93861650-Laporan-Distilasi.pdf

22
BAB I LANDASAN TEORI Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan secara luas. Di sperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit distilasi berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya pemekatan alcohol kepada berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia. Distilasi pada dasarnya adalah proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau lebih produk lewat eksploitasi perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen dalam campuran. Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray column) atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik. Salah satu modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa keuntungan : 1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum tersebut, harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin tinggi. 2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut maupun digunakan pada pabrik skala pilot. Perangkat praktikum distilasi batch membawa para pengguna untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar pemisahan

description

distilasi

Transcript of 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Page 1: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

BAB I

LANDASAN TEORI

Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan

secara luas. Di sperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit distilasi

berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya pemekatan alcohol kepada

berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia. Distilasi pada dasarnya adalah

proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau lebih produk lewat eksploitasi

perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen dalam campuran. Operasi

ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray column) atau kolom

dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa seintim

mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik.

Salah satu modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch

distillation). Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi,

sedangkan produknya dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa

keuntungan :

1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa

peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau

instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar dapat

digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum tersebut, harga

peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan semakin

tinggi.

2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika

dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang

mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh

dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki

fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini

merupakan salah satu alas an mengapa peralatan distilasi curah sangat cocok

digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperoleh kembali pelarut maupun

digunakan pada pabrik skala pilot. Perangkat praktikum distilasi batch

membawa para pengguna untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar pemisahan

Page 2: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

dengan operasi distilasi, seperti kesetimbangan uap cair dan pemisahan lewat

multi tahap kesetimbangan.

Perangkat ini dapat juga dimanfaatkan untuk mempelajari dasar-dasar

penilaian untuk kerja kolom distilasi pacing dan mempelajari perpindahan massa

dalam kolom distilasi packing.

Kesetimbangan Uap-Cair

Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi distilasi mengekspoitasi

perbedaan kemampuan menguap (volatillitas) komponen-komponen dalam

campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar

dasar keseimbangan uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas

secara singkat pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna

melandasi pemahaman tentang operasi distilasi.

1.1.1 Harga-K dan Volatillitas Relatif

Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi suatu komponen untuk

menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen tersebut

cenderung untuk terkonsentrasi di fasa uap, sebaliknya jika harganya

rendah, maka komponen cenderung untuk terkonsentrasi di fasa cair.

Persamaan (1) di bawah ini menampilkan cara menyatakan harga-K.

Dengan adalah fraksi mol komponen i di fasa uap dan adalah

fraksi mol komponen i di fasa fasa cair.

Harga-K adalah fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi.

Dalam kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah

ditetapkan, maka variable ketiga akan tertentu harganya.

Dengan demikian, harga-K dapat ditampilkan sebagai fungsi dari

tekanan dan komposisi, temperature dan komposisi, atau tekanan dan

temperatur.

Page 3: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Volatillitas relative (relative volatility) antara komponen i dan j

didefinisikan sebagai :

Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah harga-K

untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan

terpisahkan lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus,

volatillitas relative ditulis sebagai perbandingan harga-K dari komponen

lebih mudah menguap (MVC = more-volatile component) terhadap harga

K komponen yang lebih sulit menguap.

Dengan demikian, harga α mendekati satu atau bahkan satu, maka

kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat

operasi distilasi.

Sebagai contoh untuk sistem biner, misalkan suatu cairan yang dapat

menguap terdiri dari dua komponen, A dan B. Cairan ini dididihkan

sehingga terbentuk fasa uap dan fasa cair, maka fasa uap akan kaya dengan

komponen yang lebih mudah menguap, misalkan A, sedangkan fasa cair

akan diperkaya oleh komponen yang lebih sukar menguap, B. Berdasarkan

persamaan (1) dan (2), volatillitas relative, αAB, dapat dinyatakan sebagai

berikut :

Atau dapat dikembangkan menjadi :

( )

Jika persamaan (4) tersebut dialurkan terhadap sumbu x-y, maka

akan diperoleh kurva kesetimbangan yang menampilkan hubungan fraksi

mol komponen yang menampilkan hubungan fraksi mol komponen yang

mudah menguap di fasa cair dan fasa uap yang dikenal sebagai diagram x-

Page 4: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

y. Perhatikan gambar (1). Garis bersudut 45° yang dapat diartikan semakin

banyaknya komponen A di fasa uap pada saat kesetimbangan. Ini

menandakan bahwa semakin besar harga αAB, semakin mudah A dan B

dipisahkan lewat distilasi.

