92912294 BST Keratitis Traumatik

28
PRESENTASI KASUS IDENTITAS - Nama : Tn. N - Umur : 26 tahun - Jenis kelamin : Laki - laki - Alamat : Kedaton Bandar lampung ANAMNESA (Autoanamnesa 8 Agustus 2008 ) - Keluhan utama : Penglihatan kabur dan perih, seperti ada yang mengganjal dan terasa gatal pada mata kiri sejak ± 1 bulan. - Keluhan tambahan: Tidak ada - Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan penglihatan yang kabur, perih, gatal, dan terasa mengganjal pada mata kiri sejak ± 1 bulan yang lalu . Keluhan tersebut dirasakan akibat terkenanya ranting kayu pada saat bekerja. Pasien bekerja sebagai petani. Pasien mengaku pernah berobat untuk keluhan ini, dengan menggunakan Visine. Riwayat penyakit dahulu: 1

Transcript of 92912294 BST Keratitis Traumatik

Page 1: 92912294 BST Keratitis Traumatik

PRESENTASI KASUS

IDENTITAS

- Nama : Tn. N

- Umur : 26 tahun

- Jenis kelamin : Laki - laki

- Alamat : Kedaton Bandar lampung

ANAMNESA (Autoanamnesa 8 Agustus 2008 )

- Keluhan utama :

Penglihatan kabur dan perih, seperti ada yang mengganjal dan terasa gatal pada

mata kiri sejak ± 1 bulan.

- Keluhan tambahan:

Tidak ada

- Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan penglihatan yang kabur, perih, gatal, dan terasa

mengganjal pada mata kiri sejak ± 1 bulan yang lalu . Keluhan tersebut dirasakan

akibat terkenanya ranting kayu pada saat bekerja. Pasien bekerja sebagai petani.

Pasien mengaku pernah berobat untuk keluhan ini, dengan menggunakan Visine.

ـ Riwayat penyakit dahulu:

Darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien.

- Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit darah tinggi dan kencing

manis.

PEMERIKSAAN FISIK

Status present

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

1

Page 2: 92912294 BST Keratitis Traumatik

- Kesadaran : Compos mentis

- Tekanan darah : 130/80 mmHg

- Nadi : 78 x/menit

- Pernafasan : 22 x/menit

- Suhu : a febris

Status generalis

- Kepala

Bentuk : Simetris

Mata : Lihat status oftalmologis

Hidung : Tidak ada kelainan

Telinga : Tidak ada kelainan

Mulut : Tidak ada kelainan

- Toraks

Jantung : Dalam batas normal

Paru : Dalam batas normal

- Abdomen

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

- Ekstremitas

Tidak ada kelainan

2

Page 3: 92912294 BST Keratitis Traumatik

STATUS OFTALMOLOGIS

6/6 VISUS > 3/60Tidak dilakukan KOREKSI Tidak dilakukanTidak dilakukan SKIASKOPI Tidak dilakukanTidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Kedudukan Normal BULBUS OCULI Kedudukan Normal Tidak ada kelainan SUPERSILIA Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PARESE/PARALISE Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA SUPERIOR Tidak ada kelainanTidak ada kelainan PALPEBRA INFERIOR Tidak ada kelainan

Tenang CONJUNGTIVAPALPEBRA

Tenang

Tenang CONJUNGTIVA FORNICES

Tenang

TenangCONJUNGTIVA BULBI

Hiperemis

Anikterik SCLERA AnikterikJernih CORNEA Keruh, defek (+),

infiltratSedang CAMERA OCULI

ANTERIORSedang

Gambaran kripta baik IRIS Kripta baikBulat,sentral,RC (+) PUPIL Bulat, RC (+)

Jernih LENSA Jernih

Tidak dilakukan FUNDUS REFLEKS Tidak dilakukanTidak dilakukan CORPUS VITREUM Tidak dilakukanNormal (palpasi) TENSIO OCULI Normal (palpasi)

Normal SISTEM CANALISLACRIMALIS

Normal

3

OCULUS DEKSTRA OCULUS SINISTRA

Page 4: 92912294 BST Keratitis Traumatik

PEMERIKSAAN PENUNJANG (23 Juni 2005)

- Darah lengkap

Hb : 14 gr %

LED : 10 mm/jam

Leukosit : 7400 u/dl

Masa perdarahan : 2 menit

Masa pembekuan : 11 menit

Urea : 19 mg/dl

Creatinin : 0,9 mg/dl

GDS : 110 mg/dl

- Konsul spesialis radiologi :

Hasil konsul :

Foto toraks :

Tidak ada kelainan

- Konsul spesialis jantung :

Hasil Konsul :

Klinis baik, tidak ada kelainan

- Konsul spesialis anestesi :

Hasil konsul :

Setuju untuk ECCE + IOL dengan anastesi local

4

Page 5: 92912294 BST Keratitis Traumatik

RESUME

Pasien laki-laki 61 tahun, datang dengan keluhan penglihatan yang kabur dan seperti

melihat awan pada mata kanannya sejak ± 3 bulan yang lalu . Keluhan tersebut

dirasakan bertambah dimana penglihatan pada mata kanannya semakin tidak jelas dan

buram sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari terutama pada 1 bulan terakhir ini.

Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini. Pada mata kiri pasien tidak dapat

melihat sejak saat pasien berumur 25 tahun, menurut pasien pada mata kirinya tiba-

tiba berwarna putih dan mendadak tidak dapat melihat (riwayat trauma pada saat itu

disangkal pasien), dimana pasien sendiri tidak tahu penyebabnya. Riwayat sakit

kepala yang hilang timbul dan memakai kacamata untuk melihat jauh

disangkal.kencing manis dan darah tinggi disangkal.

Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal.

Status Oftalmologis VOD = 1/300, VOS = 0, Cornea OD : jernih, arcus senilis (+),

Cornea OS = putih ,lensa OD = keruh, shadow test (-), Lensa OS = sulit dinilai

PEMERIKSAAN ANJURAN

Funduscopy

Tonometri

Slit lam

DIAGNOSIS BANDING

-

DIAGNOSIS KERJA

Katarak Senilis mature OD + Leukoma kornea OS

PROGNOSIS

- Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

5

Page 6: 92912294 BST Keratitis Traumatik

PENATALAKSANAAN

ـ Ekstraksi katarak ekstrakapsular OD + pemasangan lensa intraocular dengan

anestesi local pada tanggal 1-Juli-2005.

ـ Medikamentosa post OP :

Amoksisilin 500 mg 3x 1

Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1

Optixitrol ED 1gtt/ jam OD

- Anjuran-anjuran untuk pasien setelah post OP

Tidak boleh menundukkan kepala selama 1 bulan.

Mata tidak boleh terkena air selama 1 bulan.

Tidur terlentang.

Mata tidak boleh digosok-gosok

Tidak boleh mengangkat benda berat selama 1 bulan.

LAPORAN OPERASI

6

Page 7: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Tanggal : 1 Juli 2005

Operator : Dr . Yunita Sarah, SpM

1. Pasien dalam posisi tidur telentang pada meja operasi dalam posisi supine.

2. Mata kanan diteteskan Pantocaine 2% sebanyak 2 tetes

3. Dilakukan aseptik dan antiseptik dengan memakai betadine pada daerah mata

kanan.

4. Diberikan duk bolong dan duk steril pada mata kanan

5. Diberi anastesi retrobulber dengan lidocaine 2 % 3cc & marcaine 0,5 % 2 cc.

6. Dilakukan message pada OD lalu dipasang speculo

7. Dibuat jahitan kendali pada musculus rectus superior dengan siede 3.0

8. Dibuat insisi pada limbus superior 180°, perdarahan dirawat dengan kauter

9. Pada jam 12 limbus ditembus menuju COA

10. Dilakukan kapsulektomy anterior

11. Insisi limbus diperlebar pada tempat irisan

12. Limbus dibuka dengan gunting kornea

13. Nukleus lensa dikeluarkan dengan sendok lensa & hook musculus

14. Limbus dijahut dengan benang ethilon 10.0

15. Dimasukkan Cairan Visco elastis dalam COA

16. Dimasukkan lensa buatan dengan kekuatan 20,5 D

17. Dilakukan irigasi masa lensa dengan alat simco

18. Dilakukan insersi IOL, kemudian limbus dijahit kembali

19. Dimasukkan udara ke COA

20. Suntikan Gentamycin 0,5 cc dan Dexametason 0,2cc pada konjungtiva

fornix,lalu diberikan Gentamycin salep,tutup dengan kasa steril.

21. operasi selesai

7

Page 8: 92912294 BST Keratitis Traumatik

FOLLOW UP

Tanggal 1 Juli 2005

Subjektif Kedua penglihatan sangat kabur

Objektif KU : Baik, compos mentis

TD : 130/80 mmHg

RR : 22 x/menit

Status Oftalmologis

Visus

Bulbus okuli

Palpebra superior

Palpebra inferior

Konjungtiva palpebra

Konjungtiva forniks

Konjungtiva bulbi

Sklera

Kornea

COA

Iris

Pupil

Lensa

OD

1/300

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Tenang

Anikterik

Jernih, arcus senilis (+)

Sedang

Gambaran kripti baik

Bulat, central, RC (+)

Keruh,Shadow test(-)

OS

0

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Tenang

Anikterik

Putih

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

8

Page 9: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Tanggal 2 juli 2005

(post op ECCE + IOL OD)

Subjektif Penglihatan masih agak kabur

Objektif KU : Baik, compos mentis

TD : 130/70 mmHg

RR : 24 x/menit

Status Oftalmologis

Visus

Bulbus okuli

Palpebra superior

Palpebra inferior

Konjungtiva palpebra

Konjungtiva forniks

Konjungtiva bulbi

Sklera

Kornea

COA

Iris

Pupil

Lensa

Hecting

OD

2/60

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Hiperemis

Anikterik

Jernih, arcus senilis (+)

Sedang

Gambaran kripti baik

Bulat, central, RC (+)

Pseudofakia

Baik

OS

0

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Tenang

Anikterik

Putih

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Terapi Opcixitrol ED 1 tts/jam OD

Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1

Amoksisilin 500 mg 3 x 1

9

Page 10: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Tanggal 4 Juli 2005

Subjektif Penglihatan mulai jelas

Objektif KU : Baik, compos mentis

TD : 120/80 mmHg

RR : 20 x/menit

Status Oftalmologis

Visus

Bulbus okuli

Palpebra superior

Palpebra inferior

Konjungtiva palpebra

Konjungtiva forniks

Konjungtiva bulbi

Sklera

Kornea

COA

Iris

Pupil

Lensa

Hecting

OD

>3/60

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Hiperemis

Anikterik

Jernih, arcus senilis (+)

Sedang

Gambaran kripti baik

Bulat, central, RC (+)

Pseudofakia

Baik

OS

0

Kedudukan normal

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tenang

Tenang

Tenang

Anikterik

Putih

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Terapi Opicixitrol ED 1 tts/jam OD

Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1

Amoksisilin 500 mg 3 x 1

Keterangan Penglihatan pasien membaik dan pasien diizinkan untuk

pulang. Kontrol 3 hari kemudian ke poli mata

Sebelum pulang pasien dikoreksi di poly mata

Hasil :

VOD : 6/12 + PH tak dapat dikoreksi

Diagnosa Akhir :

Pseudofakia OD + Leukoma Kornea OS

10

Page 11: 92912294 BST Keratitis Traumatik

KATARAK SENILIS

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas 50

tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.

Pada katarak senilis akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan, tajam

penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja.

Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat

lensa akibat proses penuaan.

Penyebab katarak senilis hingga saat ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga

terjadi akibat :

Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk terlebih dahulu selalu

terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan

menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium

dan sclerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada

keadaan ini lensa menjadi kurang hipermetrop.

Proses pada korteks

Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan

penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan

membengkak menjadi lebih miop.

Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya

mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katark senilis sebaiknya singkirkan

penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti Diabetes mellitus yang dapat

menyebabkan katarak komplikata.

Katarak senilis secara klinik dibagi dalam 4 stadium :

Katarak insipiens

Pada stadium ini terlihat hal-hal berikut :

Mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior

(katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks.

11

Page 12: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Katarak subskapular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subskapular

posterior celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipiens.

Kekeruhan ini mulai menimbulkan poliopia, karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk

waktu yang lama.

Katarak Immatur

Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih

ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada katarak immatur dapat

menyebabkan bertambahnya volume lensa akibat meningkatnya tekanan

osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang cembung akan

dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi Glaukoma sekunder.

Katark matur

Pada katark matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan

ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyuiluruh. Bila katarak immatur

atau katarak intumesens tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar

sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan

seluruh lensa yang bila lama akan menyebabkan kalsifikasi lensa. Bilik mata

depan akan berukuran kedalaman normal, tidak terdapat bayangan iris pada

lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Katarak Hipermatur

Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau

lembek atau mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa

sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses

katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan

bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam

kortekslensa karena lebih berat, stadium katarak ini disebut katarak morgagni.

Pada stadium ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa

atau korteks lensa yang cair keluar dan masuk kedalam bilik mata depan.

Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea

berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik

12

Page 13: 92912294 BST Keratitis Traumatik

mata sehingga menimbulkan Glaukoma fakolitik. Pada stadium hipermatur

akan terlihat lensa yang lebih kecil normal, yang akan mengakibatkan iris

tremulans dan bilik mata depan terbuka. Pada ujian bayangan iris terlihat

positif walaupun seluruh lensa telah keruh, sehingga pada stadium ini disebut

uji bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris yang terbentuk pada kapsul

lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang mengecil

Perbedaan stadium katarak senilis

Insipiens Immatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air+massa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

(-) Glaukoma - Uveitis,

Glaukoma

Visus (+) < << <<<

Bayangan iris (-) (++) (-) (+/-)

13

Page 14: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Pengobatan Katarak Senilis

Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk katarak senilis kecuali tindakan

bedah. Tindakan bedah dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senilis,

seperti: katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum

matur, katarak matur, dan katarak yang telah menimbulkan penyulit glaukoma.

Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun. Apabila

diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman lensa.

Persiapan operasi katarak :

1. Tidak ada infeksi pada mata, seperti : Keratitis, konjungtivitis, blefaritis,

hordeolum dan kalazion.

2. Tekanan bola normal atau tidak ada glaukoma.

3. Keadaan umum harus baik.

4. Tidak batuk, terutama saat pembedahan.

5. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana

penderita dapat menentukan semua arah sinar yang menyinari.

Pemeriksaan sebelum operasi :

1. Gula darah.

2. Tekanan Darah.

3. Elektrokardiografi.

4. Riwayat alergi obat.

5. Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik

prabedah.

6. Tekanan bola mata.

7. Uji Anel.

8. Uji ultrasonografi scan A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien

tertentu kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada

kedua mata. Dengan cara ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam

untuk mendapat kekuatan refraksi pascabedah.

9. Kelengkungan kornea dapat menentukan kekuatan lensa intraokuler yang akan

ditanam. Keratometri yaitu mengukur kelengkungan kornea dan bersama

14

Page 15: 92912294 BST Keratitis Traumatik

pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan

ditanam.

Bedah katarak senilis dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan

ekstrakapsuler.

Ekstraksi Lensa Intrakapsuler (ICCE)

Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa. Penyulit pada saat

pembedahan yang dapat terjadi adalah :

1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-

sama kapsulnya. Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsuler

tanpa rencana karena kapsul posterior akan tertinggal.

2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.

Ekstraksi lensa Ekstrakapsuler (ECCE)

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan nucleus lensa

dan korteks. Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan pada katarak senile bila

tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal pada keadaan terdapatnya banyak

sinekhia posterior bekas suatu uveitis senhingga bila kapsul ditarik akan

mengakibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.

Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan myopia tinggi untuk

mencegah mengalirnya badan kaca yang cair keluar., dengan meninggalkan

kapsul-kapsul posterior untuk menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih

dianjurkan pada katarak senilis untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah.

Penyulit yang mungkin timbul pada waktu melakukan operasi katarak :

1. Perdarahan

2. prolaps iris

3. Prolaps badan siliar

Penyulit yang timbul setelah operasi adalah :

1. Pada hari pertama dapat timbul peradangan.

2. Udara yang dimasukkan untuk membentuk COA masuk kebelakang iris

sehingga COA menjadi dangkal.

3. Prolaps iris.

4. Ablasi retina apabila prolaps ini dibiarkan pada hari keempat sampai kelima

dapat menyebabkan COA dangkal.

15

Page 16: 92912294 BST Keratitis Traumatik

5. Sesudah prolaps iris, bila dibiarkan pada hari keempat sampai kelima, dapat

menyebabkan COA dangkal, kemudian dapat timbul ablasi retina akibat badan

siliar kedepan.

Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi

Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang

menggunakan getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui

insisi limbus yang kecil sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi

Pada perjalanan katarak dapat terjadi punyulit. Yang tersering adalah glaukoma, yang

terjadi karena proses :

1. Fakotopik

2. Fakolitik

3. Fakotoksik

Penglihatan setelah pembedahan katarak

Bila lensa yang keruh telah dikeluarkan, maka diperlukan lensa pengganti untuk

memusatkan sinar kedalam mata. Jenis lensa pengganti dapat berupa lensa afakik atau

kacamata yang terletak didepan mata, lensa kontak, lensa intraokular.

Kacamata pascabedahKacamata ini sangat sederhana, aman dipergunakan dan tidak mahal. Memakai

kacamata ini memerlukan penyesuaian dahulu akibat dari sifat lensa yang

memperbesar bayangan 30%, penglihatan seakan-akan melihat dekat.

Kacamata ini sangat tebal dan berat, bahan plastik dapat dipergunakan untuk

mengurangi berat kacamata.

Lensa tanam intraokular Lensa jenis ini ditanam ke dalam mata. Pemasangan lensa ke dalam mata ini

memberikan beberapa keuntungan seperti :

Tidak perlu dibersihkan

Dilakukan satu kali pada saat pembedahan

Segera dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan karena lensa intraokular

menggantikan kedudukan lensa katarak yang dikeluarkan,

Pemasangan lensa intraokular tidak dianjurkan pada :

16

Page 17: 92912294 BST Keratitis Traumatik

1. Anak yang terlalu kecil ( dibawah 3 tahun )

2. Uveitis menahun

3. Retinopati diabetik proliferatif berat

4. Glaukoma neovaskular

Perawatan Pasca Bedah

Segera setelah pembedahan, pasien akan diberi

Obat pengurang rasa sakit

Antibiotik

Pelindung untuk menutup mata

Selanjutnya diberi :

Obat tetes mata steroid, untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah

Obat tetes yang mengandung antibiotik

Mata akan ditutup selama paling lambat 1 minggu. Untuk mendapatkan kaca mata

pasca bedah sebaiknya menunggu 8 minggu.

Terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah pembedahan.

Yang boleh dilakukan :

Memakai dan meneteskan obat seperti dianjurkan

Memakai penutup seperti yang dinasehatkan

Melakukan pekerjaan yang tidak berat

Yang tidak boleh dilakukan

Menggosok mata

Bungkuk terlalu dalam

Menggendong yang berat

Membaca yang berlebihan

Mengedan keras waktu buang air besar

Berbaring sisi mata yang baru dibedah

Terkena air

LEUKOMA KORNEA

17

Page 18: 92912294 BST Keratitis Traumatik

Definisi : Kekeruhan atau sikatriks berwarna putih pada kornea dengan menempelnya

iris didataran belakang. Leukoma memberikan gangguan kosmetik dan visual. Pada

leukoma yang menutupi pupil dapat dilakukan iridektomy optis pada kornea yang

paling jernih, didaerah fisura palpebra, bila setelah dilakukan pemeriksaan visus

dengan midriatika memberikan perbaikan visus. Bila tidak ada lagi bagian yang jernih

dikornea maka dilakukan keratoplasti limbus, hasilnya baik bila kornea tak

mengandung panus

Tatuoge :

Dilakukan untuk menghindarkan kelainan kosmetik dan blendung pada leukoma.

Cara melakukannya :

Mula-mula dinerikan anastesi local dengan tetesan pantokain, kemudian kornea pada

tempat leukoma ditusuk-tusuk dengan jarum tatouage secara hati-hati, kemudian

tempat tersebut diberi jelaga atau tinta cina

Kontraindikasi :

- kornea yang tipis

- tekanan intraocular yang tinggi

Leukoma adherens :

Yakni leukoma yang disertai perlengketan iris pada kornea, akibat ulkus perforate

yang disertai dengan prolaps iris. Dengan adanya perlengketan iris pada kornea, maka

sudut coa pada tempat menjadi sempit sehingga aliran cairan coa dapat terganggu ,

menyebabkan tekanan intraocular meninggi (glaucoma sekunder). Karena itu pada

leukoma adherens jangan lupa mengukur tekanan intraokularnya. Bila glaucoma ini

tidak diobati dengan baik, maka jaringan kornea pada leukoma, tidak dapat menahan

tekanan intraocular yang tinggi, lalu menonjol, membentuk stafiloma kornea, tekanan

intraocular yang tinggi juga dapat menimbulkan kebutaan, bila dibiarkan karena dapat

mengadakan tekanan pula kepada retina dan N.II. leukoma adhrens dapat

mengganggu penglihatan. Visus dapat diperbaiki dengan melakukan iridektomi optis

pada tempat dimana kornea paling jernih, bila setelah diberikan midriatika visus

menjadi baik tetapi tidak disertai glaucoma sekunder. Bila disertai glaucoma sekunder

tekanan diturunkan dulu dengan pemberian diamox, bila tekanan sudah kembali

normal baru dilakukan iridektomi basalis sebagai iridektomi terapeutik. Dengan

18

Page 19: 92912294 BST Keratitis Traumatik

demikian sudut coa menjadi lebih luas dan mata mendapat pupil baru, karena itu

iridektomi basalisnya pun dilakukan pada tempat kornea yang paling jernih.

19

Page 20: 92912294 BST Keratitis Traumatik

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Katarak dalam penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-2, Cetakan

ulang 2003, Balai penerbit FKUI, Jakarta, 2003. hal 133 – 137

2. Ilyas S, Mailangkung, H.B.B Taim H, Saman R. Katarak dalam ilmu penyakit

mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran, Edisi ke-2, Cetakan

pertama. Penerbit CV Sagung Seto, Jakarta 2002. Hal 148 – 152

3. Nana Wijaya. Katarak dalam ilmu penyakit mata, Cetakan ke-6. Hal 192 –

211.

4. prof. dr. h Sidarta Ilyas Sp.M ilmu penyakit mata FKUI, edisi ke-2, cetakan

pertama, Balai penerbit FKUI, Jakarta 2003, hal 27

5. Nana wijaya , kekeruhan pada kornea, cetakan ke-6 hal 85

20