91106485 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak
-
Upload
maharja-jathi -
Category
Documents
-
view
28 -
download
10
description
Transcript of 91106485 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Anak
Inne Suherna Sasmita, drg., Sp. Ped.
Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA.
Badi Soerachman, SKG.
Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Jl. Sekeloa Selatan Bandung
ABSTRAK
Tanggalnya gigi sulung secara dini disebabkan oleh kerusakan gigi atau karena faktor genetik.
Tanggalnya gigi mengakibatkan migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk mengisi ruang
yang kosong sehingga akan terjadi maloklusi. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan
untuk mengembalikan fungsi mastikasi, mencegah gangguan bicara dan dapat mengembalikan
rasa percaya diri pada anak, terutama jika dilihat dari segi estetik.
Perawatan dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan anak dilakukan dengan
mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang. Selama periode
pertumbuhan gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara periodik dan terus-menerus, sehingga
disain gigi tiruan sebagian lepasan yang dibuat tidak menghambat pertumbuhan.
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengganti gigi yang
hilang, selain itu diharapkan dapat mengembalikan fungsi mastikasi, bicara dan penampilan.
Keberhasilan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan anak didukung oleh kerja sama yang baik
antara anak, orang tua, dan dokter.
Kata Kunci : Gigi, Tiruan, Lepasan, Anak
ABSTRACT
Premature loss of a primary tooth is caused by dental damage or by genetic factors. Loss of teeth
may result in migration of the adjoining teeth and their antagonists to fill the gap so as to result
in malocclusion. The use of partially removable denture is intended to restore masticating
function, prevent speech disorder, and restore self-confidence in the child, especially from the
viewpoint of esthetics.
Treatment with the use of partially removable denture in children is implemented with due
consideration for dental and jaw growth and development. In the period of growth, dentures
need periodic and continual adjustment so partially removable dentures do not impede growth.
Partially removable dentures is a means which may be used to replace loss of theeth. In
addition, partially removable dentures are expected to restore the function of mastication,
speech, and facial appearance. Success in treatment of partially removable denture in children is
supported by good collaboration among the child, and the dentist.
Keywords: Children Removable dentures
PENDAHULUAN
Salah satu bagian terpenting dalam proses pencernaan makanan adalah mulut. Makanan akan
diproses di dalam rongga mulut oleh saliva, lidah dan gigi, agar proses tersebut dapat berjalan
dengan baik harus disertai dengan perawatan dan pemeliharaan yang optimal dari gigi dan mulut.
Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang harus diperhatikan dengan baik, terutama pada
periode gigi sulung, pada periode tersebut lebih sering terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh
adanya karies yang parah, kehilangan gigi akibat trauma dan adanya kelainan kongenital.
Kerusakan pada gigi dapat mengakibatkan gangguan dalam pengunyahan dan menimbulkan rasa
sakit. Kerusakan yang terjadi pada gigi jika dibiarkan dapat menyebabkan gigi tanggal sebelum
waktunya dan diikuti dengan adanya perubahan dari fungsi gigi dan mulut (1)
.
Tanggalnya gigi sulung secara dini pada anak, dapat menyebabkan terjadinya migrasi gigi
tetangga dan antagonisnya untuk mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi tersebut,
sehingga lambat laun akan mengakibatkan maloklusi selain itu lengkung gigi tidak
berkembang secara optimal, bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan bicara,
mastikasi, dan estetik (2)
.
Gangguan organ bicara dapat mempengaruhi suara pasien, misalnya kehilangan gigi anterior
rahang atas dan bawah. Kehilangan gigi anterior dapat mengakibatkan gangguan bicara yang
bersifat sementara, setelah menggunakan gigi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara dengan
cara membiasakan menggunakan gigi tiruan (1)
.
Gangguan bicara yang disebabkan tanggalnya gigi anterior, akan berdampak dalam pelafalan
kata, terutama pada kata yang mengandung huruf konsonan antara lain (s), (z), (v), (f). Udara
bebas yang berada di ruang kosong karena tanggalnya gigi yang hilang, akan merubah bunyi s
menjadi th. Kelainan dalam pelafalan dapat menyebabkan trauma psikologis pada anak, sehingga
anak menjadi kurang percaya diri (3,4)
.
Ruang kosong dalam lengkung rahang anak, dapat dioptimalkan fungsinya yaitu dengan
menggunakan suatu alat gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) atau gigi
tiruan cekat ( fixed partial denture) (5,6)
. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan ditujukan pada
keadaan hilangnya gigi, termasuk diastema, dan terjadinya resorpsi tulang.
Pembuatan gigi tiruan cekat hanya dapat digunakan bila hilangnya gigi tiap daerah tak bergigi
tidak seluruhnya dan pada ke dua sisi daerah yang tidak begigi masih dibatasi gigi asli sehingga
memenuhi syarat sebagai gigi pendukung (1)
. Apabila alat cekat tidak dapat dipakai karena
kurangnya retensi (tidak memenuhi syarat sebagai gigi pendukung), maka gigi tiruan sebagian
lepasan menjadi pilihan dokter gigi.
