85560152 BAB IV Sifat Gelombang Dari Partikel
-
Upload
darma-jaya -
Category
Documents
-
view
484 -
download
24
description
Transcript of 85560152 BAB IV Sifat Gelombang Dari Partikel
104
Bab 4
Sifat Gelombang dari Partikel
4.1 Deskripsi
Dalam bab ini memberikan gambaran tentang sifat gelombang dari partikel. Setelah
ditemukannya partikel dan gelombang tahun 1905 dan menemukan bahan gelombang yang
salah satunya gelombang elektromagnetik pada suatu saat dapat bersifat sebagai partikel dan
suatu saat dapat bersifat gelombang. Dengan kajian ini kita dapat melihat bahan meskipun
gelombang maupun partikel dapat berkelakuan sebagai foton dan materi tetapi kedua
fenomena tersebut tidak dapat dijelaskan secara bersamaan tergantung sudut pandang
pengamatan kita ataupun mekanisme paling dominan yang terjadi saat itu. Dalam bab ini
menjelaskan tentang teori gelombang de Broglie, persamaan umum gelombang dan sifat-
sifatnya, partikel dalam kotak dan prinsip ketaktentuan.
4.2 Relevansi
Keterkaitan antara bab ini dengan bab sebelumnya adalah sebagai salah satu lanjutan
teori sub atomic dalam kajian fisika modern karena bab ini berisikan kajian tentang sifat
Gelombang dari partikel, yang memuat tentang dualisme partikel.
4.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami teori gelombang de Broglie
2. Memahami bentuk persamaan unum gelombang, kecepatan fasa dan kecepatan grup.
3. Menjelaskan tentang difraksi partikel dan partikel yang terkuantisasi dalam kotak.
4. Menjelaskan prinsip ketaktentuan Heisenberg.
4.4 Uraian Materi
Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah menjadi bagian khasanah
ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai oleh munculnya hipotesa de-Broglie. Hipotesa
tentang gelombang pengarah sangat diilhami oleh studi mengenai gerak elektron dalam atom
Bohr.
105
Gelombang zat yang senantiasa menyertai gerak suatu zarah melengkapkan pandangan
tentang dualisme zarah gelombang. Dengan demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau
lebih tegasnya antara gelombang dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat
berperilaku sebagai zarah, sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai gelombang.
Pandangan semacam itu sangat berbeda dengan persepsi manusia tentang gejal-gajal
fisik konkret yang dialami nya sehari-hari. Sejak abad ke-20 teori-teori klasik mulai
dipertanyakan kesahihannya untuk dipergunakan di tingkat atom yang sub-atom.
Satu tahun setelah postulat de-Broglie disebarluaskan seorang ahli fisika dari Austria,
Erwin Schrodinger berhasil merumuskan suatu persamaan diferensial umum untuk gelombang
de-Broglie dan dapat ditunjukkan pula kesahihannya untuk berbagai gerak elektron.
Persamaan diferensial ini yang selanjutnya dikenal sebagai persamaan gelombang
Schrodinger sebagai pembuka jalan ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang
komprehensip dan lebih formalistik. Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger
merumuskan persamaan gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu prinsip yang bersifat
sangat fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada waktu orang sedang sibuk mempelajari
persamaan Schrodinger dan berusaha keras untuk dapat memahami maknanya.
Pada tahun 1926, Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan
garis-garis spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom. Pendekatannya sangat lain, karena
yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang diperoleh dengan cara ini sama dengan apa
yang diperoleh melalui persamaan Schrodinger. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal
sebagai mekanika matriks.
Secara kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah dirumuskannya persamaan
Schrodinger. Tetapi sebagai suatu prinsip teoritik hal itu merupakan suatu hal yang
fundamental, dan dapat disejajarkan dengan teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan
postulat Bohr. Oleh karenanya dalam pembahasannya prinsip Heisenberg ditampilkan lebih
dahulu dari persamaan Schrodinger.
Teori Planck tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton, teori Bohr tentang
atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat, serta prinsip Heisenberg
dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori kuantum lama terkandung hampir semua
landasan bagi suatu teori yang dapat menguraikan perilaku sistem-sistem fisika pada tingkat
atom dan sub-atom.
106
Melepaskan Diri dari Konsep Klasik Tentang Lintasan
Dalam mengkaji tentang radiasi thermal perlu dihipotesakan bahwa energi (osilator) itu
terkuantisasi, dalam telaah tentang efek fotolistrik dan efek Compton timbul hipotesa bahwa
cahaya itu terkuantisasi dan berperilaku sebagai zarah. Teori Bohr mempostulatkan bahwa
dalam keadaan-keadaan tertentu elektron yang dalam gerakannya mengelilingi inti atom
mengalami percepatan sentrifugal tidak memancarkan radiasi elektromagnetik. Dan banyak
lagi yang bersifat fundamental dalam daerah Fisika Klasik harus ditinggalkan apabila
diinginkan untuk menemukan suatu kerangka konseptual yang dapat menjadi menemukan
suatu kerangka konseptual yang dapat menjadi landasan teoritik untuk gejala-gejala tingkat
atom dan sub-atom.
Salah satu yang perlu ditinjau lagi adalah pandangan klasik tentang lintasan.
Pandangan bahwa jalan yang ditempuh suatu benda dalam ruang dapat dilukiskan sebagai
garis yang mulus (smooth) datang dari pengamat di dunia makro. Dalam suatu proses abstrak
dan idelisasinya benda tersebut kemudian dilukiskan sebagai suatu titik (titik pusat massa)
yang menempuh suatu lintasan berupa garis. Pandangan itu didasarkan pengalaman manusia
sejak ia melempar tombaknya yang pertama sampai pada saat mempelajari lintasan-lintasan
yang ditempuh peluru meriam. Pandangan tersebut telah berkarat dalam otak manusia dan
makin diperkuat oleh pengamatanya sehari-harinya tentang perilaku benda-benda yang
bergerak.
Demikian kuatnya pandangan itu berakar dalam benaknya sehingga dalam menelaah
gerak zarah dalam sistem tingkat atom besar kecenderungannya untuk juga berpegang pada
konsep lintsan klasik itu. Pertanyaan sekarang adalah : “Apakah konsep klasik tentang lintasan
suatu benda (zarah) dalam ruang masih tetap dapat dipegang untuk menelaah sistem-sistem
atom dan sub-atom?”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu ditelaah lebih dahulu kondisi yang
melingkupi suatu perangkat pengamatan lintasan untuk sistem fisika klasik (makro), dan
melihat apakah kondisi-kondisi tersebut dipenuhi oleh perangkat pengamatan untuk suatu
sistem atomik atau sub-atomik. Andaikan bahwa ingin direkam lintasan yang ditempuh sebuah
bola dalam ruang, bola tersebut bergerak di bawah pengaruh gaya gravitasi bumi. Misalkan
gerak bola tersebut direkam dengan tiga buah kamera film secara cermat. Dengan
107
menempatkan masing-masing kamera termaksud dalam posisi yang tepat maka lintasan bola
dalam ruang dapat ditentukan.
Bagaimanakah kedudukan bola tersebut terekam dalam film? Secara fisika bola
teramati karena cahaya matahari atau cahaya buatan yang dipantulkan oleh bola tersebut
sampai pada film di dalam kamera. Gajala pemantulan bearti bahwa foton-foton yang
bertumbukan dengan bola kemudian terhambur dalam sistem kamera. Karena momentum
linear foton-foton tersebut sangat kecil dibandingkan dengan momentum linear bola maka
pengaruh tumbukannya dapat diabaikan. Lintasan yang ditempuh bola tidak terganggu oleh
sistem pengamatannya (arus foton dan kamera).
Di sini terlihat adanya dua sistem yakni :
• Pertama, sistem fisika yang diamati, yaitu bola yang bergerak dalam ruang dalam
pengaruh gaya gravitasi bumi.
• Kedua, sistem pengamatan yang terdiri dari kamera film dan sumber cahaya.
Dalam susunan percobaan di atas kedua sistem tersebut tidak saling mempengaruhi
operasi masing-masing. Sistem pengamatan dan sistem yang diamati tidak saling
mempengaruhi.
Sekarang kita tinjau sebuah sistem mikro yakni lintasan elektron dalam pengaruh
medan gaya luar. Agar elektron tidak dipengaruhi oleh kehadiran geraknya oleh udara, maka
percobaan dilakukan dalam vakum.
Elektron ditembakkan dari sebelah kiri dengan energi kinetik beberapa puluh elektron
volt ke dalam ruang hampa udara. Karena pengaruh medan gaya luar maka gerak elektron
mengalami deflasi (penyimpangan). Andaikan terdapat mikroskop yang dapat dipergunakan
untuk melihat elektron maka dengan mengubah-ubah kedudukan mikroskop pada saat
pengamatan posisi elektron maka dapat diperoleh informasi mengenai jejak elektron tersebut
(hipotesis).
Dari sini pula kedudukan elektron teramati karna foton dari suatu sumber cahaya yang
berada dalam bejana vakum itu dipantulkan oleh elektron dan masuk dalam mikroskop.
Keadaannya agark berlainan dengan pengamatan tentang lintasan bola. Foton yang
dipergunakan untuk mengamati cukup besar momentum linearnya, sehingga tumbukan dengan
elektron akan mengubah lintasannya. Jadi apabila jejak elektron itu diperoleh dari serangkaian
108
foton yang terhambur ke dalam mikroskop maka terjadilah juga serangkaian perubahan gerak
elektron. Di sini pengaruh sistem pengamatan cukup besar dan tak dapat diabaikan. Sistem
pengamatan dan sistem fisik yang diamati saling mempengaruhi. Lintasan yang diperoleh
melalui pengamatan elektron penuh dengan kelak-kelok dan lika-liku sebagai hasil tumbukan
antara foton dengan elektron.
Andaikan kita mengadakan pengamatan yang kedua kalinya tentang lintasan elektron
tersebut maka bentuk lintasannya juga berkelok-kelok, namun berbeda bentuknya dengan
lintasan pengamatan pertama. Hal ini disebabkan foton dipancarkan oleh sumber secara acak.
Dengan demikian apabila dilakukan sepuluh kali pengamatan maka akan diperoleh sepuluh
lintasan yang berbeda-beda. Hal ini sangat berbeda dengan pengertian lintasan dalam fisika
klasik, sebagai idealisasinya maka lintasannya adalah pasti dan tidak berubah apabila semua
syarat sistem fisinya sama.
Yang dapat dimasukkan dalam pengamatan jejak elektron hanyalan pendekatan
statistik tentang lintasan, artinya tentang besar kebolehjadian pada saat tertentu/elektron yang
diamati berada dalam suatu kedudukan tertentu dalam ruang r. Konsep klasik tentang lintasan
suatu benda dalam ruang harus diganti dengan suatu konsep statistik tentang kebolehjadian
bahwa suatu elektron berada pada suatu kedudukan dan waktu tertentu apabila kita menelaah
suatu sistem tingkat atom dan sub-atom. Hal ini disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa
dalam sistem atomik dan sub-atomik sistem pengamatn dan sistem yang diamati berinteraksi
dengan kuat.
Tentunya dapat dikemukakan usul lain untuk tetap menggunakan konsep lintasan
dalam kasus sistem atomik dan sub-atomik, yakni foton yang dipergunakan adalah foton
dengan momentum linear rendah, artinya energi foton juga rendah, sehingga tidak besar
pengaruhnya terhadap gerak elektron yang ditumbuknya.
Foton berenergi rendah berarti panjang gelombang foton adalah besar Foton dapat
dipresentasikan sebagai paket gelombang dengan panjang gelombang yang dominan λ0. Jika
λ0 besar, maka kedudukannya tak pasti, dan menjadi tak pasti pula ramalan tentang kedudukan
elektron yang ditumbuknya. Usulan semacam itu tidak memberikan jalan keluar, karena
memang rupanya ketakpastian yang meyangkut lintasan sistem atomik merupakan sesuatu
yang fundamental dalam penjabaran sistem-sistem fisika pada tingkat atom.
109
4.4.1 Gelombang de Broglie
Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang kemudian didukung dengan
percobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan tentang dualisme (sifat kembar)
cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai gelombang, tetapi cahaya juga dapat bersifat
partikel. Pada tahun 1924 Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa : cahaya
dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat
berkelakuan seperti gelombang.
Gambar 4.1 Skema Percobaan Louise de Broglie
Sebuah foton dengan frekuensi f memiliki energi sebesar hf dan memiliki momentum
p = , karena c = fλ, maka momentum foton dapat dinyatakan p = hf/c sehingga panjang
gelombang foton dapat dinyatakan λ = h/p. Untuk benda yang bermassa m bergerak dengan
kecepatan memiliki momentum linier sebesar mv maka panjang gelombang de Broglie dari
benda itu dinyatakan dengan persamaan
λ � �� � �
�� (4.1)
Untuk menguji hipotesis yang dilakukan oleh Louise de Broglie pada tahun 1927,
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di Inggris secara bebas
meyakinkan hipotesis Louise de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron yang terdifraksi
bila berkas ini terhambur oleh kisi atom yang teratur dari suatu kristal. Davisson dan Germer
melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan electron berenergi rendah yang telah
diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada atom dari nikel yang diletakkan
110
dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil pengamatan Davisson dan Germer terhadap elektron-
elektron yang terhambur ternyata dapat menunjukkan adanya gejala interferensi dan difraksi.
Dengan demikian hipotesis de Broglie yang menyatakan partikel dapat berkelakuan sebagai
gelombang adalah benar.
Berapakah panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan kelajuan
2×105 m/s jika massa elaktron 9,1x10-31 kg dan h=6,6×10-34 Js?
Penyelesaian :
Diketahui : v = 2×105 m/s ; m = 9,1×10-31 kg ; h = 6,6×10-34 Js
Ditanyakan : λ = …?
4.4.2 Persamaan Gelombang
Jika suatu gelombang dapat menyatakan suatu partikel maka gelombang tersebut
haruslah menempati ruang yang terbatas pula. Gelombang yang demikian keadaannya tentulah
bukan merupakan gelombang tunggal melainkan suatu gelombang komposit, yaitu gelombang
yang tersusun dari banyak bentuk gelombang dasar sinus, yang akan kita lihat berikut ini.
Gelombang Tunggal
Suatu bentuk gelombang sinus tunggal dengan amplitudo Am, frekuensi sudut ω, dan
pergeseran sudut θ, kita tuliskan sebagai u = Am cos(ωt − θ) atau dengan menggunakan notasi
kompleks
u = Am e j(ωt −θ)
(4.2)
Jika θ merupakan fungsi x, θ = kx , dengan k adalah bilangan gelombang, k=2π/λ , dimana λ
adalah panjang gelombang, maka (4.2) menjadi :
111
(4.3)
memberikan persamaan unruk gelombang maju karena untuk suatu nilai
amplitudo yang konstan, x harus makin besar dengan bertambahnya t ; dalam hal ini
gelombang merambat ke arah sumbu x positif. Persamaan adalah
persamaan untuk gelombang mundur.
Kecepatan rambat gelombang dapat dicari dengan melihat perubahan posisi amplitudo.
Untuk gelombang maju, amplitudo akan bernilai konstan jika ωt − kx = 0 atau x = ωt/k.
Kecepatan rambat gelombang adalah :
(4.4)
dengan f adalah frekuensi siklus. Kecepatan ini disebut kecepatan fasa. Bentuk gelombang
tunggal ini merupakan bentuk gelombang non-kausal, yaitu suatu bentuk gelombang yang
untuk suatu t tertentu membentang dalam selang −∞<x<+∞.
Paket Gelombang
Kita lihat suatu bentuk gelombang komposit yang merupakan jumlah dari n gelombang
sinus yang masing-masing mempunyai amplitudo Amn , frekuensi ωn dan bilangan gelombang
kn , yaitu :
(4.5)
Gelombang komposit ini adalah gelombang maju yang dapat kita tuliskan sebagai
(4.6)
dengan k0 , ω0 , A0 berturut-turut adalah nilai tengah dari bilangan gelombang, frekuensi dan
amplitudo. Dalam tinjauan ini kita membatasi variasi nilai bilangan gelombang k pada selang
yang sempit, yaitu :
112
Selain itu perbedaan nilai k antara gelombang-gelombang sinus tersebut sangat kecil sehingga
perubahan nilai k dapat dianggap kontinyu. Kita menganggap pula bahwa dalam selang variasi
bilangan gelombang yang sempit ini, amplitudo dari masing-masing gelombang penyusun
tidak terlalu bervariasi sehingga Amn /A0 ≈1. Dengan anggapan ini maka (4.6) menjadi :
(4.7)
Apa yang berada dalam tanda kurung pada (4.7), yang kita sebut S(x,t), merupakan suatu
faktor yang akan membuat amplitudo gelombang menjadi fungsi dari x dan t. Bagaimana
bentuk amplitudo sebagai fungsi x, dapat kita lihat pada suatu t tertentu, misalnya pada t = 0.
Pada t = 0, bentuk amplitudo gelombang menjadi :
(4.8)
Karena perubahan k dianggap kontinyu maka :
(4.9)
Dengan demikian maka persamaan gelombang komposit (4.7) untuk t = 0 menjadi
(4.10)
Persamaan (4.10) menunjukkan bahwa amplitudo gelombang komposit ini merupakan fungsi
dari x yang dinyatakan dengan adanya faktor S(x), dan kita katakan bahwa amplitudo
gelombang terselubung oleh fungsi :
Bentuk gelombang (4.8) inilah bentuk gelombang sebagai fungsi x yang bebas dari waktu
yang dapat dituliskan sebagai :
(4.11)
Limit fungsi selubung S(x) adalah _k jika x→0 dan 0 jika x→∞; jika digambarkan
113
akan terlihat seperti pada Gambar.4.2.
Gambar 4.2 Paket gelombang.
Kita katakan bahwa gelombang komposit ini berada dalam selubung atau paket dan
kita sebut sebagai paket gelombang. Paket gelombang ini mempunyai amplitude maksimum di
suatu titik dan nilainya menurun dengan cepat di luar titik tersebut. Bentuk gelombang seperti
inilah yang dapat dipakai untuk menyatakan partikel dengan pengertian bahwa posisi partikel
adalah di sekitar nilai maksimum gelombang ini. Lebar daerah di sekitar nilai maksimum ini,
yang kita sebut lebar paket gelombang, harus kita definisikan. Pendefinisian ini agak bebas
sehingga kita tidak menentukan posisi elektron secara pasti melainkan menentukan rentang x
di mana elektron mungkin berada.
Jika kita ambil nilai (∆k x/2) = π/2 maka pada x = ±π/∆k amplitudo telah menurun
sampai 63% dari nilai maksimumnya. Nilai x merupakan batas lebar paket gelombang
sehingga lebar paket gelombang adalah :
(4.12)
Hubungan antara sebaran bilangan gelombang, ∆k, dan lebar paket gelombang, ∆x, menjadi :
(4.13)
Dari persamaan gelombang komposit (4.7) :
(4.14)
kita dapat mendefiniksikan dua macam kecepatan.
a. Yang pertama adalah kecepatan fasa vf0 = ω0/ k0 seperti yang telah kita kenal pada
gelombang tunggal.
114
b. Yang kedua adalah kecepatan group yang dapat kita lihat dari amplitudo gelombang
komposit S(x,t)A0. Amplitudo gelombang ini akan mempunyai bentuk yang sama bila S(x,
t) = konstan . Hal ini akan terjadi jika (∆ωn)t=(∆kn)x untuk setiap n.
Dari sini kita definisikan kecepatan group sebagai :
(4.15)
karena ∆k kita anggap cukup kecil. Kecepatan group ini merupakan kecepatan
rambat paket gelombang.
4.4.3 Kecepatan Fasa dan Kecepatan Grup
Amplitude gelombang de Broglie yang berkaitan dengan benda bergerak
mencerminkan peluang benda itu didapatkan pada suatu tempat pada saat tertentu. Contoh
yang terkenal bagaimana group gelombang timbul ialah dalam gejala ayunan gelombang. Bila
dua gelombang bunyi yang amplitudonya sama tetapi frekuensinya sedikit berlainan
ditimbulkan pada saat yang sama (serentak), bunyi yang kita dengar berfrekuensi sama dengan
rata-rata dari kedua frekuensi semula dan amplitudenya naik dan turun secara periodic
(berkala). Fluktuasi amplitude yang timbul berulang-kali tiap detik banyaknya sama dengan
perbedaan antara kedua frekuensi semula. Jika bunyi semula mempunyai frekuensi 440 dan
442 Hz, kita akan mendengar fluktuasi bunyi dengan dengan frekuensi 441 Hz dengan dua
puncak bunyi keras yang disebut ayunan, per detik.
Secara matematis untuk menggambarkan group gelombang ialah dengan
menyatakannya sebagai superposisi dari gelombang individual yang mempunyai panjang
gelombang berbeda-beda yang interferensinya menghasilkan variasi amplitude yang
mendefinisikan bentuk group gelombang. Jika kecepatan gelombangnya sama, kecepatan
penjalaran group gelombang ialah kecepatan yang sama. Namun, jika kecepatan gelombang
berubah terhadap panjang gelombang (seperti yang terjadi pada gelombang de Broglie),
gelombang individual yang berbeda tidak menjalar bersama, dan group gelombang memiliki
kecepatan yang berbeda dari gelombang pendirinya.
Tidaklah sukar untuk menghitung kelajuan u yang merupakan kelajuan penjalaran
group gelombang. Marilah kita anggap bahwa group gelombang timbul dari kombinasi dua
115
gelombang yang beramplitude sama A, tetapi frekuensi sudutnya berbeda dω dan bilangan
gelombangnya berbeda dk. Kita dapat menyatakan gelombang semula dengan rumus:
y1 = A cos ( ωt –kx ) (4.16a)
y2 = A cos [( ω + dω) t – ( k + dk ) x] (4.16b)
Gambar 4.3 Group gelombang
Gambar 4.4 Gelombang superposisi untuk frekuensi berbeda
Pergeseran resultan y pada saat t dan pada kedudukan x ialah jumlah dan y1 dan y2.
Dengan pertolongan identitas :
Cos α + cos β = 2 cos ½ ( α + β ) cos ½ ( α – β ) (4.17)
Dan hubungan :
Cos (-θ) = cos θ
Kita dapatkan :
y = y1 + y2
= 2A cos ½ [( 2ω + dω ) t – ( 2k + dk ) x] cos ½ (dωt – dk x) (4.18)
Karna dω dan dk kecil dibandingkan dengan ω dan k berurutan, maka :
2ω + dω = 2ω
2k + dk = 2k
116
Dan :
Ayunan y = 2A cos (ωt – kx) cos (��� � ��
� � (4.19)
Persamaan (4.19) menyatakan gelombang yang berfrekuensi sudut ω dan bilangan gelombang
k yang termodulasi dengan frekuensi sudut ½dω dan bilangan gelombang ½ dk.
Efek modulasi ini menghasilkan group gelombang yang berbaris seperti pada gambar
4.4 Kecepatan fase w besarnya :
Kecepatan fase w = �� (4.20)
Sedangkan kecepatan u group gelombangnya ialah
Kecepatan group u = ���� (4.21)
Bergantung pada perilaku kecepatan fase yang berubah terhadap bilangan gelombang
dalam medium tertentu, kecepatan groupnya bisa lebih besar atau lebih kecil dari kecepatan
fasenya. Jika kecepatan fase w sama untuk setiap panjang gelombang, sebagaimana pada
gelombang cahaya dalam ruang hampa (vakum), maka kecepatan group dan kecepatan fasenya
sama.
Frekuensi sudut dan bilangan gelombang dari gelombang de Broglie yang berpautan
dengan sebuah benda yang massa diamnya mo yang bergerak dengan kecepatan v ialah
ω = 2πv = �����
�
Frekuensi sudut gelombang de Broglie :
� � ���������� ��/�� (4.22)
� � ��� � ����
�
Bilangan gelombang de Broglie :
� � ��������� ��/�� (4.23)
Baik ω maupun k merupakan fungsi kecepatan v. Kecepatan fase w seperti yang telah kita
dapatkan,
Kecepatan fase de Broglie :
�� � �� � ��
� (4.24)
Yang besarnya melebihi kecepatan benda v dan kelajuan cahaya c, karena v < c.
117
Kecepatan group u dari gelombang de Broglie yang berkaitan dengan benda itu ialah
� � ���� � ��/��
��/��
Sekarang : �� � ��������� �
���!/� dan ���� � ����
���� ����!/� sehingga kecepatan groupnya menjadi :
kecepatan group de Broglie :
u = v (4.25)
group gelombang de Broglie berkaitan dengan sebuah benda yang bergerak menjalar dengan
kecepatan yang sama dengan kecepatan benda itu. Kecepatan fase w dari gelombang de
Broglie kelihatannya tidak mempunyai arti fisis yang langsung.
4.4.4 Difraksi Partikel
Eksperimen yang memperlihatkan keberadaan gelombang de Broglie Manifestasi
gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam perilaku partikel Newtonian ialah gejala
difraksi. Dalam tahun 1927 Davisson dan germer di Amerika Serikat dan G.P. Thomson di
Inggris secara bebas menyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas electron
terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teratur dari suatu Kristal.
Eksperimen Davisson Germer
Davisson dan Germer mempelajari electron yang terhambur oleh zat padat dengan
memakai peralatan seperti pada gambar 4.5. Energy electron dalam berkas detector dapat
diubah-ubah. Fisika klasik meramalkan bahwa electron yang terhambur akan muncul dalam
berbagai arah dengan hanya sedikit kebergantungan dari intensitas terhadap sudut hambur dan
lebih sedikit lagi dari energy electron primer. Dengan memakai blok nikel sebagai target,
Davisson dan Germer membuktikan ramalannya.
118
(a)
(b)
Gambar 4.5 Model eksperimen (a). Louise de Broglie ; (b) Davisson-Germer
Ditengah-tengah pekerjaan tersebut terjadi sesuatu peristiwa yang memungkinkan
udara masuk kedalam peralatannya dan mengoksidasi permukaan logam. Untuk menguasai
oksidasi nikel murni, target itu dipanggang dalam oven bertemperatur tinggi. Setelah
perlakuan tersebut, targetnya dikembalikan ke dalam peralatan dan pengukurannya dilakukan
lagi.
Ternyata sekarang hasilnya sangat berbeda dari sebelum peristiwa itu terjadi: sebagai
ganti dari variasi yang kontinu dari intensitas electron yang terhambur terhadap sudut, timbul
maksimum dan minimum yang jelasteramati yang kedudukannnya bergantung pada energy
electron. Graf pada setiap pik polar yang biasa digambarkan untuk intensitas electron setelah
peristiwa itu ditunjukkan dalam gambar 4.6 metode plotnya dilakukan sedemikian sehingga
intensitas pada setiap sudut berbanding lurus dengan jarak kurva pada sudut itu dari titik
hamburannya. Jika intensitasnya sama untuk semua sudut hambur, kurvanya akan berbentuk
lingkaran dengan titik hambur sebagai pusat.
119
Dua pertanyaan segera timbul dalam pikiran: apakah yang menjadi penyebab efek baru
ini, dan mengapa tidak muncul sebelum target nikel itu dipanggang?
Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan oleh
target sama seperti sinar-x didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam Kristal. Tafsiran ini
mendapat dukungan setelah disadari bahwa efek pemanasan sebuah blok nikel pada
temperature tinggi menyebabkan banyak Kristal individual kecil yang membangun blok
tersebut bertanggung menjadi Kristal tinggi yang besar yang atom-atomnya tersusun dalam
kisi yang teratur.
Marilah kita tinjau apakah kita dapat membuktikan bahwa gelombang de Broglie
merupakan penyebab dari hasil Davisson dan Germer. Pada suatu percobaan tertentu berkas
electron 54eV diarahkan tegak-lurus pada target nikel, dan maksimum yang tajam dalam
distribusi elektron terjadi pada sudut 500 dari berkas semula. Sudut dating dari sudut hambur
relative terhadap suatu keluarga bidang Bragg ditunjukkan dalam gambar 4.6 keduanya
bersudut 650. Jarak antara bidang dalam keluarga itu yang bisa diukur melalui difraksi sinar-x
adalah 0,091 nm. Persamaan Bragg untuk maksimum dalam pola difraksi ialah
nλ = 2d sin θ (4.26)
40 V 44 V 48 V 54 V 60 V 64 V 68 V
Gambar 4.6 Hasil Eksperimen Davisson-Germer
Di sini d = 0,091 nm dan θ = 65o; dengan menganggap n = 1, panjang gelombang de Broglie λ
dari elektron yang terdifraksi adalah :
λ = 2d sin θ = (2) (0,091 nm) (sin 65o) = 0,165 nm
sekarang kita pakai rumus de Broglie
λ = �
��
120
untuk menghitung panjang gelombang elektron yang diharapkan. Energi kinetik 54eV kecil
dibandingkan dengan energy diam moC2 yaitu sebesar 5,1 x 105 eV, sehingga kita dapat
mengabaikan efek relativistic.
Karena : K = ½ mv2
Maka momentum elektron itu mv ialah
mv = √2$ % = &�2��9,1 10�+��,��54 /0��1.6 10��3 456�
= 4,0 x 10-24 kg m/s
Jadi panjang gelombang elektron itu ialah
λ = �
�� = 7,7+ 8 �9:!; 4.<
=,9 8 �9:�; ��.�/< = 1,66 x 10-10 m = 0,166 nm
yang besarnya sesuai dengan panjang gelombang yang diamati. Jadi eksperimen Davisson dan
Germer menunjukkan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai sifat gelombang
benda bergerak.
Analisis eksperimen Davisson-Germer sebenarnya tidak langsung seperti yang
ditunjukkan di atas, karena energi elektron bertambah ketika elektron itu masuk ke dalam
Kristal dengan besar yang sama dengan besar fungsi kerja (work function) permukaan itu. Jadi
kecepatan elektron dalam eksperimen lebih besar di dalam Kristal dan panjang gelombang de
Broglie yang bersangkutan menjadi lebih kecil dari harga di luar Kristal. Komplikasi lainnya
timbul dari interferensi antara gelombang yang didifraksi oleh keluarga lain dari bidang bragg
yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum menjadi hanya kombinasi tertentu dan
energy elektron dan sudut datang sebagai pengganti dari setiap kombinasi yang memenuhi
persamaan Bragg.
Elektron bukanlah satu-satunya jenis partikel yang perilaku gelombangnya dapat
ditunjukkan. Difraksi neutron dan atom secara keseluruhan jika dihambur oleh Kristal yang
cocok telah teramati, dan nyatanya difraksi neutron seperti juga difraksi sinar-x dan elektron
telah dipakai untuk menyelidiki struktur Kristal.
Mikroskop Elektron
Sifat gelombang elektron yang bergerak merupakan dasar dari mikroskop elektron
yang dibuat untuk pertama kali dalam tahun 1932. Daya pisah setiap instrumen optimis
dibatasi oleh difraki sehingga besarnya berbanding lurus dengan panjang gelombang yang
121
dipakai untuk menyinari benda yang diselidiki. Untuk mikroskop yang baik yang memiliki
cahaya yang tampak, perbesaran maksimum yang bermanfaat ialah sekitar 500 kali ;
perbesaran yang lebih tinggi membentuk bayangan yang lebih besar tetapi tidak
mengungkapkan rincian. Elektron cepat memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek
dari cahaya tampak dan mudah dikendalikan oleh medan listrik dan magnetik karena elektron
bermuatan. Sinar-x juga memiliki panjang gelombang yang pendek, tetapi sampai sekarang
orang belum berhasil (?) untuk memfokuskan sinar itu dengan baik.
Dalam mikroskop elektron, kumparan yang berarus listrik dipakai untuk menimbulkan
medan magnetik yang berlaku sebagai lensa untuk memfokuskan berkas elektron pada benda
yang diselidiki dan alat ini menghasilkan baying yang diperbesar pada layar pendar (fluoresen)
atau pelat fotografik (gambar 3.8). untuk mencegah berkas itu tersebar sehingga mengaburkan
bayangan yang dihasilkan, dipakai sampel yang tipis dan seluruh system itu dihampakan.
Teknologi “lensa” magnetic belum menghasilakan daya resolusi teoretis dari
gelombang elektron. Misalnya, elektron 100 keV mempunyai panjang gelombang 0,0037 nm,
tetapi resolusi yang sebenarnya yang dapat dicapai mikroskop elektron hanya sekitar 0,1 nm.
Sumber elektron
Lensa kodensor magnetik
Objek
Lensa objektif magnetik
Lintasan elektron
Lensa proyeksi magnetik
Bayangan
Gambar 4.7 Skema pengamatan mikroskop electron yang dipercepat daripada cahaya dalam mikroskop optic, maka mikroskop elektron dapat menghasilkan bayangan yang tajam pada perbesaran yang lebih tinggi.
122
Namun ini tetap merupakan kemajuan yang besar dibandingkan dengan daya pisah
mikroskop optis yang besarnya sekitar 200 nm, dan perbesaran 1.000.000 x telah dicapai oleh
mikroskop elektron.
4.4.5 Partikel dalam Kotak
Sebagai pendahuluan dalam menentukan gambaran statistik sistem partikel maka kita
tinjau keadaan yang paling sederhana yaitu suatu sistem dengan 1 partikel dalam kotak 1
dimensi. Tujuan kita adalah mendapatkan gambaran untuk
menjelaskan karakteristik partikel dalam kotak 1 dimensi. (Dilakukan dalam kotak
karena dalam kotak aspek dimensinya justru akan memudahkan perhitungan
lebih lanjut walaupun dalam kenyataannnya partikel tidak selalu berada dalam kotak).
Gambar 4.8 Partikel dalam kotak 1 dimensi
Kotak yang ditinjau adalah kotak 1 dimensi kemudian setelah itu dengan melihat
prinsip yang ada dalam kotak 1 dimensi, dengan mudah kita dapat menentukan partikel dalam
kotak 3 dimensi. Dari sini dapat ditentukan harga fungsi energi f(E) berdasarkan variabel pada
sistem yang terdefinisi. Perhatikan gambar 4.8. Syarat batas yang diberikan adalah partikel
berada dalam kotak 1 dimensi, berarti partikel hanya ada pada daerah L < x< 0 dan tidak pada
batas x=0 dan x=L. Dengan adanya pernyataan dualisme gelombang yang dicetuskan oleh De
Broglie bahwa selain memiliki sifat partikel juga memiliki sifat gelombang maka keberadaan
partikel dalam kotak dapat dinyatakan dalam persamaan gelombang :
(4.27)
Jika partikel terdapat dalam kotak yang panjangnya L, maka syarat batas memenuhi :
(4.28)
123
dengan syarat di atas berarti A≠0, maka syarat persamaan (4.2) memberikan nilai sin kl = 0;
yakni ketika sin kl = sin nπ
kl = nπ ; n = 1,2,3,… dimana k = 2π/λ (4.29)
Jika k menyatakan bilangan gelombang, maka akan diperoleh : kl = nπ
(4.30)
Dari persamaan (4.30) dapat dianalisis bahwa panjang kotak agar kita dapat menemukan
partikel yang didefinisikan dalam sistem tersebut adalah L=n(½)λ harus merupakan kelipatan-
kelipatan dari ½ panjang gelombang. Bagaimana mendapatkan persamaan energi sistem
tersebut? Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan fungsi energi. Kita tinjau harga
momentum yang dimiliki partikel oleh De Broglie dapat dinyatakan dengan :
(4.31)
Gambar 4.9 Ilustrasi panjang kotak 1 D berkaitan dengan L
Pernyataan lain mengenai energi kinetik partikel (jika interaksi antar partikel
diabaikan) E = ½ mv2, dalam bentuk momentum energi tersebut dapat dinyatakan dengan :
(4.32)
maka :
(4.33)
sehingga :
(4.34)
124
Terlihat pada pers. (4.34) bahwa harga E ini bergantung pada n. Penurunan harga energi ini
juga dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Schroedinger yaitu dengan :
(4.35)
Jika kita menginginkan suatu fungsi energi f(E), maka berdasarkan pers.(4.36) dapat
diambil kesimpulan bahwa fungsi energi yang dimaksud adalah:
(4.37)
Pers. (4.37) menunjukkan bahwa variabel n merupakan harga yang ditentukan oleh nilai E,
jika variabel lainnya kita anggap konstan [L2π/nh(2m)1/2], sehingga pengamatan kita pada
sistem seperti ini sangat ditentukan oleh harga rentang energi yang diberikan.
Partikel dalam kotak 3 dimensi
Pembahasan yang lebih luas, sistem pada contoh 1 di atas dapat kita kembangkan menjadi
sitem partikel tunggal dalam kotak 3D, yaitu yang memiliki panjang, lebar dan tinggi. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar 4.4. Jika diinginkan partikel berada dalam kotak, maka
syarat yang harus dipenuhi adalah :
0 < x < Lx ; 0 < y < Ly ;0 < z < Lz
Fungsi gelombang yang menggambarkan partikel dalam kotak adalah :
(4.38)
Gambar 4.10 Ilustrasi partikel dalam kotak 3 D
125
Dengan demikian syarat batas tersebut memenuhi :
(4.39)
maka persamaan (4.8) dapat kita turunkan dengan menggunakan syarat batas
tersebut :
(4.40)
Dengan menghindari solusi trivial, maka : A(sin kz z)≠0 dan ψ = A(0)(0)(0) = 0 sehingga A≠0.
Sehingga persamaan ini harus memenuhi hubungan :
(4.41)
Mengingat harga momentum p adalah suatu vektor,
(4.42)
dimana k adalah bilangan gelombang yang juga merupakan vektor dan h/2π adalah suatu
konstanta, sehingga pernyataan harga momentum partikel untuk ruang 3 dimensi dapat
dinyatakan dengan :
> � ? ���@ � (4.43)
Jika harga Lx = Ly = Lz = L, maka persamaan di atas menjadi :
(4.44)
126
dan mengingat n adalah indeks yang berjalan (n = 1, 2, 3, …) yang dapat dinyatakan sebagai
bilangan kuantum. Untuk menggambarkan tingkatan-tingkatan energi, pernyataan yang lebih
mudah jika kita memberlakukan sifat simetris pada sistem ini:
(4.45)
Untuk lebih jelasnya jika tingkatan energi ini digambarkan dalam koordinat bola sebagai
berikut :
Harga volume bola pada gambar 4.5 adalah 0 � =+ AB+
Jika dipandang 1/8 volume bola, maka untuk menentukan harga perubahan energy
merupakan fungsi R atau E adalah :
Gambar 4.11 Illustrasi PengembanganRuang Energi
dimana f(E) adalah fungsi energy dari sistem satu buah partikel yang berada dalam kotak tiga
dimensi. Dalam menjelaskan sebuah system kita harus memiliki metode yang tepat untuk
mendapatkan informasi tentang perubahan sistem tersebut akibat dari perubahan variabel yang
dinyatakan dalam fungsi f(X) dengan X merupakan variable teramati. Hal inilah dinamakan
spesifikasi keadaan sistem. Sebagai latihan coba anda turunkan persamaan energi untuk kasus
Osilator harmonik dan atom hidrogen.
127
Panjang gelombang de Broglie partikel yang terperangkap
CD =�E D n =1,2,3,.. (4.46)
λ � �E+
λ = L
λ = 2L
L
Gambar 4.12 Fungsi gelombang partikel yang terperangkap dalam kotak yang lebarnya L.
Karena λ = h/mv, pembatasan pada panjang gelombang de Broglie yang datang dari
lebar kotak adalah ekivalen (setara) dengan pembatasan pada momentum partikel, atau
pembatasan pada energi kinetik. Energi kinetic sebuah partikel bermomentum mv adalah:
K = ½ mv2 = �����
�� (4.47)
Karena λ = h/mv, mv = h/λ dan
K = ��
����
Panjang gelombang yang diizinkan adalah λn =2L/n, dank arena partikel itu tidak
memiliki energi potensial dalam model ini, maka energi yang bisa dimilikinya adalah:
128
Partikel dalam kotak FD � D���G�E� n=1,2,3,…. (4.48)
Setiap energi yang diizinkan disebut tingkat energi, dan bilangan bulat n yang member
spesifikasi tingkat energi En disebut bilangan kuantum. Sebuah partikel yang terperangkap
dalam kotak tidak dapat memiliki energi yang sembarang seperti yang dimiliki partikel bebas,
kentyataan terperangkapnya menyebabkan pembatasan pada panjang gelombangnya yang
hanya mengizinkan energi yang ditentukan oleh persamaan (4.48).
Sebuah partikel dalam kotak berdinding tegar merupakan suatu contoh
yang dibuat-buat, tetapi kuantisasi energi yang didapatkan di situ berlaku umum, sebuah
partikel yang terperangkap dalam suatu daerah ruang (walaupun daerah itu tidak memiliki
batas yang terdefinisikan secara baik, hanya dapat memiliki energi tertentu saja. Secara eksak
berapa besar energi ini, bergantung dari massa partikel dan perincian bagaimana partikel itu
terperangkap. Dalam bab yang akan datang kita akan melihat bagaimana kuantisasi energi
muncul untuk elektron dalam atom, molekul dan zat padat serta untuk proton dan neutron
untuk inti atomic.
Aspek penting dari persamaan (4.48) ialah pernyataan bahwa partikel yang
terperangkap tidak boleh memiliki energi nol. Karena panjang gelombang de Broglie sebuah
partikel adalah λ = h/mv, dengan kepesatan rata-rata v = 0 yang merupakan panjang
gelombang tak-terhingga. Akan tetapi tidak ada yang mendamaikan suatu panjang gelombang
tak terhingga dengan sebuah partikel yang terperangkap, sehingga masing-masing partikel
harus memiliki beberapa energi kinetik. Eksklusi (peniadaan) E=0 sebagai harga yang
diizinkan untuk energi partikel yang terperangkap, seperti juga pembatasan energi E menjadi
sekelompok harga yang diskrit merupakan suatu hasil yang tidak kita dapatkan dalam meknika
klasik; di sini setiap energi termasuk nol diizinkan.
Mengapa tidak kita sadari adanya kuantisasi energi dalam dunia pengalaman kita? Kita
yakin bahwa sebuah kelereng yang menggelinding bolak-balik antara dinding sebuah kotak
dengan lantai yang licin dapat memiliki kecepatan berapa saja, sehingga energinya dapat
berharga berapa saja sekehendak yang kita berikan, termasuk nol. Supaya kita bisa
menyakinkan diri bahwa persamaan (4.48) tidak bertentangan dengan hasil pengamatan kita
yang langsung di samping memberikan pandangan yang unik dalam skala mikroskopik, kita
129
akan menghitung tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah partikel dalam kotak yang
berdimensi atomic dan kemudian sebuah partikel dalam kotak dengan dimensi makroskopik.
Contoh soal 1 : Carilah tingkat energi sebuah elektron dalam kotak yang lebarnya 0,1 nm
Jawaban :
Di sini m = 9,1 x 10-31 kg dan L = nm = 10-10m, sehingga energi elektron yang diizinkan
adalah
En = D� 8 �7.7�7 8 �9:!; 4.<��
G 8 �3,� 8 �9:!H��� 8 ��9:HI��� = 6,0 x 10-18 n2 J = 38n2 eV
Energi minimum yang dimiliki elektron adalah 38 eV, yang bersesuaian dengan harga n=1,
deretan tingkat energi diteruskan dengan E2 =152 eV, E3 = 342 eV, E4 = 608 eV, dan
sebagainya. Tingkat energi ini cukup berjauhan, sehingga kuantisasi energi elektron dalam
kotak seperti itu jelas tampak bila kotak semacam itu betul ada.
Contoh soal 2 : Hitung tingkat energi kelereng yang bermassa 10 g dalam kotak yang
lebarnya 10 cm.
Jawaban:
Dengan m =10 g = 10-2 kg dan L = 10 cm = 10-1 m
En = D� 8 �7,7�7 8 �9:!; 4.<��G 8 ��9:���� 8 �9:H ��� = 5,5 x 10-64 n2 J
Energi minimumyang dapat dimiliki kelereng itu adalah 5,5 x 10-64J, yang bersesuaian dengan
n = 1, sebuah kelereng yang memiliki energi kinetic sebesar ini memiliki kecepatan hanya
sebesar 3,3x10-31m/s, sehingga secara eksperimental tidak bisa dibedakan dari kelereng yang
diam. Kecepatan yang nalar yang dapat dimiliki kelereng itu, dikatakan �+ m/s yang
bersesuaian dengan tingkat energi yang berbilangan kuantum n = 1030! Tingkat energi yang
diizinkan sangat berdekatan, sehingga tidak ada cara untuk menentukan apakah kelereng
tersebut dapat memiliki energi tertentu seperti yang diramalkan oleh persamaan (3.18) atau
energi lainnya. Jadi dalam daerah pengalaman sehari-hari efek kuantum tidak teramati, hal ini
menerangkan suksesnya mekanis newton dalam daerah ini.
130
4.4.6 Prinsip Ketaktentuan Heisenberg
Konsep klasik tentang lintasan kurang bermakna bila dipergunakan dalam menelaah
sistem fisika tingkat atom, karena pada sistem ini, sistem pengamatan dan sistem yang diamati
saling mempengaruhi. Konsep lintasan yang klasik harus diganti dengan pendekatan statistik,
yaitu dengan menyatakannya dalam besarnya kebolehjadian bahwa suatu zarah berada di suatu
kedudukan tertentu pada saat tertentu pula.
Konsep statistik tentang kedudukan dapat diungkapkan secara matematik oleh
Heisenberg dengan menggunakan eksperimen gendanken (percobaan dalam benak) sebagai
berikut. Andaikan elektron diamati melalui mikroskop dengan menggunakan foton-foton yang
dipancarkan sumber cahaya.
Pada gambar di atas θ adalah sudut maksimum sedemikian hingga foton yang datang
dari kedudukan masih dapat masuk dalam sistem optik mikroskop. Andaikan suatu foton
datang dari sumber cahaya dengan momentum linear sebesar :
λh
po = (4.49)
Foton ini menumbuk elektron, dan kemudian terhambur dengan sudut θ terhadap
sumbu optik mikroskop. Momentum linear foton terhambur, dalam arah x adalah :
θλ
sinh
px = (4.50)
dalam arah yang bertolak belakang dengan arah px’.
hal ini berarti bahwa elektron dapat terlihat dalam mikroskop apabila momentum linear
foton berada dalam daerah antara :
φλ
sinh
pix += dan φ
λsin
hpi
x −=
Dengan demikian ketidakpastian momentum foton adalah :
φλ
sin2h
p ix =Λ (4.51)
Hal ini berarti juga bahwa elektron akan terlihat bila ketidakpastian momentum linearnya
memiliki nilai :
φλ
sin2h
px =Λ (4.52)
131
Permasalahannya sekarang adalah : Bagaimanakah kedudukan elektron dalam arah-x ?
Jika digunakan cahaya dengan panjang gelombang λ, maka daya pisah (resolusi) mikroskop
tersebut adalah :
φsin
2h
x =Λ (4.52)
Artinya jarak yang lebih kecil dari ini tidak dapat dibedakan lagi. Kedudukan elektron
tak dapat ditentukan dengan ketakpastian yang lebih kecil. Oleh karena itu agar elektron masih
dapat dilihat dengan mikroskop maka sekaligus harus dipenuhi bahwa :
φλ
sin2h
px =Λ dan φsin
2h
x =Λ
Perkalian kedua persamaan tersebut menghasilkan :
hxpx 2. =ΛΛ
Suatu telaah yang lebih eksak memberikan hubungan :
2
.h
xpx ≥ΛΛ (4.53)
Persamaan (4.53) merupakan prinsip ketidakpastian Heisenberg, ketidakpastian
momentum dan posisi suatu zarah tidak dapat lepas satu dari lainnya. Apabila dituntut
ketakpastian yang tak berhingga bagi harga posisi elektron (∆x=0), maka tidak akan diperoleh
sama sekali informasi mengenai besarnya momentum linear elektron, dan sebaliknya.
Ketidakpastian bukan lagi bergantung dari ketelitian alat, akan tetapi merupakan
sesuatu yang fundamental, sesuatu yang hakiki dengan dunia fisika pada tingkat atom.
Di tingkat mikroskopis, prinsip ketakpastian Heisenberg menjadi tidak relevan. Hal itu
dapat diperkirakan dengan mengambil contoh yang konkrit. Selanjutnya prinsip ketidakpastian
Heisenberg dapat dikembangkan dalam tiga dimensi menjadi
2
.h
xpx ≥ΛΛ
2
.h
ypx ≥ΛΛ
2
.h
zpx ≥ΛΛ
132
dan dapat dijabarkan pula ketidakpastian energi dan waktu sebagai berikut :
2
.h
tE ≥ΛΛ (4.54)
Contoh soal 3 : Pengukuran menghasilkan kedudukan proton dengan ketelitian ±10-11 m.
Cari ketaktentuan kedudukan proton 1 detik kemudian. Anggaplah v << c. (gunakan h/2π =
1,054x10-34 J.s)
Jawaban :
Jika kita sebut ketaktentuan dalam kedudukan proton ∆x0 pada aktu t=0. Ketaktentuan
momentum pada saat ini ialah :
∆> K ��∆8I�� L ∆> � ∆�$M� � $9∆M
Ketaktentuan kecepatan proton ialah :
∆M � ∆M/$9 L ∆M K �=�I∆8I
Jarak yang ditempuh proton dalam waktu t tidak dapat diketahui lebih teliti dari :
∆ � ∆M L ∆ K �N��I∆8I
Jadi ∆x berbanding terbalik dengan ∆x0 ; lebih banyak kita ketahui kedudukan proton pada
t=0, lebih sedikit kita ketahui kedudukan berikutnya pada aktu t=t. Harga ∆x pada t=1s adalah
∆ K O�,9P=8�9:!;4<Q��<����,7R�8�9:�S���9:HH�� L ∆ K 3,15 10+$
Ini adalah 3,15 km – mendekati 2 mil. Grup gelombang sempit yang semula telah berkembang
menjadi jauh lebih lebar, karena kecepatan fase dan gelombang komponen berubah terhadap
bilangan gelombang dan kisaran besar dari bilangan gelombang harus ada untuk membentuk
grup gelombang semula yang sempit.
Penerapan Prinsip Ketaktentuan dalam Orbital Atom
Apa itu orbital atom : Orbital dan orbit
Ketika planet bergerak mengitari matahari, kita dapat menggambarkan jalur yang
ditempuh oleh planet itu yang disebut dengan orbit. Gambaran sederhana dari atom juga sama
dengan fenomena tersebut dan kita dapat menggambar elektron-elektron yang mengorbit
mengelilingi nukleus (inti atom). Walaupun sesungguhnya elektron-elektron tidak mengorbit
pada jalur yang tetap melainkan mengorbit pada sebuah ruang yang disebut dengan orbital.
Orbit dan orbital terkesan sama, tetapi sebenarnya memiliki makna yang cukup
berbeda. Kita perlu memahami perbedaan di antara keduanya.
Ketidakmungkinan penggambaran orbital elektron
Untuk menggambar suatu jalur kita perlu mengetahui secara pasti di mana objek
tersebut berada dan ke arah mana objek itu bergerak.
tersebut untuk elektron-elektron.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg
pasti di mana elektron itu berada dan ke arah mana elektron itu bergerak. Hal ini membuat kita
tidak mungkin menggambarkan secara tepat jalur atau orbit dari elektron yang mengelilingi
nukleus. Tetapi ada suatu cara lain yang bisa diterima untuk menggambarkan pergerakan
elektron-elektron di sekitar nukleus.
Elektron hidrogen - orbital 1s
Bayangkan kita memiliki satu atom hidrogen dan menentukan posisi
elektronnya pada suatu waktu tertentu. Segera sesu
menentukan posisi elektron ini, dan kita mendapati elektron itu sudah ada di
posisi yang berbeda. Kita tidak mengerti bagaimana elektron ini berpindah dari
posisi yang pertama ke posisi yang kedua
titik posisi dari elektron tersebut, dan kita akan perlahan
dimensi peta posisi dari elektron tersebut
Dalam kasus elektron hidrogen, elektron dapat ditemukan di manapun di
sekeliling nukleus. Diagram menunjukkan kemungkina
elektron yang membentuk ruang wilayah yang mengelilingi nukleus.
Pada 95% dari hasil pengamatan, elektron dapat ditemukan dalam suatu
ruang wilayah yang relatif dekat dengan nukleus. Wilayah dari ruang
tersebut kita sebut dengan
Ki ta dapat beranggapan bahwa orbital merupakan suatu ruang wilayah di mana elektron itu
bergerak di dalamnya.
133
Orbit dan orbital terkesan sama, tetapi sebenarnya memiliki makna yang cukup
berbeda. Kita perlu memahami perbedaan di antara keduanya.
Ketidakmungkinan penggambaran orbital elektron-elektron
menggambar suatu jalur kita perlu mengetahui secara pasti di mana objek
tersebut berada dan ke arah mana objek itu bergerak. Sayangnya, kita tidak bisa melakukan hal
elektron.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengetahui secara
pasti di mana elektron itu berada dan ke arah mana elektron itu bergerak. Hal ini membuat kita
tidak mungkin menggambarkan secara tepat jalur atau orbit dari elektron yang mengelilingi
da suatu cara lain yang bisa diterima untuk menggambarkan pergerakan
elektron di sekitar nukleus.
orbital 1s
Bayangkan kita memiliki satu atom hidrogen dan menentukan posisi
elektronnya pada suatu waktu tertentu. Segera sesudahnya, kita kembali
menentukan posisi elektron ini, dan kita mendapati elektron itu sudah ada di
posisi yang berbeda. Kita tidak mengerti bagaimana elektron ini berpindah dari
posisi yang pertama ke posisi yang kedua. Kita coba untuk terus mencari titik
itik posisi dari elektron tersebut, dan kita akan perlahan-lahan menemukan suatu gambaran 3
dimensi peta posisi dari elektron tersebut
Dalam kasus elektron hidrogen, elektron dapat ditemukan di manapun di
sekeliling nukleus. Diagram menunjukkan kemungkina
elektron yang membentuk ruang wilayah yang mengelilingi nukleus.
Pada 95% dari hasil pengamatan, elektron dapat ditemukan dalam suatu
ruang wilayah yang relatif dekat dengan nukleus. Wilayah dari ruang
tersebut kita sebut dengan orbital.
ta dapat beranggapan bahwa orbital merupakan suatu ruang wilayah di mana elektron itu
Orbit dan orbital terkesan sama, tetapi sebenarnya memiliki makna yang cukup
menggambar suatu jalur kita perlu mengetahui secara pasti di mana objek
Sayangnya, kita tidak bisa melakukan hal
menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengetahui secara
pasti di mana elektron itu berada dan ke arah mana elektron itu bergerak. Hal ini membuat kita
tidak mungkin menggambarkan secara tepat jalur atau orbit dari elektron yang mengelilingi
da suatu cara lain yang bisa diterima untuk menggambarkan pergerakan
Bayangkan kita memiliki satu atom hidrogen dan menentukan posisi
dahnya, kita kembali
menentukan posisi elektron ini, dan kita mendapati elektron itu sudah ada di
posisi yang berbeda. Kita tidak mengerti bagaimana elektron ini berpindah dari
Kita coba untuk terus mencari titik-
lahan menemukan suatu gambaran 3
Dalam kasus elektron hidrogen, elektron dapat ditemukan di manapun di
sekeliling nukleus. Diagram menunjukkan kemungkinan dari posisi
elektron yang membentuk ruang wilayah yang mengelilingi nukleus.
Pada 95% dari hasil pengamatan, elektron dapat ditemukan dalam suatu
ruang wilayah yang relatif dekat dengan nukleus. Wilayah dari ruang
ta dapat beranggapan bahwa orbital merupakan suatu ruang wilayah di mana elektron itu
Tiap orbital memiliki nama :
Orbital yang dihuni oleh elektron hidrogen disebut dengan
menunjukkan bahwa orbital tersebut
nukleus. Huruf "s" menunjukkan bentuk dari orbital tersebut. Orbital s berbentuk bulat
simetris yang mengelilingi nukleus.
Bentuknya sama dengan orbital 1s kecuali r
nukleus - di mana letaknya pada tingkat energi kedua.
Jika kita perhatikan secara seksama, kita dapat menemukan bahwa terdapat wilayah di
mana rapat elektronnya lebih tinggi (di mana titik
"Kerapatan elektron" merupakan suatu istilah yang dipakai untuk memberitahuka
kemungkinan kita dapat menemukan elektron pada posisi tertentu.
Elektron-elektron 2s (dan juga 3s, 4s) berada dalam posisi dekat dengan nukleus
daripada yang mungkin kita bayangkan. Efek dari ini adalah pengurangan energi dari elektron
dalam orbital s. Semakin dekat elektron dengan nukleus, semakin rendah energinya
orbital p
Tidak semua elektron memiliki sifat seperti orbital s. Pada tingkat energi
pertama, orbital hanya terdiri dari orbital 1s, tetapi ketika kita memasuki tingkat
energi kedua, selain daripada orbital 2s, kita akan menemukan
Orbital p berbentuk sep
Gambar di sebelah kiri menunjukkan adanya titik yang membagi ruang
wilayah. Perlu diingat, orbital menunjukkan 95% kemungkinan elektron itu
berada.
Tidak seperti orbital s, orbital p memiliki arah
yang mengarah ke bawah.
Pada tiap tingkat energi ada kemungkinan terdapat 3 orbital p yang arahnya saling
tegak lurus satu sama lain. Arah dari tiap orbital p ini diberi simbol p
merupakan
134
Orbital yang dihuni oleh elektron hidrogen disebut dengan orbital 1s
menunjukkan bahwa orbital tersebut memiliki tingkat energi yang terdekat dengan
" menunjukkan bentuk dari orbital tersebut. Orbital s berbentuk bulat
simetris yang mengelilingi nukleus. Orbital di sebelah kiri merupakan orbital 2s.
Bentuknya sama dengan orbital 1s kecuali ruang wilayahnya yang lebih jauh dari
di mana letaknya pada tingkat energi kedua.
Jika kita perhatikan secara seksama, kita dapat menemukan bahwa terdapat wilayah di
mana rapat elektronnya lebih tinggi (di mana titik-titiknya lebih pekat) dekat dengan nukleus.
"Kerapatan elektron" merupakan suatu istilah yang dipakai untuk memberitahuka
kemungkinan kita dapat menemukan elektron pada posisi tertentu.
elektron 2s (dan juga 3s, 4s) berada dalam posisi dekat dengan nukleus
daripada yang mungkin kita bayangkan. Efek dari ini adalah pengurangan energi dari elektron
emakin dekat elektron dengan nukleus, semakin rendah energinya
Tidak semua elektron memiliki sifat seperti orbital s. Pada tingkat energi
pertama, orbital hanya terdiri dari orbital 1s, tetapi ketika kita memasuki tingkat
energi kedua, selain daripada orbital 2s, kita akan menemukan
Orbital p berbentuk seperti 2 buah balon yang identik yang diikat di tengahnya.
Gambar di sebelah kiri menunjukkan adanya titik yang membagi ruang
wilayah. Perlu diingat, orbital menunjukkan 95% kemungkinan elektron itu
Tidak seperti orbital s, orbital p memiliki arah tertentu - pertama yang mengarah ke atas dan
Pada tiap tingkat energi ada kemungkinan terdapat 3 orbital p yang arahnya saling
tegak lurus satu sama lain. Arah dari tiap orbital p ini diberi simbol px, py dan p
orbital 1s. Angka "1"
memiliki tingkat energi yang terdekat dengan
" menunjukkan bentuk dari orbital tersebut. Orbital s berbentuk bulat
Orbital di sebelah kiri merupakan orbital 2s.
uang wilayahnya yang lebih jauh dari
Jika kita perhatikan secara seksama, kita dapat menemukan bahwa terdapat wilayah di
titiknya lebih pekat) dekat dengan nukleus.
"Kerapatan elektron" merupakan suatu istilah yang dipakai untuk memberitahukan
elektron 2s (dan juga 3s, 4s) berada dalam posisi dekat dengan nukleus
daripada yang mungkin kita bayangkan. Efek dari ini adalah pengurangan energi dari elektron
emakin dekat elektron dengan nukleus, semakin rendah energinya.
Tidak semua elektron memiliki sifat seperti orbital s. Pada tingkat energi
pertama, orbital hanya terdiri dari orbital 1s, tetapi ketika kita memasuki tingkat
energi kedua, selain daripada orbital 2s, kita akan menemukan orbital 2p.
erti 2 buah balon yang identik yang diikat di tengahnya.
Gambar di sebelah kiri menunjukkan adanya titik yang membagi ruang
wilayah. Perlu diingat, orbital menunjukkan 95% kemungkinan elektron itu
pertama yang mengarah ke atas dan
Pada tiap tingkat energi ada kemungkinan terdapat 3 orbital p yang arahnya saling
dan pz. x, y dan z
koordinat dari orbital-orbital tersebut.
Orbital p pada tingkat energi kedua disebut dengan 2p
lainnya 3px, 3py dan 3pz, maupun 4p
selain dari tingkat energi pertama memiliki orbital p. Pada energi level yang lebih tinggi
bentuk dari balon akan semakin lonjong, yang berarti kemungkinan elektron berada akan
semakin jauh dari nukleus.
orbital d dan f
Selain daripada orbital s dan p, terdapat dua bentuk or
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi. Pada tingkat energi ketiga, kita akan menemukan
5 bentuk dari orbital d ( dengan bentuk dan penamaan yang lebih rumit ), dan tentunya juga
orbital 3s dan orbital 3p (3px, 3p
total 9 orbital.
Pada tingkat energi keempat, selain daripada orbital 4s , 4p dan 4d , kita juga akan
menemukan tambahan 7 buah orbital
tingkat energi yang lebih tinggi.
Menempatkan elektron di orbital
Kita dapat membayangkan sebuah atom seperti sebuah istana
pada lantai bawah tanah, kemudian tiap lantai terdiri dari kamar
ditempati oleh elektron-elektron. Lantai pertama hanya terdiri dari satu kamar ( yaitu orbital 1s
); lantai kedua terdiri dari 4 kamar (orbital 2s, 2p
kamar ( satu orbital 3s, tiga orbital 3p dan 5 orbital 3d ) dan seterusnya.
tersebut tidaklah besar.
135
orbital tersebut.
Orbital p pada tingkat energi kedua disebut dengan 2px, 2py dan 2pz. Begitu juga pada orbital
, maupun 4px, 4py dan 4pz dan seterusnya. Seluruh tingkat energi
energi pertama memiliki orbital p. Pada energi level yang lebih tinggi
bentuk dari balon akan semakin lonjong, yang berarti kemungkinan elektron berada akan
Selain daripada orbital s dan p, terdapat dua bentuk orbital lainnya di mana elektron
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi. Pada tingkat energi ketiga, kita akan menemukan
( dengan bentuk dan penamaan yang lebih rumit ), dan tentunya juga
, 3py dan 3pz). Pada tingkat energi ketiga kita akan menemukan
Pada tingkat energi keempat, selain daripada orbital 4s , 4p dan 4d , kita juga akan
menemukan tambahan 7 buah orbital f - dengan total 16 orbital. Orbital s, p, d dan f memiliki
energi yang lebih tinggi.
Menempatkan elektron di orbital
Kita dapat membayangkan sebuah atom seperti sebuah istana - di mana nukleus berada
pada lantai bawah tanah, kemudian tiap lantai terdiri dari kamar-kamar (orbital) yang akan
elektron. Lantai pertama hanya terdiri dari satu kamar ( yaitu orbital 1s
); lantai kedua terdiri dari 4 kamar (orbital 2s, 2px, 2py dan 2pz); lantai ketiga terdiri dari 9
kamar ( satu orbital 3s, tiga orbital 3p dan 5 orbital 3d ) dan seterusnya. Tetapi kamar
. Begitu juga pada orbital
Seluruh tingkat energi
energi pertama memiliki orbital p. Pada energi level yang lebih tinggi
bentuk dari balon akan semakin lonjong, yang berarti kemungkinan elektron berada akan
bital lainnya di mana elektron
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi. Pada tingkat energi ketiga, kita akan menemukan
( dengan bentuk dan penamaan yang lebih rumit ), dan tentunya juga
). Pada tingkat energi ketiga kita akan menemukan
Pada tingkat energi keempat, selain daripada orbital 4s , 4p dan 4d , kita juga akan
dengan total 16 orbital. Orbital s, p, d dan f memiliki
di mana nukleus berada
kamar (orbital) yang akan
elektron. Lantai pertama hanya terdiri dari satu kamar ( yaitu orbital 1s
); lantai ketiga terdiri dari 9
Tetapi kamar-kamar
Tiap orbital hanya dapat ditempati oleh 2 elektron
Cara yang lazim digunakan untuk menggambarkan orbital yang dihuni oleh elektron
adalah dengan cara "kotak-kotak elektron".
"Kotak-kotak elektron"
Orbital dapat diwakili oleh kotak dan atom digambarkan sebagai anak panah.
Anak panah ke atas dan anak panah ke bawah digunakan untuk menggambarkan
elektron yang berbeda arah.
Orbital 1s ditempati oleh 2 elektron seperti gambar di sebelah kanan dan kita bisa
menuliskannya lebih singkat dengan 1s
".
Ingat, angka 1 mewakili tingkat energi, huruf s mewakili tipe dari orbital dan angka 2
mewakili jumlah elektron yang berada pada orbital tersebut.
Urutan mengisikan orbital
Elektron mengisi dari orbital pada tingkat energi rendah (dekat dengan nukleus)
sebelum mengisi pada orbital pada tingkat yang lebih tinggi. Ketika dihadapkan pada orbital
yang berada pada energi yang sama, elektron akan mengisi orbital yang
Diagram di bawah ini menggambarkan tingkat energi orbital sampai tingkat energi
keempat.
136
Tiap orbital hanya dapat ditempati oleh 2 elektron.
Cara yang lazim digunakan untuk menggambarkan orbital yang dihuni oleh elektron
kotak elektron".
dapat diwakili oleh kotak dan atom digambarkan sebagai anak panah.
Anak panah ke atas dan anak panah ke bawah digunakan untuk menggambarkan
elektron yang berbeda arah.
Orbital 1s ditempati oleh 2 elektron seperti gambar di sebelah kanan dan kita bisa
iskannya lebih singkat dengan 1s2 . Kata ini dibaca " satu s dua " bukan " satu s kuadrat
Ingat, angka 1 mewakili tingkat energi, huruf s mewakili tipe dari orbital dan angka 2
mewakili jumlah elektron yang berada pada orbital tersebut.
Elektron mengisi dari orbital pada tingkat energi rendah (dekat dengan nukleus)
sebelum mengisi pada orbital pada tingkat yang lebih tinggi. Ketika dihadapkan pada orbital
yang berada pada energi yang sama, elektron akan mengisi orbital yang kosong dahulu.
Diagram di bawah ini menggambarkan tingkat energi orbital sampai tingkat energi
Cara yang lazim digunakan untuk menggambarkan orbital yang dihuni oleh elektron
dapat diwakili oleh kotak dan atom digambarkan sebagai anak panah.
Anak panah ke atas dan anak panah ke bawah digunakan untuk menggambarkan
Orbital 1s ditempati oleh 2 elektron seperti gambar di sebelah kanan dan kita bisa
Kata ini dibaca " satu s dua " bukan " satu s kuadrat
Ingat, angka 1 mewakili tingkat energi, huruf s mewakili tipe dari orbital dan angka 2
Elektron mengisi dari orbital pada tingkat energi rendah (dekat dengan nukleus)
sebelum mengisi pada orbital pada tingkat yang lebih tinggi. Ketika dihadapkan pada orbital
kosong dahulu.
Diagram di bawah ini menggambarkan tingkat energi orbital sampai tingkat energi
Perhatikan bahwa orbital s selalu memiliki energi yang rendah daripada orbital p pada
seluruh tingkat energi, jadi orbital s akan ditempati
menempati orbital p.
Kita akan menemui kejanggalan pada posisi orbital 3d. Orbital ini berada pada tingkat
energi yang lebih tinggi daripada 4s
sebelum menempati orbital 3d dan baru kemudian 4p. Kejanggalan berikutnya akan kita temui
pada tingkat energi yang lebih tinggi lagi, sebagai contoh, di mana terjadi penindihan tingkat
energi yang mengakibatkan orbital 4f akan terisi setelah orbital 6s.
4.5 Latihan Soal
1. Dari keadaan diam elektron dipercepat dengan beda potensial sebesar 100 Volt.
Berapakah panjang gelombang de Broglienya?
2. Cari panjang gelombang de Broglie
kecepatan 20 m/s.
3. Berapakah panjang gelombang yang harus
jika sebuah foton dalam berkas itu memiliki momentum yang sama dengan momentum
elektron yang bergerak dengan kecepatan 5.10
4. Berapakah panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan
kecepatan 3.106 m s-1?
5. Energi terendah yang mungkin dimiliki sebuah partikel yang terperangkap dalam sebuah
kotak ialah 1 eV. Berapakah energi dua tingkat berikutnya yang dapat dimiliki partikel
itu.
137
Perhatikan bahwa orbital s selalu memiliki energi yang rendah daripada orbital p pada
seluruh tingkat energi, jadi orbital s akan ditempati terlebih dahulu oleh elektron sebelum
Kita akan menemui kejanggalan pada posisi orbital 3d. Orbital ini berada pada tingkat
energi yang lebih tinggi daripada 4s - jadi elektron akan menempati orbital 4s lebih dahulu
rbital 3d dan baru kemudian 4p. Kejanggalan berikutnya akan kita temui
pada tingkat energi yang lebih tinggi lagi, sebagai contoh, di mana terjadi penindihan tingkat
energi yang mengakibatkan orbital 4f akan terisi setelah orbital 6s.
keadaan diam elektron dipercepat dengan beda potensial sebesar 100 Volt.
Berapakah panjang gelombang de Broglienya?
Cari panjang gelombang de Broglie dari sebutir pasir 1 mg yang ditiup angin dengan
Berapakah panjang gelombang yang harus dimiliki radiasi gelombang elektromagnetik
jika sebuah foton dalam berkas itu memiliki momentum yang sama dengan momentum
elektron yang bergerak dengan kecepatan 5.106 m/s.
Berapakah panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan
Energi terendah yang mungkin dimiliki sebuah partikel yang terperangkap dalam sebuah
kotak ialah 1 eV. Berapakah energi dua tingkat berikutnya yang dapat dimiliki partikel
Perhatikan bahwa orbital s selalu memiliki energi yang rendah daripada orbital p pada
terlebih dahulu oleh elektron sebelum
Kita akan menemui kejanggalan pada posisi orbital 3d. Orbital ini berada pada tingkat
jadi elektron akan menempati orbital 4s lebih dahulu
rbital 3d dan baru kemudian 4p. Kejanggalan berikutnya akan kita temui
pada tingkat energi yang lebih tinggi lagi, sebagai contoh, di mana terjadi penindihan tingkat
keadaan diam elektron dipercepat dengan beda potensial sebesar 100 Volt.
dari sebutir pasir 1 mg yang ditiup angin dengan
dimiliki radiasi gelombang elektromagnetik
jika sebuah foton dalam berkas itu memiliki momentum yang sama dengan momentum
Berapakah panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan
Energi terendah yang mungkin dimiliki sebuah partikel yang terperangkap dalam sebuah
kotak ialah 1 eV. Berapakah energi dua tingkat berikutnya yang dapat dimiliki partikel
138
6. Carilah bentuk tingkat energi (dalam MeV) sebuah neutron dalam kotak 1 dimensi yang
lebarnya 10-14m. Berapakah energi minimum neutron? (Diameter inti atomik berorde
besar sama dengan lebar tersebut).
7. Kedudukan dan momentum elektron 1 keV ditentukan secara serentak. Jika
kedudukannya dapat ditentukan sekitar 1 A0, berapa peresentasi ketaktentuan
momentumnya.
8. Bandingkan ketaktentuan kecepatan sebuah elektron dan sebuah proton yang terperangkap
dalam kotak 10 A0.
9. Kedudukan sebuah proton ingin ditentukan tanpa mengubah energi kinetiknya lebih dari 1
keV. Tentukan ketelitian maksimum dari kedudukan partikel itu.
10. Partikel elementer yang tak mantap yang disebut meson eta memiliki massa diam 549
MeV dan umur rata-rata 7x10-19 s. Berapa ketidakpastian massa diamnya.
4.6 Rangkuman
1. Kalau foton dapat berkelakuan seperti partikel, maka Louise de Broglie mengusulkan
bahwa partikel pun dapat bersifat sebagai gelombang dengan panjang gelombang yang
diusulkan oleh de Broglie yaitu :
λ � �� � �
��
2. Kebenaran dari dugaan Louise de Broglie dibuktikan oleh Davisson dan Germer dengan
mengamati gejala interferensi dan difraksi elektron yang ditembakkan pada atom nikel
3. Teori gelombang Louise de Broglie mengemukakan pendapatnya bahwa : cahaya dapat
berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat
berkelakuan seperti gelombang.
4. Davisson dan Germer melakukan suatu eksperimen dengan menembakkan electron
berenergi rendah yang telah diketahui tingkat energinya kemudian ditembakkan pada
atom dari nikel yang diletakkan dalam ruang hampa. Berdasarkan hasil pengamatan
Davisson dan Germer terhadap elektron-elektron yang terhambur ternyata dapat
menunjukkan adanya gejala interferensi dan difraksi. Dengan demikian hipotesis de
Broglie yang menyatakan partikel dapat berkelakuan sebagai gelombang adalah benar.
5. Bentuk superposisi gelombang jika terdapat dua gelombang yang bertemu :
y1 = A cos ( ωt –kx )
139
y2 = A cos [( ω + dω) t – ( k + dk ) x]
= 2A cos ½ [( 2ω + dω ) t – ( 2k + dk ) x] cos ½ (dωt – dk x)
6. Sebuah partikel yang terperangkap dalam kotak yang panjangnya L, bertujuan untuk
menentukan bvahwa setiap electron mempunyai tingkat energy yang berbeda satu sama
lainnya. Hal ini selanjutnya diturunkan dari fungsi gelombang, dengan menentukan fungsi
energi f(E) berdasarkan variabel pada sistem yang terdefinisi.
7. Pernyataan lain mengenai energi kinetik partikel (jika interaksi antar partikel diabaikan) E
= ½ mv2, dalam bentuk momentum energi tersebut dapat dinyatakan dengan :
4.7 Test Formatif
1. Bila dari keadaan diamnya electron dipercepat berturut-turut oleh beda potensial V1 = 100
volt dan V2 = 400 volt, maka perbandingan panjang gelombang de Broglie sebelum dan
sesudah dipercepat adalah ... .
a. 1 : 4 d. 2 : 1
b. 1 : 2 e. 4 : 1
c. 3 : 3
2. Besarnya panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan
kelajuan 0,3 c, dengan c = 3x108 m/s dan massa elektron 9,1x10-31 kg adalah :
a. 0,02 A d. 0,08 A
b. 0,04 A e. 0,09 A
c. 0,06 A
3. Jika tetapan Planck = 6,60x10-34 Js, panjang gelombang de Broglie suatu elektron yang
bergerak dengan kelajuan 9,11x108 ms-1 adalah....
a. 6,6 ´ 10-47 Å d. 6,6 Å
b. 6,6 ´ 10-2 Å e. 66 Å
c. 6,6 ´ 10-1 Å
4. Cahaya kuning mempunyai panjang gelombang 6600 Å. Jika tetapan Planck h=6,60x10-34
Js dan kelajuan cahaya dalam ruang hampa adalah 3x108 ms-1, momentum foton cahaya
kuning adalah ....
140
a. 10-45 kg ms-1 d. 1027 kg ms-1
b. 10-41 kg ms-1 e. 1019 kg ms-1
c. 10-36 kg ms-1
5. Sebuah elektron dipercepat oleh suatu beda potensial V. Jika e = muatan elektron. m=
massa elektron, dan h=konstanta Planck, panjang gelombang l de Broglie elektron ini
dapat dinyatakan dengan rumus ....
6. Jika dari keadaan diamnya elektronvpertama dipercepat oleh benda potensial V1 dan
elektron lain dengan beda potensial V2 perbandingan panjang gelombang de Broglienya
untuk beda potensial berorde kV adalah ....
7. Para ahli berikut yang tidak mengemukakan teori atom modern adalah…
a. Louis de Broglie
b. Erwim Schrodinger
c. W. Heisenberg
d. Neils Bohr
e. Aufbau
8. Berikut ini percobaan yang mendukung teori atom mekanika kuantum, kecuali…
a. Efek fotolistrik
b. Eksperimen compton
c. Eksperimen difraksi berkas elektron
d. Radiasi benda mampat
141
e. Penembakan partikel alfa terhadap lempeng tipis
9. Dualisme gelombang – partikel dikemukakan oleh…
a. Louis de Broglie
b. Erwin Schrodinger
c. W. Heisenberg
d. Einstein
e. Max Planck
10. Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama
pada saat bersamaan. Pernyataan ini dikemukakan oleh…
a. Louis de Broglie
b. Erwin Schrodinger
c. W. Heisenberg
d. Einstein
e. Max Planck
11. Daerah di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut…
a. Sub orbit
b. Sub kulit
c. Kulit
d. Orbit
e. Orbital
12. Fungsi persamaan Schrodinger untuk menentukan kedudukan…
a. Proton dalam tiga demensi
b. Neutron dalam tiga dimensi
c. Elektron dalam tiga dimensi
d. Proton dalam orbital
e. Neutron dalam orbital
4.8 Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka hitung jawaban
anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan tingkat penguasaan
anda terhadap materi modul ini.
142
Rumus:
UVW,�X Y/W,�XZXXW � [�$\X] [X^X_XW `XW, _/WXa[�$\X] ZbX\ 100%
Tingkat Penguasaan:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
0% - 69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi ini,
khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan dari referensi
lain yang berhubungan.