82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

36

Click here to load reader

Transcript of 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

Page 1: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR TIBIA

A. Konsep Medik

1. Definisi

Fraktur tibia adalah terjadinya trauma, akibat pukulan langsung jatuh dengan kaki

dalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras ( Brunner and suddart th

2000 hal 2386 )2. Anatomi Fisiologi

Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah. Ia

mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan tulang hanya

terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal

proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada sendi lutut. Bagian distal

berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar

terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolus

medialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala

tumpul tulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur ( tidak ikut sendi

lutut ) pada ujung distalnya terdapat maleolus lateralis.

Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya berfungsi

menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk menjaga

keseimbangan tubuh pada saat berdiri. Dan beraktivitas lain disamping itu tulang

tibia juga merupakan tempat deposit mineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis).

Fungsi tulang adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh

b. Melindungi organ-organ tubuh ( contoh, tengkorak melindungi otak )

c. Untuk pergerakan ( otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan

bergerak.

d. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral ( contoh, kalsium )

e. Hematopoeisis ( tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum

tulang )

Page 2: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

3

Page 3: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

Malleolus

medialis

Tuberositas tibia

Caput fibulae

Malleolus

Lateralis

Malleolus

Malleolus medialis

Gambar Tulang Tibia dan Fibulae

(Andy Santosa Augustinus, dr., 1994)

4

Page 4: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

3. Etiologi

Penyebab paling utama fraktur tibia biasa disebabkan oleh :

A. Benturan / trauma langsung pada tulang, antara lain kecelakaan lalu lintas atau

jatuh.

B. Kelemahan / kerapuhan struktur tulang, akibat gangguan atau penyakit primer

seperti osteoporosis atau kanker tulang metastase

C. Olah raga / latihan yang terlalu berat , masukan nutrisi yang kurang

4. Patofisiologi

jika tulang patah maka periosteum dan pembuluh darah pada kortek, sum-sum dan

jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan / kerusakan. Perdarahan terjadi dari

ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak (otot) yang ada disekitarnya.

Hematoma terbentuk pada kannal medullary antara ujung fraktur tulang dan bagian

bawah periosteum. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi yang kuat

yang dicirikan oleh vasodilasi, eksudasi plasma dan lekosit , dan infiltrasi oleh sel

darah putih lainnya. Kerusakan pada periosteum dan sum-sum tulang dapat

mengakibatkan keluarnya sum-sum tulang terutama pada tulang panjang, sum-sum

kuning yang keluar akibat fraktur masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti

aliran darah sehingga mengakibatkan terjadi emboli lemak apabila emboli lemak

ini sampai pada pembuluh darah kecil, sempit, dimana diameter emboli lebih besar

dari pada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran-aliran darah

yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Emboli lemak dapat berakibat

fatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak, jantung, dan paru-paru.

Kerusakan pada otot dan jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat

karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan kerusakan pada tulang itu

sendiri mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan dimana tulang

dapat menekan persyarafan pada daerah yang terkena fraktur sehingga dapat

menimbulkan fungsi syaraf, yang ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan

kelemahan. Selain itu apabila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau

benturan akan lebih mudah terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan

sesuai dengan anatominya

KLASIFIKASI PATAH TULANG

KLASIFIKASI MENURUT BENTUK PANTAH TULANG

A. faktur complete, pemisahan komplit dari tulang menjadi dua fragmen

B. fraktur incomplete, patah sebagian dari tulang tanpa pemisahan

5

Page 5: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

C. simple atau closed fraktur, tulang patah, kulit utuh

D. fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihat

E. fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah, posisi pada tempat pada tempat

yang normal

F. fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dari

tempat patah

G. commuited fraktur, tulang patah menjadi beberapa fragmen

H. impacted (telescoped) fraktura, salah satu ujung tulang yang patah menancap

pada yang lain.

KLASIFIKASI MENURUT GARIS YANG PATAH

A. Greenstick, retak pada sebelah sisi dari tulang ( sering terjadi pada anak

dengan tulang yang lembek ).

