8 HVZ_MTJT_101
-
Upload
abdus-samad -
Category
Documents
-
view
36 -
download
3
Transcript of 8 HVZ_MTJT_101
AKAN SEGERA TEREALISIRNYA PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA SEBAGAI SALAH SATU HASIL
LAWATAN PRESIDEN RI KE CINA
OlehMustazir Noesir
Herry Vaza
Pendahuluan
Apabila jembatan Selat Sunda jadi terealisasi, maka hal ini tidak terlepas
juga dari gagasan yang diprakarsai oleh 15 negara Asia pada tahun 1971 akan
ada sistem jaringan jalan trans-Asian Highway, disamping kebutuhan
pengembangan perekonomian sub-regional Jawa-Sumatera. Ide
pengembangan jaringan jalan ini merupakan wujud dari kemajuan pesat
kerjasama ekonomi di kawasan Asia-Pasifik yang ditandai dengan terus
meningkatnya arus barang dan penumpang yang menggunakan prasarana dan
fasilitas penyeberangan antar bangsa. Wujud dari peran-serta negara yang
dilintasi jaringan trans-Asian Highway dan merupakan tanggung-jawab
negaranya adalah dengan meningkatkan kelancaran arus barang dan
penumpang melalui pengadaan maupun pengaturan prasarana jalan dan
penyeberangan ferry.
Pada tahun 1994, dilakukan pembahasan pemutahiran jaringan trans-
Asian Highway, dimana di Indonesia ditetapkan melintas mulai kota BANDA
ACEH (provinsi Nangro Aceh Darusalam/NAD) ujung barat Sumatera sampai
kota DENPASAR (provinsi Bali) di ujung timur. Berdasarkan kriteria yang
ditetapkan bagi jaringan trans-Asian Highway, maka jaringan trans-Asian
Highway di Indonesia ditentukan melalui lintas-timur pulau Sumatera dan lintas-
utara pulau Jawa. Dari keselurahan jaringan trans-Asian Highway di Indonesia
terdapat dua buah penyeberangan ferry yaitu penyeberangan ferry Selat
SUNDA dan Selat BALI.
Kondisi Lalu-Lintas
Kondisi lalu-lintas pada ke dua penyeberangan ferry di atas setiap tahun
semakin meningkat sebagai akibat pertumbuhan perekonomian di Indonesia
khususnya di pulau Jawa dan pulau Sumatera dan pada tahun-tahun terakhir ini
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 1
volume penyeberangan antara pulau Jawa dan Sumatera mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan volume kendaraan yang
menggunakan penyeberangan ini lebih dari 11% per tahun dibandingkan
dengan sebelum tahun 1990 yang hanya 6%. Pertumbuhan volume kendaraan
yang demikian besar ini belum diimbangi dengan pertumbuhan pengadaan
prasarana pendukungnya. Oleh karena itu, acapkali pada saat volume puncak
timbul kemacetan lalu-lintas pada penyeberangan ferry Selat Sunda ini.
Dari data ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) antara
tahun 1998-2001, per-tahun menyeberangkan rata-rata 6.871.478 orang,
1.034.143 unit kendaraan dan 3.643.442 ton barang. Dari data ini, menunjukan
selain bagi angkutan manusia, peran amat penting lain adalah bagi mobilitas
barang.
Dari pengamatan, selama angkutan hari raya (arus mudik dan arus balik)
dan liburan, ada sekitar 400.000-600.000 orang melintas Selat Sunda melalui
Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Juga ada antara 3.500-6.000 unit kendaraan
campuran yang menyeberang dan sebagian besar adalah angkutan
penumpang. Sedangkan pada hari-hari biasa tidak kurang antara 2.600-2.800
unit kendaraan campuran, sebagian besar (sekitar 1.800 unit) adalah truk
pengangkut hasil pertanian dan agrobisnis dari Sumatera. Tidak kurang antara
9.500-10.000 ton barang yang diseberangkan ke Jawa. Menurut Kepala Biro
Ekonomi provinsi Lampung, dari Lampung saja setiap hari diangkut tidak kurang
dari 2.423 ton beras, 941 ton gula pasir, 1.946 ton jagung/pakan ternak, 1.437
ton tapioka dan 148 ton minyak goreng diseberangkan.
Mengingat kondisi tersebut di atas, maka kesibukan Selat Sunda
melalui Pelabuhan Bakauheni dan Merak, diluar angkutan hari raya terlihat
pentingnya peran lintas ini. Oleh karena itu perlu segara dicarikan alternatif
sistem transportasi yang lebih handal. Kelancaran lalu-lintas pada daerah ini
merupakan faktor dominan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian yang
lebih tinggi baik regional maupun nasional.
Tri Nusa Bima Sakti
Terlepas dari komitmen kerjasama regional negara-negara Asia akan
sistem jaringan trans-Asian Highway dalam mengantisipasi peningkatan
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 2
kerjasama ekonomi, keinginan menghubungkan pulau Sumatera dengan pulau
Jawa secara permanen, juga dilansir oleh Presiden Soeharto pada tahun 1986,
bahkan jauh sebelum itu dimana pada dekade tahun 60an almarhum Prof.
Sedyatmo dengan gagasannya akan menghubungkan pulau Jawa dengan
pulau Sumatera yang dikenal dengan proyek Bima Sakti.
Untuk keperluan tersebut di atas, pada bulan Januari 1989 telah
disepakati bersama antara BPPT, Bappenas dan Departemen Pekerjaan Umum
untuk melaksanakan studi hubungan Jawa-Sumatera-Bali. Studi ini dikenal
dengan nama “Tri Nusa Bima Sakti dan Penyeberangan Utama”.
Lintasan Selat Sunda
Untuk menghubungkan secara permanen lintasan yang besar seperti
Jawa-Sumatera, akan melibatkan permasalahan dan persiapan pelaksanaan
yang membutuhkan waktu yang lama serta akumulasi dana yang sangat besar,
maka studi kelayakan hubungan Jawa-Sumatera yang melibatkan beberapa
instansi perlu dilakukan secara sistimatis dan terarah. Sejak tahun 1986 BPPT,
Departemen Pekerjaan Umum dan Bappenas secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri telah memulai mempelajari sistem transportasi penyeberangan
antara Jawa-Sumatera. Studi pendahuluan yang dilakukan meliputi studi
topografi, geologi, geologi teknik, oseanografi dan transportasi.
Untuk memacu pelaksanaan studi kelayakan Tri Nusa Bima Sakti ini
sudah dibuat Kerangka Acuan Kerja (TOR) Studi Kelayakan hubungan Jawa-
Sumatera yang dapat menjadi tolok ukur dan gambaran arah kebijakan
pemerintah yang harus dipedomani dan dicapai oleh pihak-pihak yang
berkepentingan: pemerintah maupun swasta dalam pelaksanaan studi-studi.
Dari studi-studi yang dilakukan diharapkan dapat menjawab permasalahan
transportasi yang ada pada penyeberangan ferry Merak-Bakauheni untuk saat
ini dan waktu mendatang dengan tujuan puncak (ultimate goal) adalah
menciptakan prasarana penghubung pulau Jawa-Sumatera yang dapat
mendukung perkembangan perekonomian sosial dan budaya antara ke dua
pulau tersebut.
Studi-Studi Awal
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 3
Beberapa studi awal telah dilakukan dan dapat dipakai sebagai acuan
untuk studi lebih lanjut. Studi-studi ini telah dilakukan baik oleh pihak
Departemen Pekerjaan Umum maupun oleh BPPT dan pihak PLN (sehubungan
rencana pembangunan interkoneksi jaringan listrik Sumatera dan Jawa). Studi
engineering awal juga telah dilakukan oleh pihak JICA-Expert (Japan
International Cooperation Agency) yang diperbantukan pada Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum (pada waktu itu).
Sasaran dari studi awal yang ingin dicapai adalah kemungkinan
pembangunan sarana penghubung antara pulau Jawa dan Sumatera. Dan agar
diperoleh sasaran studi yang memadai dan relevan, maka dalam pelaksanaan
studi ini harus mencakup studi perbandingan antara alternatif konstruksi
jembatan (single deck maupun double deck) dengan alternatif konstruksi
terowongan sebagai tindak lanjut pengembangan penyeberangan ferry Selat
Sunda dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya jaringan kereta api,
jaringan jalan raya serta kombinasi antara kedua jaringan tersebut.
Studi awal mengenai kelayakan penyeberangan Jawa-Sumatera yang
komprehensif telah dilakukan oleh Prof. Wiratman, W. pada tahun 1996.
Disimpulkan bahwa dari tiga alternatif sarana penyeberangan Selat Sunda:
terowongan di bawah dasar laut, terowongan terapung dan jembatan panjang,
maka selama pembuatan jembatan memungkinkan alternatif ini yang termurah
dan memberikan berbagai keuntungan baik ditinjau dari aspek keamanan
konstruksi maupun tahapan operasionalisasi, dibandingkan alternatif pemba-
ngunan terowongan. Lebih lanjut, untuk pembangunan jembatan dengan
bentang ultra-panjang, saat ini sudah tersedia teknologi jembatan gantung
generasi ke-3. Dengan menggunakan teknologi ini dan berdasarkan data harga
jembatan Selat Messina (Italia), pembangunan jembatan Selat Sunda dengan
panjang total 27,4 km (15 mil laut) diperkirakan memerlukan biaya sampai US$
7.0 milyar (lihat peta).
Selanjutnya, menurut laporan JICA-Expert, pemilihan mode transportasi
pada jembatan Selat Sunda tergantung pada pengembangan bagian selatan
Pulau Sumatera dan bagian barat Pulau Jawa, disamping dipengaruhi biaya
konstruksi dan skema pembiayaan. Tanpa ditunjang sistem jaringan jalan yang
handal pada kedua ujung pulau (jalan-raya/kereta-api), penyeberangan tidak
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 4
akan memberi-kan volume lalu-lintas yang cukup untuk mengembalikan biaya
investasi. Lebih lanjut, dari studi JICA-Expert, sistem jaringan jalan darat sangat
diperlukan untuk dibenahi terlebih dahulu sebelum melaksanakan
pembangunan penyeberangan secara permanen.
Oleh-Oleh Lawatan Presiden RI Ke Cina
Dalam lawatan empat hari ke Cina pada akhir bulan Maret 2002,
Presiden Megawati telah menandatangani sejumlah nota kesepahaman (MoU)
yang diharapkan terealisasi. Salah satunya adalah pembangunan jembatan
yang menghubungkan pulau Sumatera-Jawa (Selat Sunda) dan Jawa-Bali
(Selat Bali).
Untuk merealisasikan kesepahaman ini, khusus untuk pembangunan
jembatan Selat Sunda telah disepakati bersama antara pihak Indonesia dan
pihak Cina untuk dilakukan studi-studi terlebih dahulu. Rencana tentative dari
studi telah didiskusikan dan keduabelah pihak setuju untuk dilakukan riset dan
studi sesegera mungkin setelah ditandatangani MoU dan ketersediaan dana.
Mengingat kondisi geologi yang komplek dan kesulitan-kesulitan teknis
dari proyek itu, keduabelah pihak setuju fokus dari studi diarahkan pada
masalah lingkungan pembangunan, material, teknologi struktur dan teknik
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 5
pelaksanaan. Dalam studi alternatif pembangunan jembatan jalan raya ataupun
jembatan raya kereta api harus dipertimbangkan, disamping studi teknologi.
Selanjutnya, disepakati pula penggunaan standar dan spesifikasi
Indonesia, khususnya untuk jembatan panjang, standar dan spesifikasi Cina
akan digunakan sebagai pelengkap (complementary).
Joint riset dan studi yang akan dilakukan oleh keduabelah pihak tidak
akan dilanjutkan apabila studi atau riset sebelumnya tidak menunjukan
kelayakan. Detail kewajiban dan tanggung-jawab dalam melaksanakan studi
dan riset ini akan ditentukan lebih detail dan secara umum dijadwal dalam dua
tahap:
1. Phase I: Jun 2002 – Dec 2002
Untuk melengkapi koleksi literatur dan studi-studi jembatan mega
termasuk rekayasa teknologi, fondasi laut dalam dan material; Studi
geologi kegempaan, gunung api dan patahan dasar laut.
2. Phase II: Jan 2003 seterusnya
Dimulainya riset dan pekerjaan studi teknologi dan investigasi khusus
geologi dan aktivitas gunungapi.
Skema Pembiayaan
Kebijaksanaan pemerintah dalam hal penghubung Selat Sunda ini
adalah memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada pihak swasta dalam
berperan aktif baik pembiayaan studi maupun konstruksi.
Berdasarkan kesepakatan antara pihak Indonesia yang diwakili oleh
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Internasional dengan pihak Cina yang
diwakili oleh Tim Ahli Konsorsium Cina telah didiskusikan skema-skema
pembiayaan. Beberapa skema pembiayaan untuk mewujudkan kerjasama
pembangunan jembatan ini diantaranya adalah:
1. Resources Trade Barter Schema, dengan skema ini pihak Cina akan
bertangung-jawab untuk keseluruhan aspek dalam pelaksanaan proyek,
mulai dari Pre-FS, FS, DED, dan Pembangunan infrastruktur yang
disepakati. Pihak Indonesia bertanggung-jawab untuk membayar dalam
bentuk sumber daya baik dalam bentuk Aspal Buton, Kayu Olahan atau
Gelondongan, Minyak, Gas, Kapal Terbang dan lain lain.
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 6
2. Loan Scheme, dengan skema ini pihak Cina akan memberikan loan
untuk pembangunan infrastruktur yang disepakati, dan pihak Indonesia
bertanggung-jawab membayar kembali loan dengan kondisi tertentu
yang disepakati keduabelah pihak.
3. Investment Scheme, dengan skema ini, pihak Cina akan bertanggung-
jawab untuk pembangunan dan pengoperasian infrastruktur yang
disepakati (BOT Scheme), dan seluruh biaya untuk konstruksi dari
proyek dianggap investasi pihak Cina. Operasionalisasi jembatan dalam
bentuk sistem toll yang dapat digunakan untuk pembayaran kembali
investasi.
4. Mix Scheme, dalam skema ini, skema terdahulu dapat digabungkan
bersama.
Penutup
Perwujudan lintasan Selat Sunda secara permanen masih memerlukan
perjalanan yang sangat panjang. Hal ini, dikarenakan menyangkut biaya besar,
teknologi tinggi dan lingkungan alam yang komplek. Oleh-oleh dari lawatan
Presiden ke Cina belum lama ini, baru menjanjikan adanya kesepahaman
kerjasama dalam riset dan studi teknologi-teknologi yang tepat untuk proyek
sekelas Selat Sunda ini yang didasarkan atas kesamaan, timbal balik dan
keuntungan bersama.
Selanjutnya, bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pembangunan jembatan Selat Sunda ini, tinjauan aspek perencanaan
pembangunan jembatan Selat Sunda jangan hanya menekankan sisi ekonomi
saja, tetapi harus melihat sisi sosial budaya dengan melibatkan pemerintah
daerah serta masyarakat yang berada di sekitar lokasi rencana proyek secara
lebih intensif.
Referensi
1. Herry Vaza, Yayan Suryana, Gagasan Pembangunan Jembatan Selat
Sunda dan Selat Bali Sebagai Bagian dari Trans-Asian Highway,
Makalah KRTJ Ke-5 Yogyakarta tahun 1997.
2. MoU Antara Menteri Permukinan dan Prasarana Wilayah Republik
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 7
Indonesia dan Menteri Komunikasi Republik Rakyat Cina, 24-03-02.
3. Wiratman Wangsadinata, Jembatan Selat Sunda dan Kelayakannya
Sebagai Penghubung Jawa dan Sumatera, Jakarta April 1997.
4. JICA-Expert, Java-Sumatera Linkage Planning, JICA report, June 1990.
5. Harian Kompas, Jalur Bakauheni-Merak Indikator Geliat Ekonomi
Rakyat, Sabtu 27 April 2002.
6. Unpublished Paper, Kajian Staf Pembangunan Jembatan Selat Sunda
(JSS), Edisi 4, Public Domain.
Untuk: MTJT-101 /17/04/2023/ document.doc 8