Resensi Ilmu Kalam Pak Nurkilimmmm Buku Pemikiran Kalam Karya Hm Laily Mansyur
98737859-ILMU-KALAM
-
Upload
zacky-de-tracker -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of 98737859-ILMU-KALAM
ILMU KALAMKEHENDAK MUTLAK TUHAN DAN
KEADILAN TUHAN
Kelompok:
1. MOH.FAIS TAMIMI2. SITI MASITAH
Dosen Pembimbing:
Drs. MASYKUR ANHARI
FAKULTAS TARBIYAHJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT KEISLAMAN HASYIM ASY’ARITEBU IRENG JOMBANG
2005-2006
KEHENDAK MUTLAK TUHAN DAN KEADILAN TUHAN
I. PENDAHULUAN
Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan
akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah
memunculkan pula perbedaan pendapat tentang kehendak mutlak dan keadilan tuhan
pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan tuhan adalah keberadaan Tuhan
sebagai pencipta alam semesta.Ia difahami sebagai eksistensi yang esa dan unik.Inilah
makna umum yang dianut aliran-aliran kalam dalam memahami tentang kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan.
Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung
memehami keadilan Tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional
yang memberi tekanan pada ketidak bebasan manusia di tengah kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan,cenderung memahami keadilan Tuhan dari sudut Tuhan
sebagai pemilik alam semesta.Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempunyai
akal yang besar,kekuasaan Tuhan.Pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-
mutlaknya.Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya berpendapat bahwa kekuasaan
dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak.
A. Aliran Mu’tazilah
Mu’tazilah yang berprinsip keadilan Tuhan mengatakan bahwa Tuhan itu adil
dan tidak mungkin berbuat zalim dengan memaksakan kehendak kepada hamba-Nya
kemudian mengharuskan hamba-Nya itu untuk menanggung akibat
perbuatannya.Dengan demikian,manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan
perbuatannya tanpa ada paksaan sedikitpun dari Tuhan.Dengan kebebasan itulah,
manusia dapat bertanggungjawab atas segala perbuatannya.Tidaklah adil jika Tuhan
memberikan pahala atau siksa kepada hamba-Nya tanpa mengiringinya dengan
memberikan kebebasan terlebih dahulu.
Secara lebih jelas, aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan
sebenarnya tidak mutlak lagi disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Tuhan
terhadap manusia serta adanya hukum alam (sunnatullah) yang menurut Al-qur’an
tidak pernah berubah.
“Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang terdahulu sebelum(mu) dan kamu sekali-kali tidak mendapati perubahan pada sunah Allah”.
Kebebasan manusia, yang memang diberikan Tuhan kepadanya, baru bermakna
kalau Tuhan membatasi kekuasaan dan kehendak mutlaknya.Demikian pula keadilan
Tuhan, membuat Tuhan sendiri terikat pada norma-norma keadilan yang bila dilanggar
membuat Tuhan bersifat tidak adil atau zalim.Dengan demikian dalam pemehaman
Mu’tazilah, Tuhan tidaklah memperlakukan kehendak dan kekuasaan-Nya secara
mutlak, tetapi sudah terbatas.
Kekuasaan mutlak Tuhan telah dibatasi oleh kebebasan yang menurut paham
Mu’tazilah telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan dan
perbuatan.Seterusnya kekuasaan mutlak itu dibatasi pula oleh sifat keadilan
Tuhan.Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh kewajiban-kewajiban
Tuhan terhadap manusia yang menurut paham Mu’tazilah memang ada lebih lanjut
lagi, kekuasaan mutlak itu dibatasi pula oleh natur atau hukum alam.
Sunnah tidak kenal pada pengecualian,sungguhpun pengecualian untuk
nabi.Sunnah tidak berubah-ubah dan Tuhan tidak menghendaki supaya sunnah sekali-
kali menyalahi natur. Oleh karena itu orang sakit yang memohon pada Tuhan supaya ia
diberikan kesehatan kembali, sebenarnya meminta: “Tuhanku, hentikanlah untuk
kepentinganku sunnah-Mu yang engkau katakan tidak akan berubah-ubah itu.
