95154795 Petrografi Tekstur Khusus Bat Beku
-
Upload
ali-rahmat-iqbal -
Category
Documents
-
view
153 -
download
0
description
Transcript of 95154795 Petrografi Tekstur Khusus Bat Beku
SITAT-SIFAT OPTIK MINERAL RFM, TEKSTUR UMUM DAN KHUSUS BATUAN BEKU, DAN GAMBAR SAYATAN BATUAN BEKU
A. Macam-Macam Tekstur Batuan Beku
1. Tekstur Umum Batuan Beku
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
1) Kristalinitas Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohyalin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohyalin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2) GranularitasGranularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik/fanerokristalin Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan
mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi: Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm. b. Afanitik Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga
diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3) Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu: Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
4) Hubungan antar kristalHubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
2. Tekstur Khusus Batuan Beku
1. Batuan beku yang berbutir seragam, disebut bertekstur granular. Macamnya:
a. Panidiomorphic granular/automorphic granular = mineral berbentuk euhedral =>sering disebut
bertekstur lamprophyric.
b. Allotriomorphic granular/xenomorphic granular = mineral berbentuk anhedral => sering disebut
tekstur aplitic.
c. Hypidiomorphic granular/hypautomorphic granular = mineral berbentuk subhedral => sering
disebut tekstur granitic.
2. Batuan yang mengandung kristal berukuran kasar yang tertanam dalam massadasar yang
berukuran lebih halus.
a. Porphyritic/phyric= jika massadasar kristalin
b. Vitrophyric = jika massadasar gelasan
c. Felsophyric : jika massadasar berupa kuarsa dan feldspar yang saling tumbuh bersama atau
intergrowth.
d. Orthophyric : jika massadasar berupa feldspar yang bentuknya gemuk, siku-siku.
e. Cumulophyric : jika fenokris mengelompok/berkumpul.
Porphyritic vitrophyric
3. Tekstur Khusus
a. Ophitic dan subophitic : merupakan tekstur yang khas pada kelompok gabro/ basalt,
terutama diabas. Merupakan intergrowth antara piroksen dan plagioklas.
- Ophitic : Jika mineral plagioklas dilingkupi oleh mineral piroksen
- Subophitic : Jika mineral piroksen dilingkupi oleh mineral plagioklas.
Tekstur Ophitic Diabas/DOLERITE
b. Tekstur graphic : merupakan tekstur yang sering ada pada batuan beku yang kaya silika,
terutama granit, pegmatit, dimana mineral kuarsa tumbuh bersama dengan alkali feldspar.
Pegmatite Graphyc Texture
c. Trachytic (pilotaxitic): tekstur yang umum pada batuan vulkanik, berupa mikrolit yang
membentuk orientasi tertentu, karena dihasilkan oleh mekanisme aliran.
Gambar :
kenampakan struktur trachytic pada batuan vulkanik
d. Intergranular /intersertal : banyak dijumpai pada batuan lava dan hipabisal, khususnya basalt dan
diabas. Celah-celah sudut mineral feldspar ditempati oleh mineral ferromagnesian (olivin,
piroksen, bijih besi) atau gelas, mineral sekunder, serpentin, chlorit dll.
Gambar : kenampakan struktur Intergranular /intersertal pada batuan lava dan hipabisal
e. Amygdaloidal texture : sering dijumpai pada lava atau batuan intrusi dangkal. Berupa lubang-
lubang gas (vesicles), yang terisi mineral sekunder, seperti opal, chalsedon, chlorite, kalsit.
Gambar : kenampakan struktur Amygdaloidal pada batuan intrusi
f. Granophyric / micrographic texture
merupakan tekstur intergrowth antara mineral kuarsa dengan feldspar, tetapi dengan ukuran yang
lebih halus.Terdapat pada batuan applite.
SIFAT OPTIK MINERAL PEMBENTUK BATUAN BEKU
Bowen’s Raction Series
Sifat optik beberapa mineral
1. Olivine
Sifat Optik Yang Khas:
Abu2 agak kehijauan-transparan
Relief tinggi
Bentuk poligonal/prismatik
Pecahan tak beraturan, tanpa belahan
WI orde II
Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin
Data Optik : Biaxial (+), a=1.63-1.65, b=1.65-1.67, g=1.67-1.69,
bire=0.0400,2V(Calc)=88, 2V(Meas)=46-98. Dispersi relatif lemah.
