98-376-1-PB

download 98-376-1-PB

of 6

Transcript of 98-376-1-PB

  • Prosiding Teknik Elektro & Informatika, Volume 1, Nomor 1, Mei 2012

    53

    Perencanaan Jaringan Internet Berbasis Teknologi 802.11n di Kampus Institut Teknologi Bandung

    Kartika Timoryani, Ir. Sigit Haryadi MT

    Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

    Institut Teknologi Bandung Jl. Ganeca No. 10, Bandung, Indonesia

    [email protected] [email protected]

    Abstrak Tugas Akhir ini membahas tentang perencanaan jaringan dengan menggunakan teknologi 802.11n di ITB. Dalam penelitian ini diperhitungkan perencanaan dari sisi teknis menyangkut kapasitas jaringan, coverage yang dapat dilayani, dan peralatan yang dibutuhkan. Serta dari sisi ekonomi mempertimbangkan factor CAPEX dan OPEX. Dari Hasil Analisis didapatkan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan internet baik melalui pendekatan coverage maupun pendekatan kapasitas dibutuhkan AP 802.11n 250 buah, serta penambahan 4 line Fiber optic dan 4 buah switch. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 29,058,196,579 dan beban biaya tiap mahasiswa per tahunnya adalah sebesar Rp 287,962. Kata kunci 802.11n, kapasitas, coverage, AP, Total Biaya, Beban Biaya tiap Mahasiswa .

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Teknologi wireless merupakan teknologi di bidang telekomunikasi yang menawarkan kemudahan dibandingkan teknologi wired atau dengan media kabel. Teknologi ini memiliki kelebihan dengan menawarkan fleksibilitas kepada user, sehingga user dapat berpindah-pindah tempat tanpa perlu mencari koneksi kabel selama masih ada dalam jangkauan sinyal wireless tersebut.

    Wi-Fi (Wireless Fidelity) merupakan teknologi WLAN yang sedang berkembang pesat yang menggunakan standar 802.11 dari IEEE. Standar dari 802.11 ini ada beberapa macam, yaitu 802.11a, 802.11b, 802.11e, 802.11g, dan yang terbaru adalah 802.11n.

    Kebutuhan akan koneksi internet yang murah dan dimana saja juga menjadi tuntutan di lingkungan ITB, oleh karena itu teknologi 802.11n dirasa jawaban yang tepat untuk permasalahan tersebut. Untuk implementasi layanan 802.11n yang merupakan teknologi WiFi terbaru, dibutuhkan suatu perencanaan yang matang, baik dari segi teknis maupun ekonominya. Analisis teknis perlu dilakukan terhadap kapasitas jaringan, luas area yang dapat dilayani, dan peralatan yang dibutuhkan. Sedangkan dari segi ekonomi

    perlu dipertimbangkan pula CAPEX OPEX, PNBP, dan Biaya Transmisi.

    B. Rumusan Masalah

    Penulis melakukan perancanaan jaringan pada layanan teknologi 802.11n di ITB, kasus yang diambil adalah ITB sebagai pihak penyelenggara ingin membangun layanan 802.11n di ITB. Skenario dilakukan sejak tahun 2012, dimana tahun 2012 merupakan awal diimplementasikannya teknologi ini hingga tahun 2016. C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk melakukan perencanaan jaringan Internet dengan teknologi 802.11n untuk diimplementasian di ITB . Dalam Tugas Akhir ini dilakukan analisis baik berupa analisis teknis maupun analisis ekonomi.

    D. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Jaringa dilakukan dari sisi ITB sebagai

    pemilik venue yang akan menggelar dan memiliki sendiri perangkat teknologi 802.11n.

    2. Harga-harga peralatan untuk membangun jaringan 802.11n didapatkan dari salah satu referensi.

    3. Pendimensian jaringan 802.11n terbatas dengan menggunakan referensi, kemudian dilakukan perhitungan secara manual tanpa menggunakan planning tool dalam melakukan pendimensian.

