8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

39
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Perspektif mengenai permasalahan teori keagenan merupakan dasar dalam praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Jensen dan Meckling (1976)mengembangkan suatu teori yang disebut teori agensi. Teori ini berpendapat bahwa siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Selanjutnya teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Pemicu konflik tersebut antara lain adalah dalam hal pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pencarian dana dan bagaimana dana tersebut diinvestasikan (Van Horne et al, 2014:206). Konsep agency theorymerupakan hubungan atau kontrak antara prinsipal dengan agen. Yang dimaksud prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal memperkerjakan agen untuk melakukan tugas dari kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen, sebagaimana yang dikatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) : “we define an agency relationship as a contract under which one or more persons (the principal engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Scott (2006:239) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kedua jenis kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba, sehingga dikatakan bahwa agency theory mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang

Transcript of 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

Page 1: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Perspektif mengenai permasalahan teori keagenan merupakan dasar dalam

praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Jensen dan Meckling

(1976)mengembangkan suatu teori yang disebut teori agensi. Teori ini

berpendapat bahwa siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang

timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Selanjutnya teori ini

menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi

kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Pemicu konflik tersebut

antara lain adalah dalam hal pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

pencarian dana dan bagaimana dana tersebut diinvestasikan (Van Horne et al,

2014:206).

Konsep agency theorymerupakan hubungan atau kontrak antara prinsipal

dengan agen. Yang dimaksud prinsipal adalah pemegang saham dan yang

dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal

memperkerjakan agen untuk melakukan tugas dari kepentingan prinsipal,

termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari prinsipal kepada

agen, sebagaimana yang dikatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) :

“we define an agency relationship as a contract under which one or more persons

(the principal engage another person (the agent) to perform some service on their

behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Scott (2006:239) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak

kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan

kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kedua jenis kontrak

tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba, sehingga dikatakan bahwa

agency theory mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang

Page 2: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

9

dimaksud dalam penelitian ini adalah kontrak kerja antara manajemen dengan

pemegang saham. Manajemen (agent) dan pemegang saham (principal) ingin

memaksimumkan kemakmurannya masing-masing dengan informasi yang

dimiliki. pada satu sisi, agen memiliki informasi yang lebih banyak dibanding

prinsipal di sisi lain karena manajemen yang mengelola perusahaan secara

langsung, hal ini menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi (information

asymmetry).

Agar pihak manajemen bertindak sejalan dengan kepentingan pemilik

perusahaan, dapat dilakukan upaya sebagaimana yang dikemukakan oleh Jensen

dan Meckling bahwa pemilik dapat menjamin pihak manajemen akan membuat

keputusan yang optimal hanya jika diberikan insentif yang cukup memadai.

Insentif bisa berupa opsi saham, bonus, mobil yang besarnya sangat tergantung

pada seberapa dekat keputusan yang diambil pihak manajemen dan pemilik.

Disamping itu dapat juga dilakukan monitoring, dengan mengaudit laporan

keuangan perusahaan secara periodik, penunjukan komisaris independen dan

sebagainya. Implikasi dari berbagai upaya untuk mengurangi konflik keagenan

tersebut adalah timbulnya biaya keagenan (Sudana, 2011:11).

2.1.2 Biaya Agensi

Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer

dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antar pemegang saham,

kreditur dan manajer disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency

relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan

memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia

mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring costuntuk mencegah

penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya

keagenan atau agency cost (Hendriksen, 2011:221).

Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan ini terjadi antara manajemen

dan pemegang saham atau stockholders. Konflik kepentingan tersebut dapat

timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow. Kelebihan arus kas

cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering

Page 3: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

10

digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan

kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisities. Konflik tersebut juga dapat

disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi

yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara

manajemen lebih memilih investasi risiko lebih rendah untuk melindungi

posisinya (Keown et al, 2005:609).

Menurut Pradessya (2006) dalam Efni (2011), bahwa ada beberapa

alternative untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau

agency cost, yaitu antara lain:

1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen.

Kepemilikan ini akan menyejajarkan kepentingan manajemen dengan

kepentingan pemegang saham.

2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau dividend payout

ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas

atau free cash flowsehingga manajemen harus mencari sumber dana

eksternal untuk pembiayaan investasi.

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan

menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan

manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap

untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan

mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham.

Selain itu, hutang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau

excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan

kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.

2.2 Insider Ownership

Joher et al (2006) mengemukakan bahwa managerial ownership consists

of directors, managers, and others management team’s member, who hold the

company’s shares directly. Artinya bahwa kepemilikan manajerial terdiri dari

direktur, manajer, dan manajemen tim anggota lain, yang memegang saham

perusahaan secara langsung. Menurut Jensen (1976) dalam Indahningrum (2009)

Page 4: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

11

mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan antara lain meningkatkan

kepemilikan insider sehingga dapat mensejajarkan kepentingan manajer dan

pemilik.

Insider Ownership adalahsebuah sebuah ukuran persentase saham yang

dimiliki oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat

secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling,

1976) dalam Agus Sartono (2001:112).

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Harjito (2006) Peningkatan

insider ownership bermanfaat untuk meningkatkan keselarasan kepentingan

antara manajer dengan pemegang saham. Insider ownership terjadi apabila

pemegang saham suatu perusahaan sekaligus bertindak sebagai manajer

perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat insider ownership suatu

perusahaan, maka semakin tinggi tingkat keselarasan (alignment) dan kemampuan

kontrol terhadap kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

Insider Ownership =Jumlah saham komisaris dan manajemen

Jumlah saham perusahaan

2.3 Profitabilitas

2.3.1 Pengertian Profitabilitas

Nilai pasar suatu saham tergantung kepada perkiraan dari expected return

dari risiko arus kas di masa mendatang. Penilaian dari arus kas ini merupakan

proses dasar karena laporan keuangan tidak cukup menunjukkan jumlah aktivitas

perusahaan di masa mendatang. Namun demikian, beberapa macam analisis

profitabilitas yang didasarkan pada laporan keuangan merupakan informasi yang

berguna bagi manajer (Muslich, 2000:51). Laporan keuangan mencerminkan

keadaaan yang telah terjadi di masa lalu, tetapi laporan tersebut juga

mencerminkan tentang hal-hal yang sebenarnya memiliki arti penting apa yang

mungkin terjadi di masa depan. Rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari

seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Brigham, 2011:146).

ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio

Page 5: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

12

ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi

pengelolaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen. Semakin tinggi rasio

ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan (Sudana, 2011:22).

2.3.2 Jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Lukman Syamsuddin (2002:59) rasio profitabilitas terdiri dari

dua jenis rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan

rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Kedua rasio

secara bersama-sama menunjukkan efektifitas. Rasio profitabilitas dalam

hubungannya antara penjualan dan laba dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga

pokok penjualan bersih. Berikut proksi yang biasa digunakan dalam

perhitungan gross profit margin.

Gross Profit Margin = Penjualan Bersih – HPP

2. Operating Profit Margin

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba operasi dengan

penjualan. Rasio ini menggambarkan apa yang biasa disebut “pure

profit” yang diterima atas penjualan yang telah dilakukan. Berikut

proksi yang biasa digunakan dalam perhitungan operating profit

margin.

Operating Profit Margin =𝐿𝑎𝑏𝑎𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

3. Net Profit Margin

Net profit margin atau marjin laba bersih merupakan keuntungan

penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan.

Margin ini menunjukkan perbandingan antara laba bersih setelah

Page 6: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

13

pajak dengan penjualan. Berikut proksi yagn biasa digunakan dalam

perhitungan net profit margin.

Net Profit Margin = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba dengan investasi

adalah sebagai berikut :

1. Return on Investment (ROI)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan

aktiva total. Berikut proksi yang biasa digunakan dalam perhitungan

return on investment.

ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

2. Return on Equity (ROE)

Return on equity sering disebut sebagai dengan rentabilitas modal

sendiri yang merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan modal sendiri. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur

seberapa banyak keuntungan yang menjadi pemilik modal sendiri

berikut proksi yang biasa digunakan dalam perhitungan return on

equity

ROE = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

3. Economic Rentability

Rasio ini disebut juga Earnings Power yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba usaha dengan

aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan

membandingkan antara laba usaha dengan total aktiva. Berikut proksi

yang biasa digunakan dalam perhitungan economic rentability.

Economic Rentability =𝐿𝑎𝑏𝑎𝑈𝑠𝑎 ℎ𝑎

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Page 7: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

14

2.4 Leverage

2.4.1 Pengertian Rasio Leverage

Menurut Lukman Syamsuddin (2002:112) leverage biasanya dipergunakan

untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau

dana yang mempunyai biaya tetap (fixed cost) untuk memperbesar returnbagi

pemilik perusahaan. Menurut Kasmir (2009:113) Rasio leverage adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana aset perusahaan dibiayai

oleh utang.

Lukman Syamsuddin (2002:112) menyatakan bahwa dengan memperbesar

tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari

return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang

bersamaan hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan

diperoleh.

2.4.2 Jenis Rasio Leverage

Menurut Kasmir (2009:156-163) jenis-jenis rasio leverage antara lain:

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Merupakan rasio antara total hutang dengan ekuitas (modal sendiri).

Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari setiap modal sendiri

yang akan dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar

rasio ini akan semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak kreditur

makin besar rasio ini berarti semakin besar resiko yang ditanggung

atas kegagalan perusahaan yang mungkin terjadi.Berikut proksi yang

digunakan dalam perhitungan DER.

DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

2. Long-term Debt to Equity Ratio

Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

tujuannyaadalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah

modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka

Page 8: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

15

panjangdengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang

dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Berikut proksi

yang digunakan dalam perhitungan LTDtER.

LTDtER = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒 𝑟 ′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

3. Tangible Assets Debt Coverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang

digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya.

Berikut proksi yang digunakan dalam perhitungan TAD Coverage.

TAD Coverage = (Jml Aktiva + Tangible+ Hutang Lancar) / Hutang

Jangka Panjang

4. Times Interest Earned Ratio (TIER)

Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam

membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor

lebih menyukai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi

menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Berikut

proksi yang digunakan dalam perhitungan TIER.

TIER =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔

2.5 Investment Opportunity Set

2.5.1 Pengertian Investment Opportunity Set

Menurut Hartono (2003:58), Kesempatan Investasi atau Investment

Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang

investasi bagi suatu perusahaan. Kemudian menurut Sunariyah (2006:56) Set

Kesempatan Investasi adalah kombinasi antara aktiva yang dimiliki perusahaan

(assets in place) dan pemilihan investasi pada masa yang akan datang dengan net

present value (NPV) yang positif. Sedangkan menurut Sriwardani (2006) IOS

merupakan keputusan Investasi dalam bentuk aktiva yang dimiliki (assets in

Page 9: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

16

place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan

mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

Dengan demikian investment opportunity set merupakan kesempatan

berinvestasi atau peluang investasi yang dimiliki oleh perusahaan dan memiliki

pengaruh terhadap cara pandang manajer, pemilik, kreditur, dan investor terhadap

kemampuan profitabilitas serta prospek pertumbuhan perusahaan. Selain itu,

investment opportunity set bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih

suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan.

2.5.2 Proksi Investment Opportunity Set

Menurut Kallapur dan Trombley dalam Erlina(2007:43) menyatakan

bahwa proksi-proksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Proksi IOS berbasis pada harga (Price-Based Proxies)

Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan

sebagian dinyatakan dalam harga pasar saham proksi ini didasari pada

anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan

secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan

yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif

untuk aktiva-aktiva yang dimiliki dibandingkan dengan perusahaan

yang tidak tumbuh. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa

penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut :

a. Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)

Rasio ini menjelaskan gabungan antara asset in place dengan

kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio

MVA/BVA maka akan semakin tinggi kesempatan investasi

yang dimiliki perusahaan tersebut yang berkaitan dengan asset

in place.

b. Market to Book Value Equity (MVE/BVE)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran MVE/BVE

mencerminkan bahwa pasar menilai return atas investasi

Page 10: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

17

perusahaan pada masa depan akan lebih besar dari return yang

diharapkan ekuitasnya.

c. Property, Plant, and Equipment to Book Value of Asset

(PPE/BVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa PPE/BVA

memiliki prospek pertumbuhan perusahaan tergambar dengan

besarnya asset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Proksi IOS berbasis pada investasi (Investment-Based Proxies)

Proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan

investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu

perusahaan. Research and development merupakan investasi dan

selanjutnya diharapkan menghasilkan return terhadap perusahaan.

