89478370 Galeazzi Fracture

36
BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS Nama : Tn. A Usia : 21 tahun Alamat : Asrama YONIF 328 Cilodong Depok Tanggal Masuk: 22 Januari 2012 Pangkat : Prada/31100585610590 Kesatuan : YONIF Linud 328 B. ANAMNESA 1. Keluhan Utama : Nyeri pada lengan bawah kanan 2. Keluhan Tambahan : Tidak ada 3. Riwayat Penyakit Sekarang: 2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien terjatuh karena ban sepeda motornya selip saat berbelok. Pasien terjatuh dalam posisi telungkup dengan lengan bawah kanannya menyentuh trotoar terlebih dahulu dalam posisi tertekuk. Setelah terjatuh pasien masih bisa berdiri dan mengambil motornya. Pasien mengenakan helm saat kejadian. Keluhan mual, muntah dan nyeri kepala disangkal oleh pasien. Pasien sempat dibawa ke RS Fatmawati, tetapi pasien minta dipindahkan ke RSPAD Gatot Subroto. 4. Riwayat Penyakit Dahulu: Muhammad Azis Zaelani Page 1

Transcript of 89478370 Galeazzi Fracture

Page 1: 89478370 Galeazzi Fracture

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS

Nama : Tn. A

Usia : 21 tahun

Alamat : Asrama YONIF 328 Cilodong Depok

Tanggal Masuk : 22 Januari 2012

Pangkat : Prada/31100585610590

Kesatuan : YONIF Linud 328

B. ANAMNESA

1. Keluhan Utama : Nyeri pada lengan bawah kanan

2. Keluhan Tambahan : Tidak ada

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kecelakaan kendaraan

bermotor. Pasien terjatuh karena ban sepeda motornya selip saat berbelok.

Pasien terjatuh dalam posisi telungkup dengan lengan bawah kanannya

menyentuh trotoar terlebih dahulu dalam posisi tertekuk. Setelah terjatuh

pasien masih bisa berdiri dan mengambil motornya. Pasien mengenakan helm

saat kejadian. Keluhan mual, muntah dan nyeri kepala disangkal oleh pasien.

Pasien sempat dibawa ke RS Fatmawati, tetapi pasien minta dipindahkan ke

RSPAD Gatot Subroto.

4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Hipertensi disangkal, DM disangkal. Pasien tidak memiliki alergi terhadap

obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Primary Survey

A: Clear

B: Spontan, RR 22 x/menit

C: TD 130/70 mmHg, FN 88 x/menit

D: GCS 15 (E4M6V5), compos mentis

Muhammad Azis Zaelani Page 1

Page 2: 89478370 Galeazzi Fracture

2. Status Generalis

a. Kepala : Normocephal

b. Mata :

Konjungtiva/Sklera : Conjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-,

Kornea : Jernih pada kedua mata kanan dan kiri

Pupil : Isokor +/+, refleks cahaya +/+

c. THT :

Telinga : Lubang telinga lapang , cairan (-), darah(-)

Bibir : Vulnus(-), hematom (-)

Hidung : Deformitas (-/-), sekret (-/-)

Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T0 – T0

d. Leher : trakea terletak di tengah, tidak ada deviasi, tidak ada

luka

e. Thoraks :

Bentuk : Tidak ada kelainan, jejas (-)

Pergerakan : Pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris dalam

keadaan statis dan dinamis

f. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat

Perkusi :

- Batas kanan atas : ICS II LPS dextra

- Batas kiri atas : ICS II LPS sinistra

- Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra

- Batas kiri bawah : ICS VI LMC sinistra 2 cm lateral

Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni reguler, murmur (-),

gallop (-)

g. Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus vokal : kanan = kiri

Perkusi : Perkusi sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri

Muhammad Azis Zaelani Page 2

Page 3: 89478370 Galeazzi Fracture

Auskultasi : Suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan

kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

h. Abdomen

Inspeksi : Perut datar, jejas (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan epigastrium (-)

Hepar : Tidak teraba pembesaran

Lien : Tidak teraba pembesaran

Perkusi : Tympani, Nyeri ketuk (-)

3. Status Lokalis (Regio Antebrachii Dekstra)

Look : Terpasang elastic verband

Feel : Nyeri tekan (+), CRT <2”, akral hangat, NVD:

Neuro :

- Motorik : N. radialis baik (dibuktikan dengan ekstensi jari I, II, III, IV

dan V, abduksi jari I), N. medianus baik (dibuktikan dengan

fleksi jari I, II, III, IV dan V, ekstensi jari II, III, IV dan V

abduksi jari I, oposisi jari I), N. ulnaris baik (dibuktikan

dengan fleksi, ekstensi dan abduksi jari II, III, IV dan V,

adduksi jari I, II, III, IV dan V)

- Sensorik : Nyeri (+), dibuktikan dengan menggunakan jarum. Taktil

(+), dibuktikan dengan sentuhan halus menggunakan kapas.