    E. Metode Penelitian

    Metode penelitian dalam pengerjaan tugas akhir ini, antara lain: 1. Identifikasi masalah; 2. Studi literatur;

    Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung bidang Teknik Elektro dan InformatikaVolume 1, Number 1, April 2012

    303

    MissRectangle

    MissRectangle

    My ComputerStamp

  • 3. Observasi; 4. Perancangan; 5. Analisis dan kesimpulan.

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dibagi ke dalam 5 bab, yaitu: Bab I Pendahuluan Bab II Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori Bab III Metoda dan Skenario penelitian Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

    II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

    A. Aspek Teknologi Sistem Komunikasi Wireless 802.11

    Pada tahun 1990, IEEE membentuk suatu komite baru yang disebut 802.11 untuk membuat standar yang mengatur teknologi komunikasi wireless.[1] IEEE 802.11 merupakan kumpulan beberapa standar yang mengatur tentang komunikasi wireless local area network (WLAN) atau jaringan lokal nirkabel yang bekerja pada daerah frekuensi 2.4, 3.6, dan 5 GHz. Selama bertahun-tahun komite tersebut terus mengembangkan standar untuk teknologi wireless tersebut hingga pada tahun 1997 dikeluarkan dua standar yaitu IEEE 802.11a dan 802.11b[7].

    Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh IEEE 802.11 antara lain[1]:

    1) 802.11a : Standar 802.11a ditetapkan pada tahun 1999 oleh IEEE. Standar ini menggunakan protokol data-link layer dan format frame sama seperti pada standar asli, tetapi telah menerapkan teknologi OFDM pada physical (PHY) layer-nya. Standar ini bekerja pada frekuensi 5 GHz dengan maksimum datarate sebesar 54 Mb/s, termasuk kode untuk koreksi eror, sehingga throughput sebenarnya kurang lebih 20 Mb/s. Karena standar ini menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan standar 802.11b dan 802.11g, jarak jangkauan akses standar ini relatif lebih kecil dari kedua standar tersebut. Hal ini terjadi karena semakin kecil panjang gelombang maka kemampuan gelombang tersebut untuk menembus benda akan semakin kecil, sedangkan besaran frekuensi adalah berbanding terbalik dengan panjang gelombang.

    2) 802.11b : Standar 802.11b dibuat pada tahun 1999

    seperti standar 802.11a. Standar ini bekerja di frekuensi 2.4 GHz dan memiliki laju datarate sebesar 11 Mb/s. Standar ini mulai populer pada tahun 2000 karena pada tahun tersebut mulai banyak produk-produk yang menggunakan standar ini. Kekurangan dari standar 802.11b ini adalah banyaknya interferensi dari peralatan lain yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz seperti microwave-ovens, peralatan bluetooth, serta beberapa peralatan lain yang bekerja pada frekuensi tersebut.

    3) 802.11g : Pada bulan Juni tahun 2003, ditetapkan standar baru yaitu 802.11g. Standar ini bekerja pada frekuensi yang sama seperti 802.11b yaitu di frekuensi 2.4 GHz, tetapi menggunakan teknologi pada physical layer seperti 802.11a yaitu teknologi transmisi menggunakan OFDM. Standar ini beroperasi dengan maksimum datarate sebesar 54 Mb/s. Karena standar ini bekerja pada frekuensi yang sama pada 802.11b, standar ini kompatibel dengan peralatan yang menggunakan standar 802.11b. Selama perkembangan teknologi wireless, standar ini menjadi standar yang paling sering dipakai. Seperti halnya 802.11b, standar ini juga mengalami interferensi dari peralatan-peralatan yang beroperasi pada frekuensi yang sama.

    4) 802.11n :Standar 802.11n adalah standar terbaru

    yang ditetapkan oleh IEEE. Standar ini merupakan pengembangan dari standar-standar sebelumnya dengan menambahkan teknologi Multiple-Input-Multiple-Output (MIMO) dan beberapa kelebihan-kelebihan lainnya. Standar ini ditetapkan pada tanggal 29 Oktober 2009, setelah mengalami lima amandemen dari draf pertama yang dibuat pada tahun 2007. Standar ini dapat bekerja baik pada frekuensi 2.4 GHz maupun 5 GHz, bergantung pada kondisi sekitar dengan tujuan untuk mengurangi efek interferensi.

