9. BAB III

18
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian meliputi wilayah perairan Pulau Selayar yang berada di dekat area pertambangan. Lokasi penelitian dan titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2. 3.2. Pengumpulan Data 3.2.1. Jenis dan Sumber Data Data primer yang diamati dalam penelitian ini meliputi: parameter fisik, kimia, biologi dan logam berat. Sementara data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: peta rupabumi dan batimetri. Data-data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti yang tercantum pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Parameter Sumber Data Keteranga n Alat Keteli tian Data Primer Fisika 1

description

tesis

Transcript of 9. BAB III

35

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Wilayah PenelitianWilayah penelitian meliputi wilayah perairan Pulau Selayar yang berada di dekat area pertambangan. Lokasi penelitian dan titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2.

3.2. Pengumpulan Data3.2.1. Jenis dan Sumber DataData primer yang diamati dalam penelitian ini meliputi: parameter fisik, kimia, biologi dan logam berat. Sementara data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: peta rupabumi dan batimetri. Data-data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti yang tercantum pada Tabel 3.1.Tabel 3.1.Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam PenelitianParameter Sumber Data Keterangan AlatKetelitian

Data Primer

Fisika

1. Suhu Pengambilan sampelIn Situ Termometer C

2. Kecerahan Pengambilan sampelIn Situ Secchi disk m

3. Kedalaman Pengambilan sampelIn Situ Secchi disk m

4. TSS Pengambilan sampelLaboratorium Gravimetrik mg/l

5. TDSPengambilan sampelLaboratorium Gravimetrikmg/l

Kimia

1. Salinitas Pengambilan sampelIn Situ Refraktometer PSU

2. pH Pengambilan sampelIn Situ pH-meter -

3. DO Pengambilan sampelIn Situ DO-meter mg/l

4. BOD5 Pengambilan sampelLaboratorium inkubasi mg/l

5. Nitrat (NO3-N) Pengambilan sampelLaboratorium Spektofotometer mg/l

6. COD Pengambilan sampelLaboratorium inkubasi mg/l

Logam Berat

1. Cromium (Cr) Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

2. Timbal (Pb) Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

3. Cadmium (Cd Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

4. Tembaga (Cu)Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

5. Seng (Zn)Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

6. Arsen (As)Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

7. Raksa (Hg)Pengambilan sampelLaboratorium AAS mg/l

Biologi

1. BenthosPengambilan sampel Laboratorium Grab Sampler

2. PlanktonPengambilan sampel Laboratorium Plankton net

Data Sekunder

1. Peta Wilayah KajianPeta Administrasi Kabupaten Lingga

2. Batimetri LautDISHIDROS

3.2.2. Metode pengumpulan dataVariabel biologi diamati untuk mengetahui kualitas perairan berdasarkan organisme yang ada dalam sistem perairan tersebut. Dalam penelitian ini variabel biologi yang diamati berupa struktur komunitas fitoplankton dan struktur komunitas makrobenthos. 3.2.2.1. Planktona. Kelimpahan planktonPerhitungan kelimpahan fitoplankton dilakukan untuk mengetahui berapa besar kelimpahan setiap genus tertentu yang ditemukan selama pengamatan. Nilai kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (modifikasi Eaton et al. 1995).

Keterangan :N : Kelimpahan plankton (sel/l)n : Jumlah plankton yang diamati (sel)Vr : Volume contoh air yang tersaring (ml)Vo : Volume air yang diamati (ml)Vs : Volume air yang disaring (ml)b. Indeks keanekaragaman (H)Indeks Keanekaragaman digunakan untuk melihat tingkat stabilitas suatu komunitas atau menunjukkan kondisi struktus komunitas dari keanekaragaman jumlah jenis organisme yang terdapat dalam suatu area. Nilai keanekaragaman jenis yang ada dalam komunitas perifiton dan fitoplankton diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan modifikasi Indeks Shannon-Wiener (Odum 1971), yaitu:

Keterangan :H : Indeks keanekaragamanpi : ni / N (proporsi jenis ke-i)ni : jumlah individu jenis ke-iN : jumlah total individuKriteria:H301

3 Oksigen (mg/l) 0,16> 6 34-624,3; 2) Cukup Sesuai apabila indeks kesesuaian >3,7 4,3; dan 3) Tidak Sesuai apabila indeks kesesuaian 3 3,7Nilai indeks wilayah potensial untuk budidaya diperoleh dengan persamaan berikut :

Dimana :IWPT = indeks wilayah potensial untuk budidayaITSS = indeks parameter TSSISal = indeks parameter salinitasIS = indeks parameter suhuIOks = indeks parameter oksigenIpH =indeks parameter pHIAr = indeks parameter arusIKdl = indeks parameter kedalaman5. Pemetaan kelas kesesuaian lahan. Pemetaan kelas lahan dilakukan dengan program spasial. Untuk memetakan kawasan ketiga kelas lahan tersebut dilakukan operasi tumpang susun (overlaying) dari setiap tema yang dipakai sebagai kriteria. Hasil perkalian antara bobot dan skor yang diterima oleh masing-masing coverage tersebut disesuaikan berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap penentuan kesesuaian budidaya. Hasil akhir dari analisis SIG melalui pendekatan indeks overlay model adalah diperolehnya rangking (urutan) kelas kesesuaian lahan untuk budidaya tersebut.

3.3.3. Distribusi Spasial PolutanSebaran spasial polutan yang diperoleh dipetakan secara spasial dengan ArcGIS 9.3 (ArcMap). Hasil yang diperoleh adalah pola sebaran parameter polutan pada lokasi penelitian dan interpretasi dari nilai yang diperoleh di peta. Hasil interpolasi tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas kesesuaian yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk mendapatkan sebaran dari polutan maka dibuat matrik kesesuaian untuk parameter pencemar. Penyusunan matrik ini merupakan dasar dari analisis keruangan melalui skoring. Hasil skoring di evaluasi sehingga didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan tingkat pencemran dari wilayah kajian. Baku mutu yang digunakan untuk menentukan sebaran polutan adalah Kepmen LH 51 tahun 2004. Tingkat kesesuaian dibagi atas dua kelas yaitu :1. Kelas S1 : Perairan tidak tercemar Daerah ini kandungan polutan masih berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan 2. Kelas S2 : Perairan tercemar Daerah ini mempunyai kandungan polutan yang telah melebihi baku mutu yang digunakan Tabel 3.4. Sistem Penilaian Sebaran PolutanNoParameterSatuanKategori tidak Tercemar (S1)Kategori Tercemar (S2)

1BODmg/l20> 20

2CODmg/l50> 50

3Nitratmg/l0,008> 0,008

4Timbal (Pb)mg/l0,03> 0,03

5Seng (Zn)mg/l0,02> 0,02

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004

3.3.4. Sebaran Kesesuaian Wilayah Perairan Untuk Budidaya LautSebaran spasial kesesuaian wilayah untuk budidaya laut dipetakan secara spasial dengan ArcGIS 9.3 (ArcMap). Hasil yang diperoleh adalah ekstraksi daerah yang sesuai untuk budidaya dan tidak tercemar sebagai kawasan paling sesuai untuk budidaya laut.Hasil interpolasi kesesuaian perairan untuk budidaya dioverlay dengan peta sebaran pencemaran. Hasil overlay disajikan dalam peta distribusi spasial sebaran daerah yang sesuai untuk budidaya dan tidak tercemar sebagai kawasan paling sesuai untuk budidaya laut. Dengan informasi yang diperoleh dapat dijadikan referensi wilayah mana saja dilokasi penelitian yang benar-benar sesuai untuk kegiatan budidaya.