8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

download 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

of 95

Transcript of 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    1/95

    Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan SektoraL

    REPUBLIK INDONESIA

    Laporan Akhir

    Tahun anggaran 2012

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    2/95

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    3/95

    ii

    KATA PENGANTAR

    Pembangunan transportasi merupakan bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

    Namun pentingnya peran transportasi masih diwarnai dengan karakteristik transportasi Indonesia

    yang dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan pelayanan

    yang terbatas. Laporan World Economic Forum 2008-2009 menunjukkan bahwa kurangnya

    ketersediaan infrastruktur merupakan permasalahan kedua terbesar setelah inefisiensi birokrasi

    pemerintah bagi pelaku bisnis dalam melakukan usaha di Indonesia.

    Peningkatan pembangunan transportasi yang terus diupayakan Pemerintah terkendala oleh

    berbagai permasalahan antara lain permasalahan penyelesaian pembebasan lahan, yang

    diharapkan dengan disahkannya UU pengadaaan lahan publik dapat membantu menjembatani

    kebutuhan akan pembangunan infrastruktur dengan kepentingan masyarakat luas. Selain itu dari

    aspek pembiayaan, skema pembiayaan pembangunan infrastruktur oleh swasta belum ada yang

    terealisasi (masih dalam tahap perencanaan). Selain permasalahan tersebut, pembangunan

    transportasi juga terkendala dalam hal pengukuran kinerja pembangunan transportasi dimana

    belum ada suatu indikator kinerja yang disepakati bersama untuk mengukur kinerja transportasi.

    Berkaitan dengan hal tersebut, Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan Bappenas telah

    menyusun Kajian Evaluasi Pembangunan Transportasi di Indonesia mengenai kebijakan

    pembangunan transportasi di Indonesia, indikator kinerja pembangunan sistem transportasi, dan

    capaian dan kebijakan pembangunan bidang transportasi khususnya pada moda kereta api dan

    laut dalam rangka penyusunan suatu rekomendasi dan masukan dalam evaluasi kinerja dan

    pengembangan kebijakan pembangunan bidang transportasi.

    Masukan, saran, dan kritik sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan kajian ini.

    Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan kajian ini.

    Jakarta, Desember 2012

    Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan

    Dr. Ir. Edi Effendi Tedjakusuma, MA.

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    4/95

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    BAB 1 PENDAHULUAN 1

    1.1 Pengantar 1

    1.2 Latar Belakang 2

    1.3 Tujuan 4

    1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 41.5 Metodologi Umum Pelaksanaan Kajian 4

    1.6 Hasil Keluaran 5

    BAB 2 TELAAH INDIKATOR KINERJA 6

    2.1 Kerangka Logis Penyusunan Indikator KInerja 6

    2.1.1 Bagaimana Indikator Kinerja Dikembangkan ? 7

    2.1.2 Kelembagaan/Organisasi Pelaksana Monitoring dan Evaluasi 11

    2.1.3 Hubungan Antara Perencanaan dan Penganggaran 12

    2.2 Pemetaan Indikator Kinerja Transportasi 13

    2.2.1 Studi terkait Pengembangan Indikator Kinerja 13

    2.2.2 Indikator Kinerja Transportasi Bappenas 142.2.3 Benchmarking Indikator Kinerja Transportasi 20

    2.3 Kriteria Pengembangan Indikator Kinerja 23

    2.3.1 Pendekatan 23

    2.3.2 Pertimbangan dalam Pengembangan Indikator Kinerja 24

    2.3.3 Indikator Kinerja Sektoral 25

    2.3.4 Usulan Indikator Kinerja Transportasi 29

    BAB 3 KONDISI OBJEKTIF DAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI 33

    3.1 Persaingan Moda dan Kebutuhan Indikator Kinerja 33

    3.2 Pembangunan Sektor Transportasi dalam RPJM 2010-2014 33

    3.2.1 Pembangunan Sektor Transportasi dalam Kurun Waktu 2010-2011 333.2.2 Pembangunan Transportasi Jalan 34

    3.2.3 Pembangunan Transportasi ASDP 35

    3.2.4 Pembangunan Transportasi Kereta Api 35

    3.2.5 Pembangunan Transportasi Laut 35

    3.2.6 Pembangunan Transportasi Udara 36

    3.3 Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi 37

    3.3.1 Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Transportasi 37

    3.3.2 Pencapaian Target Pembangunan Infrastruktur 38

    3.4 Rencana Pembangunan Subsektor Transportasi 40

    3.4.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan 40

    3.4.2 Rencana Pembangunan Transportasi Kereta Api 423.4.3 Rencana Pembangunan Transportasi Laut 45

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    5/95

    iv

    3.4.4 Rencana Pembangunan Transportasi Udara 47

    3.5 Rencana Pengembangan Ekonomi dan infrastruktur Transportasi 49

    3.5.1 Koridor Ekonomi Indonesia 49

    3.5.2 Penguatan Konektifitas Nasional 51

    BAB 4 PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI 55

    4.1 Kebutuhan dan Ketersediaan Data 55

    4.2 Pengukuran Kinerja Transportasi 57

    4.2.1 Pengukuran Kinerja Transportasi Laut 57

    4.2.2 Pengukuran Kinerja Transportasi Kereta Api 62

    4.3 Pencapaian Pembangunan Bidang Transportasi 64

    BAB 5 PENUTUP 67

    5.1 Pengembangan Indikator Kinerja Transportasi 67

    5.2 Evaluasi Pembangunan Sektor Transportasi Berdasarkan Indikator Kinerja dan

    Indeks Transportasi 68

    LAMPIRAN

    Lampiran A: Analisis Pembobotan Indikator Kinerja

    Lampiran B: Perhitungan Indikator Kinerja Sektor Transportasi

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    6/95

    v

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Pencapaian Pilar Daya Saing Global 2008-2009 dan 2011-2012 2Tabel 2 Perbandingan Kualitas Pilar Infrastruktur Negara Asean Tahun 2009-2011 3

    Tabel 3 Indikator Kinerja Sektor Transportasi (Bappenas 2004) 15

    Tabel 4 Usulan Indikator Kinerja Sektor Transportasi 16

    Tabel 5 Sustainable Transport Performance Index 21

    Tabel 6 Transportation Performance Index 22

    Tabel 7 Metode Pengembangan Indikator Kinerja 23

    Tabel 8 Kriteria SMART untuk Pemilihan Indikator Kinerja 24

    Tabel 9 Indikator Kinerja Utama Transportasi Kereta Api 26

    Tabel 10 Indikator Kinerja Utama Transportasi Laut 27

    Tabel 11 Short ListIndikator Kinerja Transportasi 30

    Tabel 12 Capaian Pembangunan Infrastruktur Transportasi 2010-2012 39Tabel 13 List Indikator Kinerja Transportasi dengan Penyesuaian Ketersediaan Data 55

    Tabel 14 Nilai Indikator Kinerja Transportasi Laut untuk Level Koridor Ekonomi 58

    Tabel 15 Perhitungan indikator kinerja komposit transportasi laut untuk level Koridor Ekonomi 58

    Tabel 16 Penyesuaian Konsistensi Indikator Kinerja (bagian yg ditandai menggunakan

    nilai indikator baru = (100/nilai indikator lama) 59

    Tabel 17 Perhitungan Nilai Kinerja Relatif (sebagai referensi adalah nilai kinerja Indonesia

    tahun 2009) 60

    Tabel 18 Resume Indeks Kinerja Berdasarkan Aspek (nilai rata-rata setiap aspek dengan

    bobot = 1) 61

    Tabel 19 Data untuk Pengukuran Indikator Kinerja Transportasi KA 62

    Tabel 20 Nilai Relatif Indikator Kinerja Transportasi Moda Kereta Api 63Tabel 21 Resume indeks kinerja transportasi moda kereta api 64

    Tabel 22 Indeks Kinerja Transportasi untuk Semua Moda pada

    Level Koridor Ekonomi Tahun 2009 64

    Tabel 23 Indeks Kinerja Transportasi untuk Semua Moda pada

    Level Koridor Ekonomi Tahun 2010 65

    Tabel 24 Selisih Indeks Kinerja Transportasi antara Tahun 2010 dan 2009 (dalam %) 66

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    7/95

    vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Logis Hubungan Input-Output-Outcome-Impact 7Gambar 2 Gambaran Skematis Kerangka Logis Untuk Menurunkan Indikator Kinerja 8

    Gambar 3 Penentuan Indikator Kinerja Sektor Transportasi 9

    Gambar 4 Kerangka Runtutan Logis Pengadaan dan Produktivitas Transportasi 10

    Gambar 5 Hirarki Pemantauan dan Pelaporan Anggaran Berbasis Kinerja 11

    Gambar 6 Proses Perencanaan Sampai Dengan Penganggaran 12

    Gambar 7 Kajian Makro dalam Siklus Penyelengaraan Sistem Jaringan Jalan Wilayah 14

    Gambar 8 Perkembangan Kondisi Penyelenggaraan Jalan 2005-2011 41

    Gambar 9 Evaluasi Program Renstra 2010-2014 Kementerian Pekerjaan Umum 42

    Gambar 10 Target Jumlah Angkutan KA Penumpang Tahun 2010-2014 43

    Gambar 11 Target Jumlah Angkutan KA Barang Tahun 2010-2014 43

    Gambar 12 Tema pembangunan kepulauan Indonesia 50Gambar 13 Peta Koridor Ekonomi Indonesia 50

    Gambar 14 Komponen Konektifitas 52

    Gambar 15 Konsep Pintu Gerbang Ekonomi Indonesia 53

    Gambar 16 Kerangka Kerja Konektivitas Nasional 53

    Gambar 17 Prosedur Pengukuran Kinerja Komposit (Indeks Transportasi) 57

    Gambar 18 Diagram Radar untuk Indeks Kinerja Transportasi Tahun 2009 dan 2010 65

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    8/95

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1. 1 PENGANTAR

    Kemajuan pelaksanaan pembangunan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur

    penunjangnya, terutama infrastruktur transportasi, yang mencakup jalan raya, sungai, laut, udara

    dan jalan KA. Pada awalnya, peran transportasi lebih pada pemenuhan kebutuhan dasar

    masyarakat untuk mengakomodasi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Lebih lanjut, sistem

    transportasi berperan sebagai fasilitas bagi sistem produksi dan investasi yang memberikan

    dampak positif bagi kondisi ekonomi. Lebih jauh dari sisi makro ekonomi, transportasi memegang

    peranan strategis dalam meningkatkan PDB nasional, karena sifatnya sebagai derived demand,yang artinya apabila penyediaan transportasi meningkat akan memicu kenaikan angka PDB.

    Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Lembaga Manajemen FEUI terhadap perkembangan

    kontribusi transportasi terhadap PDB tahun 2006, menunjukkan kontribusi yang cukup besar dari

    transportasi terhadap perekonomian nasional dengan sumbangan terbesar adalah dari

    transportasi jalan raya (Rp. 81,49 triliun), diikuti transportasi laut (Rp. 16,120 triliun), transportasi

    udara (Rp. 14,685 triliun), transportasi sungai (Rp. 4,501 triliun), dan transportasi kereta api (Rp.

    1,345 triliun). Sementara itu, perkiraan pada tahun 2015, diperkirakan besar kontribusi

    transportasi jalan raya (Rp. 463,058 triliun), transportasi laut (Rp. 129,963 triliun), transportasi

    udara (Rp. 62,214 triliun), transportasi sungai (Rp. 24,708 triliun), dan transportasi kereta api (Rp.

    4,965 triliun).

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    9/95

    2

    1. 2 LATAR BELAKANG

    Pentingnya peran transportasi dalam pembangunan negara, tampaknya masih diwarnai dengan

    karakteristik transportasi Indonesia yang dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan

    kuantitas atau cakupan pelayanan yang terbatas. Laporan World Economic Forum 2008-2009menunjukkan bahwa kurangnya ketersediaan infrastruktur merupakan permasalahan kedua

    terbesar setelah inefisiensi birokrasi pemerintah bagi pelaku bisnis dalam melakukan usaha di

    Indonesia.

