78*$6 $.+,5 723,. 3(5(1&$1$$1 6758.785 *('81* 0(1**81$.$1 '(6$,1 … · 2020. 4. 6. · II SURAT...

131
TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020 JUDUL STUDI ANALISIS STRUKTUR GEDUNG PONDOK PESANTREN DENGAN MATERIAL BAJA TOPIK PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG MENGGUNAKAN DESAIN CODE PERATURAN SNI 2002, 2012 DAN RSNI 2018 DISUSUN OLEH : FAKHRI ABDILA 1434290034 DOSEN PEMBIMBING : DR. IR. HARI NUGRAHA NURJAMAN, M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA – YAI JAKARTA

Transcript of 78*$6 $.+,5 723,. 3(5(1&$1$$1 6758.785 *('81* 0(1**81$.$1 '(6$,1 … · 2020. 4. 6. · II SURAT...

  • TUGAS AKHIR

    TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020

    JUDUL

    STUDI ANALISIS STRUKTUR GEDUNG PONDOK PESANTREN DENGAN

    MATERIAL BAJA

    TOPIK

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG MENGGUNAKAN DESAIN CODE

    PERATURAN SNI 2002, 2012 DAN RSNI 2018

    DISUSUN OLEH :

    FAKHRI ABDILA

    1434290034

    DOSEN PEMBIMBING :

    DR. IR. HARI NUGRAHA NURJAMAN, M.T.

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA – YAI

    JAKARTA

  • I

    SURAT PERNYATAAN I

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah peserta Tugas Akhir Program

    Studi Teknik Sipil.

    Nama : Fakhri Abdila

    Nomor Induk Mahasiswa : 1434290034

    Judul : Studi Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren

    dengan Material Baja

    Topik : Perencanaan Struktur Gedung

    Menggunakan Desain Code Peraturan SNI 2002, 2012

    dan RSNI 2018

    Pembimbing : Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T.

    Dengan ini menyatakan bahwa :

    1. Menjamin keaslian karya Tugas Akhir yang saya susun tanpa menjiplak karya

    orang lain.

    2. Menyelesaikan seluruh karya Tugas Akhir sendiri (tidak dikerjakan oleh orang

    lain).

    Jakarta, 15 Februari 2020

    Yang Membuat Pernyataan

    Fakhri Abdila

  • II

    SURAT PERNYATAAN II

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah peserta Tugas Akhir Program Studi

    Teknik Sipil.

    Nama : Fakhri Abdila

    Nomor Induk Mahasiswa : 1434290034

    Judul : Studi Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren

    dengan Material Baja

    Topik : Perencanaan Struktur Gedung

    Menggunakan Desain Code Peraturan SNI 2002, 2012

    dan RSNI 2018

    Pembimbing : Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T.

    Dengan ini menyatakan bahwa :

    Kesanggupan untuk memenuhi semua peraturan dan tata tertib penyelenggaraan Tugas

    Akhir Program Studi Teknik Sipil.

    Jakarta, 15 Februari 2020

    Yang Membuat Pernyataan

    Fakhri Abdila

  • III

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

    TAHUN AKADEMIK 2019/2020

    TANDA PERSETUJUAN DOKUMEN TUGAS AKHIR

    Nama : Fakhri Abdila

    Nomor Induk Mahasiswa : 1434290034

    Judul : Studi Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren

    dengan Material Baja

    Topik : Perencanaan Struktur Gedung

    Menggunakan Desain Code Peraturan SNI 2002, 2012

    dan RSNI 2018

    Pembimbing : Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T.

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata

    satu (S-1) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Persada Indonesia

    YAI, Jakarta.

    Jakarta, 15 Februari 2020

    Menyetujui, Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T.

  • IV

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI

    TAHUN AKADEMIK 2019/2020

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Fakhri Abdila

    Nomor Induk Mahasiswa : 1434290034

    Judul : Studi Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren

    dengan Material Baja

    Topik : Perencanaan Struktur Gedung

    Menggunakan Desain Code Peraturan SNI 2002, 2012

    dan RSNI 2018

    Pembimbing : Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T.

    Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar strata

    satu (S-1) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Persada Indonesia

    YAI, Jakarta.

    Disahkan Oleh:

    Ketua Jurusan Teknik Sipil Dekan

    (Ir. Halimah Tunafiah, M.T.) (Dr. Ir. Fitri Suryani, M.T.)

  • V

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kareana dengan

    rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Studi

    Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren dengan Material Baja”. Tugas akhir ini

    dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana teknik

    pada fakultas teknik di Universitas Yayasan Administrasi Indonesia. Selain itu, tujuan

    dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca

    mengenai “Perencanaan Struktur Gedung Menggunakan Desain Code Peraturan SNI

    2002, 2012 & RSNI 2018”.

    Selama penulisan tugas akhir ini, penulis banyak menerima support baik itu

    dukungan maupun bantuan, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena

    itu penulis ingin megucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

    1. Allah SWT atas karunia dan kasih sayang Nya penulis dapat menyelesaikan

    tugas akhir ini.

    2. Untuk ibu, ayah dan teteh. Ade persembahkan tugas akhir ini untuk kalian

    semua. Terima kasih atas doa dan dukungannya sampai detik ini.

    3. Dr. Ir. Hari Nugraha Nurjaman, M.T. selaku dosen pembimbing penulis, yang

    telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

    4. Ir. Halimah Tunafiah, M.T. selaku ketua jurusan teknik sipil

    5. Dr. Ir. Fitri Suryani, M.T. selaku dekan jurusan teknik sipil

    6. Para dosen tekmik UPI YAI, yang tidak dapat disebut satu persatu.

    7. Teman-teman angkatan 2014 pagi dan malam, khususnya grup civil engineering

    2014 kalian luar biasa guys, keep solid yoo.

  • VI

    8. Himsip, yang selalu berjuang mengaspirasikan kegiatan-kegiatan positif

    dikampus.

    9. Teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi, dede dan nurqo.

    10. Mentor duo kembar irana dan irani, kakak leo kece.

    11. Para rekan kerja divisi engineering PT JHS System, keep introvert guys.

    12. “Kita sama-sama berjuang yaa”, lancar yah gapai impian dan cita-cita kita, kita

    pasti bisa Nad.

    Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena

    adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman, oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya

    kritik dan saran yang membangun agar Tugas Akhir ini bisa lebih baik dan bermanfaat

    kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

    Jakarta, 15 Februari 2020

    Penulis

    Fakhri Abdila

  • VII

    DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN I ................................................................................................ I 

    SURAT PERNYATAAN II ............................................................................................. II 

    TANDA PERSETUJUAN DOKUMEN TUGAS AKHIR ............................................. III 

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ IV 

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................... V 

    DAFTAR ISI ................................................................................................................. VII 

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... XII 

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................ XIV 

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4 

    1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4 

    1.4 Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................................... 4 

    1.5 Metodologi Penelitian ............................................................................................. 5 

    1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................................. 5 

    BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI ............................................................. 7 

    2.1 Tinjauan Kepustakaan ............................................................................................. 7 

    2.2 Landasan Teori ........................................................................................................ 7 

  • VIII

    2.3 Perencanaan Struktur .............................................................................................. 7 

    2.4 Definisi Baja............................................................................................................ 8 

    2.4.1 Jenis – Jenis Baja ............................................................................................. 9 

    2.4.2 Sifat – Sifat Mekanik Baja ............................................................................. 10 

    2.4.3 Penampang Profil Baja ................................................................................... 13 

    2.5 Pembebanan .......................................................................................................... 14 

    2.6 Batang Tarik .......................................................................................................... 16 

    2.7 Batang Tekan ........................................................................................................ 17 

    2.7.1 Teori Tekuk (Buckling) ................................................................................. 18 

    2.7.2 Panjang Efektif ............................................................................................... 18 

    2.7.3 Tekuk Lentur .................................................................................................. 19 

    2.7.4 Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur ............................................................. 20 

    2.8 Balok Lentur ......................................................................................................... 21 

    2.8.1 Kuat Lentur Nominal ..................................................................................... 21 

    2.8.2 Kuat Geser Nominal ....................................................................................... 22 

    2.9 Peraturan Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung .......................... 23 

    2.10 Desain Code Peraturan SNI 03-1729-2002 dan SNI 1729-2015 ........................ 23 

    2.10.1 Material ........................................................................................................ 23 

    2.10.2 Ketentuan Umum ......................................................................................... 24 

    2.10.3 Beban dan Kombinasi Pembebanan ............................................................. 25 

    2.10.4 Keadaan Kekuatan Batas.............................................................................. 26 

  • IX

    2.10.5 Faktor Reduksi ............................................................................................. 27 

    2.10.6 Masalah Tekuk ............................................................................................. 28 

    2.10.7 Desain Komponen Kekuatan Tarik .............................................................. 29 

    2.10.8 Desain Komponen Kekuatan Tekan............................................................. 29 

    2.10.9 Desain Komponen Kekuatan Lentur Plastis ................................................ 31 

    2.10.10 Desain Komponen Kekuatan Geser ........................................................... 31 

    2.10.11 Kombinasi Lentur Aksial Momen .............................................................. 32 

    2.11 Gempa Bumi ....................................................................................................... 33 

    2.12 Peraturan Pembebanan Gempa Indonesia ........................................................... 34 

    2.13 Desain Code Peraturan SNI 03-1726-2002 ......................................................... 34 

    2.13.1 Gempa Rencana dan Kategori Gedung ........................................................ 35 

    2.13.2 Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan ........................................ 35 

    2.13.3 Pemilihan Sistem Struktur ........................................................................... 36 

    2.13.4 Wilayah Gempa dan Respons Spektrum ...................................................... 37 

    2.13.5 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa ................................. 38 

    2.13.6 Waktu Getar Alami Fundamental ................................................................ 40 

    2.14 Desain Code Peraturan SNI 03-1726-2012 ......................................................... 40 

    2.14.1 Gempa Rencana ........................................................................................... 41 

    2.14.2 Wilayah Gempa dan Respons Spektrum ...................................................... 41 

    2.14.3 Kategori Gedung .......................................................................................... 43 

    2.14.4 Kategori Desain Gempa ............................................................................... 44 

  • X

    2.14.5 Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan ........................................ 45 