Gambar 1 Diagram x-y sistem biner A-B

1.1.2 Sistem Ideal dan Tak Ideal

Uraian terdahulu berlaku dengan baik untuk campuran-campuran

yang mirip dengan campuran ideal. Yang dimaksud dengan campuran

ideal adalah campuran yang perilaku fasa uapnya mematuhi Hukum

Dalton dan perilaku fasa cairnya mengikuti Hukum Raoult. Hokum Dalton

untuk gas ideal, seperti diperlihatkan pada persamaan (5), menyatakan

bahwa tekanan parsial komponen dalam campuran, pi, sama dengan fraksi

mol komponen tersebut, , dikalikan tekanan parsial komponen, , sama

dengan fraksi mol komponen di fasa cair, . Persamaan (6) menampilkan

pernyataan ini.

Page 5: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Dari persamaan (5) dan (6), harga-K untuk sistem ideal dapat

dinyatakan sebagai berikut.

Pernyataan harga-K untuk system tak ideal tidak seringkas

pernyataan untuk system ideal. Data kesetimbangan uap-cair umumnya

diperoleh dari serangkaian hasil percobaan. Walaupun tidak mudah, upaya

penegakan persamaan-persamaan untuk mengevaluasi system tak ideal

telah banyak dikembangakn dan bahkan telah diaplikasikan. Pustaka

sepaerti walas (1984) dan Smith-van Ness (1987) dapat dipelajari untuk

mendalami topik tersebut.

1.1.3 Diagram T-x-y

Proses-proses distilasi industrial seringkali diselenggarakan pada

tekanan yang relative konstan. Untuk keperluan ini diagram fasa isobar

(pada tekanan tertentu) paling baik untuk ditampilkan. Diagram yang

menempatkan temperatur dan komposisi dalam ordinat dan absis ini

dinamai diagram T-x-y. Bentuk umum diagram ini diperlihatkan dalam

gambar 1 yang mewakili campuran dengan dua komponen A dan B berada

dalam kesetimbangan uap-cairnya. Kurva ABC adalah titik-titik komposisi

cairan jenuh, sedangkan kurva AEC adalah titik-titik komposisi untuk uap

jenuh. Titik C mewakili titik didih komponen A murni dan Titik A

mewakili titik didih komponen B murni.

Bayangkan suatu campuran berfasa cair titik G, bertemperatur T0 dan

komposisinya X0, dipanaskan hingga mencapai temperatur T1 di kurva

ABC yang berarti campuran berada pada temperatur jenuhnya sedemikian

hingga pemanasan lebih lanjut akan mengakibatkan terjadinya penguapan

T1 dapat dianggap sebagai temperatur terbentuknya uap pertama kali atau

dinamai titik didih (bubble point) campuran cair dengan komposisi X0.

Perhatikan bahwa uap yang terbentuk memiliki komposisi tidak sama

dengan x0 tetapi y0 (diperoleh dari penarikan garis horizontal dari T1).

Page 6: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Pemanasan lebih lanjut mengakibatkan semakin banyak uap

terbentuk dan sebagai konsekuensinya adalah perubahan komposisi terus

menerus di fasa cair sampai tercapainya titik E. Pada temperatur ini,

semua fasa cair telah berubah menjadi uap. Karena tidak ada massa hilang

untuk keseluruhan sistem, komposisi uap yang diperoleh akan sama

dengan komposisi cairan awal.

Penyuplaian panas berikutnya menghasilkan uap lewat jenuh seperti

diwakili oleh titik F. Sekarang operasi dibalik. Mula-mula campuran fasa

uap di titik F didinginkan dari temperatur T2 hingga mencapai titik E di

kurva AEC. Di titik ini, uap berada dalam keadaan jenuh dan cairan mulai

terbentuk. Titik ini kemudian dinamai titik embun (dew point).

Pendinginan lebih lanjut menyebabkan fasa cair makin banyak terbentuk

sampai tercapainya titik H yang mewakili titik jenuh fasa cair. Diagram T-

x-y dengan demikian dapat dibagi menjadi tiga daerah :

1) Daerah di bawah kurva ABC yang mewakili subcooled liquid

mixtures (cairan lewat jenuh),

2) Daerah di atas kurva AEC yang mwakili superheated vapor (uap

lewat jenuh), dan

3) Daerah yang dibatasi kedua kurva tersebut yang mewakili system dua

fasa dalam kesetimbangan. Operasi distilasi bekerja di daerah tempat

terwujudnya kesetimbangan dua fasa, uap dan cair.

Gambar 2 Tipikal Diagram T-x-y

Page 7: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

1.1.4 Azeotrop dan Larutan Tak Campur

Gambar 2 adalah tipikal untuk sistem normal. Jika interaksi fisik dan

kimiawi yang terjadi di dalam sistem sangat signifikan maka bentukan

kurva T-x-y dan x-y akan mengalami penyimpangan yang berarti. Pada

gambar 3 berbagai modifikasi, seperti distilasi ekstraktif, distilasi kukus,

dsb, perlu dilakukan untuk memisahkan komponen-komponen dari system

yang tak ideal ini.

Gambar 3 Diagram T-x-y untuk sistem tak ideal

Gambar 3a dan 3b mewakili sistem azeotrop yaitu sistem yang

memiliki perilaku seperti zat murni di suatu komposisi tertentu. Lihat titik

a dengan komposisi xa. Pada titik ini perubahan temperatur saat penguapan

terjadi tidak menyebabkan perbedaan komposisi di fasa uap dan cair.

Gambar 3a mewakili sistem maximum boiling azeotrope, sedangkan

gambar 3b mewakili sistem minimum boiling azeotrop.

Gambar 4 Diagram x-y untuk sistem tak ideal

Page 8: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Interaksi antar komponen yang sangat kuat memungkinkan

terbentuknya dua fasa cairan yang ditunjukkan oleh daerah tak saling larut

(immiscible region) dalam diagram fasa seperti tampak dalam gambar 3c.

Diagram x-y untuk sistem-sistem ini dapat dilihat pada gambar 4.

Destilasi Diferensial

Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi

yang menggunakan peralatan seperti pada Gambar berikut ini.

Gambar 5 Distilasi Diferensial

Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan

menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan

dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. Uap keluar labu menuju kondenser

dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki

komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilasi berlangsung

satu tahap.

Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang lebih sukar

menguap (A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan komponen yang lebih

sukar menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi di dalam

cairan akan berubah; komponen A akan semakin sedikit dan komponen B akan

semakin banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang dihasilkan.

Keterangan :

D = laju alir distilat, mol/jam

yD = komposisi distilat, fraksi mol

V = jumlah uap dalam labu

W = jumlah cairan dalam labu

Page 9: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Jika komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi

komponen A di dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tadi

juga akan menurun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa

komposisi dalam operasi ini berubah terhadap waktu. Neraca massa proses

distilasi diferensial dapat dinyatakan sbb :

( )

(

( )

)

Bentuk integrasi persamaan di atas adalah sbb :

( )

Dimana x0 dan W0 masing-masing adalah komposisi dan berat cairan di dalam

labu mula-mula. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Rayleigh.

Jika operasi dilaksanakan pada tekanan tetap, perubahan temperature

cairan dalam labu tidak terlalu besar, dan konstanta kesetimbangan uap-cair dapat

dinyatakan sebagai : y = Kx, sehingga persamaan (9) dapat dengan mudah

diselesaikan menjadi :

(

)

(

)

Untuk campuran biner, hubungan kesetimbangan dapat dinyatakan

dengan koefisien volatillitas relative, α. Jika koefisien volatillitas relatif ini dapat

dianggap tetap selama operasi, maka integrasi persamaan (5) adalah :

( )

[ (

) (

)]

Page 10: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Rektifikasi dengan Refluks Konstan

Distilasi partaian menggunakan kolom rektifikasi yang ditempatkan di

atas labu didihnya (reboiler) akan memberikan pemisahan yang lebih baik dari

pada distilasi diferensial biasa, karena kolom rektifikasi menyediakan terjadinya

serangkaian tahap kesetimbangan. Dengan jumlah tahap kesetimbangan yang

lebih banyak, komposisi komponen yang mudah menguap di fasa uap akan

semakin besar atau dengan kata lain, pemisahan yang diperoleh akan lebih baik.

Kolom rektifikasi dapat berupa kolom dengan piringan (plate) atau dengan isian

(packing).

Di puncak kolom, sebagian cairan hasil kondensasi dikembalikan ke

dalam kolom sebagai refluks agar pada kolom terjadi kontak antar fasa uap-cair.

Jika nisbah refluks dibuat tetap, maka komposisi cairan dalam reboiler

dan distilat akan berubah terhadap waktu. Untuk saat tertentu, hubungan operasi

dan kesetimbangan dalam kolom distilasi dapat digambarkan pada diagram

McCabe-Thiele. Perhatikan gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 Diagram McCabe-Thiele

Pada saat awal operasi (t=t0), komposisi cairan di dalam reboiler

dinyatakan dengan x0. Jika cairan yang mengalir melalui kolom tidak terlalu besar

dibandingkan dengan jumlah cairan di reboiler dan kolom memberikan dua tahap

pemisahan teroritik, maka komposisi distilat awal adalah xD. Komposisi ini dapat

Page 11: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

diperoleh dengan membentuk garis operasi dengan kemiringan L/V dan

mengambil dua buah tahap kesetimbangan antara garis operasi dan garis

kesetimbangan seperti yang ditunjukan pada gambar 3. Pada waktu tertentu

setelah operasi (t=t1), komposisi cairan di dalam reboiler adalah xW dan komposisi

distilat adalah xD. Karena refluks dipertahankan tetap, maka L/V dan tahap

teoritik tetap.

Secara umum, persamaan garis operasi adalah sbb :

untuk waktu ke-i,

Persamaan (12) jarang digunakan dalam praktek karena melibatkan besaran L dan

V yaitu laju alir cairan dan uap yang mengalir di dalam kolom. Dengan

mendefinisikan nisbah refluks, R, sebagian R = L/D, maka persamaan (12) dapat

diubah menjadi :

Waktu yang diperlukan untuk distalasi curah menggunakan kolom rektifikasi

dengan refluks konstan dapat dihitung melalui neraca massa total berdasarkan laju

penguapan konstan, V, seperti ditunjukkan berikut ini :

Gambar 7 Distilasi dengan refluks total

Page 12: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Sistem Peralatan Kontrol

7 12

12 8 Blok-3 1

10 Blok-4

11 Blok-5 2

Keterangan :

1. Tombol alarm

2. Tombol start

3. Tombol heater OFF

4. Tombol heater ON

5. Tombol heater intermit

6. Tombol heater pemanasan

7. Tombol cooler ON

8. Tombol cooler CLOSED

9. Tombol ON-OFF

Blok 3 : Kontrol aliran cairan dan uap di dalam kolom

Blok 4 : Kontrol laju alir distilat

Blok 5 : Kontrol laju alir cairan ke kolom

Page 13: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

BAB II

TUJUAN

Tujuan dari percobaan pompa sentrifugal ini antara lain untuk menentukan

karakteristik pompa sentrifugal dengan :

1. Memisahkan campuran biner air dan ethanol.

2. Membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol etanol.

3. Mengukur fraksi distilat (xo) dan residu (xw) dalam hal ini perubahan

konsentrasi terhadap waktu.