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan gigi. Selama
periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara periodik dan terus-menerus,
ketika gigi tiruan sudah tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan rahang karena terlalu kecil, maka
pemeriksaan dan perawatan harus dihentikan. Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan
yang dianjurkan dokter gigi untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi
dan rahang(7)
. Gigi tiruan sebagian lepasan perlu dibuat ulang mengikuti pola pertumbuhan dan
erupsi gigi tetap (6)
.
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan memegang peranan penting dalam perawatan gigi
anak, oleh karena perawatan tersebut akan memulihkan fungsi mastikasi, bicara, posisi gigi,
estetik wajah, dapat mencegah kebiasaan buruk, serta sekaligus memelihara dan
mempertahankan gigi yang tersisa serta jaringan pendukungnya (8)
.
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan bagian dari seni dan ilmu kedokteran gigi yang
bertujuan untuk memperbaiki serta menjaga fungsi mulut dengan mengganti gigi dan jaringan
yang hilang (9)
. Tujuan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk mempertahankan
jaringan yang masih ada serta mengembalikan fungsi mastikasi, bicara, penampilan dan
mencegah kebiasaan buruk (3)
.
Dukungan utama dari gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh dari jaringan di bawah landasan
serta dukungan tambahan dari gigi kodrat yang masih tinggal. Penggunaan gigi tiruan tersebut
dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien (10)
. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah alat
prostetik yang menggantikan hilangnya satu atau lebih gigi kodrat yang tanggal, serta harus
mendapat dukungan dari gigi kodrat dan jaringan sekitarnya (11)
.
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan pergantian gigi yang mengenai sebagian dari
lengkung gigi dan jaringan sekitarnya, dapat terjadi pada rahang atas maupun bawah, serta
dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri (12)
.
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan dapat memulihkan dan mengembalikan fungsi gigi
dengan mempertahankan gigi yang masih ada. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan antara lain (1)
:
1. Pemulihan fungsi estetik.
Masalah estetik menjadi salah satu alasan utama pasien dalam perawatan pembuatan gigi tiruan.
Pasien yang kehilangan gigi anterior, akan memperlihatkan wajah dengan bentuk bibir masuk ke
dalam, sehingga pada dasar hidung tampak lebih ke dalam dan dagu menjadi lebih ke depan.
Pada anak-anak kehilangan gigi anterior sering terjadi karena kecelakaan, sehingga tidak
sedikit perawatannya dengan cara mencabut gigi yang terkena trauma akibat kegoyangan
yang sangat besar. Tanggalnya gigi tersebut akan mengakibatkan migrasi ke gigi tetangga
ke arah gigi yang hilang.
2. Peningkatan fungsi bicara.
Organ bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat mempengaruhi
suara pasien, misalnya pasien kehilangan gigi anterior rahang atas dan rahang bawah.
Kehilangan gigi anterior dapat mengakibatkan gangguan bicara yang bersifat sementara, setelah
menggunakan gigi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara dengan cara membiasakan
menggunakan gigi tiruan.
Terbentuknya suara berawal dari laring, lidah, palatum dan dibantu gigi-gigi. Rongga mulut dan
sinus maksilaris dalam hal ini berfungsi sebagai ruang resonansi. Menurut tempat terjadinya
suara yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Labial
Merupakan huruf yang diucapkan oleh bibir, antara lain huruf (b), (p), (m).
2) Labiodental
Merupakan huruf yang diucapkan antara bibir bawah dengan tepi insisal gigi anterior rahang
atas, antara lain huruf (f), (v), (ph).
3) Linguodental
Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi anterior rahang atas, antara lain huruf
(th).
4) Linguopalatal
Merupakan huruf yang diucapkan antara lidah dengan palatum, antara lain huruf (d), (s), (c), (j).
5) Nasal
Merupakan huruf yang akan terdengar seperti huruf (n), (ng).
3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan.
Salah satu bagian terpenting dalam proses pencernaan makanan adalah mulut. Makanan akan
diproses di dalam rongga mulut dengan gigi, agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik
harus disertai dengan perawatan dan pemeliharaan yang optimal dari gigi dan mulut tersebut.
Penelitian Farrel (1962) menunjukkan bahwa jenis makanan tertentu dapat dicernakan dengan
sempurna tanpa perlu dikunyah sama sekali. Penderita yang sudah kehilangan gigi biasanya
mengalami perubahan pada mastikasi. Tekanan kunyah akan terpusat pada satu sisi atau satu
bagian saja. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan akan memperbaiki penyaluran tekanan
kunyah secara merata ke seluruh bagian jaringan pendukung.
4. Mempertahankan jaringan mulut yang ada.
Jaringan mulut yang ada akan dipertahankan dengan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan,
karena dengan gigi tiruan dapat mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena hilangnya
gigi.
5. Pencegahan migrasi gigi.
Tanggalnya gigi sulung yang terlalu dini pada anak, dapat mengakibatkan migrasi gigi tetangga
dan antagonisnya untuk mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh gigi tersebut, sehingga
lambat laun akan mengakibatkan maloklusi dan lengkung gigi tidak berkembang secara optimal,
bahkan akan menyebabkan terjadinya gangguan bicara, mastikasi, dan estetis (2)
.