    2.14.6 Pemilihan Sistem Struktur ........................................................................... 46 

    2.14.7 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa ................................. 47 

    2.14.8 Waktu Getar Alami Fundamental ................................................................ 48 

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................ 50 

    3.1 Pendahuluan .......................................................................................................... 50 

    3.2 Data Penelitian ...................................................................................................... 50 

    3.2.1 Data Perencanaan ........................................................................................... 50 

    3.3 Metode Perencanaan Struktur ............................................................................... 51 

    3.4 Beban Gravitasi ..................................................................................................... 52 

    3.5 Respons Spektrum Gempa .................................................................................... 53 

    3.5.1 Respons Spektrum Gempa SNI 03-1726-2002 .............................................. 53 

    3.5.2 Respons Spektrum Gempa SNI 03-1726-2012 .............................................. 54 

    3.5.3 Respons Spektrum Gempa RSNI 1726-2018 ................................................. 56 

    3.6 Preliminary Desain ................................................................................................ 58 

    3.6.1 Balok Induk .................................................................................................... 59 

    3.6.2 Balok Anak .................................................................................................... 59 

    3.6.3 Kolom ............................................................................................................. 60 

    3.6.4 Pengecekan Penampang Kompak Tak Kompak ............................................ 60 

    3.7 Analisis Data ......................................................................................................... 61 

    BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................... 62 

  • XI

    4.1 Data Umum Proyek ............................................................................................... 62 

    4.2 Data Teknis Proyek ............................................................................................... 62 

    4.3 Analisis Struktur ................................................................................................... 66 

    4.4 Analisis Perencanaan Gempa dengan Desain Code SNI 03-1726-2002 ............... 67 

    4.5 Analisis Perencanaan Gempa dengan Desain Code SNI-1726-2012 .................... 75 

    4.6 Analisis Perencanaan Gempa dengan Desain Code RSNI-1726-2018 ................. 82 

    4.7 Analisis Kinerja Struktur dengan Desain Code SNI 03-1726-2002 ..................... 90 

    4.8 Analisis Kinerja Struktur dengan Desain Code SNI 03-1726-2012 ..................... 94 

    4.9 Analisis Kinerja Struktur dengan Desain Code RSNI-1726-2018 ........................ 96 

    4.10 Analisis Penampang Profil dengan Desain Code SNI 1729-2002 dan SNI 1729-

    2015 ............................................................................................................................. 98 

    4.10.1 Tahapan Analisis Kapasitas Penampang Kolom Secara Manual ................. 98 

    4.10.2 Tahapan Analisis Kapasitas Penampang Balok Secara Manual ................ 101 

    4.11 Hasil Output Program Etabs Rasio Penampang ................................................ 102 

    BAB V KESIMPULAN ................................................................................................ 105 

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 105 

    5.2 Saran .................................................................................................................... 107 

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 108 

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. 109 

  • XII

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar. 1. Metodologi Penelitian .................................................................................... 5 

    Gambar. 2. Hubungan tegangan-regangan tipikal (sumber: Agus setiawan –

    Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD) .......................................................... 10 

    Gambar. 3. Kurva hubungan tegangan (f) vs regangan () (sumber: Agus setiawan –

    Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD) .......................................................... 11 

    Gambar. 4. Bagian kurva tegangan - regangan yang diperbesar (sumber: Agus setiawan

    – Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD)....................................................... 11 

    Gambar. 5. Contoh profil baja bentuk H ......................................................................... 13 

    Gambar. 6. Contoh profil baja bentuk pipa ..................................................................... 13 

    Gambar. 7. Contoh profil baja bentuk I .......................................................................... 14 

    Gambar. 8. Contoh profil baja bentuk C ......................................................................... 14 

    Gambar. 9. Nilai faktor K (sumber: SNI-1729-2002) ..................................................... 19 

    Gambar. 10. Grafik respons spekterum gempa rencana SNI 03-1726-2002 .................. 54 

    Gambar. 11. Grafik respons spekterum gempa rencana SNI 03-1726-2012 .................. 56 

    Gambar. 12. Grafik respons spekterum gempa rencana RSNI 03-1726-2018 ................ 58 

    Gambar. 13. Arsitek - denah Lt.1 .................................................................................... 63 

    Gambar. 14. Arsitek – denah Lt.2 dan 3 ......................................................................... 63 

    Gambar. 15. Arsitek – potongan melintang .................................................................... 64 

    Gambar. 16. Arsitek – potongan memanjang ................................................................. 64 

    Gambar. 17. Struktur – lantai tipikal ............................................................................... 64 

    Gambar. 18. Pemodelan dengan program Etabs Ver. 16 (1/3) ....................................... 65 

    Gambar. 19. Pemodelan dengan program Etabs Ver. 16 (2/3) ....................................... 65 

    Gambar. 20. Pemodelan dengan program Etabs Ver. 16 (3/3) ....................................... 66 

  • XIII

    Gambar. 21. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah x -

    2002 ................................................................................................................................. 72 

    Gambar. 22. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah y -

    2002 ................................................................................................................................. 73 

    Gambar. 23. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah x -

    2012 ................................................................................................................................. 81 

    Gambar. 24. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah y -

    2012 ................................................................................................................................. 82 

    Gambar. 25. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah x -

    2018 ................................................................................................................................. 88 

    Gambar. 26. Grafik Perbandingan gaya geser lantai dan gaya geser kumulatif arah y -

    2018 ................................................................................................................................. 89 

    Gambar. 27. Grafik Simpangan antar lantai arah x dan y (batas layan) -2002 ............... 91 

    Gambar. 28. Grafik Simpangan antar lantai arah x dan y (batas ultimate) -2002........... 93 

    Gambar. 29. Grafik Simpangan antar lantai arah x dan y -2012 ..................................... 95 

    Gambar. 30. Grafik Simpangan antar lantai arah x dan y -2018 ..................................... 97 

    Gambar. 31. Hasil output program etabs : moment, geser dan akial .............................. 98 

    Gambar. 32. Hasil output program etabs dengan desain code SNI 1726-2002 ............ 102 

    Gambar. 33. Hasil output program etabs dengan desain code SNI 1726-2012 ............ 103 

    Gambar. 34. Hasil output program etabs dengan desain code RSNI 1726-2018 .......... 103 

  • XIV

    DAFTAR TABEL

    Tabel. 1. Sifat Mekanis Baja Struktural .......................................................................... 24 

    Tabel. 2. Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan ............. 35 

    Tabel. 3. Nilai Faktor R, m dan f. .................................................................................. 37 

    Tabel. 4. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk SNI

    03-1726-2002 .................................................................................................................. 37 

    Tabel. 5. Spektrum respons gempa rencana SNI 03-1726-2002 ..................................... 38 

    Tabel. 6. Koefisien situs Fa ............................................................................................. 41 

    Tabel. 7. Koefisien situs Fv ............................................................................................ 42 

    Tabel. 8. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa ......... 44 

    Tabel. 9. Faktor keutamaan gempa ................................................................................. 44 

    Tabel. 10. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada

    periode pendek ................................................................................................................ 45 

    Tabel. 11. Ketegori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan periode 1

    detik ................................................................................................................................. 45 

    Tabel. 12. Nilai Faktor R, Cd dan 0. ............................................................................ 46 

    Tabel. 13. Nilai parameter periode pendekatan Ct dan X ............................................... 49 

    Tabel. 14. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung ................................. 49 

    Tabel. 15. Beban yang diinput pada penelitian ............................................................... 53 

    Tabel. 16. Spesifikasi profil penampang ......................................................................... 58 

    Tabel. 17. Pengecekan penampang kompak tak kompak ............................................... 60 

    Tabel. 18. Massa Diafragma Lantai -2002 ...................................................................... 67 

    Tabel. 19. Partisipasi massa -2002 .................................................................................. 67 

    Tabel. 20. Gaya Geser Dinamik Arah –x -2002.............................................................. 69 

  • XV

    Tabel. 21. Gaya Geser Dinamik Arah –y -2002............................................................. 70 

    Tabel. 22. Gaya gempa statik arah x -2002 ..................................................................... 70 

    Tabel. 23. Gaya gempa statik arah y -2002 ..................................................................... 71 

    Tabel. 24. Perbandingan gaya geser lantai arah x -2002 ................................................. 72 

    Tabel. 25. Perbandingan gaya geser lantai arah y -2002 ................................................. 72 

    Tabel. 26. Simpangan antar lantai Arah –x dan y -2002 ................................................. 74 

    Tabel. 27. Perhitungan Waktu getar rayleigh Arah –x -2002 ......................................... 74 

    Tabel. 28. Perhitungan Waktu getar rayleigh Arah –y -2002 ......................................... 74 

    Tabel. 29. Massa Diafragma Lantai -2012 ...................................................................... 75 

    Tabel. 30. Partisipasi massa -2012 .................................................................................. 75 

    Tabel. 31. Gaya Geser Dinamik Arah –x -2012.............................................................. 78 

    Tabel. 32. Gaya Geser Dinamik Arah –y -2012.............................................................. 79 

    Tabel. 33. Gaya gempa statik arah x -2012 ..................................................................... 79 

    Tabel. 34. Gaya gempa statik arah y -2012 ..................................................................... 80 

    Tabel. 35. Perbandingan gaya geser lantai arah x -2012 ................................................. 81 

    Tabel. 36. Perbandingan gaya geser lantai arah y -2012 ................................................. 81 

    Tabel. 37. Massa Diafragma Lantai -2018 ...................................................................... 82 

    Tabel. 38. Partisipasi massa -2018 .................................................................................. 83 

    Tabel. 39. Gaya Geser Dinamik Arah –x -2018.............................................................. 86 

    Tabel. 40. Gaya Geser Dinamik Arah –y -2018.............................................................. 86 