Membedakan dua titik (+), dibuktikan dengan

menggunakan clip yang dibentuk seperti huruf “V” dengan

jarak 0,5 cm.

Vaskular : a. radialis dan a. ulnaris teraba (irama teratur, isi adekuat)

Move : Range of movement terbatas pada wrist joint

- Pronasi : Nyeri dan terbatas

- Supinasi : Nyeri dan terbatas

- Fleksi : Nyeri dan terbatas

- Ekstensi : Nyeri dan terbatas

- Aktif : Nyeri dan terbatas

- Pasif : Nyeri dan terbatas

Muhammad Azis Zaelani Page 3

Page 4: 89478370 Galeazzi Fracture

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium

Tanggal 22 Januari 2012 di RS Fatmawati

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

15.9

47

16.3

348

5.64

g/dL

%

ribu/ul

ribu/ul

juta/ul

13.2-17.3

33-45

5.0-10.0

150-440

4.40-5.90

Elektrolit Darah

- Natrium

- Kalium

- Klorida

142

3.86

105

mmol/l

mmol/l

mmol/l

135-147

3.10-5.10

95-108

Muhammad Azis Zaelani Page 4

Page 5: 89478370 Galeazzi Fracture

2. Radiologi

Foto antebrachii dekstra (AP, lateral)

Kesan : Fraktur komplit 1/3 distal radius dekstra

Garis patah oblik

Fraktur displaced, dislocatio ad latus

Dislokasi radioulnar joint

D. DIAGNOSIS

Fraktur komplit radius dekstra 1/3 distal garis patah oblik dislocatio ad latus

tertutup non komplikata + dislokasi radioulnar joint

E. PENATALAKSANAAN

1. Pemberian analgesik.

2. Reduksi tertutup. Lengan bawah direposisi ke posisi anatomis, kemudian

dievaluasi dengan menggunakan X-ray.

Muhammad Azis Zaelani Page 5

Page 6: 89478370 Galeazzi Fracture

3. Immobilisasi. Bila posisi tulang telah sejajar, lengan bawah dibebat dengan

menggunakan kassa dan elasctic verband mulai dari bawah wrist joint sampai

dengan di atas elbow joint, serta dipasang armsling.

4. Rehabilitasi. Rawat jalan dan edukasi pasien untuk meninggikan lengan

bawahnya bila tidur dengan diganjal menggunakan bantal, kontrol seminggu 2

kali untuk observasi neurovascular distal dan nyeri, rencana X-ray setelah 2

minggu pasca pembebatan.

F. KOMPLIKASI

Tidak ditemukan adanya komplikasi.

G. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungtional : dubia ad bonam

Muhammad Azis Zaelani Page 6

Page 7: 89478370 Galeazzi Fracture

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. FRAKTUR

1. Definisi

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang

rawan sendi.

2. Klasifikasi

Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan tulang

dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka

memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang

terbuka dibagi menjadi tiga derajat (Gustilo-Anderson classification), yang

ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.

Derajat luka terbuka:

Tipe I

- Luka kurang dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak minimal

- Dasar luka bersih

- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan

kominusi minimal

Tipe II

- Luka lebih besar dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak moderat

- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan

kominusi minimal

Tipe III

Fraktur yang melibatkan kerusakan parah pada jaringan lunak, termasuk

struktur otot, kulit dan neurovaskular. Beberapa pola yang diklasifikasikan

sebagai tipe III:

- Fraktur terbuka segmental (terlepas dari ukuran luka)

- Luka tembak kecepatan tinggi dan luka tembak jarak dekat

- Fraktur terbuka dengan cedera neurovaskular

- Cedera pada orang yang bekerja di pertanian dengan kontaminasi tanah

pada luka (terlepas dari ukuran luka)

Muhammad Azis Zaelani Page 7

Page 8: 89478370 Galeazzi Fracture

- Trauma amputasi

- Fraktur terbuka lebih dari 8 jam

- Korban bencana alam atau korban perang

Subtipe IIIA, jaringan lunak masih adekuat tanpa memandang luas luka.

Termasuk didalamnya fraktur segmental atau fraktur kominutif.

Subtipe IIIB, hilangnya jaringan lunak disertai pengikisan jaringan

periosteal dan tulang tampak dari luar.

Subtipe IIIC, fraktur dengan cedera arteri utama yang membutuhkan

perbaikan segera untuk mempertahankan bagian distal dari fraktur.

Gambar 2.1. Klasifikasi fraktur terbuka Gustilo dan Anderson

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/008/8211-0550x0475.jpg

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit

(termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simple,

kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi (termasuk impresi dan inklavasi).

Muhammad Azis Zaelani Page 8

Page 9: 89478370 Galeazzi Fracture

Muhammad Azis Zaelani Page 9

Page 10: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.2. Fraktur komplit (kiri) dan inkomplit (kanan)

Diunduh dari: http://www.drtummy.com/images/stories/fractures/complete_fracture.jpg (kiri)

http://cal.vet.upenn.edu/projects/saortho/chapter_11/11F2.jpg (kanan)

Muhammad Azis Zaelani Page 10

Page 11: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.3. Klasifikasi fraktur berdasarkan garis fraktur

A. Fisura tulang disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus-menerus yang cukup

lama

B. Patah tulang oblik

C. Patah tulang transversa

D. Patah tulang kominutif

E. Patah tulang segmental

F. Patah tulang kupu-kupu

G. Green stick fracture, periosteum tetap utuh

H. Patah tulang kompresi

I. Patah tulang impaksi

J. Patah tulang impresi

K. Patah tulang patologis akibat tumor tulang atau proses destruktif lain

Sumber: De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC: Jakarta. 2011. Hal: 1041

Berdasarkan ada tidaknya pergeseran dari fragmen fraktur dibagi menjadi:

displaced dan undisplaced.

- Fraktur undisplaced (tidak bergeser). Garis patah komplit tetapi kedua

fragmen tidak bergeser.

Muhammad Azis Zaelani Page 11

Page 12: 89478370 Galeazzi Fracture

- Fraktur displaced. Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga

disebut dislokasi fragmen.

1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah

sumbu dan overlapping).

2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling

menjauhi).

Muhammad Azis Zaelani Page 12

Page 13: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.4. Pembagian berdasarkan pergeseran fraktur

Sumber: Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara: Tangerang.

2008. Hal: 459

3. Diagnosa Fraktur

Dalam menegakkan diagnose fraktur harus disebutkan jenis tulang atau bagian

tulang yang mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari

tulang (proksimal, tengah atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah,

bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup dan komplikasi bila ada.

Sebagai contoh:

- Fraktur femur dekstra 1/3 proksimal garis patah oblik dislocatio ad latus

terbuka derajat satu neurovascular distal baik.

- Fraktur humerus sinistra 1/3 distal garis patah oblik dislocatio ad axim

tertutup dengan paralisis nervus radialis.

Anamnesa

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus

diperinci kapan terjadinya, jenisnya, berat-ringannya trauma, arah trauma dan

posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan

lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari

kepala, muka, leher, dada dan perut.

Muhammad Azis Zaelani Page 13

Page 14: 89478370 Galeazzi Fracture

Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multiple,

fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka

terinfeksi.

Pemeriksaan Status Lokalis

Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang:

a. Look, cari apakah terdapat:

- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal (misalnya pada

fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi dan shortening.

- Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur tibia tidak

dapat berjalan.

- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.

b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.

c. Move, untuk mencari:

- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya

tidak dilakukan karena menambah trauma.

- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif atau pasif.

- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak

mampu dilakukan, range of joint movement (derajat dari ruang lingkup

gerakan sendi) dan kekuatan.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan

fragmen fraktur. Foto Roentgen harus memenuhi beberapa syarat (rule of

two):

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan

sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP &

Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau

angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang

Muhammad Azis Zaelani Page 14

Page 15: 89478370 Galeazzi Fracture

lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas

dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto

pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.

Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil

foto sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu,

sebagai akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari

kemudian dapat memudahkan diagnosis.

4. Tatalaksana Fraktur

Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi yang

sedemikian rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta

dapat kembali ke pekerjaan dan aktivitasnya seawal mungkin.

Untuk mencapai tujuan ini, maka harus dilakukan prinsip penanggulangan

cedera musculoskeletal yang terdiri dari:

1. Recognition (mengenali). Agar penanganannya baik, perlu diketahui

kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun

tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui.

2. Reduction (mengembalikan). Berarti mengembalikan jaringan atau

fragmen ke posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula,

diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal.

3. Retaining (mempertahankan). Adalah tindakan mempertahankan hasil

reposisi dengan fiksasi (immobilisasi). Hal ini akan menghilangkan

spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan

sembuh lebih cepat.

4. Rehabilitation. Berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit

agar dapat berfungsi kembali.

Muhammad Azis Zaelani Page 15

Page 16: 89478370 Galeazzi Fracture

Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan dapat

juga dengan cara terbuka atau operatif.

1. Terapi konservatif, terdiri dari:

a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum humeri dengan

kedudukan baik.

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada

fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur

suprakondilus. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.

d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi

kulit. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. untuk

traksi dewasa/traksi definitive harus traksi skeletal berupa balanced

traction.

2. Terapi operatif terdiri dari:

a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.

b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna.

Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah:

1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit

2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan

kompartemen

3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur

4. Memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)

5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin

6. Komplikasi Fraktur

Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini

dan komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah

tulang atau segera setelahnya; komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari

setelah kejadian; dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang.

Ketiganya dibagi lagi masing-masing menjadi komplikasi lokal dan umum.

a. Komplikasi segera

Lokal:

- Kulit dan otot; berbagai vulnus, kontusio, avulsi

Muhammad Azis Zaelani Page 16

Page 17: 89478370 Galeazzi Fracture

- Vaskular; terputus, kontusio, perdarahan

- Organ dalam; jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta),

buli-buli (pada fraktur pelvis)

- Neurologis; otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer

Umum:

- Trauma multiple

- Syok

b. Komplikasi dini

Lokal:

- Nekrosis kulit-otot, sindroma kompartemen, thrombosis, infeksi

sendi, osteomyelitis

Umum:

- ARDS, tetanus

c. Komplikasi lama

Lokal:

- Tulang: malunion, nonunion, delayed union; osteomyelitis;

gangguan pertumbuhan; patah tulang rekuren

- Sendi: ankilosis, penyakit degeneratif sendi pasca trauma

- Miositis osifikan

- Distrofi reflex

Umum:

- Batu ginjal (akibat immobilisasi terlalu lama di tempat tidur)

- Neurosis pasca trauma

B. DISLOKASI

1. Definisi

Dislokasi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan tulang

yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya.

2. Diagnosis Dislokasi

Dislokasi dapat berupa lepas komplit (cerai sendi) atau parsial (dislokasi

inkomplit), atau subluksasi. Bila ligament atau kapsul sendi tidak sembuh

Muhammad Azis Zaelani Page 17

Page 18: 89478370 Galeazzi Fracture

dengan baik atau bila trauma minimal, luksasio mudah terulang kembali dan

disebut sebagai luksasio habitualis.

Anamnesis

a. Ada trauma. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang

yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament atau kapsul

sendi rusak. Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut

hemartrosis.

b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi

pada dislokasi anterior sendi bahu.

c. Ada rasa sendi keluar

Pemeriksaan Klinis

a. Deformitas

b. Nyeri

c. Functio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi

anterior bahu.

Pemeriksaan Radiologis

Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.

3. Tatalaksana Dislokasi

Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat

menimbulkan nekrosis avascular tulang persendian serta kekakuan sendi.

Dalam fase syok lokal (antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi

otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu, reposisi dapat

dilakukan tanpa narcosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi harus

dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan

gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot.

Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan

anestesi agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur.

Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi rupture simpai

sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi

fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Roentgen atau

Muhammad Azis Zaelani Page 18

Page 19: 89478370 Galeazzi Fracture

pemeriksaan penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas

dan reposisi harus dilakukan secara bedah.

Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan jaringan lunak

selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu pasca cedera.

C. ANATOMI LENGAN BAWAH

1. Tulang

Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam posisi

anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.

Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah

telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah

yang berputar. Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan

untuk memutar lengan, serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.

Gambar 2.5.

Anatomi tulang

radius dan ulna

Diunduh dari:

Muhammad Azis Zaelani Page 19

Page 20: 89478370 Galeazzi Fracture

http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/036/36672-0550x0475.jpg

2. Saraf

Nervus ulnaris

Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini

menginervasi m. flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum

profundus dan otot-otot intrinsic tangan.

Muhammad Azis Zaelani Page 20

Page 21: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.6. Nervus ulnarisDiunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg

Nervus Medianus

Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan

radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus

interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum

profundus, m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus.

Gambar 2.7. Nervus medianus

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/51639-0550x0475.jpg

Nervus Radialis

Muhammad Azis Zaelani Page 21

Page 22: 89478370 Galeazzi Fracture

Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial

(sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi

sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam

menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam

menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus posterior.

Gambar 2.8. Nervus radialis

Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4452-0550x0475.jpg

3. Pembuluh Darah

Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a.

ulnaris.

Muhammad Azis Zaelani Page 22

Page 23: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.9. Pembuluh darah daerah antebrachii

Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg

Muhammad Azis Zaelani Page 23

Page 24: 89478370 Galeazzi Fracture

D. FRAKTUR GALEAZZI

1. Definisi

Adalah cedera patah tulang yang melibatkan shaft radius dengan dislokasi dari

distal radoiulnar joint (DRJU), cedera ini menganggu aktivitas sendi

pergelangan tangan.

2. Epidemiologi

Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah.

Terdapat paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang

dilaporkan, fraktut ini diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan

bawah pada orang dewasa.

3. Etiologi

Penyebab dari fraktur Galeazzi biasanya akibat menahan beban tubuh saat

terjatuh sehingga menyebabkan hiperpronasi dari antebrachii.

4. Manifestasi Klinis

Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak pada lokasi fraktur sepertiga distal

radial dan di pergelangan tangan. Cedera ini dikonfirmasi dari evaluasi

radiografi.

5. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis fraktur Galeazzi dikonfirmasi pada pemeriksaan radiografi. Standar

anteroposterior (AP) dan lateral, yang harus mencakup pergelangan tangan

dan siku. Radiografi dari ekstremitas kontralateral dapat diambil untuk

perbandingan.

Muhammad Azis Zaelani Page 24

Page 25: 89478370 Galeazzi Fracture

Gambar 2.6. Roentgen fraktur Galeazzi

Diunduh dari:

http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/orthopedic_surgery/1230552-1239331-2184.jpg

Muhammad Azis Zaelani Page 25

Page 26: 89478370 Galeazzi Fracture

6. Tatalaksana Fraktur Galeazzi

Dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik, dilakukan immobilisasi

dengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan 4-6 minggu.

Biasanya reposisi tertutup hasilnya kurang baik, karena fraktur tidak stabil.

Dalam hal ini diperlukan tindakan operasi reposisi terbuka dengan internal

fiksasi.

Muhammad Azis Zaelani Page 26

Page 27: 89478370 Galeazzi Fracture

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Ekstermitas

Superior: Lengan Bawah. EGC: Jakarta. 2006. Hal: 467.

2. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Fraktur. EGC: Jakarta. 2011. Hal: 1040.

3. De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Dislokasi. EGC: Jakarta. 2011. Hal:

1046.

4. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fraktur dan Dislokasi. Binarupa

Aksara: Tangerang. 2008. Hal: 457.

5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Galeazzi Fraktur Dislokasi.

Binarupa Aksara: Tangerang. 2008. Hal: 471.

6. Greene WB. Netter`s Orthopaedic. 1st Edition. Elbow and Forearm. Elsevier:

Philadelphia. 2006.

7. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Overview. 2010. Diakses pada tanggal 9 Februari

2012. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-

overview#showall

8. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Workup. 2010. Diakses pada tanggal 9 Februari 2012.

Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-workup

9. Ertl JP. Galeazzi Fracture: Surgical Therapy. 2010. Diakses pada tanggal 9

Februari 2012. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1239331-

treatment

10. Fernandez JA, Valencia. Gustilo Open Fracture Classification. 2009. Diakses

pada tanggal 9 Februari 2012. Tersedia di:

http://www.orthopaedia.com/display/Main/Gustilo+Open+Fracture+Classification

11. Anonim. Adult Forearm Fracture. 2011. Diakses pada tanggal 9 Februari

2012. Tersedia di: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00584

Muhammad Azis Zaelani Page 27