuk
menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kecamatan. Keamanan
124 Ibid.
101
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
dan sistem berpemerintahan berdasarkan aturan diharapkan tercipta melalui
peran camat sebagai koordinator wilayah. Koordinasi ke semua lini
pemerintahan yang terkait serta tokoh masyarakat dan pemuka agama
dihapkan dapat terjalin melalui peran camat untuk menciptakan ketentraman,
ketertiban umum, dan penegakan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaannya metode koordinasi terhadap pihak berwenang
dan tokoh-tokoh masyarakat bukan satu-satunya jalan untuk menciptakan
keamanan di semua lini. Pembinaan masyarakat melalui pendekatan
persuasif yang berasaskan kekeluargaan pun dilakukan Camat Sumarorong
sebagai langkah yang efektif menciptakan suatu ketentraman. Sosialisasi ke
sekolah-sekolah dan semua lapisan masyarakat selalu dilakukan termasuk
penjagaan pada malam hari pun aktif di lakukan. Berikut adalah pernyataan
Camat Sumarorong:
“...dalam pencapaian ketentraman dan ketertiban umum tentunya kita selalu berkoordinasi dengan Polsek serta Koramil sebagai mitra kerja untuk selalu mengupayakan keadaan yang kondusif atau keamanan di daerah kita. Selain itu kami juga memprogramkan pelaksaan ronda malam untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan yang bisa terjadi di malam hari. Berikut seperti ketertiban berlalulintas kami selalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian kemudian biasa juga menyampaikan ke masyarakat dan sekolah-sekolah supaya mereka mentaati rambu-rambu lalu lintas atau menggunakan jalan sesuai peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dan yang paling penting disini adalah kita selalu melakukan pendekatan yang dinamis seperti pendekatan-pendekatan persuasif pada masyarakat, pendekatan secara kekeluargaan sehingga mereka merasa bahwa keamanan atau ketentraman itu merupakan sesuatu yang saat penting untuk kita pelihara bersama. Jadi bukan hanya dengan memberikan ketegasan tetapi juga memberi pemahaman-pemahaman melalui pendekatan secara kekeluargaan untuk menciptakan bersama ketentraman dan ketertiban di dalam masyarakat. Disamping itu kami juga selalu aktif berkoordinasi dengan pihak-pihak penganut agama untuk selalu saling
102
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
menghargai, saling toleransi untuk melaksanakan kewajiban sebagai umat yang beragama”.125
Hal yang sama juga di tegaskan oleh Kapolsek Sumarorong terkait
koordinasi yang dilakukan dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban
umum serta penegakan peraturan perundang-undangan:
“...kalau ketertiban umum sudah berjalan. Kami koordinasikan dari TRIPIKIA, Camat, Dandramil, Kapolsek. Memang sejak keberadaan saya disini kurang lebih satu tahun masalah koordinasi tentang masalah keamanan itu berjalan sesuai dengan harapan. Kalau soal ketertiban umum selama saya disini belum ada masalah yang sangat menonjol. Kalau kemudian koordinasi dengan TRIPIKA setiap saat kita bahas. Kemudian dari sisi pergantian camat lama dan baru saya melihat semuanya sama saja. Kalau untuk tingkat koordinasi itu setiap saat. Jadi sekecil apa pun permasalahan yang ada di kecamtan tetap kami duduk bersama untuk mengkoordinasikan dan semua pemerintahan tingkat bawah seperti kades, kepala UPTD, semua instansi terkait semua dihadirkan. Sejak saya disini untuk masalah ketertiban umum saya anggap semua masih biasa-biasa saja, belum ada saya katakan suatu tantangan yang berat ke depan, masih berjalan seperti kehidupan di desa beda kalau di kota. Kami dari kepolisian seperti ini memberikan pelayanan, mengatur lalu lintas kalau di hari-hari pasar, tetapi kalau hari-hari biasa yang seperti inilah keadaannya tidak ada yang terlalu serius. Saya lihat masih kondusif bahkan sangat kondusif daerah yang dikatakan aman. Salah satu bukti kemarin penilaian dari pemerintah daerah membuktikan bahwa daerah ini aman dengan diberikannya suatu penghargaan tingkat kabupaten yang didapatkan kecamatan ya salah satunya itu dari kebersihan dan dari sisi keamanan walaupun itu masih bisa kita benahi seorang camat juga sudah ada budaya jumat bersih antara pegawai, guru-guru, serta masyarakat yang ada melakukan program itu dengan bagus. Itulah langkah-langkah yang di ambil oleh pak camat di dukung oleh semua masyarakat.126
Keadaan ini tentu tidak terlepas dari karakteristik wilayah kecamatan
yang masih bercorak pedesaan. Masyarakat masih mengutamakan rasa
125 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.126 Yuslim Y. Kapolsek Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 21-03-2012 Pukul 09.00 Wita di Kantor Polsek Kec. Sumarorong.
103
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kekeluargaan, toleransi umat beragama masih sangat dijunjung tinggi serta
peran semua pihak yang terkait bahkan masyarakat yang sadar akan
pentingnya keamanan memyebabkan pencapaian tingkat keamanan,
ketertiban umum serta penegakan peraturan perundang-undangan dapat
berjalan secara optimal. Kemudian rapat koordinasi yang dilaksanakan setiap
bulan dianggap cukup efektif mengingat sebagai wadah evaluasi dan
sinkronisasi permasalahan yang terjadi serta pengambilan keputusan yang
tepat untuk beberapa permasalahan yang menjadi keluhan-keluhan
masyarakat di wilayah Kecamatan Sumarorong.
Tugas camat dalam mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
huruf d PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:127
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan/atau
instansi vertikal yang tugas dan fungsinya di bidang pemeliharaan
prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
b. Melakukan koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan
pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan
c. Melaporkan pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.
Point dalam pasal tersebut memberikan kewenangan kepada camat
untuk memastikan semua sarana dan prasarana pelayanan umum tetap
dalam kontrol pemerintah. Aspek pemeliharaan dan pengontrolan oleh camat 127 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
104
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
diharapkan ikut berperan di dalamnya sebagai koordinator yang ada di
wilayah. Hal ini sebagai antisipasi terhadap kerusakan dan terhambatnya
pelayanan kepada masyarakat. Maka dari itu camat, perangkat pemerintahan
yang lain, swasta, serta masyarakat diharapkan tetap ada koordinasi dan
sinkronisasi dalam penggunaan aset-aset daerah maupun negara untuk
kepentingan bersama.
Pelaksanaan kewenangan tersebut menuntut keaktifan dari camat
untuk mengawasi dan memelihara semua sarana dan prasarana pelayanan
umum di wilayah Kecamatan Sumarorong dengan mengoordinasikan secara
baik kepada perangkat pemerintahan, swasta dan masyarakat. Dari data
inventaris barang Kecamatan Sumarorong yang meliputi Kantor Camat, Balai
Pertemuan, Pasar, Panggung Olahraga, Rumah Jabatan, Gedung Kesenian,
Aula Kantor Kecamatan, dan sebagainya secara umum masih dalam
keadaan baik meskipun ada beberapa dalam keadaan kurang baik atau
rusak seperti komputer dan peta.128
Selain inventrasisasi, koordinasi, dan pengawasan dengan baik,
Camat Sumarorong memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
semua fasilitas pemerintahan yang ada. Penggunaan, pemeliharaan, dan
pengawasan yang baik tentu menjadi prioritas utama dalam mencapai
keadaan yang optimal. Berikut adalah pernyataan Camat Sumarorong:
128 Laporan Inventaris Barang Kecamatan Sumarorong Tahun 2010.
105
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
“...dalam rangka pemeliharaan fasilitas umum tentunya selalu dipelihara dengan jalan digunakan dengan bagus. Artinya sarana dan prasarana umum kita anggap sebagai milik kita kemudian menggunakan dengan sebaik-baiknya supaya tidak cepat rusak. Kemudian untuk pemeliharaan failitas umum tentunya kita selalu melakukan kontrol terhadap kerusakan serta perbaikan fasilitas-fasilitas yang sudah dianggap kurang baik. Kemudian fasilitas umum lainnya seperti pasar yang ada di kecamatan sumarorong, itu kita punya petugas khusus yang kita beri insentif untuk menjaga kebersihan sehingga terjamin kebersihannya”.129
Pendelegasian wewenang ke bawahan pun menjadi bagian metode
dari Camat Sumarorong dalam mencapai pemeliharaan fasilitas pelayanan
umum. Hal ini dilihat sebagai metode yang efektif melihat daftar inventaris
sarana dan prasarana Kecamatan Sumarorong secara umum dalam keadaan
baik.
Tugas camat dalam mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan di tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf e PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:130
a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan
instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
b. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan satuan
kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
c. Melakukan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di
tingkat kecamatan; dan
129 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.130 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
106
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
d. Melaporkan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan kepada bupati/walikota.
Dalam pasal ini camat dihapapkan mampu mengetahui semua
bidangg-bidang pemerintahan yang terjadi di wilayah kerjanya. Camat adalah
koordinator yang wajib mengkoordinasikan dan dikoordinasikan oleh
perangkat pemerintahan yang ada di wilayahnya serta melakukan evaluasi
terhadap penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kecamatan.
Pelaksanaan kewenangan ini tidak hanya dilakukan camat kepada
perangkat pemerintahan yang ada di kecamatan tetapi termasuk kepada
swasta. Rapat koordinasi setiap tanggal 17 bulan berjalan adalah tempat
efektif dan menjadi wujud dari pasal tersebut. Berikut pernyataan Camat
Sumarorong:
“...saya kira itu mutlak bahwa kegiatan pemerintahan dan selama ini dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan memang selalu kita koordinasikan bukan hanya kepada pemerintah di tingkat atas maupun katakanlah ke tingkat desa. Memang kita juga melibatkan atau mengkoordinasikan dengan pihak-pihak swasta seperti misalnya katanlah yang lalu-lalu ada beberapa pihak swasta yang cukup membantu kita di Kecamatan Sumarorong seperti misalnya pemborong Pasworan memang mereka secara sadar dan rela mau membantu kita termasuk dalam hal timbunan jalanan yang memang sedikit parah di Kecamatan Sumarorong dan tidak dipungut biaya itu berarti koordinasi kita dengan mereka bagus termasuk pihak swasta yang katakanlah PT atau CV yang kerja di bandara memang cukup memberikan bantuan yang bagus terutama memberikan bantuan dalam penimbunan jalan-jalan yang rusak di Kecamatan Suamrorong yang belum sempat dibiayai dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi bahkan dari pemerintah pusat. Walaupun tidak seberapa
107
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
tetapi kita bersyukur bahwa kita bisa dibantu memalui koordinasi yang baik”.131
Hal tersebut menunjukkan bahwa camat masih memiliki peran penting
dalam wilayah kecamatan. Camat masih berpengaruh besar terhadap semua
instansi dan swasta tentu tidak terlepas dari persepsi yang dibangun
masyarakat Sumarorong bahwa camat masih dalam posisinya sebagai
kepala wilayah.
Tugas camat dalam membina penyelenggaraan pemerintahan desa
dan/atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf f
PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:132
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi
pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
b. Memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi, dan konsultasi
pelaksanaan administrasi desa dan/atau kelurahan;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa
dan/atau lurah;
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa
dan/atau kelurahan;
e. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau
kelurahan di tingkat kecamatan; dan
131 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.132 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
108
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
f. Melaporkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat
kecamatan kepada bupati/walikota.
Pasal ini menunjukkan adanya hierarki dari segi administrasi. Kepala
desa dan lurah bertanggungjawab langsung kepada bupati melalui camat.
Dalam hal ini camat hanya jalur pertanggungjawab dan bukan atasan
langusung. Namun dari segi kemampuan administrasi dan keterampilan
pemerintahan, camat masih dianggap lebih senior oleh karenanya dari segi
penertiban administrasi camat diharapkan mampu memberikan bimbingan
dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa dan
kelurahan. Pembinaan dan kelurahan terhadap desa/kelurahan berdasarkan
PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan PP Nomor 73 Tahun 2005
tantang Kelurahan hanya sebatas kewenangan fasilitasi.
Berikut adalah penyataan Camat Sumarorong:
“...sebenarnya memang kita sudah lakukan tertib administrasi di desa dan kelurahan seperti misalnya pelatihan di tingkat kabupaten kita memanggil dan mengutus dari aparat desa dan kelurahan supaya mengikuti pelatihan-pelatihan admisnistrasi termasuk juga di kecamatan kami biasa berkoordinasi bahkan pembinaan terkait dengan pelaksanaan tertib administrasi yang malah kami menghimbau termasuk yang paling berperan di desa adalah sekertaris desa supaya mengikuti kursus penggunaan komputer atau laptop karena ada beberapa sekertaris desa dan kelurahan yang belum bisa menggunkan sarana komputer. Nah pembinaan yang biasa kami lakukan tentunya berupa pengarahan atau pelatihan-pelatihan yang mungkin masih minim tapi kita upayakan kita tingkatkan”.133
133 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.
109
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Adanya inisiasi Camat Sumarorong dalam rangka fasilitasi aparat
desa/kelurahan untuk pembinaan pemerintahan desa/kelurahan juga
dikuatkan oleh para lurah dan kepala desa. Berikut adalah pernyataan dari
Lurah Sumarorong:
“...selama saya menjadi Lurah, perhatian Camat ke kelurahan itu bagus, rutin melakukan monitoring, melakukan pengawasan, termasuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya dalam ruang lingkup kelurahan. camat juga melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perangkat kelurahan. Pernah camat langsung datang di kantor melihat tingkat kedisiplinan staf-staf atau pegawai di kantor lurah melalui monitoring absennya dan juga mempertanyakan kepada saya bagaimana kinerja perangkat-perangkat, staf-staf yang saudara pimpin kemudian saya katakan selama ini cukup bagus”.134
Hal yang sama juga disebutkan oleh Kepala Desa Rantekamase
bahwa:
“...saya kira selama ini tentunya kami sebagai kepala desa sangat membutuhkan bimbingan dari atas. Kami merasa terbantu. Saya kira selama ini camat memberikan supervisi dan bimbingan karena setiap usulan-usulan desa yang di dahului dengan Musrembang desa kemudian dibawah ke kecamatan, dari kecamatan akan membimbing masuk ke kabupaten. untuk soal konsultasi saya kira selama ini kita semua diberikan nomor handphone kalau ada kebutuhan boleh bicara walaupun lewat HP saja. Bahkan instansi vertikal yang ada di kecamatan seperti Polsek, Koramil juga diberikan nomor HP sebagai media konsultasi dan koordinasi setiap saat”.135
Hal yang sama juga dirasakan oleh Kepala Desa Salubalo dan Lurah
Tabone bahwa selama ini Camat Sumarorong dalam melaksanakan
kewenangan cukup profesional. Selalu memberikan bimbingan dan
134 R. Rudyantho, SH. Lurah Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 06-04-2012 Pukul 18.00 Wita di rungan Lurah Kec. Sumarorong.135 Tadius Toding, Kepala Desa Rante Kamase. Hasil wawancara tanggal 24-03-2012 Pukul 08.30 Wita di rumah Kepala Desa Rante Kamase.
110
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
konsultasi terhadap kendala-kendala dan kekurangan-kekurangan dalam
tertib administrasi.
Tugas camat dalam melaksanakan pelayanan masyarakat yang
menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan
pemerintahan desa atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
aya t (1) huruf g PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:136
a. Melakukan perencanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di
kecamatan;
b. Melakukan percepatan pencapaian standar pelayanan minimal di
wilayahnya;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pelayanan kepada masyarakat di kecamatan;
d. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat di wilayah kecamatan;
e. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di
wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.
Pasal ini menunjukkan kewenangan camat dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, percepatan pencapaian standar pelayanan
minimal yaitu mudah, cepat, dan murah, serta pembinaan terkait pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Kewenangan ini seharusnya dibarengi
dengan kewenangan delegatif dari bupati tentang bidang-bidang pelayanan
dasar karena bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hal ini agar supaya 136 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
111
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kejelasan dalam pelaksanaan tugasnya bisa lebih terinci. Meskipun demikian
Camat Sumarorong telah melakukan beberapa upaya terkait upaya
pelayanan kepada masyarakat:
“...saya kira upaya-upaya dalam pencapaian standar pelayanan minimal di wilayah kecamatan sumarorong, kita melakukan seperti pembinaan dan juga di dalamnya pengawawsan terhadap pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat. Kalau untuk mencapai standar pelayanan minimal kita upayakan supaya kehadiran para personil atau pegawai kecamatan itu diupayakan supaya hadir lebih awal dari pada masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Kemudian kita memberikan pelayanan yang cepat supaya masyarakat itu tidak merasa seperti ada beban menunggu lama. Hanya dalam pencapaian standar pelayanan minimal di wilayah Kecamatan Sumarorong perlu ada peningkatan seperi adanya sarana. Untuk mencapai pelayanan minimal maka anak-anak yang mengelolah itu harus diadakan dulu semacam pelatihan supaya mereka bisa melaksanakan tugas untuk melayani masyarakat”.137
Permasalahan besar yang dihadapi Kecamatan Sumarorong adalah
kurangnya jenis pelayanan yang di bebankan kepada kecamatan.
Ketidakjelasan kewenangan terkait jenis-jenis pelayanan yang seharusnya
dilakukan oleh kecamatan mengakibatkan pemberdayaan aparatur
kecamatan tidak terlalu menonjol. Dampaknya adalah persepsi masyarakat
terhadap kecamatan menjadi buruk karena banyaknya aparatur pemerintah
kecamatan yang santai, berkeliaran pada saat jam kantor, kurangnya
pengalaman langsung yang dirasakan terhadap aparat kecamatan
menimbulkan stigma yang kurang baik di kalangan masyarakat.
137 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.
112
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Sadu Wasistiono membagi kewenangan yang dijalankan oleh camat
menjadi tiga bagian. Kewenangan koordinasi dan pembinaan secara umum
melayani entitas pemerintahan, sedangkan kewenangan pelayanan kepada
masyarakat adalah kewenangan yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat maupun entitas pemerintahan. Pelayanan langsung yang kurang,
menimbulkan persepsi masyarakat terhadap pelayanan kecamatan tidak
terlalu baik. Kewenangan ini akan nampak apabila bupati memberikan
kewenangan lebih lanjut seperti pemberian kewenangan perizinan,
penyelenggaraan, dan kewenangan delegatif lainnya dengan bidang-bidang
yang jelas.
Meskipun Kecamatan Sumarorong belum menerima pendelegasian
sebagian kewenangan dari Bupati Mamasa, namun Bupati Mamasa
menganggap peran camat selama ini telah berjalan dengan baik dan cukup
membantu pelaksanaan tugas pemerintahan. Kewenangan yang dimaksud
tentulah kewenangan atributif camat karena belum adanya kewenangan
delegatif tadi. Berikut pernyataan Bupati Mamasa:
“...untuk camat sumarorong, itu sudah melaksanakan apalagi dia camat baru dan itu saya yang angkat. Setiap undangan, setiap yang saya perintahkan itu dijalankan dengan baik, yang saya anggap sebagai sebuah kinerja yang bagus”.138
Jika diperhatikan lebih jauh, pembedayaan Camat Sumarorong untuk
menyelenggarakan sebagaian urusan pemerintah daerah nyaris tidak terlihat.
Kewenangan yang dijalankan pun hanya kewenangan rutinitas akibat
138 Drs. H. Ramlan Badawi, MH. Bupati Kabupaten Mamasa. Hasil wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 14.00 Wita di rungan Bupati Kab. Mamasa.
113
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
persepsi yang dibanguan oleh masyarakat dan pemerintah daerah
Kabupaten Mamasa dalam hal ini Bupati Mamasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sadu Wasistiono bahwa masih banyak bupati/walikota yang tidak
mendelegasikan kewenangannya kepada camat karena tidak tahu atau tidak
mau tahu. Akibatnya banyak camat yang tidak mengetahui secara tepat
mengenai apa yang menjadi kewenangannya. Mereka umumnya
menjalankan kewenangan tradisional yang sudah dijalankan turun temurun,
padahal peraturan perundang-undangannya sudah berubah. Posisi camat
menjadi serba tidak jelas.
Tabel 4.2Hasil Reduksi Data Pelaksanaan Kewenangan Atributif Camat139
No. Kewenangan Atributif Hasil Reduksi Data
1 Koordinasi
Kewenangan koordinasi secara umum dilaksanakan melalui agenda rapat koordinasi kecamatan setiap tanggal 17 bulan berjalan.
2 PembinaanPembinaan biasanya melalui rapat koordinasi. Belum ada sistem dan metode pembinaan yang jelas.
3 Pelayanan
Pelayanan yang dimaksud belum jelas. Pengaturan dan bidang pelayanan kepada masyarakat tidak rinci. Camat hanya melaksanakan pelayanan umum sebagai pimpinan dan koordinator wilayah kecamatan.
4.1.2. Analisis Prinsip-Prinsip Pelimpahan Kewenangan
Pada latar belakang penelitian telah dijelaskan secara singkat tentang
prinsip pelimpahan kewenangan dan apakah kewenangan atributif perlu atau
139 Hasil analisis data penelitian Tahun 2012
114
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
relevan dengan posisi camat sekarang. Apakah kewenangan atributif masih
dibutuhkan? serta apakah kewenangan tersebut telah memenuhi prinsip
pelimpahan kewenagan?.
Agar pelimpahan kewenangan dapat efektif, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan oleh Donnel and
Weihrich (1980:425-428). Menurut pendapat mereka, terdapat 7 (tujuh)
prinsip untuk melakukan pelimpahan kewenangan, yaitu:140
a. Principle of delegation by result expected
Bahwa pelimpahan didasarkan pada hasil yang dapat diperkirakan,
maksudnya adalah pelimpahan diberikan berdasarkan tujuan dan rencana
yang telah disiapkan sebelumnya. Perlu tidaknya sebuah kewenangan
dilimpahkan, akan tergantung pada hasil yang diperkirakan, apakah efektif
dan efesien bagi pencapaian tujuan organisasi ataukah tidak.
Dari pelaksanaan kewenangan camat yang telah dibahas sebelumnya
ditemukan bahwa secara penerimaan Camat Sumarorong berjalan meskipun
perlu tambahan kewenangan yang lebih rinci dan jelas. Namun kewenangan
ini sebenarnya telah diatur dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 menyangkut
kewengan delegatif. Pemberian kewenangan atributif kepada camat pada UU
Nomor 32 Tahun 2004 sebagai koreksi terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999
yang hanya memberikan kewenangan delegatif kepada camat. Dalam
pelaksanaannya, banyak bupati/walikota tidak melakukannya sehingga
140 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 48.
115
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pemberian kewenangan atributif camat saat ini untuk mengantisipasi jika
tidak adanya kewenangan delegatif itu diturunkan dari bupati maka camat
tetap mempunyai peran dalam wilayah kecamatan. Hasilnya adalah sampai
saat ini kepala desa dan lurah masih membutuhkan kewenangan itu dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dari segi kaderisasi
kepemimpinan dan efesiensi program-program pemerintahan yang ada di
kecamatan. Berikut adalah pernyataan Lurah Tabone:
“...masih perlu. Kita butuh menerima arahan dari Pak Camat karena lurah sering berganti sedangkan biasanya di isi oleh orang yang bukan dari pemerintahan. Kadang dari kehutanan, pertanian, sedangkan dia kan tidak mengerti dalam hal pemerintahan”.141
Disamping itu Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Sumarorong
mengutarakan kewenangan itu tetap dibutuhkan agar program-program
pembangunan dapat berkesinambungan dan terkoordinasi dengan baik.
b. Principle of functional definition
Pelimpahan berdasarkan prinsip defenisi fungsional. Berdasarkan
prinsip ini dimaksudkan bahwa pelimpahan kewenangan hendaknya
didasarkan pertimbangan-pertimbangan fungsional agar pekerjaan atau
tugas tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efesien. Prinsip ini
lebih menekankan pada ketepatan arah pelimpahan sesuai dengan fungsi
penerima limpahan. Tidak diharapkan adanya pelimpahan kewenangan
kepada unit atau organ yang secara fungsional tidak atau kurang terkait.
141 Mariaty. M. Lurah Tabone. Hasil wawancara tanggal 09-04-2012 Pukul 08.30 Wita di rumah Lurah Tabone Kec. Sumarorong.
116
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Prinsip ini sejalan dengan fungsi camat dan konsep kecamatan yang
ada sekarang. Perubahan institusi kecamatan menjadi satuan kerja
perangkat daerah menjadikannya pimpinan dan koordinator di wilayah
kerjanya. Dengan demikian kewenangan mengkoordinasikan, membina, dan
melayani sesuai dengan fungsi camat searah dengan wilayah kerjanya yang
di dalamnya terdapat beberapa entitas pemerintahan. Camat berfungsi
memastikan entitas tersebut berjalan dengan optimal, terkoordinasi dengan
baik, serta sinkronisasi tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Lebih jauh Camat Sumarorong menegaskan bahwa:
“...sebenarnya kewenangan yang seperti sekarang itu sudah tepat tinggal ditingkatkan melalui pemberian kewenangan yang bisa mengatur lebih rinci apa kewenangan-kewenangan di pemerintahan kecamatan. Tetapi saya rasa ini sudah cukup namun sebenarnya di kecamatan harus memang ada yang menjadi tujuan suatu kecamatan katakanlah harus ada visi misinya tentang perencanaan ke depan sehingga itu lebih terarah. Tetapi saya kira kewenangan sekarang katakanlah sudah tepat”.142
c. Scalar Principle
Kewenangan yang diberikan hendaknya dilimpahkan secara berurutan
dari jabatan tertinggi hingga jabatan dibawahnya. Hal ini dimaksudkan agar
kewenangan-kewenangan pada setiap aras lebih jelas tingkat proporsi atau
substansinya.
Dalam pelaksanaan kewenangan Camat Sumarorong, sebagian besar
telah dijabarkan dalam Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural
142 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.
117
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa. Peraturan ini menegaskan
rincian kewenangan masing-masing seksi dan sub bagian yang
memperlihatkan adanya jenjang kewenangan dalam pencapaian tujuan
organisasi kecamatan. Meskipun yang diatur hanya bersifat umum terkait
tugas umum pemerintahan yang dijalankan oleh camat; namun telah
menunjukkan adanya pembagian dan jenjang kewenangan dalam
pelaksanaan tugas.
d. Authority level principle
Prinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya
pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang dimiliki
pejabat atau satu unit organisasi tertentu. Prinsip ini erat kaitannya dengan
prinsip ke tiga dimana jenjang hierarki berimplikasi kepada tahapan-tahapan
pendelegasian wewenang, baik tahap dalam arti proses maupun tahapan
dalam arti struktur atau tingkatan organisasi.
Seperti telah dijelaskan pada point (c) bahwa jenjang kewenangan itu
dapat kita lihat pada Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010.
Meskipun demikian dalam pelaksanaannya camat pun kadang melimpahkan
kewenangan kepada bawahan dalam kondisi tertentu. Pembinaan
administrasi desa dan kelurahan, pengawasan, supervisi, dan bimbingan
terkadang dilimpahkan camat untuk kondisi tertentu.
e. Authority of unity of command
Yaitu prinsip kesatuan komando. Prinsip ini menekankan akan
pentingnya satu kesatuan komando dalam pelimpahan kewenangan. Dengan
118
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
adanya satu komando dapat dihindari kesimpangsiuran ataupun tumpang
tindih kegiatan dan tanggungjawab. Apa yang harus dilakukan dan kepada
siapa harus bertanggungjawab akan menjadi lebih jelas arahnya.
Prinsip ini telah banyak tercermin dari PP Nomor 19 Tahun 2008
tentang Kecamatan, Peraturan Bupati Mamasa No 17 Tahun 2010, dan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010. Camat dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota.
Pertanggungjawaban camat kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah
adalah pertanggungjawaban administratif. Pengertian “melalui” bukan berarti
camat merupakan bawahan langsung sekretaris daerah, karena secara
struktural camat berada langsung di bawah bupati/walikota. Hubungan kerja
pun telah jelas dalam Peraturan Pemerintah tersebut. Hubungan kerja
kecamatan dengan perangkat daerah bersifat koordinasi teknis fungsional
dan koordinasi teknis operasional, hubungan kerja kecamatan dengan
instansi vertikal bersifat koordinasi teknis fungsional, serta hubungan kerja
kecamatan dengan swasta, LSM, partai politik, dan organisasi
kemasyarakatan lainnya bersifat koordinasi dan fasilitasi.
f. Principle of absoluteness of responsibility
Mengharapkan pelimpahan kewenangan diimbangi dengan pemberian
tanggung jawab yang penuh kepada pihak yang diberi delegasi kewenangan,
sehingga pihak yang melimpahkan tidak seharusnya terlalu campur tangan
terhadap urusan yang sudah dilimpahkannya. Oleh karena itu kepercayaan
119
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
penuh dari pemberi limpahan kepada si penerima limpahan menjadi faktor
utama yang diperhatikan, sehingga penerima limpahan dapat mengambil
keputusan dan dapat mempertanggungjawabkan sepenuhnya kewenangan
yang dilimpahkan kepadanya.
Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2010 memberikan
tanggungjawab penuh itu kepada camat tentang pelaksanaan kewenangan
atributif.
g. Principle of parity of authority of responsibility
Prinsip keseimbangan dan tanggung jawab, artinya bahwa
kewenangan yang dilimpahkan harus dibarengi tanggung jawab yang
seimbang. Dalam hal ini proporsi pertanggungjawban sesuai dengan
kewenangan yang diberikan.
PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan jelas mengatur bahwa
camat bentanggungjawab langsung ke bupati dan memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kecamatan ke bupati.
120
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Tabel 4.3Hasil Reduksi Data Prinsip-Prinsip Pelimpahan Wewenang Dalam
Pelaksanaan Kewenangan Camat Di Kecamatan Sumarorong143
No Prinsip Kewenangan Hasil Reduksi Data
1Principle of delegation by result
expected
Efektif; Kewenangan camat
masih dibutuhkan
2 Principle of functional definitionFungsional; Camat sebagai
pimpinan dan koordinator wilayah
3 Scalar Principle
Jenjang kewenangan jelas;
namun pelaksanaan kurang
efektif
4 Authority level principle Pelaksanaan kurang efekktif
5 Authority of unity of command Jelas; pelaksanaan efektif
6Principle of absoluteness of
responsibility
Jelas dalam Peratiran Bupati
Mamasa Nomor 17 Tahun 2010
dan Perda No. 5 Tahun 2010
7Principle of parity of authority of
responsibility
Jelas dan efektif dalam
pelaksanaannya.
4.2.Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Pelaksanaan
Kewenangan Atributif Camat
Camat dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab, dan
kewenangannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi 143 Hasil analisis data penelitian 2012.
121
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kewenangan tersebut. Menurut Sadu Wasistino agar kewenangan yang
diberikan kepada camat berjalan secara efektif maka pemberian kewenangan
harus dibarengi dengan dukungan Sumber Daya Manusia (personil), logistik
(sarana dan prasarana), dan anggaran yang memadai.144
Lebih lanjut Forland mengemukakan agar organisasi dapat berjalan
dengan efektif maka perlu adanya kejelasan kewenangan dan
pengaturannya, kejelasan tanggungjawab, kompetensi, dan pengawasan.
Camat Sumarorong tentu tidak terlepas dari faktor-faktor tersebut dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya. Berikut adalah pembahasan
berdasarkan hasil penelitian.
a. Kejelasan kewenangan dan pengaturannya
Pelaksanaan kewenangan camat tidak terlepas dari peraturan yang
mengaturnya. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, PP
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, Peraturan Bupati Mamasa Nomor
17 Tahun 2010 tantang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan
Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa, dan Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa adalah aturan-aturan
yang menjadi landasan Camat Sumarorong dalam menjalankan Tugasnya.
Meskipun demikian dalam pelaksanaannya tentu tidak terlepas dari
kekurangan. Pemahaman yang benar terhadap aturan serta unsur
144 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 59.
122
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kompetensi camat juga sangat berperan dalam hal ini. Menurut Lurah
Sumarorong bahwa:
“...kewenangan camat mungkin itu perlu tetapi jangan membatasi kewenangan yang ada di tingkat kelurahan karena walaupun bagaimana kewenangan di kelurahan itu interaksi langsung dengan masyarakat. Terkadang selama ini kan ada kewenangan yang seharusnya berada di tingkat kelurahan terkadang juga apakah dengan sengaja atau tidak, kadang diambil alih oleh kecamatan. Tetapi mudah-mudahan ke depan tidak terjadi seperti itu mungkin karena persoalan bukan juga karena tidak memahami tetapi bagaimana menerapkan TUPOKSI mungkin masih perlu pembenahan”.145
Persoalan yang dimaksud tersebut terkait dengan kewenangan
retribusi pasar. Dalam pembahasan pelaksanaan kewenangan camat, Camat
Sumarorong dalam rangka pemeliharaan fasilitas pelayanan publik maka
menempatkan beberapa personil dalam pengelolaan pasar. Persolannya
adalah kejelasan kewenangan itu kurang dalam artian pasar yang berada di
wilayah Kelurahan Sumarorong tetapi dalam pelaksanaannya personil
Kecamatan Sumarorong yang secara teknis mengelolah pasar tersebut.
Dalam Peraturan Bupati dan Perda pun tidak diperjelas. Jadi meskipun
kewenangan camat dan lurah secara umum sudah diatur namun masih perlu
peraturan yang lebih teknis terkait kewenangan camat dan lurah, termasuk
institusi mereka yakni kecamatan dan kelurahan.
b. Kejelasan Tanggun Jawab
Pasal 14 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008 mengatakan bahwa
“Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
145 R. Rudyantho, SH. Lurah Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 06-04-2012 Pukul 18.00 Wita di rungan Lurah Kec. Sumarorong.
123
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
bupati/walikota melalui sekertaris daerah”. Hal ini menunjukkan bahwa arus
pertanggungjawaban camat jelas. Melalui sekertaris daerah bukan berarti
camat adalah bawahan langsung sekretaris daerah karena yang menjadi
atasan langsung camat adalah bupati, sekertaris daerah sebagai elemen
pelaporan pertanggungjawaban secara administrasi saja. Dalam
pelaksanannya pemahaman terhadap hal ini telah berjalan berdasarkan
pasal yang di maksud pada PP 19 Tahun 2008.
c. Kompetensi
Pasal 24 dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 menyebutkan bahwa:
“Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah
kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan
teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Kemudian Pasal 25 PP tersebut dikemukakan bahwa
pengetahuan teknis pemerintahan meliputi:
1) Menguasai bidang ilmu pemerintahan dibuktikan dengan ijazah
diploma/sarjana pemerintahan;dan
2) Pernah bertugas di desa, kelurahan, kecamatan paling singkat 2 (dua)
tahun.
Ketentuan di atas masih diperjelas lagi dengan Pasal 26 ayat (1) PP
tersebut yang berbunyi bahwa: “Pegawai negeri sipil yang akan diangkat
menjadi camat dan tidak memenuhi syarat, wajib mengikuti pendidikan teknis
pemerintahan yang dibuktikan dengan sertifikat”.146
146 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang kecamatan.
124
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Terkait kompetensi camat ini, spesifikasi Camat Sumarorong nyaris
tidak memenuhi syarat dalam PP tersebut. Hal ini dipertegas oleh berbagai
informan penelitian termasuk Bupati Mamasa.
“...khusus Camat Sumarorong, karena beliau bukan dari latar belakang pendidikan pemerintahan, sebenarnya sudah melaksanakan tugas dengan baik tapi masih butuh pembinaan dari pihak atasan atau instansi terkait dan juga masih perlu memperbanyak pengalaman.”147
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Anggota DPRD Kabupaten
Mamasa Ketua Komisi I bahwa:
“...saya kira banyak faktor yang berpengaruh tidak maksimalnya pemerintahan kecamatan, katanlah SDM, latar belakang pendidikan. Pak Camat sekarang kan dari latar belakang pendidikan guru sementara tiba-tiba menjadi camat. Idealnya kan seorang camat minimal dari STPDN atau paling tidak pernah berkiprah di pemerintahan, tapi ini dari kepala sekolah masuk ke dinas pendidikan, kemudian kembali lagi menjadi kepala sekolah, jadi katakanlah jam terbangnya di bidang pemerintahan masih kurang. Tata pemerintahan di Mamasa ini “the right man on the right place” belum tepat. Saya kira karena SDM yang ada di Mamasa sudah cukup. Tetapi itu sebenarnya imbas dari otonomi daerah yang melibatkan unsur politis. Katakanlah dari awal ada komitmen-komitmen politik antara mereka”. Sebagai contoh sekcam dan kasi pemerintahan dari latar belakang pertanian, itu kan pasti biar bagaimana pun ada pengaruhnya kan ketimbang orang yang backround pemerintahan”.148
Jika anggota DPRD berpendapat bahwa hal ini karena penempatan
yang tidak tepat sebagai imbas dari otonomi daerah dan kondisi politik, maka
lain halnya dengan Tokoh Masyarat dan Pemerintahan yang lebih mengarah
147 Drs. H. Ramlan Badawi, MH. Bupati Kabupaten Mamasa. Hasil wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 14.00 Wita di rungan Bupati Kab. Mamasa.148 Adrian Jayadi, Anggota DPRD Kabupaten Mamasa dan Tokoh Masyarakat Kecamatan. Sumarorong. Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Mamasa. Hasil wawancara tanggal 21-04-2012 Pukul 19.00 Wita di rumah Adrian Jayadi.
125
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten pada
bidang pemerintahan. Menurut Yusuf Pangloli bahwa:
“Umumnya, para aparatur yang ada di kecamatan itu latar belakang pendidikan mereka bukan dari pemerintahan jadi memang belum tepat pada posisi itu. Karena kita ini daerah baru dan masih kekurangan personil dalam pemerintahan sehingga membuat tugas-tugas di kecamatan bahkan sampai ke kelurahan tidak begitu cepat dan tepat sesuai apa yang diinginkan Pak Bupati tetapi kalau ini dikembalikan kepada profesional pemerintahan kecamatan saya kira belum maksimal, kadang lambat dan tidak sesuai apa yang diinginkan”.149
Kurangnya personil yang sesuai dengan spesifikasi atauran tentang
seorang camat di Kabupaten Mamasa juga dipaparkan oleh Asisiten Bupati
Bidang Pemerintahan bahwa:
“Jadi kan begini, camat kan eselon IIIa, anak- anak kita dari latar belakangnya STPDN itu kan baru berapa yang memiliki golongan setingkat itu, ada beberapa alumni STPDN itu yang sudah kita tempatkan sebagai camat, namun karena 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Mamasa ini tentunya kita melihat terlebih dahulu ya yang bisalah dalam melaksanakan pemerintahan itu, tetapi sebetulnya seandainya SDM kita sudah memadai dan kita memang akui SDM yang ada di Kabupaten Mamasa masih kurang terutama dalam penempatan-penempatan itu memang sementara dalam pembenahan untuk betul-betul kita tempatkan baik SKPD tingkat Kabupaten maupun di Kecamatan itu yang memang profesional. Itu memang yang kita harapkan karena bagaimanapun juga tentu SDM itukan yang banyak menentukan keberhasilan dari tugas-tugas yang kita laksanakan. Saya kira program pemerintah daerah ke depan menempatkan seseorang dalam bidang tugasnya sesuai dengan profesinya”.150
Kekurangan ini oleh semua kalangan merupakan hal yang realistis.
Ada yang berpandangan bahwa hal tersebut terjadi karena sistem
149 Drs. Jusuf P Pangloli, MH. Tokoh Masyarakat dan Pemerintahan. Hasil wawancara tanggal 18-04-2012 Pukul 17.30 Wita di rumah Drs. Jusuf P Pangloli, MH.150 Ir. Edy Mulyono Paulillin, SE.,MH. Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Kabupaten Mamasa. Hasil Wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Pemda Kab. Mamasa.
126
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pemerintahan yang terbangun didominasi oleh kepentingan politik namun di
sisi lain juga banyak berpandangan bahwa hal tersebut wajar mengingat
Sumber Daya Manusia yang ada di Mamasa masih kurang pada level
tersebut.
Mengingat Camat Sumarorong yang berlatar pendidikan guru bukan
berarti sifat-sifat kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam sebuah
organisasi juga tidak nampak. Di sisi lain ada juga kalangan yang melihat
kepemimpinan Camat Sumarorong mampu membawa organisasi kecamatan
dekat dengan masyarakat.
Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor
46A Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi
Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil. Kompetensi jabatan struktural
meliputi kompetensi dasar dan kompetensi bidang. Kompetensi dasar mutlak
dimiliki oleh setiap pemegang jabatan meliputi 5 (lima) bidang sebagaimana
tersebut dalam Lampiran 1b Keputusan BKN Nomor 46A Tahun 2003,
mencakup:
1) Integritas;
2) Kepemimpinan;
3) Perencanaan dan pengorganisasian;
4) Kerjasama;
5) Fleksibilitas.
Hal tersebut setidaknya telah banyak memberi gambaran kepada
masyarakat dan kalangan pemerintahan di Kecamatan Sumarorong terkait
127
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
eksistensi seorang Camat Sumarorong. Kepala Desa dan Lurah memandang
bahwa Camat Sumarorong meskipun tidak berlatar belakang pendidikan
pemerintahan tetapi setidaknya dalam memimpin organisasi kecamatan
mampu menjalin kerjasama yang baik kepada semua kalangan, perencanaan
dan pengorganisasian yang baik serta gaya kepemimpinan yang demokratis.
Berikut hal yang sama juga disebutkan oleh Kapolsek Sumarorong:
“...kalau saya melihat beliau sangat demokratis. Jadi dalam sisi jabatan beliau sebagai camat setiap permasalahan selalu dilemparkan kepada semua khalayak. Sangat-sangat demokratis beliau memimpin disini. Mungkin dengan perubahan sesuai kondisi sekarang membuat kepemimpinan camat membawa dia ke tengah-tengah masyarakat dan sangat demokratis. Kalau saya lihat integritas pak camat itu sangat membangun, membentuk bagaimana warna yang ada disini khususnya di kecamatan yang dia pimpin, selalu membaur, dan seperti yang saya katakan tadi beliau itu sangat demokratis karena setiap permasalahan yang ada dia lepas kepada yang berkaitan untuk mendapatkan suatu keputusan yang mungkin beliau sendiri sudah ada tetapi kurang enak kalau dengan satu suara saja untuk dia. Saya katakan tadi beliau sangat demokratis semua diberikan kesempatan untuk berpendapat masing-masing sehingga beliau bisa memutuskan dengan hasil pendapat orang banyak. Dari segi pengorganisasian beliau sangat eksis, beliau selalu mengkomunikasikan dengan pendapat dan saran-saran yang bagus dengan tujuan untuk membangun kecamatan ini”.151
Keadaan seperti itu sebagaimana yang diharapkan Bupati Mamasa.
Adanya sebagian pemahaman yang masih memposisikan camat sebagai
kepala wilayah dan unsur kepentingan politik tertu tidak terlepas dari
kewenangan Bupati Mamasa dalam menempatkan seorang camat
sebagaimana pernyataannya bahwa:
151 Yuslim Y. Kapolsek Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 21-03-2012 Pukul 09.00 Wita di Kantor Polsek Kec. Sumarorong.
128
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
“...yang diharapkan ialah bagaimana supaya setiap camat dapat menciptakan suasana di kecamatannya supaya tercipta suatu manajeman pemerintahan yang baik sehingga pelayanan kepada masyarakat itu tidak terbengkalai. Kedua, daerah itu, kecamatan itu bisa meningkat, maju, sama dengan daerah-daerah lain. Ketiga, saya harapkan supaya di wilayah itu tidak ada masalah, ada masalah tetapi mampu diredam. Jadi bagaimana memenage masalah supaya semua sektor pembangunan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Keempat, diharapkan bahwa, di kecamatan itu tercipta suatu partisipasi, kekerjasamaan, kekompakan, dari semua elemen masyarakat untuk mendukung tugas-tugas camat”.152
Lebih lanjut Asisten Bupati Bidang Pemerintahan menyetakan hal
yang sama bahwa:
“...saya kira begini, memang para camat sebetulnya sesuai undang-undang itu diharapkan disiplin ilmunya dari pemerintahan, agar faktor-faktor yang harus kita lakukan dalam berpemerintahan minimal mengetahui apa yang harus dilakukan. Namun demikian sebetulnya, yang kuncinya disini ialah bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Saya kira aturan yang digunakan camat sekarang itu luwes, bisa kita lakukan dan perbuat yang penting untuk kepentingan orang banyak. Untuk kepentingan baik desa maupun kelurahan terutama dalam kepentingan secara umum. Walaupun sebetulnya katakanlah terbatas kewenangan yang diberikan oleh Bupati tetapi menurut saya dalam situasi Kabupaten Mamasa ini tugas-tugas camat itukan banyak yang harus dikoordinasikan terutama dalam bagaimana keamanan situasi dan kondisi yang harus dilakukan di kecamatan masing-masing. Olehnya sekarang itukan kelihatan yang Bapak Bupati tempatkan sebagai camat adalah betul-betul orang-orang yang berasal dari kecamatan itu karena harapan Pak Bupati tentunya dia tahu persis bagaimana keadaan, bagaimana yang harus kita perbuat sehingga para masyarakat kita itu peningkatan ekonominya bisa meningkat”.153
Meskipun demikian hal ini tetap merupakan kekuarangan bagi
Kecamatan Sumarorong. Penempatan personil yang sesuai spesifikasi
camat tetap diharapkan dalam rangka penciptaan sistem pemerintahan yang
152 Drs. H. Ramlan Badawi, MH. Bupati Kabupaten Mamasa. Hasil wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 14.00 Wita di rungan Bupati Kab. Mamasa.153 Ir. Edy Mulyono Paulillin, SE.,MH. Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Kabupaten Mamasa. Hasil Wawancara tanggal 23-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Asisten Bupati Bidang Pemerintahan Pemda Kab. Mamasa.
129
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
profesional dan proporsional. Di satu sisi Camat Sumarorong mampu
memimpin dengan baik, namun di sisi yang lain mungkin ada hal yang tidak
dikuasai karena pengetahuan tentang pemerintahan yang kurang. Jika hal
tersebut sebagai imbas dari Pemilukada langsung tentu hal tersebut pun
tidak kita harapkan terjadi mengingat semuanya berada dalam aturan yang
jelas.
d. Pengawasan
Dalam organisasi kecamatan tentu pengawasan juga menjadi faktor
utama dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Bupati sebagai atasan
langsung camat tentu yang berwenang dalam pengawasan pelaksanaan
tugas kecamatan. Namun dalam pelaksanaannya, kewenangan atributif
camat hanya bersifat menjalankan tugas umum pemerintahan yang lebih di
dominasi koordinasi. Dengan demikian dari pernyataan Bupati Mamasa
sebelumnya dapat digambarkan bahwa pengawasan itu tetap ada, tetap
memastikan camat menjalankan tugasnya sesuai harapan bupati, serta
selalu menyampaikan laporan ke bupati setiap saat berdasarkan
kewenangan yang diatur dalam PP No. 19 Tahun 2008.
e. Sarana dan Prasarana
Pengaturan standar sarana dan prasarana kerja organisasi
pemerintahan, khusunya organisasi pemerintahan daerah telah di atur dalam
Peraturan Mmenteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi
130
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah.154 Dalam ketentuan
umum Permendagri disebutkan bahwa yang dimaksud sarana kerja adalah
“Fasilitas yang secara langsung berfungsi sebagai penunjang proses
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mencapai sasaran yang
ditetapkan, antara lain: ruangan kantor, perlengkapan kerja dan kendaraan
dinas”. Sedangkan prasarana kerja adalah “Fasilitas yang secara tidak
langsung berfungsi menunjang terselenggaranya suatu proses kerja aparatur
dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab,
seperti: gedung kantor, rumah jabatan, dan rumah instansi.
Dalam laporan inventaris barang dan aset Kecamatan Sumarorong
ditemukan semuanya dalam keadaan baik dan layak, semuanya boleh
dikatakan memenuhi syarat seperti: milik kekayaan, kendaraan, gedung,
tanah, ruangan, serta barang inventaris lainnya.155 Meskipun demikian dalam
beberapa hal masih ditemukan kekurangan seperti kurangnya perangkat
komputer, kendaraan yang sudah lama, serta perlunya beberapa tambahan
fasilitas ruangan. Hal ini sebagaima disebutkan oleh Camat Sumarorong
bahwa:
“...kalau terkait dengan sarana dan sebenarnya sarana di Kecamatan Sumarorong dalam hal pelaksanaan tugas sudah cukup memadai namun sarana di bidang lain seperti peralatan komputer dan kendaraan masih ada kekurangan karena yang kami dapatkan disini setelah kami masuk adalah kendaraan yang hampir katanlah ambruk, mungkin karena sudah cukup tua. Kalau sarana-sarana lainnya seperti peralatan komputer, sound system, kursi, meja sebenarnya masih
154 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 190.155 Laporan Inventaris Barang Kecamatan Sumarorong Tahun 2010.
131
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
kurang, jadi kita program mudah-mudahan di masa yang akan datang bisa di tingkatkan”.156
Namun secara umum sarana dan prasarana sebenarnya cukup
memadai bagi camat dalam melaksanakan tugas atributifnya. Hal ini dilihat
dari kewenangan-kewenangan yang dijalankan lebih banyak hanya
mengkoordinasikan.
f. Anggaran
Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara bahwa setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah termasuk camat sebagai salah satu
Kepala SKPD mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Menyusun anggaran SKPD yang dipimpinnya;
2) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
3) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
4) Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
5) Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya;
6) Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya;dan
7) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya.157
156 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.157 Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 130-131.
132
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
Kondisi obyektif perlakuan kecamatan khususnya anggaran
kecamatan belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi serta beban kerja kecamatan, tetapi masih menggunakan pendekatan
pragmatis dan praktis dalam menentukan kriteria dan besaran alokasi
anggaran sehingga cenderung di buat seragam. Dalam pelaksanaan
kewenangannya, anggaran yang diberikan ke kecamatan sekarang ini
sebenarnya masih minim.
Menurut pendapat Camat Sumarorong bahwa:
“...kalau kita liat dari anggaran yang ada di Kecamatan Sumarorong sebenarnya belum memadai karena seperi yang saya rasakan selama ini baru sekarang katakanlah pertengahan april, sampai maret kemarin ada lima kegiatan besar yang harus dibiayai oleh camat dalam hal pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang memang cukup memakai dana yang agak besar seperti kegiatan Musrembang yang menghadirkan masyarakat yang begitu banyak, peringatan hari ulang tahun kabupaten yakni masyarakat di bawah ke kabupaten dengan cukup banyak, termasuk kegiatan-kegiatan kesenian dan olahraga di kabupaten. Jadi biaya transport dan biaya konsumsi di dalam serta kostum, itu sebenarnya kegiatan yang cukup memberatkan bagi kami dengan minimnya dana yang diberikan termasuk yang baru-baru kami laksanakan yaitu MTQ di tingkat kelurahan di Aralle. Kami dari sumarorong turut berpartisipasi, turut hadir. Juga dalam hal reses-reses atau rapat-rapat di tingkat desa juga termasuk kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten dan provinsi perlu ditunjang dengan anggaran yang mencukupi. Ada beberapa kecamatan di Mamasa yang biaya operasional kecamatan hanya setara dengan dana ADD di tingkat desa, dulu masih ada sekitar 300 juta tapi sekarang ada yang tidak sampai 100 juta. Sekarang di sumarorong masih agak bagus sudah sekitar 160 juta”.158
Hal tersebut menunjukkan bahwa anggaran yang diberikan ke
Kecamatan Sumarorong khususnya camat dalam menjalankan kewenangan
158 Demianus, S.Pd., M.Pd., Camat Sumarorong Tahun 2011-2013, periode Bupati Mamasa Tahun 2008-2013. Hasil wawancara tanggal 16-04-2012 Pukul 09.00 Wita di ruangan Camat Sumarorong.
133
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
atributifnya masih kurang memadai. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
keseriusan menempatkan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan
masyarakat belum tercermin. Jika kewenangan delegatif belum diturunkan
dan berasumsi bahwa anggaran yang diberikan telah mampu menutupi tugas
operasional kecamatan, dari pernyataan Camat Sumarorong belum
tergambarkan. Meskipun demikian tanggung jawab camat dalam
melaksanakan kewenangan atributifnya dapat dikatan berjalan walaupun
beberapa ada yang berpendapat belum maksimal melihat dana yang kurang
memadai serta pencairannya yang berbelit-belit. Hal ini sebagaimana
disebutkan oleh Lurah Sumarorong bahwa:
“...kalau persoalan anggaran saya merasa layak dana itu karena saya juga sudah tahu jumlahnya berapa cuman persoalannya itu dicairkan tidak sekaligus, itu dicairkan berdasarkan keinginan pemerintah kabupaten dalam hal ini leading sektor terkait yaitu dinas pengelola keuangan andaikan dana itu direalisasikan hanya dalam dua tahap kemungkinan optimalisasi kinerja camat pasti sangat efektif”.159
Selain anggaran yang masih dianggap kurang memadai, juga sistem
pencairan yang bertahap mengakibatkan penyelenggaraan pemerintahan
kecamatan kurang optimal. Hal ini semakin memperjelas keseriusan
pemerintah daerah dalam memberdayakan institusi kecamatan diluar
kewenangan yang terbatas tidak tergambarkan. Jika kewenangan baik
atributif maupun delegatif telah diberikan kepada camat, Sadu Wasistiono
mengharapkan adanya dukungan-dukungan lain sebagaimana faktor-faktor
159 R. Rudyantho, SH. Lurah Kecamatan Sumarorong. Hasil wawancara tanggal 06-04-2012 Pukul 18.00 Wita di rungan Lurah Kec. Sumarorong.