B. Transverse, patah menyilang.

C. Obligue, garis patah miring.

D. Spiral, patah tulang melingkari tulang.

A B C D

Gambar Klafikasi fraktur. A. Greenstik B,Transversal. C, Oblik, D. Spiral.

6

Page 6: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

Fase-fase penyembuhan patah tulang, yaitu :

1. Hematon segera setelah cedera

Dalam 72 jam, darah akan menjadi beku pada tempatnya adanya fraktur.

Tidak seperti hematon lainnya, hematon akan terjadi di sekitar fraktur yang

tidak melakukan absorbsi selama proses penyembuhan.

2. Pembentukan fibrocartilago

Bagian ini akan terjadi lebih dari 3 hari sampai 2 minggu. Pada periosteum,

endosteum dan tulang mendapat supply, dimana akan mengadakan proliferasi

ke dalam fibrokartilago.

3. Pembentukan kalus

Terjadi 3-10 hari sesudah injury, mengubah jaringan granulasi dan callus .

4. Penyatuan tulang

Kalus fibrosa menjadi kalus tulang. Pada foto Rontgen proses ini terlihat

sebagai bayangan tetapi bayangan garis patah tulang masih terlihat.

5. Konsolidasi

Terjadinya penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulang

yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada

tulang. Akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lamellar seperti sel tulang

normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa.

5. Tanda Dan Gejala

a. Nyeri hebat pada daerah fraktur. Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba.

b. Tak mampu menggerakkan kaki.

c. Terjadi pemendekan karena kontraksi/spamus otot-otot.

d. Adanya rotasi pada tungkai tersebut.

e. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan

normal.

f. Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.

g. Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di

daerah tersebut.

h. Pulsa/nadi pada daerah distal melemah/berkurang.

i.

j.

Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen

tulang.

Krepitasi jika digerakkan (jangan melakukan pembuktian lebih lanjut jika

sudah pasti ada fraktur).

k. Pendarahan.

l. Hematoma, edema karena ekstravasasi darah dan cairan jaringan.

7

Page 7: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

m. Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri

hebat.

n. Keterbatasan mobilisasi.

o. Terbukti fraktur lewat foto rontgen.

6. Pemeriksaan Diagnostik

1.

2.

a.

Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.

Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan

Darah lengkap.

Dapat menunjukan tingkat kehilangan darah hingga cedera (pemeriksaan

Hb dan Ht). Nilai leukosit meningkat sesuai respon tubuh terhadap cedera.

b. Golongan darah .

Dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan darah yang

bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.

c. Pemeriksaan kimia darah.

Mengkaji ketidakseimbangan yang dapat menimbulkan masalah pada saat

operasi.

7. Terapi Pengelolaan Medik

Pemilihan jenis tindakan lokasi fraktur, potensial nekrosis, pilihan pasien, dan

kesukaan dokter yang merawat.

Jenis tindakan untuk fraktur antara lain :

1. Pemakaian traksi untuk mencapai alignment dengan memberi beban

seminimal mungkin pad daerah distal.

2. Manipulasi dengan Closed reduction and external fixation (reduksi tertutup +

fiksasi eksternal), digunakan gips sebagai fiksasi eksternal, dilakukan jika

kondisi umum pasien tidak mengijinkan untuk menjalani pembedahan.

3. Prosedur operasi dengan open reduction and internal fixation (ORIF).

Dilakukan pembedahan dan dipasang fiksasi internal untuk mempertahankan

posisi tulang (misalnya: sekrup, plat, kawat, paku). Alat ini bisa dipasang di

sisi maupun di dalam tulang, digunakan jenis yang sama antara plate dan

sekrup untuk menghindari terjadinya reaksi kimia.

Jika keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan maka kadang dilakukan juga

debridement untuk memperbaiki keadaan jaringan lunak di sekitar fraktur.

8

Page 8: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

8. Komplikasi

1. Shock dan pendarahan. Pada saat terjadinya cedera atau segera dioperasi.

2. Infeksi karena keadaan luka atau luka post pembedahan

3. Komplikasi immobilitas. Terutama pada usia lanjut,

antara lain :

a. Pneumonia

b. Thromboplebitis

c. Emboli pulmonal

4. Non-union , penyembuhan terlambat. Sering pada fraktur tibia maupun

fraktur lainnya sembuh lebih lambat bila terdapat kerusakan jaringan vascular

luas yang memberikan suplai darah ke daerah fraktur.

5. Masalah post operatif dengan alat-alat fiksasi internal. Fiksasi internal bisa

melemah, patah, atau pindah tempat yang menyebabkan kerusakan jaringan

lunak. Untuk ini perlu pembedahan ulang.

6. Osteomyelitis, terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah faktur

(biasanya fraktur terbuka)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.

Adanya kegiatan yang berisiko cidera.

Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.

b. Pola nutrisi

Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.

c. Pola eliminasi

Obstipasi karena imobilitas.

d. Pola aktivitas dan latihan

Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang beraktivitas atau kecelakaan

lain.

Tidak kuat berdiri/menahan beban.

Ada perubahan bentuk atau pemendekan pada bagian betis/tungkai

bawah.

e. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur berubah/terganggu karena adanya nyeri pada daerah cidera.

9

Page 9: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

f. Pola persepsi kognitif

Biasanya mengeluh nyeri hebat pada lokasi tungkai yang terkena.

Mengeluh kesemutan atau baal pada lokasi tungkai yang terkena.

Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.

g. Pola konsep diri dan persepsi diri

Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena keadaan cidera.

Rasa khawatir dirinya tidak mampu beraktivitas seperti sebelumnya.

h. Pola hubungan-peran

Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban memenuhi

kebutuhan keluarga dan melindungi.

Merasa tidak berdaya.

i. Pola seksual dan reproduksi

Merasa khawatir tidak dapat memenuhi kewajiban terhadap pasangan.

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Ekspresi wajah sedih.

Tidak bergairah.

Merasa terasing di rumah sakit.

10

Page 10: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM FRAKTUR

Trauma

Fraktur - Gangguan mobilisasi fisik- Resiko cedera

Kerusakan periosteum, pembuluh darah,sumsum tulang dan jaringan sekitar.

- kerusakan integritas kulitdan jaringan

- gangguan rasa nyamanNyeri perdarahan , kerusakan jaringan diujung

Tulang dan spasme otot

Hematoma dikanal dan medula resiko tinggipenurunan perfusijaringan perifer

Terjadi peradangan, vasodilatasi,pengeluaran plasma, lekosit daninflamasi

nekrosis jaringan sekitar udema

pemasangan gips atau traksi

- gangguan rasa nyaman nyeri- resiko tinggi infeksi

11

Page 11: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan patah tulang, spasme otot, edema dan

kerusakan jaringan lunak.

2. Risiko tinggi terjadinya perubahan neurovaskuler perifer berhubungan

dengan menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema

berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.

3. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, kerusakan pada

jaringan lunak.

4. Kecemasan berhubungan dengan nyeri, ketidakmampuan dan gangguan

mobilisasi.

5. Regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan

pencegahannya.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan pemasangan pen, sekrup, drain dan adanya

luka operasi.

2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi fraktur,

pemasangan traksi, gips dan fiksasi.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

bertambahnya metabolisme untuk penyembuhan tulang dan jaringan.

5. Regimen terapeutik in efektif berhubungan dengan kurang informasi

mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya.

6. Risiko tinggi terjadinya komplikasi post operasi b.d. imobilisasi.

3. Perencanaan

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan patah tulang, spasme otot, edema dan

kerusakan jaringan lunak.

12

Page 12: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2-3 hari

ditandai dengan: klien mengatakan nyeri berkurang/hilang,

ekspresi wajah santai, dapat menikmati waktu istirahat dengan

tepat, dan mampu melakukan teknik relaksasi dan aktivitas sesuai

dengan kondisinya.