Rasio-rasio yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain :

a. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CEP/MVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin

besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada asset tetap

sesuai harga pasar maka akan semakin tinggi tingkat investasi

yang dilakukan perusahaan.

b. Capital Expenditure to Book Value of Assets (CEP/BVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin

besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada asset tetap

sesuai harga pasar maka akan semakin tinggi tingkat investasi

yang dilakukan perusahaan.

c. Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin

besar pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka

akan semakin tinggi tingkat investasi yang dilakukan

perusahaan.

3. Proksi IOS berbasis pada varians (Variance-Measures Proxies)

Proksi yang mengungkapkan bahwa suatu psi akan menjadi lebih

bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan

Page 11: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

18

besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari

peningkatan aktiva. Ukuran yang biasa digunakan dalam penelitian

antara lain :

a. Variance of Total Return (VARRET)

Variance of Total Returnmerupakan variasi returnyang

diperoleh investor. Semakin besar varians return maka semakin

besar penyebaran nilai return dan semakin besar pula

ketidakpastian atau risiko dari suatu investasi.

b. Beta Asset (BETA)

Beta asset digunakan untuk membuat proksi risiko IOS

perusahaan.

2.6 Kebijakan Dividen

2.6.1 Pengertian Dividen

Pengertian dividen menurut Ross, et al (2006:921) adalah sebagai berikut:

“dividend is a form of payment made by a firm to its owners, either in cash

or in stock. It is also called “the income component” of the return on an

investment in stock”

Menurut Brigham and Houston (2011:172), dividen adalah distribusi laba

kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dan jenis

modal tertentu.Sedangkan menurut Arief Suadi (2007:434), dividen adalah

proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham

dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah

distribusi laba yang dihasilkan perusahaan kepada pemegang saham yang telah

mendanai perusahaan tersebut dengan cara membeli saham perusahaan tersebut.

Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa

besar bagian laba akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan ditahan

dalam perusahaan selanjutnya diinvestasikan kembali. Kebijakan pembagian

dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Page 12: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

19

2.6.2 Jenis Pembayaran Dividen

Dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dapat diberikan

dalam beberapa jenis. Jenis-jenis dividen yang dibagikan kepada para pemegang

saham ini biasanya tergantung pada kebijakan perusahaan. Menurut Darmadji dan

Fakhrudin (2006) jenis-jenis pembayaran dividen terdiri dari :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Cash Dividend merupakan dividen yang diberikan kepada para

pemegang saham dalam bentuk kas tunai sesuai dengan persentase

kepemilikan saham dalam perusahaan.

2. Dividen Saham (Stock Dividend)

Stock Dividend merupakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan

dalam bentuk saham biasa dari perusahaan tersebut. Biasanya

dilakukan oleh perusahaan yang menginginkan untuk menggunakan

laba bersih yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk kegiatan

investasi tanpa meninggalkan kewajibannya terhadap para pemegang

saham untuk membayarkan dividen.

3. Dividen Properti (Property Dividend)

Property Dividend merupakan dividen yang dibagikan oleh

perusahaan dalam bentuk aktiva tetap berupa tanah, bangunan, serta

bentuk lainnya seperti surat-surat berharga. Pembagian dividen dicatat

oleh perusahaan sebesar nilai pasar dari properti yang diberikan

kepada pemegang saham, bukan sekedar sebesar nilai perolehan dari

properti tersebut.

4. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend)

Liquidating Dividend merupakan dividen yang diberikan oleh

perusahaan kepada pemegang saham sebagai akibat adanya likuidasi

perusahaan. Dividen dalam bentuk ini adalah sebagai distribusi

kepada para pemegang saham berdasarkan modal disetor dan buka

didasarkan atas laba ditahan.

Page 13: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

20

Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz Jr. (2014:219-220)

dividen suatu perusahaan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Dividen Regular dan Dividen Ekstra

Dividen regular merupakan dividen yang diharapkan oleh perusahaan.

Sedangkan dividen ekstra merupakan dividen yang tidak rutin yang

dibayarkan kepada pemegang saham di samping dividen regular.

Dividen ekstra biasanya dibayarkan secara kuartal ataupun setengah

tahun dalam situasi khusus serta secara tidak langsung memberikan

informasi kepada publik mengenai stabilitas dividen perusahaan.

2. Dividen Saham

Dividen saham ada pembayaran dalam bentuk penambahan saham

kepada pemegang saham. Dividen saham ini dibagi menjadi 2 bagian.

Yaitu dividen saham kecil yang mewakili kenaikan kurang dari 25%

dari jumlah saham beredar sebelum pembagian dan dividen saham

besar yang mewakili kenaikan sebesar 25% atau lebih sari saham

biasa sebelum pembagian.

Berdasarkan kedua pemahaman mengenai jenis-jenis pembagian dividen

tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen yang diberikan kepada para pemegang

saham tidak selalu diberikan dalam bentuk dividen kas. Terdapat beberapa bentuk

pembayaran dividen lainnya dan kebijakan sistem waktu pembayaran dividen

yang berbeda yang dapat dibagikan perusahaan untuk pemegang saham

perusahaan tersebut. Sesuai dengan pertimbangan mengenai kebijakan-kebijakan

perusahaan tersebut dalam memberikan dividen kepada para pemegang saham.

Selain bentuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan yang tidak selalu

berupa dividen kas, besar kecilnya pembagian dividen juga menjadi perhatian dari

kebijakan pembayaran dividen. Pada umumnya, apabila perusahaan dalam tahap

pertumbuhan ataupun tahap menurun, dividen dibayarkan akan lebih sedikit

daripada pembayaran dividen yang dilakukan oleh perusahaan yang dalam tahap

matang atau dewasa.