    Diukur dari sisi kualitas infrastruktur secara keseluruhan, Indonesia hanya menempati peringkat

    ke-86 dari 134 negara yang diteliti. Peringkat tersebut jauh tertinggal dari Singapura yang

    menempati peringkat ke-4, Malaysia di peringkat ke-23, dan Thailand di peringkat ke-29. Begitu

    pula, berdasarkan Laporan World Economic Forum terkini (2011-2012), perkembangan

    infrastruktur Indonesia walaupun sudah menunjukkan kemajuan berada pada peringkat ke-76,

    masih tetap tertinggal dibandingkan Singapura yang menempati peringkat ke-2, Malaysia di

    peringkat ke-26 dan Thailand di peringkat ke-42 sebagaimana dijabarkan padaTabel 1

    .

    Tabel 1Pencapaian Pilar Daya Saing Global 2008-2009 dan 2011-2012

    Pilar Daya Saing GlobalIndonesia Malaysia Filipina Thailand Vietnam Singapura

    P S P S P S P S P S P S

    Pencapaian Tahun 2008-2009

    Institusi 68 3,9 30 4,9 105 3,4 57 4,2 71 3,9 1 6,2

    Infrastruktur 86 3,0 23 5,3 92 2,9 29 4,7 93 2,9 4 6,4

    Makroekonomi 72 4,9 38 5,4 53 5,2 41 5,4 70 4,9 21 5,7

    Pendidikan Dasar danKesehatan 87 5,3 23 6,1 90 5,2 58 5,6 84 5,3 16 6,2

    Pendidikan Tinggi 71 3,9 35 4,6 60 4,1 51 4,3 98 3,4 8 5,6

    Efisiensi Pasar Barang 37 4,7 23 5,0 81 4,1 46 4,5 70 4,2 1 5,8

    Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 43 4,6 19 4,9 101 4,1 13 5 47 4,5 2 5,7

    Pasar Keuangan 57 4,5 16 5,4 78 4,1 49 4,6 80 4,1 2 5,9

    Kesiapan Teknologi 88 3,0 34 4,4 70 3,3 66 3,4 79 3,1 7 5,6

    Besaran Pasar 17 5,1 28 4,7 34 4,5 21 4,9 40 4,4 41 4,4

    Kecanggihan Bisnis 39 4,5 22 5,0 57 4,3 46 4,4 84 3,8 14 5,3

    Inovasi 47 3,4 22 4,3 76 3,0 54 3,4 57 3,3 11 5,1

    Pencapaian Tahun 2011-2012

    Institusi 71 3,8 30 4,9 117 3,2 67 3,9 87 3,6 1 6,1

    Infrastruktur 76 3,8 26 5,2 105 3,1 42 4,7 90 3,6 3 6,3

    Makroekonomi 23 5,7 29 5,5 54 5,0 28 5,5 65 4,8 9 6,2

    Pendidikan Dasar danKesehatan

    64 5,7 33 6,1 92 5,4 83 5,5 73 5,7 3 6,6

    Pendidikan Tinggi 69 4,2 38 4,8 71 4,1 62 4,2 103 3,5 4 5,8

    Efisiensi Pasar Barang 67 4,2 15 5,1 88 4,1 42 4,5 75 4,2 1 5,6

    Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 94 4,1 20 4,9 113 3,9 30 4,8 46 4,6 2 5,9Pasar Keuangan 69 4,1 3,0 5,5 71 4,0 50 4,4 73 4,0 1 5,8

    Kesiapan Teknologi 94 3,3 44 4,3 83 3,5 84 3,5 79 3,5 10 5,9

    Besaran Pasar 15 5,2 29 4,8 36 4,6 22 5,0 33 4,6 37 4,6Kecanggihan Bisnis 45 4,2 20 5,0 57 4,1 47 4,2 87 3,7 15 5,1

    Inovasi 36 3,6 24 4,3 108 2,8 54 3,3 66 3,2 8 5,3Ket: P: peringkat, S: Skor

    Sumber: Competitiveness Global Report2008-2009 dan 2011-2012

    Pilar daya saing infrastruktur, apabila lebih lanjut digali dalam unsur-unsur pembentuknya

    terutama yang terkait dengan transportasi, menunjukkan peningkatan peringkat pada tahun 2011

    untuk kualitas jalan dan kualitas infrastruktur transportasi. Sedangkan penurunan peringkat

    terjadi pada kualitas infrastruktur pelabuhan dan kualitas infrastruktur transportasi udara.

    Namun, secara umum peringkat Indonesia hanya berada di atas Vietnam dan Filipina.

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    10/95

    3

    Tabel 2Perbandingan Kualitas Pilar Infrastruktur Negara Asean Tahun 2009-2011

    Pilar InfrastrukturIndonesia

    Vietnam Thailand Filipina Malaysia Singapura2009 2010 2011

    Infrastruktur umum 84 82 82 123 47 113 23 2

    Jalan 94 84 83 123 37 100 18 2Infrastruktur kereta api 60 56 52 71 63 101 18 7

    Infrastruktur pelabuhan 95 96 103 111 47 123 15 1

    Infrastruktur transportasi

    udara68 69 80 95 32 115 20 1

    Sumber: Competitiveness Global Report 2011-2012

    Berdasarkan Tabel 2diatas, secara umum, kualitas infrastruktur Indonesia semakin membaik. Jika

    dilihat lebih mendetail, kualitas infrastruktur kereta api semakin meningkat sejak tahun 2009.

    Namun, peringkat Indonesia (berada pada posisi ke-52) masih jauh dibawah Singapura (berada

    pada posisi ke-7) dan Malaysia (berada pada posisi le-18). Masih kurang baiknya kualitas

    infrastruktur kereta api, salah satunya disebabkan oleh masih buruknya kondisi rel kereta api,

    berpengaruh kepada rendahnya daya saing Indonesia. Selain sebagai moda transportasi angkutanbarang, kereta api juga berfungsi sebagai moda transportasi masal.

    Kendala kurang optimalnya infrastruktur dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional

    dan memberikan pelayanan kepada masyarakat secara merata terutama disebabkan oleh

    permasalahan ketersediaan dan pemeliharaan. Hal ini disebabkan oleh kelembagaan, sumberdaya

    manusia, dan terbatasnya kemampuan pembiayaan pemerintah. Pada saat ini banyak lembaga

    yang terkait dengan pengelolaan infrastruktur sehingga menyulitkan koordinasi, sedangkan

    kualitas sumber daya manusia masih rendah. Sementara itu, terkait dengan pembiayaan, investasi

    infrastruktur saat ini masih jauh dari kebutuhan investasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi

    dalam pelaksanaan pembangunan bidang transportasi yang meliputi pembangunan jaringan

    prasarana dan sarana jalan, kereta api, transportasi laut dan udara antara lain:(1) Penyebaran pembangunan dan pengembangan transportasi yang masih terpusat di

    beberapa daerah saja,

    (2) Keterbatasan pendanaan pembangunan di sektor transportasi,

    (3) SDM dan kelembagaan yang masih rendah kualitasnya, dan

    (4) Kondisi fisik prasarana dan sarana transportasi yang masih banyak mengalami backlog

    pemeliharaan yang berlangsung secara terus menerus.

    Hal ini terjadi karena belum optimalnya sistem perencanaan dan pengoperasian, masih kurang

    jelasnya pemisahan fungsi regulator, owner, dan operator dalam pelaksanaan pelayanan

    transportasi.

    Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan bidang transportasi, pemerintah melaluiRPJMN 2010-2014 telah menetapkan lima sasaran umum pembangunan bidang transportasi,

    yaitu:

    (1) Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi,

    (2) Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana

    transportasi,

    (3) Peningkatan keselamatan masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana

    transportasi,

    (4) Restrukturisasi kelembagaan, dan

    (5) Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada transportasi.

    Penetapan sasaran pembangunan tersebut berangkat dari berbagai masalah dan kendala yangsaat ini masih dihadapi dalam pembangunan bidang transportasi serta target peningkatan

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    11/95

    4

    pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan ditopang oleh pertumbuhan pembangunan

    infrastruktur yang salah satunya adalah bidang transportasi.

    1. 3 TUJUAN

    Kajian Evaluasi Pembangunan Bidang Transportasi di Indonesia dilaksanakan untuk periode waktu

    pelaksanaan RPJMN 2010-2014, yaitu tahun 2010-2011, dengan memperhatikan pelaksanaan

    RPJMN 2004-2009. Adapun, kajian ini bertujuan untuk:

    a. Menelaah kebijakan pembangunan transportasi di Indonesia;

    b. Menyusun indikator kinerja pembangunan sistem transportasi;

    c. Mengevaluasi capaian dan kebijakan pembangunan bidang transportasi khususnya pada

    moda kereta api dan laut.

    d. Menyusun rekomendasi dan masukan dalam evaluasi kinerja dan pengembangan

    kebijakan pembangunan bidang transportasi.

    1. 4 RUANG LINGKUP KEGIATAN

    Kajian ini akan difokuskan pada evaluasi sistem transportasi secara kesisteman dengan

    memperhatikan kinerja dan konstribusi setiap moda. Fokus evaluasi adalah pada kinerja sistem

    transportasi secara nasional yang diukur dengan indikator kinerja yang sepakati. Sesuai

    kesepakatan dalam rapat TPRK, kajian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu naskah akademik

    yang dapat dijadikan dasar oleh Bappenas dalam menyusun kebijakan untuk pengembangan

    sistem transportasi khususnya untuk mendukung implementasi RPJMN 2010-2014.

    Secara khusus diupayakan agar selain berupa evaluasi kajian dapat pula merupakan alat

    identifikasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan pembangunan transportasi. Sejauh

    memungkinkan, bahasan dan diskusi akan dikaitkan dengan sasaran umum pembangunan bidang

    transportasi seperti dinyatakan dalam dokumen RPJMN 2010-2014.

    Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam studi ini antara lain,

    a. Pengumpulan data sekunder berupa kajian literatur dari dokumen studi dan kajian berkaitan

    dengan pembangunan bidang transportasi di Indonesia;

    b. Menemukenali permasalahan pembangunan bidang transportasi di Indonesia;

    c. Analisis data sekunder berupa inventarisasi dan analisa kebijakan pembangunan transportasi;

    d. Pelaksanaan konsinyering;

    e. Pelaksanaan workshop guna mendapatkan masukan dalam pelaksanaan kajian;

    f. Pelaksanaan seminar guna mengoptimalkan dan mempertajam hasil kajian.

    1. 5 METODOLOGI UMUM PELAKSANAAN KAJIAN

    Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kajian Evaluasi Pembangunan Bidang Transportasi ini

    secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan kegiatan:

    1. Pengumpulan data

    Analisis dalam kajian ini lebih difokuskan untuk menggunakan data sekunder. Beberapa

    sumber data akan diupayakan seperti BPS, penelitian dan publikasi lembaga nasional

    maupun internasional, termasuk gambaran umum transportasi di Indonesia (merupakan

    literatur review atau situasi dan kondisi transportasi di Indonesia).

    2. Pengolahan dan analisis data

    Kajian akan menggunakan teknik dan pendekatan statistik deskriptif. Sejauh

    memungkinkan analisis statistik yang lebih jauh akan dilakukan sesuai keperluan, sepertianalisis Logit. Pembahasan dalam berbagai pertemuan dilakukan dalam bentuk rapat

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    12/95

    5

    TPRK dan Workshop guna memperbaiki, menajamkan, dan menyepakati hasil analisis dan

    evaluasi, serta kemasan dan isi laporan.

    3. Penyajian data

    Hasil kajian dalam bentuk laporan akan dibahas dalam dua pertemuan terbatas dan satu

    seminar yang sekaligus merupakan sarana legitimasi laporan awal, tengah dan akhirkajian.

