91959603 Usul Penelitian

32
1 ANALISA SEBARAN BATUBARA DARI DATA WELL LOGGING DI DAERAH X, AMPAH, BARITO TIMUR I. LATAR BELAKANG Wilayah geologi Kalimantan Tengah terbentuk dari endapan atau batuan yang terjadi dalam cekungan- cekungan sedimen dan daerah-daerah pegunungan. Potensi bahan galian sumber daya mineral yang berada di Kalimantan Tengah tidak lepas dari proses geologi yang terjadi di wilayah tersebut, misalnya batubara dan endapan emas, keberadaannya dapat dipengaruhi oleh gejala geologi seperti patahan (sesar) dan intrusi (www.palangkaraya.go.id).

description

bbbbbbbbbbbb

Transcript of 91959603 Usul Penelitian

Page 1: 91959603 Usul Penelitian

1

ANALISA SEBARAN BATUBARA DARI DATA WELL LOGGING DI DAERAH X, AMPAH,

BARITO TIMUR

I. LATAR BELAKANG

Wilayah geologi Kalimantan Tengah terbentuk dari endapan atau batuan

yang terjadi dalam cekungan-cekungan sedimen dan daerah-daerah pegunungan.

Potensi bahan galian sumber daya mineral yang berada di Kalimantan Tengah

tidak lepas dari proses geologi yang terjadi di wilayah tersebut, misalnya batubara

dan endapan emas, keberadaannya dapat dipengaruhi oleh gejala geologi seperti

patahan (sesar) dan intrusi (www.palangkaraya.go.id).

Sumber : www.palangkaraya.go.id

Gambar 1. Peta Geologi Provinsi Kalimantan Tengah.

Ampah termasuk kedalam Cekungan/Sub Cekungan Barito dalam suatu

sistem bagian dari Cekungan Kutai. Sub Cekungan Barito bagian Barat dibatasi

oleh Foreland Sunda, sebelah Utara oleh dataran tinggi Kucing dan dataran tinggi

Page 2: 91959603 Usul Penelitian

2

Mangkalihat dan sebelah Timur dipisahkan dengan Sub Cekungan Pasir oleh

dataran tinggi Meratus.

Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi batubara saat ini mencapai titik

tertinggi kegiatannya, hal ini dilakukan guna mencukupi kebutuhan konsumen

yang terus meningkat serta inventarisasi bahan galian untuk mengetahui bentuk

sebaran maupun jumlah kandungan cadangannya. Batubara merupakan sumber

energi yang tidak dapat diperbaharui (Non- Renewable Resources), namun potensi

batubara saat ini mampu menyaingi peranan minyak bumi. Melihat hal tersebut

kegiatan eksplorasi sebagai langkah awal dalam suatu tahapan pertambangan

dirasa perlu dilakukan yang nantinya dari data-data yang ada dan setelah

pengkajian yang matang kegiatan selanjutnya diharapkan dapat bermanfaat

sampai pada proses produksi atau eksploitasi.

Penelitian dilakukan guna mengetahui sebaran batubara di daerah X,

Ampah, Barito Timur dan mengetahui ketebalan batubaranya. Penelitian yang

pernah dilakukan di daerah Ampah seperti yang dilakukan oleh Ahli Geologi PT.

Wahyu Eka Perkasa dalam kegiatan survey awal batubara pada tahun 2011 di

daerah X ditemukan adanya singkapan batubara di sekitar sumur bor.

II. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal-hal di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana mengetahui lapisan batubara berdasarkan data well logging di

lokasi X, Ampah, Barito Timur.

Page 3: 91959603 Usul Penelitian

3

2. Bagaimana desain model sebaran batubara berdasarkan data well logging di

lokasi X, Ampah, Barito Timur.

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ketebalan rata-rata batubara yang ada di lokasi X, Ampah serta

posisi kedalamannya, berdasarkan data well logging.

2. Mengetahui sebaran batubara di lokasi X, Ampah.

3. Membuat permodelan sebaran batubara di lokasi X, Ampah dari data well

logging.