Page 14: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

21

2.6.3 Kebijakan Dividen

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:253) kebijakan dividen

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan-

pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan

apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal

guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Menurut Dermawan Sjahrial (2009) perusahaan akan tumbuh dan

berkembang, dan kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau

laba. Laba ini terdiri dari laba yang akan ditahan dan laba yang dibagikan. Pada

tahap selanjutnya laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling

penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan

perusahaan yang berasal dari laba yang ditahan ditambah biaya penyusutan aktiva

tetap, maka akan semakin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh

laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham

berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan

itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan.

Pengertian lain mengenai kebijakan dividen yang dijelaskan oleh Van

Horne dan Wachowicz (2014:206) adalah evaluasi pengaruh rasio pembayaran

dividen terhadap kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan melihat

kebijakan dividen perusahaan sebagai keputusan pendanaan yang melibatkan laba

ditahan. Setiap periode perusahaan harus memutuskan apakah laba yang diperoleh

akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada pemegang saham

sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasi dengan

pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk

mendanai proyek tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk

mendanai seluruh kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan

didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Jika tidak ada

kelebihan, maka dividen tidak akan dibagikan.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kebijakan dividen merupakan keputusan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan

Page 15: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

22

dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terdapat pada perusahaan tanpa

melupakan kewajiban kepada pemegang saham atas investasi yang dilakukan.

Pertimbangan-pertimbangan yang menjadi concern pada pihak perusahaan dalam

pembayaran dividen dijelaskan oleh D. Agus Harjito (2007) sebagai berikut :

1. Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil

kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan

digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya

untuk pembayaran dividen.

2. Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama

dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar.

Maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas

perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas

dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai

fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar

dividen dalam jumlah yang besar.

3. Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan

fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila

perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan

pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi

sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika

perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak

perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas

perusahaan.

4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering

mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen.

Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga

Page 16: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

23

kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya

pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat

menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur,

karena dengan demikian manajemen tidak harus

mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang

saham.

5. Pengendalian perusahaan

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka

perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang

melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi

yang menguntungkan.

2.6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan

dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham menurut Van Horne dan

Wachowicz (2014:213-215) antara lain adalah:

1. Peraturan-peraturan hukum

Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan

batasan-batasan hukum di mana kebijakan dividen perusahaan dapat

digunakan. Peraturan-peraturan hukum ini berhubungan dengan

penurunan modal, ketidaksolvabilitasan dan laba ditahan yang tidak

semestinya.

2. Kebutuhan pendanaan perusahaan

Pada saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan dividen perusahaan

telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan

pendanaan perusahaan. Untuk itu perlu dipersiapkan anggaran kas,

proyeksi laporan sumber dan penggunaan dana dan proyeksi laporan

arus kas. Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas

perusahaan yang mungkin terjadi tanpa adanya perubahan kebijakan

dividen. Kemampuan perusahaan untuk menyediakan dividen harus di

analisis relatif terhadap distribusi probabilitas arus kas dan saldo kas

Page 17: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

24

yang mungkin di masa depan. Berdasarkan analisis ini perusahaan

dapat menentukan besarnya dana yang mungkin tersisa.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam

keputusan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar,

semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

4. Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan

perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Jika

memiliki kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu

singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan

yang relatif baik. Kemampuan meminjam ini dapat berupa batas kredit

atau perjanjian kredit beruntun dari bank, atau kemammpuan tidak

resmi kelembagaan keuangan untuk memperluas kredit. Selain itu,

fleksibilitas keuangan berasal dari kemampuan perusahaan untuk

menembus pasar modal dengan menerbitkan obligasi. Semakin besar

dan semakin kuat perusahaan, semakin baik jalan masuk ke pasar

modal. Semakin besar kemampuan meminjam perusahaan, semakin

besar fleksibilitas keuangan dan semakin besar kemampuannya untuk

membayar dividen kas. Jika perusahaan dapat melakukan pendanaan

melalui hutang, manajemen tidak perlu terlalu mengkhawatirkan

pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

5. Batasan-batasan dalam perjanjian hutang

Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman

seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini

digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang. Jika batasan ini diterapkan, maka

akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Manajemen

perusahaan dapat menjadikan batasan tersebut sebagai alasan tidak

membayar dividen.

Page 18: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

25

6. Pengendalian

Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan

kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk

mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi

tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika

pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat

memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih

pembayaran dividen yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi

melalui laba ditahan. Kebijakan dividen ini mungkin tidak

memaksimalkan kekayaan keseluruhan pemegang saham, namun

kebijakan dividen tersebut dilakukan demi kepentingan terbaik pihak

yang memiliki kendali.

Beberapa faktor pertimbangan kebijakan diatas mengungkapkan bahwa

perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada para pemegang sahamnya

perusahaan harus mampu untuk mendefiniskan faktor-faktor tertentu yang akan

mempengaruhi kondisi perusahaan termasuk faktor kondisi keuangan perusahaan

tersebut.

Perusahaan tidak dapat terlalu mendorong dirinya untuk tetap

membayarkan dividen dengan jumlah per lembar sahamnya yang cukup tinggi

apabila kondisi perusahaan tersebut sedang menurun atau pada saat perusahaan

lain ingin melakukan kegiatan investasi hanya untuk mempertahankan nilai

eksistensi perusahaan pada bursa saham.

Hal ini berlaku juga pada perusahaan pada dalam kondisi prima dan

cenderung dalam tingkat kedewasaan. Perusahaan juga tidak dapat mendorong

dirinya untuk membayarkan dividen dengan jumlah yang cukup tinggi per lembar

sahamnya karena tidak selamanya perusahaan akan dalam fase kedewasaan dan

dalam kondisi prima di tengah kondisi ekonomi global yang fluktuatif dan masih

mengalami beberapa krisis keuangan global yang dapat mempengaruhi kondisi

keuangan perusahaan.

Page 19: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

26

2.6.5 Teori-Teori Kebijakan Dividen

Terdapat beberapa teori dasar mengenai kebijakan dividen seperti yang

dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2011:211), teori yang mendasari

tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Teori ini menjelaskan bahwa nilai suatu perusahaan tergantung

semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan

kepada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan

laba ditahan.

2. Teori Bird in Hand

Tingkat pengembalian yang diisyaratkan atas ekuitas akan turun

apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan karena para investor

kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan (capital gain) yang

akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan

seandainya menerima dividen.