Gambar 2.3.1 Mineral Olivin
2. Clinopyroxene
Sifat Optik Yang Khas:
Biru cyan
colourless
Relief sedang
WI Orde 3
Birefringence: 0.002-0.022
RI: 1.674-1.764
Gambar 2.3.2 Mineral Klinopiroksen
3. Orthopiroxene
Sifat optik sama dengan klinopiroksen ( augit, diopsid )
Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring)
TO sumbu 2 (-) hipersten (+) enstatit
Sistem kristal: Orthorhombic
Relief: sedang
Warna: hijau muda / merah muda, colorless
RI: 1.658-1.788
Bire: 0.008-0.020
WI Orde 2
Gambar 2.3.3 Mineral Orthopiroksen
4. Hornblende
Sifat Optik Yang Khas :
Warna kehijauan/kecoklatan,
relief tinggi,
pleokroisme kuat (dikroik/trikroik),
belahan 1 arah atau 2 arah 120o,
bentuk prismatik (biasanya memanjang),
gelapan miring 12-30o
Gambar 2.3.4 mineral hornblende
5. Biotite
Sifat Optik Yang Khas :
Warna coklat, kemerahan, kehitaman
Bentuk berlembar
Pleokroisme kuat
Gelapan sejajar
Umumnya teralterasi dengan klorit dan mineral – mineral lempung
Data Optik: Biaxial (-), a= 1.565-1.625, b= 1.605-1.675, g= 1.605-1.675,
bire= 0.0400-0.0500, 2V(Calc)= 0, 2V(Meas)= 0-25. Dispersion
r > v or r < v.
Gambar 2.3.5 Mineral Biotit
6. Muscovite
Sifat Optik Yang Khas :
Warna colorless
Biaxial negatif
Warna colorless
Bentuk berlembar
Pleokroisme kuat
Gelapan sejajar
Bentuk dan sifat optik lain mirip biotit
Gambar 2.3.6 mineral muskovit
7. Quartz
Sifat Optik Yang Khas :
Colorless, relief rendah
Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral
Tidak punya belahan
Gelapan bergelombang
Warna interferensi abu2 orde1
TO sumbu I (+)
nw = 1.544
ne = 1.553
Orientasi optik: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal memotong ujung-
ujung sumbu yang berlengan pendek.
Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas kandungan mineral dari Ti,
Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan.
Sifatnya tidak mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang mudah mengalami
pelapukan
Gambar 2.3.7 mineral kuarsa
Genesa mineral yang bisa kita simpulkan dari pengamatan adalah ukurannya jika dilihat
dari ukuran mineral yang kita amati, mineral ini mempunyai ukuran yang kecil, ini berarti
menunjukan bahwa mineral ini paling akhir terbentuk oleh karena mineral ini tidak mempunyai
cukup ruang untuk terbentuk sesudah mineral-mineral lain terbentuk. Dari bentuk mineral yang
anhedral dapat diketahui mineral ini terbentuk paling akhir karena bidang batas mineral
dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya hampir tidak terlihat, kemudian
terdapatnya sedikit pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini terletak pada di
akhir oleh karena itu mineral ini mempunyai resistensi yang tinggi dan mineral ini terdapat pada
batuan beku asam hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk di akhir (semakin keatas sifatnya
semakin basa dan semakin kebawah semakin asam).
Berdasarkan deskripsi yaitu warna mineral colorless bentuk granular, belahan tidak ada,
terdapat pecahan, relief rendah dan pleokrisme monokroik
8. Plagioclase
Sifat Optik Yang Khas :
Colorless tapi agak keruh, relief rendah - sedang
kembaran albit atau carlsbad-albit
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-) dan (+)
Terdapat
belahan, terdapat
pleokroisme monokroik
Gambar 2.3.8 mineral plagioklas
Proses pembentukan mineral Plagioklas berdasarkan Bowen Reaction Series terletak
pada deret continuous. Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan
feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan
peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar,
CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma
mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar
(Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium
terbentuk. Kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa mineral ini
terletak pada awal pembentukan karena pada awal pembentukan ini mineral belum mempunyai
resistensi yang tinggi sehingga mudah terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat pada batuan
beku basa hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas sifatnya semakin
basa dan semakin kebawah semakin asam).
9. Orthoclase
Sifat Optik Yang Khas :
Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-)
Colorles tapi agak keruh, relief rendah : nalpha = 1.514 - 1.526, nbeta= 1.518 - 1.530, ngamma =
1.521 - 1.533
Bentuk : Umumnya sebagai anhedral sampai euhedral pada batuan beku.
Tidak terdapat pleokroisme
Gambar 2.3.9 mineral orthoklas
10. Sanidine
Sifat Optik Yang Khas :
Warna colorless
Bentuk tabular
Relief rendah
Gelapan miring 5o – 15o
Tidak terdapat pleokroisme
Umumnya teralterasi dengan mineral – mineral lempung dan sericite
Gambar 2.3.10 Mineral Sanidin
11. Serpentine
Sifat Optik Yang Khas:
Sistem kristal: Trigonal, Monoclinic, Orthorhombic
Relief: Rendah
Warna: hijau, kuning, merah kecoklatan
RI: 1.532-1.574
Bire: 0.004-0.017
WI orde 1
Gambar 2.3.11 Mineral Serpentin
12. Calcite
Sifat optik yang khas:
Relief : bervariasi rendah-sedang, colorless
RI: 1.658-1.486
Bire: 0.172
WI Orde 4
Gambar 2.3.12 mineral kalsit
13. Garnet
Sifat Optik Yang Khas:
Sistem kristal: isometrik
Relief: tinggi
Warna merah muda pucat
RI: 1.800
Bire: isotropic
Gambar 2.3.13 Mineral Garnet
14. Zicron
Sifat Optik Yang Khas:
Sistem kristal: Tetragonal
Relief: sedang
colourless
RI : 1.922-2.015
Bire: 0.042-0.065
WI Orde 3
Gambar 2.3.14 Mineral Zircon
15. KUARSA
Colorless, relief rendah
Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral
Tidak punya belahan
Gelapan bergelombang
Warna interferensi abu2 orde1
TO sumbu I (+)
nw = 1.54
ne = 1.553
Orientasi optik: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal memotong ujung-
ujung sumbu yang berlengan pendek. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun
bekas kandungan mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan. Sifatnya tidak
mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang mudah mengalami pelapukan
Gambar 1.1 Kenampakan Kuarsa Secara Optik
16. ORTOKLAS
Colorles tapi agak keruh, relief rendah
Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-)
17. PLAGIOKLAS
Colorles tapi agak keruh, relief rendah-sedang
kembaran albit atau carlsbad-albit
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-) dan (+)
18. OLIVIN
Abu2 agak kehijauan-transparan
Relief tinggi
Bentuk poligonal/prismatik
Pecahan tak beraturan, tanpa belahan
WI orde II
Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin
Gambar 1.3 Kenampakan Olivin Secara Optik
5. KLINO PIROKSEN (AUGIT, DIOPSID)
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik, sayatan//c belahan 1arah, sayatan tegak lurus c
belahan 2 arah 90o
Gelapan miring, augit 45-54o diopsid 37-44o
TO (+) sb2
19. ORTOPIROKSEN (ENSTANTIN, HIPERSTEN)
Sifat optik sama dengan klinopiroksen
Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring)
TO sumbu 2 (-) hipersten (+) enstatit
20. Sanidine
Sifat Optik Yang Khas :
Warna colorless
Bentuk tabular
Relief rendah
Gelapan miring 5o – 15o
Tidak terdapat pleokroisme
Umumnya teralterasi dengan mineral – mineral lempung dan sericite
Gambar 1.5 Kenampakan Sanidine Secara Optik
21. HORNBLENDE
Warna kehijauan/kecoklatan,
pleokroisme kuat (dikroik/trikroik),
belahan 1 arah atau 2 arah 120o,
bentuk prismatik (biasanya memanjang),
gelapan miring 12-30o
Gambar 1.2 Kenampakan Hornblende Secara Optik
Mineral hornblende merupakan mineral pembentuk batuan beku yang berwarna
kehijauan/kecoklatan. Kenampakan warna tersebut dapat dilihat melalui mikroskop polarisasi.
Berdasarkan Proses pembentukan mineral pada Bowen Reaction Series mineral ini terletak pada
deret discontinuous pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana
satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan
melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Mineral Hornblende (termasuk mineral
Amphibole) terbentuk setelah mineral Piroksen, sekitar 11000C, mineral yang mengandung
kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C. Pada proses pembentukan
mineral Hornblende tekanan yang ada tidak terlalu besar, sedangkan mineral Hornblende
bentuknya lebih prismatic atau memanjang. Sehingga mineral ini sering ditemukan berukuran
lebih besar dibandingkan mineral lain yang ada disekitarnya. Hal menunjukan bahwa mineral ini
lebih dulu terbentuk oleh karena itu mineral ini mempunyai cukup ruang untuk terbentuk
sebelum mineral-mineral lain terbentuk (belum terdapat ubahan). Dari bentuk mineral yang
euhedral dapat diketahui (sejalan dengan ukuran) mineral ini terbentuk terlebih dahulu karena
bidang batas mineral tidak dipegaruhi oleh mineral lain sehingga bidang batasnya terlihat tebal,
kemudian terdapatnya pecahan pada mineral ini menunjukan bahwa pada deret discontinuous
mineral ini terletak pada awal pembentukan karena pada awal pembentukan ini mineral belum
mempunyai resistensi yang tinggi sehingga mudah terbentuk pecahan dan mineral ini terdapat
pada batuan beku basa hal ini dikarenakan mineral ini terbentuk lebih dulu (semakin keatas
sifatnya semakin basa dan semakin kebawah semakin asam).
3.Sayatan Batuan Beku
a. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit. Dari
segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang
komposisinya asam.
800 × 506 - Abb.: Dünnschliff eines Peridotit-Gesteins.
Granodiorit
300 × 221 - Kenampakan andesin pada sayatan tipis diorit (Anonim,
http://www.aliakbarvelayati33499.wordpress.com
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro, Basalt.
1024 × 683 - Kenampakan bitownit pada sayatan tipis gabro (Anonim, 2007)
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %. Contohnya Andesit dan
Syenit.
Andesit
d. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan
Peridotit.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul, Siti Q, 2010. Laporan Praktikum Mineralogi Semester II. Semarang
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/
http://3emjata.blogspot.com/2010/11/petrologi-batuan-beku.html
http://www.fisika-indonesia.co.cc/2010/09/batuan-beku.html
http://nurulgeologist.blogspot.com/2011/06/sitat-sifat-optik-mineral-rfm-tekstur.html