    1. 6 HASIL KELUARAN

    Keluaran dari kegiatan Kajian Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral: Evaluasi

    Pembangunan Bidang Transportasi di Indonesia ini adalah tersusunnya metodologi untuk evaluasi

    kinerja pembangunan transportasi yang meliputi penetapan indikator evaluasi, kebutuhan data

    dan metode perhitungan serta penilaian kinerja pembangunan berdasarkan indikator yang

    dikembangkan. Rekomendasi dari kajian ini akan menjadi masukan dalam penetapan dan

    pelaksanaan kebijakan pembangunan bidang transportasi di Indonesia.

    Studi ini dilakukan sebagai bagian dalam upaya mencari solusi atas permasalahan transportasi

    secara optimal ditinjau dari berbagai sudut pandang dengan menyusun suatu alat bantu berupa

    indikator kinerja sektor transportasi yang diharapkan dapat menjadi tolok ukur obyektif bagi

    pengembangan secara optimal masing-masing sub sektor transportasi.

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    13/95

    6

    BAB 2

    TELAAH INDIKATOR KINERJA

    2. 1 KERANGKA LOGIS PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA

    Secara garis besar, kerangka logis dalam penyusunan indikator kinerja sektor transportasi

    menggambarkan tiga hubungan yang berkaitan berdasarkan empat komponen kegiatan yaitu

    inpout, output, outcome dan impact. Keterkaitan proses pada keempat komponen tersebut

    digambarkan pada Gambar 1 sebagai ilustrasi kerangka logis dari suatu kegiatan/proyek.

    Kerangka logis ini juga mengasumsikan terdapat beberapa tingkatan tujuan dalam sebuah

    kegiatan/proyek (dengan hirarki tujuan). Tidak terdapat pembatasan terhadap jumlah tingkatan

    tersebut, namun demikian, seringkali ditemui kesulitan untuk mengatur lebih dari empattingkatan. Dalam kerangkanya, Bank Dunia1menggunakan indikator-indikator yang dispesifikasi

    dalam tiga tingkatan tujuan: input untuk kegiatan proyek, output dari kegiatan proyek, dan

    outcome dan dampak (impact). Untuk kebutuhan penyelenggaraan proyek, input dan output

    berkoresponden secara langsung pada manajemen proyek, sementara outcome dan dampak

    berkoresponden pada tujuan dari proyek yang bersangkutan. Pada akhirnya proyek harus

    menunjukan tujuan yang relevan dengan realisasi dari tujuan pembangunan nasional secara

    menyeluruh.

    1Benefit Monitoring and Evaluation, A Handbook for Bank Staff, Staff of Executing Agencies and Cosultants, Asian Development Bank,

    1992

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    14/95

    7

    Struktur Asumsi Indikator Verifikasi

    Impact

    Dampak

    perubahan/perbaikan

    yang diinginkan

    Indikator

    impact

    Sumber

    informasi dan

    metode

    pengumpulan

    Outcome

    Memanfaatkan

    output untuk

    memperbaiki kondisi

    yang ada

    Dapat direalisasikan

    Asumsi

    keterkaitan

    outcome-impact

    valid

    Indikator

    outcome

    Output

    Menyampaikan

    output pada pihak

    yang membutuhkan

    Dapat direalisasikan

    Asumsi

    keterkaitan

    output-outcome

    valid

    Indikator

    output

    Input

    Melakukan kegiatan

    terhadap input yang

    ada guna

    menghasilkan output

    yang diinginkan

    Dapat direalisasikan

    Asumsi

    keterkaitan input-

    output valid

    Indikator

    input

    Prakondisi/

    prasyarat

    dipenuhi

    Gambar 1Kerangka Logis Hubungan Input-Output-Outcome-Impact

    Indikator kinerja harus dirancang dalam kerangka logis. Pengembangan kerangka logis mulai

    dengan tujuan proyek dan merefleksikan hubungan hirarki kegiatan-kegiatan dan output-nya dan

    outcomeyang diharapkan untuk masing-masing komponen proyek. Kegiatan dilakukan dan hasil

    diperoleh pada tingkat rendah/awal dari tujuan adalah input terhadap perolehan dari tujuan

    proyek pada tingkat yang lebih tinggi, pada tingkat institusional, sektoral, program, atau tingkat

    nasional. Definisi indikator-indikator pada masing-masing tingkatan mengacu pada tujuan akhir

    (tingkat paling tinggi).

    Hasil indikator-indikator kinerja suatu proyek relatif terhadap tujuan proyek yang bersangkutan.

    Hasil diukur pada suatu tingkatan yang ditentukan oleh tujuan proyek. Harus diingat bahwa

    menurut pendekatan kerangka logis, tujuan proyek harus ditetapkan diawali dengan indikatordampak dan outcome (dan bekerja ke belakang pada indikator input). Pembahasan lebih lanjut

    berkaitan dengan pengembangan indikator kinerja sub sektor jalan dilakukan pada bab

    selanjutnya.

    2.1.1 Bagaimana Indikator Kinerja Dikembangkan ?

    Indikator kinerja adalah ukuran dampak, outcome, output dan input dari suatu proyek yang

    dimonitor selama pelaksanaan proyek untuk menilai perkembangannya dalam pencapaian tujuan

    proyek . Indikator-indikator tersebut nantinya juga digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan

    suatu proyek. Indikator-indikator tersebut mengorganisir informasi yang mengklarifikasi

    hubungan antara dampak, outcome, output dan input suatu proyek and membantu

    jika

    maka

    dan

    maka

    maka

    maka

    jika

    danjika

    danjika

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    15/95

    8

    mengidentifikasi masalah-masalah yang berpotensi menghambat atau menghalangi tercapainya

    tujuan proyek.

    Indikator kinerja pasti didasarkan pada suatu tujuan yang unik dari suatu proyek. Namun

    demikian, suatu set indikator kinerja harus didasarkan pada suatu kerangka logis yangmenghubungkan tujuan proyek dengan komponen proyek dan juga secara berturut-turut

    terhadap input, aktivitas dan output proyek yang bersangkutan, pada tahapan yang berbeda.

    Kerangka tersebut harus berangkat dari tujuan proyek, hal ini mengingat bahwa setiap kegiatan

    dalam proyek harus bermuara kepada pencapaian tujuan. Gambaran skematis umum dari

    kerangka logis diperlihatkan pada Gambar 2.1

    Gambar 2Gambaran Skematis Kerangka Logis Untuk Menurunkan Indikator KinerjaSumber: Mosse, R. dan Sontheimer, L.E. 19962

    Pada prinsipnya, kinerja sektor transportasi adalah gambaran keberhasilan pengelola dalam

    menggunakan sumber daya yang tersedia. Ide utama diperlukannya indikator kinerja sektortransportasi adalah untuk menyediakan kerangka yang jelas bagi evaluasi diri (self-evaluation)

    berdasarkan model management-by-results dan management-by-objective. Dengan demikian

    diharapkan fokus perencanaan tidak semata-mata berdasarkan dari pengamatan penurunan

    kinerja tetapi bagaimana memupuk hasil (outcome) di masa datang melalui suatu proses looping,

    yang melibatkan keterpaduan kinerja masing-masing subsektor transportasi.

    Hasil evaluasi dapat ditampilkan dalam indeks kualitas, kuantitas pelayanan, nilai angkutan

    (finance) ataupun kepuasan pengguna terhadap pelayanan. Prioritas pencapaian indeks kualitas,

    kuantitas dan finance, secara umum tergantung kepada kepada tipe manajemen, apakah publik

    domain atau swasta. Badan penyelenggara swasta lebih menekankan nilai angkutan (misal profit)

    relatif lebih utama. Keseimbangan pencapaian masing-masing indeks adalah menjadi tugasinstitusi publik, yang dapat diterapkan melalui instrumen perencanaan, kebijakan pengaturan

    maupun mekanisme harga.

    Proses angkutan dapat ditunjukkan oleh indikator yang berhubungan dengan intensitas atau

    produktivitas dari pemanfaatan sumberdaya atau dengan upaya manajemen yang diterapkan

    kepada input dan operasi organsasi. Output menunjukkan dimensi fisik sehubugan dengan

    pengadaan prasarana dan sarana. Hasil atau outcome adalah pencapain atau produksi institusi,

    yakni berupa kuantitas volume angkutan (ton-km, penumpang-km), kualitas angkutan (jumlah

    kecelakaan, kecepatan), nilai angkutan (Rp/km, profit, B/C).

    2 Mosse, R. dan Sontheimer, L.E., Performance Monitoring Indicators Handbook, World Bank Technical Paper No. 334,

    1996

    Menetapkan Tujuan

    Gambarkan outcome yang nyata (real) dari proyek dampak dari output proyek terhadap penerimamanfaat proyek, institusi, atau sistem dalam konteks perubahan perilaku atau peningkatan kinerja.

    Penetapan tujuan menentukan kesuksesan proyek

    Output ProyekTentukan produk apa yang dapat dihasilkan oleh proyek barang dan jasa yang diproduksi. Secara

    umum, output tproyek independen, sinergis dan terintegrasi.

    Komponen Proyek

    Kelompok kegiatan-kegiatan yang menentukan bagaimana produksi dan jasa pelayananan dapatdisampaikan (bantuan teknis, fasilitas fisik dan lain-lain)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    16/95

    9

    Mengingat dalam banyak aktivitas angkutan, seringkali melibatkan sejumlah moda, kinerja

    terminal antara menjadi krusial. Sehingga faktor intermodality ataupun manajemen multimoda,

    menjadi faktor penentu kinerja angkutan, khususnya dalam angkutan umum maupun angkutan

    barang.

    Pemilihan indikator sangat bergantung kepada tujuan evaluasi manajemen. Indikator dapatberupa sekedar informasi benchmarking ataupun keberhasilan proses manajemen. Bila dilihat

    dari konsep manajemen, secara umum dapat dibagi tiga jenis indikator yakni indikator effisiensi,

    indikator efektifitas dan indikator ekonomi (finance).

    Selanjutnya untuk memahami bagaimana menurunkan indikator kinerja dari tujuan suatu proyek

    dan komponennya membutuhkan pemahaman dari konsep kerangka logis tersebut. Pada

    prinsipnya alur kerja dalam penetapan atau menurunkan indikator kinerja sektor transportasi

    dapat disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3Penentuan Indikator Kinerja Sektor Transportasisumber: dimodifikasi dari Lubis, et al, 20013

    3 Lubis, H.A.S, Sjafruddin, A., Karsaman R.H., Armijaya, H. dan Munandar, A.S., Developing Performance Indicators ForRoad Development In Indonesia, EASTS 4thconference, Hanoi, Vietnam, 2001

    Indikator Kinerja

    Berbagai Sub Sektor Transportasi

    UU SPPN dan

    UU Keuangan Negara

    UsulanIndikator Kinerja

    (long list indicator)

    Indikator Kinerja

    Sub Sektor Udara

    Indikator Kinerja

    Sub Sektor Laut

    Indikator Kinerja

    Sub Sektor Darat

    (Jalan dan Rel)

    Indikator Kinerja

    Terpilih &

    Metode Penilaian

    Kriteria Pemilihan 1:

    Seminimal mungkin,

    Cukup lengkap,

    Praktis/ Operasional,

    Bukan redundant

    Independent

    Kriteria Pemilihan 2:

    Kebijakan/Policy,

    Perencanaan/Planning,

    Konstruksi/Construction,

    Operasi & Pemeliharaan /Operatioan& Maintenance

    Evaluasi & Monitoring

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    17/95

    10

    Khusus infrastruktur transportasi, proses pengadaan input hingga pencapaian produktivitas, akan

    melalui kerangka runtutan logis yang terdiri dari masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak

    seperti yang ditampilkan pada Gambar 4. Karena adanya time lag, antara realilsasi masing-

    masing proses, mengakibatkan pengukuran ataupun estimasi tidak dapat dengan mudahdilakukan. Hal ini berlaku khususnya untuk pengukuran manfaat dan dampak, yang memerlukan

    waktu tenggang dalam jangka menengah ataupun panjang. Dalam banyak kajian kelayakan (pra-

    study), tergantung metodologi yang diadaptasi, estimasi manfaat yang diutamakan, sedangkan

    estimasi dampak lebih disiapkan sebagai pelengkap kajian. Pelaksanaan post-study atau post-

    audit, yang mencoba memeriasa keberhasilan pencapaian manfaat maupun dampak hingga saat

    ini belum menjadi perhatian pengembang infrstruktur.