B. Aliran Asy’ariyah
Karena percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan.Yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan yang lain.Mereka mengartikan keadilan dengan
menempatkan sesuatu pada tempatnya.Dengan demikian, keadilan Tuhan mengandung
arti bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya .Tuhan tidak
tunduk kepada siapapun,diatas tuhan tidak ada suatu zat lain yang dapat membuat
hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh
dibuat.Dan itu semua adalah adil bagi Tuhan. Justru tidak adil jika tuhan tidak dapat
berbuat sekehendak-Nya karena Dia adalah penguasa mutlak.
Boleh saja Tuhan melarang apa yang telah diperintahka-Nya dan
memerintahkan apa yang telah di larang-Nya. Aliran Asy’ariyah yang berpendapat
bahwa akal mempunyai daya yang kecil dan manusia tidak mempunyai kebebasan atas
kehendak dan perbuatanya, mengemukakan bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak
Tuhan haruslah berlaku semutlak mutlaknya. Al-Asy’ari sendiri menjelaskan bahwa
Tuhan tidak tunduk pada siapapun dan tidak satu dzat lain di atas Tuhan yang dapat
membuat hokum serta menentukan apa yang boleh di buat dan tidak boleh di buat
Tuhan. Malah lebih jauh dikatakan oleh Asy’ari, kalau memang Tuhan menginginkan,
ia dapat saja meletakan beban yang tak terpikul oleh manusia.
Kehendak Tuhan mesti berlaku, bila kehendak Tuhan tidak berlaku, itu berarti
Tuhan lupa, lalai, apalagi lemah, adalah sifat sifat yang mustahil bagi Tuhan.Manusia
berkehendak setelah tuhan sendiri menghendaki agar manusia berkehendak. Karena
menekankan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, aliran Asy’ariyah memberi
makna keadilan Tuhan dengan pemehaman bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan
mutlak terhadap mahluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hati-Nya. Dengan
demikian ketida ketidak adilan di pahami dalam arti Tuhan tidak dapat berbuaat
sekehendak-Nya terhadap mahluk-Nya. Atau dengan kata lain, dikatakan tidak adil bila
yang di pahami Tuhan tidak lagi berkuasa mutlak terhadap milik-Nya.
C. Aliran Maturidiah
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan Tuhan, aliran ini terpisah
menjadi dua, yaitu maturidiyah samarkand dan maturidiyah bukhoro.Pemisahan ini
disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan
pemberian batas terhaap kekuasaan mutlak Tuhan.
Menurut maturidiyah samarkand dibatasi oleh keadilan Tuhan.Tuhan adil
mengandung arti bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk
berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajibanNya terhadap
manusia.Maturidiyah samarkand tidak sekeras golongan bukhoro dalam
mempertahankan kemutlakan kekuasaan Tuhan,tetapi tidak pula memberi batasan
sebanyak batasan yang di berikan mu’tazilah bagi kekuasaam mutlak Tuhan.
Adapun maturidiyah bukhoro berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan
mutlak.Tuhan berbuat apasaja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-
galanya.Lebih jauh lagi maturidiyah bukhoro berpendapat bahwa ketidakadilan Tuhan
haruslah dipahami dalam konteks kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
KESIMPULAN
Pada dasarnya terdapat beberapa perbedaan mengenai kehendak mutlak Tuhan
dan keadilan Tuhan.Hal ini di sebabkan adanya perbedaan dasar dan penafsiran dalil
yang digunakan.Namun demikian pada dasarnya hanya ada dua pendapat, pertama
percaya bahwa Tuhan dan kehendak mutlak.Dan yang kedua Tuhan menentukan dan
manusia berperan.Diantara aliran-aliran yang berbeda pendapat adalah:
1. Mu’tazilah
Aliran ini berpendapat bahwa kehendak Tuhan tidak mutlak.
2. Asy’ariyah
Aliran ini berpendapat bahwa Tuhan berkehendak mutlak.
3. Maturidiyah
Aliran ini terpisah menjadi dua:
a. Maturidiyah samarkand
Tuhan maha adil dalam perbuatannya
b. Maturidiyah bukhoro
Tuhan berbuat sesuai kehendaknya.
REFERENSI:
Nasution, harun, Teologi Islam, UI PRESS, 2002.
Anwar, rosihon, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, 2001.