A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI...

18
BAB IV ANALISIS A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI LARANGAN KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE Pengaturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee merupakan produk pada era 60-an. Pada saat pembuatan peraturan tersebut, keadaan sarana dan prasana saat itu jauh berbeda dengan keadaan sarana dan prasarana saat ini. Pasal 10 UUPA merupakan dasar dari larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee di Indonesia dan diatur lewat aturan pelaksanaannya PP No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian ( telah diubah dan ditambah dengan PP No. 41 Tahun 1964). 1 Pasal 10 UUPA mengatur sebagai berikut: “setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya di wajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.” Sedangkan dalam Pasal 3 ayat (1) PP No 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian yang mengatur sebagai berikut : “Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut”. Selanjutnya Pasal 3d PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No. 41 Tahun 1964 berbunyi sebagai berikut : “Dilarang untuk melakukan semua bentuk memindahkan hak baru atas tanah pertanian yang mengakibatkan pemilik tanah yang bersangkutan memiliki bidang tanah di luar Kecamatan di mana ia bertempat tinggal” 1 http://ojs.unud.ac.id di unduh pada tanggal 24 Juli 2013

Transcript of A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI...

Page 1: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

BAB IV

ANALISIS

A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI LARANGAN

KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE

Pengaturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee

merupakan produk pada era 60-an. Pada saat pembuatan peraturan tersebut, keadaan

sarana dan prasana saat itu jauh berbeda dengan keadaan sarana dan prasarana saat

ini.

Pasal 10 UUPA merupakan dasar dari larangan pemilikan tanah pertanian

secara absentee di Indonesia dan diatur lewat aturan pelaksanaannya PP No. 224

Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian (

telah diubah dan ditambah dengan PP No. 41 Tahun 1964).1

Pasal 10 UUPA mengatur sebagai berikut:

“setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya di wajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.”

Sedangkan dalam Pasal 3 ayat (1) PP No 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan

Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian yang mengatur sebagai berikut :

“Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut”.

Selanjutnya Pasal 3d PP No. 224 Tahun 1961 jo. PP No. 41 Tahun 1964 berbunyi

sebagai berikut :

“Dilarang untuk melakukan semua bentuk memindahkan hak baru atas tanah pertanian yang mengakibatkan pemilik tanah yang bersangkutan memiliki bidang tanah di luar Kecamatan di mana ia bertempat tinggal”

1 http://ojs.unud.ac.id di unduh pada tanggal 24 Juli 2013

Page 2: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Dari ketentuan diatas terdapat beberapa esensi yang merupakan ketentuan dari

larangan kepemilikan tanaah pertanian secara absentee, antara lain:2

1. Pemilik tanah pertanian wajib mengerjakan tananhnya secara aktif.

2. Pemilik tanah pertanian wajib bertempat tinggal di Kecamatan tempat letak

tanahnya.

3. Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar Kecamatan tempat

letak tanahnya, wajib mengalihkan hak atas tanahnya atau pindah ke

Kecamatan letak tanah tersebut.

4. Dilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

orang atau badan hukum yang bertempat tinggal atau berkedudukan di luar

Kecamatan tempat letak tanahnya.

5. Larangan pemilikan tanah secara absentee hanya mengenai tanah pertanian.

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bapak Kustadi, SH., M.Hum.,

mengatakan bahwa filosofi dasar diadakannya larangan kepemilikan tanah pertanian

secara absentee pada kala itu adalah agar tanah pertanian dapat digunakan secara

produktif oleh pemiliknya. Untuk itu, bila di miliki oleh orang yang tempat tinggalnya

di luar kecamatan tempat letak tanah tersebut maka akibatnya pengolahan tanah tidak

akan produktif. Selain itu untuk mensejahterakan warga sekitar dimana letak tanah

tersebut. Filosofi larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee ini merupakan

perwujudan dari satu salah tujuan UUPA itu sendiri yaitu alat untuk membawakan

kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat tani

dalamrangka masyarakat yang adil dan makmur.