    Idealnya apapun susunan indikator kinerja ia adalah informasi statistik, ratio, biaya ataupun

    bentuk lainnya yang menunjukkan kondisi tertentu ataupun sebagai tolok ukur kemajuan dalam

    pencapaian visi dan misi Sistem Transportasi Nasional. Daftar indikator kinerja terpilih hendaknya

    memenuhi kriteria kecukupan (minimum) tetapi lengkap, praktis dan dapat dioperasikan, sertatidak redundant.

    Gambar 4Kerangka Runtutan Logis Pengadaan dan Produktivitas Transportasi

    Pengembangan indikator kinerja sektor transportasi Bappenas harus difokuskan pada

    pertimbangan tupoksi Bappenas. Dalam konteks pengaturan porsi anggaran bagi masing-masing

    sub sektor transportasi ini Bappenas harus mampu memainkan perannya dan secara jeli membagi

    anggaran secara optimal untuk masing-masing sub sektor transportasi, darat (jalan, ASDP dan

    jalan rel), laut dan udara. Untuk keperluan tersebut, Bappenas membutuhkan alat bantu penilaian

    kinerja masing-masing subsektor transportasi sebagai dasar pijakan, dalam pengaturan anggarantersebut. Salah satu alat bantu yang dimaksud adalah indikator kinerja sektor transportasi.

    Produksi

    Mobilitas

    Efektifitas Program

    Biaya PenggunaBiaya Sumber Daya

    Nilai Lahan

    Lingkungan

    Tingkat Resiko

    Kuantitas output sebagai dampak dari inputKualitas output sebagai dampak dari input

    Volume penggunaan

    Volume penggunaan relatif terhadapkapabilitas output

    Penggunaan sumber daya untuk utilisasiout ut

    Penghematan sumber daya untuk utilisasioutput sebagai akibat penambahan input

    Penghematan input akibat perubahan output

    Perubahan tidak langsung akibat input/output

    Perubahan langsung akibat utilisasi output

    Pendanaan

    Organisasi

    Teknologi

    Aset

    Efektifitas Preservasi

    Aset

    Masukan(Inputs)

    Keluaran(Outputs)

    Hasil(Outcomes)

    Manfaat(Benefits)

    Dampak(Impacts)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    18/95

    11

    Pengembangan indikator kinerja sektor transportasi oleh Bappenas, dalam hal ini, harus

    mempertimbangkan dua isu penting, yaitu:

    1. Kelembagaan/Organisasi Pelaksana Monitoring dan Evaluasi

    2. Hubungan Perencanaan dan Penganggaran

    2.1.2 Kelembagaan/Organisasi Pelaksana Monitoring dan Evaluasi

    Hirarki sistem pemantauan dan pelaporan anggaran berbasis kinerja disampaikan pada Gambar 5.

    Diagram tersebut menunjukkan bahwa hirarki terendah adalah penanggung jawab kegiatan,

    kemudian secara berjenjang ke atas penanggung jawab program/unit eselon 1, Menteri

    Departemen (LPND) dan Kepala Daerah (KDH) dan BAPPENAS/Menteri Keuangan. Hirarki yang

    kemudian dikompilasi, direkapitulasi, dianalisis dan diarsipkan. Sebaliknya, hirarki yang lebih

    tinggi melakukan pemantauan dan, jika dipandang perlu, memberikan umpan balik kepada hirarki

    di bawahnya (panah garis tebal). Mengacu pada gambaran hirarki tersebut, diketahui Bappenas

    memiliki peran cukup sentral dalam pemantauan (evaluasi) dan pelaporan anggaran dan tentunya

    juga pada pembagian alokasi anggaran untuk masing-masing sub sektor, dalam hal ini,

    transportasi.

    Gambar 5Hirarki Pemantauan dan Pelaporan Anggaran Berbasis Kinerja4

    Rancangan Pedoman Penyusunan Indikator, Pemantauan dan Evaluasi Anggaran Berbasis Kinerja,

    2004, menyebutkan evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai

    secara objektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan (program) yang telah direncanakan

    sebelumnya. Evaluasi selalu berupaya untuk mempertanyakan efektifitas dan efisiensi

    pelaksanaan dari suatu rencana yang sekaligus juga mengukur seobjektif mungkin hasil-hasil

    pelaksanaan (program) dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terkait.

    Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan rencana dan hasil

    pelaksanaan suatu program. Oleh karena itu, pengertian evaluasi sering digunakan untuk

    menunjukkan tahapan siklus pengelolaan program yang mencakup:

    4(Pedoman Penyusunan Indikator, Pemantauan dan Evaluasi Anggaran Berbasis Kinerja, 2004

    BAPPENAS/Menteri

    Keuangan

    Menteri Departemen/

    LPND dan KDH

    Penanggung Jawab

    Program/Unit Eselon I

    Pelaksana Kegiatan

    Nasional

    Konsolidasi Program

    Program dan Kegiatan

    Kegiatan

    Keterangan:

    Monev

    Laporan

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    19/95

    12

    1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (EX-ANTE), pada tahap ini evaluasi digunakan untuk

    memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara

    mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

    2. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going evaluation), pada tahap ini evaluasi digunakan

    untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencanayang telah ditentukan sebelumnya

    3. Evaluasi pada Tahap pasca-pelaksanaan (EX-POST), pada tahap ini evaluasi diarahkan

    untuk meihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi

    masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan setelah program

    berakhir untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan dengan masukan),

    efektifitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), atau manfaat (dampak terhadap

    kebutuhan)

    2.1.3 Hubungan Antara Perencanaan dan Penganggaran

    Hubungan ini merupakan mata rantai yang menggambarkan proses mulai dari disusunnya

    perencanaan sampai dengan penganggaran. Gambaran hubungan antara perencanaan dan

    penganggaran ini menyediakan informasi lebih detail berkaitan dengan hirarki pemantauan dan

    pelaporan anggaran berbasis kinerja dan peran Bappenas dalam melakukan evaluasi seperti

    dibahas sebelumnya. Gambaran hubungan dan proses yang dimaksud ditampilkan pada Gambar

    6.

    Gambar 6Proses Perencanaan Sampai Dengan Penganggaran

    Selanjutnya harus dilakukan proses penelaahan terhadap RKA-K/L dengan tujuan utamanya

    adalah menjaga keterkaitan antara Perencanaan (Planning) dan Penganggaran (Budgeting) yang

    berarti menjaga konsistensi antara RPJM, RKP dan APBN. Adapun dasar pertimbangan penelaahan

    RPJPVisiMisiArah

    RPJMVisi, misiAgendaPrioritasProgramKegiatan pokok

    RANCANGAN AWAL(RKP/SEB)

    Prioritaspembangunan

    Pagu indikatifKementrian/lembagaProgram

    RANCANGANRENJA-KL

    KebijakanProgram dgnpagu indikatifKegiatan dgnanggaranJenis belanjaLokasi-propinsiIndikatorkeluaranUnit pelaksanas.d. eselon I

    RKPPERPRESAgendaPrioritaspembangunan

    Program dgnpagu indikatifKegiatan pokokUnit pelaksana:kementrian/lembaga

    RENJA-KLPrioritaspembangunanPagu indikatifKegiatan dgnanggaranJenis belanjaLokasi-propinsiIndikator-keluaranUnit pelaksana:

    s.d. eselon I

    RKA-ALProgram dgnanggaranKegiatan dgnanggaranSub kegiatan dgnanggaranJenis belanjaMata anggarankeluaran (MAK)LokasiPropinsiKabupatenIndikator keluaranPerhitunganbelanja masing-masing kegiatanVolumeHarga satuanAnggaranpendapatanKegiatan

    Mata anggaranpendapatan (MAP)KelompokpendapatanUnit pelaksana:s.d. satuan kerja

    RAPBN

    APBN

    DIPA

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    20/95

    13

    RKA-KL PP No. 90 tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-KL. Beberapa ketentuan yang mengantur

    penyusunan RKA-KL tersebut antara lain,

    Penyusunan RKA-K/L harus menggunakan pendekatan:

    a. Kerangka pengeluaran jangka menengah;

    b. Penganggaran terpadu; danc. Penganggaran berbasis Kinerja.

    Penyusunan RKA-K/L menggunakan instrumen:

    a. Indikator Kinerja;

    b. Standar biaya; dan

    c. Evaluasi Kinerja.

    Dalam penetapan indikator kinerja, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan

    Kementerian Perencanaan;

    Pengukuran dan evaluasi kinerja (yang dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas

    pelaksanaan RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran berjalan) paling sedikit terdiri

    atas:

    a. Tingkat Keluaran (Output);b. Capaian Hasil (Outcome);

    c. Tingkat Efisiensi;

    d. Konsistensi antara perencanaan dan impelementasi, dan

    e. Realisasi penyerapan anggaran

    Dalam proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan tiga pihak antara Kementerian/

    Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan.

    Sudah semestinya, bahwa pengukuran dan evaluasi kinerja ini menggunakan indikator kinerja

    yang sama dengan ketika melakukan perencanaan, dalam hal ini dalam penyusunan RKA-K/L, yang

    dalam pasal 5 PP No. 90/2010 juga telah disebutkan.

    Karena itu, indikator kinerja untuk perencanaan dan pengukuran serta evaluasi untuk Sektor

    Transportasi dalam kajian ini dipilih diantara indikator-indikator kinerja yang ada yang dapat

    memberikan gambaran mengenai Output, Outcomeserta Tingkat Efisiensi.

    2. 2 PEMETAAN INDIKATOR KINERJA TRANSPORTASI

    2.2.1 Studi terkait Pengembangan Indikator Kinerja

    Selama ini telah banyak studi pengembangan indikator kinerja yang dilakukan di Indonesia

    maupun di negara-negara lain. Beberapa kajian yang mengembangkan indikator kinerjaantara

    lain:

    a. Indikator Kinerja Sub Sektor Transportasi Darat, Ditjen Perhubungan Darat, Departemen

    Perhubungan, 19975. Studi ini mengevaluasi kinerja sistem transportasi darat disusun

    dalam rangka mid-term review Repelita VI dan persiapan penyusunan Repelita VII sub

    sektor perhubungan darat oleh Departemen Perhubungan.

    b. Indikator Kinerja Sektor Jalan untuk Negara-negara Afrika (Bank Dunia), 19966. Studi ini

    meninjau kinerja infrastruktur jalan di negara-negara berkembang untuk mengevaluasi

    kinerja transportasi jalan yang berkaitan dengan pelayanan publik.

    c. US Federal Highway Administration (FHWA): Performance Plans for The Presidents Fiscal

    Year 2001 Budget7. Mengkaji rencana kinerja yang mendefinisikan target kinerja tahunan

    5

    Departemen Perhubungan (1997). Indikator Kinerja Sub Sektor Transportasi Darat, Ditjen Perhubungan Darat6Mosse, R. dan Sontheimer, L.E., Performance Monitoring Indicators Handbook, World Bank Technical Paper No. 334, 19967 Federal Highway Administration Performance Plan For the Presidents Fiscal Year 2001 Budget, U.S. Department of Transportation,

    http://www.fhwa.dot.gov/policy/pp2k01.htm.

    http://www.fhwa.dot.gov/policy/pp2k01.htmhttp://www.fhwa.dot.gov/policy/pp2k01.htmhttp://www.fhwa.dot.gov/policy/pp2k01.htm
  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    21/95

    14

    dan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi dan memonitor penggunaan anggaran

    khususnya dalam sub sektor transportasi jalan.

    d. Indikator Kinerja Jalan, Bina Marga 20008. Merupakan kajian tentang pengembangan

    kinerja manfaat dan dampak sebagai acuan dalam rangka evaluasi pelaksanaan dan

    perumusan kebijakan umum.e. Evaluasi Kinerja Perkeretaapian, PT. Kereta Api (Persero)9. Merupakan kajian yang

    dilakukan untuk mengevaluasi kinerja finansial/keuangan perusahaan.

    f. Indikator Kinerja Sub Sektor Transportasi Laut, Ditjen Perhubungan Laut, Departemen

    Perhubungan, 199710. Mengevaluasi kinerja sistem transportasi laut disusun dalam rangka

    mid-term review Repelita VI dan persiapan penyusunan Repelita VII sub sektor

    perhubungan laut oleh Departemen Perhubungan.

    g. World Bank Institute: Privatization and Regulation of Transport Infrastructure, WBI

    Development Studies, 200011. Merupakan studi sejenis yang mengukur kinerja

    infrastruktur transportasi jalan tol, jalan rel, pelabuhan dan bandar udara berkaitan

    dengan regulasi kerjasama pemerintah dan swasta.

    Indikator-indikator tersebut, tentu saja dikembangkan dalam konteks yang beragam tergantungdari tujuan atau peran yang akan dimainkan oleh stakeholeders yang berkepentingan

    mengembangkan indikator yang dimaksud.

    2.2.2 Indikator Kinerja Transportasi Bappenas

    Pengembangan metodologi untuk melakukan evaluasi efektifitas dan efisiensi kinerja transportasi

    dilakukan dengan berbasis pada indikator pencapaian sasaran penyelenggaraan transportasi

    dengan besaran-besaran atau variabel terukur yang dispesifikasi sesuai dengan urutan proses

    (input, output, outcome, dan impact) seperti yang disampaikan pada Tabel 3. Pada Gambar 7

    disampaikan visualisasi mengenai penilaian efektifitas dan efisiensi.

    Gambar 7Kajian Makro dalam Siklus Penyelengaraan Sistem Jaringan Jalan Wilayahsumber: Meneg PU, 2000

    12

    Dalam konteks kajian transportasi secara makro, efisiensi penyelenggaraan transportasi perintis

    dapat diartikan sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan input(biaya dan SDM) dan output

    8Departemen Pekerjaan Umum, Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Jaringan Jalan, Laporan Akhir, Direktorat Jenderal Bina Marga ,2000.

    9Evaluasi Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2000-2004, PT Kereta Api Indonesia (Persero)10

    Departemen Perhubungan. (1997). Indikator Kinerja Sub Sektor Transportasi Laut, Ditjen Perhubungan Laut11 Estache, Antonio, dan Gines de Rus. (2000). Privatization and Regulation Transport Infrastructure. Guidelines for Policymakers andRegulators, World Bank, World Bank Institute, Washington, D.C.

    12Sumber: Studi Pengembangan Indikator Kinerja Manfaat dan Dampak Pembangunan Jalan, Laporan Akhir, Menneg PU, 2000

    Output

    OutcomeInput

    Efektifitas

    Sustainability

    Feedback

    Efisiensi

    Impact

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    22/95

    15

    berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dan kualitas sistem jaringan jalan. Sedangkan

    efektifitas dalam kajian makro dikaitkan dengan tingkat penyediaan prasarana (outcome) dan

    pemanfaatannya dalam konteks yang lebih luas yang dikaitkan dengan pencapaian misi dan

    kebijakan pengembangan jaringan jalan, keterpaduan fungsi prasarana wilayah, sebagai hasil dari

    kegiatan transportasi.

    Pada prinsipnya, pemeriksaan kinerja transportasi dilakukan berbasis pada penilaian terhadap

    indikator kinerja transportasi. Adapun rincian usulan indikator kinerja sektor transportasi untuk

    masing-masing sub sektor, jalan, jalan rel, laut dan udara ditampilkan pada Tabel 3. Pada tabel

    tersebut juga ditampilkan satuan (unit) yang digunakan.

    Tabel 3Indikator Kinerja Sektor Transportasi (Bappenas 2004)Aspek Dimensi Indikator

    Input(Masukan)

    Pendanaan Pengeluaran Pembangunan

    Pengeluaran Pemeliharaan

    Pengeluaran pemerintah untuk sektor dan sub sektorOutput(Keluaran)

    Aset Panjang dan/atau jumlah prasarana

    Efektifitas Penanganan Aset Kondisi /preservasi prasarana yang ditangani

    Kondisi Aset/prasarana

    Outcome(Hasil)

    Efektifitas Produksi Produksi yg terjadi (volume lalu lintas)

    Produksi yg terjadi (Nisbah volume thd kapasitas)

    Mobilitas Waktu perjalanan (kecepatan rata-rata)

    Benefit(Manfaat)

    Efektifitas program Manfaat program

    Indek biaya operasi

    Aksesibilitas Kepadatan jaringan/prasarana (thd jmlhpenduduk/luas lahan)

    Tingkat resiko Resiko fatalities (kecelakaan)

    Biaya sumber daya Konsumsi bahan bakar

    Keterjangkauan tarif (affordability) Pengeluaran rumah tangga untuk transport;Biaya penanganan di pelabuhan

    Impact(Dampak)

    Lingkungan Tingkat polusi suara

    Tingkat polusi udara

    Ekonomi PDRB

    Pertumbuhan PDRB

    Rincian usulan indikator kinerja sektor transportasi untuk masing-masing sub sektor, jalan, jalanrel, laut dan udara ditampilkan pada Tabel 4. Pada tabel tersebut juga ditampilkan satuan (unit)

    yang digunakan.

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    23/95

    16

    Tabel 4Usulan Indikator Kinerja Sektor Transportasi

    No Aspek Dimensi Moda Indikator Satuan

    1 Input

    (Masukan)

    Produktifitas Angkutan Darat (Jalan

    Jalan Rel, ASDP)

    Pengeluaran Pembangunan, Pemeliharaan

    (rencana Vs realisasi)

    Milyar Rp; %-kebutuhan vs

    realisasiPelabuhan Laut

    Bandar Udara

    Pendanaan Angkuta Darat (JalanJalan Rel, ASDP)

    Alokasi anggaran Pemerintah %-anggaran sektor transport

    Pelabuhan Laut

    Bandar Udara

    2 Output

    (Keluaran)

    Aset Jalan Panjang jalan (arteri, kolektor, lokal) Km

    Jalan Rel Panjang jalan rel (R-33, R-42, R-54) Km

    ASDP Jumlah Ferry buah

    PELABUHAN LAUT Jumlah pelabuhan (Internasional Hub,Internasional, Nasional, Regional, dan Lokal)

    Buah

    Bandar Udara Jumlah bandara (Kelas A, B,C) BuahEfektifitasPenanganan Aset

    Jalan Preservasi jalan dan jembatan yangditangani

    %-km; %-jumlah jembatan

    Kualitas jalan (IRI) %-km dgn IRI < 6 m/km

    Jalan Rel Preservasi jalan rel dan jembatan yangditangani

    %-km; %-jumlah jembatan

    Kualitas jalan rel %-km dgn keausan < 10 mm

    Pelabuhan Laut Preservasi pelabuhan yang ditangani %-jumlah pelabuhan

    Kualitas terminal penumpang; waktu tunggupenumpang

    Pnp/luas ruang tunggu;menit

    Kualitas pelabuhan barang (Waktupenumpukan; bongkar muat; prosesadministrasi)

    Ton-hari

    Bandar Udara Preservasi bandara yang ditangani %-jumlah bandara

    Kualitas terminal penumpang Pnp/luas terminal

    3 Outcome

    (Hasil)

    EfektifitasProduksi

    Jalan Volume LL LHR, Kend-km/thn, ton-km/thn

    VCR % km > 0,85

    Jalan Rel Volume LL Pnp-km/thn, ton-km/thn

    ASDP Volume angkutan Pnp ; Kend

    Pelabuhan Laut Volume LL Pnp-km/thn, ton-km/thn

    Tingkat penggunaan dermaga (Berthoccupancy ratio)

    %-waktu operasi

    Market share angkutan domestik vs asing %

    Bandar Udara Volume LL Pnp-km/thn, ton-km/thn

    Lama pelayanan di terminal: waktu yangdiperlukan untuk check-in, waktu tunggu, dll

    menit/orang

    Mobilitas Jalan Waktu perjalanan; kecepatan Jam; Km/jam

    Jalan Rel

    Pelabuhan Laut

    Bandar Udara

    4 Benefit

    (Manfaat)

    EfektifitasProgram

    Jalan Penurunan kepadatan LL %-km VCR < 0,85

    Jalan Rel Peningkatan jumlah rute (+ frekuensi)perjalanan KA

    %-jumlah rute

    Laut Peningkatan jumlah rute (+ frekuensi)pelayaran

    %-jumlah rute

    Udara Peningkatan jumlah rute (+ frekuensi)

    penerbangan

    %-jumlah rute

    Aksesibilitas Jalan Kepadatan jaringan jalan terhadap luas area Km/1000km2

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    24/95

    17

    No Aspek Dimensi Moda Indikator Satuan

    Kepadatan jaringan jalan terhadap populasi Km/1000 orang

    Kepemilikan kendaraan bermotor %-jumlah rumah tangga

    Jalan Rel Kepadatan jaringan jalan rel terhadap luas

    area

    Km/1000km2

    Kepadatan jaringan jalan rel terhadappopulasi

    km/1000 orang

    Pelabuhan Laut Rata-rata kedatangan kapal Kapal/tahun

    Bandar Udara Rata-rata kedatangan pesawat Pesawat/tahun

    4 Benefit

    (Manfaat)

    Tingkat Resiko Jalan Resiko fatalities Kejadian/tahun;Kematian/juta kend.-km

    Jalan Rel Kejadian/tahun;Kematian/juta-km

    Pelabuhan Laut Kejadian/tahun;Kematian/juta -km;kerusakan brg/juta -km

    Bandar Udara Kejadian/tahun;

    Kematian/juta -km;kerusakan brg/jutakm

    BiayaSumberdaya

    Jalan Biaya perjalanan (BOK + Nilai Waktu) Rp/org-km; Rp/ton-km

    Jalan Rel

    Pelabuhan Laut

    Bandar Udara

    KeterjangkauanTarif (affordability)

    Jalan Pengeluaran rumah tangga untuk transport; Rp; %-total pengeluaranrumah tangga

    Tarif rata-rata penumpang dan barang Rp/or-km; Rp/ton-km;Rp/TEU-km

    Jalan Rel Tarif rata-rata penumpang dan barang Rp/org-km; Rp/ton-km;Rp/TEUg-km

    Pelabuhan Laut Tarif rata-rata penumpang dan barang Rp/penumpang-km; Rp/ton-km; Rp/TEU-km

    Biaya penanganan (handling) di pelabuhan Rp/ton-km; Rp/TEU-km

    Bandar Udara Tarif rata-rata penumpang Rp/org-km

    5 Impact

    (Dampak)

    Lingkungan Jalan Polusi suara/Bandar Udara DB/Nox, Sox

    Jalan Rel

    Pelabuhan Laut

    Bandar Udara

    Ekonomi Jalan PDRB; pertumbuhan PDRB Rp; %-pertumbuhan

    Jalan Rel

    Pelabuhan Laut

    Bandar Udara

    Adapun jenis data yang dibutuhkan untuk mengembangkan indikator kinerja dapat

    dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu: data aktual dan data estimasi. Data aktual merupakan

    data temuan yang sudah tersedia tanpa membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data aktual lebih

    banyak berkaitan dengan masukan dan keluaran, misalnya pengeluaran pemerintah untuk

    kegiatan pembangunan pelabuhan, panjang dermaga, dll. Data estimasi menyangkut indikator

    yang berkaitan dengan penggunaan sistem transportasi, antara lain kecepatan operasi, waktu dan

    panjang perjalanan di dalam sistem, biaya operasi kendaraan, serta dampak lingkungan dan

    tingkat kecelakaan.