Ruang kosong pada gigi yang tanggal akan mengakibatkan makanan tertinggal pada daerah yang
kosong, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental, serta akan mengakibatkan
peradangan jaringan periodontal dan dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Akibat lain
dapat terjadi erupsi berlebih gigi antagonis.
Prinsip dan teknik perawatan pembuatan gigi tiruan pada anak sama dengan pembuatan gigi
tiruan dewasa. Perbedaan yang harus diperhatikan yaitu mengenai pertumbuhan dan
perkembangan terutama gigi dan rahang (14,4)
.
Pembuatan gigi tiruan anak harus memperhatikan perkembangan alveolar akan berjalan ke arah
lateral, maka disain landasan dibuat sampai 1/3 forniks atau kurang lebih sejajar dengan puncak
alveolar (alveolar crest), dengan tujuan agar tidak menghambat pertumbuhan. Disain landasan
dapat dibuat sampai forniks tetapi dengan menggunakan tissue conditioner atau soft acrylic.
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dewasa perluasan sayap landasan dibuat sampai
forniks dengan tujuan mendapatkan retensi dan stabilisasi (6)
.
Selama periode pertumbuhan, gigi tiruan memerlukan penyesuaian secara periodik dan terus-
menerus. Gigi tiruan yang sudah tidak sesuai lagi dengan pertumbuhan rahang karena terlalu
kecil, maka perawatan harus dihentikan. Pembuatan gigi tiruan baru merupakan perawatan yang
dilakukan dokter gigi untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
rahang. Perawatan pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dewasa dilakukan pemeriksaan
jika ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan secara terus-menerus (7)
.
Pengguanaan gigi tiruan sebagian lepasan dewasa selamanya dan diganti atau dibuat ulang jika
terdapat keluhan pada gigi tiruan tersebut, sedangkan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak
perlu dibuat ulang mengikuti pola pertumbuhan dan erupsi gigi tetap (6)
. Prosedur ini dilakukan
agar pasien lebih nyaman dalam penggunaan gigi tiruan.
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan memegang peranan penting dalam perawatan gigi
anak, sebab perawatan tersebut bertujuan untuk memulihkan fungsi mastikasi dan bicara anak,
mengembalikan keadaan gigi dan estetik wajah anak serta mencegah kebiasaan buruk (3)
. Gigi
tiruan dapat mengembalikan fungsi estetik, sekaligus memelihara dan mempertahankan gigi
yang tersisa serta jaringan pendukungnya (6)
. Pembuatan gigi tiruan ini juga dapat membantu
mengatasi masalah-masalah psikologis yang timbul pada pasien (5)
.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa syarat antara lain (3,4,7,15)
:
1. Alat yang dipakai dapat mengembalikan dan memperbaiki fungsi mastikasi, estetik dan
bentuk muka pasien.
2. Alat memiliki kekuatan yang baik untuk mengunyah dan stabil bila digunakan.
3. Tidak mengganggu fungsi bicara.
4. Tidak menghambat pertumbuhan normal lengkung rahang.
5. Dapat mencegah erupsi berlebihan gigi antagonis, migrasi dan kemungkinan terjadinya
kebiasaan buruk.
6. Mudah untuk dibersihkan.
7. Disain harus disesuaikan, agar mudah dipasang dan dikeluarkan oleh pasien.
8. Disain harus seimbang, agar dapat diperbaiki untuk penyesuaian erupsi gigi tetap.
9. Alat tidak menyebabkan karies dan tidak mengiritasi jaringan pendukungnya.
Kasus tanggalnya gigi secara dini pada anak memerlukan pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan, oleh karena itu perlu indikasi yang tepat dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.
Gigi tiruan sebagian lepasan anak dibuat pada keadaan antara lain sebagai berikut (3,4,6)
:
1. Secara radiografis, mempunyai gambaran gigi tetap pengganti yang diperkirakan
akan erupsi lebih dari enam bulan.
2. Tanggalnya gigi molar sulung secara dini, sehingga memerlukan penahan ruang untuk
perbaikan fungsi mastikasi.
3. Gigi penyangga tidak mampu mendukung alat prostodonti cekat, akibat adanya resorpsi
akar, trauma atau karies luas yang melibatkan pulpa.
4. Tanggalnya gigi anterior sulung akibat trauma.
5. Pada kasus tidak adanya gigi secara kongenital, misalnya oligodonsia sebagian.
Oligodonsia dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.
6. Adanya celah pada palatum yang harus ditutup dengan protesa.
7. Kehilangan gigi tetap muda akibat trauma.
8. Pasien kooperatif, tidak ada keluhan jika dilakukan perawatan.
9. Usia di atas 2,5 tahun merupakan anjuran dan prasyarat untuk menggunakan
gigi tiruan sebagian lepasan.