    TABEL 1

    THROUGHPUT PADA WIRELESS LAN [1]

    IEEE WLAN Standard

    PHY throughput

    MAC throughput

    802.11a 54 Mb/s 25 Mb/s

    802.11b 11 Mb/s 5 Mb/s

    802.11g 54 Mb/s 25 Mb/s

    802.11n Sampai 600 Mb/s Sampai

    400Mb/s

    B. Aspek Bisnis Sistem Komunikasi Wireless IEEE 802.11

    Terdapat beberapa Aspek bisnis yang harus diperhatikan dalam perencanaan jaringan 802.11, yaitu:

    1) Distribusi Trafik : Distribusi trafik menyatakan trafik yang terjadi pada tiap gedung di ITB. Penurunan besarnya nilai trafik didasarkan oleh beberapa faktor seperti, kuota akses internet per hari, rata-rata jam sibuk per hari, serta probabilitas pengguna terjadi pada busy hour. Untuk mendapatkan hasil yang efisien, maka dicari nilai throughput ketika busy hour menggunakan rumus sebagai berikut:

    Trafik Jam Sibuk

    = .

    Dimana: Tr : trafik pada jam sibuk (MB per jam) x : Kuota akses internet per hari (MB)

    Perencanaan Jaringan Internet Berbasis Teknologi 802.11n di Kampus Institut Teknologi Bandung

    304

  • c : probabilitas pengguna terjadi pada busy hour y : perbandingan antara trafik 1 hari terhadap

    trafik 1 jam sibuk (jam/hari)

    Throughput jam sibuk

    = 8.3600 2) Radius Sel: Sama halnya dengan cellular Base

    Station, jangkauan radius dari Access Point bergantung pada signal power dan signal attenuation dari objek yang menghalangi jalur sinyal. Tabel II.3 dan II.4 menampilkan Data Rate serta radius jangkauan AP pada beberapa macam karakteristik kondisi dengan menggunakan aplikasi AP performance Calculator dari Ruckus [8] .

    TABEL 2 KARAKTERISTIK DATA RATE AP [8]

    Network Need Sustained Data Rate

    Casual Data 1 Mbps

    Mission Critical Data 10 Mbps

    Voice/Video 20 Mbps

    TABEL 3

    KARAKTERISTIK JANGKAUAN AP [8]

    Site characteristic

    Optimized for casual

    data

    Optimized fo business-class data

    Optimized for voice,

    video, data Easy (line of sight, open space/cubes) 300-600 feet 200-300 feet 100-200 feet

    Medium (dry wall, wood) 150-250 feet 100-200 feet 50-100 feet

    Difficult (concrete, cluttered)

    50-100 feet 40-70 feet 25-50 feet

    Berdasarkan karakteristik lingkungan dan data rate AP didapatkan radius sel. Kemudian untuk menghitung luas sel, dapat menggunakan rumus [9]:

    = 2.59 . 3) Jumlah AP yang dibutuhkan : Jumlah AP yang

    dibutuhkan untuk mencover kebutuhan pelanggan dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu: Untuk menjamin tidak adanya blank spot layanan

    802.11n, maka jaringan yang dibuat harus dapat mencover area di ITB.

    =

    Untuk menjamin tersedianya kapasitas yang cukup untuk melayani seluruh pengguna dalam layanan 802.11n

    =

    4) Capital Expenditures (CAPEX) : CAPEX (Capital Expenditures) merupakan investasi dalam bentuk aset atau infrastruktur yang diperlukan untuk memberikan,

    memperluas, dan meningkatkan kualitas layanan. CAPEX digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh atau meningkatkan fisik aset seperti peralatan, properti, atau bangunan industri.

    5) Operational Expenses (OPEX) : OPEX (Operational Expenses) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis sistem, atau produk yang ada pada suatu sistem. Ilustrasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan terkait dengan CAPEX dan OPEX sebagai berikut [10].