IV. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

ketebalan, kedalaman serta sebaran batubara di lokasi X, Ampah, Kabupaten

Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Informasi tersebut kedepannya bisa

dimanfaatkan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya, selain itu juga

sebagai referensi bagi pertambangan batubara dalam tahap eksploitasi batubara.

V. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Kondisi Geologi

Provinsi Kalimantan Tengah bukan saja kaya akan hutan, perairan, lahan

gambut, tetapi juga mengandung berbagai batuan dan bahan tambang ekonomis

lainnya yang jika dikelola akan menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat

setempat. Iklim tropis dan topografinya yang terdiri dari pegunungan dan lahan

rawa menyebabkan Kalimantan Tengah mempunyai potensi bahan galian dan

sumber daya alam yang sangat potensial (www.palangkaraya.go.id).

Page 4: 91959603 Usul Penelitian

4

     Struktur geologi Kalimantan Tengah, khususnya di bagian Tengah - Utara,

mempunyai struktur yang kompleks, berupa sesar, perlipatan dan kekar-kekar,

sedangkan bagian Selatan-Barat Daya relatif stabil. Geologi di Kalimantan

Tengah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesatuan geologi

kalimantan secara umum. Geologi Kalimantan Tengah terbentuk dari endapan

atau batuan yang terjadi dalam cekungan-cekungan sedimen dan daerah-daerah

pegunungan yang terbentuk oleh kegiatan magma ataupun proses malihan.

Cekungan di Kalimantan Tengah terdiri dari Cekungan Melawi (perbatasan

Kalimantan Barat), Cekungan Barito (bagian Tengah-Selatan-Timur Kalimantan

Tengah), serta Cekungan Kutai (bagian Utara-Timur Laut Kalimantan Tengah).

Stratigrafi (susunan urutan batuan) di Kalimantan Tengah, tersusun dari

batuan yang berumur tua ke muda, sebagai berikut:

Batuan Malihan  : Terdiri dari filit, sekis, genes, kuarsit dan  kristalin.  Batuan

ini berumur Paleozoikum-Mesozoikum.

Batuan Beku  : Terdiri dari granit, granodiorit, diorit, tonalit, gabro  dan

monzonit.  Batuan ini berumur Perm-Trias

Batuan Sedimen :  Terdiri dari sedimen klastik pada Formasi Batuayau, 

Tanjung, Warukin, Dahor, serta  sedimen biotik seperti

batu gamping Formasi Berai.  

Batuan Vulkanik :    Terdiri dari breksi, aliran lava, batupasir tufaan dan  intrusi-

intrusi kecil andesit basaltis. 

Alluvial : Endapan ini termuda, terdiri dari pasir, lempung, gambut 

dan lumpur.  Batuan ini berumur  Pleistosen-Resen.

Page 5: 91959603 Usul Penelitian

5

Formasi Tanjung merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai formasi

pembawa batubara. Formasi Tanjung seumur dengan Formasi Batu Kelau dan

Batupasir Haloq yang terdapat di bagian Utara Kabupaten Barito Utara. Formasi

Ujoh bilang terdapat Formasi Berai yang selaras dengan Formasi Montalat,

Karamuan dan Purukcahu yang berumur Oligosen Akhir. Kedudukan ketiga

formasi tersebut dengan formasi di bawahnya adalah tidak selaras, tetapi di

wilayah Kabupaten Barito Utara bagian Selatan dan di Kabupaten Barito Selatan

kontak antara Formasi Tanjung dengan Formasi Berai dan Montalat adalah

selaras, dan tidak ditemukan endapan Formasi Karamuan, Formasi Purukcahu,

Formasi Ujoh bilang, Formasi Batu Kelau dan Batupasir Haloq (Supriatna et al,

1995).

   Potensi bahan galian/sumber daya mineral yang berada di Kalimantan

Tengah, tidak lepas dari kejadian geologi yang terjadi di Kalimantan Tengah,

misalnya endapan emas, keberadaannya dapat dipengaruhi oleh gejala geologi

seperti patahan (sesar) dan intrusi, sedangkan batubara proses pematangannya

juga dipengaruhi oleh gejala-gejala tersebut(www.kaltengmining.com).

