7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan
Transcript of 7_Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak PBB Dan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK
PBB DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN PERPAJAKAN
Sri Astuti
Rini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A. Latar Belakang Masalah
Penerimaan negara bersumber dari sektor minyak dan gas bumi
(migas) dan non-migas, serta penerimaan lain yang bersumber dari luar
negeri. Penerimaan dari sektor migas sangat besar, tetapi proporsi penerimaan
migas terus menurun. Sedangkan tugas-tugas, fungsi-fungsi, dan aktivitas-
aktivitas kenegaraan semakin bertambah kompleks dan banyak. Hal inilah
yang mendorong pemerintah untuk menggalakan sumber penerimaan lainnya,
khususnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri, yaitu pajak.
Dengan tersedianya penerimaan pajak dalam APBN membuat tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan baik sesuai dengan rencana
dan program yang dilakukan oleh setiap unit pemerintahan (departemen,
kementerian, badan dan lembaga negara lainnya) setiap tahun (Pandiangan,
2008:69).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti
merupakan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Objek pajak PBB
yaitu bumi dan bangunan memiliki karakteristik khusus yaitu bentuk fisiknya
yang tidak dapat disembunyikan, sehingga tentunya lebih mudah untuk
dipantau (Karnanto, 2006:36). PBB mempunyai dampak yang lebih luas
sebab hasil penerimaan PBB dikembalikan untuk pembangunan daerah yang
bersangkutan (Suhardito dan Sudibyo, 1999:3). Bagian PBB yang diterima
daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah
dalam era otonomi sekarang ini.
Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peranan PBB
sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Salah satu upayanya yaitu melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya.
Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cerminan kesadaran
masyarakat (Misbach, 1997:17). Mengingat banyak perubahan tanah dan atau
bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak
menggali potensi penerimaan PBB dari hasil perubahan tersebut.
Kesadaran perpajakan yang tinggi akan mendorong kepatuhan wajib
pajak dalam menjalankan kewajibannya. Semakin tinggi tingkat kepatuhan
wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penerimaan pajak, dan
akan semakin tinggi keberhasilan perpajakan (Suhardito dan Sudibyo,
1999:3). Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhi dalam rangka
menumbuhkan kesadaran perpajakan. Salah satunya adalah faktor tax payer.
Faktor tax payer adalah faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak yang
merupakan elemen yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan
(Suhardito dan Sudibyo, 1999:3).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu pendidikan
wajib pajak, lama tinggal di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak
dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh
terhadap kesadaran perpajakan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
secara langsung faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu
pendidikan wajib pajak, lama tinggal di lokasi objek pajak PBB, penghasilan
wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
terhadap kesadaran perpajakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat bagi semua pihak, diantaranya dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan pengetahuan ilmu akuntansi khususnya mengenai masalah
perpajakan, bagi penulis, pemerintah dan masyarakat yang berkaitan dengan
kesadaran perpajakan dan faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB
yang dapat mempengaruhinya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Marsyahrul, 2005:2). Ada dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgeter: pajak
sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam
kas negara dengan tujuan membiayai pengeluaran negara, yaitu pengeluaran
rutin dan pembangunan; dan fungsi regulerend: sebagai alat untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi,
politik, budaya, pertahanan keamanan (Marsyahrul, 2005:2). Pajak
dikelompokkan menurut golongannnya (pajak langsung dan pajak tidak
langsung), menurut sifatnya (pajak subjektif dan pajak objektif) dan lembaga
pemungutnya (pajak pusat dan pajak daerah) (Mardiasmo, 2003:5).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan
terhadap objek pajak berupa bumi dan / atau bangunan (Setiawan dan Hardi,
2006:125). Dalam PBB yang menjadi subjek pajak adalah orang/badan yang:
mempunyai hak atas bumi; dan / atau memperoleh manfaat atas bumi; dan /
atau memiliki atau menguasai bangunan; dan / atau memperoleh manfaat atas
bangunan (Setiawan dan Hardi, 2006:127). Objek pajak yang dikenakan PBB
adalah bumi dan/atau bangunan. Yang dimaksud dengan bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, yaitu permukaan
bumi, meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan (Marsyahrul, 2005:152).
Menurut Waluyo (2004:481), batas waktu pembayaran PBB diatur
sebagai berikut: wajib pajak harus melunasi pajak terutang berdasar Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sejak tanggal diterimanya SPPT tersebut, wajib pajak yang telah menerima
diterimanya Surat Ketetapan Pajak (SKP).harus melunasi pajaknya selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP, wajib pajak harus
yang menerima Surat Tagihan Pajak (STP) atas sanksi administrasi berupa
denda sebagai akibat wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang
harus melunasi utangnya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterimanya STP tersebut. Menurut Lubis (2006:174), hasil penerimaan PBB
merupakan penerimaan negara yang dibagi dengan imbangan 10% untuk
bagian pemerintah pusat dan 90% bagian pemerintah daerah.
B. Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perpajakan adalah tax
law, tax policy, tax administration dan tax payer. Dibandingkan ketiga faktor-
faktor yang lain, faktor tax payer relatif bersifat uncontrollable untuk fiskus
(Suhardito dan Sudibyo,1999:3). Faktor tax payer adalah faktor-faktor yang
melekat pada wajib pajak PBB (Suhardito dan Sudibyo,1999:4). Oleh karena
itu, pengetahuan tentang faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB
merupakan input penting bagi fiskus, dan sangat penting dalam setiap upaya
peningkatan keberhasilan pajak. Adapun faktor-faktor yang melekat pada
wajib pajak PBB yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Pendidikan Wajib Pajak
Pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan mengembangkan
kepribadian dan kemampuan (Kansil, 1993:101). Menurut Guritno dalam
Suhardito dan Sudibyo (1999:7) pendidikan adalah salah satu elemen
sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.
Pendidikan mempengarhi pengetahuan dan pengetahuan merupakan
elemen kognitif dari sikap.
2. Lama Tinggal Wajib Pajak di Lokasi Objek Pajak PBB
Loekman Soetrisno dalam Misbach (1997:19) menyatakan bahwa
penduduk perkotaan akan selalu mengkaitkan pembayaran pajak dengan
mutu pelayanan dari pihak aparat perpajakan maupun pihak pemerintah
daerah setempat. Oleh karena itu, semakin lama wajib pajak bertempat
tinggal di objek pajak PBB, semakin lama ia dapat mengevaluasi mutu
pelayanan aparat perpajakan dan aparat pemerintah daerah. Sehingga
dapat menumbuhkan kesadaran perpajakan seseorang, yang pada
akhirnya mendorong keberhasilan perpajakan.
3. Penghasilan Wajib Pajak
Menurut Resmi (2003:78), penghasilan yang dimaksud dalam
perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat dipakai sebagai konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
bentuk apapun. status ekonomi seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
tingkat penghasilan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku seseorang untuk mematuhi kewajibannya sebagai
warga negara (Bharawi, 1994:9).
4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
Persepsi adalah kesan yang diperoleh dari hasil penangkapan
panca indera seseorang terhadap suatu figur, kondisi, atau masalah
tertentu (LTK, 2004:40). Masyarakat akan memiliki sikap sadar terhadap
fungsi pajak dan akhirnya mematuhi pembayaran PBB, jika persepsi
mereka terhadap sanksi, khususnya sanksi denda PBB dilaksanakan
secara tegas, konsisten dan mampu menjangkau para pelanggar
(Suhardito dan Sudibyo, 1999:6).
C. Kesadaran Perpajakan
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi pajak,
berupa konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif, yang berinteraksi
dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi
pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak, yaitu
kerelaan wajib pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu
dan tepat jumlah (Tarjo dan Sawarjuwono, 2005:126).