Indikasi yang tepat diperlukan dalam membuat gigi tiruan sebagian lepasan, selain itu ada
beberapa hal yang menjadi kontraindikasi dalam pembuatan gigi tiruan diantaranya (1,2)
:
1. Pasien yang tidak kooperatif, dapat dikatakan termasuk dalam kelompok hysterical mind.
2. Faktor kesehatan secara umum yang tidak mendukung untuk dilakukan perawatan.
3. Keadaan sosial ekonomi dapat menjadi pertimbangan dalam melanjutkan rencana perawatan.
4. Kasus hilangnya semua gigi yang memerlukan pembuatan gigi tiruan penuh.
5. Dalam foto rontgen terlihat gigi pengganti yang akan erupsi.
6. Pasien yang mengalami keterbelakangan mental akan sulit untuk memberikan penjelasan
dalam perawatan penggunaan gigi tiruan.
Keuntungan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan antara lain (4,15)
:
1. Mengembalikan fungsi mastikasi dan estetik.
2. Mudah dalam membersihkan.
3. Pasien serta orang tua pasien dapat memasang dan mengeluarkan gigi tiruan.
4. Perawatan gigi tiruan lebih mudah, karena dapat diperbaiki mengikuti perkembangan rahang
anak.
Dampak yang merugikan pada pemakaian gigi tiruan lepasan adalah (1,4,15)
:
1. Perawatan tergantung pada pasien dan orang tua yang kooperatif.
2. Peningkatan akumulasi plak.
3. Penyaluran daya kunyah yang tidak seimbang.
4. Terjadi peradangan mukosa.
5. Resorpsi tulang alveolar, jika terjadi kontak prematur.
6. Halitosis pada pasien yang kurang memperhatikan oral higiene yang baik.
7. Kelainan gigi penyangga dapat berupa gingivitis dan periodontitis.
8. Karies dan kegoyangan pada gigi sandaran.
Klasifikasi gigi tiruan pada periode gigi campuran adalah sebagai berikut (3)
:
Kelas I : Kehilangan gigi posterior rahang atas satu sisi
Gambar 3.1 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas I
Kelas II : Kehilangan gigi posterior rahang bawah satu sisi
Gambar 3.2 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas II
Kelas III : Kehilangan gigi posterior rahang atas dua sisi
1
2
Gambar 3.3 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas III
1. Gigi tiruan sebagian lepasan sebelum dipasang di dalam mulut.
2. Gigi tiruan sebagian lepasan yang telah dipasang di dalam mulut.
Kelas IV : Kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi
Gambar 3.4 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas IV
Kelas V : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang atas
Gambar 3.5 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas V
Kelas VI : Kehilangan gigi anterior-posterior rahang bawah
Gambar 3.6 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas VI
Kelas VII : Kehilangan satu atau lebih gigi susu/ gigi tetap anterior
1
2
Gambar 3.7 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas VII
1. Gigi tiruan sebagian lepasan kelas VII untuk rahang bawah.
2. Keadaan rongga mulut dengan kehilangan gigi anterior rahang atas.
Kelas VIII : Kehilangan semua gigi susu
Gambar 3.8 Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kelas VIII
Pada kasus kehilangan gigi kelas VII, akan membutuhkan pemakaian gigi tiruan lepasan (16)
.
Menurut penelitian bahwa kehilangan gigi anterior pada periode gigi campuran akan
mengakibatkan gangguan dalam proses erupsi gigi tetap. Tanggalnya gigi tersebut akan
mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah yang hilang (3)
.
PEMBAHASAN
Disain gigi tiruan sebagian lepasan pada anak sama dengan prinsip dasar pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan pada orang dewasa. Perbedaan yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan pada anak adalah waktu pemakaian yang disesuaikan dengan usia
pertumbuhan dan perkembangan gigi (4)
.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan beberapa tahap (1)
:
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.
Daerah tak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi, anatara lain dalam hal panjang,
macam, jumlah dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana pembuatan disain gigi
tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun pendukungnya.
2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup (paradental) dan daerah
berujung bebas (free end). Bentuk sadel dibagi menjadi dua yaitu
sadel tertutup dan berujung bebas. Terdapat tiga pilihan untuk dukungan sadel tertutup, yaitu
dukungan gigi, mukosa, atau kombinasi. Sebaliknya untuk sadel berujung bebas dukungan pada
umumnya berasal dari mukosa. Dukungan terbaik untuk gigi tiruan sebagian lepasan diperoleh
dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut antara lain keadaan jaringan pendukung,
panjang dan jumlah sadel serta keadaan rahang.
3. Menentukan jenis penahan.
Penahan yang akan dipilih dapat ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:
1) Dukungan sadel
Dukungan sadel berkaitan dengan indikasi macam cangkolan yang akan dipakai dan gigi
penyangga yang diperlukan.
2) Stabilitas gigi tiruan
Berhubungan dengan jumlah dan macam gigi pendukung yang ada dan yang akan dipakai.
3) Estetika
Berhubungan dengan bentuk dan tipe cangkolan dan lokasi gigi penyangga.
4. Menentukan jenis konektor.
Konektor yang dipakai biasanya berbentuk pelat, yaitu pada gigi tiruan dari resin.