Batuan dasar dari Sub Cekungan Barito adalah batuan PraTersier yang

termasuk dalam Satuan Batuan Volkanik Kasale yang dikorelasikan dengan

Formasi Haruyan yang berumur Kapur Atas, dimana di atasnya diendapkan secara

tidak selaras Formasi Tanjung berumur Eosen yang kemudian diendapkan secara

selaras Formasi Berai dan Montalat yang berumur Oligo-Miosen, dan diatasnya

kemudian diendapkan Formasi Warukin yang berumur Miosen (Cahyono, 2002).

Page 6: 91959603 Usul Penelitian

6

     Kabupaten Barito Timur yang beribukota di Tamiang Layang terletak

antara 1º 2' LU dan 2º 5' LS 114º dan 115º BT yang diapit oleh kabupaten

tetangga yaitu Sebelah Utara dengan Wilayah Kabupaten Barito Selatan,

disebelah Timur dengan sebagian Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, di

Sebelah Selatan dengan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah

dan Provinsi Kalimantan Selatan serta di Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah (www.bartim.go.id).

Stratigrafi Ampah tidak jauh berbeda dengan stratigrafi secara regional,

hanya tidak dijumpai adanya Formasi Dahor. Secara berurutan dan umum dari

Barat ke Timur, formasi yang ada adalah Aluvial, Warukin, Montalat, Berai,

Kasale pada bagian tengah yang merupakan batuan PraTersier dan Tanjung pada

bagian Timur (Cahyono, 2002).

Hasil inventarisasi di Ampah dan sekitarnya meliputi empat formasi, yaitu

Formasi Warukin, Berai, Montalat, dan Tanjung. Sedangkan formasi pembawa

bitumen padat adalah Formasi Montalat, dengan kisaran tebal dari 1,20 – 4,85 m.

Secara umum wilayah Ampah adalah 25% dataran aluvial di sebelah Barat dan

75% perbukitan bergelombang di sebelah Timur daerah penyelidikan dengan

kisaran ketinggian antara 40-350 m di atas muka laut (Tarsis, 2002).

Ampah memiliki beberapa formasi seperti, Formasi Warukin, berumur

Miosen, terdiri atas batu pasir kuarsa, berbutir sedang-kasar, kurang padat,

setempat konglomeratan, mengnadung sisipan batu lempung. Batulanau dan

batubara. Formasi Montalat,berumur Oligosen, terdiri atas batu pasir kuarsa,

berbutir halus-sedang, berwarna kuning dan kelabu muda, mengandung sisipan

Page 7: 91959603 Usul Penelitian

7

batu lempung dan batubara. Formasi Berai, berumur Oligosen, berupa batu

gamping berwarna kuning sampai kecoklatan, umumnya berlapis dan padat serta

keras. Endapan Aluvial, menempati bagian sepanjang aliran sungai (Cahyono,

2002).

5.2 Metode Well Logging

Metode geofisika sudah dipergunakan dalam investigasi pemboran selama

puluhan tahun, yaitu teknik elektroda yang digunakan juga pada eksplorasi pada

permukaan. Bermacam alat dan teknik didesain secara khusus sesuai dengan

lingkungan pemboran yang bervariasi, dan digunakan dalam eksplorasi,

mengindentifikasi formasi geologi, formasi fluida dan korelasi antar lubang

(Telford et al, 2004).

Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) dari satu set data

yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di sebuah

sumur. Well logging Geofisika berguna untuk menentukan sifat-sifat komposisi

lapisan dan fisik dari batuan sekitar lubang bor (Chopra et al, 2000). Well logging

Geofisika memiliki dua fungsi utama yaitu :

a. Mempelajari korelasi dan stratigrafi.

b. Evaluasi litologi dan fluida pada formasi.

(Harsono,1997).

