99784117 Laporan Berat Isi Dan Berat Jenis Tanah
-
Upload
ahmad-taisir-arman-nst -
Category
Documents
-
view
277 -
download
9
Transcript of 99784117 Laporan Berat Isi Dan Berat Jenis Tanah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat,
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan padat terdiri atas bahan organic
pada berbagai tingkat pelapukan, termasuk humus, dan bahan mineral
serta dengan adanya ruang pori yang berisi udara dan air.
Bahan padat dan ruang pori tanah mempengaruhi berai isi dan berat
jenis partikel, sehingga setiap jenis tanah mempunyai berat isi dan berat
jenis yang berbeda pula. Maka dari itu, perlu adanya analisa dan praktikum
tentang berat isi dan berat jenis partikel tanah pada penggunaan lahan
yang berbeda, serta laporan ini akan membahas hasil praktikum berat isi
dan berat jenis partikel tanah pada tanah yang digunakan pada lahan
semusim dan hutan produksi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum berat isi dan berat jenis partikel tanah ini
adalah membandingkan berat isi tanah pada penggunaan lahan semusim
dan hutan produksi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Berat Isi dan Berat Jenis Partikel Tanah
2.1.1. Berat Isi Tanah
a. Definisi
Berat isi tanah adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-
partikel tanah ( pasir, debu, liat ). (Pearson
et al,1995)
Berat isi tanah ialah kerapatan tanah persatuan volume.
(Hanafiah,2005)
Berat isi adalah perbandingan antara masa tanah dengan volume
partikel ditambah dengan ruang pori.
(Kurniawan,2007)
Berat isi yaitu bobot per satuan volume tanah kering oven, yang
biasanya dinyatakan sebagai gram/cm3 .
(Henry,D.F,1994)
b. Metode pengukuran berat isi tanah
Metode silinder
Pengukuran berat isi dengan menggunakan silinder yaitu
silinder yang berbentuk tabung ditancapkan ke dalam tanah
sampai bagian atas silinder rata dengan permukaan tanah.
(Anonymous, 2009)
Metode clod
Pengukuran berat isi dengan metode clod digunakan pada
tanah yang bersifat mengembang dan mengerut serta sulit diambil,
3
contohnya dengan silinder.
(Anonymous, 2009)
Metode boring
Metode boring digunakan untuk mengukur berat isi tanah pada
tanah yang mudahmengembang dan mengerut, volume tanah
mudah berubah-ubah karena berubahnya kadar air dalam tanah.
(Anonyomus, 2009)
Metode radioaktif ( sinar gamma )
Metode radioaktif, pada pengukuran berat isi tanah digunakan
secara langsung di tempat terbuka ( lapangan ) pada tanah-tanah
yang mudah mengembang serta mengerut, sehingga dalam
penetapannya diperhitungkan pada kondisi hisapan 1/3 bar.
(Anonymous, 2009)
2.1.2. Berat Jenis Tanah
a. Definisi
Berat jenis partikel adalah perbandingan antara massa satuan
solum tanah padat dengan volume padatan tanah.
(Buck & Nyle, 1982)
Berat jenis partikel adalah berat tanah kering per satuan volume
partikel tanah ( tidak termasuk pori ). (Handayanto
et al, 2009)
Berat jenis adalah berat jenis tanah kering per satuan volume
partikel-partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori-
pori tanah).
(Hardjowigeno,1987)
4
Berat jenis adalah perbandingan massa total dari partikel padatan
dengan volume total tidak termasuk ruang pori partikel.
(Kurniawan,2007)
b. Metode pengukuran berat jenis tanah
Tentukan kadar lengas contoh tanah yang di analisa
Timbang labu ukur kosong (x gram)
Isikan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur.
Kemudian timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar
lengas tanahnya ( Y = bobot labu kosong + tanah kering oven)
Tambahkan air kurang lebih setengahnya sambil membilas tanah
yang menempel di leher labu.
Untuk mengusir udara yang terjerat dalam tanah, labu didihkan
berlahan-lahan beberapa menit.
Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan,
kemudian tambahkan air dingin yang telah didihkan sampai batas
volume, lalu timbang (Z gram)
Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengan air dingin yang
telah dididihkan sampai batas volume. Timbang (A gram) tidak
usah dilakukan bila labu ukurnya telah duiketahui ukuran
volumenya, misalnya 100 ml, dengan merubah rumus berat jenis.
Hitung bobot jenis partikel dengan rumus:
(Modul Praktikum Ilmu Tanah, 2010)
2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi BI dan BJ
Struktur Tanah
BJ = ((Y – X) x d) / ((Y – X) – (Z – A) g.cm-3
5
Struktur tanah sangat mempengaruhi berat isi dan berat jenis, apabila
tanah tersebut memiliki struktur yang lempeng atau padat maka berat
isi dan berat jenisnya semakin besar.
(Hardjowigeno,1989)
Tekstur tanah
Tekstur tanah juga dipengaruhi pada berat isi dan berat jenis suatu
tanah. Bila semakin lepas tekstur suatu tanah, maka berat isi dan
berat jenis tanah tersebut semakin rendah.
(Soeparmadi, 1995)
Ruang pori
Apabila volume yang di duduki ruangan pori lebih banyak, maka akan
mengakibatkan kecepatan bobot isinya lebih besar.
(Foth,1984)
Bahan organik
Bahan organik tanah mempengaruhi berat isi dan berat jenis tanah.
Bahan organic berperan dalam merekatkan tanah, bila semakin
banyak kandungan bahan organiknya maka berat isi dan berat jenis
semakin rendah.
(Hardjowigeno,1989)
Bahan induk
Bahan induk merupakan lapisan yang paling padat, karena adanya
pembentukan struktur selama perkembangan tanah yang
menyebabkan horizon horizon yang ada dibagian atas mempunyai
6
kerapatan induk lebih rendah disbanding bahan induk aslinya.
(Foth, 1984)
Pengolahan tanah
Apabila tanah diolah menggunakan alat alat berat dalam jangka
panjang akan dapat mengakibatkan penurunan terhadap agregasi
tanah dan tanah akan menjadi padat.
(Foth, 1984)
2.1.4 Faktor faktor yang dipengaruhi BI dan BJ
Pengolahan tanah
Berat Isi dan Berat Jenis mempengaruhi pengolahan suatu tanah. Jika
BI dan BJ tinggi maka tanah tersebut mampat, sehingga
membutuhkan pengelolahan tanah yang lebih seperti dibajak agar
tanah menjadi gembur dan subur untuk ditanami.
(Hardjowigeno,1989)
Pergerakan akar
Tanah yang bobot isinya tinggi akan menyebabkan pergerakan akar
akan sedikit mengalami kesulitan karena ruang pori pada tanah sudah
terisi penuh dengan material tanah lainnya. Sehingga akar tanaman
sulit menembus tanah.
(Hardjowigeno,1989)
Dosis pupuk yang dibutuhkan
7
Pada area lahan yang berat isi tanahnya semakin tinggi maka dosis
pupuk yang dibutuhkan semakin besar sehingga membutuhkan
pupuk yang banyak.
(Soeparmadi, 1995)
8
2.2. Berat Isi Dan Berat Jenis Tanah Pada Penggunaan Lahan yang Berbeda
Hasil analisis sidik ragam, sistem budidaya lorong dengan tanaman
pagar Flemingia, Akar wangi dan Kaliandra dapat menurunkan berat jenis isi
dibanding kontrol, diduga karena adanya perbedaan kandungan bahan
organik dari masing-masing perlakuan. Kandungan bahan organik tinggi
menyebabkan banyaknya pori- pori tanah. Hakim et.al., (1986) menyatakan
bahwa tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki bobot isi
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah-tanah yang memiliki
kandungan bahan organik yang lebih rendah. Selain itu juga berat jenis isi
bisa disebabkan oleh adanya pemadatan tanah yang disebabkan oleh
tumbukan air hujandan erosi. Sarief (1986) menyatakan bahwa nilai berat
jenis isi tanah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan tanah baik oleh air hujan
maupun alat pertanian, tekstur, struktur dan kandungan air. Dari uji HSD
terhadap perlakuan memberikan pengaruh yang relatif sama terhadap berat
jenis isi. Hal ini diduga bahwa kandungan bahan organik yang ditambahkan
dari masing-masing sistem ini belum mampu mempengaruhi struktur dan
jumlah pori-pori, sehingga berat jenis tanah relatif sama. Disamping adanya
pengolahan tanah sangat mempengaruhi ruang pori tanah yang secara
langsung akan mengubah berat jenis isi. Soepardi (1983) menyatakan
bahwa pengolahan tanah dapat menaikkan berat jenis isi tanah.
(D. Juanda dkk, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1) (2003) pp 25-31))
9
Penyiapan alat dan
bahan
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Ring (silinder)
Oven
Timbangan
Penggaris
Pisau
3.1.2 Bahan
Sampel tanah hutan produksi
Sampel tanah tanaman semusim
3.2 Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum untuk mengukur bobot isi
yaitu menggunakan metode ring ( silinder). Untuk sampel tanah yang
digunakan dalam kegiatan praktikum ini, berasal dari hutan produksi dan
lahan tanaman semusim. Perhitungan bobot isi menggunakan metode ring
karena tanah yang diukur berasal dari ring sampel dengan memasukkan
tanah dalam oven selama 24 jam setelah dilakukan penimbangan berat ring
kosong dan tanah sebelumnya.
3.3 Tahapan Praktikum (Diagram Alir)
10
Mengukur tinggi dan diameter ring
Menimbang berat ring dan tanah basah yang ada di dalam ring
Memasukannya ke dalam oven pada suhu 1170c selama 24 jam
Menimbang berat kering tanah yang
sudah dioven
Kurang lebih 0,5cm
Melakukan
perhitungan bobot isi
tanah
Gambar 1. Diagram Alir
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data hasil pengamatan
Lokasi d
(cm)
t
(cm)
y (gr) x (gr) M1(gr) M2 (gr) Z (%) Vt
(cm3)
BI
(g.cm-3)
Hutan
Produksi
4,75 4,75 32,14 177,94 204,38 145,8 40,17 84,129 1,144
Tanaman
Semusim
5 4,75 32,02 152,32 172,2 120,3 43,14 93,218 0,84
Ket :
d = diameter tanah ( cm )
t = tinggi tanah ( cm )
y = berat ring ( gram )
x = berat ring tanah oven ( gram )
M1 ...................................................................................................................................... =
berat awal tanah tanpa ring sebelum oven ( gram )
M2 = berat akhir tanah tanpa ring setelah oven ( gram )
Z = kadar air ( % )
Vt = volume tanah ( cm3 )
BI = berat isi ( g.cm-3 )
4.2 Interpretasi
4.2.1 Perbandingan Kadar Air Pada Hutan Produksi dan Semusim
Pada praktikum ini, untuk mengetahui berat isi dari tanah ini, terhadap
dua lokasi berbeda yang digunakan sebagai percobaan yaitu pada sampel
12
tanah hutan produksi dan lahan semusim. Dari hasil dapat diketahui bahwa
lokasi pada hutan produksi kadar air dari tanah adalah 40,17 %, sedangkan
pada lokasi lahan semusim adalah 43,14 % . Nilai kadar air pada lahan
semusim lebih tinggi dibanding pada hutan produksi. Perbedaan tersebut
dapat dikarenakan faktor pengolahan serta penggunaan tanah pada lahan
yang berbeda. Selain itu tekstur dan struktur tanah juga mempengaruhi
perbedaan kadar air ini. Perbedaan kadar air ini tentu berpengaruh
terhadap perbedaan bobot isi tanah pada penggunaan lahan yang
berbeda.
4.2.2 Perbandingan Volume Tanah pada Hutan Produksi dan Semusim
Pada praktikum ini, untuk mengetahui berat isi dari tanah ini, terhadap
dua lokasi berbeda yang digunakan sebagai percobaan yaitu pada sampel
tanah hutan produksi dan lahan semusim. Dari hasil dapat diketahui bahwa
lokasi pada hutan produksi volume dari tanah adalah 84,129 cm3,
sedangkan pada lokasi lahan semusim adalah 93,218 cm3 . Nilai volume
tanah pada hutan produksi lebih kecil dibanding pada lahan semusim.
Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan jari-jari dan tinggi ring.
Perbedaan volume tanah ini tentu berpengaruh terhadap perbedaan bobot
isi tanah pada penggunaan lahan yang berbeda.
4.2.3 Perbandingan Bobot Isi pada Hutan Produksi dan Tanaman Semusim
Pada praktikum ini, untuk mengetahui berat isi dari tanah ini, terhadap
dua lokasi berbeda yang digunakan sebagai percobaan yaitu pada sampel
tanah hutan produksi dan lahan semusim. Dari hasil dapat diketahui bahwa
lokasi pada hutan produksi berat isi dari tanah adalah 1,144 g/cm³,
sedangkan lokasi pada lahan semusim adalah 0,84 g/cm³. Nilai BI pada
hutan produksi lebih besar dibanding pada lahan semusim. Perbedaan
13
tersebut dapat dikarenakan tanah pada kedua tempat tersebut memiliki
penggunaan lahan yang berbeda.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan bobot isi tersebut
pada penggunaan lahan yang berbeda. Pada hutan produksi memiliki
struktur tanah lempeng, tekstur lepas, volume ruang pori besar dan bahan
organik rendah sehingga memiliki bobot isi yang lebih besar daripada
tanah pada penggunaan lahan semusim yang kurang memiliki ciri tanah
tersebut.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai pengukuran Berat Isi tanah yang
dipengaruhi oleh berat basah tanah, kadar air dalam tanah, dan volume
tanah dapat diketahui bahwa data hasil BI pada hutan produksi adalah 1,144
g/cm³, sedangkan pada lahan semusim adalah 0,84 g/cm³. BI pada hutan
produksi lebih tinggi dibanding BI pada lahan tanaman semusim,
disebabkan karena penggunaan lahan yang berbeda sehingga pengolahan
tanah yang berbeda pula. Pengolahan tanah di hutan produksi tidak terlalu
intensif dibandingkan dengan lahan tanaman semusim. Pengolahan tanah
semusim yang selalu diolah dengan intensif, menyebabkan ruang pori di
dalam tanah banyak diisi oleh udara dan air, sehingga BI pada lahan
tanaman semusim lebih rendah daripada lahan hutan produksi.
5.2 Saran
Perlu adanya ketelitian dalam pemakaian rumus dan data agar tidak
terjadi kesalahan.