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suhardito dan Sudibyo
(1999) dengan obyek penelitian wajib pajak PBB di Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan Surabaya menguji pengaruh faktor-faktor yang melekat
pada wajib pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Hasilnya adalah
sebagian faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB. Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan
oleh Misbach (1997) yang menguji faktor-faktor yang melekat pada wajib
pajak terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kotamadya Surabaya, namun
hasilnya semua faktor yang menjadi variable dalam penelitian tersebut tidak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Soemitro (1993) yang membuktikan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara kesadaran membayar pajak dengan
tingkat pendidikan.
E. Kerangka Pemikiran
PBB sebagai salah satu jenis pajak di Indonesia merupakan sumber
penerimaan pajak pemerintah pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan
kepada pemerintah daerah dan pelaksanaannya diatur dalam undang-undang
yang berlaku (Kadjatmiko, 2003:31). Karena pajak, termasuk PBB
merupakan pendukung APBN, maka masalah pajak merupakan masalah
negara dan masalah setiap orang sebagai anggota masyarakat dalam suatu
negara.
Keberhasilan perpajakan sangat ditentukan oleh kesadaran perpajakan
wajib pajak (Misbach, 1997:16). Faktor tax payer (faktor-faktor yang melekat
pada wajib pajak) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan perpajakan, yang tercermin dari kepatuhan wajib pajak yang
dibentuk oleh peningkatan kesadaran perpajakan pada diri tiap wajib pajak.
Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah faktor pendidikan wajib pajak, lama tinggal di
lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib pajak
tentang pelaksanaan sanksi denda PBB. Kerangka berpikir ini dapat
dituangkan dalam sebuah model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Model Penelitian
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha: Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB berpengaruh
terhadap kesadaran perpajakan.
Ha1: Pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.
Ha2: Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB berpengaruh
terhadap kesadaran perpajakan.
Ha3: Penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.
Ha4: Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan denda PBB berpengaruh
terhadap kesadaran perpajakan.
Faktor-Faktor yang Melekat Pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pendidikan Wajib Pajak Lama Tinggal Wajib
Pajak di Lokasi Objek Pajak PBB
Penghasilan Wajib Pajak Persepsi Wajib Pajak
Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PBB
Kesadaran Perpajakan
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya pengaruh faktor-
faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu pendidikan wajib pajak,
lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak
dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap
kesadaran perpajakan. Penelitian dilakukan melalui penyebaran kuesioner di
wilayah Kabupaten Tangerang.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang telah menjadi
wajib pajak PBB yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Tangerang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling, yaitu
pemilihan sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh
peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro dan
Supomo, 2002: 130). Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode survei
yaitu dengan mengirimkan kuesioner. Kuesioner didistribusikan langsung
kepada wajib pajak PBB secara acak, kemudian diolah berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji validitas instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Pengujian validitas ini menggunakan
pendekatan Pearson Correlation. Jika korelasi antara skor masing-
masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat
signifikansi di bawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan
valid, dan sebaliknya.
b. Uji reliabilitas instrumen
Uji reliabilitas dikatakan untuk suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel (Ghozali, 2005:41). Uji reliabilitas
ini menghasilkan nilai Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60
(Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005:42).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (Ghozali, 2005:91). Multikolinieritas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Tidak
adanya multikolinieritas pada model regresi ditunjukkan dengan
memiliki nilai tolerance > 0.1 dan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2005:92).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas. Pedoman suatu model regresi bebas dari
heteroskedastisitas adalah tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali,
2005:105).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data
mempunyai distribusi normal atau tidak (Santoso, 2004:212). Uji
normalitas dilakukan dengan uji normal probability plot. Data
dikatakan normal jika nilai sebaran data berada disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (Ghozali, 2005:112).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis (Ha), alat yang digunakan adalah regresi
berganda. Dalam penggunaan alat uji regresi berganda terdapat beberapa
analisis yang digunakan, yaitu:
a. Uji R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2005:83). Dalam pengujian hipotesis, koefisien
determinasi dilihat dari besarnya nilai Adjusted R-Square. Hal ini
dilakukan karena jumlah variabel independen lebih dari dua
(Santoso, 2004:167).
b. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2005:84). Apabila tingkat signifikansi dibawah
0.05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependennya atau semua variabel independennya secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
c. Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)
Uji statistik t bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84).
Apabila tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka secara individual
variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak
Bumi dan Bangunan
a. Pendidikan wajib pajak
Pendidikan wajib pajak dapat diartikan sebagai sebuah proses
yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan aspek pengetahuan,
keterampilan maupun sikap terhadap para peserta didik. Pengukuran
variabel pendidikan wajib pajak menggunakan skala interval 5 poin,
yang dibatasi hanya pada jenjang pendidikan terakhir wajib pajak, yaitu
SD, SMP , SMA, Dipoma (D3) dan S1 atau lebih tinggi. Instrumen
disusun berdasarkan referensi dari Soemitro (1993:82).
b. Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB
Definisi lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB
adalah rentang waktu wajib pajak PBB mendiami tempat tinggalnya
yang merupakan objek pajak PBB. Sehingga wajib pajak dapat menilai
mutu pelayanan petugas pajak dan aparat pemerintahan daerah
setempat. Untuk mengukur variabel ini peneliti menggunakan 1
pertanyaan yang diukur dengan skala interval 5 poin, berdasarkan
pengelompokan lama tinggal, yaitu < 3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun,
10-12 tahun, > 12 tahun.
c. Penghasilan wajib pajak
Penghasilan wajib pajak didefinisikan sebagai modal dan
menunjukkan kekuatan ekonomi seseorang atau keluarga dalam
memenuhi kebutuhannya (Bharawi, 1994:1). Dalam penelitian ini
penghasilan wajib pajak diukur dengan 1 butir pertanyaan dengan
menggunakan skala interval 5 poin berdasarkan jumlah penghasilan
yang diperoleh wajib pajak selama sebulan.
d. Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB
diartikan sebagai pandangan seseorang mengenai suatu kondisi tertentu,
dimana dalam hal ini adalah mengenai pelaksanaan sanksi denda PBB.
Pengukuran variabel ini menggunakan skala interval dengan 13 butir
pertanyaan yang terdiri dari 5 tingkat penilaian, yaitu: (1) Sangat Tidak
Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju.
2. Kesadaran Perpajakan
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap sadar terhadap fungsi
pajak yang menimbulkan konsekuensi untuk membayar pajaknya secara
tepat waktu dan tepat jumlah. Pengukuran kesadaran perpajakan
menggunakan skala interval dengan 5 poin penilaian, yaitu: (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat
Setuju.
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner kepada wajib pajak PBB yang bertempat tinggal di
wilayah Kabupaten Tangerang. Pengiriman kuesioner dilakukan dari
akhir bulan Juli 2008 dan proses pengembaliannya dilakukan sampai
awal September 2008. Kuesioner disebarkan kepada 100 responden.
Total kuesioner yang memenuhi syarat dan dapat diolah berjumlah 72
kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak PBB yang
bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Tangerang. Karakteristik
responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden
Jumlah Persentase
Jenis penghasilan Tetap
Tidak tetap
45
27
62.50%
37.50%
Pekerjaan Pegawai pemerintah
Pegawai swasta
Pedagang
Penyedia jasa
Lainnya
7
35
9
6
15
9.72%
48.61%
12.50%
8.33%
20.84%
Pendidikan terakhir
wajib pajak
SD
SMP
SMA
D3
S1 atau lebih tinggi
7
12
36
4
13
9.72%
16.67%
50%
5.55%
18.06%
Lama tinggal di
lokasi objek PBB
< 3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
10-12 tahun
> 12 tahun
9
6
10
9
38
12.50%
8.33%
13.89%
12.50%
52.78%
Penghasilan wajib
pajak
< 3 juta
4-6 juta
7-9 juta
10-12 juta
> 12 juta
69
3
0
0
0
95.83%
4.17%
0%
0%
0%
Sumber: Data diolah
B. Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Apabila memiliki nilai tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka
dikatakan valid. Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda
PBB
Pertanyaan Sig.Pearson
CorrelationKeterangan
butir_1 0,000 0,469** Valid
butir_2 0,001 0,381** Valid
butir_3 0,437 0,093 Tdak valid
butir_4 0,000 0,463** Valid
butir_5 0,061 0,222 Tidak valid
butir_6 0,000 0,448** Valid
butir_7 0,000 0,411** Valid
butir_8 0,000 0,621** Valid
butir_9 0,000 0,547** Valid
butir_10 0,002 0,353** Valid
butir_11 0,000 0,558** Valid
butir_12 0,000 0,565** Valid
butir_13 0,000 0,452** Valid
Sumber: Data diolah
Dapat dilihat bahwa semua pertanyaan, kecuali pertanyaan butir 3
dan butir 5, adalah valid, dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05.
Pertanyaan butir 3 dan 5 hasilnya tidak valid karena memiliki tingkat
signifikansi masing-masing 0,437 dan 0,061 (keduanya diatas 0,05).
Pengujian kemudian dilakukan kembali tanpa menyertakan pertanyaan
butir 3 dan 5 karena butir tersebut tidak valid. Hasilnya dalam pengujian
kedua ini semua item pertanyaan dinyatakan valid, seperti tampak pada
tabel 4.3. berikut ini.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Wajib Pajak tentang Pelaksanaan Sanksi Denda
PBB (setelah dikurangi pertanyaan tidak valid)
Pertanyaan Sig.Pearson
CorrelationKeterangan
butir_1 0,000 0,515** Valid
butir_2 0,000 0,441** Valid
butir_4 0,000 0,567** Valid
butir_6 0,002 0,364** Valid
butir_7 0,000 0,426** Valid
butir_8 0,000 0,670** Valid
butir_9 0,000 0,572** Valid
butir_10 0,010 0,303** Valid
butir_11 0,000 0,597** Valid
butir_12 0,000 0,606** Valid
butir_13 0,000 0,502** Valid
Sumber: Data diolah
Uji validitas juga dilakukan pada instumen kesadaran perpajakan.
Hasil uji instrument tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Validitas Instrumen Kesadaran Perpajakan
Pertanyaan Sig.Pearson
CorrelationKeterangan
butir_1 0,000 0,570** Valid
butir_2 0,000 0,614** Valid
butir_3 0,000 0,581** Valid
butir_4 0,000 0,589** Valid
butir_5 0,000 0,547** Valid
butir_6 0,000 0,512** Valid
butir_7 0,000 0,497** Valid
butir_8 0,000 0,640** Valid
butir_9 0,000 0,674** Valid
butir_10 0,000 0,452** Valid
butir_11 0,006 0,322** Valid
butir_12 0,000 0,538** Valid
butir_13 0,000 0,420** Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa untuk instrumen
kesadaran perpajakan keseluruhan pertanyaan hasilnya valid. Sebab semua
pertanyaan memiliki tingkat signifikansi di bawah 0,05. Berarti pengujian ulang
tidak tidak perlu dilakukan karena semua pertanyaan telah dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Setelah semua instrumen dinyatakan valid, dilakukan pengujian
reliabilitas. Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang dapat dilihat pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha
Keterangan
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB
0,673 Reliabel
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB (setelah dikurangi
pertanyaan tidak valid)
0,713 Reliabel
Kesadaran perpajakan 0,795 Reliabel
Sumber: Data diolah
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas pengaruh pendidikan wajib pajak, lama
tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak
dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap
kesadaran perpajakan ditunjukkan pada tabel 4.6. berikut.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pendidikan ,905 1,105
Lamatnggal ,960 1,041
Penghasiln ,893 1,119
Sanksidenda ,990 1,010
Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa semua variabel independennya
mempunyai nilai VIF kurang dari 10 serta nilai tolerance lebih dari 0,10.
Hal ini mengindikasikan bahwa dalam model ini terbebas dari masalah
multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut ini.
Gambar 4.1.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
-4 -2 0 2 4
Regression Standardized Predicted Value
-2
-1
0
1
2
3
Re
gre
ss
ion
Stu
de
nti
ze
d R
es
idu
al Dependent Variable: kesdrn_wp
Scatterplot
Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependennya, yaitu kesadaran perpajakan.
3. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut.
Gambar 4.2.
Hasil Uji Normalitas
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
Dependent Variable: kesdrn_wp
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Berdasarkan gambar 4.2. diatas dapat dilihat bahwa model regresi,
yaitu pengaruh pendidikan wajib pajak, lama tinggal wajib pajak di
lokasi objek pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib
pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB terhadap kesadaran
perpajakan, secara keseluruhan telah memenuhi asumsi normalitas, sebab
sebaran data terdistribusi normal, yaitu penyebaran titik-titiknya di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
D. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor yang
melekat pada wajib pajak PBB terhadap kesadaran perpajakan. Faktor-
faktor yang melekat pada wajib pajak PBB adalah pendidikan wajib
pajak, lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB, penghasilan
wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda
PBB. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode
regresi berganda.
a. Hasil uji koefisien determinasi
Tabel 4.7.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
,441a ,194 ,146 4,510Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), psepsi_sanksi, pendidikan,lama_tinggal, penghasilan
a.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Untuk jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik
digunakan Adjusted R Square. Hasil pengujian pada tabel 4.7. diatas
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R square)
sebesar 0,146. Hal ini berarti kesadaran perpajakan dipengaruhi oleh
persepsi terhadap sanksi perpajakan, pendidikan, lama tinggal dan
penghasilan sebesar 14,6%. Sedangkan sisanya 85,4% dijelaskan
oleh variabel lain di luar model.
b. Hasil uji F
Tabel 4.8.
Hasil Uji F
ANOVAb
328,695 4 82,174 4,040 ,005a
1362,805 67 20,340
1691,500 71
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), psepsi_sanksi, pendidikan, lama_tinggal, penghasilana.
Dependent Variable: kesadaran_wpb.
Hasil uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang
ditampilkan pada tabel 4.8. menghasilkan nilai F hitung sebesar
4,040 dengan tingkat signifikansi 0,005. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa probabilitas (0,005) lebih kecil dari 0,05, maka Ha diterima.
Berarti faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB, yaitu
pendidikan wajib pajak, lama tinggal wajib pajak di lokasi objek
pajak PBB, penghasilan wajib pajak dan persepsi wajib pajak tentang
pelaksanaan sanksi denda PBB secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kesadaran perpajakan.
Dapat dikatakan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Suhardito dan Sudibyo (1999) yang meneliti bahwa faktor-faktor
yang melekat pada wajib pajak, yaitu pendidikan wajib pajak, lama
tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB dan persepsi wajib
pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB.
c. Hasil uji t
Tabel 4.9.
Hasil Uji t
Coefficientsa
30,802 5,495 5,605 ,000
-,305 ,484 -,073 -,630 ,531
,035 ,374 ,010 ,093 ,926
6,146 2,814 ,253 2,184 ,032
,350 ,110 ,351 3,186 ,002
(Constant)
pendidikan
lama_tinggal
penghasilan
psepsi_sanksi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: kesadaran_wpa.
Hasil uji diatas memperlihatkan bahwa dari keempat variabel
independen yang ada dalam model regresi, variabel pendidikan wajib
pajak dan lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB tidak
signifikan. Dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk
pendidikan wajib pajak sebesar 0,531 dan lama tinggal wajib pajak
di lokasi objek pajak PBB sebesar 0,926, dimana keduanya lebih
besar dari 0,05.
2. Hasil Uji Hipotesis 1
Hasil uji t statistik diatas memperlihatkan bahwa pendidikan
wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan. Berarti
pula Ha1 ditolak. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Soemitro (1993) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan dengan kesadaran membayar pajak. Tetapi,
hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Misbach (1997) yang
membuktikan pendidikan wajib pajak PBB tidak berpengaruh terhadap
keberhasilan penerimaan PBB. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pendidikan perpajakan yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat.
Sesuai dengan pernyataan Guritno Mangkoesoebroto dalam Misbach
(1997:16), kesadaran masyarakat untuk membayar pajak harus dibina
melalui dua cara. Salah satunya meningkatkan pengetahuan dan
pendidikan masyarakat. Pendidikan pajak untuk Sekolah Dasar ditujukan
untuk menumbuhkan kesadaran akan perlunya pajak bagi pembangunan
bangsa dan negara (Nasucha, 1999:5).
3. Hasil Uji Hipotesis 2
Tabel 4.9. juga menunjukkan bahwa lama tinggal wajib pajak di
lokasi objek pajak PBB tidak mempengaruhi kesadaran perpajakan, yang
dinyatakan dalam nilai signifikansi sebesar 0,926 yang jauh lebih besar
dari 0,05. Berarti Ha2 ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Misbach (1997) yang menyatakan lama tinggal wajib pajak PBB tidak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan Suhardito dan Sudibyo (1999)
yang menunjukkan adanya pengaruh lama tinggal tinggal wajib pajak di
lokasi objek pajak PBB terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Hal
tersebut tidak mengherankan mengingat pelayanan pajak, terutama untuk
membayar pajak, tidak hanya dipusatkan di KPP saja, melainkan juga
diselenggarakan di bank-bank persepsi dan otomatisasi pembayaran PBB
melalui ATM, sehingga wajib pajak PBB jarang berhubungan atau
berkomunikasi dengan KPP untuk melaksanakan kewajibannya.
4. Hasil Uji Hipotesis 3
Melalui pengujian t statistik juga yang ditampilkan pada tabel 4.9.
dapat dilihat bahwa penghasilan wajib pajak menghasilkan nilai t hitung
sebesar 2,184 dan memiliki tingkat signifikansi 0,032. Nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa faktor penghasilan wajib pajak
PBB berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan.
Maka dapat dinyatakan Ha3 diterima. Hasil tersebut tidak mendukung
penelitian yang dilakukan Misbach (1997) yang menunjukkan bahwa
penghasilan wajib pajak tidak mempengaruhi keberhasilan penerimaan
PBB. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Guritno
Mangkoesoebroto (1987) dalam Misbach (1997:17) yang membuktikan
ada hubungan antara pembayaran PBB dengan penghasilan. Semakin
tinggi penghasilan yang dimiliki seseorang, maka akan semakin mudah
bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya atau pengeluarannya
maupun kewajibannya dalam perpajakan.
5. Hasil Uji Hipotesis 4
Persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan yang
ditunjukkan oleh besarnya nilai t hitung sebesar 3,186 dengan tingkat
signifikansi 0,002 yang lebih kecil dari 0,05, Maka Ha4 diterima. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian Suhardito dan Sudibyo (1999) yang
membuktikan persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda
PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Apabila wajib
pajak memiliki persepsi yang baik atau memandang bahwa sanksi denda
PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dari waktu ke waktu dan
mampu menjangkau para pelanggar, maka setiap wajib pajak akan
mematuhi pembayaran PBB mengingat sanksi yang langsung diterapkan
kepadanya apabila melanggar.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB secara bersama-sama
berpengaruh dan signifikan terhadap kesadaran perpajakan, sebab nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,005, dengan demikian Ha
diterima.
2. Faktor pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh dan tidak signifikan
terhadap kesadaran perpajakan, sebab nilai t hitung nya sebesar –0,630
dan tingkat signifikansi sebesar 0,531 yang lebih besar dari 0,05.
3. Lama tinggal wajib pajak di lokasi objek pajak PBB tidak mempengaruhi
kesadaran perpajakan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi jauh
diatas 0,05, yaitu 0,926.
4. Penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran perpajakan.
Nilai t hitung sebesar 2,184 dengan tingkat signifikansi 0,032 (<0,05)
menandakan bahwa penghasilan wajib pajak merupakan salah satu
variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel dependennya.
5. Faktor yang keempat yaitu persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan
sanksi denda PBB terbukti berpengaruh dan signifikan terhadap kesadaran
perpajakan, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung 3,186 dan tingkat
signifikansi 0,002 yang berada dibawah atau lebih kecil dari 0,05.
B. Implikasi
Adanya pengaruh faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak PBB
terhadap kesadaran perpajakan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang ada
dalam diri wajib pajak ini turut mempengaruhi sikap wajib pajak dalam
membayar PBB. Tidak adanya pengaruh pendidikan wajib pajak terhadap
kesadaran perpajakan dikarenakan kurangnya pendidikan perpajakan informal
dan formal yang ditanamkan sejak dini pada masyarakat, serta kurangnya
sosialisasi PBB kepada masyarakat. Faktor lama tinggal wajib pajak di lokasi
objek pajak PBB juga tidak mempengaruhi kesadaran perpajakan dapat
disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap pajak sebagai suatu beban
kuantitatif yang harus ditunaikan tanpa memandang baik buruknya pelayanan
KPP maupun aparat pemda setempat.
Sedangkan faktor penghasilan wajib pajak yang terbukti
mempengaruhi kesadaran perpajakan adalah disebabkan oleh penghasilan
wajib pajak untuk membayar PBB sebagai pajak objektif yang besarannya
naik tiap tahun tanpa memperhatikan keadaan ekonomis subjek pajaknya,
sementara belum tentu penghasilan wajib pajak selalu meningkat. Sehingga
penghasilan wajib pajak dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
membayar pajak.
Sama halnya dengan penghasilan wajib pajak, persepsi wajib pajak
tentang pelaksanaan sanksi denda PBB juga berpengaruh terhadap kesadaran
perpajakan. Hal ini dikarenakan wajib pajak PBB memandang bahwa
pelaksanaan sanksi denda PBB dilaksanakan secara tegas, konsisten dan adil
kepada semua wajib pajak PBB yang melanggar.
DAFTAR PUSTAKA
Bharawi, Makmun. “Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Pendaftarn Hak Milik Atas Tanah di Desa-Desa Sekabupaten Daerah Tingkat II Lampung Utara”, Universitas Lampung, 1994.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Hamid, Abdul. “ Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Kadjatmiko. “Dampak Kebijakan Batas Kewenangan Daerah di Wilayah Laut Terhadap Pembagian Hasil Penerimaan PBB”, Jurnal Kipas Volume 2 Nomor 21, Juni 2000.
Kansil, C.S.T. “Hidup Berbangsa dan Bernegara (Pedoman Hidup Bernegara untuk Siswa Indonesia)”, PT. Erlangga, Jakarta, 1993.
Karnanto. “Kenaikan PBB Yang Merisaukan”, Indonesian Tax Review Volume V/ Edisi 5/ 2006.
LTK, Untung. “Analisis Persepsi dan Harapan Wajib Pajak Terhadap Pelayanan Penyelesaian Restitusi Pajak di Wilayah Jakarta Selatan”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara, Juni 1997.
Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia”, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan SDM, Jakarta, 2006.
Mardiasmo. “Perpajakan”, Edisi Revisi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 2003.Marsyahrul, Tony. “Pengantar Perpajakan”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.
Misbach, Moch. Lutfie. “Analisis Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kotamadya Surabaya”. Universitas Airlangga, Surabaya, 1997.
Nasucha, Chaizi. “Paradigma Baru Pusat Penyuluhan Perpajakan”, Jurnal Kipas Volume 1 Nomor 11, Agustus 1999.
Pandiangan, Liberti. “Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru”, PT. Elex media Komputindo, Jakarta, 2008.
Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.
Setiawan, Agus dan Hardi. “Perpajakan Bendaharawan Pemerintah”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Soemitro, Ronny Hanitijo. “Hubungan Antara Kesadaran Hukum dan Tingkat Pendidikan”, Akademika Nomor 02 Tahun XI, 1993.
Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo. “Pengaruh Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan”, Simposium Nasional Akuntansi II, 1999.
Tarjo dan Sawarjuwono Tjiptohadi. “Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Fiskus, Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Pentingnya Membayar Pajak, Rekayasa Akuntansi dan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis Volume 3 Nomor 2, Agustus 2005.
Waluyo. “Perpajakan di Indonesia”, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004.