8 ayyub-varietas tahan

8

Click here to load reader

description

varietas tahan

Transcript of 8 ayyub-varietas tahan

Page 1: 8 ayyub-varietas tahan

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011

34

RESENSI HASIL TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KUMBANG BUBUK

PADA TANAMAN JAGUNG

Ayyub Arrahman

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

ABSTRAK

Selama periode penyimpanan bahan, kerusakan akibat infestasi Kumbang Bubuk dapat mencapai angka

21%. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap bobot biji atau rusaknya kualitas biji selama

proses penyimpanan yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga lebih dari 30%. Upaya

penyelamatan produk simpanan telah banyak dilakukan seperti sanitasi tempat-tempat penyimpanan

bahan (gudang), penurunan kualitas kadar air bahan sebelum disimpan, fumigasi dan penggunaan

beberapa bahan nabati yang dicampur dengan bahan simpan. Hasilnya setelah dievaluasi cara ini belum

memberikan hasil yang memuaskan karena kualitas serangan masih cukup tinggi. Oleh sebab itu

penggunaan varietas tahan adalah cara yang terbaik bila dipilih sebagai salah satu komponen tehnologi

alternatif dalam menekan serangan hama kumbang bubuk pada periode penyimpanan bahan. Beberapa

hasil teknologi pembentukan varietas/galur yang tahan yang dilanjutkan dengan upaya penyaringan

galur terhadap tekanan serangga, dan kajian heritabilitas ketahanan genotip yang digunakan untuk

mengukur ratio ragan genotip terhadap ragam total dalam pendugaan kemajuan suatu seleksi galur,

dinamika serangga dalam mengakses sumber makanan oleh pengaruh varietas dan bentuk biji juga

disajikan dalam makalah ini.

Kata Kunci : Hasil Teknologi, Hama Kumbang Bubuk, Jagung

ABSTRACT

In the period of grain storage, the damages of maize grain due to the infestation of maize weevil

could reach up to 2%. These grain damages would affected either the weight of grain or reduced

grain quality coincide with the storage period that could caused grain losses more than 30%. Efforts

to maintain grain quality in storage room have been done, i.e., sanitation of ware house, lowering the

moisture content of the grain before strong, fumigation and the use of several botanical pesticides

that could be mixed with the grain prior to be stored. After being evaluated, the result showed that

all these efforts still not effective yet, and the maize weevil population remean high. Therefore, the

used of resistant variety is the best solution as one of component of technology of producing

resistant varieties/lines could be done using variety the ratio of variance genetic to the total

variance to predict selection progress of the each line/variety, insect dynamic on accessing the

source of feeds due to varieties and seed size.

Key word : Technology, maize weevil, pest weevil, pest control, maize.

1. PENDAHULUAN

1.1. Peranan Jagung Sebagai Sumber Makanan

Sumber kalori utama bagai sebahagian masyarakat kita setelah beras adala jagung. Sebagai

bahan makanan, sumbangan jagung bagi nutrisi masyarakat pada umumnya sangat besar peranannya,

dengan porsi kira-kira mencapai 10% dari total masukan protein dan kalori yang dibutuhkan. Data survei

menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi perkapita antara 15-20 kg/tahun (Anonim,1988). Data ini

Page 2: 8 ayyub-varietas tahan

Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung

35

menunjukkan bahwa jagung berperanan dalam menyumbang kebutuhan nasional akan pangan dan pakan.

Pada tahun 1996 saja, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri mencapai jumlah permintaan senilai

3.510.000 ton (Badan Pengendalai Bimas,1996).

1.2. Kendala Utama Usahatani Jagung

Masalah yang paling mendasar dan yang merupakan kendala bagi usahatani jagung adalah adanya

kehilangan hasil yang cukup besar oleh infestasi hama gudang, khususnya dari spesies hama kumbang

bubuk jagung, Sitophilus zeamais Motsch. Angka kehilangan hasil secara nasional mencapai 20 % terjadi

sewaktu panen, penjemuran, pemipilan, pengangkutan dan penyimpa-nan (Rajesus,1981; ICRISAT,1988;

FAO,1977). Kehilangan hasil dari tiap-tiap tahap tersebut berlainan menurut daerah dan sistim

produksinya. Akan tetapi, tahap penyimpanan merupakan tahap yang paling kritis, dan hama gudang

merupakan faktor utama yang menimbulkan masalah pada tahap ini yang biasanya terjadi sangat drastis

sekali (Morallo dan Javier,1980; Bedjo,1992).

1.3. Upaya-Upaya Pengelolaan Hama Jagung

Usaha-usaha pemerintah dalam rangka penyelamatan produksi telah banyak diupayakan dengan

dana dan waktu yang cukup banyak, akan tetapi hasilnya belum terlalu memuaskan mengingat sampai

saat ini varietas atau galur jagung yang tahan serangan hama kumbang bubuk belum ada. Oleh sebab itu

pembentukan galur/famili yang tahan terhadap serangan hama ini perlu segera diupayakan.

Perakitan varietas jagung untuk ketahanan terhadap hama kumbang bubuk di Indonesia belum

dilakukan kecuali untuk aspek penutupan kelobot. Menurut Painter (1968), kelobot yang tertutup dan

lebih panjang dari tongkolnya dapat mengurangi infeksi kumbang bubuk sejak biji masih berada di

lapangan. Informasi ketahanan jagung terhadap infestasi hama kumbang bubuk juga masih kurang. Kim

et. al (1988), menyatakan bahwa lapisan luar biji jagung yang sama sekali tersusun dari jaringan

maternal adalah faktor utama ketahanan dalam mencegah peletakan telur hama kumbang bubuk. Peneliti

lain seperti Widstrom et. al (1975) menemukan 6 galur murni jagung tropis yang tahan terhadap hama

kumbang bubuk dengan karakter utama terletak pada struktur kotiledon biji, sedangkan Tipping et. al (1989) dan Tadesse et. al (1994) menemukan bahwa ketahanan jagung terhadap hama kumbang bubuk

lebih ditentukan oleh faktor genetik. Faktor genetik yang berperanan dapat bersifat nonpreferen

(dalam peletakan telur, makanan dan berlindung) dan antibiosis (beracun bagi serangga hama).

2.TEKNOLOGI PENCIPTAAN VARIETAS TAHAN

Sumber-sumber ketahanan dari faktor genetik berpeluang untuk dapat dipindahkan kepada

varietas unggul, yakni dengan cara seleksi saudara kandung yang selanjutnya dilakukan dengan seleksi

berulang S1. Diperlukan tiga periode pertanaman untuk menghasilkan satu siklus. Seleksi dinilai sudah

mantap apabila telah menampilkan keseragaman yang maksimum antara lain minimal telah dicapai empat

siklus seleksi(Dahlan dan Slamet,1992).

2.1. Pembentukan Populasi Sumber Gen Tahan

Materi seleksi untuk perakitan varietas jagung unggul baru berasal dari populasi dasar yang

bersumber dari Malang komposit A, Malang komposit F dan P31, yakni MCA(FS)C5, MCA(FS)C6,

MCF(FS)C5, MCF(FS)C6, AC(FS)C5, AC(FS)C6, P31(FS)C5 dan P31(FS)C6 masing-masing disilang

diri(selfing) sehingga dihasilkan 749 galur. Galur-galur tersebut selanjutnya dievaluasi ketahanannya

terhadap hama kumbang bubuk di laboratorium. Ratio ragam genotipe terhadap ragam total dan

pendugaan kemajuan seleksi juga diamati. Satuan heritabilitas tercatat berkisar antara 0,83-0,99

dengan nilai rata-rata 0,97 menunjukkan bahwa keragaman disebabkan oleh faktor genetik, yang

berarti peluang untuk mendapatkan jagung yang tahan hama kumbang bubuk cukup besar. Malang

komposit A (MCA) memiliki tingkat serangan yang lebih rendah dibanding populasi lain. Dari kedua

populasi tersebut apabila dipilih galur yang intensitas serangannya kurang dari 10% kemudian dilakukan

seleksi S1, maka akan diperoleh populasi baru yang tahan, yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai

Page 3: 8 ayyub-varietas tahan

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011

36

sumber ketahanan (Tabel 1) (Oman Suherman et. al, 1996).

Tabel 1. Populasi awal dan jumlah galur yang diuji serta nilai pendugaan

kemajuan seleksi ketahanan jagung terhadap hama kumbang bubuk.

Populasi Jumlah Galur Keterangan

MCA(FS)C5

MCA(FS)C6

MCF(FS)C5

MCF(FS)C6

AC(FS)C5

AC(FS)C6

P31(FS)C5

P31(FS)C6

Total galur

94

75

127

141

59

59

105

89

749

25 varietas lokal x Bromo

Komposit varietas lokal

Arjuna x Cettar

Amarillo Critalino

(Populasi 31 dari CIMMYT)

Populasi

Biji rusak

rata-rata unit

(%)

Biji rusak

populasi

(%)

Heritabilitas

(plot) E (GS)

Nilai harapan

populasi baru

MCA(FS)C5

MCA(FS)C6

MCF(FS)C5

MCF(FS)C6

AC(FS)C5

AC(FS)C6

P31(FS)C5

P31(FS)C6

3,58

2,10

4,50

6,20

18,60

63,10

68,10

28,92

25,68

32,53

52,37

46,45

73,55

91,67

87,91

74,79

0,979

0,989

0,967

0,983

0,935

0,979

0,838

0,980

-21,66

-30,12

-46,43

-39,44

-54,40

-26,57

-16,83

-44,95

4,02

2,40

5,94

7,00

19,15

65,10

71,05

29,84

Keterangan :

E (GS) : Pendugaan kemajuan seleksi, nilai negatif berarti serangan

Kumbang bubuk berkurang

Sumber : Oman Suherman et. al (1996)

2.2. Perbaikan Genotipe Melalui Pembentukan galur/famili

Menurut Dahlan (1988), pembentukan galur/famili dalam rangka perbaikan genotip jagung tahan

terhadap hama kumbang bubuk dipilih metode seleksi selfing (silang diri) agar terjadi segregasi pada

lokus homozygot, sehingga karakter yang tidak diinginkan akan muncul dan mudah dibuang.

Seleksi tersebut cocok bila dikombinasikan dengan kegiatan seleksi daya hasil dan penyaringan

terhadap ketahanan hama atau penyakit. Sedangkan seleksi full-sib(seleksi saudara kandung) dilakukan

dengan cara menyilangkan di antara tanaman superior (kekar, sehat, penampilan baik, tidak rebah) ke

dalam famili baru yang membawa sifat tahan terhadap hama kumbang bubuk (Tabel 2).

Untuk full-sibb (seleksi saudara kandung), galur antar famili yang berpenampilan baik disilang.

Galur-galur tersebut berasal dari individu tanaman yang memiliki karakter tinggi, umur tongkol keluar

rambut dan umur panen yang bervariasi. Makin tinggi seleksi, makin seragam keragaman dalam

populasinya (Tabel 3).

2.3. Penyaringan Galur Terhadap Infestasi Serangga

Galur-galur hasil persilangan motode seleksi selfing dan full-sibb yang telah dipilih (seleksi 5

generasi dan 6 generasi) kemudian diuji ketahanannya terhadap tekanan serangga imago hama kumbang

bubuk di laboratorium. Dari 750 galur yang diuji, ternyata ada 62 galur yang mempunyai nilai kerusakan

lebih kecil dari 10% yaitu 10 galur dari populasi MCF(FS)C5, 8 galur dari MCF(FS)C6, 24 galur dari

MCA(FS)C5, 17 galur dari MCA(FS)C6, 2 galur dari AC(FS)C6 dan 1 galur asal P31(FS)C6. Selanjutnya

Page 4: 8 ayyub-varietas tahan

Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung

37

galur yang mempunyai kerusakan biji 11-20% sebanyak 82 galur, yaitu 17 galur asal MCF(FS)C5, 25

galur asal MCS(FS)C6, 24 galur asal MCA(FS)C5, 9 galur asal MCA(FS)C6, 1 galur AC(FS)C6 dan 6 galur

asal P31(FS)C5 (Tabel 4) (Masmawati et. al.,1996).

Tabel 2. Jumlah galur dari populasi bahan seleksi selfing, ketegapan, umur

keluar rambut, umur panen, tinggi tanaman, tipe biji dan jumlah

biji untuk pengamatan ketahanan kumbang bubuk.

Populasi Half-sibb Selfing(silang diri) Total galur

MCF(FS)C5

MCF(FS)C6

MCA(FS)C5

MCA(FS)C6

P31(FS)C6

43

60

31

7

4

48

62

5

5

21

91

122

36

12

25

Populasi Tinggi tanaman(cm) Tipe biji Jumlah biji per

tongkol

MCF(FS)C5

MCF(FS)C6

MCA(FS)C5

MCA(FS)C6

P31(FS)C6

124-156

110-148

115-165

110-153

124-169

Semiflint-flint

Semiflint-flint

Semiflint-flint

Semiflint-flint

Flint

52-102

62-114

12-98

14-84

15-73

Populasi Nilai Kisaran

Ketegapan Silking(hari) Panen(hari)

MCF(FS)C5

MCF(FS)C6

MCA(FS)C5

MCA(FS)C6

P31(FS)C6

3-5

3-5

3-5

3-5

1-3

53-62

54-60

54-64

55-62

56-62

93-100

94-100

94-105

95-100

95-105

Sumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996)

Tabel 3. Karakter agronomi persilangan full-sibb(seleksi saudara kandung)

dari dua famili

Karakter tanaman Famili

AC(FS)C5 AC(FS)C6

Tinggi tanaman (cm)

Letak tongkol (cm)

Umur tongkol berambut (hari)

Umur tanaman (hari)

Skor ketegapan

Tipe biji

Warna biji

jumlah biji/tongkol

Berat (g/1000 biji)

99,0-152,8

45,1-110,6

53,0-59,0

88,0-98,0

3-7

Semiflint

Kuning muda

50

200

115,4-149,8

45,6-85,7

52,0-57,0

85,0-92,0

3-5

Flint

Kuning kecoklatan

150

220

Sumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996)

Page 5: 8 ayyub-varietas tahan

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011

38

2.4. Pemahanan Tingkah Laku Serangga Terhadap Varietas Uji

Hasil penelitian Metchor (1981) menemukan bahwa varietas Kretek dan DMR Composite#1

dengan biji yang kecil dan kandungan amylase tinggi lebih disenangi untuk oviposisi, perkembangan larva

dan survival dibanding varietas Metro dan Harapan. Pada pengkajian populasi galur/varietas Malang

Komposit A dan F disimpulkan bahwa galur MCF(FS)C6-61 dan MCA(FS)C5-14 tergolong tahan karena

mengalami tingkat kerusakan yang rendah (<10%) (Surtikanti et. al.,1996). Hal yang sama ditemukan

Masmawati et. al.,(1997) bahwa dari pengujian 445 galur/varietas, ada 21 galur yang tidak mengalami

kerusakan yang terdiri dari 5 galur persilangan dalam, 5 galur persilangan antar tanaman, 1 galur

persilangan bebas dan 10 galur persilangan antar galur. Fenomena tersebut memberi arti bahwa faktor

jenis makanan termasuk kualitas, tekstur, jenis varietas maupun galur berpengaruh terhadap

kecenderungamn serangga hama kumbang bubuk dalam mengakses sumber makanan.

Pada pengujian akses makan oleh perbedaan varietas, preferensi tercatat pada varietas Arjuna

(16,13%) dan Bisma (14,01%), terendah GM30 (0,20%), sedangkan mortalitas tertinggi GM30 (45,50%

dan 51,75%) dan Rama masing-masing (27,50% dan 25,25%) terendah Semar2 dan GM27 (0,00%).

Kerusakan biji tertinggi Semar2 (61,75%), terendah Wisanggeni (2,00%). Ini artinya bahwa serangga

lebih memilih Arjuna, Semar2 dan Bisma pada waktu makan dan tidak menyenangi GM30 dan Rama. Pada

pengamatan progeni, nampak bahwa dari semua interval pengamatan, Semar2, Bisma, GM27 dan GM30,

pemunculan serangga progeninya lebih tinggi dibanding yang lain dengan nilai rata-rata masing-masing

8,28 ekor, 6,78 ekor dan 6,16 ekor, yang terendah tercatat pada varietas Wisanggeni (Tabel 5).

3. PENUTUP

Upaya pencarian varietas tahan sebagai salah satu teknologi alternatif ditempuh dengan diawali

dari pembentukan populasi sumber ketahanan, selanjutnya melakukan persilangan-persilangan baik

halfship maupun fullship untuk memperoleh keragaman sumber genetika dalam pembentukan varietas

tahan.

4. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1988. Kordinasi Program Penelitian Nasional Jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan

Penelitian Pengembangan Pertanian.

Bedjo.1992. Pengaruh kadar air awal biji jagung terhadap laju infestasi kumbang bubuk dalam Astanto

et. al (ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai Penelitisan

Tanaman Pangan Malang.p.294-298.

Bedjo.1993. Pengaruh pengasapan kayu Albizzia terhadap infestasi hama gudang Sitophilus sp pada

penyimpanan jagung. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan.Balittan Malang.

Badan Pengendali Bimas.1996. Iktiar Mempertahankan Swasembada Beras dan Mewujudkan

Swasembada Jagung dan Kedele. Jakarta.p.6.1-6.14

Dobie,P.1974. The Laboratory Assesment of the Inherent Susceptibility of Maize varieties to Post

Harvest Infection by Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera:Curculionidae). Journal Stored

Product Research. Vol.10:183-197.Pergamon Press.

Erliana,1991. Pengaruh bahan nabati, arang dan abu dapur terhadap kerusakan biji jagung dalam

penyimpanan. Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang.Balittan Malang

FAO. 1977. Analysis of an FAO survey of postharvest crop losses in developing countries

(AGPP:MISC/227). Food and Agricultrure Organization of the United Nation, Rome.

ICRISAT. 1988. Annual Report.

Page 6: 8 ayyub-varietas tahan

Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung

39

Kalshoven,L.E.1981. The pest of crops in Indonesia. Rivised and trnaslated by P.A.Vander Laan with the

assistance of G.L.H.Rothsild.PT.Ikhtiar Baru-Van Hoeve.Jakarta.

Morallo-Rejesus,B., P.A. Javier. 1980. Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus spp and

Rhizoperta dominica in stored grain. In sorghum and milletrs abstract C.A.B. April 1982.

Vol.7,no.1.Abstract.1-2

Masmawati, Suherman O., D.Baco.1996. Penyaringan Galur jagung terhadap hama bubuik Sitophilus zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 1995/1996. Badan Litabng

Pertanian, Balitjas Maros p.15-20.

Mas’ud.S.,M.Yasin.,D.Baco.,S.Saenong.1996. Pengaruh kadar air awal biji sorgum terhadap

perkembangan kumbang bubuk Sitophilus zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit

Tanaman tahun 1995/1996. Badan Litbang Pertabnian, Balitjas Maros.p.35-44.

Oman Suherman, Masmawati., D.Baco. 1996a. Heritabilitas ketahanan genotipe jagung terhadap hama

bubuk Sitophilus zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 1995/1996.

Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.21-27.

Oman Suherman, dan M.Hamdani. 1996b. Pembentukan galur/famili untuk penyaringan ketahanan jagung

terhadap hama kumbang Sitophilus zeamais. Hasil-Haisl Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman

tahun 1995/1996. Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.7-14.

Rejesus, B.M. 1981. Stored product pest problems and Research needs in the Philippines. Proceeding of

Biotrop Symposium on Pest of Stored Product. Bogor,pp.47-63.

Ryoo.M.I and H.W.Cho.1992. Feeding and Oviposition Preference and Demography of Rice Weevil

(Coleoptera : Curculionidae) Reared on Mixtures of brown, polished and rough rice.

Environ.Entomol.21:549-555.

Sudjak Saenong.1977. Pengaruh perbedaan padat populasi terhadap tingkat kerusakan benih jagung di

laboratorium. Kumpulan Seminar Mingguan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Balai

Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia lain.

Tandiabang.J., S. Mas’ud dan M.S. Pabbage.1996. Kehilangan hasil jagung oleh kumbang bubuk Sitophilus

zeamais dengan penundaan panen. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun

1995/1996. Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.28-34.

Page 7: 8 ayyub-varietas tahan

Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011

40

Tabel 4. Tingkat kerusakan galur/biji jagung yang lebih kecil dari 20% terhadap hama kumbang bubuk

No. Pedegree/galur

Biji

rusak

(%)

No Pedegree/galur

Biji

rusak

(%)

No. Pedegree/galur

Biji

rusak

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20

21

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

MCF(FS)C5-101

MCF(FS)C5-102

MCF(FS)C5-121

MCF(FS)C5-90

MCF(FS)C5-73

MCF(FS)C5-21

MCF(FS)C5-48

MCF(FS)C5-26

MCF(FS)C5-37

MCF(FS)C5-23

MCF(FS)C5-126

MCF(FS)C5-61

MCF(FS)C5-9

MCF(FS)C5-76

MCF(FS)C5-91

MCF(FS)C5-36

MCF(FS)C5-29

MCF(FS)C5-45

MCF(FS)C5-54

MCF(FS)C5-52

MCF(FS)C5-79

MCF(FS)C5-87

MCF(FS)C5-16

MCF(FS)C5-24

MCF(FS)C5-125

MCF(FS)C5-49

MCF(FS)C5-10

MCF(FS)C6-92

MCF(FS)C6-116

MCF(FS)C6-134

MCF(FS)C6-124

MCF(FS)C6-19

MCF(FS)C6-48

MCF(FS)C6-140

MCF(FS)C6-114

MCF(FS)C6-56

MCF(FS)C6-93

MCF(FS)C6-63

MCF(FS)C6-120

MCF(FS)C6-83

MCF(FS)C6-85

MCF(FS)C6-115

MCF(FS)C6-119

MCF(FS)C6-135

MCF(FS)C6-96

MCF(FS)C6-34

MCF(FS)C6-108

MCF(FS)C6-5

0,0

0,0

0,0

2,0

3,0

5,0

5,5

8,0

8,0

10,0

10,7

11,6

12,0

14,0

14,0

16,8

17,3

17,3

17,3

18,0

18,0

18,7

19,0

19,0

19,2

19,3

20,0

0,0

0,0

0,0

6,0

8,0

8,7

9,0

10,0

10,8

11,0

11,3

11,6

12,0

12,0

12,0

12,0

12,0

13,3

14,0

14,0

16,0

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

86.

87.

88.

89.

90.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

MCF(FS)C6-90

MCF(FS)C6-91

MCF(FS)C6-97

MCF(FS)C6-54

MCF(FS)C6-112

MCF(FS)C6-32

MCF(FS)C6-35

MCF(FS)C6-113

MCF(FS)C6-73

MCF(FS)C6-126

MCF(FS)C6-109

MCF(FS)C6-79

MCA(FS)C5-86

MCA(FS)C5-88

MCA(FS)C5-2

MCA(FS)C5-

91MCA(FS)C5-

M3CA(FS)C5-

MC40A(FS)C5-

MCA(48FS)C5-

MCA(FS51)C5-

MCA(FS)C205-

MCA(FS)C5-92

MCA(FS)C5-56

MCA(FS)C5-83

MCA(FS)C5-7

MCA(FS)C5-54

MCA(FS)C5-89

MCA(FS)C5-60

MCA(FS)C5-85

MCA(FS)C5-82

MCA(FS)C5-63

MCA(FS)C5-75

MCA(FS)C5-76

MCA(FS)C5-50

MCA(FS)C5-30

MCA(FS)C5-5

MCA(FS)C5-26

MCA(FS)C5-35

MCA(FS)C5-49

MCA(FS)C5-66

MCA(FS)C5-74

MCA(FS)C5-81

MCA(FS)C5-84

MCA(FS)C5-36

MCA(FS)C5-23

MCA(FS)C5-45

MCA(FS)C5-59

16,0

16,0

16,0

16,4

16,8

18,0

18,0

18,0

18,4

19,3

19,6

20,0

0,0

0,8

3,0

3,6

4,0

4,0

4,0

4,5

4,8

6,8

7,0

7,2

7,3

7,3

7,6

8,0

8,4

8,7

9,0

9,0

9,0

9,3

9,5

10,0

10,8

10,8

11,0

12,0

12,0

12,0

12,0

12,8

13,0

13,0

13,0

13,0

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

116.

117.

118.

119.

120.

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

144.

MCA(FS)C5-79

MCA(FS)C5-57

MCA(FS)C5-10

MCA(FS)C5-37

MCA(FS)C5-28

MCA(FS)C5-19

MCA(FS)C5-55

MCA(FS)C5-16

MCA(FS)C5-41

MCA(FS)C5-62

MCA(FS)C5-4

MCA(FS)C5-33

MCA(FS)C649

MCA(FS)C6-59

MCA(FS)C6-62

MCA(FS)C6-63

MCA(FS)C627

MCA(FS)C6-50

MCA(FS)C6-30

MCA(FS)C6-60

MCA(FS)C69

MCA(FS)C6-5

MCA(FS)C6-70

MCA(FS)C6-58

MCA(FS)C642

MCA(FS)C6-57

MCA(FS)C6-64

MCA(FS)C6-4

MCA(FS)C652

MCA(FS)C6-71

MCA(FS)C6-41

MCA(FS)C6-48

MCA(FS)C612

MCA(FS)C6-35

MCA(FS)C6-32

MCA(FS)C6-73

MCA(FS)C617

MCA(FS)C6-44

AC(FS)C6-44

AC(FS)C6-2

AC(FS)C6-58

P31(FS)C6-24

P31(FS)C6-6

P31(FS)C6-2

P31(FS)C6-9

P31(FS)C6-70

P31(FS)C6-76

P31(FS)C6-104

13,3

14,4

15,0

15,3

15,6

16,7

18,0

18,5

41

62

4

33

49

59

62

63

27

50

30

60

9

5

70

58

42

57

64

4

52

71

41

48

12

35

32

73

17

44

44

2

58

24

6

2

9

70

76

104

Sumber: Masmawati et. al., (1996)

Page 8: 8 ayyub-varietas tahan

Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung

41

Tabel 5. Rata-rata persentase preferensi, mortalitas, kerusakan biji dan perkembangan

progeni pengujian dinamika serangga oleh perbedaan varietas

U r a i a n Varietas Uji

Arjuna Semar

2

Bisma Wisang

geni

GM27 GM30 Rama

I. Preferensi

24

48

72

II. Mortalitas

24

48

72

III. Kerusakan biji (%)

- Induk

- Progenis

- Total

IV. Berat biji (%)

- Awal

- Akhir

- Penyusutan

IV.Pengamatan bulan ke

(ekor)

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

16,13

5,02

8,30

0,45

1,95

0,98

3,75

14,25

18,00

30,98

30,42

0,91

0,50

3,25

0,75

3,75

0,75

2,00

3,33

3,33

13,50

10,06

13,61

1,38

2,57

0,00

14,00

47,75

61,75

27,88

24,65

6,15

1,00

7,25

1,00

10,50

10,50

16,75

13,00

6,25

4,69

5,65

14,01

1,00

1,77

1,04

2,75

4,45

47,25

25,23

22,59

5,52

3,75

7,75

0,00

16,50

10,75

7,00

4,25

4,25

2,63

1,65

1,00

0,56

0,94

0,40

0,50

1,50

2,00

28,18

28,15

0,05

0,00

1,00

0,50

0,75

0,00

1,25

0,00

0,00

6,94

3,17

6,09

0,50

0,85

0,00

4,50

34,50

39,00

21,47

19,99

3,57

0,25

2,50

0,25

10,50

15,50

5,50

4,25

2,00

1,63

2,65

0,20

6,25

45,50

51,75

25,57

23,47

4,28

6,25

45,50

51,75

0,25

2,25

0,75

14,25

18,50

4,25

5,50

3,50

1,00

1,81

0,60

2,25

25,25

27,50

2,25

25,25

27,50

31,38

30,49

1,44

0,25

2,75

0,25

0,75

3,00

0,75

9,00

8,50

Sumber: Sudjak Saenong et. al. (1996)