2 http://denbagusrasjid.wordpress.com/2010/09/04/kepemilikan-tanah-absentee-dan-landreform-di-

indonesia/ di unduh pada tanggal 21 Mei 2013

Page 3: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Pada kenyataan saat ini filosofi mengenai larangan kepemilikan tanah pertania

secara absentee sudah berubah. Sekarang pemilik tanah absentee kebanyakan

berprofesi sebagai pegawai swasta bukan petani. Dan tempat tinggal pemiliknya

berada diluar kecamatan dimana letak tanah tersebut. Namun demikian, hal ini tidak

mempengaruhi tingkat produktifitas untuk pengolahan tanah tersebut. Tanah tetap

dapat dikerjakan secara produktif oleh penduduk di sekitar letak tanah. Pemilik tanah

juga dapat mengolah tanah tersebut walaupun letak tanah diluar kecamatan tempat

tinggalnya karena adanya kemudahan alat transportasi.

Pada era dibuatnya peraturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian

secara absentee, sarana dan prasana pada saat itu belum semaju dan secanggih pada

era sekarang, sehingga kepemilikan tanah pertanian secara absentee dilarang, karena

pemilik tanah tidak dapat mengerjakan tanah pertaniannya secara aktif dan efisien

sehingga hasil pertaniannya tidak akan optimal. Melihat perkembangan teknologi dan

trasportasi saat ini, jarak tidak menjadi masalah untuk mengerjakan tanah pertanian

yang letaknya diluar kecamatan pemilik tanah tersebut. Sehingga jarak yang jauh

sekalipun para pemilik tanah dapat mengerjakan tanahnya secara aktif.

Sedangkan dilihat dari teori yang di kemukakan oleh Hans Kelsen yaitu Teori

Hukum Murni dimana hukum adalah hukum. Peraturan mengenai larangan

kepemilikan tanah pertanian secara absentee diciptakan pemerintah dengan tujuan

yang pastinya untuk mensejahterakan msyarakatnya, tetapi untuk saat ini peraturan

tersebut sudah tidak sesuai lagi diterapkan dimasyarakat pada waktu saat ini.

Sedangkan jika peraturan ini akan dirubah agar sesuai dengan kondisi pada saat ini,

akan mengakibatkan perubahan yang besar sehingga hal ini sulit untuk dilakukan.

Karena dalam teori yang di kemukakan oleh Hans Kelsen pada intinya adalah apa itu

hukum bukan bagaimana hukum itu semestinya ada.

Page 4: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Namun pada saat ini masyarakat secara tidak langsung sudah melakukan

intepretasi terhadap peraturan ini. Misalnya dengan rasa sungkan yang dimiliki aparat

desa kepada pemilik tanah absentee, pemilik tanah enggan mengalihkan tanah

absentee kepada orang di daerah tempat letak tanahnya, belum diprosesnya sertifikasi

tanah absentee ke BPN. Melihat dari sini peraturan mengenai larangan absentee ini

telah dilanggar oleh masyarakat Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Banyumas

walaupun pelanggaran ini terjadi secara tidak penuh.

Dilihat dari segi hak perseorangn atas tanah, peraturan mengenai larangan

kepemilikan tanah pertanian secara absentee ini sejatinya melanggar hak tersebut.

Hak perseorangan atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang

haknya untuk memakai, dalam arti menguasai, menggunakan, dan atau mengambil

manfaat dari bidang tanah tertentu.3 Peraturan mengenai larangan kepemilikan tanah

pertanian secara absentee ini merampas hak seseorang atas apa yang menjadi

miliknya, perampasan hak ini tidak diperbolehkan karena termasuk dalam

pelanggaran HAM.

Dari uraian diatas terlihat bahwa filosofi dibuatnya larangan kepemilikan

tanah pertanian secara absentee pada saat itu telah mengalami perubahan serta melihat

teori hukum murni dari Hans Kelsen, saat ini pemerintah seharus melakukan

Penafsiran teleologis (sosiologis). Penafsiran sosiologis merupakan penafsiran yang

dilakukan dengan memperhatikan maksud dan tujuan dari undang-undang tersebut.

Penafsiran sosiologis dilakukan karena terdapat perubahan di masyarakat, sedangkan

bunyi undang-undang tidak berubah.4 Supaya dapat menciptkan kesejahteraan serta

kepastian hukum bagi masyarakatnya.

3 http://hasyimsoska.blogspot.com di unduh pada tanggal 18 September 2013. 4 http://www.jurnalhukum.com di unduh pada tanggal 18 September 2013.