    6) Penerimaan Pajak Bukan Pajak (PNBP) : Menurut PP No7/ tahun 2009, yang mengatur tentang PNBP di Departemen Komunikasi dan Informatika, terdapat 3 macam PNBP yang dikenakan kepada penyelenggara jaringan telekomunikasi yaitu Biaya Hak Penyelengara (BHP) Telekomunikasi, Universal Service Obligation (USO), dan BHP Spektrum Frekuensi Radio[11]. Ketiga jenis PNBP tersebut dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan kotor penyelenggara jaringan telekomunikasi. Persentase yang dikenakan kepada ketiga PNBP tersebut dibahas secara lebih detail sebagai berikut: BHP Telekomunikasi

    Nilai BHP Telekomunikasi ialah sebesar 1% dari pendapatan kotor penyelenggara jaringan. PNBP ini tidak perlu dibayarkan apabila pihak penyelenggara jaringan tidak menjual jasanya dan hanya memakai jaringan untuk keperluan sendiri

    USO Nilai USO ialah sebesar 0.75% dari pendapatan kotor penyelenggara jaringan. PNBP ini juga tidak perlu dibayarkan apabila pihak penyelenggara jaringan tidak menjual jasanya dan hanya memakai jaringan untuk keperluan sendiri

    BHP Spektrum Frekuensi Nilai USO ialah sekitar 5-7 % dari pendapatan kotor penyelenggara jaringan. PNBP ini tidak perlu dibayarkan apabila pihak penyelenggara jaringan menggunakan spektrum 2,4 GHz.

    7) Beban Biaya : Beban biaya merupakan representasi biaya yang harus ditanggung mahasiswa dalam pengimplementasian jaringan 802.11n di ITB.

    III. METODA DAN SKENARIO PENELITIAN

    A. Forecasting Forecasting diperlukan untuk mendapatkan data tentang jumlah pelanggan yang berpotensi untuk menggunakan layanan yang akan disediakan. Sehingga data forecasting yang akan dibahas pada bagian ini merupakan forecasting terhadap jumlah pelanggan di Lingkungan kampus ITB. Melalui forecasting dapat dilakukan perencanaan berikutnya yaitu perencanaan mengenai jaringan serta peralatan yang diperlukan.

    Kartika Timoryani et al.

    305

  • Berdasarkan data [12] serta sejumlah asumsi, didapatkan jumlah penghuni dari tiap gedung di ITB tahun 2012 sebagai berikut:

    TABEL 4 POPULASI TIAP GEDUNG

    Gedung Mahasiswa Akademik Non-Akademik UPTOR 50 10 20

    SABUGA 1100 10 45 SBM 1174 13 20

    LABTEK 3 929 68 52 TI 925 40 30

    LAB. MS 342 18 14 LABTEK 2 1101 58 44

    RADAR 162 8 6 GKU BARAT 2300 23 12 LABTEK 11 1345 56 56 LABTEK 10 888 40 30

    TVST 620 6 5 OKTAGON 610 6 8

    GSG 100 5 5 PAU 106 40 80

    PERPUS 400 20 60 LAPI 10 10 25

    LABTEK 4 853 45 34 MINYAK 559 27 21

    BSC B 538 26 20 KIMIA 547 40 30

    GKU TIMUR 1330 14 50 COMLABS 200 5 10

    PLN 203 10 7 LABTEK 1 1026 55 20 LABTEK 7 1240 76 55 LABTEK 8 1155 52 58 LABTEK 5 1403 47 30 LABTEK 6 1415 51 34 KONVERSI 203 10 7 BUNKER 50 5 10 FISIKA 682 50 38 SIPIL 1094 68 52 BSC A 100 10 50

    AULA BARAT 200 10 10 FTSL 10 30 20 FSRD 10 37 28 PIK 20 10 30

    CC BARAT 200 10 30 CC TIMUR 200 10 30

    TL 548 17 13 LABTEK 9A 705 46 35 LABTEK 9C 970 55 42

    SR 1033 37 28 LABTEK 9B 552 36 27

    GALERI 100 5 5 AULA TIMUR 300 10 10

    PT. LAPI 100 10 10 MBA ITB 322 10 10

    INKUBATOR 100 10 10 SALMAN 300 10 30

    BMG 100 10 20

    B. Planning Berikut ini data karakteristik pelanggan yang ditentukan

    berdasarkan kuota akses internet yang ditawarkan untuk tiap bulan.