4. Menghitung etanol dalam sampel yang diperoleh dengan persamaan luas

Rayleigh.

Page 14: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

BAB III

HASIL PERCOBAAN

Kurva Kalibrasi

Kurva Hasil Destilat

y = 0.1475x + 0.4605

R² = 0.8352

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Ind

eks

Bia

s

Fraksi Mol Ethanol

Kurva Kalibrasi

y = 40.066x - 11.372

R² = 0.7146

-2.000

0.000

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600

1/(

Xd

-Xw

)

Xw

Kurva Hasil Destilat

Page 15: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Perhitungan Berdasarkan Persamaan Rayleigh

Dengan menggunakan persamaan Simpson,

Luas di bawah kurva ( )

( )

(

⁄ )

Page 16: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Oleh : Syahdini Handiani (101411057)

Pada percobaan ini, komponen yang akan dipisahkan adalah ethanol dan

air. Titik didih etanol yaitu 78 oC sedangkan air memiliki titik didih 100

oC pada

tekanan 1 atmosfer. Perbandingan massa ethanol-air dapat diperoleh dengan cara

mengalikan massa jenis dengan volumenya.

Pada saat destilat terbentuk pertama kali (setelah umpan mendidih), suhu

reaktor umpan mencapai 90 oC, disini telihat bahwa titik didih campuran umpan

dipengaruhi oleh titik didih komponen dalam campuran tersebut, sedangkan suhu

kondensat mencapai 80 oC, ini membuktikan bahwa senyawa ethanolnya yang

terdistilasi. Komposisi dari destilat dan residu dapat dilihat dengan menggunakan

indeks bias yang diperoleh dari masing-masing destilat dan residu, dengan cara

memplotkan pada kurva kalibrasi antara indeks bias dengan residu. Dari kurva

kalibrasi ini diperoleh bahwa kenaikan indeks bias akan sebanding dengan

peningkatan komposisi ethanolnya.

Total volume destilat yang didapat yaitu sebesar 96,25 ml. Sedangkan

volume residu didapat yaitu sebesar 25,55 ml. Semakin lama waktu destilasi maka

semakin besar fraksi mol ethanol yang terkandung dalam destilat, serta semakin

sedikit fraksi mol ethanol di dalam campuran (umpan).

Untuk mencari neraca massa total, digunakan persamaan Rayleigh

dengan menggunakan grafik persamaan Rayleigh yang merupakan metode luas

dibawah kurva yaitu persamaan integral dari 1/(XD-XW) yang sebanding dengan ln

perbandingan berat etanol awal dan akhir. Dari grafik luas diperoleh luasnya

sebesar 2,9386 sehingga berat etanol akhir didalam residu sebesar 48,381 gram.

Page 17: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini yaitu :

1. Kenaikan indeks bias berbanding lurus dengan peningkatan komposisi

ethanol.

2. Semakin lama waktu destilasi maka semakin besar fraksi mol ethanol yang

terkandung dalam destilat, serta semakin sedikit fraksi mol ethanol di dalam

campuran (umpan).

3. Volume total destilat yang didapat yaitu sebesar 96,25 ml.

4. Volume total destilat yang didapat yaitu sebesar 25,55 ml.

5. Berat etanol akhir didalam residu sebesar 48,381 gram.

Page 18: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G, H. Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995.

Teknologi Kimia. Bagian 2. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda

Handojo, M. Eng. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Geankoplis, C. J. 1993. Transport Processes And Unit Operation. Third Edition,

pp 127-132. London : Prentice Hall International.

Henley, E.J., J.D., Equilibrium-Stage Separation Operations in Chemical

Engineering, John Wiley, New York, 1981, Chapter 3, 9..

Kister, H.Z. Distillation Design, Mc Graw-Hill, New York, 1992, Chapter 1, 5.

McCabe, Warren L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat.

Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.

Mc. Cabe, Waren L,. Operasi Teknik Kimia. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 1999.

Perry’s, “Chemical Engineering Handbook”, edisi 3, 1988.

Tim. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi : Distilasi. Jurusan Teknik

Kimia. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Walas, S.M., Phase Equilibria in Chemical Engineering, Butterworths Publishers,

MA, 1984

Warren L., Mc Cabe, Julian C. Smith. Peter Harriott. 1990. Unit Operations of

Chemical Engineering. Fifth Edition. New York : Mc Graw Hill, Inc.

Warren L. , Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1990. Operasi Teknik

Kimia. Penerjemah : Ir. E. Jasafi, M.Sc. Jakarta : Erlangga.

Page 19: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

LAMPIRAN A

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat

1. Alat distilasi dan unit pengendali 1 unit

2. Refraktometer

3. Stopwatch

4. Gelas sampel 10 buah

5. Botol semprot 1 buah

6. Pipet ukur 10 ml 2 buah

7. Gelas kimia 250 ml 5 buah

8. Pipet tetes 2 buah

Bahan

1. Aquades

2. Campuran ethanol-air

Page 20: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

LAMPIRAN B

DATA PENGAMATAN

Kondisi Operasi

Pemanas minyak (oil bath) = 90°C

Temperatur uap (vapour) = 80°C

Perbandingan reflux, R = L/D = 6/3 = 2

Kurva Kalibrasi

Ethanol (ml) Aquades (ml) Indeks Bias

10 0 0.603

9 1 0.576

8 2 0.566

7 3 0.565

6 4 0.558

5 5 0.554

4 6 0.532

3 7 0.516

2 8 0.512

1 9 0.487

0 10 0.407

Pengamatan

Waktu (s) Volume Ethanol (ml) Indeks Bias

Destilat Residu Destilat Residu

0 0 2 0.545 0.532

900 12 3 0.548 0.53

1800 16 4.55 0.563 0.524

3600 20 4.5 0.566 0.522

7200 16.25 4 0.57 0.514

14400 15 3 0.582 0.509

28800 17 4.5 0.601 0.501

Page 21: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

LAMPIRAN C

PENGOLAHAN DATA

Total Volume Destilat dan Residu

Waktu (s) Volume Ethanol (ml)

Destilat Residu

0 0 2

900 12 3

1800 16 4.55

3600 20 4.5

7200 16.25 4

14400 15 3

28800 17 4.5

TOTAL 96.25 25.55

Kurva Kalibrasi

Ethanol (ml) Aquades (ml) XEthanol Indeks Bias

10 0 1 0.603

9 1 0.9 0.576

8 2 0.8 0.566

7 3 0.7 0.565

6 4 0.6 0.558

5 5 0.5 0.554

4 6 0.4 0.532

3 7 0.3 0.516

2 8 0.2 0.512

1 9 0.1 0.487

0 10 0 0.407

Page 22: 93861650-Laporan-Distilasi.pdf

Perhitungan Berdasarkan Kurva Kalibrasi

Waktu

(s)

Indeks Bias Dari Kurva Kalibrasi

Destilat Residu XDestilat

(XD)

XResidu

(XW)

( )

( )

0 0.545 0.532 0.578 0.490 0.088 11.308

900 0.548 0.53 0.599 0.476 0.122 8.167

1800 0.563 0.524 0.701 0.435 0.265 3.769

3600 0.566 0.522 0.721 0.422 0.299 3.341

7200 0.57 0.514 0.748 0.367 0.381 2.625

14400 0.582 0.509 0.830 0.333 0.497 2.014

28800 0.601 0.501 0.959 0.279 0.680 1.470

Perhitungan Berdasarkan Persamaan Rayleigh

Dengan menggunakan persamaan Simpson,

Luas di bawah kurva ( )

( )

(

⁄ )