    Definisi dan penjelasan ringkas dari masing-masing indikator kinerja sektor transportasi yang

    diusulkan dijelaskan sebagai berikut:

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    25/95

    18

    1 INPUT

    a. Pengeluaran Pembangunan, Pemeliharaan (kebutuhan Vs realiasi) semua moda: besarnya

    biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk keperluan pembangunan dan pemeliharaan

    prasarana transportasi (jalan, jalan rel, pelabuhan laut dan bandar udara) yang diekspresikan

    sebagai besarnya biaya kebutuhan (atau yang dianggarkan) dan realisasinya pada tahunanggaran yang ditinjau atau prosentasenya.

    b. Alokasi Anggaran Pemerintah semua moda: besarnya prosentase biaya yang dianggarkan

    oleh Pemerintah (APBN) untuk sektor transportasi (jalan, jalan rel, pelabuhan laut dan bandar

    udara) terhadap total anggaran.

    2 OUTPUT

    a. Aset

    Jalan panjang jalan (km) menurut klasifikasi fungsinya, arteri, kolektor dan lokal baik primer

    maupun sekunder

    Kereta Api panjang jalan rel menurut kelasnya (R-33, R-42 dan R-54)

    Laut jumlah pelabuhan laut menurut perannya (internasional hub, internasional, nasional,

    regional, dan lokal)

    Udara jumlah bandar udara menurut kelasnya (kelas A, B dan C).

    b. Efektifitas Penanganan Aset

    Jalan - panjang jalan (km) menurut klasifikasi fungsinya dan jumlah jembatan yang

    ditangani pada tahun anggaran yang ditinjau

    - Kualitas jalan setelah penangan dinyatakan dalam persen panjang jalan dengan

    IRI < 6 m/km

    Kereta Api - panjang jalan rel menurut kelasnya dan jumlah jembatan yang ditangani pada

    tahun anggaran yang ditinjau

    - kualitas jalan rel setelah penangan dinyatakan dalam persen panjang jalan rel

    dengan keasuan < 10 mmLaut - jumlah pelabuhan laut menurut kelasnya yang ditangani pada tahun anggaran

    yang ditinjau

    - kualitas terminal penumpang setelah penangan, dinyatakan dalam rasio jumlah

    penumpang terhadap luas ruang tunggu terminal

    - kualitas pelabuhan barang setelah penangan, dapat dinyatakan dalam beberapa

    indikator atau satuan antara lain: waktu penumpukan barang di container yard,

    waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat atau proses administrasi pelabuhan

    Udara - jumlah bandar udara menurut kelasnya yang ditangani pada tahun anggaran

    yang ditinjau

    - kualitas terminal penumpang setelah penangan, dinyatakan dalam waktu

    pelayanan penumpang di terminal (waktu check in, waktu tunggu)

    3 OUTCOME

    a. Efektifitas Produksi

    Jalan volume lalu lintas yang dilayani (pnp-km/tahun atau ton-km/tahun) dan

    prosentase panjang jalan dengan rata-rata rasio volume lalu lintas terhadap

    kapasitas jalan kurang dari 0,85

    volume lalu lintas yang dilayani (pnp-km/tahun atau ton-km/tahun)

    Kereta Api volume lalu lintas yang dilayani (pnp-km/tahun atau ton-km/tahun)

    Laut perbandingan waktu penggunaan dermaga terhadap waktu operasinya selama

    tahun anggaran yang ditinjau (berth ocupancy ratio)

    perbandingan market share angkutan laut (penumpang maupun barang) yang

    dilayani oleh armada nasional (domestik) dan armada asing di perairan nasional

    volume lalu lintas yang dilayani (pnp-km/tahun atau ton-km/tahun)perbandingan waktu penggunaan dermaga terhadap waktu operasinya selama

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    26/95

    19

    tahun anggaran yang ditinjau (berth ocupancy ratio)

    perbandingan market share angkutan laut (penumpang maupun barang) yang

    dilayani oleh armada nasional (domestik) dan armada asing di perairan nasional

    Udara volume lalu lintas yang dilayani (pnp-km/tahun atau ton-km/tahun)

    b. Mobilitas semua moda: waktu perjalanan rata-rata per satuan jarak termasuk waktu

    menunggu dan tundaan atau kecepatan perjalanan.

    4 BENEFIT

    a. Efektifitas Program

    Jalan penurunan prosentase panjang jalan dengan rata-rata rasio volume lalu lintas

    terhadap kapasitas jalan kurang dari 0,85 pada tahun anggaran yang ditinjau

    dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya

    Kereta Api peningkatan jumlah rute (dan frekuensi pelayanan kapal) yang dilayani kereta api

    pada tahun anggaran yang ditinjau dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya

    Laut peningkatan jumlah rute (dan frekuensi pelayanan kapal) yang dilayani kapal nasionalpada tahun anggaran yang ditinjau

    Udara dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya

    peningkatan jumlah rute (dan frekuensi pelayanan kapal) yang dilayani penerbangan

    nasional pada tahun anggaran yang ditinjau dibandingkan dengan tahun anggaran

    sebelumnya

    b. Aksesibilitas

    Jalan km panjang total jaringan jalan (km) per 1.000 km2luas area. Jaringan jalan yang

    dimaksud termasuk semua jenis atau kelas jalan: jalan tol, arteri, kolektor dan

    lokal

    km panjang total jaringan jalan (km) per 1.000 penduduk. Jaringan jalan yang

    dimaksud termasuk semua jenis atau kelas jalan: jalan tol, arteri, kolektor danlokal

    prosentase jumlah rumah tangga yang memiliki paling sedikit 1 kendaraan

    bermotor (termasuk roda 2) yang tidak digunakan sebagai angkutan umum.

    Kereta Api km panjang total jaringan jalan rel (km) per 1.000 km2luas area.

    km panjang total jaringan jalan rel (km) per 1.000 penduduk.

    Laut rata-rata kedatangan kapal

    Udara rata-rata kedatangan pesawat

    c. Tingkat Resiko semua moda: jumlah korban meninggal akibat kecelakaan transportasi

    (meninggal dalam waktu 30 hari setelah kejadian kecelakaan) dinyatakan dalam

    kejadian/tahun dan kematian/kend-km atau kerusakan/kehilangan barang (kerusakan

    barang/km.

    d. Biaya Sumberdaya semua moda: biaya perjalanan yang meliputi biaya operasi kendaraan

    dan nilai waktu perjalanan (Rp/pnp-km; Rp/ton-km)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    27/95

    20

    e. Keterjangkauan Tarif

    Jalan pengeluaran rumah tangga untuk transportasi menggunakan moda jalan,

    dinyatakan dalam Rp; %-total pengeluaran rumah tangga

    tarif rata-rata penumpang dan barang, dinyatakan dalam Rp/org-km; Rp/ton-km;

    Rp/TEU-km

    Kereta Api tarif rata-rata penumpang dan barang : Rp/org-km; Rp/ton-km; Rp/TEU-km

    tarif rata-rata penumpang dan barang: Rp/penumpang-km; Rp/ton-km; Rp/TEU-

    km, km panjang total jaringan jalan rel (km) per 1.000 penduduk.

    Laut biaya rata-rata bongkar-muat barang di pelabuhan, dinyatakan dalam Rp/ton-km;

    Rp/TEU-km

    Udara tarif rata-rata penumpang, dinyatakan dalam Rp/penumpang-km

    5 IMPACT

    a. Lingkungansemua moda: tingkat polusi udara/suara akibat transportasi.

    b. Ekonomi semua moda: besarnya PDRB pada tahun anggaran yang ditinjau atau

    pertumbuhannya (%).

    2.2.3 BenchmarkingIndikator Kinerja Transportasi

    Beberapa lembaga telah menetapkan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

    pembangunan sektor transportasi yang dapat digunakan sebagai benchmarking untuk

    pengembangan indikator kinerja pembangunan transportasi di Indonesia.

    A. World Bank Transport Performance Indicator

    Indikator kinerja pembangunan sektor ransportasi yang dikembangkan oleh Bank Dunia

    menetapkan World Bank Transport Performance Indicator yang terdiri dari dua jenis indikator

    yaitu indikator makro ekonomi dan mikro ekonomi. Indikator yang termasuk dalam makroekonomi adalah nilai PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan pada mikro ekonomi terdiri

    daru 6 indikator yang dibedakan atas jenis moda, serta pembedaan pada angkutan penumpang

    dan barang. Keenam indikator dalam mikro ekonomi ini yaitu:

    a. Kapasitas jaringan;

    b. Volume lalu lintas;

    c. Jumlah sarana;

    d. Indikator keuangan;

    e. Tingkat keselamatan;

    f. Informasi lainnya.

    B.

    Sustainable Transport Performance IndexSustainable Transport Performance Index yang dikembangkan oleh Sustainable Transport

    membagi indikator kinerja pembangunan transportasi kedalam 9 kategori. Kesembilan kategori

    tersebut adalah

    1. Aktifitas pergerakan

    2. Tingkat emisi pulsi udara

    3. Tingkat polusi suara

    4. Keselamatan lalu lintas

    5. Produktifitas ekonomi

    6. Aksesibilitas

    7. Perubahan tata guna lahan

    8. Kepemilikan aset9. Kebijakan dan perencanaan transportasi

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    28/95

    21

    Tabel 5Sustainable Transport Performance Index

    C. Transportation Performance IndexTransportation Performance Index yang dikembangkan oleh US Chamber of Commerce pada

    tahun 2011 membagi indikator kinerja ke dalam tiga kategori yaitu sediaan (supply), tingkat

    pelayanan (quality of service) dan tingkat utilisasi (utilisation) pada masing-masing moda

    transportasi. Indikator yang dikembangkan tersebut dijabarkan pada Tabel 6.

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    29/95

    22

    Tabel 6Transportation Performance Index

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    30/95

    23

    2. 3 KRITERIA PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA

    2.3.1 Pendekatan

    Pendekatan dalam pengembangan indikator didasarkan pada metode yang umum digunakan

    dalam penentuan indikator kinerja. Terdapat beberapa metode yang umum digunakan dengan

    berbagai kelebih dan kekurangan yang dijabarkan pada Tabel 7.

    Tabel 7Metode Pengembangan Indikator Kinerja

    No. Metoda Kelebihan/Kekurangan

    1. Benchmarking (+) Berlaku global

    (-) Angka nasional, tdk melihat variasi wilayah Indonesia, data dan

    cara perhitungan perlu dikalibrasi, belum tentu sesuai dengan isu

    nasional

    2. Expert Choice/AHP (+) Sesuai dengan keinginan stakeholder

    (-) Masalah pemilihan responden dan keterwakilan stakeholder

    3. Balance Score Card (+) Sesuai dengan isu/tujuan/arah pengembangan

    (-) Bisa menjadi terlalu melebar

    Setiap indikator yang dikembangkan, sebaiknya memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang dapat

    digunakan dalam mengukur suatu perubahan akibat suatu kegiatan. Beberapa kriteria untukpengembangan indikator tersebut antara lain,

    a. Dapat langsung digunakan;

    b. Objektif;

    c. Adequate;

    d. Kuantitatif;

    e. Disaggregated;

    f. Praktikal/practical;

    g. Mudah tersedia/reliable.