    TABEL 5

    KARAKTERISTIK KUOTA AKSES INTERNET MASING_MASING PAKET

    Jenis Pelanggan Kuota Akses Internet (MB)

    Per Bulan Per Hari*

    Mahasiswa 30000 1000

    Tenaga Akademik 15000 500 Tenaga Non -

    Akademik 750 250

    *) asumsi 1 bulan terdiri dari 30 hari

    Berdasarkan Tabel 5, Aspek bisnis pada Sistem Komunikasi Wireless IEEE 802.11, serta beberapa asumsi, seperti radius AP sebesar 30 m dan data rate AP sebesar 40 Mbps. maka akan didapatkan jumlah AP yang dapat memenuhi kebutuhan akan akses internet di lingkungan kampus ITB hingga tahun 2016, yang dapat dilihat pada tabel 6.

    TABEL 6

    JUMLAH AP TAHUN 2016 Jumlah AP melalui

    pendekatan kapasitas

    Jumlah AP melalui

    pendekatan coverage

    2012 2016 2012 2016

    76 82 250 250

    IV. ANALISA HASIL PENELITIAN

    A. Pengeluaran Elemen pengeluaran yang dilakukan terdiri dari CAPEX

    (Capital Expenditures) dan OPEX (Operational Expenses), PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), dan biaya line transmition.

    1) CAPEX : CAPEX adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk mengadakan barang-barang hingga jasa yang berpengaruh secara langsung terhadap produk baik berupa barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Dengan kurs 1 USD sebesar Rp 9,020,- [14]

    Gambar 1 Jaringan Backbone ITB Setelah Modifikasi

    Perencanaan Jaringan Internet Berbasis Teknologi 802.11n di Kampus Institut Teknologi Bandung

    306

  • Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat penambahan 4 line fiber optic single mode berkecepatan 1000 Mbps. 4 line fiber tersebut digunakan untuk menghubungkan GSG, LABTEK III, gedung SR, serta GKU Barat kesalah satu dari 3 core switch terdekat.

    TABEL 7 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

    Tipe Produk Kuantitas Harga keterangan ZoneFlex

    7343 Single Band Indoor 802.11n AP

    250 Rp. 787,671,500

    ZoneDirector 3250

    controller 2 Rp. 378.840.000

    Controller (N+1), untuk menjamin

    infrastructure yang dapat dihandalkan

    Switch 4 Rp. 7,208,784

    Digunakan untuk pemasangan

    pertama di GKU barat, Labtek 3, dan GSG, dan

    gedung SR

    Fiber Optic 800 m Rp. 126,280,000

    Digunakan untuk menggelar kabel

    FO dari GKU Barat-Labtek 6, Labtek3-PAU,

    GSG-PAU, SR-LABTEK VIII

    Server 52 Rp. 177,766,160

    Digunakan untuk ke 52 bangunan yang terdapat di lingkungan ITB

    TOTAL Rp.1,477,766,444

    2) OPEX : Komponen OPEX yang digunakan pada kasus ini tidak memperhitungkan faktor sales dan marketing, hal ini dikarenakan ITB selaku penggelar jaringan bukan merupakan perusahaan yang mencari profit. Selain itu komponen penyewaan lokasi menara juga diabaikan karena dalam menggelar teknologi 802.11n ini tidak diperlukan menara. Sedangkan untuk biaya transmisi dilakukan perhitungan secara lebih detail pada bagian selanjutnya. Sehingga didapat Perhitungan OPEX sebagai berikut:

    TABEL 8 OPEX

    Komponen Biaya Keterangan CAPEX Rp. 1,477,766,444 OPEX Jaringan

    Operasi dan Perawatan Rp. 143,009,656 Penyewaan Lokasi Menara Rp. 0 Pasokan daya Rp. 71,504,828 Biaya Transmisi Dihitung pada sub bab lain

    Total Rp. 214,514,484 Opex Perusahaan Biaya Sales dan marketing Rp. 0 Karyawan Rp. 158,740,718 Administrasi Rp. 64,354,345