3. Teori Preferensi Pajak

Investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada

yang tinggi. Artinya para investor mungkin lebih suka perusahaan

menahan sebagian besar laba perusahaan karena adanya keuntungan

pajak.

2.6.6 Pengertian Dividend Payout Ratio

Menurut Gitman (2006:602) dividend payout ratio merupakan indikasi

atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh dan yang didistribusikan

kepada pemegang saham dalam bentuk kas. Dividend payout ratioini ditentukan

perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham setiap tahun.

Penentuan dividend payout ratio berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.

Teori mengenai dividend payout ratio juga dijelaskan oleh Stice et al

(2005:521) sebagai berikut :

“a measure of the percentage of earnings paid out in dividends; computed

by dividing cash dividends by net income”

Page 20: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

27

Menurut Gitman (2006:602), dividend payout ratio merupakan

perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earnings per share (EPS).

Perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan

mampu menghasilkan laba yang semakin besar. Jika laba yang dihasilkan

besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang lebih besar

karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modalnya sendiri.

Dividend payout ratio menyajikan kepada para investor mengenai jumlah

porsi pendapatan yang dibayarkan perusahaan mengenai kewajibannya membayar

dividen selama periode pembukuan perusahaan. Jika rasio yang ditunjukkan

dalam dividend payout ratio cukuo tinggi, terdapat indikasi bahwa perusahaan

membayarkan dividen dalam jumlah besar. Namun jika hanya membayarkan

sedikit bagian dari laba perusahaan untuk pembayaran dividen tunai, menandakan

sisa pembayaran tersebut digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan yang

kemudian akan membantu perusahaan dalam, menaikkan harga saham biasa

perusahaan setelah tanggal pembagian dividen.

2.7 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

2.7.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Dividend Payout Ratio

Insider Ownership adalahsebuah sebuah ukuran persentase saham yang

dimiliki oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat

secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling,

1976) dalam Agus Sartono (2001:112).

Menurut Demsey & Laber (1992) seperti dikutip Susilawati (2000),

masalah keagenan banyak dipengaruhi oleh insider ownership. Semakin besar

insider ownership maka perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan

pengelola perusahaan semakin kecil, mereka akan bertindak dengan lebih hati-

hati, karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi yang mungkin timbul

dari keputusan yang mereka buat. Adanya kepemillikan saham oleh manajer akan

memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan

dapat menurunkan biaya keagenan.

Page 21: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

28

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Harjito (2006) Peningkatan

insider ownership bermanfaat untuk meningkatkan keselarasan kepentingan

antara manajer dengan pemegang saham. Insider ownership terjadi apabila

pemegang saham suatu perusahaan sekaligus bertindak sebagai manajer

perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat insider ownership suatu

perusahaan, maka semakin tinggi tingkat keselarasan (alignment) dan kemampuan

kontrol terhadap kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

Menurut Eko Wahyudi (2008) insider ownership akan mensejajarkan

kepentingan antara pihak insider dengan pemegang saham luar (outsider).

Insideryang besar akan menurunkan biaya keagenan karena ada rasa kepemilikan

pada diri insider sehingga mereka bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang

saham, yang mengakibatkan perusahaan membayar dividen lebih tinggi kepada

pemegang saham sedangkan semakin rendah insider ownership akan

meningkatkan biaya keagenan sehingga sebagai konsekuensinya perusahaan

membayar dividen lebih rendah kepada pemegang saham. Dapat disimpulkan

bahwa insider ownershipberpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

2.7.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio

Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan

masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba merupakan indikator dari kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen, sehingga profitabilitas dapat dianalisis sebagai faktor penentu

terpenting terhadap dividen. Profitability (profitabilitas) adalah tingkat

keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan

operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham

adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya

yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan yang memperoleh keuntungan

cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen.

Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula

kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston,

2011:156). Jika perusahaan mengumumkan peningkatan dividen maka investor

Page 22: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

29

akan menganggap kondisi perusahaan saat ini dan akan datang relatif baik dan

sebaliknya. Pada sisi lain penambahan dividen memperkuat posisi perusahaan

untuk mencari tambahan dana dari pasar modal sehingga kinerja perusahaan

dimonitor oleh tim pengawas pasar modal. Pengawasan ini menyebabkan manajer

berusaha mempertahankan kinerja dan tindakan ini menurunkan konflik

keagenan.

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh return on equity

(ROE). Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur

dari modal pemilik (Harahap, 2007:305). Meningkatnya profitabilias dapat

tercermin pada meningkatnya return on equity akan meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam membayar dividen.

2.7.3 Pengaruh Leverage terhadap Dividend Payout Ratio

Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan

dibelanjai atau didanai dengan pinjaman. Apabila perusahaan tidak menggunakan

leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam beroperasi

sepenuhnya menggunakannya modal sendiri, sehingga risiko perusahaan kecil.

Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman

yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin

besar (Irawati, 2006:42). Menurut Brealey et al (2007:10) ketika sebuah

perusahaan meminjam uang, perusahaan berjanji melakukan sederet pembayaran

bunga dan kemudian mengembalikan jumlah uang yang dipinjamnya. Jika laba

naik, pemegang utang terus menerus menerima pembayaran bunga tetap saja, jadi

semua keuntungan menjadi milik pemegang saham. Karena utang meningkat

pengembalian bagi pemegang saham dalam masa-masa baik dan menguranginya

pada masa-masa buruk, utang tersebut dikatakan menciptakan leverage keuangan.

Rasio leverage mengukur seberapa besar leverage keuangan yang ditanggung

perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2011:107) semakin besar leverage

perusahaan maka cenderung untuk membayar dividennya lebih rendah dengan

tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan secara eksternal.

Page 23: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

30

Sehingga semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal

suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya yang akan

mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan.

Menurut Irawati (2006:44) ukuran rasio leverage dihitung dengan

menggunakan rumus salah satunya Total Debt To Total Equity Ratio (DER)

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur pertimbangan antara kewajiban

yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti

modal sendiri yang digunakan semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya

atau kewajibannya.

2.7.4 Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio

Munculnya istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh

Myers (1976) dalam Ahmad Riahi Belkaoui (2002) yang menguraikan pengertian

perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (asset in place)dan opsi

investasi di masa yang akan datang. Menurut Hartono (2003:58), Kesempatan

Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya

kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan.