    Tabel. 41. Gaya gempa statik arah x -2018 ..................................................................... 87 

    Tabel. 42. Gaya gempa statik arah y -2018 ..................................................................... 87 

    Tabel. 43. Perbandingan gaya geser lantai arah x -2018 ................................................. 88 

    Tabel. 44. Perbandingan gaya geser lantai arah y -2018 ................................................. 89 

  • XVI

    Tabel. 45. Displacement pusat massa akibat gempa arah x dan y -2002 ........................ 90 

    Tabel. 46. Simpangan antar lantai arah x (batas layan) -2002 ........................................ 91 

    Tabel. 47. Simpangan antar lantai arah y (batas layan) -2002 ........................................ 91 

    Tabel. 48. Simpangan antar lantai arah x (batas ultimate) -2002 .................................... 92 

    Tabel. 49. Simpangan antar lantai arah y (batas ultimate) -2002 .................................... 92 

    Tabel. 50. Displacement pusat massa akibat gempa arah x dan y -2012 ........................ 94 

    Tabel. 51. Simpangan antar lantai arah x -2012.............................................................. 95 

    Tabel. 52. Simpangan antar lantai arah y -2012.............................................................. 95 

    Tabel. 53. Displacement pusat massa akibat gempa arah x dan y -2018 ........................ 96 

    Tabel. 54. Simpangan antar lantai arah x -2018.............................................................. 96 

    Tabel. 55. Simpangan antar lantai arah y -2018.............................................................. 97 

    Tabel. 56. Rekapitulasi Rasio penampang .................................................................... 104 

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia terletak diantara beberapa lempeng besar dunia yaitu lempeng Pasifik,

    lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Lempeng-lempeng ini terus bergerak

    setiap tahunnya akibat konveksi bumi. Pergerakan lempeng ini tentunya membawa

    pengaruh bagi wilayah kepulauan Indonesia. Adapun dampaknya antara lain bencana

    alam, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan juga tsunami.

    Sepanjang tahun 2019 telah terjadi beberapa peristiwa bencana alam khususnya

    gempa bumi dengan skala gempa magnitudo yang cukup besar. Salah satunya terjadi di

    Banten, dengan skala magnitudo sebesar 6.9 mengguncang pada kedalaman 48 km,

    berpusat pada 164 km dari Sumur, Kabupaten Pandeglang Banten. Saat gempa terjadi

    pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan

    bahwa gempa berpotensi menyebabkan tsunami.

    Bencana ini telah memakan kerugian yang cukup besar, baik dari segi materi

    maupun non materi. Sudah banyak jatuhnya korban jiwa, dari yang mengalami luka-

    luka hingga korban meninggal dunia. Tidak sampai disitu saja, kerugian juga terjadi

    pada sarana dan prasarana infrakstruktur sipil, seperti jalan dan bangunan gedung.

    Dengan peristiwa tersebut peran calon sarjana atau insinyur teknik sipil dalam

    merencanakan gedung konstruksi rasanya cukup penting. Mengingat bila konstruksi

    yang direncanakan kuat, kaku serta daktail harapannya akan aman terhadap bencana

    gempa bumi. Mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan yang cukup

    parah.

    Dalam merencanakan atau mendesain struktur gedung yang kuat, kaku serta

    daktail perlu adanya standar perencanaan struktur, atau yang biasa disebut dengan

  • 2

    “desain code”. Desain code ini perannya sangat penting sebagai suatu acuan atau

    rujukan formal yang kedudukannya kuat dalam hukum. Umumnya setiap Negara

    menerbitkan desain codenya masing-masing, baik secara hasil riset mandiri,

    menerjemahkan, memilih atau menggabungkan dengan desain code Negara lain yang

    dianggap unggul dan sesuai. Sebagai contoh Negara Amerika menggunakan desain code

    ANSI(American National Standarts Institute)/AISC(American Institute Steel

    Construction), kemudian Negara Jepang dengan desain code JIS(Japanese Industrial

    Standarts), serta Negara Indonesia dengan code SNI (Standar Nasional Indonesia).

    Desain code itu sendiri perlu dilakukan pembaharuan guna mengikuti perkembangan

    teknologi dan ilmu pengetahuan. Beberapa desain code yang digunakan di Negara

    Indonesia pada dunia konstruksi diantaranya Standar perencanaan ketahanan gempa

    untuk struktur bangunan gedung (SNI-1726), Beban minimum untuk perancangan

    bangunan gedung dan struktur lain (SNI-1727), Tata cara perencanaan struktur baja

    untuk bangunan gedung (SNI-1729) dan masih banyak lagi.

    Berbicara konstruksi tentunya tidak lepas dari bahan material yang nantinya akan

    digunakan untuk perencanaan bangunan. Material bahan bisa didapati dari alam sebagai

    contohnya kayu, batu, tanah, bambu dll. Bisa juga didapati dari proses produksi pabrik

    seperti baja dan beton. Hingga saat ini pada pembangunan konstruksi khususnya di

    Indonesia material yang digunakan masih terbatas seperti material kayu, beton, baja dan

    kombinasinya. Pemilihan jenis material untuk pembangunan konstruksi tidak luput dari

    tiga kriteria yaitu kekuatan (tegangan), kekakuan (deformasi), dan daktilitas (perilaku

    keruntuhannya).

    Bahan material baja dirasa lebih efisien jika ditinjau rasio kuat banding berat

    volumenya dibanding material beton. Beberapa keunggulan lainnya dari material baja

  • 3

    yaitu mutu tinggi yang homogen dan konsisten dikarenakan proses produksi yang selalu

    diawasi dan sesuai dengan standar desain code, daktailitas yang tinggi, berat sendiri

    yang ringan, penampang yang efisien, dan proses pemasangannya mudah dipasang dan

    dibongkar. Namun material baja bukan tanpa kelemahan. Beberapa kelemahan material

    baja yaitu terhadap suhu yang tinggi, penampang yang diproduksi terbatas, mengalami

    korosi pada area yang dekat dengan udara dan air, penampang mudah mengalami tekuk,

    dan lain-lain.

    Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang selalu mengalami

    pembaharuan, tentunya membuat persaingan semakin ketat. Saat ini di dunia industri

    ijazah bukan menjadi faktor utama untuk bisa diserap. Melainkan kemampuan atau skill

    yang dibutuhkan oleh industri tersebut.

    Menyikapi hal diatas pemerintah sedang fokus mendorong pengembangan

    sumber daya manusia yang terampil lewat Balai Latihan Kerja (BLK). BLK ini akan

    hadir pada pesantren-pesantren yang selama ini belum dimaksimalkan. Harapannya

    dengan adanya BLK bisa menyalurkan santri-santri yang siap bekerja.

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis mengambil beberapa poin

    penting yaitu mengenai desain code pada perencanaan struktur gedung dan penggunaan

    material baja sebagai struktur gedung. Penulis tertarik membahas material baja,

    dikarenakan memiliki beberapa keunggulan, serta literatur yang masih belum banyak

    bila dibandingkan dengan penggunaan material beton. Maka judul tugas akhir yang

    diambil ialah “Studi Analisis Struktur Gedung Pondok Pesantren dengan Material Baja”

    dengan topik yang diambil ialah “Perencanaan Struktur Gedung Menggunakan Desain

    Code Peraturan SNI 2002, 2012 dan RSNI 2018”.

  • 4

    1.2 Rumusan Masalah

    Beberapa permasalahan yang nantinya akan dibahas pada tugas akhir ini antara

    lain :

    1. Apa saja pebedaan yang terdapat pada desain code pembebanan gempa SNI-

    1726 tahun 2002 dengan tahun 2012 dan RSNI-1726 tahun 2018?

    2. Apa saja perbedaan yang terdapat pada desain code perencanaan struktur baja

    SNI-1729 tahun 2002 dengan SNI-1729 tahun 2015?

    3. Bagaimana perbedaan hasil perhitungan beban gempa bangunan pada SNI-1726

    tahun 2002, dengan tahun 2012 dan RSNI-1726 tahun 2018?

    1.3 Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara

    mendesain stuktur baja pada bangunan gedung dengan menggunakan desain code yang

    sesuai Standar Nasional Indonesia. Mencari berapa besar gaya gempa geser dinamik

    maupun statik sesuai dengan desain code yang sudah ditentukan, Kemudian mencari

    berapa besar nilai defleksi dan simpangan pada bangunan antar lantai. Dan terakhir

    mencari berapa nilai rasio pada profil penampang rencana pada struktur gedung.

    1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

    Batasan permasalahan yang ada dalam tugas akhir ini meliputi :

    1. Model bangunan yang digunakan pada penelitian ini adalah bangunan dengan

    tingkat rendah yaitu 3 (tiga) lantai, berbentuk simetris dan persegi panjang, rasio

    antara panjang berbanding lebar pada bangunan ialah 1 sampai 3.

    2. Bangunan yang didesain diasumsikan tidak menggunakan dinding geser (shear

    wall) dan atap dianggap dak beton.

    3. Pemodelan struktur adalah 3 (tiga) dimensi, dibantu dengan program software

    Etabs Versi 16.

  • 5

    4. Bangunan direncanakan akan dibuat pada daerah Banten, dengan kriteria tanah

    lunak.

    5. Perhitungan analisis berfokus pada bagian kolom dan balok utama bangunan.

    6. Rencana anggaran biaya dan struktur bagian bawah tidak di bahas dalam

    penelitian ini.

    1.5 Metodologi Penelitian

    Metedologi dalam pengerjaan tugas akhir ini ditampilkan dalam diagram alur

    dibawah ini :

    Gambar. 1. Metodologi Penelitian

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistem penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, diuraikan

    sebagai berikut :

    BAB I Pendahuluan

    Bab ini berisikan hal-hal yang mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    penulisan, ruang lingkup pembahasan, metedologi penelitian, serta sistematika

    penulisan.