    Total Rp. 223,095,063

    3) Biaya Depresiasi : Dalam perencanaan ini melibatkan teknologi yang cepat berubah sehingga semua kompnen yang termasuk aset utama pada perencanaan ini diperhitungkan hanya memiliki umur tertentu. Pada tugas akhir ini diasumsikan bahwa usia ekonomis dari 802.11n adalah selama 5 tahun. Dengan demikian depresiasi pada aset diperhitungkan secara merata dengan persamaan sebagai berikut:

    = 100% = 100%5 = 20 %

    Karena komponen pendukung disewa dari pihak ketiga, maka pada akhir proyek akan didapatkan bahwa nilai sisa keseluruhan proyek adalah nol. Dengan demikian maka perhitungan biaya depresiasi telah terhitung dalam perencanaan ini

    4) PNBP : ITB tidak perlu membayar biaya BHP

    Telekomunikasi dan USO karena ITB tidak menjual jasa dan hanya memakai jaringan untuk keperluan sendiri. Sedangkan biaya BHP Spektrum frekuensi ini dapat diabaikan karena ITB memakai teknologi 802.11n yang dipakai dalam kasus ini menggunakan band ISM yang merupakan frekuensi non lisensi

    TABEL 9

    PNBP PNBP Biaya

    BHP Telekomunikasi Rp. 0,- USO Rp. 0,-

    BHP Spektrum Frekuensi Radio Rp. 0,-

    5) Line Transmisi : perhitungan biaya trafik backbone dengan harga $400 per Mbps [17] adalah sebagai berikut.

    TABEL 10 LINE TRANSMISI

    Tahun Total Trafik (Mbps)

    Trafik Internasional

    (Mbps) Line Backbone

    2012 1828 1280 Rp. 4,616,796,800 2013 1919 1344 Rp. 4,847,636,640 2014 2011 1408 Rp. 5,078,476,480 2015 2102 1472 Rp. 5,309,316,320 2016 2194 1536 Rp. 5,540,156,160

    TOTAL Rp. 25,392,382,400

    B. Beban Biaya

    Dari Tabel 7, 8, 9, 10 didapatkan nilai total pengeluaran ialah sebesar Rp. 29,058,196,579. Secara umum nilai beban biaya dapat menggunakan persamaan berikut:

    =

    Tetapi dengan mempertimbangkan ITB melakukan

    peminjaman modal awal CAPEX pada bank maka perhitungan beban biaya dilakukan dalam dua tahap, yaitu perhitungan beban biaya CAPEX, yang memperhitungkan faktor bunga dan jangka waktu pinjaman dari bank, dan beban

    Kartika Timoryani et al.

    307

  • biaya operasional. Tabel 11 menunjukan nilai total beban biaya yang didapatkan dengan menjumlahkan beban biaya CAPEX dan beban biaya operasional

    TABEL 11 TOTAL BEBAN BIAYA

    Komponen Biaya Beban Biaya CAPEX Rp 18,372

    Beban Biaya Operasional* Rp. 269,590

    Total Beban Biaya Rp 287.962

    *) suku bunga 9.9%, jangka waktu 60 bulan, rata-rata jumlah mahasiswa per tahun 20,461

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Setelah melakukan langkah-langkah berupa identifikasi, observasi, studi, perancangan, pengolahan data, serta analisis, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dengan sejumlah data yang didapat dan diolah, telah berhasil dibuat perencanaan jaringan Interenet dengan teknologi 802.11n di ITB yang dapat memenuhi kebutuhan internet di ITB baik melalui pendekatan coverage maupun pendekatan kapasitas. Arsitektur dan topologi jaringan ditampilkan di gambar IV.1. Untuk membuat jaringan tersebut dibutuhkan AP 802.11n sejumlah 250 serta diperlukan penambahan 4 line fiber optic single mode berkecepatan 1000 Mbps dan 4 buah switch. Selain itu untuk menunjang kinerja teknologi ini, diperlukan juga 2 buah AP controller dan 52 server.

    2. Investasi yang dibutuhkan untuk penggelaran teknologi 802.11n di ITB penggunaan 5 tahun (tahun 2012-2016) adalah sebesar Rp 29,058,196,579 ,yang apabila dibebankan kepada mahasiswa akan sebesar Rp 287,962 per mahasiswa per tahun.

    B. Rekomendasi

    Untuk pengembangan penelitian pada masa yang akan datang, dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut:

    1. Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan yang melakukan perancangan jaringan 802.11n pada lingkungan outdoor di ITB sehingga terciptanya wifi-mesh campuss.

    2. Jika dimungkinkan, akan sangat baik jika sebelum implementasi, dilakukan uji kinerja perangkat AP secara realtime di ruang nyata, untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan internet di kampus ITB.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] [Online] IEEE 802.11 wireless local area networks. http://www.intel.com/standards/case/case_802_11.htm. (23-12-2011).

    [2] [Online] Data Communication and Networking, 4th Edition, chapter 14.1.3-Physical Layer. http://www.globalspec.com/reference/11112/121073/chapter-14-1-3-physical-layer (24-01-2012).

    [3] [Online] Security Schemes for the OLSR Protocol for Ad Hoc Network, Chapter 1 Introduction to wireles networking. http://perso.crans.org/raffo/papers/phdthesis/thesisch1.html (24-01-2012).

    [4] [Online] Wireless 802.11s Mesh Network, a Techno Commercial Overview. http://www.calsoftlabs.com/whitepapers/wireless-802-mesh-networks.html. (24-01-2012).

    [5] D. Skordoulis, N. Qiang, H. Chen, A.P. Stephens, C. Liu, & A. Jamalipour. (2008). IEEE 802.11n MAC Frame Aggregation Mechanism for Next-Generation High-Throughput WLANS. IEEE Wireless Communications

    [6] [Online] Airmagnets Whitepaper. (2008), 802.11n Primer.[pdf]. http://www.airmagnet.com/assets/whitepaper/WP-802.11nPrimer.pdf (23-12-2011)

    [7] Sembada, Wibisana. (2010). Analisis Throughput Wireless AD-HOC 802.11n menggunakan NS-2. Institut Teknologi Bandung.

    [8] Ruckus Wireless| White Paper.(2011) Wireless Best Practice. [9] Kurniawan, Adit.(2010) Bahan Kuliah Sistem Komunikasi Seluler

    (ET4081). [10] Tito, Muhammad. (2010). Analisis Tekno Ekonomi Teknologi HSDPA

    di Kota Bandung. Institut Teknologi Bandung. [11] [Online] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

    2009. http://www.postel.go.id/content/ID/regulasi/standardisasi/pp/pp_7_2009_pnbp.pdf (20-02-2012).

    [12] [Online] Fakta dan angka Institut Teknologi Bandung. http://www.itb.ac.id/about-itb/facts (24-01-2012).

    [13] [Online] Backbone Kampus ITB - Infrastruktur Jaringan Internet Masa Depan. http://www.usdi.itb.ac.id/web/?p=27 (24-01-2012).

    [14] [Online] Kurs Mata Uang Bank Mandiri. http://www.bankmandiri.co.id/resource/kurs.asp?row=2 (10-02-2012).

    [15] [Online] Pricelist for Ruckus Wireless Products. http://www.peppm.org/Products/ruckus/price.pdf (10-02-2012).

    [16] [Online] Megah Alam Semesta, Instalasi Fiber Optik. http://networking.jaringan-komputer.com/Harga_Network/Network_Price_All/instalasi-fiber-optic-001.htm (10-02-2012).

    [17] Sakareza, Willy. (2010). Analisis Tekno Ekonomi Implementasi Fixed Broadband Wireless Access 2,3 GHz di Jakarta. Institut teknologi Bandung.

    [18] Purbo, Onno W. (2007). Jaringan Wireless di dunia berkembang. Penerbit Andi. Yogyakarta - Indonesia

    [19] [Online] Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS). http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Direct_Sequence_Spread_Spectrum_%28DSSS%29 (14-03-2012)

    [20] Suryanto, Fanny S. (2008). Kombinasi Penerima ML-MMSE Sistem STBC-CDMA untuk Modulasi BPSK/QAM. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

    Perencanaan Jaringan Internet Berbasis Teknologi 802.11n di Kampus Institut Teknologi Bandung

    308