    Selain itu, terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan indikator yang didasarkan pada

    penggunaan sebagai alat ukur yang mewakili kondisi yang diukur. Kriteria tersebut antara lain,a. Terkait erat (relevant)

    Terkait dengan kinerja operasional atau kinerja strategis

    Fokus pada outcome

    Mengandung informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan

    b. Dapat diukur (measurable)

    Kuantitatif dan objektif

    Dapat dianalisis

    Tingkat kedetailan cukup akurat

    Ketersediaan data mudah didapatkan

    c. Dapat diimplementasikan (actionable)

    Berkaitan langsung dengan badan/lembaga yang bertanggung jawab kinerja yangdiperhitungkan;

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    31/95

    24

    Perhitungan yang dilakukan dapat menjadi ukuran dan dapat dikendalikan.

    Sebagai perluasan dari kriteria diatas, dikembangkan kriteria pemilihan indikator kinerja yang

    paling populer yang terdiri dari beberapa komponen disingkat menjadi SMART atau dengan

    tambahannya menjadi SMARTERS, dengan kepanjangan seperti pada Tabel 8.

    Tabel 8Kriteria SMART untuk Pemilihan Indikator Kinerja

    Letter Major Term Minor Terms

    S Specific Significant, Stretching, Simple

    M Measurable Motivational, Manageable, Meaningful

    A Attainable Appropriate, Achievable, Agreed, Assignable, Actionable, Adjustable,

    Ambitious, Aligned, Aspirational, Acceptable, Action-focused

    R Relevant Result-Based, Results-oriented, Resourced, Resonant, Realistic

    T Timely Time-oriented, Time framed, Timed, Time-based, Time-bound, Time-Specific,

    Timetabled, Time limited, Trackable, Tangible

    E Evaluate Ethical, Excitable, Enjoyable, Engaging, EcologicalR Reevaluate Rewarded, Reassess, Revisit, Recordable, Rewarding, Reaching

    S Satisfactory Satisfies Strategic Vision

    Specific berarti indikator kinerja sebaiknya sesuai dengan tujuan secara spesifik, yang juga

    termasuk dari sisi pihak yang terkait, lokasi atau kewilayahan serta memperhitungkan kebutuhan

    dan batasan untuk mengukurnya. Dalam kasus transportasi, sesuai sifat masing-masing moda

    yang sangat berbeda, maka indikator kinerja yang baik adalah yang sesuai dengan karakteristik

    masing-masing moda yang dapat juga menggambarkan variablitias kewilayahan.

    Measurable adalah kemudahan untuk dihitung, yang berarti sebaiknya indikator kinerja

    merupakan indikator yang bersifat kuantitatif dan obyektif, termasuk ketersediaan/kemudahan

    memperoleh datanya. Dalam sektor transportasi khususnya terdapat beberapa kemungkinan

    sumber data yang dipublikasikan maupun yang tidak. Data yang dipublikasikan (dalam bentuk

    buku statistik oleh Badan Pusat Statistik BPS atau Kementrian) biasanya relatif lebih valid,

    namun kebanyakan waktu publikasinya agak tertinggal 1 atau 2 tahun. Contohnya Buku Statistik

    Indonesia tahun 2011 dipublikasikan pada tahun 2012 dengan data yang terbaru di dalamnya

    kebanyakan tahun 2010. Sementara itu data yang tidak dipublikasikan biasanya up to date dan

    sangat lengkap, namun validitasnya untuk beberapa data perlu diperhatikan.

    Attainableberarti bahwa indikator kinerja yang dikembangkan terkait dengan tujuan yang dapat

    dicapai atau kinerja tersebut bila ingin ditingkatkan, jelas apa yang harus dilakukan, termasuk

    pihak mana yang dapat melakukannya.

    Relevantadalah terkait dengan kewenangan dan kinerja operasional atau kinerja strategis serta

    mengandung informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.

    Time-boundberarti indikator kinerja yang dipilih memiliki dimensi waktu yang sesuai. Berarti bila

    indikator kinerja akan digunakan untuk mengukur/mengevaluasi setiap tahun, maka sebaiknya

    indikator kinerja tersebut memang memiliki perubahan dalam skala tahunan.

    2.3.2 Pertimbangan dalam Pengembangan Indikator Kinerja

    Beberapa pertimbangan dalam pengembangan indikator kinerja pembangunan bidangtransportasi antara lain terkait dengan karakteristik pelayanan pada setiap jenis moda dan jenis

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    32/95

    25

    perjalanan yang diperhitungkan berdasarkan pada dimensi waktu dan dimensi spasial. Pembagian

    pada masing-masing karakteristik tersebut dapat dibedakan atas kelompok-kelompok yang sejenis

    pada masing-masing moda sebagai berikut,

    1. Dimensi spasial : nasional, koridor ekonomi, provinsi/kota/kabupaten;2. Jenis muatan: penumpang, barang;

    3. Jenis perjalanan: domestik, luar negeri, perintis;

    4. Jenis perjalanan: perkotaan, antar kota, perintis;

    5. Dan lain-lain.

    Selain itu, terdapat beberapa isu yang juga harus diperhatikan dalam pengembangan indikator

    kinerja bidang transportasi antara lain,

    Stakeholder point of view(Pemerintah - Provider Operator);

    Kondisi pengguna (SDM): Kompleksitas metoda perhitungan, nilai statistik;

    Keterkaitan dalam proses: Input-Output-Outcome-Benefit-Impact;

    Keterkaitan antar moda (multimodalitas);Ketersediaan, kemudahan, keberlanjutan dan tingkat validitas data;

    Kebutuhan biaya;

    Efisiensi-efektifitas dalam implementasi hasil penilaian indikator.

    2.3.3 Indikator Kinerja Sektoral

    Terdapat beberapa indikator kinerja yang dikembangkan oleh kementerian teknis seperti

    Kementerian Perhubungan dan kementerian Pekerjaan Umum serta operator pelaksana/penyedia

    layanan transportasi untuk menilai kinerja pelayanan yang dilakukan. Sesuai dengan lingkup

    tangung jawab dan kewenangan, beberapa indikator kinerja untuk menilai pembangunan

    subsektor transportasi ini dijabarkan sebagai berikut.

    A. Indikator Kinerja Pembagunan Jaringan Jalan

    Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum menetapkan Indikator Kinerja Utama dalam Renstra

    2010-2014 yang terdiri dari 5 indikator yaitu,

    1. Kondisi mantap jaringan jalan nasional dalam persen (%);

    2. Penggunaan jalan pada ruas jalan nasional dalam kendaraan kilometer/tahun (kend.-

    km/thn);

    3. Fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah dalam persen mantap (%);

    4. Panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan dalam kiometer (km);

    5. Panjang pembangunan jalan baru dalam kilometer (km).

    Berdasarkan pada indikator kinerja utama tersebut diatas, Bina Marga Kementerian Pekerjaan

    Umum menetapkan outcome sasaran yaitu,

    1. Meningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional menjadi 94 %.

    2. Meningkatnya penggunaan jalan pada ruas jalan nasional menjadi 91,55 milyar kendaraan

    kilometer/tahun.

    3. Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60% kondisi mantap.

    4. Meningkatnya panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan sebesar 17.525 km.

    5. Meningkatnya panjang jalan baru yang dibangun sebesar 1.845 km.

    B. Indikator Kinerja Pembangunan Kereta Api

    Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk menilai kinerjapembangunan subsektor transportasi KA yang didasarkan pada Rumusan Strategy MapDirektorat

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    33/95

    26

    Jenderal Perkeretaapian. Indikator yang dikembangkan terbagi atas 4 sudut pandang (perspektif)

    yaitu,

    1. Stakeholders perspective;

    2. Costumer perspective;

    3. Internal bussiness process (services process);4. Learning and growth perspective

    Rumusan indikator kinerja utama pada subsektor transportasi KA ini dijabarkan pada Tabel 9.

    Tabel 9Indikator Kinerja Utama Transportasi Kereta ApiPerspektif Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (satuan)

    Stakeholders

    perspective

    Peningkatan manfaat pengoperasian

    perkeretaapian terhadap EKONOMI dari

    pengurangan biaya transportasi angkutan

    barang dan penumpang

    Prosentase peningkatan kontribusi moda

    KA dalam angkutan barang sebagai

    indikator keberhasilan kebijakan modal-

    shiftingke kereta api (%)

    Prosentase peningkatan kontribusi moda

    KA dalam angkutan penumpang sebagai

    indikator keberhasilan kebijakan modal-

    shiftingke kereta api (%)

    Costumer

    perspective

    Meningkatnya KESELAMATAN pengoperasian

    perkeretaapian

    Jumlah kejadian kecelakaan kereta api

    khususnya kejadian anjlokan dan kejadian

    tabrakan antar kereta api (kejadian/tahun)

    Meningkatnya KEANDALAN pengoperasian

    perkeretaapian

    Prosentase realisasi ketepatan waktu

    keberangkatan dan kedatangan kereta api

    (on-time performance) (%)

    Rata-rata keterlambatan kereta api (menit)

    Internal bussiness

    process

    (services process)

    Meningkatkan pengembangan TEKNOLOGI

    PERKERETAAPIAN yang efisien dan ramah

    lingkungan sebagai antisipasi terhadapperubahan iklim

    Panjang jalur kereta api yang sudah

    terelektifikasi (km)

    Jumlah penerapan teknologi yang efisiendan ramah lingkungan di bidang

    perkeretaapian (kegiatan)

    Meningkatnya AKSESIBILITASmasyarakat

    terhadap pelayanan angkutan kereta api

    Jumlah lintas pelayanan

    (penambahan/perubahan rute) (lintas)

    Jumlah lintas PSO dan perintis angkutan

    kereta api (lintas)

    Panjang jalur KA yang dibangun (jalur baru

    maupun jalur ganda), direvitalisasi (reaktivasi

    lintas-lintas non-operasi maupun

    peningkatan daya dukung dan kecepatan)

    (km)

    Meningkatnya KINERJA PELAYANAN angkutan

    perkeretaapian

    Jumlah sarana (pengadaan/modifikasi/

    rehabilitasi) (unit) Jumlah penumpang KA yang dilayani (orang)

    Jumlah angkutan barang yang dilayani oleh

    KA (ton)

    Meningkatnya KELAIKAN sarana dan prasarana

    perkeretaapian dalam upaya meningkatkan

    keselamatan

    Jumlah sertifikat kelaikan sarana

    perkeretaapian yang dikeluarkan tepat waktu

    (sertifikat)

    Jumlah sertifikat kelaikan prasarana

    perkeretaapian yang dikeluarkan tepat waktu

    (sertifikat)

    Learning and

    growth

    perspective

    Meningkatnya optimalisasi pengelolaan

    akuntabilitas KINERJA, ANGGARAN, DAN BMN

    Ditjen Perkeretaapian

    Nilai AKIP Ditjen perkeretaapian (nilai)

    Tingkat penyerapan anggaran ditjen

    perkeretaapian (%)

    Nilai aset ditjen perketaapian yang berhasil

    diinventarisasi (Rp)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    34/95

    27

    Perspektif Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (satuan)

    Peningkatan JUMLAH DAN KUALITAS SDM

    perkeretaapian yang bersertifikat dalam upaya

    meningkatkan keselamatan dan keandalanpelayanan KA

    Jumlah sertifikat kecakapan SDM

    perkeretaapian (sertifikat)

    Melanjutkan RESTRUKTURISASI

    KELEMBAGAANdi bidang perkeretaapian

    dalam mengupayakan multioperator

    Jumlah perizinan: jumlah izin usaha, jumlah izin

    pembangunan, jumlah izin operasi

    sarana/prasarana dan jumlah rekomendasi/

    persetujuan perizinan penyelenggaraan

    perkeretaapian (jumlah)

    Melanjutkan reformasi REGULASI di bidang

    perkeretaapian

    Jumlah peraturan perundang-undangan di

    bidang perkeretaapian yang diterbitkan

    (peraturan)

    Sumber : Biro Perencanaan Kemenhub, 2012

    C. Indikator Kinerja Pembangunan Transportasi Laut

    Pada tahun anggaran yang sama, Kementerian Perhubungan juga telah menetapkan Indikator

    Kinerja Utama untuk menilai kinerja pembangunan subsektor transportasi laut yang didasarkan

    pada Rumusan Strategy Map Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Indikator yang

    dikembangkan sama seperti pada KA yaitu terbagi atas 4 sudut pandang (perspektif) yaitu,

    1. Stakeholders perspective;

    2. Costumer perspective;

    3. Internal bussiness process (services process);

    4. Learning and growth perspective

    Rumusan indikator kinerja utama pada subsektor transportasi laut ini dijabarkan pada Tabel 10.

    Tabel 10Indikator Kinerja Utama Transportasi LautPerspektif Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (satuan)

    Stakeholders

    perspective

    Menurunnya dampak sub sektor transportasi laut

    terhadap LINGKUNGANmelalui pengurangan emisi

    gas buang

    Jumlah penurunan emisi gas buang (CO2) transportasi

    laut (mega ton)

    Meningkatnya manfaat sub sektor transportasi laut

    terhadap EKONOMI dari pengurangan biaya

    transportasi penumpang dan barang

    Penurunan turn-around time di pelabuhan yang

    diusahakan (waktu)

    Costumer

    perspective

    Meningkatnya KESELAMATAN pelayaran transportasi

    laut

    Jumlah kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh

    manusia (kejadian)

    Jumlah kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh

    teknis dan lain-lain (kejadian)

    Meningkatnya PELAYANANpelayaran transportasilaut

    Jumlah pelabuhan yang mempunyai pencapaianwaiting time (WT) sesuai SK Dirjen yang belaku

    terkait Standar Kinerja Pelayanan Operasional

    Pelabuhan (Pelabuhan)

    Jumlah pelabuhan yang mempunyai pencapaian

    approach time (AT)sesuai SK Dirjen yang berlaku

    terkait Standar Kinerja Pelayanan Operasional

    Pelabuhan (Pelabuhan)

    Jumlah pelabuhan yang mempunyai pencapaian

    Waktu Efektif (Effective Time/ET) sesuai SK Dirjen

    yang berlaku terkait Standar Kinerja Pelayanan

    Operasional Pelabuhan (Pelabuhan)

    Internal bussiness

    process

    (services process)

    Meningkatnya PELAYANAN DALAM RANGKA

    PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM di bidang

    transportasi laut

    Jumlah pelabuhan yang menerapkan eco-port

    (penanganan sampah dan kebersihan lingkungan

    pelabuhan) (pelabuhan)

    Jumlah pemilikan sertifikat IOPP (International Oil

    Polution Prevention) (sertifikat)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    35/95

    28

    Perspektif Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (satuan)

    Jumlah pemilikan SNPP (Sertifikat Nasional

    Pencegahan Pencemaran) (sertifikat)

    Jumlah pemilikan sertifikat bahan cair beracun

    (Noxius Liquid Substance) (sertifikat)

    Jumlah pemilikan sertifikat International Sewage

    Pollution Prevention (ISPP) (sertifikat)

    Meningkatnya AKSESIBILITASmasyarakat terhadap

    pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut

    Jumlah rute perintis yang dilayani transportasi laut

    (rute)

    Jumlah pelabuhan yang dapat menghubungkan

    daerah-daerah terpencil, terluar, daerah

    perbatasan, daerah belum berkembang dan

    daerah telah berkembang (pelabuhan)

    Meningkatnya KAPASITAS pelayanan transportasi laut

    nasional

    Jumlah penumpang transportasi laut yang

    terangkut (orang)

    Jml penumpang angkutan laut perintis (orang)

    Jumlah muatan angkutan laut dalam negeri yang

    diangkut oleh kapal nasional (ton)

    Prosentase pangsa muatan angkutan laut dalam

    negeri yang diangkut oleh kapal nasional (%)

    Jumlah muatan angkutan laut luar negeri yang

    diangkut oleh kapal nasional (ton) Prosentase pangsa muatan angkutan laut luar

    negeri yang diangkut oleh kapal nasional (%)

    Meningkatnya pemenuhan STANDAR TEKNISdan

    STANDAR OPERASIONALsarana dan prasarana

    transportasi laut

    Jumlah kapal yang memiliki sertifikat kelaiklautan

    kapal (sertifikat)

    Learning and growth

    perspective

    Meningkatnya optimalisasi pengelolaan akuntabilitas

    KINERJA, ANGGARAN, DAN BMNDitjen Perhubungan

    Laut

    Nilai AKIP Ditjen Hubla (nilai)

    Jumlah realisasi pendapatan Ditjen Hubla (Rupiah)

    Jumlah realisasi belanja anggaran Ditjen Hubla

    (Rupiah)

    Nilai BMN pada neraca Ditjen Hubla (Rupiah)

    Meningkatnya kualitas SDMdi Sektor Transportasi

    Laut

    Jumlah kebutuhan tenaga marine inspector A

    (orang)

    Jumlah kebutuhan tenaga marine inspectorB

    (orang)

    Jumlah kebutuhan tenaga PPNS (orang)

    Jumlah tenaga kesyahbandaran kelas A (orang)

    Jumlah tenaga kesyahbandaran kelas B (orang)

    Jumlah tenaga penanggulangan pencemaran

    (orang)

    Jumlah tenaga penanggulangan kebakaran (orang)

    Jumlah tenaga penyelam (orang)

    Melanjutkan restrukturisasi KELEMBAGAAN di sub

    sektor transportasi lautJumlah MoU, perizinan, konstruksi, dan

    operasional kerjasama pemerintah dengan Pemda

    dan Swasta di bidang transportasi laut (kerjasama)

    Penataan peraturan perundang-undangan dan

    melanjutkan REFORMASI REGULASI di bidang

    transportasi laut

    Jumlah penyelesaian regulasi (peraturan)

    Dalam menilai kinerja pelayanan angkutan laut, khususnya pada pelayanan operasional

    pelabuhan, maka Ditjen Perhubungan Laut menetapkan indikator kinerja pelayanan yang terkait

    dengan jasa pelabuhan yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No.

    UM.002/38/28/DJPL.11 tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan. Terdapat 9

    indikator kinerja yang ditetapkan yaitu,

    a. Waktu tunggu kapal (waiting time);

    b. Waktu pelayanan pemanduan (approach time);

    c. Waktu efektif (effective timedibandingkan berth time);

    d. Produktifitas kerja (T/G/J dan B/C/H);

    e. Receiving / Deliverypeti kemas;f. Tingkat penggunaan dermaga (berth occupancy ratio);

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    36/95

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    37/95

    30

    - Untuk membatasi jumlahnya, maka indikator kinerja dengan nilai rata-rata tertinggi (lebih

    besar dari 4,6) kecuali untuk beberapa indikator yang diangap penting dan datanya tersedia,

    seperti indikator terkait biaya transportasi.

    Pada dasarnya, biaya transportasi merupakan indikator kinerja yang sangat baik dalam

    menggambarkan tingkat pelayanan, keterjangkauan bahkan kualitas sistem secara umum.

    Namun biaya banyak diperngaruhi oleh faktor-faktor yang pada gilirannya akan membuat

    indikator ini menjadi tidak jelas pihak mana yang bertanggung jawab terhadapnya. Seperti di

    dalam industri pelayaran, biaya atau tarif angkutan per satuan muatan akan tergantung pada

    biaya operasi kapal (tentu saja berarti tergantung harga-harga komponen biaya kapal

    termasuk bahan bakar), ukuran kapal, tingkat pelayanan pelabuhan, rute pelayaran,

    persaingan antar perusahaan pelayaran, dan lain-lain. Sehingga, biaya angkutan jarak jauh

    seperti angkutan laut sangat tergantung kepada rute atau pasangan asal-tujuannya yang

    menbuat sulit untuk dibuat menjadi data kewilayahan (provinsi/kabupaten/lainnya). Belum

    lagi data biaya/tarif angkutan ini belum atau tidak dapat diperoleh secara mudah.

    Data terkait biaya transportasi yang tersedia sejauh ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK)

    yang diperoleh dari survey reguler oleh BPS di 66 kota di Indonesia. IHK adalah harga

    (pengeluaran rata-rata) rumah tangga untuk komponen tertentu relatif terhadap harga

    tersebut pada tahun acuan (untuk data tahun 2008 dan seterusnya, menggunakan acuan

    tahun 2007). Dengan kekurangan-kekurangannya, IHK mungkin merupakan salah satu

    indikator kinerja transportasi terkait biaya yang dapat dimasukkan dalam short list indikator

    kinerja transportasi.

    - Sesuai dengan PP no. 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian Negara/Lembaga pasal 19 ayat 2, bahwa pengukuran dan evaluasi kinerja palingsedikit terdiri atas: keluaran (output), capaian hasil (outcome), tingkat efisiensi, konsistensi

    antara perencanaan dan implementasi serta realisasi penyerapan anggaran.

    Sementara, kelompok indikator dengan nilai rata-rata tertinggi juga berada pada kelompok

    Output, Outcome dan Efisiensi. Sedangkan konsistensi perencanaan-implementasi dan

    realisasi penyerapan anggaran lebih merupakan kinerja anggaran yang tidak terkait langsung

    dengan 3 kelompok kinerja teknis sebelumnya.

    Karena itu kelompok indikator kinerja yang digunakan adalah kelompok Output, Outcome

    dan Efisiensi. Kelebihan dari kelompok indikator ini juga adalah memiliki dimensi kinerja dari

    sudut pandang pengguna, karena kelompok inidkator kinerja Output juga berarti Tingkat

    Sediaan (Supply), Outcome adalah Tingkat Pelayanan sedangkan Efisensi adalah Tingkat

    Utilisasi dari sarana dan prasarana. Short list dari indikator kinerja transportasi adalah seperti

    pada Tabel 11berikut.

    Tabel 11Short List Indikator Kinerja Transportasi

    Output (Sediaan)

    Moda Deskripsi Ukuran

    Jalan Tingkat ketersediaan jalan

    (kerapatan)

    Panjang jalan (km)/10000 penduduk

    Tingkat ketersediaan rute

    angkutan umum

    Panjang rute (km)*kapasitas/10000 penduduk (road

    base)

    Jumlah kendaraan angkutanumum

    Jumlah kendaraan/luas wilayah (km2)

  • 7/24/2019 8.Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Transportasi; Perkeretaapian Dan Pelabuhan Laut.pdf

    38/95

    31

    Moda Deskripsi Ukuran

    Jumlah terminal angkutan umum Jumlah terminal/luas wilayah (km2)

    Rel Tingkat ketersediaan jalur

    (kerapatan)

    Panjang jalur (track-km)/10000 penduduk

    Kapasitas Total kapasitas angkut barang (ton/tahun),

    Total kapasitas angkut penumpang (penumpang/tahun)

    Laut Tingkat ketersediaan pelabuhan Jumlah pelabuhan/luas wilayah (km2)

    Tingkat kapasitas pelabuhan Kolam pelabuhan terdalam (m)

    Ketersediaan pelayaran Ukuran kapal maksimum (DWT)

    Kapasitas angkut total (DWT)

    Jumlah armada Jumlah kapal

    Ketersediaan perusahaan

    pelayaran

    Jumlah perusahaan pelayaran

    Udara Tingkat ketersediaan bandara Jumlah bandara/luas wilayah (km2)

    Kapasitas penerbangan Jml kedatangan & keberangkatan pesawat

    (jumlah*kapasitas)

    Ketersediaan penerbangan Jumlah pergerakan pesawat

    Outcome (Pelayanan)

    Moda Deskripsi Ukuran

    Jalan Keandalan waktu tempuh Indeks waktu tempuh (% waktu tempuh saat

    macet/lancar)

    Keselamatan Fatalitas/100 juta kendaraan km

    Kualitas permukaan jalan % kondisi baik dan sedang

    Keselamatan Jumlah kecelakaan/Jumlah kend

    Kesesuaian lebar standar jalan % pjg jln dg lebar memenuhi standar

    Biaya transportasi Indeks Harga Konsumen Transportasi

    Rel Kehandalan pelayanan % keberang