  • 6

    BAB II Tinjauan dan Landasan Teori

    Bab ini berisikan tinjauan umum dan tinjauan khusus, serta landasan teori yang

    mendukung penyusunan karya tulis. Ringkasan pembahasan mengenai perbandingan

    peraturan tahan gempa (SNI 1726) dan perencanaan struktur baja (SNI 1729).

    BAB III Metedologi Penelitian

    Bab ini berisikan tentang tahapan – tahapan yang menunjang pada penelitian, data –

    data yang digunakan seperti data perencanaan, beban gempa rencana, preliminary

    desain penampang .

    BAB IV Pembahasan

    Bab ini berisikan perhitungan analisis perencanaan gempa secara statik ekuivalen dan

    dinamik, perhitungan analisis kinerja struktur batas layan dan ultimate, dan analisis

    profil penampang kolom dan balok, dengan contoh perhitungan secara manual.

    BAB V Penutup

    Bab ini berisikan mengenai hasil kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab

    sebelumnya.

  • 7

    BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Tinjauan Kepustakaan

    Untuk memulai analisis yang dilakukan pada tugas akhir ini, penulis

    menggunakan referensi sebagai dasar acuan dalam mendesain struktur gedung.

    Referensi yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI), Rancangan Standar

    Indonesia (RSNI) dan teori-teori pendukung lainnya.

    Pada penelitian ini akan dibahas secara ringkas perbandingan antara peraturan

    perencanaan struktur baja yaitu SNI 03-1729-2002 dengan SNI 1729:2015, serta pada

    peraturan gempa yaitu SNI 1726-2002, SNI 1726-2012 dan RSNI 1726-2018.

    2.2 Landasan Teori

    Teori yang digunakan pada tugas akhir ini beberapa menggunakan literatur dari

    buku, dan dari Badan Standar Nasional (BSN).

    2.3 Perencanaan Struktur

    Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu

    pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai

    perilaku struktur dengan dasar-dasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika

    bahan, dan analisis struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan

    aman selama masa layan. Perencanaan itu sendiri adalah sebuah proses untuk

    mendapatkan suatu hasil optimum. Suatu struktur dikatakan optimum apabila

    memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

    Biaya minimum

    Berat minimum

    Waktu konstruksi minimum

    Tenaga kerja minimum

  • 8

    Manfaat maksimum sepanjang masa layan

    Kerangka perencanaan struktur adalah pemilihan susunan dan ukuran dari

    elemen struktur sehingga beban yang bekerja dapat dipikul secara aman, dan

    perpindahan yang terjadi masih dalam batas-batas yang dipersyaratkan. Prosedur

    perencanaan struktur secara iterasi dapat dilakukan seperti berikut :

    1. Perancangan, penetapan fungsi dari struktur

    2. Penetapan konfigurasi struktur awal (preliminary) sesuai langkah 1 termasuk

    pemilihan jenis material yang digunakan

    3. Penetapan beban kerja struktur

    4. Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur berdasarkan langkah 1, 2, 3

    5. Analisis struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan perpindahan elemen

    6. Evaluasi, apakah perancangan sudah optimum sesuai yang diharapkan

    7. Perencanaan ulang langkah 1 hingga 6

    8. Perencanaan akhir.

    (Agus Setiawan, 2008).

    2.4 Definisi Baja

    Baja adalah suatu material yang proses pembuatannya terdiri dari unsur-unsur

    kimiawi, yaitu besi atau logam sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan

    utamanya. Selain itu juga terdapat unsur-unsur kimiawi lainnya, seperti sulfur,

    phosphor, mangan dll. Kandungan unsur-unsur kimiawi pada baja akan mempengaruhi

    karakterisiktik dan juga kekuatan mutunya. Prosentasi kandungan karbon bisa mencapai

    1.7% atau 85 kali lipat dibanding kandungan karbon pada besi tempa. Proses

    pembuatannya dimulai dari pengumpulan material biji besi logam mutu tinggi

    kemudian dipanaskan pada suhu tinggi didalam tungku konverter hingga menjadi cair,

  • 9

    selanjutnya ditambahkan unsur karbon sebagai pengkristal dan membuat baja menjadi

    padat, hasil baja padat kemudian dibuat menjadi bentuk yang khas, batang (bloom),

    bulat (billet), dan pelat (slab).

    2.4.1 Jenis – Jenis Baja

    Baja yang digunakan pada struktur dibagi menjadi 3 jenis klasifikasi yaitu

    menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Perbedaan

    antara 3 jenis klasifikasi diantaranya sebagai berikut :

    1. Baja karbon

    Baja karbon dibagi menjadi tiga kategori tergantung dari persentase kandungan

    karbonnya, yaitu: baja karbon rendah (C= 0.03-0.35%), baja karbon medium

    (C= 0.35-0.50%), dan baja karbon tinggi (C= 0.55-1.70%). Baja yang sering

    digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya baja BJ 37.

    Kandungan karbon baja medium bervariasi dari 0.25-0.29% tergantung

    ketebalan. Selain karbon, unsur lain yang juga terdapat dalam baja karbon

    adalah mangan (0.25-1.50%), silicon (0.25-0.30%), fosfor (maksimal 0.04%)

    dan sulfur (0.05%). Baja karbon umumnya memiliki tegangan leleh (fy) antara

    210-250 MPa

    2. Baja paduan rendah mutu tinggi

    yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi (high-strength

    low-alloy steel/HSLA) mempunyai tegangan leleh berkisar antara 290-550 MPa

    dengan tegangan putus (fu) antara 415-700 MPa.

    3. Baja paduan

    Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan dipanaskan untuk

    memperoleh tegangan leleh antara 550-760 MPa.

  • 10

    (Agus Setiawan, 2008).

    Gambar. 2. Hubungan tegangan-regangan tipikal (sumber: Agus setiawan – Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD)

    2.4.2 Sifat – Sifat Mekanik Baja

    Untuk mengetahui sifat-sifat dari mekanik baja perlu dilakukan proses pengujian

    tarik pada benda uji baja. Uji tarik dilakukan pada suhu kamar dengan memberikan laju

    renganan yang normal. Tegangan nominal (f) yang terjadi dalam benda uji diplot pada

    sumbu vertical, sedangkan regangan yang merupakan perbandingan antara

    pertambahan panjang dengan panjang mula-mula (L/L) diplot pada sumbu horizontal.

    Hubungan tegangan-regangan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

  • 11

    Gambar. 3. Kurva hubungan tegangan (f) vs regangan () (sumber: Agus setiawan – Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD)

    Gambar. 4. Bagian kurva tegangan - regangan yang diperbesar (sumber: Agus setiawan – Perencanaan struktur baja dengan metode LRFD)

    Titik-titik penting dalam kurva tegangan-regangan antara lain adalah :

    fp : batas proporsional

    fe : batas elastis

    fyu, fy : tegangan leleh atas dan bawah

    fu : tegangan putus

  • 12

    sb : regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening (penguatan regangan)

    u : regangan saat tercapainya tegangan putus.

    Titik-titik penting ini membagi kurva tegangan-regangan menjadi beberapa daerah

    sebagai berikut :

    1. Daerah liniear antara 0 dan fy, dalam daerah ini berlaku hokum hooke,

    kemiringan dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai modulus elastisitas

    atau modulus young, E = (f/e).

    2. Daerah elastis antara 0 dan fe, pada daerah ini jika dibeban dihilangkan maka

    benda uji akan kembali kebentuk semula atau dikatakan benda uji bersifat

    elastis.

    3. Daerah plastis yang dibatasi regangan antara 2% hingga 1.2-1.5%, pada bagian

    ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar fy, daerah ini

    dapat menunjukkan pula tingkat daktalitas dari material baja tersebut. Pada baja

    mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini tegangan masih

    mengalami kenaikan. Karena itu jenis baja ini tidak mempunyai daerah plastis

    yang benar-benar datar sehingga tak dapat dipakai dalam analisis plastis.

    4. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara sb dan u. untuk

    regangan lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum,

    tegangan kembali mengalami kenaikan namun kemiringan yang lebih kecil

    daripada kemiringan daerah elastis. Daerah ini dinamakan daerah penguatan

    regangan (strain-hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus.

    Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan (Eu).

    (Agus Setiawan, 2008).

  • 13

    2.4.3 Penampang Profil Baja

    Pembuatan profil baja dengan cara penggilingan terbagi menjadi 2 bagian yaitu

    proses canai panas (hot-rolled) dan canai dingin (cold-rolled). Pada proses canai dingin

    dihasilkan produk yaitu baja ringan (cold form). Pada proses canai panas (hot-rolled)

    umumnya diperuntukkan pada bentuk profil baja yang relative tebal. Bentuk-bentuk

    profil baja diberi nama sesuai dengan desain standar yang dipilih. Di Indonesia sendiri

    profil baja yang digunakan mengikuti desain code JIS (Japanese Industrial Standarts)

    dengan ukuran metrik. Berikut dibawah ini contoh bentuk-bentuk penampang profil

    baja.

    Gambar. 5. Contoh profil baja bentuk H

    Gambar. 6. Contoh profil baja bentuk pipa

  • 14

    Gambar. 7. Contoh profil baja bentuk I

    Gambar. 8. Contoh profil baja bentuk C

    Umumnya untuk keperluan konstruksi Gedung profil sering digunakan ialah profil I

    atau WF.

    2.5 Pembebanan

    Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara pasti

    besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya merupakan

    salah satu pekerjaan yang cukup sulit, dan pada umumnya penentuan besarnya beban

    hanya merupakan suatu estimasi saja. Beban – beban yang bekerja pada struktur, pada

    umumnya dikelompokan berdasarkan (PPIUG 1983) menjadi 5 (lima) jenis antara lain :

    1. Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung atau bangunan yang

    bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan,

    finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak

    terpisahkan gedung atau bangunan tersebut.

  • 15

    2. Beban hidup, adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa

    layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini

    adalah berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan

    barang-barang lain.

    3. Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan

    dari gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian

    struktur, ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan

    negative (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.

