87565561-Pielonefritis.docx
Click here to load reader
-
Upload
andriani-kemala-sari -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
Transcript of 87565561-Pielonefritis.docx
UNCOMPLICATED PYELONEPHRITIS
Ahmad Barrun Nidhom
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Skenario
Seorang wanita datang dengan keluhan nyeri pada punggung bagian kanan. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah dan juga badan yang terasa panas disertai dengan menggigil.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan pada suprapubis, tanpa rebound dengan
bising usus yang normal. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukositosis disertai
dengan bakteri, peningkatan LED dan kadar C-reactive protein. Pada pemeriksaan radiologis,
tidak didapatkan kelainan anatomis maupun struktural pada ginjal.
Pendahuluan
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh mikroorganisme. Infeksi ini paling sering akibat infeksi ascenden
dari traktus urinarius bagian bawah. Proses invasi mikroorganisme secara hematogen sangat
jarang ditemukan, kemungkinan merupakan akbiat lanjut dari bakterimia. Menurut penelitian
di Swedia, insidens pielonefritis meningkat pada usia 1-2 tahun, kemudian menurun sesuai
dengan pertumbuhan usia. Pada usia dewasa kasus ini telah sering timbul pada wanita dewasa
muda (usia subur), salah satu kemungkinan adalah karena proses dari kehamilan (obstetri
history). 20-30% wanita hamil dengan bakteriuri asimptomatik selanjutnya akan berkembang
menjadi pielonefritis. Lebih dari 250.000 kasus terjadi di AS setiap tahun, dan 200.000
diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit (data 1997). Menurut literatur lain
disebutkan bahwa angka kejadian pielonefritis yaitu 280 kasus per 100.000 perempuan
dengan rentang umur 18 sampai 49 tahun. Sebanyak 7% pasien memerlukan perawatan di
rumah sakit.
Klasifikasi pielonefritis dipandang dari segi penatalaksanaan:
1. Pielonefritis uncomplicated (sederhana)
Merupakan pielonefritis sederhana yang terjadi pada penderita dengan pyelum dan
parenkim ginjal baik anatomik maupun fungsi dalam keadaan normal. Pielonefritis
sederhana ini terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai
mukosa superfisial. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E. Coli. Tipe ini jarang
dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik. Dari seluruh pasien ini, 90%
diantaranya berespons terhadap terapi antibiotika dan 10% sisanya dapat mengalami
infeksi akut berulang atau bakteriuria asimptomatik yang menetap.
2. Pielonefritis complicated
Adalah pielonefritis yang sering menimbulkan masalah karena kuman penyebab dulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam andibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shok dan sering menyebabkan insufisiensi ginjal
kronik yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.
Insidens terjadinya kasus uncomplicated pielonefritis di setiap negara mempunyai
data statistik yang berbeda, hali ini dipengaruhi oleh taraf kesehatan dan pelayanan medis di
negara tersebut. Kasus uncomplicated pielonefritis di Indonesia inisden dan prevalensinya
masih cukup tinggi. Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf kesehatan masyarakat
Indonesia yang masih jauh dari standar dan tidak meratanya tingkat kehidupan sosial
ekonomi, yang mau tidak mau berdampak langsung pada kasus ini di Indonesia.
Etiologi
Bakteri % Uncomplicated % Complicated
Gram negatif
Escherichia coli 70-95 21-54
Proteus mirabilis 1-2 1-10
Klebsiella spp 1-2 2-17
Citrobacter spp < 1 5
Enterobacter spp < 1 2-10
Psedomonas aeruginosa < 1 2-19
Other < 1 6-20
Gram positif
Coagulase-negative
staphylococci
5-10* 1-4
Enterococci 1-2 1-23
Group B streptococci < 1 1-4
Staphylococcus aureus < 1 1-23
Other < 1 2
Patofisiologi
Saluran kemih harus dilihat sebagai satu unit anatomi tunggal berupa saluran yang
berkelanjutan mulai dari uretra sampai ginjal. Pada sebagian besar infeksi, bakteri dapat
mencapai kandung kemih melalui uretra. Kemudian dapat diikuti oleh naiknya bakteri dari
kandung kemih yang merupakan jalur umum kebanyakan infeksi parenkim renal (Stamm,
1999).
Introitus vagina dan uretra distal secara normal dialami oleh spesies-spesies difteroid,
streptokokus, laktobasilus, dan stafilokokus, tapi tidak dijumpai basil usus gram negatif yang
sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Namun, pada perempuan yang mudah mengalami
sisitis, didapatkan organisme usus gram negatif yang biasa terdapat pada usus besar pada
intortius, kulit periuretra, dan uretra bagian bawah sebelum atau selama terjadi bakteriuria.
Pada keadaan normal, bakteri yang terdapat dalam kandung kemih dapat segera hilang.
Sebagian karena efek pengenceran dan pembilasan ketika buang air kecil tapi juga akibat
daya antibakteri urin dan mukosa kandung kemih. Urin dalam kandung kemih kebanyakan
orang normal dapat menghambat atau membunuh bakteri terutama karena konsentrasi urea
dan osmolaritas urin yang tinggi. Sekresi prostat juga mempunyai daya antibakteri. Leukosit
polimorfonuklear dalam dinding kandung kemih tampaknya juga berperan dalam
membersihkan bakteriuria. Keadaan-keadaan yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran
kemih, yaitu :
1. Jenis kelamin dan aktivitas seksual
Uretra perempuan tampaknya lebih cenderung didiami oleh basil gram negatif, karena
letaknya di atas anus, ukurannya pendek (kira-kira 4 cm), dan berakhir dibawah labia.
Pijatan uretra, seperti yang terjadi selama hubungan seksual menyebabkan masuknya
bakteri kedalam kandung kemih dan hal yang penting dalam patogenesis infeksi
saluran kemih pada perempuan muda. Buang air kecil setelah hubungan seksual
terbukti menurunkan resiko sistisis, mungkin karena tindakan ini meningkatkan
eradikasi bakteri yang masuk selama hubungan seksual.
2. Kehamilan
Kecenderungan infeksi saluran kemih bagian atas selama kehamilan disebabkan oleh
penurunan kekuatan ureter, penurunan peristaltik ureter, dan inkompetensi sementara
katup vesikoureteral yang terjadi selama hamil.
3. Sumbatan
Adanya halangan aliran bebas urin seperti tumor, striktura, batu atau hipertrofi prostat
yang menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan frekuensi infeksi saluran kemih
yang sangat tinggi. Super infeksi pada sumbatan saluran kemih dapat menyebabkan
kerusakan jaringan ginjal yang cepat.
4. Disfungsi neurogenik kandung kemih
Gangguan saraf yang bekerja pada kandung kemih, seperti pada jejas korda spinalis,
tabes dorsalis, multipel sklerosis, diabetes, atau penyakit lain dapat berhubungan
dengan infeksi saluran kemih. Infeksi dapat diawali oleh penggunaan kateter untuk
drainase kandung kemih dan didukung oleh stasus urin dalam kandung kemih untuk
jangka waktu yang lama.
5. Refluks vesikoureteral
Keadaan ini didefinisikan sebagai refluks urin dari kandung kemih ke-ureter dan
kadang sampai pelvis renal. Hal ini terjadi selama buang air kecil atau dengan
peningkatan tekanan pada kandung kemih. Refluks vesikoureteral terjadi jika gerakan
retrograd zat radio opak atau radioaktif dapat ditunjukkan melalui sistouretrogram
selama buang air kecil. Gangguan anatomis pertemuan vesikoureteral menyebabkan
refluks bakteri dan karena itu terjadilah infeksi saluran kemih.
6. Faktor virulensi bakteri
Faktor virulensi bakteri mempengaruhi kemungkinan strain tertentu, begitu
dimasukkan ke dalam kandung kemih, akan menyebabkan infeksi traktus urinarius.
Hampir semua strain E.coli yang menyebabkan pielonefritis pada pasien dengan
traktus urinarius normal secara anatomik mempunyai pilus tertentu yang
memperantarai perlekatan pada bagian digaktosida dan glikosfingolipid yang ada di
uroepitel. Strain yang menimbulkan pielonefritis juga biasanya merupakan penghasil
hemolisin, mempunyai aerobaktin dan resisten terhadap kerja bakterisidal dari serum
manusia.
7. Faktor genetik
Faktor genetik penjamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi urinarius. Jumlah
dan tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri dapat menempel dan dapat
ditentukan, setidaknya sebagian, secara genetik (Stamm, 1999).
Diagnosis
Anamnesis
Manifestasi klinis pada pielonefritis akut:
demam – jarang melebihi 39,4oC;
nyeri sudut kostovertebral; dan
mual dan/atau muntah,
Gejala-gejala ini tidak semestinya terjadi bersamaan dan mungkin disertai dengan gejala
sistitis termasuk frequency, hesistancy, lower abdominal pain and urgency.
Gejala-gejala lain:
gross hematuria (hemorrhagic cystitis) – hadir dalam 30-40% kasus pielonefritis
pada wanita, paling sering wanita muda;
nyeri – bisa ringan, sedang atau berat. Nyeri panggul (Flank pain) dapat terjadi
unilateral atau kadang-kadang bilateral. Ketidaknyamanan atau nyeri bisa pada
punggung dan/atau daerah suprapubik, dinyatakan sebagai rasa tidak nyaman,
berat, sakit, atau tekanan;
Kekakuan, dan menggigil, bisa ada tanpa adanya demam;
Malaise & lemah;
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan:
Nyeri tekan suprapubis, ringan sampai sedang tanpa rebound;
Suara usus aktif (normal);
Nyeri sudut kostovertebral, biasanya unilateral, tergantung pada ginjal yang
terinfeksi;
Pada wanita, seharusnya tidak didapatkan nyeri tekan pada serviks, uterus maupun
adnexa;
Pemeriksaan Laboratorium
Pada urinalysis, didapatkan:
Leukositosis, didominasi oleh neutrofil;
Biasanya jg terdapat bakteri-bakteri batang ataupun bakteri bulat;
Pada analisa darah, didapatkan:
Leukositosis, didominasi oleh neutrofil;
Laju Endap Darah (LED) meningkat;
Peningkatan kadar C-reactive protein;
Pada kultur darah juga bisa positif.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi acute uncomplicated pyelonefritis:
Pada infeksi yang disebabkan patogen E. Coli:
First-line: fluoroquinolones:
o Ciprofloxacin:
Dosis: 500mg 2 kali sehari selama 14 hari;
o Levofloxacin:
Dosis: 250mg 1 kali sehari selama 10 hari;
o Kontraindikasi: wanita hamil dan anak-anak
Second-line: Trimethroprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX):
o Dosis: 1 Double strength tablet, 2 kali sehari, selama 14 hari.
Pada infeksi yang disebabkan patogen bakteri gram-positif:
Amoxicillin atau amoxicillin-clavulanic acid:
o Dosis: 500mg, setiap 8 jam, selama 14 hari
DAFTAR PUSTAKA
1. National Kidney & Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC). Kidney
and Urologic Diseases Statistics for the United States.
2. Warren JW, Abrutyn E, Hebel JR, et al. Guidelines for antimicrobial treatment of
uncomplicated acute bacterial cystitis and acute pyelonephritis. Clin Infect Dis
1999;29:745–758.[PMID: 10589881]
3. Nicolle LE. Uncomplicated Urinary Tract Infection in Adults Including Uncomplicated
Pyelonephritis. Urol Clin N Am 2008;35:1–12.[PMID: 18061019]
4. Gupta K et al: International clinical practice guidelines for the treatment of acute
uncomplicated cystitis and pyelonephritis in women: A 2010 update by the Infectious
Diseases Society of America and the European Society for Microbiology and Infectious
Diseases. Clin Infect Dis 52:e103, 2011
5. Wein, Kavoussi, Novick, et al. Campbell-Walsh Urology Tenth Edition, 2012
6. Longo, Fauci, Kasper, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th Editon, 2012
7. Joseph T. DiPiro, Robert L. Talbert, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, 8th Edition, 2011