Sebelum gigi tiruan sebagian lepasan dipasang dalam mulut anak, sebaiknya persiapan dalam
mulut dilakukan terlebih dahulu. Persiapan mulut ini bertujuan untuk mendapatkan keadaan
mulut yang mampu mendukung dan memberikan retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan, serta
memelihara sisa gigi dan jaringan pendukungnya. Persiapan mulut ini dapat meliputi berbagai
cabang kedokteran gigi, antara lain (11)
:
1. Persiapan bedah
Gigi yang tidak dapat dipertahankan lagi sebaiknya harus dilakukan pencabutan sebelum
pembuatan gigi tiruan (5,11)
.
2. Persiapan konservasi dan endodontik
Perawatan konservasi dilakukan untuk memperbaiki gigi yang karies atau untuk melindungi gigi
penyangga pada pasien yang rentan karies, serta untuk memperoleh bentuk mahkota gigi yang
dapat mendukung gigi tiruan agar cukup retensi (5)
. Selain itu, perawatan konservasi dapat
mengurangi resiko akumulasi plak pada gigi yang mengalami karies (14)
. Perawatan endodontik
akan memungkinkan pemeliharaan gigi yang dapat menjadi penyangga gigi tiruan yang akan
dibuat (11)
.
3. Persiapan periodontik
Pasien anak sering membutuhkan prosedur periodontik terutama untuk penderita gingivitis
karena adanya karang gigi dan akumulasi plak. Kebersihan mulut anak perlu diperhatikan, agar
mendapatkan hasil yang baik dalam perawatan (14)
.
Dokter gigi perlu memberikan penjelasan yang dapat dimengerti anak sebelum melakukan
pencetakan rahang karena anak-anak belum memiliki pengalaman mengenai tahap pencetakan (14)
. Hasil yang optimal dapat diperoleh dengan mengetahui beberapa pertimbangan dalam
pencetakan (4)
, antara lain:
1. Pemilihan sendok cetak
Pencetakan pada anak menggunakan sendok cetak ukuran kecil (7)
. Berbagai macam ukuran
sendok cetak yang cocok pada anak sudah tersedia dan dapat digunakan dalam berbagai macam
keadaan (4)
. Sendok cetak kaku yang berlubang telah tersedia dalam berbagai ukuran yang sesuai
untuk anak-anak (14)
. Ukuran yang telah dianjurkan untuk pencetakan adalah jarak anatara gigi
dan sendok cetak sekitar 3 mm, dengan perluasan distal yang cukup.
2. Pemilihan bahan cetak
Pemilihan bahan cetak akan menentukan keberhasilan suatu pencetakan. Bahan cetak yang
sebaiknya digunakan adalah alginat, dapat digunakan jenis regular setting maupun fast setting (4)
.
Alginat yang digunakan untuk anak-anak biasanya yang masa pengerasannya relatif pendek (3)
.
Perlu diperhatikan perbandingan air dan bubuk sesuai dengan petunjuk dari pabrik untuk
mendapatkan hasil yang optimal (4)
.
3. Mengatasi refleks mual
Pasien pada umumnya akan merasa mual pada saat melakukan pencetakan, oleh karena itu perlu
penanganan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol refleks mual. Refleks mual pada anak
dapat dicegah dengan menggunakan bahan cetak yang memiliki rasa, meminta anak berkumur
dengan air hangat yang berisi cairan anastetik sehingga memberikan rasa kebal, anak diminta
bernafas teratur, atau juga mengalihkan perhatian anak pada hal-hal lain sampai pencetakan
selesai dilakukan (4,14)
. Kelebihan bahan cetak sebaiknya dihindari agar tidak mengalir ke
orofaring. Anak dapat juga dialihkan perhatiannya dengan memberikan sedikit bahan cetak yang
belum mengeras pada jarinya. Anak diinstruksikan untuk bernapas melalui hidung serta
menundukkan kepalanya ke depan (14)
. Penggunaan suction atau penyedot saliva untuk
membuang saliva dapat digunakan untuk mencegah refleks mual pada anak (3)
.
4. Pencetakan rahang bawah
Pencetakan rahang bawah biasanya dilakukan dahulu untuk menghindari rasa mual dan rasa
takut anak. Dokter gigi berdiri di samping kanan depan anak saat menyiapkan sendok cetak. Jari
tangan diletakkan di daerah molar sendok cetak dan ibu jari di bawah rahang bawah, pada posisi
tersebut anak tidak akan dapat merubah posisi sendok cetak, demikian juga dengan pergerakan
badan atau kepala (3)
. Anak diminta untuk mendorong lidahnya keluar untuk mendapatkan
kontraksi otot milohioid (14)
. Hasil cetakan jika sudah baik tidak terdapat cacat atau rusak maka
dilanjutkan dengan pencetakan rahang atas (3)
.
5. Pencetakan rahang atas
Posisi dokter pada pencetakan rahang atas yaitu berdiri di samping kanan belakang anak,
kemudian sendok cetak dimasukkan. Penekanan dengan jari tengah atau telunjuk kedua tangan
pada daerah posterior sendok cetak dan ibu jari berada di atas arkus zigomatikus. Penekanan
pada sendok cetak yang berada dalam mulut anak pada rahang atas maupun rahang bawah adalah
pada bagian posterior terlebih dahulu kemudian pada daerah anterior (14)
.
Gigi tiruan pada anak terdiri atas landasan gigi tiruan, cangkolan dan elemen gigi tiruan (4)
.
Landasan pada umumnya dibuat dari resin akrilik karena mudah dimodifikasi mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan gigi serta erupsi gigi (14)
. Landasan sebaiknya dibuat transparan
dan cukup kuat saat dipakai makan (4)
. Gigi tiruan rahang atas didisain dari landasan akrilik,
tetapi gigi tiruan sebagian rahang bawah dapat dirancang dari konektor logam untuk menambah
retensi yang lebih baik (10,14)
Landasan gigi tiruan sebagian lepasan dibuat menutupi permukaan
palatal/lingual gigi-gigi yang ada dan daerah interdental dengan tujuan mendapatkan stabilitas
dan retensi (3)
.
Cangkolan dibuat dari kawat logam tahan karat dan diperlukan untuk mendapatkan retensi serta
dukungan dari gigi atau jaringan lunak. Jenis cangkolan yang digunakan pada gigi tiruan
sebagian lepasan antara lain cangkolan Adam, cangkolan bola, dan cangkolan sirkumferensial (4)
.
Cangkolan suatu gigi tiruan perlu dirancang dengan akurat, karena jika tidak akan
mempengaruhi terhadap peningkatan aktivitas karies (3)
.
Disain gigi tiruan perlu diperhatikan faktor-faktor di bawah ini (4,14)
:
1. Garis fulkrum merupakan garis khayal yang membagi dua daerah tidak bergigi dan berfungsi
untuk menentukan tempat dan arah cangkolan, selain itu perluasan landasan gigi tiruan harus
memperhatikan nilai beban kunyah di sebelah kanan dan kiri garis fulkrum.
2. Arah pemasangan cangkolan pada gigi kaninus dari mesial ke distal, cara tersebut disesuaikan
dengan bererupsinya gigi insisif tetap dan bergesernya gigi kaninus sulung ke arah distal.
Cangkolan tidak menempel pada gigi dan diberi jarak 0,5 mm, dengan tujuan tidak menghambat
pertumbuhan.
3. Pemakaian pada rahang bawah dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya dibuat lingual
bar dari logam dengan arah 2 mm lebih ke lingual dari jaringan lunak.
4. Perkembangan alveolar akan berjalan ke arah lateral, maka disain landasan dibuat sampai 1/3
forniks atau kurang lebih sejajar dengan puncak alveolar (alveolar crest), dengan tujuan agar
tidak menghambat pertumbuhan.
5. Perluasan sayap bukal pada rahang atas dibuat rendah dan warna harus sesuai dengan
jaringan sekitarnya. Landasan akrilik pada rahang atas harus menutupi seluruh bagian palatum
dengan tujuan untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi.
6. Jurusan pemasangan gigi tiruan memudahkan pasien dalam pemakaian.
7. Kesehatan jaringan yang tersisa dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan lebih ditujukan
untuk memelihara dan mempertahankan jaringan yang tersisa.
8. Faktor estetis berpengaruh pada penampilan, maka harus disesuaikan dengan kepribadian
pasien, antara lain dalam hal warna gigi, bentuk gigi, penyusunan gigi, dimensi vertikal, panjang
dan lebar gigi.
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dapat dilihat dari pertimbangan berdasarkan
usia, dapat digolongkan sebagai berikut (6)
:
1. Usia 2,5–3 tahun
Cangkolan pada gigi kaninus sulung tidak boleh memberikan tekanan, hal ini ditujukan untuk
memberikan kesempatan rahang bergerak ke anterior. Cangkolan untuk gigi molar sulung harus
dibuat dengan tangan cangkolan harus mengelilingi permukaan terluar gigi. Hal ini ditujukan
karena mahkota gigi molar sangat pendek. Selain itu pada rahang atas perluasan landasan harus
menutupi palatum sampai batas daerah getar atau vibrating line. Perluasan ke arah bukal atau
labial pada umumnya pendek tidak melebihi sampai ke forniks. Pada rahang bawah dianjurkan
menggunakan lingual bar yang ditempatkan 2 mm dari jaringan lunak.
2. Usia 5,5 – 6 tahun
Cangkolan yang digunakan adalah cangkolan Adam dan cangkolan C. Cangkolan
C harus dilepas dari landasan pada saat erupsi gigi incisivus tetap dan gigi molar pertama dan
dilakukan perbaikan. Gigi molar pertama yang telah bererupsi seluruhnya dapat dijadikan gigi
sandaran untuk perawatan selanjutnya. Landasan yang digunakan berupa tissue conditioner pada
bagian labial dan bukal dengan tujuan agar pertumbuhan rahang tidak terhambat.
3. Usia 7 – 8 tahun
Usia 7–8 tahun terjadi pertumbuhan pada daerah anteroposterior, sehingga panjang landasan
harus pendek dan sesuai dengan warna jaringan lunak, selain itu digunakan tissue conditioner
pada daerah pertumbuhan. Cangkolan C digunakan untuk gigi molar pertama tetap.
4. Usia 12 tahun
Erupsi gigi telah lengkap, kecuali gigi molar ketiga, selain itu pertumbuhan
rahang berjalan lambat, sehingga untuk penyesuaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat lebih
mudah.
Prinsip biomekanik merupakan prinsip mekanika yang memperhitungkan respon dari jaringan
hidup. Prinsip biomekanik merupakan dasar penting dalam mendisain gigi tiruan sebagian
lepasan. Prinsip biomekanik yang harus diperhatikan dalam mendisain gigi tiruan meliputi (17)
:
1. Timbulnya ungkitan dari gigi tiruan yang menyebabkan terjadinya daya pada gigi sandaran
(daya torsi).
Perbedaan kompresibilitas antara jaringan periodontal dan jaringan lunak akan menyebabkan
landasan akan bergerak menurun pada saat terkena beban fungsional/beban kunyah. Turunnya
landasan ini, menimbulkan ungkitan dan menyebabkan gigi sandaran menjadi longgar.
2. Penyebarluasan beban kunyah pada masing-masing jaringan.
Gigi tiruan harus di dukung oleh gigi dan linggir alveolar, selain itu beban fungsional seimbang
di antara jaringan lunak dan gigi yang masih ada.
3. Faktor yang mempengaruhi besarnya daya yang disalurkan pada gigi sandaran.
4. Pertimbangan kemampuan fisiologis.
Mendapatkan prognosa yang baik dapat ditentukan dengan membagi daya fungsional secara
seimbang antara gigi sandaran dan linggir alveolar, sehingga efek ungkitan dapat dikurangi serta
tidak menerima daya oklusal yang melebihi batas kemampuan fisiologis.
Rencana perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak dengan kehilangan gigi sejak lahir
yang disebabkan oleh faktor genetik lebih sulit, terutama jika dibandingkan dengan tanggalnya
gigi dengan keadaan masih terdapat gigi kodratnya, sebab pada kehilangan gigi sejak lahir akan
sulit untuk menentukan disain yang akan dibuat karena tidak terdapat oklusi gigi sebelumnya (14)
.
Keberhasilan atau kegagalan penggunaan alat gigi tiruan sebagian lepasan pada anak didukung
oleh tiga faktor utama yaitu (3,5,6)
:
1. Kemampuan dokter gigi
Dokter gigi dan tekniker harus dapat merancang gigi tiruan yang mampu beradaptasi dengan
baik sesuai bentuk anatomi gigi yang hilang. Kemampuan dokter gigi dalam memberikan
motivasi kepada pasien dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penggunaan gigi tiruan.
2. Usia pasien
Berdasarkan penelitian, penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan pada anak usia 2,5 tahun dan
usia 5 tahun tidak ditemukan adanya perubahan, perbaikan atau kesulitan yang berarti.
Penggunaan gigi tiruan lepasan dapat disesuaikan dengan usia pasien sehingga dapat dilakukan
perbaikan atau penggantian gigi tiruan lepasan.
3. Kerjasama orang tua
Memberikan informasi secara langsung mengenai pemakaian gigi tiruan kepada pasien maupun
orang tua pasien sehingga mempermudah dalam penggunaan dan pemeliharaan, selain itu orang
tua yang berpengalaman dalam pemakaian gigi tiruan lepasan dapat membantu anaknya dalam
memakai dan merawat gigi tiruan tersebut.
Keberhasilan dalam pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan pada anak, dapat ditentukan dengan
memberikan informasi dan instruksi-instruksi khusus pada pasien maupun orang tua, yaitu (3,4,5,7)
:
1. Instruksi pada anak
Anak diberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana, sehingga anak dapat memberikan
kerjasama yang baik, selain itu anak dianjurkan untuk memberitahukan kepada orang tuanya jika
ada keluhan pada pemakaian gigi tiruan.
Memberikan motivasi terutama pada anak usia 2 – 5 tahun agar gigi tiruan tidak dilepas dari
dalam mulut tanpa sepengetahuan orang tua. Pemasangan gigi tiruan pertama kali dilakukan
oleh dokter dengan menggunakan cermin untuk melihat cara memasang dan melepas gigi tiruan,
setelah itu anak dapat mencoba sendiri. Gigi tiruan sebagian lepasan sebaiknya dilepas pada saat
berolah raga dan pada saat malam hari, gigi tiruan direndam dalam air dan dibersihkan setiap
hari dengan bantuan orang tua.
2. Instruksi orang tua
Orang tua diharapkan ikut melihat pada saat anak memasang dan melepas
gigi tiruan, selain itu jika anak tidak memakai gigi tiruan karena ada keluhan rasa sakit pada gusi
maka orang tua diharapkan segera untuk menghubungi dokter gigi untuk mengatasi masalah
yang dikhawatirkan mengganggu pemakaian gigi tiruan tersebut.
Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat mengakibatkan perubahan patologis, jika tidak
mengikuti instruksi mengenai pemeliharaan kebersihan mulut (1)
. Dampak yang timbul antara
lain bertambahnya akumulasi plak, meningkatnya frekuensi karies, terjadi denture stomatitis dan
menyebabkan gigi tetangga menjadi goyang.
Perawatan yang dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor yang mengakibatkan keluhan pada
pasien yaitu (1)
:
1. Pasien dianjurkan untuk menyikat gigi setiap hari terutama sebelum tidur.
2. Gigi tiruan pada waktu tidur dilepas dan disimpan dalam gelas yang berisi air, setiap hari
harus dibersihkan.
3. Denture stomatitis terjadi karena pemakaian gigi tiruan yang diakibatkan trauma pada
mukosa. Perawatan yang diperhatikan antara lain posisi cangkolan agar tidak melukai jaringan
sekitar.
4. Pengurangan bagian oklusal dari gigi tiruan dilakukan jika terjadi kontak prematur antara gigi
antagonisnya.
5. Cangkolan dan sayap landasan yang merupakan retensi dari gigi tiruan harus sesuai dengan
disain, agar gigi tiruan tidak mudah lepas.
Setelah gigi tiruan sebagian lepasan digunakan anak, untuk tahap berikutnya dilakukan
pengontrolan secara berkala kurang lebih 4 – 6 minggu, jika tidak ada keluhan dan
perkembangan normal, soft acrylic yang digunakan sebagai sayap landasan akan keluar dan
dilakukan penyesuaian dengan cara mengurangi akrilik tersebut. Bertambahnya usia anak, maka
suatu gigi tiruan sebagian lepasan memerlukan penyesuaian secara periodik untuk mengikuti
pola pertumbuhan dan perkembangan rahang, serta erupsi gigi tetap anak (7)
.
KESIMPULAN
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan alat yang dapat digunakan untuk menggantikan gigi
yang hilang dan memperoleh dukungan dari jaringan sekitarnya. Tujuan penggunaan gigi tiruan
sebagian lepasan pada anak untuk mempertahankan jaringan yang ada serta mengembalikan
fungsi mastikasi, bicara, penampilan dan mencegah kebiasaan buruk dengan tidak menghambat
pertumbuhan dan perkembangan gigi. Keberhasilan perawatan tergantung dari kemampuan
dokter gigi, usia pasien dan kerjasama orang tua.
SARAN
Orang tua pasien sebaiknya memberikan informasi dan instruksi khusus kepada anak dengan
memberikan motivasi, selain itu memperhatikan petunjuk pemakaian alat yang diberikan oleh
dokter gigi agar perawatan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan prosedur yang ada.Dokter
gigi, terutama spesialis kedokteran gigi anak sebaiknya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk merawat kehilangan gigi secara dini dengan memperhatikan
usia pertumbuhan dan disain pada alat yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Hal 12, 30-
50, 108-111 Jakarta: Hipokrates
2. Andlaw, R.J. and W.P. Rock. 1993. A Manual of Paedodontics. 3rd
ed. London: Churchill
Livingstone.
3. Lindahl, R.L. 1964. Removable Denture Prosthetis. 4th
ed. Hal: 271-285. McGraw-Hill
Book Company Inc.
4. Finn, S.B. 2003. Clinical Pedodontics. 4th
ed. Hal 309-31, 360-3. Philadelphia: W.B
Saunders Company inc.
5. Goodarce, C.J dan Brown, T.D, 1994. Prosthodontic Treatment of the Adolescent Patient
Care. Editor: Sthephen H.Y.Wei. Philadelphia: Lea and Febiger.
6. McDonald, R.E. and D.R. Avery, 2000. Dentistry forThe Child and Adolescent. 7th
ed.
Saint Louis: Mosby
7. Andajani, T. 1993. Penanggulangan Kerusakan Gigi yang Parah dengan Gigi Tiruan
Tumpang. Volume 2. Hal 571-580. Jakarta: Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti.
8. Heartwell, C.M. and Rahn, A.O. 1986. Glossary of Prosthodontics. Fourth edition.
Philadelphia: Lea and Febriger.
9. McCracken’s. 1995. Removable Partial Prosthodontics. 9th
ed. St. Louis: C.V. Mosby
Company.
10. Dykema, E.W, Cunningham, D.M, and Johnston, J.F. 1978. Modern practice in
removable partial prosthodontics. Philadelphia- London- Toronto: W.B Saunders
Company.
11. Blakesslee, R.W., et al. 1980. Dental Technology Theory and Practice. Hal: 113-5, 120-
1, 313-15. St. Louis-Toronto-London: C.V. Mosby Company
12. Dyson, J.E. 1988. Prosthodontic for Children. Hal: 259-68. Philadelphia: Lea and
Febriger.
13. Herman, W. 1980. Majalah Kedokteran Gigi. Volume 1. Bandung: Yabina.
14. Mathewson, R.J and Primosch, R.E. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3rd
ed.
Hal: 356-9. Chicago: Quintessence Books.