Peluang investasi dimasa yang akan datang menjadi sebuah kesempatan

yang juga diperhitungkan oleh perusahaan. Suharli (2007) menyatakan bahwa

pada saat kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung

memilih investasi baru daripada membayar dividen. Hal tersebut mengakibatkan

dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para

pemegang saham akan digunakan untuk melakukan pembelian investasi. Dalam

kaitannya dengan kebijakan dividen, Fitri Ismayanti dan M.Hanafi (2003)

menyatakan bahwa pengaruh IOS terhadap kebijakan dividen adalah negatif.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat dikatakan bahwa Investment Opportunity

Set(IOS) mempunyai pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio perusahaan.

Page 24: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

31

2.7.5 Pengaruh Insider Ownership, Profitabilitas, Leverage dan Investment

Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio

Insider Ownership adalahsebuah sebuah ukuran persentase saham yang

dimiliki oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat

secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling,

1976) dalam Agus Sartono (2001:112). Menurut Jensen dan Meckling (1976)

dalam Harjito (2006) Peningkatan insider ownership bermanfaat untuk

meningkatkan keselarasan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.

Insider ownership terjadi apabila pemegang saham suatu perusahaan sekaligus

bertindak sebagai manajer perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat

insider ownership suatu perusahaan, maka semakin tinggi tingkat keselarasan

(alignment) dan kemampuan kontrol terhadap kepentingan antara manajer dengan

pemegang saham.

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh

perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan

kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah peusahaan memenuhi seluruh

kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan yang memperoleh

keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai

dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar

pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston,

2006:156). Disamping tingkat keuntungan, para pemegang saham dan calon

pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat leverage sebagai faktor laon

dalam penilaian kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi

income pada masa-masa yang akan datang dan dalam hal pembagian dividen

kepada pemegang saham (Syamsuddin, 2007:135).

Menurut Hartono (2003:58), Kesempatan Investasi atau Investment

Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang

investasi bagi suatu perusahaan. Peluang investasi dimasa yang akan datang

menjadi sebuah kesempatan yang juga diperhitungkan oleh perusahaan. Suharli

(2007) menyatakan bahwa pada saat kondisi perusahaan sangat baik maka pihak

manajemen akan cenderung memilih investasi baru daripada membayar dividen.

Page 25: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

32

Hal tersebut mengakibatkan dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai

dividen tunai kepada para pemegang saham akan digunakan untuk melakukan

pembelian investasi.

2.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang kebijakan dividen telah banyak dilakukan

sebelumnya antara lain Michell Suharli (2007), Mariah, Meythi, dan Riki Martusa

(2012), Rizma Aulia (2012), Suci Marina (2013), Sumiadji (2011), Suharli dan

Oktorina (2005), Sisca (2008), dan Sartono Agus (2001). Namun penelitian

terdahulu tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.

Penelitian Michell Suharli (2007) yang menguji pengaruh profitability dan

investment opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas

sebagai variabel penguat. Hasil penelitiannya memperoleh hasil bahwa secara

parsial profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen.

Sementara variabel investment opportunity setberpengaruh signifikan negatif

terhadap kebijakan dividen. Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian

yang dilakukan Mariah, Meythi, dan Riki Martusa (2012) yang menguji pengaruh

profitabilitas dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen tunai dengan

likuiditas sebagai variabel moderating. Penelitiannya memperoleh hasil bahwa

secara parsial profitabilitas dan kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen.

Penelitian yang dilakukan Rizma Aulia (2012) dengan judul pengaruh

profitabilitas, investment opportunity set dan kepemilikan manajerial terhadap

kebijakan dividen dengan likuiditas sebagai variabel moderasi. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwaprofitabilitasberpengaruh signifikan positif

terhadap kebijakan dividen. Sementara investment opportunity set berpengaruh

signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Dan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Suci Marina (2013) menguji pengaruh profitabilitas dan arus kas bebas

terhadap kebijakan dividen dengan kesempatan investasi sebagai variabel

intervening. Hasil penelitiannya memperoleh hasil bahwa secara parsial

Page 26: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

33

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel

arus kas bebas dan kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen.

Selain itu Sumiadji (2011) menganalisis variabel keuangan yang

mempengaruhi kebijakan dividen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

variabel return on assets dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan

terhadap dividend payout ratio. Sementara variabel cash ratio, earning per share

dan total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Penelitian Suharli dan Oktorina (2005) dengan judul memprediksi tingkat

pengembalian investasi pada equity securities melalui rasio profitabilitas,

likuiditas dan hutang pada perusahaan publik di jakarta. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa secara parsial variabel profitabilitas dan likuiditas

berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Sementara leverage

berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Sisca (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh kepemilikan

managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, dan

ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitiannya menemukan

bahwa variabel kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan

hutang dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan

dividen.Sementara variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

kebijakan dividen. Hal ini terjadi karena semakin banyak saham yang dimiliki

oleh pihak insider, maka pihak manajemen cenderung untuk menahan

pembayaran dividen.

Sedangkan penelitian Sartono Agus (2001) yang berjudul kepemilikan

dalam (insider ownership), utang, dan kebijakan dividen : pengujian empirik teori

keagenan (agency theory). Hasil penelitiannya menemukan bahwa variabel insider

ownership dan utang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan

dividen.Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut.

Page 27: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti

dan

Tahun

Penelitian

JudulPenelitian VariabelPenelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Michell

Suharli

(2007)

Pengaruh

Profitability dan

InvestmentOppo

rtunity

SetTerhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

dengan

Likuiditas

Sebagai

Variabel

Penguat

Profitability,

InvestmentOpportuni

ty Set, Likuiditas dan

KebijakanDividen

Tunai

- Secara parsial,

Profitability

berpengaruh

signifikan positif

terhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

dan diperkuat

oleh likuiditas

perusahaan

- Secara parsial, InvestmentOpport

unity Set

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

Menggunakan

variabel Profitability

dan

InvestmentOpportunit

y Set sebagai variabel

independen dan

Kebijakan Dividen

sebagai variabel

dependen

- Penulis tidak

menggunakan

variabel

Likuiditassebagai

variabel penguat

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

insider ownership

dan leverage

Page 28: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

2. Mariah,

Meythi,

dan Riki

Martusa

(2012)

Pengaruh

Profitabilitas

dan Kesempatan

Investasi

Terhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

dengan

Likuiditas

sebagai Variabel

Moderating

Profitabilitas,

Kesempatan

Investasi, Likuiditas,

dan

KebijakanDividen

Tunai

- Secara parsial, Profitabilitas dan

Kesempatan

Investasi tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

dan Likuiditas

tidak dapat

digunakan

sebagai variabel

moderasi dalam

memperkuat

hubungan antara

Profitabilitas dan

Kesempatan

Investasi

terhadap

Kebijakan

Dividen Tunai

Menggunakan

variabel Profitabilitas

dan Kesempatan

Investasi sebagai

variabel independen

dan Kebijakan

Dividen sebagai

variabel dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabel

Likuiditassebagai

variabel

moderating

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

insider ownership

dan leverage

Page 29: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

3. Rizma

Aulia

(2012)

PengaruhProfita

bilitas,

InvestmentOppo

rtunity Set

danKepemilikan

ManajerialTerha

dapKebijakanDi

videndenganLik

uiditassebagaiV

ariabelModerasi

Profitabilitas,

InvestmentOpportuni

ty Set,

KepemilikanManajer

ial, Likuiditasdan

KebijakanDividen

- Secara parsial, Profitabilitas

berpengaruh

signifikan positif

terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, InvestmentOpport

unity Set

berpengaruh

signifikan negatif

terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial,Kepemilik

anManajerial

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara simultan, Profitabilitas,

InvestmentOpport

unity Set

danKepemilikan

Manajerialberpen

garuh signifikan

secara statistic

terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel Profitabilitas,

InvestmentOpportunit

y Set,

KepemilikanManajeri

alsebagai variabel

independen dan

Kebijakan Dividen

sebagai variabel

dependen

Penulis tidak

menggunakan

likuiditas sebagai

variabel moderasi dan

penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

leverage

Page 30: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

4. Suci

Marina

(2013)

PengaruhProfita

bilitas

DanArusKas

BebasTerhadap

KebijakanDivid

endenganKesem

patanInvestasise

bagaiVariabelInt

ervening

Profitabilitas, Arus

Kas Bebas,

Kesempatan

Investasi, dan

KebijakanDividen

- Secara parsial,Profitabili

tas berpengaruh

negatif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, Arus Kas Bebas

dan Kesempatan

Investasi

berpengaruh

positif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara simultan, Profitabilitas dan

Arus Kas Bebas

melalui

Kesempatan

Investasi sebagai

variabel

intervening

berpengaruh

terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel Profitabilitas

sebagai variabel

independen dan

Kebijakan Dividen

sebagai variabel

dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabel

Kesempatan

Investasi sebagai

variabel

intervening dan

Arus Kas Bebas

sebagai variabel

independen

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

leverage, insider

ownership dan

investment

opportunity set

Page 31: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

5. Sumiadji(

2011)

Analisis

Variabel

Keuangan yang

Mempengaruhi

Kebijakan

Dividen

Return On Assets,

Cash Ratio, Debt To

Equity Ratio,

Earning Per Share,

Total Assets

Turnover, dan

Dividend Payout

Ratio

- Secara parsial,ROAtidak

berpengaruh

signifikan

terhadapDPR

- Secara parsial, CR

berpengaruhsigni

fikan terhadap

DPR

- Secara parsial, DER tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap DPR

- Secara parsial, EPS berpengaruh

signifikan

terhadap DPR

- Secara parsial, TATO

berpengaruh

signifikan

terhadap DPR

- Secara simultan,

ROA, CR, DER,

EPS, dan TATO

berpengaruh

terhadap DPR

Menggunakan

variabel Debt To

Equity Ratio(DER)

sebagai variabel

independen dan

Dividend Payout

Ratiosebagai variabel

dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabel Return On

Assets, Cash Ratio,

Earning Per Share

dan Total Assets

Turnoversebagai

variabel

independen

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

Profitabilitas

(ROE), insider

ownership dan

investment

opportunity set

Page 32: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

6. Suharli

dan

Oktorina

(2005)

Memprediksi

Tingkat

Pengembalian

Investasi Pada

Equity

Securities

Melalui Rasio

Profitabilitas,

Likuiditas, dan

Hutang Pada

Perusahaan

Publik di Jakarta

Profitabilitas (ROI),

Likuiditas (CR),

Hutang (DER) dan

Return Investasi

(DPR)

- Secara parsial,Profitabili

tas berpengaruh

positif terhadap

Dividend Payout

Ratio

- Secara parsial, Likuiditasberpen

garuh positif

terhadap

Dividend Payout

Ratio

- Secara parsial,Leverageb

erpengaruh

negatif terhadap

Dividend Payout

Ratio

Menggunakan

variabel

LeveragedanProfitabil

itas sebagai variabel

independen dan

Dividend Payout

Ratiosebagai variabel

dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabel

Likuiditassebagai

variabel

independen

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

Return On Equity

(ROE) untuk

Profitabilitas,

insider ownership

dan investment

opportunity set

Page 33: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

7. Sisca

Christiany

Dewi

(2008)

Pengaruh

KepemilikanMa

nagerial,

Kepemilikan

Institusional,

Kebijakan

Hutang,

Profitabilitas,

dan Ukuran

Perusahaan

Terhadap

Kebijakan

Dividen

KepemilikanManage

rial, Kepemilikan

Institusional,

KebijakanHutang,

Profitabilitas,Ukuran

Perusahaan dan

KebijakanDividen

- Secara parsial, KepemilikanMan

agerial

berpengaruh

negatif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, Kepemilikan

Institusional

berpengaruh

negatif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, KebijakanHutang

berpengaruh

negatif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, Profitabilitas

berpengaruh

negatif terhadap

Kebijakan

Dividen

- Secara parsial, Ukuran

Perusahaan

berpengaruh

positif terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel

KepemilikanManageri

al dan Profitabilitas

sebagai variabel

independen dan

Kebijakan Dividen

sebagai variabel

dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabelKepemilika

n Institusional,

KebijakanHutang,d

anUkuran

Perusahaansebagai

variabel

independen

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

leverage dan

investment

opportunity set

Page 34: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

8. Sartono

Agus

(2001)