    Besarnya tekanan positif dan negative dinyatakan dalam kg/m2.

    4. Beban gempa, adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada struktur

    akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertical

    maupun horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah horizontal

    lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh

    lebih menentukan daripada gempa vertical. Besarnya gaya geser dasar (statik

    ekuivalen) ditentukan berdasarkan persamaan V = , dengan C adalah

    factor respons gempa ditentukan berdasarkan lokasi bangunan dan jenis

    tanahnya, I adalah factor keutamaan gedung, R adalah factor reduksi gempa

    yang tergantung pada jenis struktur yang bersangkutan, sedangkan W, adalah

    berat total bangunan termasuk beban hidup yang bersesuaian.

    5. Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian

    gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan,

    penurunan pondasi, susut, gaya – gaya tambahan yang berasal dari beban hidup

    seperi gaya rem yang berasal dari crane, gaya sentripetal dan gaya dinamis yang

    berasal dari mesin – mesin serta pengaruh – pengaruh khusus lainnya.

  • 16

    (Agus Setiawan, 2008).

    2.6 Batang Tarik

    Material baja mempunyai kemampuan sama dalam memikul gaya tarik maupun

    gaya tekan. Mutu bahannya juga relative tinggi, sehingga dimensinya cenderung

    langsing. Untuk elemen struktur seperti itu maka pemakaian material baja hanya efisien

    terhadap tarik. Untuk batang tekan maka kapasitasnya ditentukan oleh tekuk (buckling),

    suatu masalah stabilitas yang tergantung pada geometri, struktur, dan penampang, dan

    tidak hanya materialnya saja.

    Dalam mendesain batang tarik hal-hal yang perlu diperhatikan ialah mengenai

    jenis sambungan dan efektivitasnya. Bila sambungan antar elemen menggunakan

    sambungan baut, maka harus diperhitungkan luasan bersih dan luasan kotor pada

    penampangnya. Pola penempatan lubang baut dan diameternya juga hal yang

    mempengaruhi kekuatan pada sambungannya. Rumus-rumus yang digunakan pada

    perencanan batang tarik dibagi menjadi 2 bagian yaitu kuat tarik nominal penampang

    utuh, dan kuat tarik nominal penampang berlubang.

    Kuat tarik penampang utuh terhadap keruntuhan leleh (yield) :

    Pn = Fy Ag (Pers. 1)

    Dimana :

    Pn = kuat aksial nominal

    = faktor tahanan tarik

    Fy = tegangan leleh

    Ag = luas penampang utuh (gross)

    Kuat tarik penampang berlubang terhadap keruntuhan batas maksimum (ultimate) :

    Pn = Fu Ae = Fu An U (Pers. 2)

  • 17

    Dimana :

    Fu = tegangan leleh

    Ae = luas penampang efektif

    An = luas penampang bersih (netton), dikurangi lubang

    U = faktor shear lag

    2.7 Batang Tekan

    Batang tekan ditujukan untuk komponen struktur yang memikul beban tekan

    sentris tepat pada titik berat penampang, atau kolom dengan gaya aksial saja. Bila pada

    batang tarik parameter material ditentukan oleh tegangan leleh dan tegangan ultimate.

    Pada batang tekan hanya tegangan leleh saja. Selain parameter material, batang tekan

    juga dipengaruhi dari konfigurasi bentuk fisik dan geometri.

    Parameter geometri, terdiri dari luasan penampang (A); pengaruh bentuk

    penampang terhadap kekakuan lentur (Imin); panjang batang dan kondisi pertambatan

    atau tumpuan, yang diwakili oleh panjang efektif (KL). Ketiganya dapat diringkas

    menjadi satu parameter tunggal, yaitu kelangsingan batang (KL/rmin), dimana rmin =

    (Imin/A), r sebagai radius girasi pada arah tekuk.

    Secara visual, tekuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekuk lokal pada elemen

    penampang, dan tekuk global pada kolom atau batang tekan secara menyeluruh. Jika

    elemen-elemen profil penampang relatif langsing dan panjang kolomnya relatif pendek,

    dapat terjadi tekuk lokal. Sebaliknya, jika elemen-elemen profil penampang relatif tebal

    dan batang kolomnya langsing makan akan terjadi tekuk global yang sifatnya

    menyeluruh.

  • 18

    2.7.1 Teori Tekuk (Buckling)

    Perilaku tekuk perlu dipelajari karena menjadi salah satu penyebab keruntuhan

    pada batang tekan. Tekuk itu sendiri hanya terjadi pada elemen langsing dan yang

    memikul gaya tekan. Adapun material beton, yang relatif lemah dibanding bahan baja

    menyebabkan dimensi komponen strukturnya relative besar (tidak langsing). Oleh sebab

    itu untuk perencanaan kolom beton, jarang yang memperhitungkan tekuk, cukup diatasi

    dengan diagram interaksi penampang berdasarkan prinsip kompabilitas tegangan

    regangan pada material penampangnya.

    Teori kolom ideal ditemukan oleh Leonhard Euler pada tahun 1744. Dimana

    rumus euler menghubungkan parameter geometri panjang (L), luas penampang (A),

    momen inersia (I), material (E), dan beban aksial tekan P sesaat sebelum tekuk (Pcr).

    Rumus tekuk kolom yang terkenal itu adalah :

    (Pers. 3)

    2.7.2 Panjang Efektif

    Panjang kolom (L), pada model kolom ideal dari euler dapat dipakai sebagai

    acuan mengevaluasi kolom dengan kondisi tumpuan tertentu. Dengan cara membuat

    konversi panjang kolom real (L) menjadi panjang kolom efektif (KL), dengan K sebagai

    faktor konversinya. Dengan cara “panjang efektif kolom” maka rumus tekuk euler dapat

    dipakai untuk berbagai kondisi kolom, dengan format sebagai berikut.

    (Pers. 4)

    Panjang efektif kolom atau KL adalah cara sederhana tetapi efektif dalam

    memprediksi kekuatan kolom, yaitu dengan mencari korelasi bentuk tekuk yang

    berkesesuaian dengan rumus euler. Berikut dibawah ini nilai faktor K untuk kolom

    dengan berbagai jenis tumpuan.

  • 19

    Gambar. 9. Nilai faktor K (sumber: SNI-1729-2002)

    2.7.3 Tekuk Lentur

    Tekuk global ditentukan oleh kelangsingan elemen penampang dan bentuknya.

    Ada tiga perilaku tekuk, yaitu tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk lentur-torsi. Tekuk

    lentur yang dimaksud adalah fenomena tekuk global pada penampang dengan klasifikasi

    elemen tidak langsing. Beban kritis yang menyebabkan tekuk tersebut telah dirumuskan

    oleh euler. Sampai saat ini rumus tersebut tetap dijadikan dasar menentukan kuat

    nominal batang tekan (Pn).

    Agar berkesesuaian dengan cara perencanaan batang tarik, maka luas penampang

    utuh atau gross (Ag) dijadikan konstanta tetap, adapun variabelnya adalah tegangan

    kritis (Fcr), yang dituliskan dalam format berikut.

    (Pers. 5) Tegangan kritis (Fcr), dibagi menjadi 2 kondisi tekuk yaitu, kondisi tekuk

    inelastis dan tekuk elastis dengan rumus AISC-E3 sebagai berikut.

    (a) 4.71 / atau 2.25, tekuk inelastis, maka :

  • 20

    0.658 (Pers. 6)

    (b) 4.71 / atau 2.25, tekuk elastis, maka :

    0.877 (Pers. 7) Dimana Fe = tegangan tekuk euler (elastis) sebagai berikut.

    / (Pers. 8)

    2.7.4 Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur

    Fenomena tekuk, selain lentur ada lagi yaitu punter (tekuk torsi), atau gabungan

    keduanya yaitu tekuk lentur-torsi. Biasa terjadi pada penampang dengan kekakuan torsi

    yang relatif kecil, atau pusat geser dan pusat beratnya tidak berhimpit. Jika kapasitasnya

    lebih kecil dibanding kapasitas tekuk lentur, maka perilaku tekuk torsi atau lentur-torsi

    yang akan terjadi terlebih dahulu (menentukan). Rumus kapasitas tekan nominal

    penampang kolom tidak langsing terhadap tekuk torsi dan lentur-torsi sebagai berikut.

    Tegangan kritis (Fcr) masih sama penentuan rumusnya dengan tekuk lentur,

    hanya tegangan tekuk elastis Fe dihitung dengan memasukkan pengaruh kekakuan torsi

    batangnya sebagai berikut.

    Profil dengan sumbu simetri ganda, maka ;

    / (Pers. 9)

    Dimana,

    Cw = konstanta warping, penampang terbuka mm4

    Kzl = panjang tekuk efektif terhadap torsi, mm

    G = modulus geser

    J = konstanta torsi, penampang terbuka, mm4

  • 21

    Ix, Iy = momen inersia terhadap sumbu utama, mm4

    2.8 Balok Lentur

    Balok adalah komponen struktur yang memikul beban-beban gravitasi, seperti

    beban mati dan beban hidup. Komponen struktur balok merupakan kombinasi dari

    elemen tekan dan elemen tarik. Pada penelitian tugas akhir ini diasumsikan bahwa balok

    tak akan tertekuk, karena pada beberapa kondisi balok cukup terkekang secara lateral,

    sehingga masalah stabilitas dapat diabaikan.

    2.8.1 Kuat Lentur Nominal

    Secara umum dapat dinyatakan bahwa kuat lentur rencana balok lentur

    memenuhi persyaratan jika :

    ∅ (Pers. 10) Dimana,

    Mu = kuat lentur perlu atau momen maksimum hasil kombinasi beban sesuai

    ketentuan

    ∅b = faktor ketahanan lentur Mn = kuat lentur nominal balok ditinjau terhadap berbagai kondisi batas (material

    atau geometri).

    Kondisi-kondisi batas yang menentukan kuat lentur balok.

    Kuat batas leleh (yielding)

    (Pers. 11) Dimana,

    Mn = kuat lentur nominal balok, Nm

    Mp = momen lentur penampang plastis, Nm

    Fy = kuat leleh minimum, tergantung mutu baja yang digunakan, MPa

    Zx = modulus plastis penampang terhadap sumbu kuat, mm3

  • 22

    2.8.2 Kuat Geser Nominal

    Elemen penampang balok, seperti pelat sayap dan badan, didesain terhadap

    momen lentur. Pelat sayap pengaruhnya signifikan terhadap kapasitas lenturnya. Dari

    kedua elemen sayapnya mampu menghasilkan kopel gaya yang besar dalam

    mengantisipasi momen luar yang terjadi.

    Adapun fungsi terbesar pelat badan adalah memikul gaya geser. Setelah

    kapasitas momen lentur terpenuhi, maka selanjutnya menentukan kapasitas geser pada

    pelat badan (web). Secara umum kuat geser rencana memenuhi persyaratan jika ;

    ∅ (Pers. 12) Dimana,

    Vu = gaya geser batas, atau gaya geser terfaktor maksimum dari berbagai kombinasi

    sesuai peraturan beban.

    ∅v = faktor ketahanan geser Vn = kuat geser nominal balok yang dapat dihitung sesuai ketentuan desain

    Kuat geser nominal, Vn pelat badan dari profil simetri tunggal atau ganda, atau

    profil UNP, yang direncanakan tanpa memanfaatkan kekuatan pasca tekuk, ditentukan

    dari kondisi batas akibat leleh dan tekuk akibat geser sebagai berikut ;

    0.6 (Pers. 13) Dimana, Aw = d tw adalah luas total pelat badan. Adapun koefisien geser pelat badan,

    Cv pada dasarnya adalah faktor reduksi untuk mengantisipasi terjadinya tekuk dipelat

    badan, sebagai berikut.

    (a) pelat badan profil-I hot-rolled jika h/tw 2.24(E/Fy)^0.5 maka

    ∅v = 1.0 dan Cv = 1.0

  • 23

    (b) profil yang tidak memenuhi persyaratan diatas, tapi simetri ganda atau tunggal

    maka Cv ditentukan dari kelangsingan pelat badan atau rasio h/tw dalam tiga

    kategori.

    2.9 Peraturan Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung

    Secara umum desain code SNI 1729 tentang Perencanaan Struktur Baja Untuk

    Struktur Gedung, masih mengacu desain code Negara amerika yaitu American Institute

    of Steel (AISC) - 360. Pada desain code SNI 1729-2002 mengacu pada AISC 360-2005,

    sedangkan desain code yang paling terbaru saat ini pada SNI 1729-2015 mengacu pada

    desain code AISC 360-2010. Secara perhitungan dan analisis kedua desain code masih

    mirip atau serupa, hanya terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada perhitungan kekuatan

    nominal pada kolom.

    2.10 Desain Code Peraturan SNI 03-1729-2002 dan SNI 1729-2015

    Berikut ini ringkasan persyaratan pasal-pasal yang digunakan pada penelitian

    ini, diantaranya meliputi : material, ketentuan umum, beban dan kombinasi

    pembebanan, keadaan kekuatan batas, faktor reduksi, masalah tekuk, desain kekuatan

    komponen tarik, tekan, lentur, geser, kombinasi lentur aksial momen dan batas-batas

    lendutan.

    2.10.1 Material

    Material yang digunakan harus memenuhi persyaratan minimum, diatur sesuai

    pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 5.1 tabel 5.3. (sifat mekanis baja structural)

    SNI 1729-2015 = pasal A3.1 (material)

    Untuk perencanaan baik tegangan leleh (fy) dan tegangan putus (fu) tidak boleh

    melebihi nilai yang diberikan pada tabel 5.3. Sifat – sifat mekanis lainnya baja

    struktural untuk perencanaan ditetapkan sebagai berikut :

  • 24

    Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa

    Modulus geser : G = 80.000 MPa

    Nisbah poisson : =0,3

    Koefisien pemuaian : = 12 x 10-6 / C

    Berikut tabel sifat mekanis baja struktural :

    Tabel. 1. Sifat Mekanis Baja Struktural

    2.10.2 Ketentuan Umum

    Persyaratan umum untuk analisis dan desain struktur baja yang berlaku diatur

    sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 6.1 (ketentuan umum), dimana dijelaskan bahwa :

    Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang

    stabil, cukup kuat, mampu – layan, awet, dan memenuhi tujuan – tujuan lainnya seperti

    ekonomis dan kemudahan pelaksanaan.

    Suatu struktur disebut stabil bila tidak mudah terguling, miring, atau tergeser,

    selama umur bangunan yang direncanakan.

    Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu – layan bila kemungkinan

    terjadinya kegagalan – struktur dan kehilangan kemampuan layan selama masa hidup

    yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.

    SNI 1729-2015 = pasal B1 (ketentuan umum), dimana dijelaskan bahwa :

    Jenis Baja

    Tegangan putus minimum, fu 

    (Mpa)

    Tegangan leleh minimum, fy 

    (Mpa)

    Peregangan minimum (%)

    BJ 34 340 210 22

    BJ 37 370 240 20

    BJ 41 410 250 18

    BJ 50 500 290 16

    BJ 55 550 410 13

  • 25

    Desain dari komponen struktur dan sambungan harus konsisten dengan perilaku

    dimaksud dari sistem portal dan asumsi yang dibuat dalam analisis struktur. Kecuali

    dibatasi oleh peraturan bangunan gedung yang berlaku, ketahanan terhadap beban

    lateral dan stabilitas bisa menggunakan setiap kombinasi komponen struktur dan

    sambungan.

    2.10.3 Beban dan Kombinasi Pembebanan

    Persyaratan umum beban dan kombinasi beban yang berlaku, diatur sesuai pasal

    berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 6.2.1 (beban), 6.2.2 (kombinasi pembebanan)

    SNI 1729-2015 = pasal B2 (beban dan kombinasi beban)

    Berikut kombinasi pembebanan sesuai dengan pasal 6.2.2 :

    - 1.4D

    - 1.2D + 1.6 L + 0.5 (La atau H)

    - 1.2D + 1.6 (La atau H) + (L L atau 0.8 W)

    - 1.2D + 1.3 W + L L + 0.5 (La atau H)

    - 1.2D 1.0E + L L

    - 0.9D (1.3W atau 1.0E)

    Keterangan :

    D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk

    dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap

    L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,

    tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain

  • 26

    La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,

    peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda

    bergerak

    H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air

    W adalah beban angina

    E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–2002, atau

    penggantinya

    2.10.4 Keadaan Kekuatan Batas

    Komponen struktur beserta sambungannya harus direncanakan untuk keadaan

    kekuatan batas, diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 6.3 (keadaan kekuatan batas) dimana dijelaskan bahwa :

    Kuat rencana (∅Rn) harus ditentukan dari kuat nominal (Ru) yang dikalikan dengan faktor reduksi (∅ . Semua komponen struktur dan sambungan harus direncanakan sehingga kuat rencana tidak kurang dari pengaruh aksi terfaktor (Ru), yaitu :

    Ru ∅Rn. (Pers. 14) SNI 1729-2015 = pasal B3 (dasar desain) dimana dijelaskan bahwa :

    Desain harus dibuat sesuai dengan ketentuan Desain Faktor Beban dan

    Ketahanan (DFBK) atau dengan ketentuan untuk Desain Kekuatan Izin (DKI). Pada

    desain faktor beban dan ketahanan (DFBK) rumus yang digunakan masih sama dengan

    persamaan no 14, hanya berbeda dengan faktor ketahanannya. Sedangkan pada desain

    kekuaran izin (DKI) rumus yang digunakan sebagai berikut :

    / (Pers. 15) Keterangan:

    Ra = kekuatan perlu yang menggunakan kombinasi beban DKI

  • 27

    Rn = kekuatan nominal, disyaratkan dalam Bab B sampai K

    = faktor keamanan, disyaratkan dalam Bab B sampai K

    Rn/ = kekuatan izin

    2.10.5 Faktor Reduksi

    Persyaratan umum faktor reduksi diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 6.3 (keadaan kekuataan batas), tabel 6.4-2 (faktor reduksi)

    berikut beberapa nilai faktor ketahanannya :

    : 0.85 (tekan)

    : 0.9 (lentur)

    : 0.9 (tarik luas bruto)

    : 0.75 (tarik luas neto)

    : 0.9 (geser)

    SNI 1729-2015 = disyaratkan dalam Bab B sampai K, faktor ketahanan dibagi

    menjadi 2 (dua) bagian yaitu DFBK dan DKI sebagai berikut :

    Faktor – faktor ketahanan yang dipakai pada desain DFBK

    c : 0.9 (tekan)

    b : 0.9 (lentur)

    t : 0.9 (tarik luas bruto)

    t : 0.75 (tarik luas neto)

    v : 0.9 (geser)

    Faktor – faktor ketahanan yang digunakan pada desain DKI

    c : 1.67 (tekan)

    b : 1.67 (lentur)

  • 28

    t : 1.67 (tarik luas bruto)

    t : 2.00 (tarik luas neto)

    v : 1.67 (geser)

    2.10.6 Masalah Tekuk

    Jika penampang melintang suatu komponen struktur tekan cukup tipis, maka

    akan ada kemungkinan timbul tekuk lokal. Jika tekuk lokal terjadi maka komponen

    struktur tersebut tidak akan lagi memikul beban tekan secara penuh, dan ada

    kemungkinan pula struktur tersebut akan mengalami keruntuhan. Profil-profil WF

    dengan tebal flens yang tipis cukup rawan terhadap bahaya tekuk lokal, sehingga

    penggunaan profil-profil demikian sebaiknya dihindari.