Intervensi:

1. Kaji tingkat nyeri klien

R/ Mengetahui rentang respon klien tentang nyeri.

2. Tinggikan dan sokong ekstremitas yang sakit.

R/ Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan

mengurangi rasa nyeri.

3. Pertahankan bidai pada posisi yang sudah ditetapkan.

R/ Mengurangi kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.

4. Mempertahankan tirah baring sampai tindakan operasi.

R/ Mempertahankan kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.

5. Dengarkan keluhan klien.

R/ Mengetahui tingkat nyeri klien.

6. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri (latihan nafas

dalam).

R/ Meningkatkan kemampuan koping dalam menangani nyeri.

7. Kolaborasikan dengan dokter mengenai masalah nyeri.

R/ Intervensi tepat mengatasi nyeri.

2. Risiko tinggi terjadinya perubahan neurovaskuler perifer berhubungan

dengan menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema

berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.

HYD: Perfusi jaringan perifer memadai ditandai dengan terabanya nadi,

kulit hangat/kering, sensasi dan sensori normal, TTV dalam batas

normal dalam waktu 2-3 hari.

Intervensi:

1. Observasi TTV tiap 3-4 jam.

R/ Ketidakefektifan volume sirkulasi mempengaruhi tanda-tanda

vital.

2. Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan bagian distal fraktur.

R/ Warna kulit pucat merupakan tanda gangguan sirkulasi.

13

Page 13: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

3. Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan perubahan fungsi

motorik/sensorik.

R/ Rasa baal, kesemutan, peningkatan nyeri dapat terjadi bila sirkulasi

pada saraf tidak adekuat atau syaraf rusak.

4. Identifikasi tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba.

R/ Dislokasi fraktur dapat menyebabkan kerusakan arteri yang

berdekatan.

5. Monitor hasil laboratorium melalui kolaborasi dengan dokter (mppp,

Hb, Ht).

R/ Mengidentifikasi tanda-tanda kelainan darah.

6. Lepaskan perhiasan dari ekstremitas yang sakit.

R/ Dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk menyiapkan klien intervensi

pembedahan.

R/ Intervensi tepat dan cepat dapat mencegah kerusakan yang lebih

parah.

3. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, kerusakan pada

jaringan lunak.

HYD: Tidak terjadi infeksi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan tanda-

tanda vital dalam batas normal dan pemeriksaan laboratorium

normal.

Intervensi:

1. Kaji tanda-tanda vital tiap 3-4 jam.

R/ Infeksi yang terjadi dapat meningkatkan suhu tubuh.

2. Monitor hasil laboratorium (leukosit).

R/ Mengidentifikasi tanda-tanda infeksi.

3. Rawat luka secara steril.

R/ Mengurangi risiko terjadinya infeksi.

4. Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein.

R/ Makanan yang bergizi akan membantu meningkatkan pertahanan

tubuh.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

R/ Mengidentifikasi supaya infeksi tidak terjadi.

14

Page 14: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

4. Kecemasan berhubungan dengan nyeri, ketidakmampuan dan gangguan

mobilisasi.

HYD: Kecemasan tidak terjadi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan

klien tidak mengeluh nyeri, mampu melakukan aktivitas

sebagaimana mestinya, dan mengungkapkan perasaan lebih santai,

ekspresi wajah rileks.

Intervensi:

1. Kaji tingkat kecemasan klien.

R/ Menentukan intervensi yang tepat.

2. Beri dan luangkan waktu bagi klien untuk mengungkapkan

perasaannya.

R/ Mengetahui tingkat kecemasan klien dan memenuhi kebutuhan

untuk didengarkan.

3. Ajarkan dan bantu klien untuk melakukan teknik-teknik mengatasi

kecemasan.

R/ Mengurangi kecemasan klien.

4. Kaji perilaku koping yang ada dan anjurkan penggunaan perilaku yang

telah berhasil digunakan untuk mengatasi kecemasan yang lain.

R/ Klien tampak lebih rileks dan tidak terlalu memikirkan hal-hal

yang menimbulkan kecemasan.

5. Berikan dukungan kepada klien untuk berinteraksi dengan keluarga,

orang tua terdekat.

R/ Orang terdekat merupakan pemberi support sistem yang paling

tepat.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi untuk mengurangi

kecemasan klien.

R/ dapat memulihkan klien ke tingkat awal.

5. Regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan

pencegahannya.

HYD: Klien dapat mengetahui tentang penyakit, penyebab, tanda gejala,

pengobatan, pencegahan serta tindakan operasi dalam waktu 2-3

hari.

Intervensi:

15

Page 15: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

1. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya, penyebab,

tanda gejala, pengobatan, pencegahan dan prosedur operasi.

R/ Meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit yang sedang

dialaminya.

2. Jalin hubungan saling percaya.

R/ Mempercepat proses penerimaan diri.

3. Jelaskan tentang rencana operasi dan post operasi.

R/ Meningkatkan pengetahuan klien.

4. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

R/ Meningkatkan pengetahuan dan kerjasama klien.

5. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan

di bawah fraktur.

R/ Mencegah kekakuan sendi, kontraktur, dan kelemahan otot,

meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.

6. Anjurkan penggunaan back pack.

R/ Untuk memanipulasi kruk atau dapat mencegah kelelahan otot

yang tidak perlu bila satu tangan digips.

7. Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.

R/ Menurunkan risiko trauma tulang/jaringan dan infeksi yang dapat

berlanjut melalui osteomielitis.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan pemasangan pen, sekrup, drain dan adanya

luka operasi.

HYD: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2-3 hari

ditandai dengan: ekspresi wajah tenang, klien mengungkapkan

nyeri berkurang.

Intervensi:

1. Observasi TTV tiap 4 jam.

R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.

2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.

R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

R/ Napas dalam dapat mengendorkan ketegangan, sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri.

16

Page 16: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

4. Berikan posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai

anatominya.

R/ Posisi anatomi memberikan rasa nyaman dan melancarkan

sirkulasi darah.

5. Berikan terapi analgetik sesuai dengan program medik.

R/ Analgesik akan menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.

2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

HYD: Tidak terjadi infeksi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan kulit

bersih, pasien tidak mengalami infeksi tulang.

Intervensi:

1. Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P) tiap 4 jam.

R/ Peningkatan TTV dapat menunjukkan adanya infeksi.

2. Rawat luka operasi dengan baik dengan tehnik antiseptik.

R/ Mencegah dan menghambat berkembangnya bakteri.

3. Tutup luka operasi dengan kasa steril.

R/ Kasa steril dapat menghambat masuknya kuman ke dalam luka.

4. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.

R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi

perkembangbiakan bakteri.

5. Berikan terapi antibiotik sesuai dengan program medik.

R/ Antibiotik akan menghambat hidup dan berkembangnya bakteri.

3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi fraktur,

pemasangan traksi, gips dan fiksasi.

HYD: Klien dapat mobilisasi seperti biasanya dalam waktu 2-3 hari

ditandai dengan klien dapat mobilisasi sendiri, dapat melakukan

aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain.

Intervensi:

1. Observasi TTV (S, TD, N, P) tiap 4 jam.

R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.

2. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas, mobilisasi secara

mandiri.

R/ Menentukan tingkat keperawatan sesuai kondisi pasien.

17

Page 17: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

3. Bantu pasien dalam pemenuhan higiene, nutrisi, eliminasi yang tidak

dapat dilakukan sendiri.

R/ Kerjasama antara perawat dengan pasien yang baik

mengefektifkan pencapaian hasil dari tindakan keperawatan yang

dilakukan.

4. Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.

R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan.

5. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien.

R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga akan membantu dalam

mencapai tujuan yang diinginkan.

6. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai

kemampuan pasien dan sesuai program medik.

R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses

penyembuhan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

bertambahnya metabolisme untuk penyembuhan tulang dan jaringan.

HYD: Perubahan nutrisi tidak terjadi dalam waktu 2-3 hari ditandai

dengan penyembuhan tulang dan jaringan dapat kembali secara

bertahap sempurna seperti normalnya.

Intervensi:

1. Kaji abdomen, catat adanya bising usus, distensi abdomen dan keluhan

mual.

R/ Distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan

penurunan tak adanya bising usus untuk mencerna makanan.

2. Berikan perawatan oral.

R/ Menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi, mukosa

membran kering.

3. Bantu pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi

kebutuhan nutrisi tinggi kalsium.

R/ Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada

pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan

penyembuhan.

4. Kaji adanya peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental

dan ketajaman visual.

18

Page 18: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

R/ Mewaspadai terjadinya hiperglikemia karena peningkatan

pengeluaran glukagon dan penurunan pengeluaran insulin.

5. Menganjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayur-

sayuran.

R/ Konsumsi buah dan sayur-sayuran dapat meningkatkan proses

penyembuhan tulang.

6. Kolaborasi dengan ahli diet.

R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

5. Risiko tinggi terjadinya komplikasi post operasi b.d. imobilisasi.

HYD: Tidak terjadi komplikasi post operasi dalam waktu 2-3 hari

ditandai dengan tidak ada perasaan nyeri, sesak, mati rasa dll.

Intervensi:

1. Kaji keluhan pasien.

R/ Mengetahui masalah pasien.

2. Observasi TTV (S, T, N, P) tiap 4 jam.

R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal dari komplikasi.

3. Anjurkan dan ajarkan latihan aktif dan pasif.

R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran

darah.

4. Kolaborasi dengan dokter.

R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan yang tepat.

6. Regimen terapeutik in efektif berhubungan dengan kurang informasi

mengenai penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya dan

prosedur pembedahan.

HYD: Regimen terapeutik menjadi efektif dalam waktu 2-3 hari ditandai

dengan klien dapat mengetahui penyakit, tanda dan gejala,

pengobatan, pencegahan dan prosedur operasi.

Intervensi:

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, tanda gejala,

pengobatan, pencegahan dan prosedur operasi.

R/ Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan pasien tentang

penyakit.

2. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif

secara teratur.

19

Page 19: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan dapat mencegah

terjadinya kontraktur pada tulang.

3. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya.

R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasi kembali.

4. Anjurkan pasien untuk menaati terapi dan kontrol tepat waktu.

R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.

5. Anjurkan pasien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan

yang fraktur.

R/ Mencegah stres pada tulang.

4. Discharge Planning

Anjurkan pasien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah

diperoleh selama pasien dirawat di RS.

Anjurkan pasien menaati terapi pengobatan dan kontrol tepat waktu.

Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi

vitamin untuk penyembuhan tulang.

Minum 2-3 liter per hari bila tidak ada kontraindikasi.

Lakukan latihan aktivitas secara bertahap.

Kenali tanda-tanda komplikasi seperti nyeri pada keadaan istirahat,

denyut nadi hilang, lemah, pucat, parastesia, jika tanda-tanda ini

muncul cepat hubungi tenaga kesehatan.

Cegah adanya komplikasi dengan mobilisasi secara bertahap dll.

20

Page 20: 82958682 Askep Fraktur Tibia Fibula

DAFTAR PUSTAKA

Andy Santosa Augustinus, (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta :

Akademi Perawatan Sint Carolus.

Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC.

Donna. D. Ignatavicius, Marylinn V.B. (1991). Medical Surgical Nursing. A

Nursing Proses Approach. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

John Luckman, RN. M.A. Karen C. Sorensen, R.N. M.N (1997). Medical Surgical

Nursing: A Psychophysiological Approach. Philadelphia, N.B.: Saunders

Company.

Marilynn E. Doengoes, Mary F. Moorhouse (1994). Rencana Asuhan

Keperawatan, Edisi 3: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Price, Sylvia A. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4.

Jakarta: EGC.

21