Metode well logging dapat mengetahui gambaran yang lengkap dari

lingkungan bawah permukaan tanah, tepatnya dapat mengetahui dan menilai

batuan-batuan yang mengelilingi lubang bor tersebut (Widarsono,1998). Hasil

Page 8: 91959603 Usul Penelitian

8

pengukuran berupa grafik besaran fisis terhadap kedalaman sumur bor Ada 4 jenis

log yang sering digunakan dalam interpretasi yaitu :

1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan log SP (Spontaneous Potential).

2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu

terdiri dari log density (RHOB) dan log neutron (NPHI).

3. Log akustik berupa log sonic.

4. Log Caliper.

(Telford et al, 2004).

5.2.1 Log Sinar Gamma

Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma

yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di

sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan

tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dll. (Chopra et al,

2000). Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit sekali

terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu

shale akan memberikan response gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan

dengan batuan yang lainnya (Rider, 2002).

Hampir semua batuan sedimen pada semua formasi mempunyai sifat

radioaktif yang tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang

bersih (clean formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali

lapisan tersebut mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif

atau lapisan berisi air asin yang mengandung garam-garam potassium yang

terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar gamma akan tinggi (Rider, 2002).

Page 9: 91959603 Usul Penelitian

9

Perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan dapat digunakan untuk

membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu formasi. Selain itu pada

formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar

kandungan clay yang dapat berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan

berdasarkan intrepretasi data logging. Besarnya volume shale dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

…………………………..…………………....... (1)

dimana :

Vshale = Volume shale (besarmya shale pada batuan formasi)

GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan

GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale

GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale

Log sinar gamma umumnya mengukur nilai radioaktivitas alami pada

formasi dan karena pengukuran ini, mereka dapat digunakan untuk

mengidentifikasi litologi dan untuk menghubungkan zona batuan (Asquith dan

Gibson, 1982). Log sinar gamma merekam unsur radioaktif dalam skala API

(American Petroleum Institute). Log sinar gamma merekam pancaran radioaktif

dari formasi. Sinar radioaktif alami yang direkam berupa uranium, thorium, dan

potassium. Log sinar gamma sederhana memberikan rekaman kombinasi dari tiga

unsur radioaktif, sedangkan spectral gamma ray menunjukkan masing-masing

unsur radioaktif (Rider, 2002).

Log ini umumnya berada disebelah kiri kolom kedalaman dengan satuan

API unit (American Petroleum Institute). Log sinar gamma terutama digunakan

Page 10: 91959603 Usul Penelitian

10

untuk membedakan antara batuan reservoir dan non reservoir. Selain itu juga

penting didalam pekerjaan korelasi dan evaluasi komposisi serpih di dalam suatu

formasi.

(Sumber : Rider, 2002)

Gambar 2. Respon beberapa jenis batuan pada log gamma ray.

Page 11: 91959603 Usul Penelitian

11

Tabel 1. Harga Gamma ray beberapa jenis batuan (Djunaidi et all, 2001)

No Jenis Lapisan Nilai GR (API)

1 Limestone <20

2 Dolomite <30

3 Sandstone <30

4 Shale 8 – 300

5 Salt <10

6 Coal 1 – 12,5

5.2.3 Log Resistivitas

Loke (1999) mengungkapkan bahwa survei geofisika resistivitas dapat

menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral

maupun arah vertikal. Metode ini memberikan injeksi listrik ke dalam bumi, dari

injeksi tersebut maka akan mengakibatkan medan potensial sehingga yang terukur

adalah besarnya kuat arus (I) dan beda potensial (ΔV), dengan menggunakan

survey ini maka dapat memudahkan para geologist dalam melakukan interpretasi

keberadaan cebakan-cebakan batubara dengan biaya eksplorasi yang relatif

murah.

Page 12: 91959603 Usul Penelitian

12

Setiap batuan mempunyai tahanan jenis yang berbeda-beda. Log

resistivitas merekam tahanan jenis batuan terhadap arus listrik yang melaluinya

sehingga dapat ditentukan jenis-jenis litologi yang ada pada sumur bor. Metoda

Log Resistivitas ini dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan

hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Batubara pada

umumnya mempunyai sifat yang tidak dapat melewatkan aliran listrik. Sedangkan

batu lempung mempunyai sifat sebaliknya (Rider, 2002).

