83758568 Lp Abses Mandibula
-
Upload
ari-jelantik -
Category
Documents
-
view
520 -
download
81
Transcript of 83758568 Lp Abses Mandibula
KONSEP DASAR ABSES MANDIBULA
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat infeksi bakteri
(www.medicastore.com, 2004).
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah
(Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di
mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher (Smeltzer dan Bare,
2001).
B. Edpidemiologi
Huang dkk, dalam penelitiannya pada tahun 1997-2002, menemukan kasus infeksi
leher alam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus
terbanyak kedua setelah abses parafaring (38,4%), diikuti oleh Ludwig’s angina
(12,4%), parotis (7%) dan retrofaring (5,9%).
Yang dkk, pada 100 asus abss leher dalam yang diteliti April 2001 sampai oktober
2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki an perempuan 3:2. Lokasi abses
lebih dari satu ruang potensial 29%. Abses mandibula 35%, parafaring 20%,
masticator 13%, peritonsil 9%, sublingual 7%, parotis 3%, infra hyoid 26%,
retrofaring 13%, ruang karotis 11%.
Bagian THT-KL Rumah sakit dr. M. Djamil Padang selama 1 tahun
terakhir(oktober 2009 sampai September 2010) didapatkan abses leher sebanyak 33
orang, abses peritonsil 11 (32%) kasus, abses mandibula 9 (26%) kasus, abses
parafaring 6 (18%) kasus, abses retrofaring 4 (12%) kasus, abses masticator 3 (9%)
kasus, abses pretrakeal 1 (3%).
C. Penyebab
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan
meningkat jika:
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.
Menurut Negoro dan Utama (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh
infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya
pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya
tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat
menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada
tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan
trakeostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan
secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan
jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini
disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan eksplorasi
diberikan antibiotika dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum,
dan otot. Abses yang ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama
jika timbul di wajah.
D. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam aringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-
sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh daam
melawan infksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang akan membentuk
nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan
pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses ini
merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu
abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bia menyebar kedalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit tergantung kepada lokasi abses
E. Klasifikasi
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti
hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh yang terbentuk
dari bakteri dan respon kekebalan tubuh. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-
sel darah putih berkumpul di lokasi yang terinfeksi dan mulai memproduksi bahan
kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini membunuh bakteri
dan menghancurkan mereka menjadi potongan-potongan kecil yang dapat melalui
sistem peredaran darah sebelum dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia
ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan
bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah terjadi penebalan, cairan nanah kuning
yang mengandung bakteri mati, jaringan yang ikut mati, sel-sel darah putih, dan
enzim.
Abses steril kadang terjadi dengan bentuk yang lebih ringan dari proses yang bukan
disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh iritan non-hidup seperti obat-obatan. Jika
injeksi obat seperti penisilin tidak diserap, dapat menyebabkan iritasi yang cukup
untuk menghasilkan abses steril di lokasi injeksi. Disebut abses steril karena tidak
ada infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras,
benjolan padat bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
F. Gejala Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
7. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan.
Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih
tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke seluruh
tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi.
G. Pemeriksaan Diagnosis
Menurut Siregar (2004), abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali.
Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa dilakukan pemeriksaan rontgen,
USG, CT, Scan, atau MRI.
H. Pengobatan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anasksi
lokalal untuk abses yang dangkal dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis
bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi
atau setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai
1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengna
sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi,
abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga
pemberian antibiotik biasanya sia-sia Antibiotik biasanya diberikan setelah abses
mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga
diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
I. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena keterlambatan diagnosis, terapi yang tidak tepat dan
tidak adekuat. Komplikasi diperberat jika disertai dengan penyakit diabetes militus,
adnya kelainan hati dan ginjal dan kehamilan. Komplikasi yang berat dapat
menyebabkan kematian.
Infeksi dapat menjalar ke ruang leher dalam lainnya, dapat mengenai struktur
neurovascular seperti arteri karotis, vena jugularis. Penjalaran infeksi ke daerah
selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung karotis atau menyebabkan
thrombosis vena jugularis interna. Infeksi yang meluars ke tulang dapat
menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal. Dapat juga terjadi
obstuksi saluran nafas atas, mediastinitis, dehidrasi dan sepsis
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan yang terjadi pada abses
yaitu:
Pre op
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses imflamasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan membuka mulut
5. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya.
Post Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan insisi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post op
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
C. Rencana Keperawatan
Menurut Johnson, Maas dan Moorhead (2000) rencana keperawatan terdiri dari:
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
a) Tujuan: Nyeri teradaptasi, berkurang, atau hilang
b) Kriteria hasil:
1) Klien menyatakan skala nyeri berkurang
2) Grimace (-)
c) Intervensi:
1) Monitor vital sign
2) Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan faktor presipitasi.
3) Ajarkan teknik non farmakologi, relaksasi, distraksi
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit
a. Tujuan:
Suhu tubuh klien dalam batas normal
b. Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh 36,5 – 37,5 0C
2. Akral hangat
3. Pasien tidak mengeluh panas
c. Intervensi (Joane C, Mc.Closkey, 1996)
1) Monitor TTV tiap 8 jam
2) Tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut
3) Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis
4) kolaborasi dalam pemberian antipiretik
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik
a. Tujuan
Integritas kulit dan jaringan yang normal setelah dilakukan perawatan
b. Kriteria hasil:
1) Kulit utuh
2) Sensasi (+)
3) Turgor normal
4) Sianosis (-)
5) Jaringan nekrotik (-)
6) Pus (-)
c. Intervensi
1) Catat karakteristik luka
2) Pakaikan pakaian yang longgar
3) Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril.
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan membuka mulut
a. Tujuan
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
b. Kriteria hasil:
1) BB tidak turun
2) Pasien tidak lemas
c. Intervensi
1) Timbang BB pasien
2) Beri makanan dalam bentuk lunak
3) Berikan makan sedikit tapi sering
4) Ajarkan jenis makanan untuk menjaga kondisi
5) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
5. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
a. Tujuan
Ansietas berkurang
b. Kriteria hasil
1) Pasien tampak tenang
2) Siap melakukan operasi
c. Intervensi
1) Observasi TTV
2) Beri HE tentang operasi
3) Ajarkan cara relaksasi
4) Kolaborasi pemberian anastesi.
Post Op
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
a) Tujuan:
Nyeri teradaptasi, berkurang, atau hilang
b) Kriteria hasil:
1) Klien menyatakan skala nyeri berkurang
2) Grimace (-)
c) Intervensi:
1) Monitor vital sign
2) Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan faktor presipitasi.
3) Ajarkan teknik non farmakologi, relaksasi, distraksi
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
2. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik
a. Tujuan
Integritas kulit dan jaringan yang normal setelah dilakukan perawatan
b. Kriteria hasil:
1) Kulit utuh
2) Sensasi (+)
3) Turgor normal
4) Sianosis (-)
5) Jaringan nekrotik (-)
6) Pus (-)
c. Intervensi
1) Catat karakteristik luka
2) Pakaikan pakaian yang longgar
3) Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril.
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
a. Tujuan
Infeksi tidak terjadi
b. Kriteria hasil
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) WBC dalam batas normal
3) TTV dalam batas normal
c. Intervensi
1) Kaji Luka
2) Rawat luka dengan prisip steril
3) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
D. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah perencanaan
yang telah dibuat
E. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan
WOC
Bakteri Staphylococcus aureus
Menginvasi jaringan sehat
Infeksi
Kematian sel
Pelepasan Sitokin
Meninggalkan rongga berisi
jaringan & sel mati
Akumulasi pus dalam rongga
Mendorong jaringan sekitarnya
Terbentuk dinding oleh sel-sel sehat
ABSES
Memicu inflamasi
Menarik kedatangan leukosit
Leukosit melawan infeksi
Kematian leukosit
Hipotalamus
P↑ suhu tubuh
hipertermi
Kerusakan integritas jaringan kulit
Nyeri
Sensi nyeri
Nyeri telan
Anoreksia
P↓ intake nutrisi
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan produksi energi Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Pembedahan
Luka insisiTepat masuk bakteri
nyeriResiko infeksi Kerusakan integritas kulit
cemas
ansietas
postpre