92330033 Laporan Faal INDRA 2

55
MODUL INDRA KELOMPOK 5 LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI Bil Awal Ramadhan A . Deby Ariandini . Disa Almira . Disca Ariella Rucita . Ira Rahmanita . Muwawi Siregar . Namira Azzahra . Ning Widya .Novianti Supriyatna . Santiko PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH 2010

Transcript of 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Page 1: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

MO

DU

L IN

DR

A

KELO

MP

OK

5

LA

PO

RA

N P

RA

KTIK

UM

FIS

IOLO

GI

Bil Awal Ramadhan A . Deby Ariandini . Disa Almira . Disca Ariella Rucita . Ira Rahmanita . Muwawi Siregar . Namira Azzahra . Ning Widya .Novianti Supriyatna . Santiko Restuadhi . Washobirin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

2010

Page 2: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang

telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Fisiologi ini. Sholawat serta

salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W beserta

keluarga dan para sahabatnya

Pada kesepatan ini penulis menyadari sepenuhnya akan berbagai

keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki sehingga penyusunan

Laporan Praktikum Fisiologi masih jauh dari sempurna, maka sudah

selayaknya penulis sadar bahwa Laporan Praktikum Fisiologi ini tidak akan

selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan, dorongan, serta bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat

:

1. dr. Erfira SpM ,, selaku Penanggung Jawab Modul Indra

2. Ratna Pellawati , M.Biomed, selaku Penanggung Jawab Praktikum

Fisiologi

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Atas bantuan dan segala amal baiknya, semoga Allah S.W.T membalas

dengan berkah yang setimpal. Besar harapan penulis Laporan Praktikum

Fisiologi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Kelompok 5

Page 3: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia-

Nya dari Allah S.W.T dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan

dapat diamalkan dengan baik.

Jakarta, 16 Maret 2011

Penyusun

PEMBAHASAN

1. PENGECAPAN

LANDASAN TEORI

Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi

oleh membranmukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena

jaringan penyambung laminapropia menembus ke dalam ruang-ruang antar

berkas-berkas otot. Pada bagian bawahlidah membran mukosanya halus.

Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam pada

bagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katupepiglotis yang

menuju ke laryng. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk

indrapengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk

menangkaprangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon

rasa asin, asam, pahit danrasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke

dalam rongga mulut akan direspon olehlidah di tempat yang berbeda-beda.

Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor

untuk rasa.Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga

disebut kemoreseptor.Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap.

Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak

Kelompok 5

Page 4: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah.Kadang juga dijumpai pada

langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupunsedikit sekali.

Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula

yangberkelompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papilla.

Terdapat empat jenispapilla:

1.Filiformis

Terdapat di bagian posterior berbentuk penonjolan konis, sangat

banyak diseluruh permukaan lidah epitel tidak mengandung putting

pengecap epitel berambut

2. Fungiformis

Di bagian anterior dan diantara filiformis menyerupai jamur

karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus,bagian

atas melebar mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas

epitel berlapis pipih tak menanduk

3. Foliatel

Pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-

tonjolan padat bentuk: sirkumvalata banyak putting kecap

Kelompok 5

Page 5: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

4. Circumfalate

Papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih

meluas di ataspapillae lain, susunan seperti parit tersebar di daerah “V”

bagian posterior lidah banyak kelenjar mukosa dan serosin banyak

putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papillaSetiap kuncup

pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan

selpenunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang

memanjang ke lubangpengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita

makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap

(taste pores).

Secara fisiologis ada empat kesan pengecapan primer yaitu asam,

manis, asin, dan pahit. Daerah-daerah di lidah mempunyai sensitivitas

yang berbeda untuk 4 submodalitas (Figure 10-1). Pada bagian ujung

lidah paling sensitive terhadap sensasi manis. Untuk sensasi asin

terletak pada bagian lateral anterior lidah. Sedangkan sensasi asam

terletak pada bagian lateral posterior lidah. Pada bagian belakang lidah

paling sensitive untuk sensasi pahit.

Seseorang dapat menerima beratus – ratus rasa karena gabungan dari

empat rasa primer tersebut seperti semua warna pada spektrum yang

merupakan gabungan warna primer.

Kelompok 5

Page 6: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

rasa asam disebabkan oleh asam dan intensitas rasa yang sebanding dengan

logaritma konsentrasi ion hydrogen yaitu makin asam suatu rasa rasanya

makin kuat.Rasa asin disebabkan oleh garam yang terionisasi. Kualitas rasa

berbeda dari satu garam dengan garam yang lainnya. rasa manis disebabkan

oleh satu golongan zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat menyebabkan

rasa manis adalah gula, glokiol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam

amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam

dan berilium. Khususnya perhatian bahwa hampir semua zat yang

menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu – satunya zat

anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam – garam tertentu

dari timah hitam dan berilium. Rasa pahit seperti pada rasa manis, rasa pahit

juga tidak disebabkan oleh satu jenis agen kimia, tetapi rata – rata disebabkan

oleh zat organik. Ada dua kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit yaitu

zat organik rantai panjang, dan alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang

digunakan dalam kedokteran seperti aspirin, kuinin, kafein, striknin, dan

nikotin.

Kelompok 5

Page 7: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Serabut saraf sensorik dari taste buds di dua pertigaan anterior lidah

berjalan di dalam cabang chorda tymphani facialis nerve (N.VII) dan serabut

dari dua pertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui

glossopharyngeal nerve (N.IX). Serabut dari daerah lain selai lidah mencapai

batang otak melalui vagus nerve (N.X). Disetiap sisi, serabut pengecap yang

mengandung myelin tetapi mengantarkan impuls relative lambat di ketiga

saraf tersebut menyatu di bagian gustatorik nucleus traktus solitarius di

medulla oblongata. Dari sini, akson dari neuron tingkat kedua naik di

lemniscus medialis ipsilateral dan pada primate berjalan langsung ke nucleus

postero medial ventral thalamus. Dari thalamus, akson dari neuron tingkat

ketiga berjalan dalam radiasi thalamus ke face area korteks somato sensorik

di gyrus post centralis ipsilaterral. Akson–akson tersebut juga berjalan ke

bagian anterior insula yang terkait terletak di sebelah anterior dari face area

gyrus post centralis dan mungkin merupakan area yang memperantarai

persepsi sadar pengecapan dan pembagian pengecapan.

PRAKTIKUM FAAL : PENGECAPAN

TUJUAN

Tujuan Instruksional Umum

Memahami dasar-dasar faal sensorik melalui faal pengecapan

Tujuan Perilaku Khusus

1. Mendemonstrasikan hukum Johannes Müller pada faal pengecapan.

2. Mendemonstrasikan perbedaan ambang pengecapan untuk 4 modalitas

pengecapan.

3. Mendemonstrasikan kemampuan intensitas kecap untuk 1 modalitas

pengecapan.

Kelompok 5

Page 8: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Larutan berbagai rasa :

a. Manis : gula 2 sdt + air 240 ml

b. Asam : cuka 10 ml + air 10 ml

c. Asin : garam 2 sdt + air 240 ml

d. Pahit : aspirin 2 butir + air 240 ml

2. Tabung ukur

3. Lidi kapas

4. Air

TATA KERJA

I.PEMERIKSAAN INDERA PENGECAPAN

Lakukan percobaan ini pada 2 orang percobaan (OP).

1. OP tidak boleh mengetahui larutan apa yang akan diletakkan pada

lidahnya.

2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan

digunakan bila OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya

mengangkat tangan bila dapat mengecap rasa), dan rasa apa yang ia

kecap (misalnya mengangkat 1 jari untuk rasa manis, 2 jari untuk rasa

asam, 3 jari untuk rasa asin, 4 jari untuk rasa pahit). Selama percobaan

berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara atau menyentuhkan

lidahnya ke langit-langit mulut.

Kelompok 5

Page 9: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan

larutan pada pinggir gelas.

4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut

pada semua area pengecapan di lidah.

5. Setelah setiap peletakkan, tanyakan pada OP apakah ia dapat

mengecap rasa dari larutan tersebut, dan apa rasa yang ia kecap.

6. Catatlah hasilnya di diagram lidah pada form hasil yang telah

disediakan.

7. Suruhlah OP berkumur dengan air.

8. Buang lidi kapas yang telah digunakan.

9. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asam.

10. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asin.

11. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan pahit.

Hasil

Setelah percobaan dilakukan sesuai dengan tata kerja di atas, hasil

yang didapat sebagai berikut:

Bagian Lidah Manis Asin Asam PahitAnterior kiri v v v v

Lateral anterior kiri v v v vLateral posterior kiri v v v v

Posterior kiri v v v vAnterior kanan v v v v

Lateral anterior kanan v v V vLateral posterior kanan v v V v

Posterior kanan v v V vYang paling terasa Anterior Lateral Lateral Posterior

Kelompok 5

Page 10: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

anterior posterior

Interpretasi :

• Rasa manis ditemukan lebih terasa pada bagian anterior lidah atau

bagian ujung lidah

• Rasa asin ditemukan lebih terasa pada bagian lateral anterior lidah

• Rasa asam lebih terasa pada bagian lateral posterior lidah

• Rasa pahit lebih terasa pada bagian posterior pangkal lidah

kesimpulan :

Pada percobaan ini indra pengecapan dapat membedakan 4 rasa. Dan

dapat dilihat bahwa setiap bagian lidah dapat mempunyai indra yang spesifik

terhadap satu rasa.

Pertanyaan :

Apakah lidah OP berespon terhadap ke-empat sensasi rasa pada lebih dari 1

area?Jelaskan. Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar :

manis, asam, pahit, dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup

luas, zat yang pahit terutama dikecap di belakang lidah, yang asam di

sepanjang tepi lidah, yang manis di ujung lidah, dan yang asin di

dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum

yang juga agak peka untuk manis dan asin.

II. PEMERIKSAAN AMBANG PENGECAPAN

Lakukan percobaan ini pada orang percobaan (OP) yang sama dengan orang

percobaan pertama.

Kelompok 5

Page 11: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

1. Berlawanan dengan percobaan pertama, OP harus mengetahui larutan

apa yang akan diletakkan pada lidahnya.

2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan

digunakan bila OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya

mengangkat tangan bila dapat mengecap rasa). Selama percobaan

berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara aatau menyentuhkan

lidahnya ke langit-langit mulut.

3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan

larutan pada pinggri gelas.

4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut

pada area di lidah yang mengecap rasa manis.

5. Tanyakan pada OP apakah ia dapat mengecap rasa dari larutan

tersebut. Bila OP dapat mengecap rasa tersebut, berilah tanda positif(+)

di tabel ambang pengecapan pada form hasil yang telah disediakan

6. Suruhlah OP berkumur dengan air

7. Buang lidi kapas yang telah digunakan

8. Encerkan larutan manis tersebut dengan cara menuangkan 10 ml dari

larutan ke gelas bersih dan tambahkan air sebanyak 10 ml.

9. Ulangi langkah no 3-7 dengan larutan yang sudah diencerkan

10. Ulangi langkah nomor 8 dengan larutan yang sudah diencerkan

11. Ulangi kembali langkah no 3-7

12. Ulangi terus prosedur ini dengan larutan yang terus diencerkan

(10 ml larutan baru + 10 ml air) hingga OP tidak dapat mengecap rasa

yang diletakkan dilidahnya. Berilah tanda negatif (-) di tabel hingga OP

tidak dapat mengecap rasa tersebut.

Kelompok 5

Page 12: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Catatan: larutan awal dianggap berkekuatan 100%. Setiap pengenceran

akan menghasilkann larutan berkekuatan setengah dari pengenceran

sebelumnya. Maka, pengenceran pertama akan menghasilkan larutan

berkekuatan 50% pengenceran kedua 25%, dst.

13. Ulangi seluruh tahap percobaan ini dengan tiga larutan rasa yang

lain.

Hasil

Manis Asin Asam PahitTanpa

pengencera

n

+++++ +++++ +++++ +++++

Pengencera

n 1

++++ ++++ ++++ ++++

Pengencera

n 2

- ++ + +

Pengencera

n 3

- - - -

Intepretasi:

• terdapat perbedaan ambang kecap pada setiap rasa.

• Ambang kecap paling rendah terdapat pada rasa manis. Dimana pada

pengenceran ke 2, OP masih dapat merasakan rasa asin dengan jelas.

• Sedangkan ambang kecap paling tinggi di terdapat pada manis. Rasa

manis masih terasa pada pengenceran pertama dan tidak lagi terasa

pada pengenceran pengenceran selanjutnya.

• Sedangkan rasa asam dan pahit kira kia memiliki ambang batas yg

sama.

Kesimpulan:

Kelompok 5

Page 13: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Setiap rasa memiliki ambang kecapnya masing masing untuk dapat

merangsang reseptor rasa (test buds) sehingga tercetuslah lidah untuk

mersakan rasa tersebut. Semakin dominan jumlah rasa tersebut makan rasa

itu lah yg akan paling dirasa oleh lidah.

Kelompok 5

Page 14: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

2. PENDENGARAN

PERCOBAAN RINE

Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan

Nama Percobaan : Percobaan Rine

Nama Subjek Percobaan : Disa Almira

Tempat percobaan : Laboratorium Faal

Tujuan Percobaan

Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang

Dasar Teori

Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan

tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus

akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu

tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne

positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif

jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan

tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan

garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada

pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih

keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes

Kelompok 5

Page 15: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih

keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus

akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang

lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula

timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari

pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan

garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan

kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak

planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa

ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala

di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah

berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus

eksternus.

Alat Yang Digunakan

Kelompok 5

Page 16: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Garputala

Jalannya Percobaan

a. - Garputala dipukul ke besi

- Setelah itu taruh garputala di atas kepala

- Setelah suara garputala berhenti, dekatkan garputala ke telinga

b. - Garputala dipukul ke besi

- Setelah itu taruh garputala ke belakang telinga

- Setelah suara dari garputala hilang, dekatkan garputala ke telinga

e. Hasil Percobaan :.Garputala yang awalnya ditaruh di atas

kepala hingga suaranya hilang, kini setelah suaranya hilang dan ketika

diletakkan ke telinga, garputala masih berbunyi tetapi berupa dengungan saja.

Garputala yang awalnya diletakkan di belakang telinga hingga suaranya tidak

terdengar lagi, kini masih berdengung tetapi suara dengungnya tidak sekeras

seperti garputala yang awalnya ditaruh di atas kepala.

Semakin besar garputala, makin berat suaranya

Garputala dan telinga yang sejajar menghasilkan hantaran suara yang

bagus

Pada orang tua, elastisitas Membrane Thympani kuran sehingga terkadang

indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik

Kelompok 5

Page 17: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Membrane Thympani menggeparkan Maleus Incus Stapes sehingga

terdengar suara

Kesimpulan

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang

lebih lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula

timbul

PERCOBAAN WEBER

Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan

Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi (Weber)

Nama Subjek Percobaan : Disa Almira

Tempat Percobaan : Laboratorium Faal

Kelompok 5

Page 18: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Tujuan Percobaan

Untuk menentukan sumber bunyi

Dasar teori

Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan

hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber

yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak

lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar

atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar

lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika

kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka

berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,

sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada

MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan.

Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala

ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan

disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan

kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media

disebelah kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada

telinga kanan ebih hebat.

Kelompok 5

Page 19: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

3)Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri

terganggu, maka di dengar sebelah kanan.

4)Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih

hebaaaat dari pada sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang

terdapat.

Alat Yang Digunakan

Pipa karet

Jalannya Percobaan

- Pipa berupa karet diletakkan di kedua telinga

- Lalu pipa karet ditekan di salah satu titik, yaitu kanan, kiri atau tengah

Hasil Percobaan

Subjek atau praktikan bisa membedakan dimana titik itu di tekan/

dimana letak adanya sumber bunyi. Hal itu berarti pendengaran subjek atau

praktikan masih normal tetapi percobaan itu bukan merupakan salah satu

patokan untuk menentukan apakah pendengaran seseoran masih normal atau

tidak.

Kesimpulan

Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan

disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri

sama kerasnya.

PERCOBAAN SCHAWABACH

Kelompok 5

Page 20: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Tujuan

Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan

pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal.

Cara Kerja

1. Getarkan penal berfrekuensi 512 Hz seperti cara di atas.

2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus slah

satu telinga OP.

3. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungn bunyi

menghilang.

4. Pada saat itu, dengan segera pemeriksa memindahkan penal

dari prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila

dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka

hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK.

Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa

dianggap normal.

2. Apabila dengungan penala yang te;ah dinyatakan berhenti oleh OP,

juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan

mungkin SCHWABACH NORMAL ATAU SCHWABACH MEMANJANG.

Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

• Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke

prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi

dengungan.

• Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus

mastoideus OP.

• Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan

ialah SCHWABACH MEMANJANG.

Kelompok 5

Page 21: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

• Bila dengungan setelh dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga

tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah

SCHWABACH NORMAL.

Hasil Dan Pembahasan

Telinga kiri: tidak terdapat perbedaan

Telinga kanan : terdapat perbedaan

Pada tes Schwabach tidak didapatkan kesamaan antara pemeriksa

dengan OP. Hal ini munujukan terdapat perpanjangan bunyi pada telinga

kanan. Maka, OP dapat dinyatakan terdapat schwabach memanjang dan

terdapat gangguan pendengaran pada telinga kanan.

PEMERIKSAAN AUDIOMETRI

Persiapan Pasien

1. Pemeriksaan telinga.Inspeksi visual daun telinga dan liang telinga harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi aktif atau kemungkinan kolaps liang telinga pada akibat pemasangan earphone. Pengukuran harus dimulai pada telinga yang lebih baik terlebih dahulu bila teridektifikasi. Apabila pasien menggunakan alat Bantu, pasien diminta untuk melepas alat Bantu dengar setelah instruksi dijelaskan.

2. Pasien sebaiknya didudukan untuk mendapatkan hasil tes yang valid dan nyaman.

• Menghindari pasien mendapatkan petunjuk visual terhadap pemeriksaan yang sedang dilakukan.

• Memudahkan observasi respon pasien terhadap stimulus bunyi.• Memungkinkan untuk mengawasi dan memberikan tanggapan

terhadap respon pasien.3. Instruksi, meliputi:

• Tujuan tes mengidentifikasi dan merespon suarta terlemah yang bisa didengar.

• Duduk diam, tidak berbicara, selama pemeriksaan.

Kelompok 5

Page 22: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

• Tiap telinga akan diperiksa dengan berbagai frekuensi dan kekerasan bunyi.

• Pasien diminta untuk mengangkat jari sesuai sisi telinga yang mendengar, apabila merasa mendengar suara walaupun kecil dan menurunkannya apabila sudah tidak terdengar.

4. Interpretasi respons.Parameter utama yang digunakan audiologis untuk menentukan ambang dengar:

• Mengidentifikasi respon ’on’ dan ’off’ pada tiap respon pasien harus dapat membedakan awal (on) dan akhir (off) stimulus bunyi.

• Latensi respon menyatakan mendengar bervariasi sesuai stimulus yang diberikan.

• Jumlah respon yang salah respon salah dapat terjadi pada 2 kejadian: a. Kesalahan positif, apabila pasien memberi respon saat tidak ada stimulus dan b. Kesalahan negatif, apabila pasien tidak memberi respon pada saat audiologis memberikan stu=imulus yang diperkirakan dapat didengar pasien.

5. Memberikan tanda pada grafik audiometri.Lambang ambang hantaran udara kanan adalah O, warna merah

Lambang ambang hantaran udara kiri adalah X, warna biru

Lambang ambang hantaran udara kanan setelah masking adalah <, warna merah

Lambang ambang hantaran udara kiri setelah masking adalah >, warna biru

Pemeriksaan Ambang dengan Hantaran Udara

1. Headphone diletakan sesuai sisi telinga. Kanan merah, kiri biru.2. Dilakukan pengenalan stimulus suara pada pasien dengan memberi

stimulus frekuensi 1000 Hz 30dB. Didapatkan respon pemeriksaan dilanjutkan. Tidak didapatkan respon amplitudo diperbesar sampai didapatkan stimulus.

3. Stimulus diberikan selama 1-2 detik.4. Jeda antara stimulus diberikan bervariasi.5. Apabila pasien memberikan respon terhadap stimulus, amplitudo

diturunkan 10 dB. Apabila pasien tidak memberikan respon terhadap stimulus, amplitudo dinaikan 5 dB.

6. Stimulus diberikan berturut – turut pada frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, 3000Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, dan 8000 Hz. Selanjutnya dilakukan tes

Kelompok 5

Page 23: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

ulang pada frekuensi 100 Hz, dilanjutkan dengant es pada 500 Hz dan 250 Hz.

Hasil Pemeriksaan

Kanan

• 1000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-

• 2000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-

• 3000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-

• 4000 Hz30 dB +, 20 dB +, 10 dB -, 15 dB+, 5 dB-

• 6000 Hz30 dB -, 35 dB -, 40 dB +

• 500 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB –

Kiri

• 1000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB -

• 2000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-

• 3000 Hz30 dB -, 35 dB +, 25 dB -

• 4000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB -

• 6000 Hz30 dB -, 35 dB -, 40 dB -, 45 dB -, 50 dB -, 55 dB -, 60 dB -, 65 dB -, 70 dB +

• 500 Hz

Kelompok 5

Page 24: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

30 dB -, 35 dB -, 40 dB -, 45 dB +

3. SIKAP DAN KESEIMBANGAN

Kelompok 5

Page 25: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Tujuan

• Tujuan Instruksional Umum

1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan

tubuh

2. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan

keseimbangan tubuh

• Tujuan Perilaku Khusus

1. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam

mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh

2. Mendemontrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam

mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh

3. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan

keseimbangan tubuh

4. Mendemontrasikan pengaruh aliran endolimf pada Krista ampularis

dengan menggunakan model kanalis semisirkularis

5. Mendemontrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan

keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Barrany

Alat yang digunakan

1. Model-model kanalis semirirkularis

2. Tongkat atau statif yang panjang

3. Kursi Barany

SIKAP DAN KESEIMBANGAN

DASAR TEORI

Kelompok 5

Page 26: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Kanalis Semisirkularis Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior,

posterior dan horizontal yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-

masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan

membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum

terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior

bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum.

Observasi berdiri dan melangkah sangat membantu dalam membedakan

antara serebelar, vestibular dan ataksia sensorius. Pada beberapa pasien

ataksia, berdiri dan melangkah dengan dasar melebar dan tidak stabil, sering

dihubungkan dengan pergerakan terhuyung-huyung atau tiba-tiba.

Berdiri. Pasien ataksia yang diminta berdiri dengan kedua kaki bersamaan

dapat memperlihatkan keengganan atau ketidak mampuan untuk

melakukannya. Dengan desakan persisten, pasien secara berangsur-angsur

bergerak dengan kaki saling medekat tapi akan meninggalkan ruang antar

keduanya. Pasien dengan ataksia sensorik dan beberapa dengan ataksia

vesetibular, meskipun pada akhirnya mampu untuk berdiri dengan kedua

kakinya, kompensasi terhadap kehilangan satu sumber input sensorius

(proprioceptif atau labyrintin) dengan yang mekanisme lain (yaitu visual).

Kompensasi ini diperlihatkan pada saat pasien menutup mata, mengeliminasi

isyarat visual. Dengan gangguan sensorius atau vestibular, keadaan tidak

stabil meningkat dan dapat mengakibatkan pasien jatuh (tanda Romberg).

Dengan lesi vestibular, kecenderungan untuk jatuh kesisi lesi. Pasien dengan

ataksi serebelar tidak mampu mengadakan kompensasi terhadap defisit

dengan menggunakan input visual dan ketidak mampuan pada tungkai

mereka apakah pada saat mata tertutup ataupun terbuka.

Melangkah. Langkah terlihat dalam ataksia serebelar dengan dasar-luas,

sering dengan keadaan terhuyung-huyung dan dapat diduga sedang mabuk.

Osilasi kepala dan trunkus (titubasi) dapat juga ada. Jika lesi hemisfer

serebelar unilateral yang bertanggung jawab, maka kecenderungan yang

terjadi adalah deviasi kearah sisi lesi saat pasien mencoba untuk berjalan

Kelompok 5

Page 27: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

pada garis lurus atau lingkaran atau berbaris pada tempat dengan mata

tertutup. Langkah tandem (tumit ke jari kaki).

Pada ataksia sensorius langkah juga dengan dasar-lebar dan langkah

tandem rendah. Sebagai tambahan, saat berjalan khas dikarakteristik oleh

mengangkat kaki tinggi dari tanah dan membanting kebawah dengan kuat

(steppage gait) karena kerusakan proprioceptif. Stabilitas dapat diperbaiki

secara dramatikal dengan membiarkan pasien menggunakan tongkat atau

sedikit mengistirahatkan tangan pada lengan pemeriksa untuk sokongan. Jika

pasien dapat berjalan dalam gelap atau dengan mata tertutup, gait lebih

banyak lagi dipengaruhi.

Gait ataksia dapat juga menjadi manifestasi dari gangguan konversi

(gangguan konversi dengan gejala motorik atau difisit) atau malinggering.

Membedakannya sangat sulit, isolasi gait ataksia tanpa ataksia dari tungkai

pasien dapat dihasilkan oleh penyakit yang mempengaruhi vermis serebelar

superior. Observasi yang sangat membantu dalam mengidentifikasi fakta gait

ataksia yang dapat menyebabkan ketidak stabilan pada pasien dengan

langkah terhuyung-huyung, dapat mengalami perbaikan dalam kemampuan

mereka tanpa jatuh. Perbaikan keseimbangan dari posisi yang tidak stabil,

membutuhkan fungsi keseimbangan yang sempurna.

ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Model-model kanalis semisirkularis

2. Tongkat atau statif yang panjang

3. Kursi barany

TATA KERJA

I. Model Kanalis Semisirkularis

a. Pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis

semisirkularis

Kelompok 5

Page 28: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

b. Pengaruh pemutara terhadap aliran endolimfe dan perubahan posisi

krista ampularis

II. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis

1. Suruhlah OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30,

berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut

arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik

2. Suruhlah OP berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan

lurus ke depan.

3. Perhatikan apa yang terjadi.

4. Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang

berlawanan dengan jarum jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan HasilBerputar searah jarum jam Terjadi devisiasi kearah kanan

Berputar berlawanan arah jarum jam Terjadi devisiasi kearah kiri

P-SK.1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 300 ke depan?

Jawab: Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30, kalau

seseorang menunduk dengan sudut 30 maka posisi kanalis

semisirkuaris lateral dibidang horizontal.

P-SK.2. a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan

lurus ke depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab: OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan jika

berputar kearah jarum jam dan ke kiri jika berputar berlawanan

arah jarum jam.

Kelompok 5

Page 29: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

b. Bagaimana keterangannya?

Jawab: Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat

menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf

masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

KESIMPULAN

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi

tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal.

Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input

somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan

serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan

endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Dan pada saat percobaan

kedua tidak terlalu kesulitan berjalan, karena cairan endolimph dan perilimph-

nya normal kembali. Jika di putar kedua lebih pusing, maka cairan endolimp

dan perilimph baru bekerja.

DASAR TEORI

FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Telinga sebagai organ pengatur keseimbangan

Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam.Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari

udara ketelinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara

dalam proses tersebut.Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda:

koklea, yang mengandung reseptor – reseptor untuk mengubah gelombang

suara menjadi impuls – impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan

aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan.

Kelompok 5

Page 30: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Telinga Dalam

Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea,

telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus

vestibularis,yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi

keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan kepala dengan

gerakan – gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari

dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea-

kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sarkulus.

Apartus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan

kepala.seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung

endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ korti,

komponen vestibuler masing – masing mengandung sel rambut yang

berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan

– gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel – sel rambut auditorius,reseptor

vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,

tergantung pada arah gerakan cairan. Namun tidak seperti sistem

pendengaran sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem

vestibularis tidak mencapai tingakat kesadaran.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler

atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,

Kelompok 5

Page 31: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap – tiap telinga memiliki 3 kanalis

semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang –bidang yang

tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di setiap kanalis

semisirkularis terletak diatas suatu bubungan ( ridge ) yang terletak di

ampula, suatu pembesaran dipangkal kanalis. Rambut – rambut terbenam

dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang

menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah

gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti arah gelombang air.

Akselerasi ( percepatan ) atau deselerasi ( perlambatan) selama rotasi

kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak

disalah satu kanalis semisirkularis karena susanan tiga dimensi kanalis

Kelompok 5

Page 32: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran tulang dan bubungan sel

rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan

kepala.namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula –

mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang

karena adanya inersia ( kelembaman ). ( karena inersia, benda yang diam

akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap bergerak,kecuali jika

ada suatu gaya luar yang bekerja padanya dan menyebabkan perubahan.)

ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang

terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan

arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala ( serupa dengan tubuh

anda yang miring ke kanan sewaktu mobil yang anda tumpangi berbelok ke

kiri ). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong kearah yang

berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut – rambut

sensorik yang terbenam di bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam

arah dan gerakan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak

bersama kepala, sehingga rambut – rambut kembali ke posisi tegak mereka.

Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi.

Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi

kepala, sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan

rambut- rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi

semula, yaitu berlawana dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi.

Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut – rambut kembali

tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan

kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala tidak

bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.

Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 -50

stereosilia yaitu mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium,

kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel

tersebut mengalami depolarisasi ketika stereosilianya membengkok kearah

kinosilium; pembengkokan kearah yang berlawanan menyebabkan

Kelompok 5

Page 33: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

hiperpolarisasi sel.sel – sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi

dengan ujung – ujung terminal neuron aferen yang akson – aksonnya menyatu

dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf

vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk

membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut meningkatkan

kecepatan pembentukan potensial aksi diserat – serat aferen; sebaliknya,

ketika sel – sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi

diserat aferen menurun.

Sementar kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai

perubahan rotasional gerakan kepala kepada ssp, organ otolit memberikan

informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi

perubahan dalam kecepatan gerakan liniear ( bergerak dalam garis lurus

tanpa memandang arah ). Utrikulus dan sarkulus adalah struktur seperti

kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat diantara kanalis

semisirkularis dan koklea. Rambut – rambut pada sel – sel rambut reseptif di

organ – organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa diatasnya,

yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan

perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium

karbonat – otolit ( batu telinga ) – yang terbenam dalam lapisan gelatinosa,

sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam ( inert ) daripada

cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-

rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut- rambut

sarkulus berjajar secara horizontal.

Marilah kita lihat utrikulus sebagai suatu contoh. Masa gelatinosa yang

mengandung otolit berubah posisi dan membengkokan rambut – rambut

dalam dua cara :

1. Ketika kepala digerakkan ke segala arah selain vertikal (yaitu selain tegak

dan menunduk ), rambut –rambut membengkok sesuai dengan arah

gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan

Kelompok 5

Page 34: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap – tiap telinga, sebagian

berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan

sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala

posisi selain tegak lurus. Dengan demikian ssp menerima pola – pola

aktivitas saraf yang berlainan tergantung pada posisi kepala dalam

kaitannya dengan gravitasi )

2. Rambut – rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan

dalam gerakan linier horizontal ( misalnya bergerak lurus kedepan,

kebelakang, atau kesamping ). Ketika seseorang mulai berjalan kedepan,

bagian atas membran otolit yang berat mula – mula tertinggal di belakang

endolimfe dan sel – sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan

demikian rambut – rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang

berlawanan dengan arah gerakan kepala yang kedepan. Jika kecepatan

berjalan di pertahankan lapisan gelatinosa segera “menyusul” dan

bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut –

rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan

otolit secara singkat terus bergerak kedepan ketika kepala melambat dan

berhenti, membengkokan rambut –rambut kearah depan. Denga demikian

sel – sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier

horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus

yang berjalan konstan.

Sarkulus mempunyai fungsi serupa denga utrikulus, kecuali bahwa ia

berespon secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi

horizontal ( misalnya bangun dari tempat tidur ) dan terhadap akselerasi atau

deselerasi liner vertikal ( misalnya meloncat – loncat atau berada dalam

elevator ).

Sinyal – sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis

dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok

badan sel saraf di batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler

Kelompok 5

Page 35: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot,

untuk : ( 1 ) mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan; (2)

mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang

sama walaupun kepala bergerak; dan ( 3 ) mempersepsikan gerakan dan

orientasi.

Beberapa individu, karena alasan yang tidak di ketahui sangat pekak

terhadap gerakan – gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis

dan menyebabkan gejala pusing ( dizziness ) dan mual; kepekaan ini disebut

mabuk perjalan ( motion sickness ). Kadang – kadang ketidak seimbangan

cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit menier. Tidaklah

mengherankan,karena baik aparatus vestibularis maupun koklea mengandug

cairan telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan

pendengaran. Penderita mengalami serangan sementara vertigo ( pusing 7

keliling ) yang hebat disertai suara berdenging di telinga dan gangguan

pendengaran. Selama serangan itu, penderita tidak dapat berdiri tegak dan

melaporkan perasaan bahawa dirinya atau benda – benda di sekelilingnya

terasa berputar.

Serebellum,yang melekat kebelakang bagian atas batang otak,terletak di

bawah lobus oksipitalis korteks. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang scara

fungsional berbeda. Bagian bagian ini memiliki rangkaian masukan dan

keluaran dan, dengan demikian memiliki fungsi yang berbeda beda :

1. Vestibuloserebellum penting untuk untunk

mempertahankankeseimbangan dan mengontrol gerak mata.

2. Spinoserebelum mengatur tonus oto dan gerakan volunter yang

terampil dan terkoordinasi.

3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktifitas

volunter dengan memberikan masukan ke daerah daerah motorik

Kelompok 5

Page 36: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

korteks. Bagian ini juga merupakan daerah serebelum yang terlibat

dalam ingatan prosedural.

Berbagai gejala yang menandai penyakit serebelum semuanya dapat

dikaitkan dengan hilangnya fungsi fungsi tersebut, antara lain adalah

gangguan keseimbangan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi tanpa

paralisis.

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan

kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor

lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan

keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :

menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,

serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin

(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai

umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama

melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber

utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan

memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak

Kelompok 5

Page 37: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika

mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau

bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga

memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting

dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor

sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem

vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor

dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem

labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan

perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol

gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka

meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus

vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks

serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular

menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor

neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher

dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi

sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh

dengan mengontrol otot-otot postural.

c. Somatosensoris

Kelompok 5

Page 38: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta

persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)

proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks

serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar

sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi

lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor

raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi

kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk

menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil

dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas

bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada

tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi

sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan

efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity

(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu

masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi

informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular

berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan

saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan

gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor

pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal

penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik.

Kelompok 5

Page 39: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,

menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.

Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk

merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur

lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak

postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama

mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul

dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan

diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan

di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).

Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki

dan lebar dari bidang tumpu.

TATA KERJA

III. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap

keseimbangan badan

1. Suruhlah orang percobaan (OP) berjalan mengikuti suatu garis lurus di

lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang

biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan

dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup

3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan:

a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri

b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan Hasil

Kelompok 5

Page 40: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Jalan lurus ke depan Tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup Tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kiri

Terjadi sedikit deviasi ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata

tertutup

Terjadi deviasi ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kanan

Terjadi sedikit deviasi ke

kananJalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kanan serta

mata tertutup

Terjadi deviasi ke kanan

P-SK.1. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan

badan?

Jawab: ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal

dari mata dan posisi kepala

KESIMPULAN

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan

somatosensori. Dimana 50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan

adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari isyarat

visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu

bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya

kecenderungan adanya deviasi kearah sisi dimana OP memiringkan

kepalanya.

Pada saat O.P. dengan mata terbuka berjalan lurus kemudian mata

ditutup, arah berjalan akan sama, yaitu lurus. Pada saat kepala dimiringkan

dan berjalan pada keadaan mata terbuka, O.P. masih dapat berjalan lurus.

Namun, pada saat kepala dimiringkan dan O.P. berjalan pada mata dengan

keadaan tertutup, O.P. akan berjalan miring yang sama dengan arah miring

kepala.

Kelompok 5

Page 41: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Hal tersebut dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga

dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar

tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan

sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.

PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY

I. NISTAGMUS

A.NISTAGMUS

1.perintahkan pasien duduk tegak dikursi barany dengan kedua tangannya

memegang erat lengan kursi

2.perintah OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepala 30

derajat ke depan

3.putar kursi kekanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan

4.hentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba

5.perhatikan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan

6.perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan

komponen cepat nistagmus tersebut!

P-SK 4. Apa yang dimaksud nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca

pemutaran?

B.TES PENYIMPANGAN PENUNJUKAN (PAST POINTING TEST OF

BARANY)

1.perhatikan OP duduk tegak dikursi barany dan memejamkan kedua

matanya

2.pemeriksa berdiri tepat didepan kursi barany sambil mengulurkan tangan

kirinya kearah OP

Kelompok 5

Page 42: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

3.perintahkan OP meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat

menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya

4.perintahkan OP mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian

dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari

pemeriksa lagi

Tindakan #1 s/d #4 merupakan persiapan untuk test yang sesungguhnya,

sebagai berikut:

5.perintah OP dengan kedua tangannya memgang erat lengan kursi. OP

menuundukkan kepala 30 derajat kedepan.

6.putar kursi kekanan 10 dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan

7.segera setelah pemutaran, kursi dihetnikan secara tiba-tiba, dan suruh OP

menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan

seperti telah disebutkan diatas (langkah #1 sampai #4)

8.perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. bila terjadi

penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes

tersebut samapi OP tidak lagi salah menyentuh jari tangan pemeriksa

P-SK.5. Bagaiman keterangan terjadinya penyimpangan penunjukan?

C.TES JATUH

1.perintahkan OP duduk dikursi Barany dengan kedua tangannya memegan

erat lengan kursi

Kelompok 5

Page 43: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan

bungkukkan bandannya kedepan sehingga membentuk sudut 120 derajat .

P.SK.6. apakah maksud penundukan kepala OP 120 derajat dari posisi

tegak?

2.putar kursi kekanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa

sentakan

3.segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Suruh OP

menegakkan kembali kepala dan badannya.

4.perhatikan kemana ia akan terjatuh dan tanyakan kepada OP itu kemana

rasanya ia akan jatuh

5.ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan:

a.meringankan kepala kearah bahu kanan sehingga kepala miring 90

derajat terhadap posisi normal

b.menengadahkan kepala kebelakang sehingga mebuat sudut 60 derajat

terhadap posisi normal

P-SK.7. apakah maksud tindakan seperti tersebut pada langkah #5a dan

#5b? terangka!

6.hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran

endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.

D. KESAN (SENSASI)

Kelompok 5

Page 44: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

1.guanakan OP yang lain

Perintahkan OP duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan

saputangan

2.putar kursi tersebut kekanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur

bertamah dan kemudian kurangi kecepatan putaranya secara berangsur-

angsur samapai berhenti.

3.tanyakan kepaeda OP arah perasaan berputar:

a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah

b.sewaktu kecepatan putar menetap

c.sewaktu kecepatan putar dikurangi

d.segera setelah kursi dihentikan

4.berikan keternagan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan

berputar yang dirasakan oleh OP

PEMBAHASAN

A.NISTAGMUS

Dasar Teori

A. Nistagmus

Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua

fase, yaitu fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi system

vestibuler terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat reaksi kompensasinya.

Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan

aktivitas system vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal

dari satu sumber, meskipun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul

Kelompok 5

Page 45: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

bersama. Dalam keadaan terlatih baik, vertigo bisa tidak dirasakan, meskipun

nistagmus ada. Pada kelainan vestibuler perifer, gejala vertigo dapat

dihiangkan dengan latihan yang baik.

Nistagmus juga diberi nama sesuai dengan arah komponen cepatnya,

sehingga ada yang dinamakan nistagmus horizontal, nistagmus vertical, dan

nistagmus rotatoar.

Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Ia dapat

menetukan normal tidaknya system vestibuler, dan dapat juga menduga

adanya kelainan vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai

pegangan dalam menentukan diagnosisi adalan dengan tes nistagmus posisi.

Gerakan nistagmus sebenarnya suatu refleks yang mempertahankan

fiksasi penglihatan di titik-titik yang diam sementara tubuh berputar,

walaupun gerakan ini tidak ditimbulkan oleh impuls penglihatan dan terjadi

pula pada orang buta. Gerakan bola mata involuntar ini dapat dianggap

sebagai gerakan kompensatorik bola mata terhadap impuls-impuls abnormal

dari pusat-pusat yang ikut mengatur gerakan konjugat melalui nuklei

vestibulares yakni retina, otot-otot okular, otot-otot leher dan alat-alat

keseimbangan berikut serebelum. Sewaktu rotasi dimulai, mata bergerak

lambat dalam arah berlawanan dengan arah rotasi, untuk mempertahankan

fiksasi penglihatan (refleks vestibulo-okular,VOR). Bila batas gerakan ini

tercapai, mata dengan cepat berputar kembali ke titik fiksasi baru lalu kembali

bergerak lambat ke arah lain. Komponen lambat dicetuskan oleh impuls dari

labirin; komponen cepat dicetuskan oleh pusat di batang otak.

Nistagmus sering bersifat horisontal ( yaitu mata bergerak dalam bidang

horisontal), tetapi nistagmus juga dapat vertikal, bila kepala dimiringkan ke

arah bahu selama rotasi, atau dapat berputar yaitu bila kepala menunduk.

Berdasarkan perjanjian, arah gerakan mata dalam nistagmus dinyatakan

sesuai dengan arah komponen cepat. Arah komponen cepat selama rotasi

sama dengan arah rotasi, tetapi nistagmus postrotatori yang terjadi akibat

Kelompok 5

Page 46: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan, ini

merupakan rangsangan adekuat yang fisiologis bagi nistagmus.

Fase kompensasi VOR disebut sebagai fase lambat nistagmus, dan fase

antikompensatori disebut fase cepat. Arah fase cepat digunakan sebagai label

arah nistagmus karena arah gerakan cepat mata lebih mudah dideteksi secara

klinik.

Ketika seseorang dengan mata tertutup dilakukan rotasi angular

(contoh: dengan kursi Barani), maka ia dapat menentukan secara akurat arah

rotasi pada saat awal pergerakan. Namun setelah periode rotasi mencapai

kecepatan konstan, maka ia akan berkata bahwa ia berhenti berputar, ini

merupakan adaptasi cepat reseptor di kanalis semisirkularis pada kecepatan

konstan. Selama periode percepatan di permulaan rotasi, orang tersebut

mengalami nistagmus searah rotasi, bola mata rupanya berusaha memfiksasi

pada beberapa target. Ketika sensasi rotasi memudar pada kecepatan

konstan, nistagmus juga menghilang.

Jika kursi secara tiba-tiba dihentikan, maka orang tersebut akan

merasakan sensasi rotasi berlawanan arah dengan yang dialami sebelumnya

dan akan memudar seiring waktu. Juga terjadi nistagmus postrotatori yang

berlawanan arah dengan rotasi sebelumnya. Secara klinis, nistagmus pada

saat istirahat dijumpai pada pasien dengan lesi di batang otak.

Nistagmus mencakup:

1. Nistagmusfisiologik (yang dijumpaipadaorangsehat) danterdiridari :

• Nistagmusvoluntar horizontal

ritmikataupendulardapatdibangkitkandengansengajaolehorang-

orang yang tidakmempunyaikelainanapapun. Sifat non-

patologiknyadicirikanolehsingkatnyanistagmus yang

berlangsunghanya 1-2 detiksaja.

1. Nistagmusoptokinetik:

timbulbilasederetanobyekmelintasilapanganpenglihatan

Kelompok 5

Page 47: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

(ketikaberjalandidalamkereta/mobil).

Komponenlambatnyamengikutiarahgerakansedangkankomponence

patnyabergerakkearahdarimanaobyekitudatang.

2. Nistagmus vestibular,dapatdibangkitkanpadasetiaporang yang

mempunyaisusunansarafutuh.

3. Nistagmus terminal:

tampakpadaposisilirikanmaksimaldimanakeduamataditetapkanpada

obyek yang beradadiluarbataspenglihatanbinokular.

2. Nistagmuspatologik yang dapatditimbulkanpadaorang-

orangdengankelainansusunansaraf

3. Nistagmus yang timbulspontanpadaorang-orang yang

mempunyaikelainandisusunansaraf, gangguanmekanismefiksasi visual

dangangguandibagianperifersusunan vestibular.

Hasil Dan Pembahasan

Pada praktikum ini dengan OP setelah dilakukan pemutaran kursi

Barany dengan mata tertutup dan kepala OP menunduk 300 ke depan (untuk

mendapatkan efek pemutaran maksimal terhadap kanalis semisirkularis

horizontal) dan diputar ke kanan sebanyak 10 kali kemudian kursi dihentikan,

nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi

dihentikan memiliki arah berlawanan dengan arah rotasi, yaitu terjadi

nistagmus dengan komponen cepat ke arah kiri, dan komponen lambat ke

arah kanan. Hal tersebut disebabkan, Terjadi nistagmus ke arah kiri setelah

dilakukan pemutaran ke arah kanan (terjadi nistagmus ke sisi yang

berlawanan dari arah putaran) yang disebabkan gerakan cairan endolimfe

(bergerak ke arah kiri) dan mengakibatkan refleks mata ke arah kanan.

Kesimpulan

Pada OP nistagmus fisiologis dapat terjadi dengan pemutaran/rotasi

angular ke kanan yang menunjukkan nistagmus fase cepat ke kiri.

Kelompok 5

Page 48: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

KURSI BARANY

Dasar Teori

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika di

tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk

mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika

saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan

adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi

kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta

menggunakan aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi

(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu.

Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu

akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan

efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis :

kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap

(sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan);

keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari

integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan

Kelompok 5

Page 49: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,

sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol

motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai

respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi

juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,

kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan

kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari

faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam

pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor

eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar

seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh

ketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan

somatosensoris.

a. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin

(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai

umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama

melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan

sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,

penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan

mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan

Kelompok 5

Page 50: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai

jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi

terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga

memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting

dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor

sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem

vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.

Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan

perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol

gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka

meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus

vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan

korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus

vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke

motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot

pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem

vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c. Somatosensoris

Kelompok 5

Page 51: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta

persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)

proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks

serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar

sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi

lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari

reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks

menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response

synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak

dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada

ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat

berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai

gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan

dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi

sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan

aligment tubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat

(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam

melakukan fungsi gerak tertentu.

Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kelompok 5

Page 52: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua

gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan

tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan

beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban

internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan

sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak

serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang

dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan.

B. Tes Penyimpangan Penunjukan

Saatkursibarany di berhentikan secara tiba-tiba, OP tidak mampu

mencapai tangan pemeriksa dengan tepat karena lengan OP lebih ke

arah kanan sehingga tidak menyentuh tangan kiri pemeriksa. Hal ini

terjadi karena sebelum OP diputar kearah kanan dengan kursi barany,

kepala OP ditundukan 300 kearah depan, sehingga duktus semisirkularis

yang paling berperan karena kedudukannya paling horizontal ialah

dukrus semisirkularis lateral (horizontal). Saat awal diputar kearah

kanan, cairan endolimfe bergerak kearah sebaliknya sehingga reseptor

kupula berbelok sesuai arah endolimfe yaitu ke kiri. Setelah keadaan

seimbang, cairan endolimfe bergerak sesuai denga gerakan putaran

yaitu kearah kanan. Saat diberhentikan secara tiba-tiba dan OP

langsung menegakkan kepala lalu membuka mata, cairan endolimfe

masih dalam keadaan berputar kearah kanan hingga kupula membelok

kearah kanan pula hal ini menyebabkan dunia seakan-akan bergerak

Kelompok 5

Page 53: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

dari arah kiri-kekanan dan tubuh seakan-akan jatuh kesebelah kiri

sehingga OP mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh

tidak jatuh kearah kiri. Hal ini terlihat saat OP menjulurkan tangan

kanannya kearah pemeriksa, tangan OP jatuh lebih kearah kanannya

sehingga OP tidak menyentuh tangan pemeriksa.

Kesimpulan

Pada OP terjadipenyimpanganpenunjukankearah kanan

sesuaidenganarahputarankursi

(samadengangerakendolimfeyangbergeraksesuaidenganarahputarankursi)

C. Tes Jatuh

P-SK 6. Apamaksudpenundukankepala OP 120 dariposisitegak?

Jawab :penundukankepalapadaOP

dengansudut120odariposisitegak agar

KanalisSemisirkularissejajardenganposisi horizontal

Ulangitesjatuhini, tiap kali pada OP lain dengan

a. Memiringkankepalakearahbahukanansehinga miring 90

terhadapposisi normal

KanalisSemisirkularis anterior sejajardenganbidang horizontal, OP

merasakansepertijatuhkebelakang

b. Memiringkankepalakearahbelakangsehingamembuatsudut 60

terhadapposisi normal

KanalisSemisirkularisposteriorsejajardenganbidang horizontal, OP

merasakansepertijatuhkesamping

D.Kesan (sensasi)

Tanyakankepada OP arahperasaanberputar

Kelompok 5

Page 54: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

a. Sewaktukecepatanputarmasihbertambah OP

merasakandiputarkekiri

b. SewaktukecepatanputarmenetapOP merasadiputarkekiri

c. Sewaktukecepatanputardikurangimerasadiputarkekanan

d. Segerasetelahkursidihentikanmerasakandiputarkekanan

e.

Arahputarandipengaruhipergerakanendolimfedankupula

Kesimpulan:

Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ

otolit (utrikulus dan

sakulus). Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan

gerakan kepala.

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi

anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi

kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang

awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.

Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama,

endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala

sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala

berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat

melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara

kepala melambat unutk berhenti.

Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada

utrikulus berorientasi

secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Kelompok 5

Page 55: 92330033 Laporan Faal INDRA 2

Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra

DAFTAR PUSTAKA

• Vander. Human Physiology:The Mechanism of Body Function. New York:

McGraw-Hill company, 2001.

• Ganong, William F. Review of Medical physiology. Ed22. The McGraw-Hill

Companies. 2005

• Anonymous. Gustatory Sense. Available from : www.medical-

look.com/human_anatomy . Accesed on May 25th 2009.

• Guyton AC and Hall JE .2006. Textbook of medical physiology. 11th ed.

Philadehelpia : Elsevier Saunders. pp. 841-842.

• Tortora, G. J. 1990. Principles of anatomy and physiology. 6th ed. New

York, Harper and Row Publisher. P.432

• Jacob,Tim. Taste (Gustation). Available from : www.cf.ac.uk . Accesed on

May 26th 2009.

• Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan

Scwabach test.

• Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta : EGC,

2001

Kelompok 5