Metode log resistivitas ini cukup baik dikaitkan dengan keberadaan

saturasi air pada lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Hal ini

dimungkinkan karena lapisan tanah dan batuan yang berisi air sangat mudah

mengalirkan arus listrik atau bersifat konduktif, lapisan tanah seperti ini biasanya

memiliki harga resistivitas tertentu. Hal ini cukup bermanfaat untuk memprediksi

jenis lapisan tanah atau batuan serta ukuran butiran tanah atau batuan yang

menyusun daerah ini pada kedalaman tertentu (Ilyas, 2009).

Pengukuran normal log pada medium yang mengelilingi elektroda-

elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter.

Elektroda A dan B merupakan elektroda potensial, sedangkan M dan N

merupakan elektroda arus. Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir

melingkar keluar melalui formasi dan besarnya potensial tersebut adalah:

…………………………………………………........ (2)

dimana:

R = tahanan formasi, ohm-m

I = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp

Page 13: 91959603 Usul Penelitian

13

AM = jarak antara elektroda A dan M, in

π = konstanta = 3.14

Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri

dari dua spacing, yaitu Short normal device (dengan spacing 16 inchi) dan Long

normal device (dengan spacing 64 inchi). Pemilihan spasi ini tergantung dari jarak

penyelidikan yang dikehendaki. Short normal device digunakan untuk mengukur

resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device digunakan untuk

mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true

resistivity (Rt).

Log lateral bertujuan untuk mengukur Rt, yaitu resistivitas formasi yang

terinvasi. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode

potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan B

adalah 18,8 inch. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N

adalah :

......................................................................... (3)

Persamaan (6) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan

lapisan cukup tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya

potensial yang dicatat pada referensi O adalah sebanding dengan besarnya

resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan tersebut dipenuhi dan pengaruh

diameter lubang bor diabaikan.

Pengukuran log resistivitas, biasanya terdapat tiga jenis penetrasi

resistivitas, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin)

Page 14: 91959603 Usul Penelitian

14

penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari

salah tafsir pada pembacaan log resistivitas karena mud invasion (efek lumpur

pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak (Rider, 2002).

(Sumber : Rider, 2002)

Gambar 3. Respon beberapa jenis batuan pada Log Resistivitas.

Tabel 1. Harga tahanan jenis beberapa jenis batuan (Reynolds, 1997)No. Tipe Batuan Resistivity Range (ohm.m)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.13.

GranitDaciteAndeciteDiabasBasaltTuffMarbleSoil (lapukan batuan kompak)Clay (lempung)Alluvial dan pasirLimestone (batu gamping)KonglomeratSurface water (pada batuan sedimen)

3.102 – 106

2.104 (wet)4,5.104 (wet) – 1,7.102 (dry)20 – 5.107

10 – 1,3.107

2.103 (wet) – 105 (dry)102 – 2,5.108 (dry)10 – 2.103

1 – 10010 – 80050 – 107

2,5 – 104

10 – 100

Page 15: 91959603 Usul Penelitian

15

14.15.

Air payau (3%)Air laut

0 -150 – 2

5.3 Batubara

Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar

berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak

pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan

kandungan karbonnya. Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari

sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang

berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia

(Anggayana, 1999).

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,

panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,bituminus,

sub-bituminus, lignit dan gambut. Menurut Diessel (1981) Antrasit adalah kelas

batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung

antara 86%-98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus

mengandung 68-86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.

5.3.1 Potensi

Batubara di Provinsi Kalimantan Tengah hampir dijumpai di seluruh

Wilayah Kabupaten dan Kota kecuali  Kabupaten Lamandau dan Sukamara.

Kabupaten Murung Raya, Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, Kapuas

dan Gunung Mas dapat dijumpai batubara yang kualitasnya cukup baik hingga

sangat baik dengan nilai kalori berkisar antara  5.000 hingga 8.300 cal/gram.

Kabupaten Kotawaringin Barat, Seruyan, Kotawaringin Timur, Katingan dan

Page 16: 91959603 Usul Penelitian

16

Kota Palangka Raya juga dijumpai batubara tetapi nilai kalorinya umumnya

rendah yaitu kurang dari 5.000 cal/gram. Batubara tersebut hampir semuanya

dijumpai di formasi dahor dengan sumber daya yang relatif terbatas.

(www.kaltengmining.com).

Berdasarkan hasil kompilasi data yang dilakukan oleh Dinas

Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Tengah yang datanya bersumber

dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta diperoleh

data per Mei 2011 sebagaimana Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil penyelidikan batubara Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi

Kalimantan Tengah (2011)

No Kabupaten Jumlah Penyelidikan Batubara (Ton)

1 Murung Raya 1.994.354.864

2 Barito Utara 1.785.252.302

3 Barito Timur 227.277.146

4 Barito Selatan 156.168.747

5 Kapuas 845.205.073

6 Kotawaringin Barat 410.629.212

7 Kotawaringin Timur 17.400.000

8 Katingan 17.485.491

9 Gunung Mas 21.540.000

Jumlah 5.475.312.835

Sumber : www.kaltengmining.com

Produksi batubara di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini masih sangat

kecil jika dibandingkan dengan tingkat produksi batubara yang dihasilkan oleh

Provinsi tetangga yaitu Kalimantan Selatan dan Timur.  Kendala utama yang

dihadapi oleh Provinsi Kalimantan Tengah adalah lokasi endapan batubaranya

Page 17: 91959603 Usul Penelitian

17

umumnya berada di kawasan remote dan berada didalam kawasan hutan yang

hingga saat ini umumnya belum memperoleh izin pinjam pakai kawasan hutan

(www.kaltengmining.com).

VI. METODE PENELITIAN

6.1 Waktu dan Tempat

Analisa dan pengolahan data well logging dilaksanakan pada bulan

Januari – April 2012 di Laboratorium Komputer Fisika Fakultas MIPA

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan Laboratorium UPJSDM Dinas

Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan menggunakan data

penelitian well logging yang telah dilaksanakan dari tanggal 21-26 Agustus 2011

dan 6-21 September 2011 di lokasi X Ampah, Kabupaten Barito Timur.

6.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan data well logging yaitu:

1. Global Positioning System (GPS) berfungsi untuk mengetahui titik koordinat

di setiap lokasi sumur.

2. Satu set peralatan Well Logging Recsalog Gamma Ray Resistivity, untuk

mengukur nilai radioaktif dan nilas resistivitas batubara yang dilengkapi

dengan:

a. Satu buah probe sonde berdiameter 48 mm dan panjang 1990 mm

b. Satu buah mesin Win

Page 18: 91959603 Usul Penelitian

18

c. Satu buah tripot

d. Satu buah Speed Controller

e. Satu buah mesin generator

3. Notebook berfungsi untuk mengolah data well logging.

4. Data Well logging di lokasi X, Ampah.

5. Software pengolahan data well logging seperti Wellcad, Win Log, Rockworks,

dan Surfer.

6.3 Prosedur Penelitian

6.3.1 Pengambilan data Well Logging

Pengukuran lapisan bawah permukaan tanah khususnya lapisan batubara

dengan menggunakan metode Well Logging. Metode well logging yang digunakan

yaitu log gamma dan log resitivitas. Data yang diambil berupa nilai pengukuran

radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat

dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor dan pengukuran tahanan jenis

batuan terhadap arus listrik yang melaluinya sehingga dapat ditentukan jenis-jenis

litologi yang ada pada sumur bor terutama lapisan batubara. Data diambil

sebanyak 40 titik sumur bor. Data well logging kemudian diolah dengan

menggunakan software Well Cad, kemudian untuk mendapatkan kontur dan

permodelan pada bawah permukaan digunakan software Win Log, Rockworks dan

Surfer.

