8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kas Menurut Harahap ...
Transcript of 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kas Menurut Harahap ...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kas
Menurut Harahap (2010 : 258), pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta
surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhik syarat sebagai berikut
:
1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas.
2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat.
3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.
Definisi kas menurut PSAK No.2 (IAI:2013 :22), adalah:
”Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas
(cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka
pendek dan dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapai risiko perubahan nilai yang signifikan”.
PSAK No. 2, paragraf 6 menjelaskan bahwa setara kas dimiliki untuk
memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain.
Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah
menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat
sebagai setara kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau
kurang dari tanggal perolehannya. Kas merupakan komponen aktiva (asset) lancar
yang paling likuid di dalam neraca, karena kas sering mengalami mutasi atau
9
perpindahan dan hampir semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan
mempengaruhi posisi kas.
Dalam penyajiannya terdapat dua metode, yaitu metode langsung (direct
method) dan metode tidak langsung (indirect method).
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung merupakan kelompok utama dari penerimaan kas bruto
dan pengeluaran kas bruto. Dalam metode ini setiap perkiraan yang
berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan
pendapatan dan pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan
dan pembayaran aktual dari kas. Jadi metode langsung memfokuskan pada
arus kas daripada laba bersih akrua dan dianggap lebih informative dan
terperinci.
Tabel 2.1 Laporan Arus Kas Metode Langsung
Laporan arus kas Metode Langsung (paragraf 17(a))
20x2
Rp
Arus kas dari aktivitas operasi
Penerimaan kas dari pelanggan 30150
Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (27,600)
Kas yang dihasilkan dari operasi 2,550
Pembayaran Bunga (270)
Pembayaran pajak penghasilan (900)
Arus kas neto dari aktivitas operasi
1380
Arus kas untuk aktivitas investasi
Akuisis entitas anak X dengan kas (catatan A) (550)
Pembelian aset tetap (catatan B) (350)
Hasil dari penjualan peralatan 20
Penerimaan bunga 200
Penerimaan dividen 200
10
Arus kas neto untuk aktivitas investasi
(480)
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham 250
Hasil dari pinjaman sewa pembiayaan 250
Pembayaran utang sewa pembiayaan (90)
Pembayaran dividen (1,200)
Arus kas neto untuk aktivitas pendanaan
(790)
Kenaikan bersi kas dan setara kas
110
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan c)
120
Kas dan setara kas pada akhir periode (catatan c) 230
Sumber : (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (PSAK) No. 2 tahun
2012
2. Metode Tidak Langsung (indirect method)
Metode ini meneysuaikan laba dan rugi bersih dengan memperbaiki
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa
depan dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas
inbvetasi atau pendaaan. Dengan kata lain metode ini merupakan
rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan.
Tabel 2.2 Laporan arus kas MetodeTidak Langsung (paragraf 17(b))
Laporan arus kas MetodeTidak Langsung
(paragraf 17(b))
20x2
Rp
Arus kas dari aktivitas operasi
Laba sebelum pajak 3350
Penyesuaian untuk :
Penyusutan 450
Kerugian selisih kurs 40
Pendapatan Investasi (500)
Beban bunga 400
11
3,740
Kenaikan piutang usaha dan piutang lain (500)
Penurunan Persediaan 1,050
Penuruan utang usaha 1,740
Kas yang dihasilkan dari operasi 2,550
Pembayaran bunga (270)
Pembayaran pajak penghasilan (900)
Arus kas neto dariuntuk) aktivitas operasi 1,380
Arus kas untuk aktivitas investasi
Akuisis entitas anak X dengan kas (catatan A) (550)
Pembelian aset tetap (catatan B) (350)
Hasil dari penjualan peralatan 20
Penerimaan bunga 200
Penerimaan dividen 200 (480)
Arus kas neto untuk aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham 250
Hasil dari pinjaman sewa pembiayaan 250
Pembayaran utang sewa pembiayaan (90)
Pembayaran dividen (1,200)
Arus kas neto untuk aktivitas pendanaan
(790)
Kenaikan bersi kas dan setara kas
110
Kas dan setara kas pada awal periode (catatan c)
120
Kas dan setara kas pada akhir periode (catatan c) 230
Sumber : (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (PSAK) No. 2 tahun
2012
2.1.1 Sumber Penerimaan Kas
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal
dari :
1. Aktivitas Operasi
12
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2013) aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
Kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa
lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh
arus kas dari aktivitas operasi adalah:
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan
dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; dan
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).
2. Aktivitas Investasi
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2013) aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset
jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
13
a. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, tidak berwujud, dan
aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang
dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri;
b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan
aset jangka panjang lain;
c. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen
ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain
pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan);
d. Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen
ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain
penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau
instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau
diperjualbelikan);
e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain
uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);
f. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan);
g. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi
dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan
perdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan
14
h. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap,
kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan
atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
3. Aktivitas Pendanaan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(Revisi 2009) aktivitas pendanaan adalah aktivitas pendanaan adalah
aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi
kontribusi modal dan pinjaman entitas.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain;
b. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus
saham entitas;
c. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek,
dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
d. Pelunasan pinjaman;
e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya
kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan
kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu
kondisi keuangan perusahaan.
15
Perputaran Kas
Menurut Riyanto (2001 : 95) ”Perputaran kas adalah perbandingan antara
penjualan dengan jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan
ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat
perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah
ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas,
sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari
aktivitas operasional perusahaan.
Menurut Wild, Subramanyan dan Haley (2005 : 42), perputaran kas dalam
satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Penjualan Bersih Perputaran Kas = Rata – rata Kas dan Setara Kas
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya
kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan
kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu
kondisi keuangan perusahaan.
2.1.2 Pengertian Piutang
Smith dan Skousen (2009:286 ), yang diterjemahkan oleh Widjajanto,
Nugroho memberikan definisi piutang adalah sebagai berikut:
“Dalam arti luas, istilah piutang dapat digunakan bagi semua hak atau
klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa. Namun, untuk tujuan
akuntansi istilah ini pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang
lebih sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan
melalui penerimaan kas.”
16
Selanjutnya menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Warren et al
(2005:422), mengklasifikasikan secara umum piutang meliputi semua klaim uang
terhadap entitas-entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi
lainnya. Piutang biasanya diklasifikasikan sebagai usaha, wesel tagih, atau piutang
lain.
Perusahaan menggunakan piutang sebagai alternatif untuk menyimpan
sementara dana perusahaan yang sekaligus dapat digunakan untuk menarik
konsumen dan meningkatkan penjualan. Piutang adalah suatu komponen yang
penting dari laporan keuangan khususnya laporan posisi keuangan.
Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan
hak atau klaim kepada pihak tertagih dalam bentuk uang ataupun kas.
Adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam
bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak terhutang.
Piutang di klasifikasikan menjadi dua, yaitu piutang lancar (piutang jangka
pendek) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar
(current receivable) diharapkan dapat ditagih dalam satu tahun atau selama siklus
operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar
non dagang.
Menurut Earl K. Stice et al (2004:479), mengemukakan klasifikasi
piutang, yaitu :
17
1. Piutang dagang (Trade Receivables)
Kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari
aktivitas normal bisnis, yaitu, penjualan barang atau jasa secara kredit
kepada pelangan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan janji
pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih
(notes receivable). Akan tetapi, dalam kasus dalam piutang dagang adalah
“piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering disebut dengan piutang usaha.
2. Piutang non usaha (Non Trade Receivable)
Piutang ini muncul dari berbagai transaksi, seperti:
a. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan.
b. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau
pembayaran atas beban
c. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
d. Piutang dividen bunga.
Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya
piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.
Riyanto (2001) menyatakan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang
memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Sedangkan
Bramasto (2008) menyatakan bahwa perputaran piutang berasal dari lamanya
piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan
barang atau jasa secara kredit. Dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang
adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang
18
menjadi kas. Yang timbul akibat adanya transaksi penjualan barang atau jasa
secara kredit.
Untuk mempercepat peruputaran piutangnya maka cara yang mungkin
dilakukan antara lain :
a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau jatuh
temponya yang lebih pendek. Untuk merangsang agar pelanggan mau
membayar kontan atau jatuh tempo pembayaran lebih pendek maka
perusahaan dapat memberikan potongan harga.
b. Menguasai agar barang ataupun jasa yang disediakan digemari. Agar
barang ataupun jasa dapat digemari maka harus mengikuti selera
konsumen.
c. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan.
d. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau
pembayaran atas beban.
e. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan
f. Piutang dividen bunga.
Karena sifatnya yang unik, piutang non dagang umumnya diklasifikasikan dan
dilaporkan sebagai pos terpisah dalam neraca.
Menurut Zaki Baridwan (2004: 127), metode penghapusan piutang adalah
piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih, seperti debiturnya bangkrut,
meninggal, pailit dan lain-lain harus dihapuskan sehingga akan menjadi biaya
bagi perusahaan. Terdapat dua metode dalam pencatatan piutang tak tertagih:
1. Metode penghapusan langsung (Direct Write Off Method)
19
Metode ini tidak membuat taksiran, tapi apabila jelas diketahui adanya
piutang yang tidak dapat ditagih maka piutang tersebut langsung
dihapuskan. Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan
kecil.
2. Metode penyisihan (Allowance Method)
Metode ini digunakan untuk mencatat estimasi piutang yang tak tertagih.
Pencatatan ini dilakukan pada akhir periode sehingga pada akhir periode
dengan memperkirakan piutang yang tak tertagih. Beban diperlakukan
sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan
pada jumlah bersih yang dapat direalisasi.
Perputaran Piutang
Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan
apat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Menurut Warren,
Reeve dan Fees (2005 : 407) ”Perputaran piutang adalah usaha untuk mengukur
seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.
Perputaran piutang menurut Warren, Reeve dan Fees dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Penjualan Bersih Perputaran Piutang =
Rata – rata Piutang
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi
mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran
piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang.
Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat
20
perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi
modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi
perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan.
2.1.3 Pengakuan dan Penilaian Piutang
2.1.3.1 Pengakuan Piutang
Kusnadi (2001), mengemukakan bahwa piutang yang berasal dari
penjualan barang diakui pada saat hak milik atas barang berpindah dari penjual ke
pembeli. Karena syarat berpindahnya hak milik erat kaitannya dengan syarat
penjualan maka umumnya piutang diakui pada saat barang dikirim kepada
pembeli. Piutang tidak akan diakui pada saat dikirim jika hak milik barang masih
ada pada pihak penjual samapai ada pengakuan resmi. Sedangkan piutang yang
berasal dari penjualan jasa umumnya diakui pada saat jasa tersebut dilaksanakan.
Jika pelaksanaan kerja didasarkan atas kontrak kerja,maka pada akhir periode,
pekerjaan yang telah selesai harus dikalkulasikan. Piutang akan diakui sebesar
tingkat pekerjaan yang telah selesai.
2.1.3.2 Penilaian Piutang
Menurut Stice (2004:247), Semua piutang dinilai dalam jumlah yang
mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas dimasa yang akan datang.
Piutang dilaporkan sebagai nilai bersih (Net realizable value) yaitu nilai kas yang
diharapkan akan diterima. Piutang termasuk dalam aktiva lancar. Dalam
hubungannya dalam penyajian piutang didalam neraca digunakan dasar
21
pengakuan nilai realisasi atau penyelesaian. Dasar pengukuran ini mengatur
bahwa piutang dinyatakan sesuai bruto tagihan dikurangi taksiran jumlah yang
tidak dapat diterima (Baridwan, 2004:247). Hendriksen (2002), menjelaskan,
bahwa piutang harus dinilai berdasarkan nilai diskonto uang tunai yang akan
diterima pada masa datang. Karena kas yang kan diterima tidak tersedia sampai
setelah suatu tenggang waktu tertentu (waiting period), maka nilai piutang tidak
sebesar nilai jatuh temponya yaitu jumlah yang akhirnya akan diterima sesuai
dengan kontrak.
2.1.4 Pengertian Profitabilitas
Berikut ini pendapat beberapa pakar mengenai definisi profitabilitas,
menurut Husnan (2002:56), pengertian profitabilitas adalah hasil bersih dari
berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Kasmir (2008:196), menjelaskan bahwa
profitabilitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Sedangkan menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Menurut Gitman (2003:59), Profitability is the relationship between
revenues and costs generated by using the firm’s asset-both current and fixed in
productive activities.
Hal tersebut berarti profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dan dapat diukur dalam rasio. Rasio ini digunakan untuk
22
mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan dinyatakan
dalam bentuk persentase.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu ukuran
untuk menilai hasil laba yang diperoleh perusahaan, keuntungan ini dapat diukur
sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi perkembangan kemampuan
perusahaan serta harga saham oleh investor atau calon investor. Rasio
profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.
Ditunjukan oleh laba yang diperoleh dari penjualan dan pendapatan investasi.
Efisiensi perusahaan.dapat ditunjukan oleh penggunanaan rasio ini.
2.1.4.1 Pengukuran Tingkat Profitabilitas
Menurut Sawir (2005:18-20), Beberapa Indikator untuk mengukur rasio
profitabilitas diantaranya yaitu: gross profit margin, operating profit margin, net
profit margin, return in investment, dan return on equity.
Menurut Riyanto (2010: 335), profitabilitas diukur sebagai berikut:
a. Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Untuk margin laba kotor :
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
= penjualan bersih − harga pokok penjualan
penjualan 𝑥 100 %
23
2) Untuk margin laba bersih
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = pendapatan setelah bunga dan pajak
penjualan 𝑥 100 %
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304),
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba.
b. Return On Assets (ROA)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = 𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100 %
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam
menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan
laba.
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = Laba Bersih
Ekuitas 𝑥 100 %
24
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya
semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif
dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
d. Earning per Share (EPS)
Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk satu
lembar saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung earning per
share adalah sebagi berikut :
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠
𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑥 100 %
e. Basis Earning Power (BEP)
Kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laa
sebelum dikurangi bunga pajak dibandingkan dengan total aktiva.
BEP = Laba sebelum bunga dan pajak
Jumlah aktiva
Jenis-jenis laba menurut Wild (2005), terdapat beberapa jenis laba,
diantaranya :
1. Laba kotor, yaitu pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”..
2. Laba operasi, yaitu laba kotor dikurangi beban operasi”.
3. Laba sebelum, yaitu laba dari operasi berjalan sebelum cadangan
untuk pajak penghasilan”.
4. Laba bersih, yaitu laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan
setelah dikurangi bunga dan pajak”
25
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Besarnya perusahaan, semakin besar suatu perusahaan, maka
ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan, perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya
masih rendah.
c. Tingkat penjualan, tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi,
semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang
sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
d. Perubahan laba masa lalu, semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.2 Pengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang Terhadap
Profitabilitas
Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan
jumlah rata-rata kas. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas
menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat
dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi
perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi
penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto,
2001). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011), Putra (2012),
26
Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) yang menyatakan bahwa
tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas.
Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit
untuk meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001:90) menyatakan perputaran
piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana
semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan
mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas
perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra
(2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.
2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Menurut Sufiana dan Purnawati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
profitabilitas menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sedangkan
analisis secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran
persediaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas.
Pratama dan Putri (2013), Berdasarkan hasil analisis, semua model regresi
lolos dalam uji asumsi klasik. Dari hasil analisis yang sudah dilakukan, didapat
hasil bahwa ketiga variabel berpengaruh secara simultan pada profitabilitas BPR
Di Kota Denpasar periode 2010-2012.
27
Menurut Dini (2013), dalam penelitianya dengan judul pengaruh kas
terhadap tingkat likuiditas menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
arus kas terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Menurut Anissafitri (2014)
menyatakan bahwa pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas yang di wakili
oleh current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
2.4 Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 01 mengenai Penyajian laporan keuangan (Revisi 2009) terdiri dari
laporan posisi pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode,
laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode,
catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode
komparatif. Laporan arus kas dimasukan untuk menggantikan laporan sumber dan
penggunanaan dana, karena laporan ini dianggap lebih memberikan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai laporan. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:2:4) Penyusunan Laporan
Keuangan sebuah perusahaan dapat membaca dan menilai kemampuan
perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga
menilai untuk apa saja kas dan setara tersebut digunakan atau dimanfaatkan dan
menilai kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan kas dan
setara kas juga menilai untuk apa saja kas dan setara tersebut digunakan atau
dimanfaatkan.
28
Didalam laporan keungan terdapat piutang dan kas pada bagian asset
lancar. Menurut Warren (2005:260), istilah piutang (receivable) meliputi semua
klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan
atau organisasi lainnya. Semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan
semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas (Sartono, 2010:119).
Husnan dan Pudjiastuti (2004), menyatakan kas merupakan bentuk aktiva
yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban
financial perusahaan. Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya yang timbul
akibat penjualan secara kredit (Warren, 2005:404).
Menuh (2008), menyatakan bahwa perputaran kas merupakan periode
berputarnya kas yang dimulai pada saat kas dinvestasikan dalam komponen modal
kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling
tinggi likuiditasnya. Menurut Riyanto (2008), semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,
2010:122). Menurut Shapiro (1991) yang menunjukkan bahwa profitabilitas
sangat cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja
manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola
aset-aset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian
yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja
29
ekonomi dari bisnis. Secara umum profitabilitas merupakan pengukuran dari
keseluruhan produktivitas dan kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan
menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan tersebut.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, dimana hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri (Raharjaputra, 2009:195). Sedangkan menurut Wiagustini (2010:76-77),
profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau
ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh
laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan
ke dalam perusahaan.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2009:93), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena
jawaban yang dikemukakan baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh,
Perputaran Kas (x1)
Perputaran Piutang (x2)
Indikator :
1. penjualan kredit
2. piutang rata-rata
Tingkat
Profitabilitas (y1)
Indikator : (ROA)
return on asset
30
belum berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan
analisis data. Maka dari itu, berdasarkan teori dan kerangka pikiran yang telah
peneliti kemukakan sebelumnya maka hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho1 : Perputaran Kas tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Profitabilitas perusahaan.
Ha1 : Perputaran Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Profitabilitas perusahaan.
Ho2 : Perputaran Piutang tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Profitabilitas perusahaan.
Ha2 : Perputaran Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Profitabilitas perusahaan.
Ho3 : Perputaran Kas dan Perputaran Piutang tidak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.
Ha3 : Perputaran Kas dan Perputaran Piutang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.