Kepemilikan

Dalam (Insider

Ownership),

Utang, dan

Kebijakan

Dividen :

Pengujian

Empirik Teori

Keagenan

(Agency Theory)

Insider Ownership,

Utang dan

KebijakanDividen

- Insider Ownership dan

Utang memiliki

pengaruh yang

signifikan

terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel Insider

Ownership sebagai

variabel independen

dan Kebijakan

Dividen sebagai

variabel dependen

- Penulis tidak menggunakan

variabel

Utangsebagai

variabel

independen

- Penulis menggunakan

tambahan variabel

independen yaitu

profitabilitas,

leverage dan

investment

opportunity set

Page 35: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

42

2.9 Kerangka Pemikiran

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan

pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan pembayaran

dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan perusahaan. Perusahaan

dalam menetapkan kebijakan dividen harus memperhatikan faktor-faktor yang

berpengaruh pada kebijakan dividen. Penetapan kebijakan dividen sangat penting

karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham. Dalam menentukan

kebijakan dividen tidaklah mudah karena dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan, nilai perusahaan, dan harga saham perusahaan (Sisca, 2008).

Sementara itu prosentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen kepada

pemegang saham disebut dividend payout ratio (DPR). Pembagian dividen yang

lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya

nilai perusahaan (Utami, 2008).

Kebijakan dividen menyangkut tentang penggunaan laba yang menjadi

hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut dibagi sebagai dividen

atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Jensen et all (1992), menjelaskan

bahwa perusahaan akan menetapkan tingkat dividen yang membuat manajer dapat

membiayai investasi perusahaan dengan dana internal. Bila kebijakan dividen

sesuai dengan perkiraan manajemen dari kesempatan investasi di masa yang akan

datang, maka perusahaan dapat mempertahankan dividen yang stabil dan

memperoleh pendanaan ekuitas yang dibutuhkan melaui sumber internal.

Pada umumnya pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi

kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah

dividen yang akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu di pihak

pemegang saham tentu saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai

hasil dari modal yang mereka investasikan. Kondisi seperti inilah yang dipandang

agency theory sebagai konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok

saling berbeda (Keown et al, 2005:617).

Jensen dan Meckling (1976) dalam Sudaryanti (2010) menyatakan konflik

kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) dapat

diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan

Page 36: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

43

kepentingan-kepentingan tersebut. Dampak dari adanya mekanisme pengawasan

akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.

Menurut Demsey & Laber (1992) seperti dikutip Susilawati (2000),

masalah keagenan banyak dipengaruhi oleh insider ownership. Semakin besar

insider ownership maka perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan

pengelola perusahaan semakin kecil, mereka akan bertindak dengan lebih hati-

hati, karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi yang mungkin timbul

dari keputusan yang mereka buat. Adanya kepemillikan saham oleh manajer akan

memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja perusahaan secara optimal dan

dapat menurunkan biaya keagenan.

Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan

masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba merupakan indikator dari kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen, sehingga profitabilitas dapat dianalisis sebagai faktor penentu

terpenting terhadap dividen. Profitability (profitabilitas) adalah tingkat

keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan

operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham

adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya

yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan yang memperoleh keuntungan

cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen.

Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula

kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston,

2006:156).

Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian

utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat

keuntungan pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting bagi para

pemegang saham dan calon pemegang saham karena keuntungan ini akan

mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Disamping tingkat

keuntungan, para pemegang saham dan calon pemegang saham juga

berkepentingan dengan tingkat leverage sebagai faktor lain dalam penilaian

kelanjutan hidup perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income pada masa-

Page 37: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

44

masa yang akan datang (Syamsuddin, 2007:89). Menurut Sartono (2001:257) di

dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana

(sources of found) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetaep (beban tetap)

dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Perusahaan menggunakan operatingdan financial leverage dengan tujuan agar

keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya,

dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika

perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya

tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang

saham. Dengan demikian konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk

menunjukan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan

tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

Munculnya istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh

Myers (1976) dalam Ahmad Riahi Belkaoui (2002) yang menguraikan pengertian

perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (asset in place)dan opsi

investasi di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Sriwardani (2006) IOS

merupakan keputusan Investasi dalam bentuk aktiva yang dimiliki (assets in

place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan

mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

Peluang investasi dimasa yang akan datang menjadi sebuah kesempatan

yang juga diperhitungkan oleh perusahaan. Suharli (2007) menyatakan bahwa

pada saat kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung

memilih investasi baru daripada membayar dividen. Hal tersebut mengakibatkan

dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para

pemegang saham akan digunakan untuk melakukan pembelian investasi.

Page 38: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

45

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Pengaruh Secara Simultan

= Pengaruh Secara Parsial

Insider Ownership (X1)

Insider Ownership adalahsebuah sebuah ukuran

persentase saham yang dimiliki oleh direksi,

manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak

yang terlibat secara langsung dalam pembuatan

keputusan perusahaan (Jensen and Meckling,

1976) dalam Agus Sartono (2001:112).

Profitabilitas (X2)

Profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua

kemampuan dan sumber yang ada untuk melihat

kemampuan perusahaan beroperasi secara efisien

(Harahap, 2008:304).

Leverage (X3)

Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana

modal pemilik dapat menutu piutang-utang

kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini akan

semakin baik (Harahap, 2009:303)

Investment Opportunity Set (X4)

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan

bentuk investasi yang dilakukan perusahaan

sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di

masa mendatang. Rasio MVE/BVE ini

digunakan dengan dasar pemikiran MVE/BVE

mencerminkan bahwa pasar menilai return atas

investasi perusahaan pada masa depan akan lebih

besar dari return yang diharapkan ekuitasnya

(Kallapur dan Trombley dalam Erlina, 2007:43)

Dividend

Payout Ratio

(Y)

Page 39: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori ...

46

2.10 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan konsep, konstruk,

penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H1 : Insider Ownership berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio

H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio

H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio

H4 : Investment Opportunity Set berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout

Ratio

H5 : Insider Ownership, Profitabilitas, Leverage dan Investment Opportunity Set

berpengaruh secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio