92634930 Gadai Syari Ah
-
Upload
santosa-djauhari -
Category
Documents
-
view
220 -
download
3
description
Transcript of 92634930 Gadai Syari Ah
GADAI SYARI’AH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Lembaga Keuangan syari’ah non Bank”
Oleh:
Vittri susanti : C02208052
M. Ainul fuady : C02208060
Dosen Pembimbing :
Sirojul arifin Sag,SS,M.Ei
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH MUAMALAH
SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR
1
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Syukur alhamdulillah senantiasa terhaturkan kehadirat Allah SWT.atas
limpahan rahmat, taufik serta hidayat-Nya, sehingga makalah kami yang
berjudul "gadai syari’ah" dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah limpahkan kejunjungan kita Baginda Rasulullah
SAW, karena beliaulah merupakan pencerah bagi semua umat.
Makalah ini sengaja penyusun rangkai sebagai bentuk apresiasi dalam
mengemban tugas mata kuliah lembaga keuangan syari’ah non bank.
Sebagai bentuk keseriusan dan rasa keingintahuan penyusun dalam
penulisan makalah ini, penyusun menyertakan beberapa referensi yang
mendukung kefalidan isi makalah.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, meskipun sudah diupayakan semaksimal mungkin. Oleh
karena itu kritik dan saran yang besifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan penyusun tulis
dikemudian hari.
Surabaya, 13 Desember
2010
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang..............................................4
B. Rumusan Masalah........................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................6
A. Pengertian ..............................................6
B. Prinsip ....................................................6
C. Aplikasi....................................................7
D. Jenis produk............................................7
E. Mekanisme operasional..........................9
F. Pengembangannya..............................................
...............12
G. Perbedaan gadai syari’ah dan gadai
konvensional.................13
H. Permasalahan dalam
gadai..................................................15
BAB III : PENUTUP............................................................................19
Kesimpulan..............................................................................19
3
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gadai merupakan salah satu kattegori dari perjanjian utang-
piutang, yang mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang
berpiutang,maka orang yang berutang menggadaikan barangnya sebagai
jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang
menggadaikan, tetapi dikuasai oleh penerima gadai. Namun dalam
kenyataan, bahwa gadai yang ada pada saat ini , khususnya di Indonesia
dalam prakteknya menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang
berat dan dapat mengarahkan kepada suatu persoalan riba. Hal ini dapat
dilihat dari praktik pelaksanaan gadai itu sendiri yang secara ketat
menentukan bunga gadai, yaitu adanya tambahan sejumlah uang atau
prosentase tertentu dari pokok utang pada waktu membayar utang.
Hadirnya pegadaian sebagai sebuah lembaga keuangan formal di
Indonesia, yang bertugas menyalurkan pembiayaan dengan bentuk
pemberian uang pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan
berdasarkan hukum gadai merupakan suatu hal yang disambut positif .
Lembaga pegadaian di Indonesia dewasa ini ternyata dalam prakteknya
belum dapat terlepas dari berbagai persoalan. Apabila ditinjau dari syari’at
islam, oleh syara’, diantaranya yaitu masih terdapatnya unsure riba, qimar
(spekulasi), ghoror (ketidak pastian)yang cenderung merugikan salah satu
pihak. Adanya unsur-unsur tersebut dalam aktivitas perjanjian gadai, akan
banyak mendatangkan kemadhorotan dari pada kemaslahatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian dari gadai syari’ah?
2. Bagaimana Prinsip operasional, aplikasi, jenis produk gadai syari’ah?
3. Bagaimana mekanisme operasional dan pengembangan gadai syari’ah?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut bahasanya (dalam bahasa arab) rahn adalah : tetap dan
lestari ,seperti AL- Habsu , artinya penahanan . Adapun dalam pengertian
syara’ , ia berarti : Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan hutang ,hingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian
(manfaat) barangnya itu. Demikian menurut yang didefinisikan para
ulama.
Apabila seseorang ingin berhutang kepada orang lain , ia menjadikan
barang miliknya baik barang berupa ternak berada di bawah
kekuasaannya (pemberi pinjaman) sampai ia melunasi hutangnya.
Demikian yang dimaksudkan gadai menurut sayara’.
Disyari’atkan untuk sahnya gadai sebagai berikut:
1.Berakal
2.Baligh
3.Bahwa barang yang dijadikan jaminan itu ada pada saat akad
sekalipun tidak satu jenis
4.Bahwa barang tersebut di pegang oleh orang yang menerima gadaian
atau wakilnya.1
B. Prinsip Operasional Gadai Syari’ah
Dalam operasionalnya pegadaian syari’ah mengandalkan dan
menjalankan 4 (empat) prinsip kerja sebagai berikut:
1. Proses cepat
Nasabah dapat memperoleh pinjaman yang hanya membutuhkan
waktu singkat. Proses administrasi dan penaksiran dilaksanakan
dalam waktu 15 menit. Selanjutnya nasabah dapat memperoleh
dana cair tidak lebih dari 1 jam.
2. Mudah caranya
Untuk mendapatkan pinjaman , nasabah cukup membawa barang
yang akan digadaikan dengan melampirkan bukti kepemilikan bila
diperlukan serta melampirkan bukti kepemilikan identitas ke kantor
pegadaian syari’ah
3. Jaminan keamanan atas barang
Pegadaian syari’ah juga memberikan jaminan keamanan atas
barang yang diserahkan dengan standar keamanan yang telah
teruji.2
C. Aplikasi gadai syari’ah
Beberapa bank umum syari’ah yang ada di Indonesia pun telah
terjun di pasar pegadaian dengan menjalankan prinsip syari’ah. Ada bank
syari’ah yang bekerja sama dengan Perum Pegadaian membentuk Unit
Layanan Gadai Syari’ah di beberapa bank umum syari’ah lainnya
menjalankan kegiatan pegadaian syari’ah sendiri . Pada perbankan
syari’ah , aplikasi gadai digunakan :
1. Sebagai tambahan , yaitu digunakan sebagai akad tambahan pada
pembiyaan yang beresiko dan memerlukan jaminan tambahan.
1 Sayyid sabiq, fikih sunnah, bandung: PT al- ma’arif, 19982 Zainuddin ali , hukum gadai syari’ah,Jakarta: sinar grafika,2008
7
2.Sebagai produk yaitu sebagai alternative dari pegadaian konvensional di
mana dalam gadai syari’ah nasabah tidak dibebani bunga tetap ,
melainkan hanya dikenakan biaya penitipan , pemeliharaan ,
penjagaan , serta penaksiran.3
D. Jenis produk dalam gadai syari’ah
1. Produk Gadai (Ar- rahn)
Produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip- prinsip
syariah, dimana anasabah hanya dibebani biaya adsminitrasi dan biaya
jasa simpan dan pemeliaharaan barang jaminan (ijarah). suatu
perjanjian untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau
tanggungan utang. Kata rahn secara etimologi berarti
“tetap”,”berlangsung”dan “menahan”. maka dari segi bahasa rahn bisa
diartikan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah
menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.
Rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai
jaminan, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang
2. ARRUM (Ar- rahn untuk usaha mikro kecil)
Merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk
pengembangan usaha dengan berprinsip syariah.
Produk ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Persyaratan yang mudah, proses cepat
(kurang lebih 3 hari), serta biaya- biaya
kompetitf dan relatif murah.
2. Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel,
mulai dari 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan,
3 Sholahuddin , lembaga ekonomi dan keuangan islam,Surakarta:muhammadiyah university,2006
hingga 36 bulan.
3. Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor
(mobil / motor) sehingga fisik kendaraan
tetap berada ditangan nasabah untuk
kebutuhan operasional nasabah.
4. Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70
% dari taksiran agunan.
5. Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap
bulan dengan jumlah tetap.
6. Pelunasan sekaligus dapat dilakukan
sewaktu- waktu dengan pemberian diskon
ijarah
Dalam gadai syari’ah memakai akad ijarah karena akad ijarah
merupakan suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan
jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Yang maksudnya
menjual manfaat suatu benda dari benda itu sendiri bukan menjual
barangnya.4 Jadi dengan demikian , dalam akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa.5 Dalam perjanjian ijarah atau leasing yang
dikenal dalam sistem keuangan yang tradisional,pada akhir perjanjian
ijarah barang yang disewa itu kembali kepada pihak yang menyewakan
barang.6 Ijarah atau leasing adalah pemberian kesempatan kepada
penyewa untuk mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka
waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama
dan para cendikiawan fiqh islam membagi lagi ijarah dalam dua jenis yaitu
4 Helmi karim, fiqih muamalah Jakarta: PT Raja grafindo persada,19935 Adiwarman , bank islam analisis fiqih dan keuangan Jakarta :PT Raja Grafindo Persada,20046 Sutan remy sjahdeini, Perbankan Islam Dan kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia Jakarta :PT PustakaUtama Grafiti, 1999
9
menyewa untuk suatu jangka waktu tertentu dan menyewauntuk suatu
proyek atau usaha tertentu.7 Ijarah mempunyai prinsip yaitu undang-
undang Sipil islam kerajaan Jordan dan Uni EmiratArab (UAE) yang
mendefinisikan ijarah yaitu memberi penyewa kesempatan untuk
mengambil pemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu
dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama.8
E. Mekanisme operasional pada gadai syari’ah
Dengan memahami konsep lembaga gadai syariah maka
sebenarnya lembaga gadai syariah untuk hubungan antar pribadi sudah
operasional. Setiap orang bisa melakukan perjanjian hutang piutang
dengan gadai secara syariah. Pada dasarnya konsep hutang piutang
secara syariah dilakukan dimana pada bentuk ini tujuan utamanya adalah
memenuhi kewajiban moral sebagai jaminan sosial.
1. Jenis barang yang digadaikan
a. Perhiasan.
b. Alat – alat rumah tangga.
c. Kendaraan
2. Biaya – biaya
a. Biaya administrasi pinjaman
Untuk transaksi pinjaman ditetapkan sebesar Rp 50,- untuk
setiap kelipatan pinjaman Rp 5.000,- biaya ini hanya dikenakan 1
kali diawal perjanjian
b. Jasa simpanan
Besarnya tarif ditentukan oleh:
1. Nilai taksiran barang
Jangka waktu ditetapkan 90 hari
7 karnaen pewataatmadja,Antonio syafi’I Antonio,Apa dan Bagaimana Bank Islam Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1992s8 Muhamad ,system dan prosedur operasional Bank Syari’ah Yogyakarta:catalog dalam terbitan,2000
2. Perhitungan simpanan setiap
kelipatan 5 hari. Berlaku
pembulatan ke atas (1-4 hari
dengan 5 hari)
Ketentuan Barang
a. Perhiasan sebesar Rp 90,- per 10 hari. Total biaya dilakukan
pembulatan Rp 100 terdekat (0-50 sdianggap 0; > 51- 100
dibulatkan Rp 100,-)
b. Barang elektronok alat rumah tangga biayanya sebesar Rp 95,- per
10 hari
c. Kendaraan bermotor biayanya sebesar Rp 100,- Per 10 hari
3. Sistem cicilan atau perpanjangan
Nasabah dapat melakukan cicilan dengan jangka waktu 4 bulan.
Jika belum dapat melunasi dalam waktu tersebut, maka nasabah
dapat mengajukan permohonan serta menyelesaikan biayanya.
Lamanya waktu perpanjangan adalah kurang lebih 4 bulan. Jika
nasabah masih belum dapat mengembalikan pinjamanya, maka
pegadaian tidak dapat diambil.
4. Proses pelelangan barang gadai
Pelelangan baru dapat dilakukan jika nasabah (rahin) tidak
dapat mengembalikan pinjamannya. Teknis harus ada pemberitahuan
5 hari sebelum tanggal penjualan. Ketentuannya :
a. untuk marhun berupa emas ditetapkan margin sebesar 2 % untuk
pembeli
b. pihak pegadaian melakukan pelelangan terbatas
c. biaya penjualan sebesar 1 % dari hasil penjualan, biaya pinjaman 4
bulan, sisanya dikembalikan ke nasabah
d. sisa kelebihan yang tidak diambil selama 1 tahun akan diserahkan
11
ke yayasan zakat.9
Teknik Transaksi
Sesuai dengan landasan konsep di atas, pada dasarnya
Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu :
1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian
menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini
dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan
akad.
Rukun dari akad transaksi tersebut meliputi :
a. Orang yang berakad :
1) Yang berhutang (rahin) dan
2) Yang berpiutang (murtahin).
b. Sighat (ijab qabul)
c. Harta yang dirahnkan (marhun)
d. Pinjaman (marhun bih)
Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut
meliputi :
1. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/bathil seperti murtahin
mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas.
2. Marhun Bih ( Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang
9 http://zanikhan.multiply.com/profile
yang dirahnkan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan tertentu.
3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya
seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya, milik
sah penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa
diserahkan baik materi maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi barang yang
dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur.
5. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa : biaya
asuransi,biaya penyimpanan,biaya keamanan, dan biaya
pengelolaan serta administrasi.
Pendanaan
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya
saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus
diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba.
Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana
yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal
sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja sama
dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga
akan melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain
untuk memback up modal kerja10.
F. Pengembangan gadai syari’ah
Pegadaian merupakan lembaga pembiayaan / perkreditan dengan
system gadai. Pegadaian modern pada awalnya berkembang di Italia yang
kemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, seperti Inggris
dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan
dikembangkan oleh VOC. Bisnis gadai melembaga pertama kali di
Indonesia sejak Gubernur jenderal VOC Van lmhoff mendirikan Bank Van
10 http://www.clocklink.com/clocks/0002white.swf
13
Leening. Meskipun demikian diyakini bahwa praktik gadai telah mengakar
dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di
Sukabumi Jawa Barat , dengan nama Pegadaian dengan misi membantu
masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman
dengan hukum gadai Adapun pegadaian syari’ah merupakan sebuah
lembaga yang relative baru di Indonesia. Konsep operasi pegadaian
syari’ah mengacu pada system administrasi modern.
Fungsi operasi pegadaian syari’ah dijalankan oleh kantor-kantor
cabang pegadaian syari’ah / Unit Lyananan Gadai Syari’ah (ULGS). ULGS
ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara structural terpisah
pengolahannya dari usaha gadai konvensional.Pegadaian syari’ah
pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai syari’ah.
Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makassar, Semarang,
Surakarta, Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih
ditahun yang sama pula, 4 kantor cabang pegadaian di Aceh dikonversi
menjadi Pegadaian Syari’ah.11
G. Perbedaan gadai syari’ah dan gadai konvensional
Gadai syari’ah meliputi:
1. Produk Jasa Gadai Syariah
a. Pemberian pinjaman, atau pembiayaan
b. Penaksiran nilai harta benda
c. Penitipan barang berupa sewa atau ijarah
d. Gold Counter, yaitu jasa penyediaan fasilitas berupa penjualan emas
2. Pendanaan pegadaian syariah dari:
a. Modal sendiri
b. Penerbitan obligasi syariah
11 Andri soemitra , bank dan lembaga keuangan syari’ah, Jakarta :kencana prenada media group, 2009
c. Mengadakan kerja sama atau syirkah dengan lembaga keuangan
lainnya
d. Pendanaan kegiatan operasional
e. Penyaluran dana yang ada
f. Investasi lain
Gadai konvensional meliputi:
1. Produk konvensional
a. Kredit Cepat dan Aman ( KCA )
b. Kredit Angsuran Fidusia (KREASI)
c. Kredit Angsuran Sistem Gadai (KREASIDA )
d. Gadai Syariah ( RAHN )
e. Kredit Tunda Juak Komoditas Pertanian
Kredit Gabah
f. Jasa Taksiran
g. Jasa Titipan
h. Gadai Saham
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perum pengadaian
memiliki sumber-sumber yaitu:
1. Modal sendiri
2. Penyertaan modal pemerintah
3. Pinjaman jangka pendek dari perbankan
4. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari KLBI
5. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
Pada dasarnya jasa gadai syariah dan konvensional hampir
sama, yang membedakannya hanyalah mengenai pengenaan biaya. Pada
gadai konvensional, biaya adalah bunga yang bersifat akumulatif.
Sedangkan perbankan syariah biaya gadai ditetapkan sekali dan
dibayarkan dimuka.
Jadi secara umum sudah ada dua jenis jasa pegadaian yaitu, jasa
15
gadai konvesioanl dengan pola bunga serta pembayaran bersama
pokoknya dan jasa gadai syariah dengan perbedaan mendasar dalam hal
pembayaran biaya. Permaslahan Syarâ pada Gadai Konvensional adalah
adanya riba Peminjam harus memberi tambahan sejumlah uang atau
prosentase tertentu dari pokok hutang atau pada waktu lain yang telah
ditentukan penerima gadai atau disebut juga bunga gadai/sewa modal.12
H. Permasalahan dalam pegadaian
Dalam pegadaian yang sering kita saksikan di negeri kita ini
banyak yang melanggar aturan syariah. Sehingga hukumnya haram.
Sebab prakteknya justru sekedar pembungaan uang atau hutang yang
nyata-nyata diharamkan di dalam semua agama samawi.
Misalnya seseorang menggadaikan mobilnya dan mendapatkan
uang pinjaman sebesar 50 juta. Uang pinjaman ini adalah hutang yang
harus dibayarkan pokok dan bunganya. Dan selama pokok pinjaman itu
belum dikembalikan, bunganya tetap terus berkembang. Boleh jadi ke
depannya jumlah hutangnya sudah membengkak menjadi 100 juta. Beda
gadai ini dengan pinjaman uang biasa adalah pada masalah jaminan, di
mana dengan digadaikannya mobil itu, pihak yang memberi pinjaman akan
lebih mudah mengeluarkan uang pinjaman. Sebab harga mobil itu sudah
pasti lebih mahal dari jumlah pinjaman yang diberikan.
Dalam gadai secara syariah, tidak ada pembungaan uang
pinjaman, melainkan biaya penitipan barang. Ketika seseorang
menggadaikan mobilnya, maka dia berkewajiban untuk membayar biaya
penitipan mobil itu. Dan biaya seperti itu wajar terjadi. Bukankah ketika kita
memarkir mobil di sebuah mal, kita diwajibkan untuk membayar ongkos
parkir untuk tiap jamnya? Maka ketika seseorang menggadaikan mobil, dia
pun pada hakikatnya harus membayar biaya penitipan mobil itu. Biaya
penitipan itulah yang jadi keuntungan bagi pihak yang memberi pinjaman
12 http:zanikhan.multiply.com/profile
hutang.
Perbedaan utama antara gadai syariah dengan gadai yang haram
adalah dalam hal pengenaan bunga. Pegadaian syariah bebas dari bunga,
yang ada adalah biaya penitipan barang.13
Dalam tugas pokoknya untuk mencegah praktek ijon, pegadaian
gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Sedangkan disisi lain
Perum Pegadaian disamping harus memberikan pelayanan dan
perlindungan yang lebih kepada konsumen dan juga dituntut untuk
mencari keuntungan serta sasaran pengguna dana lebih ditujukan untuk
konsumen produktif dan konsumtif yang bersifat segera dalam melayani
kebutuhan berbagai lapisan golongan masyarakat.
Pelayanan dan perlindungan kepada konsumen merupakan
komitmen dari pihak manajemen, mengingat konsumen adalah pihak
penentu terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Pelayanan yang
diberikan lebih mengarah kepada kepuasan konsumen . Sementara
perlindungan konsumen maknanya jauh lebih luas disamping sebuah
bentuk pelayanan tapi juga memberikan keamanan dan keselamatan
barang jaminan termasuk diri pribadi konsumen sendiri seperti dengan
adanya asuransi kecelakaan.
Namun dalam prakteknya peneliti menemukan fenomena lain
yakni terkait dalam kasus ganti rugi barang jaminan baik yang diatur
dalam ketentuan sebelumnya sebagaimana tertera dalam perjanjian yang
tertulis pada Surat Bukti Kredit (SBK), maupun yang terbaru ( SE Direksi
N0.30 Tahun 2005 ) dalam kasus ganti rugi belum dirasakan adil oleh
pihak konsumen baik secara material maupun non material seperti
barang jaminan yang memiliki nilai khusus baik nilai psikologis maupun
historis.
Menyikapi berbagai permasalahan yang terdapat dalam hal
13 http://assunnah.or.id/
17
perlindungan konsumen maka pemerintah membuat ketentuan yang
mengatur tentang perlindungan hukum bagi konsumen sebagaimana
ditegaskan dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 Pasal 29 dan Pasal
30 tentang perlindungan konsumen menyatakan bahwa:
Pasal 29 Pemerintah bertanggungjawab atas pembinaan
penyelenggaraan
konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban
perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan
pelaku usaha.
Pasal 30 Pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan
ketentuan perundang-perundangannya diselenggarakan oleh pemerintah,
masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.14
Penyelesaian Gadai
Apabila pada waktu yang ditentukan pembayaran rahin tidak
mampu membayar utangnya, hak murtahin adalah menjual marhun,
pembelinya boleh murtahin sendiri atau yang lain, tetapi dengan harga
umum yang berlaku pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut. Hak
murtahin hanyalah sebesar utangnya. Apabila harga penjualan lebih besar
dari utangnya, maka sisanya dikembalika kepada rahin. Sebaliknya,
apabila harganya kurang dari utangnya, maka rahin masih menanggung
pembayaran atas utangnya kepada murtahin. Peranan Pegadaian Syariah
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Pegadaian Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan non-
bank yang menjalankan usaha dalam penyediaan jasa-jasa dalam bidang
keuangan. Pegadaian tidak diperkenankan menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, namun pegadaian
diberikan wewenang untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat.
14 http://www.artikel DIPA_henny_Andriani_2009
Dalam perkembangannya, gadai syariah berperan besar dalam
kehidupan masyarakat terutama untuk golongan menengah ke bawah.
Dengan prosedur yang sederhana, mudah dan cepat, dana yang
dibutuhkan segera diperoleh untuk secepatnya dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhannya.
Dengan adanya pengaliran uang dari pegadaian ke masyarakat,
dapat digunakan sebagai modal kerja, sehingga gadai syariah dapat
digunakan untuk menggerakkan sektor usaha kecil dan menengah untuk
dapat tumbuh berkembang.15
15 http://nonkshe.wordpres.com./2010/1209/gadai_syari’ah
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut bahasanya (dalam bahasa arab) rahn adalah : tetap dan
lestari ,seperti AL- Habsu , artinya penahanan . Adapun dalam pengertian
syara’ , ia berarti : Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan hutang ,hingga orang yang bersangkutan
boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat)
barangnya itu. Demikian menurut yang didefinisikan para ulama .Dalam
operasionalnya pegadaian syari’ah mengandalkan dan menjalankan 3 kerja
yakni : Proses cepat, Mudah caranya, Jaminan keamanan atas barang.
Pada perbankan syari’ah, aplikasi gadai digunakan : Sebagai tambahan,
sebagai produk.
Jenis produk dalam gadai syari’ah: 1. Produk Gadai (Ar- rahn) ialah
Produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip- prinsip syariah, dimana
nanasabah hanya dibebani biaya adsminitrasi dan biaya jasa simpan dan
pemeliaharaan barang jaminan (ijarah). 2. ARRUM (Ar- rahn untuk usaha
mikro kecil) Merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk
pengembangan usaha dengan berprinsip syariah.
Mekanisme operasional pada gadai syari’ah ialah dengan memahami
konsep lembaga gadai syariah maka sebenarnya lembaga gadai syariah
untuk hubungan antar pribadi sudah operasional. Setiap orang bisa
melakukan perjanjian hutang piutang dengan gadai secara syariah. Pada
dasarnya konsep hutang piutang secara syariah dilakukan dimana pada
bentuk ini tujuan utamanya adalah memenuhi kewajiban moral sebagai
jaminan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman karim ,Bank Islamanalisis Fiqih dan Feuangan , Jakarta: PT Raja
Grafindo , 2004.
Andri soemitra , Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah , Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2009.
Helmi karim , fiqih muamalah , Jakarta : PT Raja Grafindo ,1993.
Karnaen perwataadmadja , Muhammad syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti wakaf,1992.
Muhamad , Sistem dan Prosedur Operasional Bank syari’ah, Yogyakarta : UII
press Yogyakarta, 2000.
Sayyid sabiq , fiqih sunnah , Bandung : PT al- ma’arif, 1998.
Sholahuddin , Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam , Surakarta :
Muhamadiyah University , 2006.
Sutan remy sjahdeini , Perbankan Islam dan kedudukannya dalam tata
hukum perbankan Indonesia , Jakarta : Pustaka Utama Grafiti,1999.
Zainuddin ali , Hukum Gadai Syari’ah , Jakarta : Sinar Grafika , 2008.
21
http:// assunnah.or.id
http:// nonkshe.wordpres.com./2010/1209/gadai_ syari’ah
http:// www.cloclink.com/clocks/0002 white. Swf
http:// www.artikel DIPA_henny_Andriani 2009
http:// zanikhan.multiply.com/profile
http:// zanikhan. multiply.com/ profile