91803285 TIPE Kepribadian
-
Upload
rizqon-syabani -
Category
Documents
-
view
15 -
download
2
Transcript of 91803285 TIPE Kepribadian
TIPE
Eysenck menemukan dan mengelaborasikan tiga tipe – E,N,P- tanpa menyatakan
secara eksplisit peluang untuk menemukan dimensi yang lain pada masa yang
akan datang.
Neurotitisme dan Psikotisme itu bukan sifat patologis, walaupun tentu individu
yang mengalami gangguan akan memperoleh skor yang ekstrim. Tiga dimensi itu
adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar;
ekstraversi lawannya introversi, neurotisisme lawannya stabilita, dan psikotisme
lawannya fungsi superego. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu
mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada ditengah-tengah
polarisasi, dan semakin mendekati titik ekstrim, jumlahnya semakin sedikit.
1. Ekstraversi
Konsep Eysenck mengenai ekstraversi mempunyai sembilan sifat sebagaimana
ditunjukkan oleh trait-trait dibawahnya, dan introversi adalah kebalikan dari trait
ekstraversi, yakni: tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih,
penurut, pesimis, penakut.
Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi dan introversi
adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arausal Level), kondisi
fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL adalah gambaran
bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawi. CAL tingkat rendah artinya
korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah
terangsang untuk bereaksi. Orang yang ekstravers CAL-nya rendah, sehingga dia
banyak membutuhkan rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya.
Sebaliknya introvers CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit
untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang yang introvers menarik diri,
menghindar dari riuh-rendah situasi disekelilingnya yang dapat membuatnya
kelebihan rangsangan.
Orang introvers memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti
membaca, olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif.
Sebaliknya orang ekstravers memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta
hura-hura, olahraga beregu (sepakbola, arung jeram), minum alkohol dan
mengisap mariyuana. Eysenck menghipotesakan ekstravers (dibanding introvers)
melakukan hubungan seksual lebih awal dan lebih sering, dengan lebih banyak
pasangan, dan dengan perilaku seksual yang lebih bervariasi. Ektravers yang
ketagihan alkohol dan narkotik cenderung mengkonsumsi dalam jumlah yang
lebih besar.
2. Neurotisisme
Seperti ekstraversi-introversi, neurotisisme-stabiliti mempunyai komponen
hereditas yang kuat. Eysenck melaporkan beberapa penelitian yang menemukan
bukti dasar genetik dari trait neurotik, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan
obsesif-kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar-identik lebih dari
kembar-fraternal dalam hal jumlah tingkahlaku antisosial dan asosial seperti
kejahatan orang dewasa, tingkahlaku menyimpang pada anak-anak,
homoseksualitas, dan alkoholisme.
Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi
emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya
meningkat. Namun neurotisisme itu bukan neurosis dalam pengertian yang umum.
Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap bebas dari
simpton gangguan psikologis. Menurut Eysenck, skor neurotisisme mengikuti
model stres-diatesis (diathesis-stress model); yakni skor N yang tinggi lebih
rentan untuk terdorong mengembangkan gangguan neurotik dibanding skor N
yang rendah, ketika menghadapi situasi yang menekan.
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom
(ANS=Automatic Nervous Reactivity). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi,
pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional
sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotik. Neurotisisme dan
ekstraversi dapat digabung dalam bentuk hubungan CAL dan ANS, dan dalam
bentuk garis absis ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu
tergantung kepada tingkat ekstraversi dan neurotisismenya. Pada gambar 11, A
adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme) atau
orang yang memiliki CAL tinggi dan ANS tinggi. Orang itu cenderung memiliki
simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, yang oleh
Eysenck disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders of the first
kind). B adalah orang ekstravers-neurotik atau orang yang memiliki CAL rendah
dan ANS tinggi. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal dan delingkuen, atau
mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind). C adalah
orang normal yang introvers; tenang, berfikir mendalam, dapat dipercaya. D
adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senamg bicara/bergaul.
Subyek Dimensi CAL ANS Simptom
(C) Introver-Stabilita Tinggi Rendah Normal introvers
(A) Introver-Neurotik Tinggi Tinggi Gangguan psikis tingkat pertama
(D) Ekstravers-Stabilitas Rendah Rendah Normal ekstravers
(B) Ekstraver-Neurotik Rendah Tinggi Gangguan psikis tingkat kedua
Neurotisisme dan Extraversi-Introversi
Masalah lain yang diselidiki Eysenck adalah interaksi antara kedua dimensi tadi
dan apa pengaruhnya terhadap persoalan-persoalan psikologis. Dia menemukan,
misalnya, bahwa orang yang mengalami gangguan fobia dan obsesif-kompulsif
biasanya adalah orang introvert, sementara orang yang mengalami gangguan
keseimbagan mental (misalnya, paralisis histerikal) atau gangguan ingatan
(misalnya amnesia) biasanya adalah orang ekstravert.
Dia menjelaskan begini: orang neurotistik akut sangat peka terhadap hal-hal yang
menakutkan. Kalau orang ini introvert, mereka akan belajar menghindari situasi
yang menyebabkan kepanikan itu secepat mungkin, bahkan ada yang langsung
panik walaupun situasinya belum terlalu gawat –orang inilah yang mengidap
fobia. Sementara orang introvert lainnya akan mempelajari perilaku-perilaku yang
dapat menghilangkan kepanikan mereka, seperti memeriksa segala sesuatunya
berulang kali atau mencuci tangan berulang kali karena ingin memastikan tidak
ada kuman yang akan membuat mereka sakit.
Sebaliknya, orang neurotistik yang ekstravert akan mengabaikan dan cepat
melupakan hal-hal yang menakutkan mereka. Mereka memakai mekanisme
pertahanan klasik, seperti penolakan dan represi. Mereka dengan mudah akan
melupakan, misalnya akhir pekan yang buruk.
3. Psikotisme
Orang yang skor psikotisisme-nya tinggi memiliki trait agresif, dingin, egosentrik,
tak pribadi, impulsif, antisosial, tak empatik, keatif, keras hati. Sebaliknya orang
yang skor psikotisismenya rendah memiliki trait merawat/baik hati, hangat, penuh
perhaitan, akrab, tenang, sangat sosial,empatik, kooperatif, dan sabar. Seperti pada
ekstraversi dan neurotisisme, psikotisisme mempunyai unsur genetik yang besar.
Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya
25% yang menjadi fungsi lingkungan. Seperti pada neurotisisme, psikotisisme
juga mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model). Orang yang variabel
psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi
untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psikotik. Pada masa orang
hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa
berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi
psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat fungsi normal kepribadian
sulit untuk diraih kembali.
Psikotisme, dapat digabung bersama-sama dengan neurotisisme dan ekstraversi,
menjadi bentuk tiga dimensi. Tiga garis yang saling berpotongan ditengah-tengah
dan saling tegak lurus, menggambarkan hubungan antara ketiga dimensi itu.
Setiap individu dapat digambarkan dalam sebuah titik pada ruangan yang
diantarai oleh tiga garis dimensi itu.
Menurut Eysenck dan Gudjonsson, ada korelasi negatif antara androgen
(testoterone) dengan CAL. Androgen dihasilkan oleh kelenjar adrenal kelamin
laki-laki (testis) dan kelenjal adrenal perempuan (ovarium). Semakin tinggi
androgen anak, semakin rendah CAL. Akibatnya muncul sifat-sifat maskulinitas,
seperti tingkahlaku agresi. Secara hipotesis, hormon androgen menjadi mediator
hubungan antara CAL yang rendah dengan kriminalitas.
Eysenck mengembangkan teori kepribadian ke dalam tiga dimensi kepribadian
yaitu:
a. Neurotisme (N)
Dimensi neurotisme berhubungan dengan stabilitas emosi seseorang. Neurotisme
merupakan dimensi kepribadian yang menunjukkan sifat cemas, depresi, self
esteem rendah, emosional dan irasional. Orang dengan nilai neurotisme yang
tinggi biasanya unstable biasanya labil, sering mengeluh, irasional, dan pencemas.
Sebaliknya, dengan nilai neurotisme yang rendah atau stable menunjukkan
kestabilan, reliabilitas, ketenangan dan rasionalitas (Schultz & Schultz, 1994).
Orang yang skor neurotiknya tinggi sering mempunyai kecenderungan reaksi
emosional yang berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya
meningkat. Namun neurotisisme itu bukan neurosis dalam pengertian yang umum.
Orang bisa saja mendapat skor neurotisisme yang tinggi tetapi tetap bebas dari
simpton gangguan psikologis (Maman, 2009).
Dasar biologis dari neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom
(ANS = Automatic Nervous Reactivity). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi,
pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional
sehingga mudah mengembangkan gangguan neurotik. Neurotisisme dan introvert-
extrovert dapat digabung dalam bentuk hubungan CAL dan ANS, dan dalam
bentuk garis absis ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu
tergantung kepada tingkat introvert-extrovert dan neurotisismenya.
Tipe A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvert dan ekstrim
neurotisisme) atau orang yang memiliki CAL tinggi dan ANS tinggi. Orang itu
cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-
kompulsif, yang oleh Eysenck disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama
(disorders of the first kind). Tipe B adalah orang ekstrovert-neurotik atau orang
yang memiliki CAL rendah dan ANS tinggi. Orang itu cenderung psikopatik,
kriminal dan delingkuen, atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders
of the second kind). Tipe C adalah orang normal yang introvert; tenang, berfikir
mendalam, dapat dipercaya. Tipe D adalah orang yang normal-extrovert; riang,
responsif, senang bicara/bergaul.
b. Psikotisme (P)
Dimensi psikotisme berhubungan dengan konsentrasi yang rendah, memori
rendah, tidak sensitif, kurang perhatian tehadap orang lain, ketiadaan perhatian
terhadap orang lain, kekejaman, tak mengindahkan untuk bahaya dan konvensi,
adanya keaslian dan/atau kreativitas, menyenangi berbagai hal yang tidak biasa,
dan memiliki pertimbangan yang ganjil (Schultz & Schultz, 1994).
c. Introvert-Extrovert (I-E)
Pengelompokan kepribadian introvert-extrovert didasarkan atas perbedaan
respon-respon, kebiasaan-kebiasaan, dan sifat-sifat yang biasa ditampilkan oleh
individu dalam melakukan relasi interpersonal (Schultz & Schultz, 1994).
Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara extrovert dan introvert
adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arausal Level), kondisi
fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL adalah gambaran
bagaimana korteks mereaksi stimulasi indrawi. CAL tingkat rendah artinya
korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah
terangsang untuk bereaksi. Orang yang extrovert CAL-nya rendah, sehingga dia
banyak membutuhkan rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya.
Sebaliknya introvert CAL-nya tinggi, dia hanya membutuhkan rangsangan sedikit
untuk mengaktifkan korteksnya. Jadilah orang yang introvert menarik diri,
menghindar dari riuh rendah situasi disekelilingnya yang dapat membuatnya
kelebihan rangsangan.
Orang introvert memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti
membaca, olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif.
Sebaliknya orang extrovert memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta
hura-hura, olahraga beregu (sepakbola, arung jeram), minum alkohol dan
mengisap mariyuana (Maman, 2009).