134
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
yang telah kita bahas sebelumnya termasuk anggaran yang memadai.
Namun melihat anggaran yang dimiliki Kabupaten Mamasa baik DAU
maupun DAK yang minim, kebijakan pemerintah daerah terutama bupati
untuk kecamatan saat ini mungkin adalah yang terbaik dengan angka
sebagaimana yang disebutkan oleh Camat Sumarorong.
Tabel 4.4Hasil Reduksi Data Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Kewenangan Atributif Camat160
No. Faktor-Faktor Hasil Reduksi Data
1Kejelasan Kewenangan dan Pengaturannya
Kewengan telah diatur, namun pemahaman dan batasan dalam pelaksanaannya kadang tidak jelas.
2Kejalasan Tanggung Jawab
Tanggung jawab jelas dalam PP No. 19 Thn 2008 maupun dalam Perbup dan Perda Kab. Mamasa.
3 KompetensiKurang efektif, tidak memenuhi prasyarat peraturan pemerintah (kurang proporsional).
4 Pengawasan
Berbentuk laporan-laporan lisan ke bupati dalam rapat/pertemuan. Model pengawasan jelas dalam PP No. 19 Thn 2008.
5 Sarana dan Prasarana
Cukup memadai, meskipun beberapa perlu dibenahi seperti perangkat komputer, dan kebutuhan pelayanan lainnya. Namun kurangnya dan ketidakjelasan bidang kewenangan kecamatan menyebabkan semuanya dalam keadaan taraf normal.
6 Anggaran Belum memadai, hanya untuk biaya operasional. Meskipun demikian biaya pelaksanaan kewenangan atributif camat
160 Hasil analisi data penelitian Tahun 2012.
135
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
masih dianggap kurang.BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Keberadaan institusi Kecamatan Sumarorong sampai saat ini tidak
terlepas dari perubahan peraturan yang mengaturnya. UU Nomor 5 Tahun
1974 yang memposisikan camat sebagai kepala wilayah, kemudian UU
Nomor 22 Tahun 1999 yang menjadikan kecamatan sebagai perangkat
daerah dengan kewenangan delegatif, serta UU Nomor 32 Tahun 2004 yang
memberikan koreksi terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 dengan tambahan
kewenangan atributif kepada camat merupakan perjalanan panjang
kecamatan dalam menemukan format yang ideal dalam penyelenggaraan
pemerintahan Indonesia.
Harapan masyarakat terhadap peran camat masih begitu tinggi.
Persepsi yang dibangun oleh masyarakat bahkan bupati pun masih
memposisikan camat pada perannya sebagai kepala wilayah. Hal ini sejalan
dengan kewenangan atributif yang dimiliki camat dalam menjalankan tugas
umum pemerintahan walaupun substansinya jauh berbeda dengan
kewenangan kepala wilayah sebagaimana dalam UU Nomor 5 Tahun 1974.
Keberadaannya sebagai pimpinan dan koordinator di wilayah kerjanya paling
tidak memberikan kekuatan dalam mengatur kecamatan,
mengsinkronisasikan segala bentuk kegiatan pemerintahan dalam wilayah
kecamatan serta memberikan pembinaan wilayah untuk menciptakan situasi
yang kondusif.
136
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
5.1. Simpulan
Pada penelitian terhadap pelaksanaan kewenangan atributif camat di
Kecamatan Sumarorong dengan berbagai hasil analisis data di lapangan
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kewenangan atributif Camat Sumarorong secara umum
berjalan secara efektif. Pertama, kewenangan mengoordinasikan yang
meliputi 5 (lima) aktivitas sebagian besar tergambar dalam agenda
rapat koordinasi setiap tanggal 17 bulan berjalan; namun kewenangan
mengkoordinasikan pada beberapa hal masih lemah mengingat
persepsi yang terbangun masih memposisikan camat sebagai kepala
wilayah. Kedua, kewenangan pembinaan pemerintahan ke desa dan
kelurahan pada umumnya berjalan seperti kegiatan bimbingan,
supervisi, fasilitasi, dan evaluasi; namun kewenangan ini belum
memiliki metode dan sistem yang jelas karena pembinaan biasanya
hanya dilakukan pada rapat koordinasi. Ketiga, kewenangan
pelayanan masyarakat pada umumnya tidak jelas dalam
pelaksanaannya, bidang-bidang pelayanan yang dimaksud belum
jelas. Hal ini disebabkan tidak adanya kejelasan kewenangan yang
rinci secara delegatif dari bupati.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kewenangan atributif
camat antara lain pengawasan, sarana dan prasarana, serta kejelasan
pertanggungjawaban dalam pelaksanaannya menunjukkan tidak ada
137
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
permasalahan yang serius meskipun perlu perbaikan pada beberapa
bidang pengawasan serta sarana dan prasarana; namun pada bidang
lain ada beberapa catatan berdasarkan pelaksanaan lapangan.
Pertama, kejelasan kewenangan dan pengaturannya kurang
pemahaman oleh camat serta batasan yang tidak jelas. Kedua, proses
pengangkatan camat yang kurang prosedural tanpa pertimbangan
kompetensi yang ideal, tidak berdasarkan prasyarat peraturan
perundang-undangan, serta cenderung bernuansa politis. Ketiga,
anggaran yang kurang memadai menyebabkan ruang gerak
kecamatan menjadi sempit serta realisasi program yang kurang
dirasakan oleh masyarakat.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut untuk perbaikan Kecamatan
Sumarorong di masa yang akan datang dengan memperhatikan kondisi
obyektif yang ada, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kewenangan atributif camat yang meliputi
mengoordinasikan dengan metode rapat koordinasi kecamatan
seharusnya dipertahankan. Disamping itu camat harus memahami dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kedudukan
kecamatan serta camat berdasarkan PP No. 19 Tahun 2008.
Kewenangan atributif camat yang meliputi pembinaan seharusnya
menemukan format pelaksanaan yang ideal agar memiliki kejelasan
metode pembinaan secara sistematis dan kongkrit dalam
138
Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif CamatDi Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa
pelaksanaannya. Kewenangan atributif camat yang meliputi pelayanan
masyarakat harusnya memiliki kejelasan yang rinci mengingat camat
bukan lagi kepala wilayah tetapi pimpinan SKPD kecamatan. Camat
harus segera mendapat kewenangan yang rinci dari bupati mengenai
pelayanan masyarakat yang dimaksud. Camat Sumarorong harus
memahami arah kebijakan PP No. 19 Tahun 2008. Perlu pemahaman
yang dalam terhadap posisi camat sekarang melihat fenomena yang
masih terbangun pada posisi camat sebagai kepala wilayah.
b. Untuk faktor-faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan kewenangan
atributif camat, saat ini Camat Sumarorong tidak sesuai spesifikasi
camat berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2008 maka Bupati Mamasa
dalam hal ini secepatnya memberikan pembinaan kepada camat
sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 26
ayat (1). Jika proses penyelenggaraan Kecamatan Sumarorong
berjalan hanya berdasarkan kemampuan kepemimpinan dan
pengalaman sebagai guru dalam memimpin organisasi Kecamatan
Sumarorong, Kekhawatirannya adalah pelaksanaan tugas camat tidak
berjalan efektif mengingat keberadaan kecamatan yang menggunakan
berbagai pendekatan interdisiplin ilmu dalam pengambilan suatu
kebijakan. Untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan
kecamatan maka bupati seharusnya memberikan dukungan anggaran
serta aparat yang berkompeten sehingga terjadi kesejajaran dengan
kewenangan dan tanggungjawab yang dijalankan.
139