6.3.2 Pengolahan data Well Logging

6.3.2.1 Software Well Cad

Page 19: 91959603 Usul Penelitian

19

Mengolah data hasil Well Logging dari sumur bor untuk menentukan

posisi dan ketebalan batubara.

6.3.2.2 Software Win Log

Mengolah data penampang lapisan setiap sumur bor dari data Well

Logging dengan menggunakan software Win Log sehingga dapat mengetahui

kontur sebaran lapisan batubara.

6.3.2.3 Software Rockworks

Mengolah data well logging untuk menghubungkan hasil well logging

antarsumur bor.

6.3.2.4 Software Surfer

Mengolah data well logging untuk membuat kontur sebaran batubara di

daerah penelitian.

Bagan Penelitian

Pengolahan data

Menggunakan software Well Cad

Interpretasi posisi dan ketebalan Batubara

Menggunakan Software Win Log

Data Well Logging (40 Sumur)

Menggunakan Software rockworks

Page 20: 91959603 Usul Penelitian

20

Gambar 2. Skema Metodologi Penelitian

VII. JADWAL PENELITIAN

Pengolahan data dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Januari

sampai April 2012.

KegiatanBulan Ke-

1 2 3 4

Persiapan  X    

Pengolahan Data     X X  

Interpretasi Data X

Penyusunan Skripsi     X

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anggayana K. 1999. Genesa Batubara. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral ITB.

Asquith G.B & Gibson C.R. 1982. Basic well logging analysis for geologist. The America Association of Petroleum Geolosgist. Tulsa, USA.

Atwi A.N. 2010. Menentukan lapisan batubara dengan Log Densitas, Log Sinar Gamma, Log Neutron, Log Resistivitas dan Log Caliper; Pemakaian AOI untuk perhitugan cadagan dan menghitung Rasio Pengupasan.

http://www.scribd.com/doc/66128666/3/Eksplorasi-Batubara.Diakses tanggal 2 Oktober 2011

Menggunakan Software Surfer

Interpretasi

Page 21: 91959603 Usul Penelitian

21

Cahyono E. B. 2002. Inventarisasi Bitumen Padat Daerah Ampah dan Sekitarnya, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. 34:1-9.

Chopra P., Papp E. & Gibson D. 2000. Geophysical Well Logging. Department of Geology, Australian National

Djuanaedi, E K. 2001. Penyelidikan Geofisika Batubara dengan Metoda Well Logging di Daerah Musi Banyuasin , Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Sub Direktorat Geofisika dan Pemboran Eksplorasi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

Harsono A. 1994. Pengantar Evaluasi Log. Schlumberger Data Services. Kuningan, Jakarta

Http://www.kaltengmining.comDiakses tanggal 3 Oktober 2011

Http://www.palangkaraya.go.idDiakses tanggal 3 Oktober 2011

Ilyas A. 2009. Analisa Cutting dan Pengukuran Elektrikal Logging pada Pemboran Air Tanah untuk Irigasi Sawah di Daerah Garongkong Desa Lempang Kec. Tanete Riaja Ka. Barru Prov. Sulawesi Selatan. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Jurnal Penelitian Enjiniring Vol. 12, No. 2.

Loke M.H. 1999. Electrical Imaging Surveys For Environmental and Engineering Studies, A practical guide to 2D and 3D surveys.

Reynold, J.M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. John Willey and Sons Ltd., New York

Rider M.H. 1996. The geological interpretation of well logs. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Schlumberger. 1987. Log Interpretation Principles/Applications. Houston. Texas.

Supriatna S., Soetrisno, E. Rustandi, P. Sanyoto & K. Hasan. 1995. Pemetaan memetakan Geologi daerah Buntok dan sekitarnya dengan skala 1 : 250.000. Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Page 22: 91959603 Usul Penelitian

22

Tarsis. 2002. Eksporasi Cekungan Batubara di daerah Haruai dan sekitarnya, Kab. Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

Telford W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second Edition. Cambridge University Press. USA.

Widarsono B. 1998. Well Logging. Program Studi Geofisika, Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta.