A. Asma Bronkial

106
ASMA BRONKIAL ASMA BRONKIAL

Transcript of A. Asma Bronkial

  • ASMA BRONKIAL

  • Inflamasi kronik saluran napasHiperreaktif bronkus terhadap berbagai rangsanganPenyempitan saluran napas yang reversibel, baik secara spontan atau dengan pengobatan

    DEFINISI

  • MEKANISME

  • Alergen: 64,5 % Iritan (asap): 63,0 % Cuaca: 54,2 % Infeksi: 37,4 % Emosi: 33,6 %FAKTOR PENCETUS

  • Rinitis: 59,8 % Alergi Makanan: 9,4 % Alergi Obat: 8,3 % Dermatitis: 6,5 % Urtikaria: 4,7 %PENYAKIT PENYERTA

  • PATOGENESIS

  • Adanya inflamasi alergi saluran napas. Adanya hiperreaktivitas bronkus yang meningkat terhadap berbagai rangsangan. Adanya obstruksi saluran napas yang reversibel, membaik secara spontan atau dengan pengobatan.Adanya peningkatan respon saraf parasimpatisKerusakan epitel. Inflamasi kerusakan epitel penetrasi alergen & mediator inflamasi, iritasi ujung2 syaraf otonom PATOGENESIS

  • antigendendritic cellnaive T-lymphocyteTh-0Cell mediated immunity and Neutrophilic inflammationMediators of inflammation(eg. histamine, prostaglandins, leukotrienes, enzymes)Asthma SymptomsBronchial hyperesponsivenessAirway obstructionIL-12 IL-12 -IL-4, IL-13IL-9IL-3, IL-5IL4IL-3GM-CSF

    IgE Mast cells Basophilis Eosinophils(IFN- lymphotoxin, IL-2)Th-1 responseTh-2 responsePATOGENESIS

  • Mastosit, Sel epitel, Makrofag, Eosinofil, limfositLimfosit, Syaraf otonomrefleks aksonneuropeptida Mediator inflamasi, Kontraksi otot polos, KemotaksisRespon granulositosit, netrofil, eusonofil, basofil Mediator Inflamasi Edema saluran napasInfiltrasi seluler Fibrosis subepitelialSekresi mucusPermeabilitas mukosa dan vaskuler, shg menimbulkan hiperaktif Saluran nafasASMAAktivasi SelRangsangan IgE Mediated (alergen)Rangsangan Non IgE Mediated (virus, fisik, kimia, stres, dll)Mekanisme Inflamasi dan hiperreaktivitas bronkus

  • R/ penyakit: batuk, mengi, sesak napas atau adanya rasa berat didada, dengan pencetus. Pem fisik: ekspirasi memanjang, mengi,hiperinflasi, sampai asidosis.Spirometri: atau FEV1 20% dan atau PEF 20 %Uji provokasi bronkus: FEV1 20% atau 20 % PEF Sputum eosinofilEosinofil total dalam darah Thorak foto: normalAGD: hipoksemia, hiperkapnia, asidosis respiratorik

    DIAGNOSIS

  • Ditentukan oleh Frekuensi serangan Serangan asma malam Gangguan aktivitas Nilai faal paru (VEP1 atau APE) Variabilitas harianKLASIFIKASI

  • Gejala < 1 x/mg Gejala asma malam < 2 x/bln Serangan singkat tidak mengganggu aktivitas Nilai VEP1 atau APE > 80% nilai prediksi Variabilitas < 20% ASMA INTERMITTEN

  • Gejala > 1 x/mg tapi < 1 x/hr Gejala asma malam > 2 x/bln Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur Nilai APE / VEP1 > 80% nilai prediksi Variabilitas 20 30% ASMA PERSISTEN RINGAN

  • Gejala tiap hari Gejala asma malam > 1 x/mg Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur Nilai VEP1 atau APE > 60% tetapi < 80% nilai prediksi Variabilitas > 30% ASMA PERSISTEN SEDANG

  • Gejala berkepanjangan Eksaserbasi sering Gejala asma malam sering Aktivitas fisik terbatas Nilai APE / VEP1 < 60% nilai prediksi Variabiliti > 30% ASMA PERSISTEN BERAT

  • Classification of Severity Clinical Features Before Treatment

  • PENATALAKSANAAN

  • Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi penyakit Meningkatkan faal paru mendekati normal Mempertahankan faal paruTUJUAN

  • Menghindari efek samping obat Mencegah obstruksi yang ireversibel Mencegah kematian karena asma ASMA MENJADI TERKONTROL

  • Levels of Asthma Control GINA 2008

  • NON FARMAKOLOGI

    FARMAKOLOGIPENATALAKSANAAN

  • LANGKAH-LANGKAH PENATALAKSANAAN ASMAEDUKASI PENDERITA DAN KELUARGANYA TENTANG ASMA11

  • Masalah Edukasi Penyakit Asma :Mempelajari dan memahami pengertian dasar dari penyakit asmaMempelajari dan memahami faktor faktor pencetus serangan asma serta mengetahui cara mengendalikan lingkunganDapat menilai atau memantau berat / ringan penyakit asmanya dan berat / ringan serangan asmanya serta pengelolaan yang dianjurkan.Dapat memahami dan memantau pengobatan pencegahan asma jangka panjangMASALAH EDUKASI PENYAKIT ASMA

  • Dapat memahami dan melaksanakan rencana pengobatan emergensi untuk mengatasi serangan asma yang mendadak (eksaserbasi akut asma)

    6. Berlatih olahraga secara teratur untuk menaikkan kebugaran badan (physical fitness)

    7.Melakukan kontrol teratur kepada dokter pribadinya

    8. Mengendalikan stres agama

  • MENENTUKAN KLASIFIKASI ASMA2

  • MENGHINDARI FAKTOR PENCETUS3

  • MENGENALI FAKTOR PENCETUS AlergenNon alergen

    Menghindari iritasi (asap rokok, bau menyengat/tajam)Menghindari cuaca yang terlalu dinginMenghindari cuaca yang terlalu panasMenghindari aktivitas berlebihanJangan merokok

  • PENGOBATAN YANG OPTIMAL4

  • Dipakai saat seranganBersifat bronkodilatorInhalasi agonis beta-2 : salbutamol, fenoterol ( Berotec ), terbutalin Inhalasi antikolinergik : ipratropium bromide ( Atrovent ) Agonis beta-2 oral Derivat xantin

    OBAT PELEGA NAFAS

  • PRINCIPLES IN ASTHMA MANAGEMENT RELIEVER

  • Dipakai rutin setiap hari Anti inflamasi Bronkodilator kerja lamaOBAT PENGONTROL ASMA

  • CONTROLLERPRINCIPLES IN ASTHMA MANAGEMENT

  • Antiinflamasi paling poten Budesonide (Inflammide) Fluticasone Beclomethason

    KORTIKOSTEROID INHALASI

  • Dosis kecil Efek samping minimal Mobilisasi lendir Kerja langsung ,onset kerja cepat Kesalahan : koordinasi kurang dan tidak dihirupTERAPI INHALASI

  • PENGOBATAN ASMA INTERMITENOBAT PENGONTROLTidak perlu

    OBAT PELEGABronkodilator aksi singkatInhalasi agonis beta-2 bila perluPENGOBATAN ASMA INTERMITEN

  • PENGOBATAN ASMA PERSISTEN RINGANOBAT PENGONTROLInhalasi kortikosteroid < 500 g

    OBAT PELEGA NAPASBronkodilator aksi singkatInhalasi agonis beta-2 bila perlu

    PENGOBATAN ASMA PERSISTEN RINGAN

  • PENGOBATAN ASMA PERSISTEN SEDANGOBAT PENGONTROLINFLAMMIDE 200 1000 g + inhalasi agonis beta-2 kerja lama

    OBAT PENGONTROL LAININFLAMMIDE 500 1000 g + teofilin lepas lambat atau agonis beta-2 kerja lama oral atau antileukotrien

    OBAT PELEGABronkodilator aksi singkat ( BEROTEC )Inhalasi agonis beta-2 bila perluPENGOBATAN ASMA PERSISTEN SEDANG

  • PENGOBATAN ASMA PERSISTEN BERATOBAT PENGONTROLINFLAMMIDE > 1000 g + inhalasi agonis beta-2 kerja lama + satu atau lebih obat berikut bila perlu : Teofilin lepas lambat Antileukotrien Agonis beta-2 kerja lama oral Kortikosteroid oral

    OBAT PELEGABronkodilator aksi singkat ( BEROTEC )Inhalasi agonis beta-2 bila perluPENGOBATAN ASMA PERSISTEN BERAT

  • ASMA & RINITISTerapi topikal rinitis dengan kortikosteroid dan dekongestan mengurangi gejala asma pada kasus tersebut.

    Perbaikan rinitis dengan terapi topikal akan menurunkan kepekaan sal nafas bawah.

    Antihistamin pada terapi rinitis mengurangi gejala rinitis dan asma. ASMA DAN RINITIS

  • ASMA & HIPERTENSIEfedrin, adrenalin, penyekat non kardioselektif (propranolol) : KI untuk penderita asma dg hipertensi. Dianjurkan memakai bronkodilator dlm btk aerosol.Salbutamol, terbutalin prokaterol dan agonis B 2 peroral dosis rendah relatif aman. Steroid, hati-hati, sebaiknya bentuk aerosol.Reserpin, guanetidin dan metildopa msbb interaksi yang merugikan dg obat antiasma gol simpatomimetikReserpin dan guanetidin menyebabkan spasme bronkus. ASMA DAN HIPERTENSI

  • Hidralazin, minoksidil bila dikombinasi dg bronkodilator m palpitasi.

    Diuretika mengentalkan sputum (beri mukolitik & banyak minum).

    Ca antagonis aman.

    Ace inhibitor menimbulkan ESO batuk, dapat mencetuskan serangan asma.

  • ASMA & KEHAMILANPrevalensi 0,4-1,3%. Jika asma tidak dikendalikan menurunkan kadar O2 darah ibu O2 janin m msbb kematian janin, prematuritas dan BBLR.

    Obat yang aman: teopilin, aminophilin, efedrin, kromolin, kombinasi penobarbital, beclometason inhalasi, prednison, prednisolon dan hirokortison.

    Epinefrin msbb p sementara perfusi uterus shg menekan janin. Pada penelitian Perinatal Collaboratif Project didptkan peningkatan malformasi fetus bila diberikan 4 bln pertama ASMA DAN KEHAMILAN

  • Terbutalin, salbutamol efek relaksasi otot rahim, mencegah prematuritasBetametason & dexametason tidak dianjurkan karena tidak diinaktifasi oleh enzim plasenta.Metil prednisolon & prednison aman karena tidak menembus plasenta.Antihistamin (diphenhidramin, tripelenamin & CTM) aman.Secara umum obat oral dihindari pada trimester 1.Pada akut (asma attack) pengobatan = pengobatan tanpa hamil pilih preparat inhalasi/ nebulizer

  • ASMA & KELAINAN JANTUNGPenggunaan short acting inhalasi 2 agonis jarang menimbulkan takikardi dan hipoksia dibanding oral.

    Teopilin relatif aman, tp pada CHF clearance cenderung menurun.

    blocker pada iskemi heart disease KI absolut, Ca antagonis aman.ASMA DAN KELAINAN JANTUNG

  • ASMA & GASTRO OESOPHAGEAL REFLUXPenggunaan Bronkodilator (2 agonis dan teopilin) dapat meningkatkan refluk asam.

    Terapi antirefluk diberikan bila ada gejala, dg menggunakan PPI (omeprazol,lansoprazol dll).

    PPI lebih efektif dibandingkan dg H2 antagonis (Ranitidin, Simetidin).ASMA DAN GERD

  • ASMA & DMSecara umum penggunaan obat asma pada pasien DM aman.

    Hindari penggunaan steroid oral atau injeksi karena dapat meningkatkan gula darah.

    Bila sangat dibutuhkan pemberian steroid sistemik, gula darah harus diregulasi memakai obat Oral Anti Diabetes (OAD) dan atau insulin. ASMA DAN DM

  • KASUS 1ASMA + DM + RINITIS ALERGIKATn. S/ 52th, mulai berobat Mei 2005S: KU:sesak nafas disertai mengi yg btambah sering sjk 3bln ylRPP: sjk 3bln yl os sering kambuh sesak disertai mengi, frek serangan 3-4x/bln, terutama malam hr, batuk (+), dahak putih kental, fc pencetus emosi, cuaca dingin dan kegiatan jasmani. RPD: Rinitis sjk 1991, pencetus cuaca dingin. Asma sejak th 1995, kontrol tdk teratur.DM diketahui sejak Mei 2005RPK: Asma, rinitis dan DM dlm keluarga disangkal

  • O: TD sistole rata-rata 130-100 FVC 97 FEV1 82, BSN 244 BSPP 285, RO thorax normal, EKG normal

    15-12-2008: TD 120/80; ACT 19; APE 370 BSN 120 BSPP 151

    A. Asma Persisten Ringan (unkontrol) +DM type 2 NW (terkontrol)+Rinitis alergikaP. Berotec, inflamid (topikal nasal spray) Glucodex 1-0-0 Glucobay 3x50mg Retaphyl SR 1x1 Salbutamol 3x2mg Lansoprazol 1x30mg Interhistin 1x1

  • Grafik ACT Kasus 1

  • DISKUSI KASUS 1Terapi DM dg Glucodex (glikazid) dan glucobay (acarbose) pada umumnya aman untuk kondisi asma.

    Terapi asma Berotec inh (fenoterol) dan Inflamid (budesonid) aman untuk kondisi DM.

    Pada penderita asma dengan DM, kortikosteroid diberikan inhalasi dengan beberapa alasan yaitu dosis lebih kecil, kerja obat lebih cepat, tepat sasaran, efek samping lokal dan sistemik lebih sedikit dibandingkan pemberian oral atau parenteral.

  • Terapi rinitis alergika dg Interhistin (mebhidrolina napadisilat) dapat mengurangi gejala rinitis, dengan perbaikan rinitis kepekaan sal nafas bgn bwh juga menurun sehingga mengurangi simptom asma.

  • KASUS 2ASMA + HIPERTENSI + JANTUNGTn. S/ 53th, mulai berobat Sept 07S: KU: sesak nafas disertai mengi yang semakin sering sjk 4 bln yl.RPP: Sjk 4bln yl os sering sesak disertai mengi, frek 4-6x/bln, sesak lbh hebat mlm hr, batuk ada, dahak putih kental, fc pencetus debu, cuaca dingin dan batuk. Wkt paling lama tanpa serangan 5hr. 9 hr sblm kontrol, sesak kambuh, disertai mengi, dada berdebar-debar, os dibawa ke RS dinebulizer kmdn dirawat.

  • RPD: asma sejak th 1994, kontrol tidak teratur. Hipertensi diketahui sejak 1997R/ Kebiasaan: merokok sjk 1970, 1 bks/hr, mulai berkurang sjk kena asma dan berhenti 1995RPK: asma, alergi & hipertensi dalam keluarga disangkal

    O: TD sistole 180-130 FVC 57 FEV1 67, ACT 15-19, TB 160cm, BB 48kg, Ro Thorax cardiomegali, EKG (wkt dirawat LVH + VES maligna)

    A: Asma Persisten sedang + Hipertensi stg 2 + VES maligna + HHD kompensata

  • P. Berotec, Inflamid Tiaryt (amiadaron) 2x 100mg Aspilet 1x80mg Adalat oros 1x30mg Valsartan 1x80mg HCT 1x25mg Lansoprazol 1x30mg Teopillin 3x150 Salbutamol 3x2mg Metil Prednisolon 2x4mg ( juni 08 MP 1x4mg, stop diberikan Agt 08)

  • Tgl 6-4-2009S: nyeri ulu hati, batuk (+) dahak putih kental, sesak 3-4x/bln, kadang jantung rasa bdebar tidak karuan. O: TD: 150/90mmHg, N 88x/mnt irreguler, ACT 19APE 230.P: Berotec, inflamid 3x1 puff Retaphyl SR 1x1 Salbutamol 3x2mg Adalat oros 1x30mg Valsartan 1x80mg Tiaryt 1x1/2 Lansoprazol 1x30mg OBH 3x1C

  • Grafik ACT Kasus 2

  • DISKUSI KASUS 2Yang berperanan dlm terjadinya relaksasi otot bronkus adl siklik 3,5 AMP. Atas pengaruh adenilsiklase (yg diaktifkan oleh rangsang agonis reseptor ) ATP diubah menjadi 3,5 AMP dan 3,5 AMP diubah menjadi 5 AMP atas pengaruh enzim fosfodiesterase.

    Bronkodilatasi dpt terjadi dg pemberian adrenoreseptor agonis, antikolinergik dan metilsantin (Teopilin, aminophilin) yg menghambat enzim fosfodiesterase.

  • Amiadaron sebagai antiaritmia bekerja dg cara menghambat sal natrium, selain itu jg penghambat sal kalsium yang lemah dan inhibitor adrenoreseptor .

    Pemberian metilprednisolon oral pd pasien ini ( 1 th) kurang tepat karena dpt m tekanan darah.

    Pemberian diuretik (HCT) menyebabkan sputum menjadi kental, shg bila diberikan perlu dikombinasi dg mukolitik atau ekpektoran.

  • KASUS 3ASMA + KEHAMILANNy. S/ 28th, MRS 3-4-09 pk 23.30S: KU: sesak nafas disertai mengi sjk 6 jam yl.KT: mau melahirkan.RPP: Sjk 6 jam yl os mengeluh sesak disertai mengi, batuk ada, dahak putih kental, demam (-). Os juga mengeluh perut sering mules,os sedang hamil anak ke 2, usia kehamilan 9 bulan.

    RPD: Asma sejak kelas 2 SD, jarang kambuh, os tidak kontrol. Fc pencetus batuk, debu dan cuaca dingin, bila kambuh os minum Komix atau Napacin. Terakhir kambuh 3 bln yl

  • O: KU sedang, sens CM, TD 130/90mmHg, N 110x/mnt reguler I/T cukup, RR 38x/mnt, T 36,3 KS: Kepala: Konjungtiva pucat (-), ikterik (-)Leher: JVP (5-2) cmH2OThorax: Cor: murmur (-), gallop (-) Pulmo: eksp memanjang, Rhonki (-), Whezing ekspirasi(+).Abd: BU(+)N, H/L tt, fundus uteri 3 jari bwh xiphisternum.Extr: edema (+)OBGIN: pembukaan 2-3

  • A. Asma Attack sedang + G2P1A0 hamil aterm inpartu janin tunggal hidup preskep

    P. Nebulizer dg ventolin 2x Metilprednisolon inj 125mg (sesak reda, whezing masih ada) Dilanjutkan dg: IVFD D5 500cc + 2 amp aminophilin gtt XX/mnt mikro Metilprednisolon inj 1x125mg

    Tgl 4-4-2009 pk 12.30S: Sesak kembali bertambah hebatO: TD 130/80, N 102x/mnt reguler, RR 32x/mnt, T 36,0Pem. OBGIN: pembukaan 9

  • P. Nebulizer 2x dg Ventolin (sesak hilang, whezing (-), drip aminophilin tetap dilanjutkan Metilprednisolon inj sudah diberikan pk 09

    Pk. 15.30 pembukaan lengkap, os melahirkan pervaginam dg forcep, bayi laki-laki sehat, BB 2800gr. PF: whezing eksp (+) Th/ asma: aminopilin drip, Metilprednisolon 3x4mg

    Tgl 6-4-2009S: sesak (-) O: Ves + N, Ronki (-), Whezing (-)Th/ Aminopilin drip stop, teophilin 3x150mg tab, metilprednisolon 3x4mg tab.

  • DISKUSI KASUS 3Salbutamol mempunyai efek relaksasi pada otot rahim.

    Pasien ini mengalami 2x episode attack sehingga mendapat nebulizer salbutamol 4x diduga menyebabkan kala 2 memanjang, dari pembukaan 2 sampai pembukaan lengkap perlu wkt 16 jam.

    Salbutamol tdk berefek buruk pada janin kecuali takikardi.

  • PENATALAKSANAAN EKSASERBASI AKUT5

  • EKSASERBASI AKUT Cara nebulisasi lebih disukai Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat : fenoterol (BEROTEC) Inhalasi anti kolinergik : ipratropium (ATROVENT ) Inhalasi salbutamol + ipratropium (COMBIVENT UDV)

  • COMBIVENT UDV Kombinasi 2 bronkodilator dalam 1 UDV :2.5 mg Salbutamol0.5 mg Ipratropium bromida

    1 vial berisi 2.5 ml larutan inhalasi Indikasi untuk serangan asma pada dewasa dan anak Dosis 3-4 vial perhari

  • Pengelolaan serangan asma di rumah

    Penilaian beratnya serangan:Batuk, sesak nafas, mengi, otot pernafasan tambahan, retraksi suprasternal, dan gangguan tidur. APE < 80% perkiraan.Pengobatan awal:Inhalasi agonis 2 kerja singkat tidak lebih dari 3 kali dalam 1 jam.(Pasien dengan risiko tinggi berupa asthma related death harus menemui dokter segera setelah mendapat pengobatan awal)Respon tidak sempurna bila..Respon baik bila Respon buruk bila Gejala berkurang setelah pengobatan awal dan tidak terjadi serangan ulang selama 4 jamAPE > 80% perkiraanTindakan:2 agonis diteruskan tiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Hubungi dokter untuk instruksi lebih lanjut.Gejala berkurang tapi timbul lagi dalam waktu kurang dari 3 jam setelah pengobatan awal.APE 60-80% perkiraanTindakan:Tambahkan tablet atau sirup kortikosteroidTeruskan 2 agonisHubungi dokter segera untuk minta petunjuk.Gejala menetap atau memburuk walaupun telah mendapat peng-obatan awal dengan 2 agonisAPE < 60% perkiraanTindakan:Tambahkan tablet atau sirup kortikosteroidUlangi pemberian 2 agonis Secepatnya dibawa ke unit gawat darurat di rumah sakit.

  • Penilaian Pertama : Tentukan berat ringannya serangan asma Penanganan Permulaan : Inhalasi short acting -2 agonist dengan nebulisasi, 1 dosis selama 20 dlm 1 jam. Oksigen untuk mencapai saturasi 0 90% (95% pada anak-anak) Kortikosteroid sistemik, jika tidak ada respons segera atau jika ada pasien baru mendapat steroid per oral, atau jika serangan asmanya berat Sedasi merupakan kontra indikasi pada penanganan serangan akut / eksaserbasiUlangi PenilaianSerangan Asma Sedang : APE 570% dari nilai yang diperkirakan nilai terbaik Pemeriksaan fisik Asma sedang, otot bantu Inhalasi Agonis - 2 setiap 60 Pertimbangkan kortikosteroid Ulangi pengobatan 1 3 jamSerangan Asma Berat : APE < 50% nilai terbaik Pemeriksaan fisik sama berat saat istirahat Riwayat pasien resiko tinggi Inhalasi Agonis -2 tiap jam atau kontinue inhalasi anti kolinergik Oksigen Kortikosteroid sistemik Pertimbangan Agonis - 2 sc, IM atau IVPengelolaan Serangan Asma di Rumah Sakit Menurut GINA

  • Respon Baik Respon selama 60 sesudah terapi terakhir Pemeriksaan fisik normal, APE > 70% Tidak ada distressSaturasi O2 > 90% (anak 95%)Respon tdk baik dlm 1-2 jam Riwayat pasien risiko tinggi Pem.fisik : gejala ringan / sedang APE > 50%, tapi < 70 % Saturasi O2 tidak membaikRespon Buruk dlm 1 jam Riwayat : risiko tinggi Pemeriksaan fisik : Asma berat, mengantuk APE < 30% PCO2 > 45 mmHg PO2 < 60 mmHgDipulangkan :Lanjutkan pengobatan & Agonis - 2 inhalasi Pertimbangkan kortikosteroid oral (pd kebanyakan pasien) Pendidikan pasien Minum obat secara benar Tinjau lagi rencana kerja (action plan) Tindak lanjut pengobatan yg ketatDirawat di RS (ruang biasa) Inhalasi agonis - 2 inhalasi antikolinergik Kortikosteroid Oksigen Pertimbangan Aminofilin IV Pantau APE, saturasi O2, nadi, teofilinRawat di ICU : Inhalasi Agonis - 2 antikolinergik Kortikosteroid IV Pertimbangkan Agonis -2 Sc, IM dan IV Intubasi dan ventilasi mekanik

  • PerbaikanTidak ada perbaikanDipulangkan Jika APE 50% dan terus menerus dalam pengobatan peroral / inhalasiMasuk ICUJika tidak ada perbaikan dalam 6 12 jam

  • KONTROL PENGOBATAN BERKALA6

  • IDENTIFIKASI PERBURUKAN PENYAKIT

  • PEMERIKSAAN FAAL PARU Evaluasi pengobatan Menentukan prognosis

  • EVALUASI PENGOBATAN Nilai tiap 3 bulan Tambahkan / kurangi obat

  • MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DENGAN LATIHAN/OLAHRAGA7

  • SEKARANGPrimerSekunderTersierDULUPrimerSekunder

    Pencegahan asma

  • AlergenSensitasi (& IgE)GejalaInjuryPencegahan PrimerPencegahan Sekunder(mengontrol faktor yg menimbulkan gejala)Dulu

  • AlergenSensitasi (& IgE)GejalaInjuryPencegahan Primer (Impermeable matrres cover, probiotic, premarital counceling, genetic engineering)Pencegahan SekunderPencegahan Tersier (mengontrol faktor yg menimbulkan gejala) sesuai GINASekarang

  • AlergenSensitasi (& IgE)GejalaDermatitis AtopiAsmaPencegahan Primer (Impermeable matrres cover, probiotic)Pencegahan SekunderETAC / EPAAC

  • AlergenSensitasi (& IgE)GejalaRinitis AlergiAsmaPencegahan Primer (Impermeable matrres cover, probiotic)Pencegahan SekunderImunoterapi

  • The Role of Eosinophils in Allergic Inflammation.

  • AllergenIrritansCold airExerciseBronchial mast cellT-lymphocyteAlveolar macrophageEpithelial cellMediatorsAcuteBronchoconstrictionEosinophil and neutrophil migrationEpithelial damageAirway edemaRelease Mucus hyper secretion Hyper responsiveness of bronchial smooth muscle

  • Faktor-faktor risikoLingkungan pre- dan perinatalDeterminan antenatalAlergen indoor dan outdoorPerubahan diet ObesitasInfeksi virus sal. napas atas Bronkiolitis akut usia diniPolusi udara

  • Penatalaksanaan Asma Sesuai dengan Metode GINA (Global Initiative For Asthma)Diwaktu seranganDiluar serangan

  • Penatalaksanaan asma diwaktu serangan

  • Penatalaksanaan asma diluar serangan (di praktek sehari-hari)

  • Strategi pencegahanTDR (impermeable mattresses cover)Imunoterapi (potensial mencegah terjadinya asma pd rinitis alergi)Antihistamin (ETAC, EPAAC)Probiotik

  • Shift from Th2 to Th1-like Response After Immunotherapy010203040506070Before SITAfter 3 MonthsAfter 12 MonthsSource: Ebner et al. Clin Exp Allergy 1997

  • Probiotik Pencegahan primerProbiotics in primary prevention of atopic disease: a randomized placebo-controlled trialDiberikan kepada ibu bbrp mgg pd akhir kehamilan dan selama memberikan asi menurunkan kejadian DA

    Kalliomaki M, Salminen S, Arvilommi H, Kero P, Koskinen P, Isolauri E.Lancet 2001;357:1076-9

  • SimpulanPrevalensi penyakit alergi terus meningkatBanyak faktor telah diketahui berperanBerbagai strategi dalam penanganan penyakit alergi telah dikembangkan Belum ada cara tunggal yang dapat diaplikasikan dalam penanganan penyakit alergiSensitasi penyakit alergi sudah dimulai pada usia sangat dini, sehingga upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin pulaAsma perlu dicegah baik primer, sekunder maupun tersier

  • SEVERITY OF ASTHMA EXACERBATIONS

  • Management Approach Based On Control

    Menurut konsep GINA, asma diklasifikasikan menjadi 4 derajat berdasarkan berat ringannya asma. Penbedaan ini didasarkan pada gejala klinis, gejala asma, nokturnal (asma malam hari) dan pemeriksaan faal paru.Definition of preventionPrimer: mencegah sensitasi/ risiko onset penaykitSec: to prevent the deterioration of dis. through a number of measures including: early diagnosis, treatment, allergen avoidance and patient educationTertiary: rehabilitation

    New Paradigms in Atopy Prevention. IOA-Workshop Febr. 2003

    Definition of preventionPrimer: mencegah sensitasi/ risiko onset penaykitSec: to prevent the deterioration of dis. through a number of measures including: early diagnosis, treatment, allergen avoidance and patient educationTertiary: rehabilitation

    New Paradigms in Atopy Prevention. IOA-Workshop Febr. 2003

    Definition of preventionPrimer: mencegah sensitasi/ risiko onset penaykitSec: to prevent the deterioration of dis. through a number of measures including: early diagnosis, treatment, allergen avoidance and patient educationTertiary: rehabilitation

    New Paradigms in Atopy Prevention. IOA-Workshop Febr. 2003

    Definition of preventionPrimer: mencegah sensitasi/ risiko onset penaykitSec: to prevent the deterioration of dis. through a number of measures including: early diagnosis, treatment, allergen avoidance and patient educationTertiary: rehabilitation

    New Paradigms in Atopy Prevention. IOA-Workshop Febr. 2003

    Let me show you just one bar chart illustrating how this theory works when treating asthma with immunotherapy.These patients were treated for at least one year with specific immunotherapy or SIT, and you can see a dramatic shift from an allergic TH2 response toward a healthy TH1 response after one year of treatment.Because immunotherapy can change the immune system response and development, it can halt the progression of allergies that can evolve into asthma.Press space barSOURCE: Ebner et al. Immunological changes during specific immunotherapy of grass pollen allergy. Clin Exp Allergy. 1997 Sep; 27(9):1007-1015.Probiotik atau plasebo diberikan kepada 159 ibu yg sedang mengandung 4 mgg terakhir kehamilan dan selama memberikan asi sampai 6 bln. Bila asi dihentikan sebelum 6 bln, kepada bayi diberikan probiotik artau plasebo.Frekuensi dermatitis atopi pd yg mendapat probiotik mengurang 50% dibanding dgn yg mendapat plasebo ( 15 dari 64 atau 23% dan 31 dari 68 atau 46%) pd usia 2 thn.Mekansime:Probiotik memacu produksi TGF-2 yg meningkatkan produksi IgA pd bayi. TGF-2 dapat ditemukan dlm a.s.i. Meskipun probiotik menunjukkan proteksi, namun tidak menunjukkan efek thd SPT dan IgE serum. TGF- diketahui sbg sitokin yg memacu toleransi.