A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif...

25
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman Pada tahun 1914 Karsid Kartawiraji menikah dengan Siyem. Selanjutnya karsid bekerja sebagai pengawas perkebunan tebu milik pabrik gula di desa Kalibagor. Perkebunan ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda di sebelah tenggara Purwokerto. Menginjak tahun 1915 Siyem mengandung. Pada waktu yang bersamaan keluarga Kartawiraji meninggalkan Kalibagor menuju Rembang, kabupaten Purbalingga. Kepergian Karsid dan Siyem adalah untuk bertemu kakak perempuan Siyem yaitu Turidawati. Pada waktu itu Turidawati telah diperistri oleh R. Cokrosunaryo, yaitu seorang pejabat asisten wedana atau camat di Bodaskarangjati. Setelah beberapa bulan Karsid dan Siyem tinggal di Rembang, maka pada tanggal 24 Januari 1916 yang bertepatan dengan Maulud Nabi, Soedirman dilahirkan. Kemudian Soedirman diangkat sebagai anak oleh R. Cokrosunaryo, sehingga di depan namanya diberi gelar raden menjadi Raden Soedirman. Pengambilan anak angkat itu memang sudah lama dirundingkan bersama Karsid dan Siyem. Hal itu dilakukan karena R, Cokrosunaryo memang tidak dikaruniai anak (Gamal Komandoko, 2000:315) . Soedirman kecil tidak lama tinggal di Purbalingga. Pada waktu ia berusia setengah tahun, keluarga R. Cokrosunaryo pindah ke Cilacap. Hal ini dilakukan karena R. Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat. Beliau kemudian diangkat menjadi penasihat Pengadilan Negeri di Cilacap. Pada saat di Cilacap keluarga R. Cokrosunaryo tinggal di kampung Manggisan. Di kampung inilah Soedirman dididik dan dibesarkan oleh keluarga R. Cokrosunaryo.

Transcript of A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif...

Page 1: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman

Pada tahun 1914 Karsid Kartawiraji menikah dengan Siyem. Selanjutnya karsid

bekerja sebagai pengawas perkebunan tebu milik pabrik gula di desa Kalibagor. Perkebunan

ini dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda di sebelah tenggara Purwokerto. Menginjak

tahun 1915 Siyem mengandung. Pada waktu yang bersamaan keluarga Kartawiraji

meninggalkan Kalibagor menuju Rembang, kabupaten Purbalingga. Kepergian Karsid dan

Siyem adalah untuk bertemu kakak perempuan Siyem yaitu Turidawati. Pada waktu itu

Turidawati telah diperistri oleh R. Cokrosunaryo, yaitu seorang pejabat asisten wedana atau

camat di Bodaskarangjati.

Setelah beberapa bulan Karsid dan Siyem tinggal di Rembang, maka pada tanggal 24

Januari 1916 yang bertepatan dengan Maulud Nabi, Soedirman dilahirkan. Kemudian

Soedirman diangkat sebagai anak oleh R. Cokrosunaryo, sehingga di depan namanya diberi

gelar raden menjadi Raden Soedirman. Pengambilan anak angkat itu memang sudah lama

dirundingkan bersama Karsid dan Siyem. Hal itu dilakukan karena R, Cokrosunaryo memang

tidak dikaruniai anak (Gamal Komandoko, 2000:315) .

Soedirman kecil tidak lama tinggal di Purbalingga. Pada waktu ia berusia setengah

tahun, keluarga R. Cokrosunaryo pindah ke Cilacap. Hal ini dilakukan karena R.

Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat. Beliau kemudian diangkat menjadi penasihat

Pengadilan Negeri di Cilacap. Pada saat di Cilacap keluarga R. Cokrosunaryo tinggal di

kampung Manggisan. Di kampung inilah Soedirman dididik dan dibesarkan oleh keluarga R.

Cokrosunaryo.

Page 2: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Sejak masa kanak-kanak penampilan dan kepribadian Soedirman tidak lepas dari

lingkungan keluarga tempat ia dibesarkan. Di lingkungan keluarga besarnya ia berkembang

dalam dua subkultur, yakni kultur priyayi dan kultur wong cilik. Soedirman keturunan wong

cilik dan kemudian diangkat dan dibesarkan oleh priyayi.

Dari orang tua kandungnya telah mewariskan dan mangajarkan nilai kesederhanaan,

laku prihatin dan kerja keras. Soedirman kecil juga sering diajarkan pekerjaan yang melatih

kekuatan fisik seperti ngangsu atau mengambil air. Sementara dari ibu angkatnya, yaitu

Turidawati ia diajarkan berbagai budaya adiluhung. Soedirman diajarkan tentang adat

istiadat, sopan-santun, dan berakhlak luhur. Soedirman tumbuh menjadi anak yang sangat

santun, ramah dan tidak pernah menyakiti (Sardiman, 2008: 12-13).

Dari sisi lain, peran ayah angkatnya juga sangat penting dalam pembentukan

kepribadian Soedirman. Dengan melalui kisah-kisah kesatriaan dan pewayangan, telah

banyak andil dalam menumbuhkan sikap kesatria, disiplin, dan pemberani. Selain itu

Soedirman juga tumbuh menjadi seorang yang mempunyai jiwa pengabdi.

Dalam segi agama, Soedirman tumbuh menjadi anak yang saleh. Ia rajin mengaji dan

menunaikan sholat. Soedirman menjadi anak yang lurus, menjaga nilai-nilai moral dan

spiritualitasnya. Dalam kehidupan beragama, Soedirman kecil memang menjadi contoh bagi

kawan-kawannya yang lebih dewasa.

Tentunya maklum bahwa pada masa penjajahan Belanda, tidak semua bumiputera

dapat bersekolah. Hanya anak-anak priyayi yang dapat mengenyam pendidikan. Soedirman

dapat masuk ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) karena telah diangkat anak oleh R.

Cokrosunaryo. Waktu itu usianya menginjak 7 tahun. Dalam mengikuti pelajaran di HIS

Gubernemen prestasi Soedirman tidak terlalu menonjol.

Pada saat naik ke kelas VII ia pindah ke HIS Taman Siswa. Sekolah ini memang

disediakan untuk bumiputera. Belum genap Soedirman bersekolah di sini, sekolah tersebut

Page 3: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

ditutup karena kekurangan dana. Kemudian Soedirman pindah ke sekolah Wiworotomo di

Cilacap.

Setelah lulus dari HIS Wiworotomo, Soedirman masuk ke Taman Dewasa (SLTP di

Taman Siswa). Namun pada saat masih duduk di kelas II, ia harus pindah ke Meer Uitgebreid

Large Onderwijs (MULO) Wiworotomo. Kepindahan Soedirman ke Wiworotomo tidak lepas

dari saran gurunya yang bernama R. Sumirat Danudiprojo. Selama bersekolah di

Wiworotomo, Soedirman dikenal sebagai murid yang tekun. Ia menonjol dalam ilmu aljabar,

tata negara, sejarah, dan bahasa Belanda. Soedirman sering membimbing teman-temannya. Ia

dikenal sebagai “pembantu guru”. Bagi teman-temannya dia dipanggil “guru kecil” (Hamid

Hasan, 1976: 5-6).

Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu

berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah yang diadakan para siswa. Ia ikut dalam

organisasi Ikatan Pelajar Wiworotomo. Di sekolah itu ia dididik berdisiplin, diajarkan tentang

paham dan gerakan nasional, jiwa kemiliteran dan kepanduan. Soedirman sangat menyenangi

baris-berbaris. Tidak jarang ia diminta untuk menjadi komandan baris-berbaris. Dari sini

tampak jelas bahwa ada bakat pemimpin dalam diri Soedirman (Sardiman, 2008: 22-23).

Bakat kepanduan Soedirman bisa tersalurkan setelah ia aktif dalam organisasi

kepanduan Muhammadyah yang dikenal dengan Hizboel Wathan (HW). Aktifnya Soedirman

dalam HW bukan kerena kebetulan. Ia ingin mengembangkan bakat, minat, dan

keyakinannya terhadap ajaran Islam.

Wawasan dan pengalaman Islam, kedisiplinan, kematangan dia, kejujuran, dan jiwa

pengabdian Soedirman sebagai anggota HW membuat ia disegani teman-temannya. Pada

waktu diadakan pemilihan pimpinan HW di Banyumas, ia terpilih sebagai ketua HW atau

Menteri Daerah Hizboel Wathan. Selama ia menjadi pemimpin HW, ia dikenal pemimpin

yang tekun berlatih, berdisiplin dan penuh tanggung jawab. Dia meningkatkan kegiatan

Page 4: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

jambore dan perkemahan. Melalui jambore ini, ia ingin benar-benar membina fisik, mental,

serta uji ketakwaan bagi setiap anggota HW. Dalam rangkaian kegiatan jambore, ia sering

memberikan ceramah-ceramah, pengajian, dan nasihat-nasihat yang sesuai dengan ajaran

Islam dan etika kepanduan.

B. Perjalanan Karir Jenderal Soedirman

Setelah lulus dari MULO, Soedirman sempat melanjutkan ke HIK Muhammadyah

Surakarta. Tidak sampai dari satu tahun Soedirman keluar. Ia kembali ke Cilacap dan

menjadi guru dan aktif di gerakan Muhammadyah. Ia berdakwah dan mengajarkan tentang

Islam.

Pada tahun 1933-1937, Soedirman sangat aktif di dalam organisasi pergerakan

Muhammadyah di Cilacap. Ia memulai aktivitasnya di organisasi Pemuda Muhammadyah.

Selain itu, Soedirman juga pandai berpidato. Ia selalu menggunakan bahasa-bahasa yang

santun dan sederhana. Cara bicaranya jelas dan perlahan. Isi dari pidato Soedirman tidak

muluk-muluk. Pidato adalah salah satu kelebihan lain dari Soedirman.

Pada tahun 1937 diadakan pemilihan Pimpinan Pemuda Muhammadyah. Soedirman

terpilih sebagai Wakil Majelis Pemuda Muhammadyah (WMPM) wilayah Banyumas.

Dengan jabatan itu, maka Soedirman memiliki posisi tertinggi di dalam organisasi Pemuda

Muhammadyah di Banyumas. Soedirman sangat paham apa yang menjadi keinginan dari para

anggota. Keinginan itu misalnya kegiatan olahraga, kesenian, dan kegiatan kepanduan. Tidak

hanya itu, kegiatan kursus-kursus untuk menambah wawasan, keterampilan, dan pengetahuan

para anggota pun juga diperhatikan. Dengan kegiatan itu, maka di bawah kepemimpinan

Soedirman organisasi Pemuda Muhammadyah Banyumas berkembang pesat.

Tahun 1934 Soedirman lulus dari MULO Wiworotomo. Sebagai lulusan MULO ia

belum berkompeten untuk menjadi guru. Padahal Soedirman sangat ingin menjadi seorang

pendidik. Pada saat itu memang tidak banyak guru yang memiliki kualifikasi ijazah sekolah

Page 5: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

guru. Guru biasa pun boleh asal yang bersangkutan mau belajar dan menyempurnakan

pengetahuan dalam bidang keguruan. Kebijakan ini memang tepat diambil sesuai dengan

kondisi wilayah Cilacap, mengingat waktu itu sedang dalam perjuangan melawan kolonial.

Kebetulan HIS Muhammadyah Cilacap sedang membutuhkan guru. Soedirman

memberanikan diri untuk mengikuti les privat kepada guru-guru yang pernah mengajar di

Wiworotomo. Semua itu dilakukan agar keinginannya untuk menjadi pendidik. Usaha

Soedirman didukung olehn R. Moh. Kholil sebagai pihak pimpinan Muhammadyah. Dengan

keseriusan dan ketekunannya, ia menguasai teori-teori dan praktek sebagai layaknya seorang

guru . bahkan tanpa ragu-ragu pimpinan Muhammadyah Cilacap menetapkan secara resmi

dan mengangkat Soedirman sebagai guru di HIS Muhammadyah.

Selain sebagai guru di HIS Muhammadyah, Soedirman juga bekerja di Koperasi

Wijayakusuma Cilacap. Bahkan dia juga pernah menjadi Ketua Perkoperasian Bangsa

Indonesia. Meskipun begitu, Soedirman tetap memiliki komitmen yang tinggi sebagai guru.

Dia pandai membagai waktu, meskipun dia juga sibuk sebagai pimpinan HW dan anggota

Pemuda Muhammadyah.

Soedirman dikenal sebagai guru yang tertib, disiplin, dan bertanggung jawab.

Mengingat prestasi, penampilan, wawasan, dan kepemimpinannya maka Soedirman dipilih

sebagai Kepala Sekolah di HIS Muhammadyah. Soedirman menjadi Kepala Sekolah yang

moderat, demokratis, dan akomodatif. Inilah Soedirman sebagai guru yang teladan. Ia selalu

memegang prinsip kepemimpinannya yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun

karsa, dan tut wuri handayani . Arti dari prinsip itu adalah “Di depan memberi contoh, di

tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan” (Sardiman, 2008: 83).

Pada tahun 1936, Soedirman mulai melakukan kegiatan dakwah. Soedirman banyak

minta bimbingan dengan R. Moh. Kholil seorang perintis perkembangan Muhammadyah di

Page 6: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Cilacap. Mereka bertukar pikiran seputar dakwah . Selain itu, Soedirman juga belajar dari

Kiai Markhum, yaitu seorang Imam Besar Masjid Cilacap saat itu.

Dalam dakwahnya Soedirman sangat memperhatikan keadaan kehidupan masyarakat.

Ia menekankan pentingnya kehidupan beragama bagi masyarakat. Untuk itu para anggota

masyarakat perlu berpedoman pada tali agama. Soedirman selalu memberikan contoh tentang

hubungan antara anak dan orang tua. Lebih luas lagi bagaimana hubungan antar manusia di

dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan Tuhan (Dinas Sejarah TNI AD, 1985:19).

Pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, tidak begitu memperhatikan

sistem pertahanan rakyat. Hal itu dikarenakan pihak Belanda sangat curiga dengan adanya

pertahanan rakyat yang dibentuk kaum bumiputera. Namun pada masa Perang Dunia II

berkobar, hal itu sangat mengancam kawasan Asia khususnya tanah Hindia Belanda.

Pemerintah Belanda mulai berpikir perlu adanya pasukan pertahanan oleh bumiputera.

Tahun 1940 tercapai persetujuan Tripartie Pact antara Jerman, Italia, dan Jepang.

Persetujuan itu menunjukkan bahwa perang akan meluas ke daerah selatan seperti Indocina,

Birma, Thailand, Jepang, Indonesia, dan Filiphina. Hal itu terbukti setelah Jepang berhasil

menggempur pangkalan Amerika Serikat di kepulauan Hawai. Itu semua membuat pecahnya

Perang Pasifik. Tentara Jepang melakukan ofensif ke daerah-daerah selatan, termasuk

Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia mulai sadar

pentingnya pertahanan rakyat. Untuk menghadapi keadaan itu, pada tahun1941 dibentuklah

Inheemse Militer. Rakyat mulai diberi penerangan serta latihan cara menghadapi serangan

udara. Untuk menertibkan masyarakat menghadapi bahaya udara itu, maka dibentuklah Luch

Bischermen Diens (LBD) atau Penjagaan Bahaya Udara (Solichin Salam, 1963:23)

Soedirman sebagai tokoh masyarakatikut terjun ke dalam LBD Cilacap. Mengingat

ketokohan dan aktivitasnya, ia ditunjuk sebagai kepala LBD Sektor Cilacap. Sebagai kepala

Page 7: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

LBD maka Soedirman bertanggung jawab atas keamanan masyarakat. Ia berkeliling ke

berbagai tempat untuk memberikan penerangan tentang cara menyelamatkan diri apabila

terjadi serangan udara. Soedirman sebagai tokoh di Cilacap selalu berupaya membela rakyat.

Ia mulai mewaspadai tindakan Jepang. Mengingat Jepang telah berhasil mendarat di Jawa

sejak 1 Maret 1942 yang dipimpin Jenderal Immamura.

Memasuki tahun 1942-1943, perkembangan Perang Pasifik menunjukkan titik balik.

Di beberapa tempat, Jepang mulai terdesak oleh Sekutu. Hal itu juga mengancam kedudukan

Jepang di Indonesia. Jepang meningkatkan usahanya untuk menarik simpati rakyat untuk

mempertahankan kedudukannya di Indonesia. Kaitannya dengan itu Jepang mulai mendirikan

organisasi pergerakan seperti Seinendan dan Keibodan. Selain itu Jepang juga mendirikan

Chuo Sangi In (Dewan Penasihat) yang berada di Jakarta. Dewan Penasihat ini diketuai oleh

Soekarno. Di daerah karesidenan, mulai didirikan Syu Sangi Kai. Di daerah karesidenan

Banyumas yang terpilih sebagai anggota dari daerah Cilacap adalah Soedirman dan Efendi

(Sardiman, 2008: 105).

Bagi Soedirman kedudukan sebagai anggota dewan ini merupakan suatu kepercayaan.

Namun demikian Soedirman tetap waspada dan berhati-hati. Jepang mengharapkan agar

Soedirman dengan pengaruhnya dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya

menyerahkan hasil bumi. Namun dalam hati nuraninya, Soedirman menolak kebijakan

Jepang.

Pada tahun 1944 dibentuklah Jawa Hokokai oleh Jepang di Banyumas. Soedirman

juga terpilih sebagai anggota. Pada saat masuk organisasi ini, Soedirman tetap memikirkan

nasib rakyat. Soedirman mengurangi upaya-upaya pemerintah Jepang untuk merampas

kekayaan bumiputera.

Jepang juga membentuk pasukan inti penggerak rakyat, sebagai bentuk pasukan yang

mempertahankan daerahnya masing-masing secara regional. Pasukan itu disebut dengan

Page 8: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Pembela Tanah Air (PETA) yang dibentuk pada tahun 1943. Banyak dari pemuda Indonesia

masuk sebagai anggota PETA. Hal itu dikarenakan rakyat dan para tokoh Indonesia

menghendaki untuk ikut serta secara aktif membela bangsanya.

Salah seorang yang ikut sebgai anggota PETA adalah Soedirman. Soedirman pada

waktu itu terpilih sebagai calon Daidancho (komandan batalyon). Untuk menjadi calon

Daidancho memang tidak memandang latar belakang pendidikan. Akan tetapi yang paling

penting adalah memiliki kecakapan memimpin dan mengatur rombongan. Soedirman adalah

figur yang tepat untuk itu. Ia harus meninggalkan Cilacap untuk dilatih di Bogor. Tempat

pendidikan PETA di Bogor itu dikenal dengan Bogor Renseitai (N.S.S. Tarjo, 1984:5).

Dalam pendidikan PETA, Soedirman merasa mendapatkan wadah yang tepat untuk

mengembangkan jiwa kemiliterannya. Setelah kurang lebih empat bulan, pendidikan PETA

di Bogor diakhiri. Sesampainya di Cilacap, Soedirman ditugasi untuk membentuk Daidan

(Batalyon) PETA. Sedangkan Soedirman sendiri menempati Daidan III yang berada di

Kroya.

Setelah kemerdekaan Indonesia, maka segera dibentuk pasukan Badan Keamanan

Rakyat (BKR). Badan ini terdiri dari bekas para anggota PETA. Soedirman dipilih sebagai

ketua BKR Banyumas. Organisasi BKR mempunyai peranan penting dalam rangka melucuti

senjata Jepang.

Perjuangan bangsa Indonesia untuk menegakkan pemerintahan belum lengkap. Hal itu

dikarenakan belum memiliki tentara sebagai perangkat penting dalam perjuangan fisik. Oleh

karena itu, timbullah pikiran perlunya badan ketentaraan. Sehubungan dengan itu, maka

dekeluarkanlah maklumat pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945. Maklumat itu berisi

tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di Jawa Tengah waktu itu ada

empat Divisi (Jahja Muhaimin, 1971:29).

Page 9: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Dalam perkembangannya, TKR itu dibentuk di daerah-daerah. Begitu juga di

Banyumas mulai dibentuk TKR. Para pemuda yang aktif di BKR kemudian lebur dan masuk

sebagai anggota TKR. Di wilayah Karesidenan Banyumas, TKR dijadikan dua resimen.

Yakni Resimen Banyumas dan Purwokerto,dengan pangkat Kolonel. Langkah pertama yang

diambil Soedirman selaku komandan adalah menertibkan susunan organisasi TKR, termasuk

melengkapi personel pimpinan TKR di wilayah Purwokerto. Sudirman mulai memberikan

wejangan kepada anak buahnya dalam rangka meningkatkan disiplin dan mempertebal

semangat juangnya.

Tidak berapa lama masuk sebagai anggota TKR, Soedirman terpilih sebagai

pimpinan TKR. Sambil menunggu pengesahan dan pelantikan dari Pemerintah Pusat, Kolonel

Sudirman melanjutkan tugas-tugasnya sebagai Komandan Divisi V Purwokerto. Ia terus

melakukan koordinasi dengan para anggota TKR setempat, mengingat situasi negara semakin

memanas. Di samping persoalan pelucutan senjata tentara Jepang yang belum tuntas,

menyusul kedatangan tentara Sekutu. Ini semua memerlukan penanganan yang tegas dan arif,

termasuk menyempurnakan organisasi ketentaraan (Sardiman, 2008:135).

C. Pertempuran Ambarawa

1. Kedatangan Kembali Sekutu ke Indonesia

Pada tanggal 29 September 1945 pada pukul 10.00, mendaratlah pasukan khusus

Sekutu. Pasukan ini tergabung dalam Allied Forces in the Netherlands East Indies (AFNEI)

yang dibentuk oleh Mountbatten. Pemimpin pasukan ini adalah Jenderal Sir Philip Christison.

Kemudian disusul dengan pasukan-pasukan lain yang mencapai tiga divisi. Pasukan-pasukan

itu adalah :

1. 23-rd India Division, dipimpin oleh Mayjen D.C. Hawthorn untuk wilayah Jawa Barat

dan Jakarta.

Page 10: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

2. 5-th India Division, dipimpin oleh Mayjen E.C. Mansergh untuk wilayah Jawa Timur dan

Bali.

3. 26-th India Division, dipimpin oleh Mayjen H.M Chambers untuk wilayah Sumatera dan

berkedudukan di Medan.

Kedatangan pasukan ini diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia, karena mereka

berjanji akan menjaga ketenteraman (Tjokropranolo, 1992:48). Mengenai pendaratan Sekutu

ini, radio South East Asia Command (SEAC) di Singapura menyatakan bahwa tugas Allied

Forces in the Netherlands East Indies (AFNEI) di Indonesia adalah melindungi dan

mengungsikan tawanan-tawanan perang dan tawanan biasa. Mereka juga bertugas melucuti

dan mengembalikan tentara Jepang. Sesungguhnya sikap Belanda terhadap kemerdekaan

Indonesia bersimpang siur. Christison menyatakan bahwa ia mengakui kekuasaan de facto

atas Republik Indonesia. Namun di sisi lain, Mountbatten menyatakan bahwa kemerdekaan

Indonesia tidak dapat dibenarkan selama likuidasi pasukan Jepang di Indonesia belum selesai.

Sehari sesudah pendaratan tentara Sekutu, pada tanggal 30 September 1945, presiden

Soekarno menghimbau agar rakyat tidak menghalangi Sekutu. Hal itu dilakukan jika memang

pendaratan hanya untuk urusan ketenteraman. Namun di sisi lain, pemimpin India yaitu

Jawaharlal Nehru, mengecam keras atas diikutsertakannya tentara India dan Ghurka. pada

tanggal 2 Oktober, dilakukan pendaratan Sekutu di Surabaya yang dipimpin oleh Brigadir

Jenderal A.W.S Wallaby.

Setelah semua persiapan selesai, maka seluruh pasukan Inggris pun bergerak untuk

menempati wilayah-wilayah yang telah ditentukan. Sasaran mereka adalah kota Medan,

Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, serta

beberapa kota lain di pedalaman. Melihat gerakan ini jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan

mereka hanya melikuidasi kekuatan Jepang di Indonesia. Secara militer, mereka berusaha

merebut sebanyak mungkin daerah di Indonesia. Selain itu mereka juga mencoba

Page 11: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

mematahkan kekuatan fisik bangsa Indonesia. Secara politis, mereka bermaksud

mempersiapkan wilayah Indonesia bagi kekuasaan Belanda yang tidak lama lagi akan

menggantikan kedudukan mereka (“ Majalah Vidya Yudha” No. 9 Tahun II, Januari 1997:7).

Diawali oleh insiden bendera tanggal 19 September 1945 di Surabaya, Sekutu yang

diboncengi (Netherlands Indies Civil Administration) NICA dan Koninklijk Nederlands-

Indisch Leger (KNIL) mulai mengadakan aksi teror. Aksi ini dilakukan di sekitar Jakarta.

Belanda menyusup masuk bersama pasukan Sekutu, mengadakan provokasi-provokasi

(Tjokropranolo, 1992: 49-50).

Kedatangan dan kegiatan Sekutu di Indonesia, membuat situasi semakin sulit.

Sementara pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang belum selesai, Sekutu telah

melakukan aksi-aksi yang menyinggung perasaan Bangsa Indonesia. Bahkan kemudian hal

itu menimbulkan pertempuran-pertempuran besar. Pada kenyataannya bangsa Indonesia

harus menghadapi lawan yang kuat baik dari segi organisasi, perlengkapan, pengalaman, dan

kecakapan.

Dari sekian banyak peristiwa pertempuran dalam Sejarah Nasional Bangsa Indonesia,

tercatatlah delapan pertempuran atau palagan. Kedelapan palagan itu adalah: Medan,

Palembang, Bandung, Semarang, Ambarawa, Surabaya, Makassar, dan Bali. Pertempuran ini

mencerminkan semangat juang bangsa Indonesia. Kesemuanya itu mengandung beberapa ciri

pokok untuk dapat disebut Delapan Palagan yang Menentukan. Ciri-cirinya adalah sebagai

berikut:

a. Kedelapan palagan ini menunjukkan adanya the sense to be a nation. Yaitu kesadaran

bahwa dirinya merupakan sutu bangsa.

b. Dalam kedelapan palagan ini bangsa Indonesia menghadapi beberapa lawan sekaligus.

Bangsa yang baru saja merdeka, menghadapi lawan yang tangguh baik dari segi ilmu

perang maupun pendidikan.

Page 12: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

c. Kedelapan palagan ini terjadi pada waktu yang hampir bersamaan.

2. Magelang Dikuasai Sekutu

Di dalam usaha menengahi pertempuran 5 hari di Semarang, tentara Sekutu pimpinan

Brigjen Bethel mendarat di pelabuhan Semarang pada 20 Oktober 1945. Tujuan utamanya

adalah mengurus tawanan perang, melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang yang

ada di Jawa Tengah. Tugas itu dilaksanakan Inggris atas nama Sekutu. Mereka juga berjanji

akan menjaga ketentraman serta mengakui kedaulatan Indonesia (Tjokropranolo, 1992: 52).

Pada waktu itu, TKR dan barisan pemuda lainnya sedang menghadapi kekuatan

Jepang. Jadi tentara Sekutu dapat melakukan pendaratan secara leluasa tanpa hambatan dari

pihak Indonesia. Karena pada waktu itu kekuatan bangsa Indonesia sepenuhnya tertuju pada

Jepang. Kedatangan tentara Sekutu justru disambut baik oleh rakyat dan pemerintah

setempat. Bahkan Wongsonegoro yaitu Gubernur Jawa Tengah waktu itu berjanji akan

mengirimkan bahan makanan dan keperluan sehari-hari untuk tentara Sekutu tersebut (“

Majalah Vidya Yudha” No. 9 Tahun II, Januari 1997:84-85).

Pada waktu itu Brigadir Jenderal Bethel dan Gubernur Wongsonegoro melakukan

perundingan. Dalam perundingan itu ditentukan syarat-syarat sebagai berikut yang harus

dipenuhi Sekutu, yaitu :

1. Orang-orang Indonesia yang ditahan oleh Jepang harus segera dibebaskan.

2. Tentara Jepang akan dilucuti oleh tentara Sekutu.

3. Tentara Sekutu tidak akan mencampuri urusan pemerintah Indonesia.

4. Keamanan daerah akan dilaksanakan oleh polisi Indonesia.

Sekutu menyetujui semua syarat tersebut. Namun di sisi lain, rakyat senantiasa tetap

waspada. Hal itu perlu dilakukan agar tidak terjebak oleh janji Sekutu, yang ternyata itu

hanya sebagai kedok (Syamsuar Said, 1984: 20-21).

Page 13: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Dengan adanya persetujuan tersebut, Sekutu mulai mengirimkan sebagian

pasukannnya ke Magelang dan singgah di Ambarawa. Karena di kedua tempat tersebut

terdapat penampungan tawanan Belanda terutama di Ambarawa. Ternyata dalam

mengirimkan pasukan, Sekutu telah menyelundupkan anggota-anggota NICA. Sehingga

sesampainya di kedua tempat tersebut , mereka langsung sengaja menimbulkan kekacauan.

Kekacauan yang dilakukan oleh anggota NICA tersebut mempunyai maksud. NICA

berharap dengan adanya kekacauan tersebut, memudahkan mereka untuk kembali menguasai

Indonesia. Dengan kekacauan itu tentunya Sekutu akan mengirimkan balabantuan yang lebih

banyak. Dengan begitu orang NICA banyak yang bisa ikut menyelundup masuk bersama

Sekutu (“ Majalah Vidya Yudha” No. 9 Tahun II, Januari 1997: 85) .

Anggota-anggota NICA yang ikut membonceng tentara Sekutu, kemudian

membebaskan orang-orang Belanda yang ditawan di penampungan Ambarawa maupun

Magelang. Setelah terbebas dari tawanan, mereka tidak mau tahu bahwa yang menguasai

Indonesia sekarang adalah rakyat Indonesia sendiri. Demikian juga dengan orang Jepang

yang baru saja dilepaskan dari tawanan. Mereka dibebaskan oleh Sekutu dan diberi senjata.

Bersama-sama dengan tentara Gurkha, mereka merampas harta rakyat. Dengan demikian

jelaslah bahwa Belanda mengkhianati janji mereka sendiri.

Belanda berusaha mengganggu kedaulatan bangsa Indonesia. Hal itulah yang

menyebabkan rakyat Indonesia marah terutama rakyat Jawa Tengah. Oleh sebab itu rakyat

Jawa Tengah melakukan pemboikotan makanan dan keperluan sehari-hari milik para Sekutu.

Untuk mempersiapkan tindakan Sekutu yang semakin memperlihatkan sikap kurang baiknya

di kota Semarang dan Magelang, Indonesia telah menyiapkan pasukannya. TKR dan badan

kelaskaran lainnya disiapkan di Jawa Tengah. Kekuatan tersebut untuk mengepung Sekutu

jika nantinya dipandang perlu.

Page 14: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Dari kota Ambarawa, Sekutu melanjutkan ke Magelang. Gerakan Sekutu pada

awalnya berlangsung aman. Mereka diberi kebebasan untuk mendatangi tempat-tempat

tahanan orang Belanda dan Jepang. Namun ketika tahanan sudah dilepaskan, mereka

dipersenjatai oleh para tentara Sekutu. Mereka mulai berani bertindak. Bahkan bendera

merah putih, sengaja mereka ganti dengan bendera Inggeris. Sekutu berniat menguasai

Magelang karena memang pada waktu itu, Magelang mempunyai peranan penting dalam

bidang militer (Syamsuar Said, 1984: 25).

Kota Magelang pada waktu itu termasuk dalam kekuasaan Kedu Tengah. Adapun

Komandan Resimennya adalah Letnan Kolonel Sarbini. Resimen Kedu Tengah ini

mempunyai lima batalyon, yaitu:

1. Batalyon I dengan Komandannya Mayor Suryosumpeno.

2. Batalyon II dengan Komandannya Mayor Kusen.

3. Batalyon III dengan Komandannya Mayor Ahmad Yani.

4. Batalyon IV dengan Komandannya Mayor Suwito Harjoko.

5. Batalyon V dengan Komandannya Mayor Wagiman.

Selain kekuatan tersebut, di Kedu Tengah masi ada kekuatan yang terdiri dari badan-

badan kelaskaran. Badan-badan itu diantaranya BPRI, Pesindo, Hizbullah, Sabilillah, dan lain

sebagainya. Hal itu dilakukan karena dikhawatirkan Sekutu akan datang ke Yogyakarta.

Sekutu akan membuat alasan akan mengambil tawanan perang orang-orang Belanda secara

besar-besaran. Untuk itu pasukan mencegah Sekutu agar tidak bergerak ke arah selatan. Pada

waktu itu Sekutu yang datang ke Magelang mencapai dua infanteri yang dipimpin oleh

Kolonel Eduard (Tjokropranolo, 1992: 87).

Sejak kedatangan Sekutu ke Magelang, suasana kota kota menjadi makin genting.

Kekacauan yang dibuat oleh Sekutu sengaja untuk memancing kemarahan pasukan

Page 15: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Indonesia. Untuk itu Magelang dibanjiri dengan balabantuan dari kota lainnya. Adapun

kesatuan TKR yang berdatangan ke Magelang adalah:

1. TKR dari Purwokerto sebanyak 2 batalyon dengan senjata lengkap. Batalyon I dipimpin

oleh Imam Adrongi dan batalyon gabungan oleh Mayor Sugeng Tirtosewojo. Kedua

batalyon tersebut berada di bawah pimpinan Komandan Resimen I Divisi V Purwokerto

yaitu Kolonel Isdiman.

2. Dari Yogyakarta mengirimkan 2 batalyon yang berada di bawah pimpinan Oemar Slamet.

3. Tentara Rakyat Mataram (TRM) yang dipimpin oleh Sutarjo.

4. Polisi Istimewa (PI) pimpinan Sastroatmojo.

Menjelang akhir bulan Oktober 1945 kekacauan di Magelang sudah tidak

terkendalikan lagi, maka pada tanggal 2 November 1945 meletuslah pertempuran antara

kesatuan – kesatuan T.K.R. bersama para pemuda pejuang malawan tentara Sekutu dengan

NICA. Dalam pertempuran ini pihak Sekutu agak terdesak. Sebelum mengalami kehancuran,

mereka berusaha menyelamatkan kedudukannya secara hormat dengan mengadakan

perundingan. Usaha Sekutu itu tercapai maka pada tanggal 2 November 1945 diadakan

perundingan antara Pemerintah R.I dengan pihak Sekutu di Magelang (“Majalah Vidya

Yudha” No. 9 Tahun II, Januari 1997:87).

Akhir dari pada perundingan itu,pada tanggal 2 November 1945. Pukul 02.30

Presiden menyampaikan pidato melalui radio. Isinya memerintahkan agar seluruh pasukan

TKR dan badan perjuangan menghentikan tembak-menembak. Dari Semarang rombongan

Presiden terus ke Magelang. Maksudnya adalah untuk langsung memerintahkan gencatan

senjata dan melihat pelaksanaannya,

Pasukan TKR dan barisan kelaskaran menerima dan mentaati perintah Presiden

dengan hati yang sangat berat. Tetapi tidak ada lagi pilihan lain kecuali melaksanakan

perintah itu. Akhirnya setelah gencatan senjata itu, diadakan perundingan lagi.Isi

Page 16: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

perundingan itu terdiri 12 pasal yang harus ditaati olel TKR dan Sekutu. Bunyi dari pada

persetujuan itu,adalah:

1. Membentuk suatu badan penghubung di Magelang yang terdiri dari 9 orang Perwira

Sekutu dan bangsa Indonesia.

2. Sekutu menempatkan pasukan di Magelang secukupnya untuk mengurus pengungsian

tawanan.

3. Badan Penghubung menentukan daerah untuk tempat tinggal pasukan Sekutu. Keamanan

dan ketenteraman diselenggarakan bersama oleh pasukan Sekutu, Polisi dan TKR yang

jumlahnya ditentukan.

4. Jepang di Magelang harus secepat mungkin ditarik kembali ke Semarang.

5. Jalan raya Magelang – Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan siapapun tidak

boleh dihalangi dan dianiaya.

6. Indonesia membantu mengurus makan dan hiburan bagi tawanan serta pasukan Sekutu.

7. Sekutu selekas mungkin mengangkut para tawanan dan segera memberitahukan kepada

Gubernur Jawa Tengah setelah tugas selesai.

8. Sekutu tidak akan mengakui kegiatan NICA. Terhadap anggota pasukannya yang terbukti

membantu NICA akan dikeluarkan dari tentara.

9. Indonesia membantu hubungan telepon Magelang– Semarang bagi Sekutu.

10. Setiap perselisihan yang timbul diselesaikan Badan Penghubung.

11. Badan Penghubung mengadakan perlindungan setiap saat dan melaporkan hasilnya

kepada pimpinan Sekutu dan Gubernur Jawa Tengah.

12. Pimpinan Sekutu dan Gubernur Jawa Tengah sependapat bahwa Badan – badan

Penghubung akan berhasil melaksanakan tugas didaerahnya.

Tindakan Sekutu untuk menghentikan pertempuran hanyalah suatu cara untuk

mengulur waktu saja. Pihak Sekutu memang membutuhkan waktu. Tetapi bukan untuk segera

Page 17: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

mengungsikan para tawanan dari Magelang ke Semarang. Melainkan adalah untuk

mempersiapkan diri. Mendatangkan pasukan dan senjata guna menghadapi pasukan

Indonesia.

Untuk menghadapinya, TKR juga mengadakan persiapan.Pasukan bantuan dari

daerah lain terus berdatangan. Penjagaan kota Magelang dari arah mana saja dijaga ketat.

Siapapun yang membawa bahan makanan dilarang masuk kota. Tetapi barang-barang yang

dibawa dari dalam ke luar kota diperbolehkan. Tindakan TKR itu dinamakan Blokade.

3. Sekutu Mundur ke Ambarawa

Karena merasa terdesak, Sekutu mengajukan protes kepada pemerintah Indonesia di

Magelang. Tetapi protes itu tidak dihiraukan sama sekali. Bahkan blokade TKR makin

diperketat. Blokade yang dilakukan oleh TKR sangat berhasil. Karena Sekutu tidak sanggup

lebih lama bertahan di Magelang. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mulai bergerak

mundur. Malam hari sebanyak 62 truk beriring – iringan menuju Semarang. Truk tersebut

berisi persenjataan dan perlengkapan tentaranya. Untuk menjaga agar jangan diserang oleh

TKR, maka mereka dikawal oleh 1 kompi tank. Gerakan mundur itu dipimpin oleh kolonel

Pugh (Syamsuar Said, 1984: 31-32).

Dalam gerakan pemunduran ini, Sekutu mendapat perlindungan pesawat terbang.

Setibanya di desa Pingit mereka melakukan teror terhadap rakyat. Perbuatan teror inilah yang

telah membangkitkan kemarahan rakyat. Pengunduran Sekutu ke Ambarawa itu dimaksudkan

juga untuk memperkuat/membantu pasukannya yang terlibat dalam suatu insiden dengan

penduduk Ambarawa yang terjadi pada tanggal 20 November 1945 yang disebut insiden air.

Insiden itu terjadi disebuah aliran sungai kecil di ujung dusun Ngampon, Kelurahan Panjang ,

Kecamatan Ambarawa.

Tanggal 20 November 1945, Selasa Legi pukul 13.00 sebuah jeep tentara Sekutu

Ghurkha , berhenti di muka pintu gerbang kamp Pastoran Gereja Jago. Beberapa saat

Page 18: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

kemudian mereka keluar. Mereka berjalan kaki menuju ke jalan timur kamp dan ke utara

menyusuri sungai kecil di tepi kamp interniran. Kemudian aliran air pun diperiksa. mereka

terkejut ketika melihat air tidak mengalir.

Para petani yang menggarap sawah di belakang komplek sekola Mulo Pangudi Luhur,

menggunakan aliran air itu untuk kebutuhan mereka. Aliran sungai itu dialirkan ke sungai

yang digarap, dengan menyumbat simpangan air yang mengalir ke interniran. Bila telah

selesai, sore harinya sumbatan dibuka kembali. Akan tetapi tentara Gurkha mengaggap hal ini

kurang ajar. Pada akhirnya terjadilah tembak menembak yang dilakukan tentara Ghurkha

terhadap para petani dan pasukan AMRI. Demikianlah awal insiden air yang berlanjut

menjadi sebuah pertempuran Ambarawa. (Sarmudji: 2001:3).

Pertempuran Ambarawa ini seolah – olah telah membentuk suatu garis medan,

dimana rel kereta api kota Ambarawa merupakan garis pemisahnya. Sebab pertahanan kita

berada di sebelah utara rel kereta api, sedangkan Sekutu bertahan disekitar tangsi yang

terletak di sebelah selatan rel kereta api. Pada tanggal 22 November 1945 pukul 17.30 Sekutu

membuka serangan utamanya ke arah kampung Temenggungan dan Panjang Kidul. Dalam

penyerangannya Sekutu mempergunakan pasukan – pasukan Jepang yang sengaja ditawan.

Oleh karena itu mereka dapat mendesak pertahanan TKR. Hal ini disebabkan tentara Jepang

mengetahui kelemahan kita. Maka pasukan TKR mundur dari kampung Temenggungan dan

menyusun pertahanan di kampung Panjang Kidul.

Keesokan harinya tentara Sekutu yang diperkuat dengan pasukan tank, melancarkan

serangan ke arah seberang timur kali Panjang kemudian menuju Kawedanan dan Pasar Projo.

Setelah terjadinya pertempuran ini maka pertahanan kita berada di kampung Kranggan dan

Kupang. Pertahanan tersebut merupakan lini pertama, sedangkan lini kedua berada di desa

Baran.

Page 19: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Setelah mengetahui bahwa Sekutu sudah melakukan penarikan dari Magelang,

kemudian disusul dengan berita keganasan Sekutu di Pingit. Tindakan mereka ditangani oleh

Batalyon Imam Adrongi pada Resimen I Divisi V Purwokerto. Aksi yang dipimpin oleh

Imam Adrongi dilakukan pada saat subuh, namun setelah sampai di Pingit ternyata tentara

Sekutu telah meninggalkan tempat itu. Setelah mengetahi bahwa tentara Sekutu telah

meneruskan gerakannya menuju Ambarawa, maka Batalyon Imam Adrongi segera

melakukan pengejaran. Pada kira-kira pukul 16.00 pasukan ini berhasil memasuki desa

Tempuran setelah terjadi tembak-menembak dengan Sekutu selama satu jam.

Batalyon Imam Adrongi merupakan paruh dari sayap pasukan penyerang. Sedangkan

di kanan kiri jalan merupakan sayap penyerangan terdapat Batalyon Cilacap di bawah

pimpinan Mayor Sugeng Tirtosewoyo. Sedangkan yang lainnya adalah Kompi Sarwo Edi

Wibowo dari Batalyon Magelang, dua kompi dari Batalyon Sarjono dan kompi Widodo dari

Batalyon Suharto. Di tambah lahi Tentara Rakyat Mataram (TRM) pimpinan Bung Tardjo.

Kesemuanya itu bergabung dengan Batalyon Imam Adrongi di desa Tempuran. Dari desa

Tempuran ini Mayor Imam Adrongi memerintahkan satu Kompi untuk bergerak menyusup

ke Banyubiru.

Keesokan harinya tanggal 23 Nopember 1945 pada pukul 05.00 pasukan yang telah

berada di Tempuran meneruskan gerakannya. Gerakan ini dilakukan untuk mengejar Sekutu

yang telah berda di Ambarawa. Gerakan pasukan tersebut diatur dengan seteliti mungkin.

Batalyon Imam Adrongi bergerak melalui jalan yang besar dengan tujuan desa Sumber.

Batalyon Sugeng Tirtosewoyo dan pasukan Tentara Rakyat Mataram (TRM), bergerak

melalui sebelah kiri dan janan jalan besar dengan tujuan desa Sumber pula. Selain pasukan

itu masih banyak Batalyon lain yang bergerak ke Ambarawa (“ Majalah Palagan” Desember

2006: 17).

Page 20: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Pertempuran berlangsung dengan cukup mencekam. Tembakan mortir Sekutu, dibalas

dengan tembakan morir pasukan Indonesia. Tembakan meriam pun tak henti-hentinya

dilontarkan. Mendapat tekanan kuat dari TKR, Sekutu mengerahkan pesawat-pesawat

terbangnya untuk membantu melawan pemboman. Pasukan Sekutu menghamburkan peluru

ke arah pasukan TKR dari udara. Sekutu memerintahkan tawanan Jepang untuk melakukan

penyusupan ke daerah kedudukan pasukan Indonesia. Mengetahui posisi pasukan kita

terancam, maka TKR memutuskan untuk mundur ke desa Bedono.

Dengan adanya desakan dari Sekutu, pasukan TKR mendapatkan bala bantuan dari

luar Ambarawa. Untuk mengkoordinir pasukan-pasukan dari Divisi V di Ambarawa, maka

dipandang perlu memperkuat tenaga-tenaga pimpinan. Kolonel Soedirman sebagai panlima

Divisi V memutuskan mengirimkam Letnan Kolonel Isdiman ke Ambarawa. Letkol Isdiman

merupakan orang kepercayaan Soedirman. Akan tetapi Letkol Isdiman gugur pada tanggal 26

November 1945. Letkol Isdiman mendapat serangan udara yang dilancarkan di desa

Kelurahan.

D. Peran Jenderal Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa

Gugurnya Letkol Isdiman merupakan suatu pukulan berat bagi Kolonel Soedirman.

Kolonel Isdiman merupakan orang kepercayaan Soedirman. Hal itu menyebabkan Soedirman

turun sendiri ke medan laga Ambarawa. Dengan demikian Soedirman bertanggung jawab

penuh terhadap berlangsungnya penyerangan terhadap tentara Sekutu. Minggu pertama di

bulan Desember 1945 Soedirman telah datang ke sektor barat, tepatnya di desa Kelurahan

termasuk Kecamatan Jambu.

Beberapa hari Soedirman disertai perwira staf kepercayaannya berjalan kaki menyisir

sektor barat tersebut. Soedirman menemui seluruh anggota TKR yang ada di sektor barat

tersebut. Soedirman memberikan semangat bagi para anggota TKR untuk terus gigih merebut

kota Ambarawa kembali.

Page 21: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

Kehadiran Soedirman tersebut membawa “nafas baru yang segar” bagi gerakan

pasukan-pasukan Republik Indonesia. Bahkan nantinya akan menjadi titik balik yang

menentukan jalannya pertempuran di medan laga Ambarawa. Dalam waktu yang singkat

telah tercipta koordinasi dan konsolidasi di antara pasukan-pasukan. Gerakan pasukan-

pasukan TKR makin berhasil, sehingga pengepungan dapat berjalan lancar. Di samping itu,

penyusupan ke dalam kota pun semakin rapi. Penghadangan konvoi tentara Sekutu makin

rapi (Maskur Sumodiharjo, 1974: 205).

Perkembangan situasi pertempuran pun mengarah kepada keuntungan Indonesia.

Tanggal 5 Desember 1945 Sekutu meninggalkan benteng Banyubiru. Mereka sudah tidak

mampu lagi untuk mempertahankan lebih lama lagi. Empat hari kemudian Sekutu

mengalamai kerugian kembali. Lapangan terbang Kalibanteng di Semarang berhasil diduduki

TKR pada tanggal 9 Desember 1945. Dengan jatuh nya Kalibanteng ke tangan kita, ini berarti

pihak Sekutu tidak dapat menyalurkan bala bantuannnya dari udara secepatnya.

Kesempatan tersebut dipergunakan dengan baik oleh Soedirman untuk segera

bertindak. Pada tanggal 11 Desember 1945 pukul 20.00 Soedirman mengumpulkan para

Komandan TKR dan Komandan Badan Kelaskaran. Perkumpulan itu untuk membicarakan

rencana serangan umum membebaskan kota Ambarawa (Soepardjo, 1986:24).

Dalam pertemuan tersebut Soedirman menguraikan perlunya tentara Sekutu diusir

dari Ambarawa secepat mungkin. Jika hal itu tidak segera dilakukan, tentara Sekutu akan

menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Mengingat jarak

antara kota Ambarawa dan Yogyakarta sebagai Markas Tertinggi TKR hanya 95 Km. Secara

strategi militer, keadaan ini sangat berbahaya sekali.

Setelah mendengar penjelasan dari Soedirman, maka pertemuan itu memutuskan:

a. Siasat yang dilaksanakan dalam pembebasan Ambarawa tersebut ialah pendadakan.

Pendadakan serentak di segala sektor dan pada detik yang sama.

Page 22: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

b. Komandan penyerangan dipegang oleh Komandan Sektor TKR.

c. Pasukan-pasukan dari badan perjuangan/ Kelaskaran merupakan barisan belakang.

d. Serangan dimulai besok pagi tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 tepat.

e. Komandan menembak jam 04.30 tepat.

Soedirman begitu jeli. Ia tidak mau serangannya gagal hanya karena masalah

perbedaan waktu meskipun hanya satu menit. Untuk itu, setelah pertemuan selesai Soedirman

memerintahkan para Komandan untuk mencocokkan jamnya masing-masing. Kemudian

Soedirman memerintahkan agar mereka segera menyiapkan peralatan dan menunggu perintah

untuk bergerak. Secara tidak langsung Soedirman sudah menyiapkan pasukannnya ke garis

awal untuk melangkah.

Dalam merencanakan serangan, tentu saja ada masalah yang perlu dipecahkan.

Soedirman mempertimbangkan keadaan tenaga manusia yang tersedia namun peralatan dan

persenjataan masih belum tercukupi. Persenjataan tersebut juga masih sederhana. Dengan

keadaan tersebut pasukan dituntut untuk secepatnya mendesak Sekutu untuk mundur dari

Ambarawa.

Keadaan tersebut bisa dijadikan tolak ukur seberapa kemampuan Soedirman dalam

memimpin sebuah pertempuran. Dengan jiwa kepemimpinan dan kecerdasan di bidang

militer, ia melihat kondisi geografi Ambarawa. Kota Ambarawa berada di tanah yang miring

dan terdapat Rawa Pening di sebelah selatan. Dengan kondisi ini, Soedirman akan

menerapkan tata yudha tradisional/ strategi Supit Udang. Bila diterjemahkan dalam bahasa

Jawa yaitu Capit Urang.

Dalam pertemuan tersebut Soedirman menjelaskan langkah-langkah strategi ini.

Pasukan dibagi atas tiga kelompok. bagian pertama berda di tengah, yang merupakan pasukan

Komando. Bagian kedua ada pada sayap kanan yang berperan sebagai supit kanan. Bagian

ketiga sebagai supit kiri. Supit kanan dan kiri merupakan penjepit. Oleh karena itu, pasukan

Page 23: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

kanan dan kiri dibagi lagi menjadi dua bagian. Serangan pertama dilakukan oleh pasukan

induk yang berada di tengah. Serangan ini untuk menarik musuh sebanyak-banyaknya.

Harapannnya seluruh kekuatan musuh dikerahkan untuk menanggulangi serangan tengah ini.

Kemudian selama pasukan tengah melakukan serangan, supit kanan dan kiri mulai

menyusup mendekatimedan pertempuran lambung kanan dan kiri. Tugas dari pasukan sayap

kanan dan kiri adalah melakukan penyergapan. Sergapan dilakukan sedikit demi sedikit

seperti udang sedang makan.

Sambil melakukan sergapan-sergapan ini musuh digiring untuk berkumpul di tengah.

Dari sinilah akhir dari serangan. Sayap kanan dan kiri kemudian membentuk lingkaran.

Demikian pula pasukan induk menyebarkan diri, dan menghubungkan dengan sayap kanan

dan kiri. Pada bagian depan diberikan lubang kecil agar Sekutu dapat mundur ke arah utara.

Daerah-daerah yang dipakai untuk melakukan pengepungan adalah Ambarawa, Bawen,

Lemahabang, Bandungan, Tuntang, Banyubiru, Ngampin, Jambu, Kelurahan, dan Baran.

Dalam memberikan penjelasan itu, Soedirman menggambarkannya pada papan tulis.

Ia juga menjelaskan bagaimana pasukan harus bergerak, menyergap, dan menggirin musuh

ke tengah yang kemudian dilakukan pengepungan. Keterangan Soedirman jelas sekali.

Mengingat Soedirman mantan seorang guru yang profesional. Keterangannya terperinci dan

mudah dimengerti. Didukung lagi oleh karakter Soedirman yang sabar, telaten, dan teliti akan

tetapi tegas serta berwibawa (Syamsuar Said, 1984: 69).

Keesokan harinya tanggal 12 Desember, letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya

pertempuran terjadi pada pukul 04.30. Maka para pejuang yang telah siap mulai merayap

mendekati sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan lindungan tembakan-tembakan

senapan mesin mereka harus mendekati musuh sampai jarak 200 meter. Setelah mereka

sampai pada jarak 200 meter, barulah mereka diperbolehkan untuk melepas tembakan. Semua

Page 24: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

ini merupakan perintah langsung dari Soedirman dengan maksud menghemat peluru.

Mengingat senjata yang dimiliki pasukan Indonesia sangat minim (“ Majalah Vidya Yudha”

No. 9 Tahun II, Januari 1997: 85) .

Dalam pertempuran Ambarawa ini Soedirman yang didampingi oleh stafnya yaitu

Soepardjo. Soedirman bertindak sebagai koordinator Komando Sektor. Ia memimpin

langsung pertempuran tersebut. Ia memimpin di desa Jambu (Wawancara dengan Sarmudji

pada tanggal 14 Agustus 2012).

Pasukan Indonesia mendapat tugas dari Soedirman untuk menguasai jalan besar yang

menghubungkan Ambarawa dan Semarang. Pada pukul 16.00 telah ada laporan bahwa

mereka telah berhasil menguasai sasarannya. Setelah menerima laporan tersebut, Soedirman

memerintahkan agar jalan besar yang telah dikuasai itu dipertahankan. Dengan demikian,

pengepungan yang dilakukan di Ambarawa dapat disempurnakan.

Setelah penyerangan di Ambarawa berjalan lebih kurang satu setengah jam, ternyata

pasukan Indonesia berhasil menghimpit pasukan Sekutu secara ketat. Penghimpitan itu

dilakukan dari segala penjuru di wilayah Ambarawa. Dalam himpitan yang ketat itu, Sekutu

hanya mempunyai kesempatan lolos dari satu arah saja yaitu melalui jalan besar Ambarawa

Semarang.

Serangan umum yang dilancarkan pasukan TKR merupakan suatu gerakan

pendobrakan. Pasukan pemukul bergerak dari barat ke arah timur menuju Semarang.

Sedangkan pasukan pasukan yang bergerak dari arah samping kanan dan kiri merupakan

suatu gerakan jepitan. Hal itu seperti layaknya gerakan Supit Udang yang kedua ujungnya

bertemu di bagian luar kota Ambarawa.

Serangan pembebasan Ambarawa telah dilancarkan dengan penuh rasa tanggung

jawab dan semangat pantang mundur. Pertempuran itu berlangsung selama empat hari empat

malam. Pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Sekutu menyingkir dari Ambarawa. Sekutu

Page 25: A. Biografi Singkat Jenderal Soedirman · 2013-05-15 · Di sekolah Wiworotomo, Soedirman aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ia selalu berhasil mengkoordinir setiap kegiatan sekolah

meninggalkan mayat-mayat yang bergelimpangan sebab tidak sempat membawa mundur ke

Semarang. Sekutu juga membuat Ambarawa menjadi lautan api. Dalam perjalanannya

mundur ke Semarang, Sekutu melakukan pemboman terhadap rumah penduduk.

Dengan mundurnya Sekutu dari Ambarawa ke Semarang, merupakan suatu

peristiwa penting. Peristiwa ini merupakan pertempuran yang berhasil dimenangkan pertama

kali setelah proklamasi kemerdekaan. Ini merupakan suatu keistimewaan yang didapatkan

untuk ukuran kota kecil seperti Ambarawa. Kemenangan ini merupakan suatu hasil yang

diperoleh atas kerjasama dari berbagai pihak. Soedirman berhasil mempersatukan berbagai

laskar ke dalam tubuh ketentaraan untuk bekerjasama mengusir Sekutu. Ini dipandang

sebagai prestasi yang tidak sederhana (“ Majalah Palagan” Desember 2006: 27).

Palagan Ambarawa telah memberikan dua makna besar dalam perjuangan bersenjata

bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Adapun yang pertama adalah lahirnya seorang

pemimpin militer sejati yaitu Soedirman. Kedua adalah terbuktinya kepeloporan infantri.

Oleh karena itu tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai hari Infantri. Palagan Ambarawa

merupakan kebanggaan bagi Korps Infantri yang dikenal dengan Thee Queen of Battlefield

(Rudini, 1992: 448).

Dari medan Ambarawa telah lahir pemimpin militer kaliber Internasional yang tahan

uji. Hal itu dapat diperbandingkan dengan kekuatan, kemampuan dan pengalaman.

Soedirman dapat memimpin pertempuran yang lawannya adalah Sekutu. Pasukan Sekutu

telah berpengalaman dalam Perand Dunia ke II dan keluar sebagai pemenang. Namun dalam

hal ini, Sekutu harus mengakui keunggulan pasukan Indonesia yang dipimpin langsung oleh

Soedirman (Sejarah DAM VII/Diponegoro, 1974:62).