Page 5: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

B." ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

PEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA ABSENTEE.

Dari paparan penelitian tersebut maka di peroleh pemahaman bahwa terdapat

sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara

absentee. Faktor-faktor tersebut adalah:

1." Pindah Tempat Tinggal.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kepemilikan tanah

tertanian secara absentee adalah pindah tempat tinggal. Pindah tinggal di sini

menjadi masalah apabila pemilik tanah pertanian pindah keluar kecamatan dimana

letak tanahnya berada. Dari hasil penelitan yang sudah dilakukan pemilik tanah

pindah tempat tinggal disebabkan karena:

a. Untuk memperlancar usahanya.

b. Mengikuti suami/istrinya.

c. Karena pindah tempat kerja (swasta).

Pemilik tanah sebenarnya tidak menghendakinya terjadinya kepemilikan tanah

pertanian secara absentee. Dia menjadi pemilik tanah pertanian secara absentee

karena terpaksa harus pindah tempat tinggal untuk memperlancar usahanya.

Dengan kepindahan mereka tidak lantas tanahnya ikut di alihkan, mereka tetap

memiliki tanah tersebut. Hal ini di temukan di Desa Balesari Kecamatan Bansari

dan juga di Desa Karanggintung Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.5

2." Pewarisan

Pewarisan sebenarnya menjadi peristiwa hukum yang lumrah terjadi

dimana-mana di setiap keluarga. Dengan diterimanya warisan dari orang tua

kepada ahli waris, maka ahli waris yang mendapatkan warisan ingin melestarikan

5 Mintarsih Sri Kuntarti, Op. Cit. Hal: 67-68.

Page 6: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

peninggalan orang tuanya, tanah warisan tersebut tetap dimiliki ahli waris. Banyak

orang beranggapan bahwa menjual warisan itu tidak baik, maka dari anggapan itu

banyak ahli waris yang enggan untuk menjual atau pengalihkan tanahnya kepada

orang lain.

Pewarisan biasanya jarang sekali yang segera diikuti dengan pembagian

warisan dalam tenggang waktu satu tahun sejak kematian pewarisnya hal itu

disebabkan karena adat kebiasaan di masyarakat, dan adanya perasaan tidak etis

bila ada kehendak untuk segera membagi-bagikan harta warisan sebelum

selamatan 1000 hari kematian pewaris.6 Para ahli waris umumnya menyatakan

ingin tetap memiliki tanah warisan itu sebagai penompang kehidupan di hari tua.

Kehendak merantau bagi mereka adalah untuk memperbaiki kehidupannya, dan

setelah tua mereka ingin menghabiskan sisa hidupnya di daerah asalnya.

Akan tetapi peristiwa hukum ini menjadi penting diperhatikan sehubungan

dengan adanya larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee, apalagi jika

ahli warisnya berada jauh di luar kecamatan letak tanah pertanian tersebut berada.

Kepemilikan tanah pertanian secara absentee itu sebenarnya bisa dihindari dengan

ahli waris itu pindah ke kecamatan di mana tanah warisan itu berada, atau tanah

warisan itu dialihkan kepada penduduk yang berdomisili di kecamatan itu.

Tanah pertanaian yang dimiliki oleh ahli waris yang tinggal diluar

kecamatan letak tanahnya biasanya pengerjaan tanah warisannya akan diserahkan

kepada penduduk setempat atau saudaranya yang berada di tempat letak warisan

tersebut. Dengan begitu maka tanah tersebut tidak terlantar dan hasilnya pun akan

6 Ariska Dewi, Op. Cit, hal: 96

Page 7: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

di nikmati oleh penduduk setempat. Hal ini di temukan di desa Balesari

Kecamatan Bansari juga di Desa Tumiyang Kabupaten Banyumas.7

3." Jual Beli

Jual beli merupakan salah satu cara yang di gunakan sebagian orang untuk

memperoleh tanah pertanian secara absentee. Fakta yang di temukan di desa

Balesari dan desa Tumiyang, modus yang di gunakan dalam jual-beli tanah

pertanian yang menyebabkan tanah menjadi absentee adalah dengan cara

meminjam nama orang lain yang berdomisili di mana letak tanah tersebut berada.

Pembeli biasanya menunjuk seseorang yang dipercaya yang merupakan penduduk

dimana letak tanah tersebut berada. Kemudian setelah transaksi jual-beli serta

sertifikat tanah tersebut keluar maka sertifikat akan di pegang oleh pembeli dan

warga yang dipinjam namanya akan diberikan imbalan yang sebelumnya telah

mereka perjanjikan.8

Sedangkan di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden jual-beli tanah

pertanian dilakukan dengan cara jual-beli tanah di bawah tangan. Jual-beli

dibawah tangan ini dilakukan hanya antara pembeli dan penjual (pemilik tanah) di

depan Kepala Desa dengan di hadiri oleh para saksi, kerabat, tetangga dan mereka

yang tanahnya berbatasan dengan tanah yang akan di jual.9 Peralihan hak atas

tanah dibawah tangan ini dilakukan dengan suatu perjanjian yang di buat di atas

kwitansi yang diberi materai atau kertas segel yang di dalamnya dituangkan

perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang harus ditandatangani oleh para

pihak dan saksi-saksi. Alasan melakukan jual-beli dibawah tangan itu adalah:

a. Karena mudah pelaksanaanya.

7 Mintarsih Sri Kuntarti, Op. Cit., hal: 73. 8 Hasil wawancara dengan Sekdes Balesari Bapak Khanafi tanggal 5 Maret 2013. 9 Ariska Dewi, Op. Cit, hal: 74

Page 8: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

b. Biaya lebih murah dibandingkan dengan jual-beli yang dilakukan di

depan PPAT.

c. Pelaksanaanya cepat dan tidak berbelit-belit.

4." Kemampuan Ekonomi

Sebagian besar penduduk desa Balesari berprofesi sebagai petani. Hasil

pertanian merupakan sumber utama pendapatan mereka. Dari hasi pertanian

mereka dapat menopang hidup mereka. Namun saat ini, hasil yang didapatkan dari

hasil pertanian tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Harga hasil

pertanian yang naik turun tidak menentu menyebabkan penghasilan mereka sering

minus dari biaya pengeluaran untuk pengelolaannya. Faktor cuaca juga

mempengaruhi hasil panen para petani, cuaca ektrim sering kali membuat gagal

panen.

Ada sebagian petani yang tidak mempunyai biaya untuk mengolah

tanahnya sehingga ada sebagian pemilik tanah lebih memilih untuk yang menjual

tanah miliknya kepada orang lain beralih menjadi buruh tani. Setelah mereka

beralih menjadi buruh tani maka pemilik tanah yang baru akan membiayai segala

keperluan dari pengolaan tanahnya tersebut. Hasil pertaniannya akan dibagi sesuai

dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Menurut mereka hasil

pertanian yang dihasilkan semakin meningkat daripada sebelum tanah tersebut di

jual.

5." Investasi

Pada jaman sekarang ini banyak orang yang beranggapan kalau tanah

merupakan investasi yang paling menguntungkan. Tanah saat ini menjadi incaran-

incaran para pengusaha untuk memperluas usaha mereka. Apalagi tanah

merupakan benda yang sejatinya tidak memerlukan suatu perawatan yang khusus.

Page 9: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Maka dari itu ada banyak orang terutama orang-orang kaya ingin memiliki

tanah sebanyak-banyaknya dijadikan sebagai investasi. Untuk memperoleh tanah-

tanah tersebut mereka tidak menghirauakn adanya larangan kepemilikan tanah

pertanian secara absentee. Asal mereka suka dengan letak tanah serta harganya

maka dengan segera mereka akan membelinya. Dengan begitu ini akan

menyebabkan kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Hal ini di temukan di

Desa Balesari juga di Desa Ledug Kecamatan Kembaran.

6." Kemudahan yang diberikan oleh Aparat desa

Mengenai persoalan dan permasalahan tanah absentee, sebenarnya

keberadaan Camat/Kepala Desa sangat berperan dalam membantu terlaksananya

ketentuan masalah tanah absentee. Misalnya aparat desa dan kecamatan dianggap

sebagai penyebab terjadinya pemilikan KTP ganda sehingga menyebabkan adanya

peralihan tanah pertanian pada pihak lain yang secara fisik tidak bertempat tinggal

di kecamatan yang sama tetapi secara materiil telah sah adanya jual beli tanah

tersebut.

Ternyata pemilikan KTP ganda ini sulit untuk dipantau karena dari Kantor

Pertanahan sendiri tidak dapat mengetahui secara pasti apakah KTP itu asli atau

palsu. Pada prinsipnya Kantor Pertanahan hanya memproses berkas yang sudah

memenuhi syarat formal yaitu salah satunya dengan adanya bukti identitas dari

pemilik tanah yang bersangkutan. Sehingga hal tersebut berakibat banyaknya

tanah-tanah absentee yang terselubung. Hal ini di temukan di Desa Rempoah

Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.10

10 Ariskha Dewi, Op. Cit., hal: 83.

Page 10: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Selain itu karena adanya hubungan baik antara aparat desa dengan pemilik

tanah absentee. Biasanya pemilik tanah absentee adalah orang yang berada

sehinga sungkan untuk menolaknya, menyebabkan lancarnya proses pemilikan

tanah absentee. Pertolongan kepala desa terhadap pihak luar ataupun bekas

warganya misalnya dengan mengakui bekas warganya adalah penduduk desanya,

sangat mendukung terjadinya pemilikan tanah absentee. Hal ini ditemukan di

Desa Balesari Kecamatan Bansari dan juga di Desa Karanggintung Kecamatan

Sumbang Kabupaten Banyumas.

7." Adanya kepedulian kepada saudara di desa.

Pada jaman dulu mempunyai anak banyak adalah hal yang biasa. Biasanya

dari sekian banyak anak tersebut ada sebagian yang enggan jadi petani dan

memilih untuk menjadi pekerja di kota. Orang-orang yang kerja di kota inilah

yang kemudian mempunyai tanah-tanah pertanian secara absentee didesanya.

Pemilik tanah yang mempunyai tanah diluar kecamatan dimana dia berada,

apabila dia mempunyai tanah absentee mereka cenderung untuk menyerahkan

penggarapannya kepada saudara mereka. Karena menurut pemikiran pemilik

tanah absentee ini selain agar tanahnya tidak terlantar mereka juga ingin

meningkatkan perekonomian saudara-saudara mereka yang ada didesa tersebut

agar mereka mempunyai pekerjaan. Hal ini ditemukan di Desa Balesari

Kecamatan Bansari.

8." Pertambahan penduduk.

Manusia hidup di bumi ini salah satu tujuannya adalah untuk

menghasilakn keturunannya. Dengan begitu semakin lama pertambahan penduduk

Page 11: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

akan semakin bertambah. Kebutuhan akan tempat tinggal pun otomatis juga akan

semakin meningkat. Untuk itu diperlukan daerah-daerah yang akan digunakan

untuk perumahan dan hal yang demikian itu menyebabkan terjadinya perubahan

penggunaan tanah dari tanah pertanian menjadi tempat/kawasan permukiman (non

pertanian).

Ada salah satu pemilik tanah pertanian secara absentee yang

mengungkapkan bahwa alasan kepemilikan tanah tersebut untuk pembangunan

rumah buat anak cucunya. Karena didesa letak dimana dia tinggal tanah sudah

jarang ada tanah kalaupun ada itu pun harga tanahnya lumayan tinggi

dibandingkan dengan tanah yang ia beli didesa lainnya. Dari keterangan tersebut

nampak bahwa pertambahan penduduk juga mendorong adanya kepemilikan tanah

pertanian secara absentee. Hal ini di temukan di Desa Balesari Kecamatan

Bansari.

9." Kemudahan Alat Transportasi.

Saat ini perkembangan sarana transprotasi sudah sedemikian pesat. Para

pemilik tanah yang letaknya jauh dari daerah tempat tinggalnya, mereka dapat

mengerjakan tanahnya dengan aktif tanpa ada waktu yang terbuang lama untuk

menempuh perjalanan dari tempat tinggalnya ke tempat tanah miliknya.

Pemilik tanah dapat menempuh jarak yang lumayan jauh hanya dengan

waktu beberapa jam saja. Pemilik tanah absentee enggan mengalihkan tanahnya

kepada orang lain yang bertempat tinggal di mana letak tanahnya karena mereka

yakin bahwa dengan adanya alat transportasi, jarak dari tempat tinggal menuju

letak tanah mereka tidak menjadi masalah. Hal ini di temukan di Desa Balesari

Page 12: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Kecamatan Bansari dan juga Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten

Banyumas.11

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara

absentee di atas jika dikaitkan dengan faktor-faktor bekerjanya hukum di dalam

masyarakat, yaitu:

1. Faktor hukum

Telah diketahui sebelumnya bahwa ketentuan larangan pemilikan tanah

absentee termasuk ketentuan hukum yang bersifat memaksa, dengan kata lain

ketentuan-ketentuan dalam Pasal 10 UUPA termasuk peraturan-peraturan

pelaksananya yang tidak boleh dikesampinngkan. Keseluruhan peraturan yang

mengatur tentang larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee adalah

produk sekitar tahun 60-an. Menurut penulis adanya pemikiran-pemikiran pada

tahun 60-an saat itu, dalam kenyataannya sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini sehingga diperlukan adanya

pembaharuan mengenai mengaturan larangan kepemilikan tanah pertanian

secara absentee untuk disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan

masyarakat pada saat ini.

2. Faktor penegak hukum.

Masalah yang menyebabkan kepemilikan tanah pertanian secara

absentee salah satunya adalah kemudahan yang di berikan oleh kepala desa

dan aparatnya. Kepala desa memberi kemudahan didalam usaha pemilikan

tanah pertanian secara absentee bentuk kemudahan yang diberikan biasanya

menjadi saksi dalam jual-beli tanah tersebut, karena adanya hubungan baik

antara aparat desa dengan pemilik tanah absentee, biasanya pemilik tanah

11 Ariskha Dewi, Op. Cit., hal: 83.

Page 13: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

absentee adalah orang yang berada sehinga sungkan untuk menolaknya.

Seharusnya kepala desa melarang jika ada penduduknya yang memiliki tanah

pertanian secara absentee guna mewujudkan peraturan mengenai larangan

kepemilikan tanah pertanian secara absentee tersebut.

3. Faktor sarana atau fasilitas.

Faktor sarana atau fasilitas dalam terjadinya kepemilikan tanah

pertania secara absentee adalah adanya alat transportasi dan sarana

infrastuktur yang memadai. Sehingga pemilik tanah pertanian secara absentee

dapat mengolah tanahnya secara produktif, walaupun letak tanahnya berada

diluar tempat tinggalnya.

4. Faktor masyarakat.

Walaupun pemerintah telah berusaha untuk mencegah terjadinya

pemilikan tanah pertanian secara absentee, namun hal ini tidak lepas pula dari

peran serta masyarakat untuk mematuhi peraturan-peraturan yang telah ada.

Masyarakat lebih mementingkan akan keuntungan ekonomi mereka sendiri.

Selain itu belum ada sanksi secara tegas yang dijatuhkan kepada pemilik tanah

pertanian secara absentee, sehingga pemilik tanah absentee tidak takut untuk

memiliki tanah tersebut.

Dari uraian yang dikemukakan di atas maka mengenai larangan

kepemilikan tanah pertanian pada saat ini perlu di adakanya pembaharuan

mengenai pengaturan tersebut supaya sesuai dengan kebutuhan masyarakat

pada saat ini.

Page 14: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

C." ANALISIS PERLUNYA REDEFINISI UNTUK PENGATURAN

LARANGAN KEPEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA

ABSENTEE PADA SAAT INI.

Bisa terjadi suatu hukum tidak berjalan karena masyarakat berubah. Dalam

kehidupan bermasyarakat selalu terdapat proses atau interaksi sosial, dan dalam

interaksi sosial tersebut pasti terjadi perubahan-perubahan baik dalam hubungan

itu sendiri maupun dalam nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola

perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam

masyarakat, kekuasaan/ wewenang, dan sebagainya.12

Pengaturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian secara

absentee adalah produk hukum tahun 60-an. Kondisi atau struktur masyarakat

pada tahun 1960 sudah tentu mengalami perubahan dibandingkan dengan struktur

masyarakat dewasa ini. Pada saat pembuatan larangan kepemilikan tanah

pertanian secara absentee, sarana transportasi dan teknologi belum secanggih

seperti saat ini, sehingga larangan ini dibuat agar pemilik tanah dapat mengerjakan

tanahnya secara aktif agar mendapatkan hasil yang optimal dan mencegah cara-

cara pemerasan.

Pemilikan tanah absentee adalah pemilikan tanah pertanian yang dimiliki

oleh orang perseorangan dan keluarga, dimana letak tanah pertanian itu di luar

wilayah kecamatan tempat kedudukan pemilik tanah.13 Tujuan diadakannya

larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee ini agar hasil yang

diperoleh dari pengusahaan tanah itu sebagian besar dapat dinikmati oleh

12 Rianto Adi, Op. Cit. Hal: 106 13 Pasal 3 PP Nomor 224 Tahun 1961 dan Pasal 1 PP Nomor 41 Tahun 1964 (tambahan Pasal 3a

sampai dengan Pasal 3e )

Page 15: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

masyarakat pedesaan tempat letak tanah yang bersangkutan, karena pemilik tanah

akan bertempat tinggal di daerah penghasil.14

Namun pada saat ini keadaan sudah jauh berbeda dengan waktu dibuatnya

larangan mengenai tanah absentee ini. Sekarang alat transportasi sudah

berkembang sedemikian pesat begitu pula dengan tekonologi komunikasi serta

kecanggihan mekanisme alat pertanian sehingga jarak yang jauhpun tidak menjadi

hambatan bagi pemilik tanah pertanian secara absentee. Pada saat ini diperlukan

adanya pengaturan kembali mengenai larangan kepemilika tanah pertanian secara

absentee, yaitu dengan cara melakukan redifinisi mengenai larangan kepemilikan

tanah pertanian secara absentee.

Redefinisi adalah memikirkan, mendefinisikan, mengartikan, memaknai,

atau menafsirkan kembali pemahaman-pemahaman suatu hal yang telah ada,

hingga memiliki arti yang lebih sesuai dengan kaidah waktu.15 Seharusnya saat ini

pengaturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee di

sesuaikan dengan keadaan dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat saat

ini.

Bentuk redifinisi untuk larangan kepemilikan tanah pertanian secra

absentee ini berkaitan dengan tolak ukur dalam penentuan batas wilayah

keberadaan dari tanah absentee pada saat ini. Dimana ukuran yang digunakan saat

ini adalah wilayah kecamatan atau setidaknya wilayah kecamatan yang

berbatasan, tetapi melihat kembali adanya perkembangan alat transportasi serta

kemajuan teknologi komunikasi saat ini batas untuk menentukan wilayah

keberadaan tanah pertanian secara absentee sudah tidak sesuai lagi karena dari

14 Boedi Harsono, Op. Cit. Hal: 385

15 http://mustaqiim.wordpress.com/2011/04/10/redefinisi-dari-makna-ke-praktek/ di unduh pada tanggal 31Mei 2013

Page 16: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

jarak dari kecamatan dimana pemilik tanah absentee ke tempat tanah di luar

kecamatan tempat tinggal pemilik tanah tersebut pada saat ini dapat ditempuh

dalam waktu yang singkat. Sehingga tanah tetap dapat di kerjakan secara efekfif.

Menurut penulis saat ini yang perlu dilakukan adalah adanya pemikiran

yang baru mengenai pemaknaan kembali batas keberadaan tanah absentee. Saat

ini seharusnya batas keberadaan tanah absentee bukan lagi antar kecamatan tetapi

antar kabupaten karena mengingat adanya perkembangan teknologi komunikasi,

transportasi dan semakin canggihnya metode pertanian.

Sehingga demikian peraturan mengenai larangan kepemilikan tanah pertanian secara

absentee yang dicantumkan dalam Pasal 3 (1) PP No. 224 Tahun 1961 disebutkan

bahwa:

Ayat (1) Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan

letak tempat tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib

mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan

tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan tempat letak tanah

tersebut.

Jika diredefinisikan pasalnya maka bunyinya adalah sebagai berikut:

1. Bagi pegawai swasta : “pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal diluar

kecamatan letak tanahnya berada, boleh memiliki tanah tersebut sepanjang

bermanfaat bagi orang disekitar letak tanah yang dimilik, dan menghindarkan

pemerasan.”

Penjelasan : jadi pemilikan tanah pertanian secara absentee tidak dilarang

sepanjang pengolahan tanah diserahkan kepada orang/penduduk disekitar letak

tanah tersebut.

Page 17: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

2. Petani : “pemilik tanah yang bertempat tinggal diluar kecamatan letak tanahnya

berada boleh memiliki tanah sepanjang pekerjaan pokoknya adalah petani.”

Penjelasan : karena adanya alat transportasi dan saran infrastrukrur pada saat ini

pemilik tanah absentee tetap bisa mengerjakan tanahnya secara produktif

walaupun letak tanahnya di luar kecamatan dimana ia tinggal.

Pemaknaan kembali untuk larangan kepemilikan tanah pertanian secara

absentee pada saat ini didorong oleh adanya perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat saat ini. Pemaknaan kembali termasuk didalam pembaharuan hukum,

dimana perubahan hukum dan perubahan sosial merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lain.16 Perubahan sosial merupakan langkah

utama yang menentukan terjadinya perubahan hukum, dimana hukum itu

difungsikan sebagai gejala sosial, yang apabila terjadi perubahan sosial maka akan

terjadi pula perubahan hukum menyertainya untuk memenuhi kebutuhan manusia

(masyarakat).17

Selain redifinisi untuk pengaturan tersebut, pemerintah juga harus

memikirkan mengenai pengaturan sanksi bagi para aparat yang membantu proses

kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Melihat fakta pada saat ini,

berdasarkan hasil wawancara dengan aparat desa di Desa Balesari Kecamatan

Bansari Kabupaten Temanggung aparat desa berani membantu proses kepemilikan

tanah pertanian tersebut karena belum ada sanksi yang nyata dan tegas bagi aparat

desa yang melakukan hal tersebut, padahal sudah jelas bahwa kepemilikan tanah

pertanian secara absentee itu dilarang.

Sedangkan untuk upaya penanggulangan kepemilikan tanah pertanian

secara absentee penulis setuju dengan pendapat yang dipaparkan oleh Prof. Dr.

16 Saifullah, Refleksi Sosilogi Hukum, (T. Tp: PT. Refika Aditama, 2007), hal: 31-34. 17 Ibid,.

Page 18: A. ANALISIS TERHADAP PENGATURAN MENGENAI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8337/5/T1_312009044_BAB IV.pdfDilarang memindahkan atau mengalihkan hak atas tanah pertanian kepada

Maria S.W. Sumardjono, SH., MCL., MPA. yang mengatakan bahwa untuk

menganggulangi kepemilikan tanah pertanian secara absentee adalah dengan

penanganan secara operasional. Dalam hal ini perlu dibedakan antara masalah

teknis administratif dan masalah yuridis. Apabila penyebab pemilikan tanah

absentee karena penggunaan KTP ganda, maka harus dicari upaya mengatasi hal

ini yang lebih bersifat teknis administratif. Namun untuk saat ini dengan adanya

E-KTP masalah KTP ganda menurut penulis sudah dapat teratasi.

Penanganan dari segi yuridis berkaitan dengan status tranah absentee

tersebut, yakni sudah bersertifikat atau belum. Apabila tanah tersebut sudah

bersertifikat(atas pemilik asli), maka pemindahan hak secara terselubung hanya

dapat diatasi dengan jalan mewujudkan peraturan perundang-undangan berkenaan

dengan Pemberian dan Penggunaan Kuasa di Bidang Pertanahan. Dengan adanya

peraturan tersebut, maka kepada setiap orang atau badan hukum yang memiliki

tanah absentee yang diperoleh melalui kuasa mutlak18 diharuskan melakukan

pemindahan dan pendaftaran haknya dalam jangka waktu tertentu, dengan

ketentuan apabila ketentuan ini dilanggar akan berakibat dibatalkannya surat

kuasa tersebut dan tanahnya ditetapkan menjadi tanah negara.19

18 Melalui kuasa mutlak, maka pemberi kuasa(sebenarnya penjual) memberikan kuasa yang tidak dapat

ditarik kembali kepada penerima kuasa(sebenarnya pembeli) yang diberi kewenangan untuk menguasai, menggunakan, dan melakukan segala perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah yang menjadi objek pemberian kuasa.

19 Maria S.W. Sumardjono, Op. Cit., hal: 23