    Penampang suatu komponen struktur dapat diklasifikasikan menjadi penampang

    kompak, tidak kompak dan langsing. Suatu penampang yang menerima beban aksial

    tekan murni, kekuatannya harus direduksi jika penampang tersebut termasuk

    penampang yang langsing. Rasio antara lebar dengan tebal suatu elemen biasanya

    dinotasikan dengan symbol . Jika nilai l lebih besar dari suatu batas yang ditentukan,

    r, maka penampang dikategorikan sebagai penampang langsing dan sangat potensial

    mengalami tekuk lokal. Batasan-batasan r untuk berbagai tipe penampang diatur sesuai

    pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 7.6.4 (batas kelangsingan), tabel 7.5-1 (perbandingan

    maksimum lebar terhadap tebal untuk elemen tertekan)

    SNI 1729-2015 = pasal B4 (properti komponen struktur), tabel B4.1 (rasio tebal

    terhadap lebar)

  • 29

    2.10.7 Desain Komponen Kekuatan Tarik

    Suatu komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor harus

    memenuhi persyaratan yang diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 10.1 (kuat tarik rencana)

    SNI 1729-2015 = pasal D2 (desain komponen struktur untuk tarik)

    Diantara keduanya menggunakan rumus yang sama yaitu sebagai berikut :

    Penampang bruto

    Pn = Fy Ag (Pers. 16)

    Penampang netto

    Pn = Fu Ae (Pers. 17)

    Ae : luas neto efektif (mm)

    Ag : luas bruto dari komponen struktur

    Fy : tegangan leleh minimum yang disyaratkan (MPa)

    Fu : kekuatan tarik minimum yang disyaratkan (MPa)

    2.10.8 Desain Komponen Kekuatan Tekan

    Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibar beban

    terfaktor harus memenuhi persyaratan yang diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 7.6.2 (daya dukung nominal komponen struktur tekan)

    dengan rumus sebagai berikut :

    (Pers. 18)

    Dengan besarnya ditentukan oleh c, yaitu :

    Untuk c 0,25 maka = 1 (18a)

    Untuk 0,25 < c < 1,2 maka = ,, , (18b)

    Untuk c 1,2 maka = 1,25c2 (18c)

  • 30

    Tegangan kritis untuk daerah elastik, ditetapkan sebagai berikut :

    (Pers. 19)

    Sehingga (Pers. 20)

    Keterangan :

    Ag : luas penampang bruto, mm2

    Fcr : tegangan kritis penampang, MPa

    Fy : tegangan leleh material, MPa

    SNI 1729-2015 = pasal D2 (desain komponen struktur untuk tarik) dengan rumus

    sebagai berikut :

    Kekuatan tekan nominal elemen non langsing

    Pn = Fcr Ag (Pers. 21)

    Fcr : tegangan kritis

    (a) Bila ≤ 4.71 (atau ≤ 2.25)

    Fcr = 0.658 Fy (Pers. 22)

    (a) Bila ≥ 4.71 (atau ≥ 2.25)

    Fcr = 0.877 Fe (Pers. 23)

    Fe : tegangan tekuk kritis elastis

    Fe = (Pers. 24)

    K : Faktor panjang efektif

    L : Panjang tanpa dibreising lateral dari komponen struktur (mm)

    E : Modulus elastis baja

  • 31

    : rasio kelangsingan efektif (sebaiknya < 200)

    Pn = Fu Ae (Pers. 25)

    Ae : luas neto efektif (mm)

    Ag : luas bruto dari komponen struktur

    Fy : tegangan leleh minimum yang disyaratkan (MPa)

    Fu : kekuatan tarik minimum yang disyaratkan (MPa)

    2.10.9 Desain Komponen Kekuatan Lentur Plastis

    Suatu komponen struktur yang memikul lentur harus memenuhi persyaratan

    yang diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 8.1 (perencanaan untuk lentur), 8.2.3 (penampang kompak)

    SNI 1729-2015 = pasal F2 (desain komponen struktur untuk lentur)

    Diantara keduanya menggunakan rumus yang sama yaitu sebagai berikut :

    Dalam kondisi tertahan lateral (penampang kompak)

    Mn = Mp = Fy Zx (Pers. 26)

    Mn : kekuatan lentur nominal

    Mp : kekuatan momen plastis

    Fy : tegangan leleh minimum yang disyaratkan (MPa)

    Zx : modulus penampang plastis di sumbu x (mm3)

    2.10.10 Desain Komponen Kekuatan Geser

    Suatu komponen struktur yang menerima gaya geser harus memenuhi

    persyaratan yang diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 8.8.1 (kuat geser)

    SNI 1729-2015 = pasal G2 (desain komponen struktur untuk geser)

    Diantara keduanya menggunakan rumus yang sama yaitu sebagai berikut :

  • 32

    Kuat geser nominal :

    Vu Vn (Pers. 27)

    dengan :

    Vu = kuat geser perlu / rencana

    Vn = kuat geser nominal

    Kuat geser nominal harus dihitung sebagai berikut :

    Vn = 0.6 Fy Aw Cv (Pers. 28)

    Vn : kekuatan geser nominal

    Fy : tegangan leleh minimum yang disyaratkan (MPa)

    Aw : luas dari badan, tinggi keseluruhan dikalikan denganketebalan badan d tw

    (mm2)

    Cv : 1.0

    2.10.11 Kombinasi Lentur Aksial Momen

    Untuk mengetahui penampang pada struktur kolom aman atau tidaknya perlu

    dicek salah satu dari dua persamaan interaksi aksial – momen berikut ini harus

    memenuhi persyaratan yang diatur sesuai pasal berikut :

    SNI 03-1729-2002 = pasal 7.4.3.3 / 11.3 (persamaan interaksi aksial-momen)

    SNI 1729-2015 = pasal H1 (desain komponen struktur untuk kombinasi gaya dan

    torsi)

    Diantara keduanya menggunakan rumus yang sama yaitu sebagai berikut :

    (a) Bila ≥ 0.2

    + ≤ 1,0 (Pers. 29)

    (b) Bila < 0.2

  • 33

    + ≤ 1,0 (Pers. 30)

    Pr : kekuatan aksial perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau DKI

    Pc : kekuatan aksial tersedia (c Pn untuk DFBK atau Pn/c untuk DKI)

    Mr : kekuatan lentur perlu menggunakan kombinasi beban DFBK atau DKI

    Mc : kekuatan lentur tersedia (b Mn untuk DFBK atau Mn/b=)

    x : indeks sehubungan dengan sumbu kuat lentur

    y : indeks sehubungan dengan sumbu lemah lentur

    2.11 Gempa Bumi

    Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi pada permukaan bumi

    sebagai akibat tumbukan antar lempeng, patahan atau sesar aktif, aktivitas gunung api,

    dan runtuhan batuan. Beberapa contoh tipe-tipe gempa diantaranya sebagai berikut :

    1. Gempa tektonik, gempa yang terjadi dikarenakan oleh pergeseran lempeng pada

    muka bumi dimana lempeng tersebut sebagai pelat yang saling bertabrakan

    hingga salah satunya masuk kebawah (subduction) pelat yang lainnya (dipping

    zone).

    2. Gempa vulkanik, gempa yang terjadi dikarenakan aktivitas gunung berapi,

    diantaranya seperti letusan gunung merapi, gempa dangkal yang terjadi akibat

    pergerakan magma, dll.

    3. Gempa akibat keruntuhan (collapse earthquake), gempa yang terjadi pada saat

    keruntuhan pada gua-gua ataupun pada penggalian tambang. Hal ini biasa terjadi

    pada saat tegangan pada batuan yang menunjang gua ataupun tambang sudah

    tidak kuat lagi menahan beban yang ada akan menyebabkan batuan tersebut

    meledak dan jatuh sambil mengeluarkan gelombang getaran.

  • 34

    4. Gempa induksi akibat bendungan yang besar, gempa ini terjadi akibat air yang

    dibendung oleh bendungan memberikan tekanan tambahan kepada batuan

    dibawahnya, sehingga batuan dibawahnya menjadi hancur.

    2.12 Peraturan Pembebanan Gempa Indonesia

    Secara umum desain code SNI 1726 tentang perencanaan ketahanan gempa

    untuk struktur bangunan gedung dan non gedung, masih mengacu desain code negara

    amerika yaitu American Society of Civil Engineers (ASCE) - 7 dan Uniform Building

    Code (UBC). Pada desain code SNI 1726-2002 mengacu pada UBC 1997, sedangkan

    desain code SNI 1726-2012 sudah mengacu ke ASCE 7-10, dan untuk desain code

    RSNI 1726-2018 mengacu ke ASCE 7-16. Secara isi dari desain code peraturan SNI

    1726-2012 dan RSNI 1726-2018 masih mirip atau serupa, hanya terdapat perbedaan

    antara tabel koefisien situs Fa dan Fv. Sedangkan pada desain code SNI 1726-2002

    terdapat perbedaan yang cukup signifikan dengan desain code SNI 1726-2012 dan

    RSNI 1726-2018. Berikut beberapa ringkasan perbedaan antara desain code SNI 1726-

    2002 dengan SNI 1726-2012.

    2.13 Desain Code Peraturan SNI 03-1726-2002

    Syarat – syarat perencanaan struktur gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam

    standar ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut :

    - Gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau masih memerlukan

    pembuktian tentang kelayakannya.

    - Gedung dengan sistem isolasi landasan (base isolation) untuk meredam

    pengaruh gempa terhadap struktur atas.

    - Bangunan teknik sipil seperti jembatan, bangunan air, dinding dan dermaga

    pelabuhan, anjungan lepas pantai dan bangunan non – gedung lainnya.

  • 35

    - Rumah tinggal satu tingkat dan gedung – gedung non – teknis lainnya.

    2.13.1 Gempa Rencana dan Kategori Gedung

    Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, agar

    probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur masa gedung 50 tahun. Akibat

    pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus masih berdiri,

    walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

    Kategori gedung ditentukan berdasarkan dari fungsi kepentingan gedung pasca

    terjadinya gempa. Pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor

    keutamaan, I. Berikut ini adalah tabel dari faktor keutamaan berdasarkan fungsi gedung

    :

    Tabel. 2. Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

    2.13.2 Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan

    Seperti yang tercantum pada pasal 4.2, struktur gedung ditetapkan sebagai

    struktur gedung beraturan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

    - Tinggi bangunan tidak lebih dari 10 lantai atau 40m

    - Denah tanpa tonjolan, tidak lebih dari 25% panjang dan lebar denah bangunan

    I1 I2 I

    1.0 1.0 1.0

    1.0 1.6 1.6

    1.4 1.0 1.4

    1.6 1.0 1.6

    1.5 1.0 1.5

    Faktor KeutamaanKategori gedung

    Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran

    Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusar penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.

    Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun.

    Monumen dan bangunan monumental

    Cerobong, tangki di atas menara

  • 36

    - Denah tanpa coakan sudut, tidak lebih dari 15% panjang dan lebar denah

    bangunan

    - Sistem struktur terbentuk oleh subsistem – subsistem penahan beban lateral

    - Sistem tanpa loncatan bidang muka, tidak kurang dari 75% ukuran terbesar

    denah bangunan

    - Kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Tingkat lunak

    adalah suatu tingkat dimana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70%

    kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata –

    rata 3 tingkat diatasnya

    - Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya

    setiap tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat

    diatasnya atau dibawahnya

    - Sistem unsur – unsur vertikal dari penahanan beban lateral yang menerus, tanpa

    perpindahan titik beratnya

    - Sistem lantai tingkat menerus, tanpa lubang atau bukaan, luasnya lebih dari 50%

    luas seluruh lantai tingkat. Lubang dan bukaan tidak boleh melebihi 20% dari

    jumlah lantai tingkat seluruhnya.

    2.13.3 Pemilihan Sistem Struktur

    Sesuai pasal 4.3.4, nilai faktor daktilitas struktur gedung di dalam perencanaan

    struktur gedung dapat dipilih menurut kebutuhan, tetapi tidak boleh diambil lebih besar

    dari nilai faktor daktilitas maksimum m yang dapat dikerahkan oleh masing-masing

    sistem atau subsistem struktur gedung. Dalam tabel 3 ditetapkan nilai m yang dapat

    dikerahkan oleh beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung, berikut dengan

  • 37

    faktor reduksi maksimum Rm yang bersangkutan. Berikut pemilihan jenis struktur yang

    digunakan pada penelitian ini :

    Tabel. 3. Nilai Faktor R, m dan f.

    Pada penelitian ini digunakan sistem rangka baja pemikul momen khusus dengan

    nilai R = 8.5, m = 5.2.

    2.13.4 Wilayah Gempa dan Respons Spektrum

    Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah gempa seperti ditunjukkan dalam

    gambar 2.1 hal 21 pada desain code SNI 1726-2002, di mana wilayah gempa 1 adalah

    wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan

    paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan

    dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun, yang nilai rata –

    ratanya untuk setiap wilayah gempa ditetapkan dalam tabel 4.

    Tabel. 4. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk SNI 03-1726-2002

  • 38

    Tabel. 5. Spektrum respons gempa rencana SNI 03-1726-2002

    2.13.5 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa

    Berdasarkan SNI 03-1726-2002, pasal 6.1, struktur gedung beraturan dapat

    direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat gempa rencana dalam arah

    masing – masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal

    statik ekuivalen. Beban geser dasar nominal statik yang terjadi di tingkat dasar dapat

    dihitung menurut persamaan :

    (Pers. 31)

    Keterangan :

    C1 : nilai faktor respons gempa dari spektrum respons gempa rencana

    Tanah keras

    Tanah sedang

    Tanah lunak

    Tanah khusus

    1 0.03 0.04 0.05 0.08

    2 0.10 0.12 0.15 0.2

    3 0.15 0.18 0.23 0.3

    4 0.20 0.24 0.28 0.34

    5 0.25 0.28 0.32 0.36

    6 0.30 0.33 0.36 0.38

    Wilayah Gempa

    Percepatan 

    puncak batuan 

    dasar ('g')

    Percepatan puncak muka tanah A0 ('g')

    Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

    Am Ar Am Ar Am Ar1 0.10 0.05 0.13 0.08 0.20 0.20

    2 0.30 0.15 0.38 0.23 0.50 0.50

    3 0.45 0.23 0.55 0.33 0.75 0.75

    4 0.60 0.30 0.70 0.42 0.85 0.85

    5 0.70 0.35 0.83 0.50 0.90 0.90

    6 0.83 0.42 0.90 0.54 0.95 0.95

    Wilayah Gempa

    Tanah Keras          Tanah Sedang           Tanah Lunak             Tc = 0.5 det. Tc = 0.6 det. Tc = 1.0 det.

    0.50 0.60 1.00

  • 39

    R : faktor reduksi gempa terhadap elastisitas, beban nominal dan faktor daktilitas

    struktur

    Faktor respons gempa C ditentukan oleh persamaan-persamaan sebagai berikut :

    - untuk T Tc :

    C = Am (Pers. 32)

    - untuk T > Tc :

    C = Ar / T, dengan (Pers. 33)

    Ar = Am Tc (Pers. 34)

    Beban geser nominal di atas harus didistribusikan sepanjang tinggi struktur

    gedung menjadi beban nominal statik ekivalen, Fi yang menangkap pada pusat massa

    lantai tingkat ke-I menurut persamaan :

    ∑ (Pers. 35)

    Keteragan :

    Wi : berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup

    Zi : ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepit lateral

    N : nomor lantai tingkat paling atas

    Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah

    pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 harus dianggap sebagai

    beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas,

    sedangkan 0,9 sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban

    – beban gempa nominal statik ekivalen menurut persamaan di atas.

  • 40

    2.13.6 Waktu Getar Alami Fundamental

    Sesuai pasal 6.2, waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan

    dalam arah masing – masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus rayleigh

    sebagai berikut:

    ∑ ∑ (Pers. 36)

    Dimana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti pasal 6.1.3, adalah

    simpangan horizontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan ’g’ adalah

    percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2.

    Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk penentuan

    faktor respons gempa C1 ditentukan dengan rumus – rumus empiris atau didapat dari

    hasil analisis vibrasi bebas 3 dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20%

    dari nilai yang dihitung menurut pasal 6.2.1.

    2.14 Desain Code Peraturan SNI 03-1726-2012

    Syarat – syarat perencanaan struktur bangunan gedung dan non gedung tahan

    gempa yang ditetapkan dalam tata cara ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut

    :

    - Struktur bangunan dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih

    memerlukan pembuktian tentang kelayakannya

    - Struktur jembatan kendaraan lalu lintas (jalan raya dan kerta api), struktur

    reaktor energi, struktur bangunan irigasi dan bendungan, struktur menara

    transmisi listrik, serta struktur anjungan pelabuhan, anjungan lepas pantai, dan

    struktur penahan gelombang.

    Untuk struktur – struktur yang disebutkan dalam batasan tersebut diatas,

    perencanaan harus dilakukan dengan menggunakan tata cara dan pedoman perencanaan

  • 41

    yang terkait, dan melibatkan tenaga – tenaga ahli utama di bidang rekayasa struktur dan

    geoteknik.

    2.14.1 Gempa Rencana

    Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 2500 tahun, agar

    probabilitas terjadinya terbatas 2% selama umur gedung 50 tahun.

    2.14.2 Wilayah Gempa dan Respons Spektrum

    Pada peraturan ini terdapat 2 buah peta wilayah gempa, yaitu untuk gempa

    dengan metode sangat singkat (T= 0.2 detik), dan gempa dengan periode 1 detik (T=

    1detik, grafik respons spektrum tidak disediakan, melainkan harus dirancang sendiri

    menggunakan parameter – parameter percepatan yang dapat dihitung berdasarkan

    wilayah gempa dan struktur gedung yang ingin direncanakan. Berikut ini adalah

    langkah – langkah membuat respons spektrum disain yang terdapat pada pasal 6 :

    1. Menentukan Ss (didapat dari peta gempa dengan periode 2500 tahun dan T= 0,2

    detik) dan S1 (didapat dari peta gempa dengan periode ulang 2500 tahun T= 1

    detik)

    2. Menentukan jenis tanah dan koefiisien situs. Setelah jenis tanah ditentukan,

    dengan nilai Ss dan S1 yang diperoleh di langkah 1, dan dengan tabel 6 dan 7

    SNI 03-1726-2012 (pasal 6.2), maka di dapat nilai Fa dan Fv.

    Tabel. 6. Koefisien situs Fa

  • 42

    Tabel. 7. Koefisien situs Fv

    3. Menghitung SMS dan SM1

    SMS dan SM1 (parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek

    dan periode 1 detik) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus

    ditentukan dengan perumusan berikut ini :

    SMS = Fa Ss (Pers. 37)

    SM1 = Fv S1 (Pers. 38)

    4. Menghitung parameter percepatan spektral desain

    Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan periode 1

    detik SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini :

    SDS = 2/3 SMS (Pers. 39)

    Ss ≤0.25 Ss =0.5 Ss =0.75 Ss =1.0 Ss ≥1.25

    SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    SB 1 1 1 1 1

    SC 1.2 1.2 1.1 1 1

    SD 1.6 1.4 1.2 1.1 1

    SE 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9

    SF Ss

    Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakkan pada periode pendek, T= 0,2 detikKelas 

    Situs

    S1 ≤0.1 S1=0.2 S1=0.3 S1=0.4 S1 ≥0.5

    SA 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8

    SB 1 1 1 1 1

    SC 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3

    SD 2.4 2 1.8 1.6 1.5

    SE 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4

    SF Ss

    Kelas Situs

    Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakkan pada periode pendek, T= 1 detik

  • 43

    SD1 = 2/3 SM1 (Pers. 40)

    5. Spektrum respons desain

    i. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan

    desain Sa, harus di ambil dari persamaan :

    0.4 0.6 (Pers. 41)

    ii. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil atau

    sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain Sa sama dengan

    SDS

    iii. Untuk periode lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain,

    Sa, diambil persamaan :

    0.2 (Pers. 42)