75924256-makalah-hubungan-internasional

18
Setelah sedikit banyak kita mengkaji hukum mulai dari pengertian hukum itu sendiri lalu segala aspek yang mendukung terjadinya kaedah hukum serta pembidangan hukum itu tersebut dan lain sebagainya, kini kita akan mencoba mengupas satu dari pengklasifikasian hukum-hukum tersebut yaitu Hukum International atau hukum antar negara dan antar organisasi internasional, atau bisa kita sebut hukum transnasional, termasuk didalamnya hukum diplomatik dan konsuler, kali ini kita akan mencoba sedikit menelaah hubungan internasional antar negara yang mana telah diatur oleh hukum internasional, politik yang genjar selalu menjadi background tiap praktisi negara untuk mencapai interest tiap-tiap negara, hubungan hukum internasional dengan politik internasional menjadi kata kunci untuk menjelaskan permasalahan pokok yang berkaitan dengan masalah efektifitas hukum internasional dalam menjamin kepatuhan negara terhadap aturan main yang ada pada level antarnegara. Hukum internasional itu sendiri hadir dari beberapa konvensi dan juga resolusi-resolusi PBB, dengan satu tujuan suci tiada lain ialah membina masyarakat internasional yang bersih dari segala hal yang berbau merugikan sesuatu negara, dengan demikian dapat mempererat terjalinnya hubungan internasional atau hubungan antar negara secara sehat, dinamis dan harmornis. Definisi Hukum Internasional Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara tersebut. Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person hukum internasional (Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut dengan masyarakat sipil. Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya dengan masyarakat sipil. Hukum internasional mempunyai beberapa segi penting seperti prinsip kesepakatan bersama (principle of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of free communication), princip tidak diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum (principle of reasonable and normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsip- prinsip lain yang penting bagi hubungan diplomatik antarnegara. Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang dimaksud implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam melakukan segala tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional: Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional. Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional dalam artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang melewati batas teritorial atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya mengatur hubungan dalam negeri . Kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan internasional. Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu negara dalam mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang berdomisili didalamnya, maka hukum internasional ialah hukum yang mengatur aspek negara dalam hubungannya dengan negara lain. Sumber-sumber Hukum Internasional

description

MAKALAH HUBUNGAN INTERNASIONAL

Transcript of 75924256-makalah-hubungan-internasional

Page 1: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Setelah sedikit banyak kita mengkaji hukum mulai dari pengertian hukum itu sendiri lalu segala aspek yang mendukung terjadinya kaedah hukum serta pembidangan hukum itu tersebut dan lain sebagainya, kini kita akan mencoba mengupas satu dari pengklasifikasian hukum-hukum tersebut yaitu Hukum International atau hukum antar negara dan antar organisasi internasional, atau bisa kita sebut hukum transnasional, termasuk didalamnya hukum diplomatik dan konsuler, kali ini kita akan mencoba sedikit menelaah hubungan internasional antar negara yang mana telah diatur oleh hukum internasional, politik yang genjar selalu menjadi background tiap praktisi negara untuk mencapai interest tiap-tiap negara, hubungan hukum internasional dengan politik internasional menjadi kata kunci untuk menjelaskan permasalahan pokok yang berkaitan dengan masalah efektifitas hukum internasional dalam menjamin kepatuhan negara terhadap aturan main yang ada pada level antarnegara. Hukum internasional itu sendiri hadir dari beberapa konvensi dan juga resolusi-resolusi PBB, dengan satu tujuan suci tiada lain ialah membina masyarakat internasional yang bersih dari segala hal yang berbau merugikan sesuatu negara, dengan demikian dapat mempererat terjalinnya hubungan internasional atau hubungan antar negara secara sehat, dinamis dan harmornis.

Definisi Hukum Internasional

Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara tersebut. Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person hukum internasional (Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut dengan masyarakat sipil.

Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya dengan masyarakat sipil.

Hukum internasional mempunyai beberapa segi penting seperti prinsip kesepakatan bersama (principle of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of free communication), princip tidak diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum (principle of reasonable and normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsip-prinsip lain yang penting bagi hubungan diplomatik antarnegara.

Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang dimaksud implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam melakukan segala tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional.

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional:Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional.Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional dalam artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang melewati batas teritorial atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya mengatur hubungan dalam negeri .Kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan internasional.

Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu negara dalam mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang berdomisili didalamnya, maka hukum internasional ialah hukum yang mengatur aspek negara dalam hubungannya dengan negara lain.

Sumber-sumber Hukum Internasional

Page 2: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Hukum traktat, yakni hukum yang terbentuk dalam perjanjian-perjanjian internasional (tractaten-recht) Kesepakatan dan perjanjian international. Seperti Konvensi Vina, Konvensi New York serta perjanjian serta kesepakatan yang lainnya.Hukum kebiasaan (costumary), yaitu keajegan-keajegan dan keputusan-keputusan (penguasa dan warga masyarakat) yang didasarkan pada keyakinan akan kedamaian pergaulan hidup.Sumber-sumber hukum internasioanl yang lainnya seperti: dasar umum negara, hukum peradilan internasional, fiqh internasional, kaedah keadilan, serta keputusan-keputusan organisasi internasional.

Tanggung Jawab Internasional

Hukum Internasional ada untuk mengatur segala hubungan internasional demi berlangsungnya kehidupan internasional yang terlepas dari segala bentuk tindakan yang merugikan negara lain. Oleh sebab itu negara yang melakukan tindakan yang dapat merugikan negara lain atau dalam artian melanggar kesepakatan bersama akan dikenai implikasi hukum, jadi sebuah negara harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.

Pengertian tanggung jawab internasional itu sendiri itu adalah peraturan hukum dimana hukum internasional mewajibkan kepada person hukum internasional pelaku tindakan yang melanggar kewajiban-kewajiban internasional yang menyebabkan kerugian pada person hukum internasional lainnya untuk melakukan kompensasi.

Suatu negara dapat dimintai pertanggung jawabannya secara internasional bila telah memenuhi syarat sebagai berikut:Negara tersebut telah benar-benar melakukan tindakan yang merugikan, tindak positif ataupun negatif.Tindakan yang merugikan ini timbul dari person hukum internasional yang meliputi negara dan organisasi internasional.Yang terakhir yaitu tindakan yang merugikan itu sendiri, bila tidak ada kerugian yang timbul dari person hukum internasional pertanggungjawaban internasional tidak dapat di terapkan

Tindakan yang merugikan ini dapat timbul dari perangkat badan internasional itu sendiri, yaitu badan legislatif, eksekutif dan pula yudikatif.

Pengertian Negara menurut Hukum Internasional

Pengertian person hukum internasional itu sendiri ialah kesatuan internasional yang diterapkan hukum internasional kepadanya, atau yang mempunyai kelayakan dalam hak dan dibebani oleh beberapa kewajiban yang ditetapkan hukum internasional.

Disini kita perlu membahas sedikit tentang negara yang merupakan subjek sekaligus objek dari hukum internasional, negara dalam pengertian hukum internasional ialah sekumpulan orang-orang yang berdomisili di suatu teritorial tertentu secara mapan(stabil) serta patuh kepada kekuatan hukum yang bijaksana dan mempunyai kedaulatan serta memiliki kewenangan penuh.

Negara mempunyai tiga unsur penting yaitu; Rakyat, Teritorial (daerah), dan Kekuasan (kewenangan). Rakyat terbentuk dari penduduk yang menetap di teritorial negara secara mapan(stabil) dan terikat pada negara secara politik serta hukum, atau dapat kita sebut kewarganegaraan. Sedangkan teritorial adalah letak geografis dimana suatu negara dapat melaksanakan segala kekuasannya yang ditetapkan oleh hukum internasional sebagai person hukum internasional, iklim meliputi area daratan, air dan lapisan langit. Kemudian Kekuasaan itu sendiri ialah kemerdekaan secara utuh dalam urusan internal dan eksternal Negara, kebebasan internal dalam artian suatu negara dapat melaksanakan seluruh urusan dalam negerinya yang ditanggani oleh dewan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, sedangkan kebebasan eksternal atau luar dimaksudkan ialah kelayakan suatu negara guna melaksanakan seluruh juridiksi atau kompetensi internasional.

Page 3: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Suatu negara mempunyai hak yang sama dimata hukum internasional seperti; kemerdekaan, kedaulatan, persamaan didepan hukum, dan pertahan diri, selain itu negara juga mempunyai kewajiban seperti; pelarangan interpensi dalam urusan negara lain, menghargai negara lain dan lain sebagainya. Subjek hukum internasional juga berasal dari Organisasi Internasional, organisasi internasional dapat kita definisikan sebagai berikut; organisasi antarpemerintah yang diakui sebagai subjek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional.

Peristiwa Internasional

Dari segi yang berbeda hukum internasional merupakan hukum yang berhubungan dengan Peristiwa Internasional, adapun yang termasuk Peristiwa Internasional ialah:Hukum Tantra (Tata Tantra maupun Karya/Administrasi Tantra) substantif/materiel dan ajektif/formil,Hukum Pidana – substantif/materiel dan ajektif/formil,Hukum Perdata – substantif/materiel dan ajektif/formil –Dan karena itu masing-masing disebut Hukum Tantra Internasional. Hukum Pidana Internasional dan Hukum Perdata Internasional.

Oleh sebab itu jelaslah bahwa hukum itu disebut Hukum Internasional atau Hukum Nasional bukan ditentukan oleh sumbernya, Nasional atau Internasional. Sumber Nasional dari pada Hukum Tantra Internasional adalah misalnya pasal 11 & 13 UUD’45 dan bila sumber itu berupa hasil karya Tantra Internasional (perjanjian) maka untuk berlakunya perlu pengukuhan secara Nasional, sekurangnya diumumkan dalam Lembaran/Berita Nasional. Contoh dari ketentuan Hukum Pidana International yang bersumber Nasional adalah pasal 2 s/d 8 KUHP, sedang yang bersumber Internasional ialah misalnya Perjanjian Ekstradisi. Hukum Perdata Internasional adalah sungguh Hukum Internasional karena berhubungan dengan peristiwa dalam sikap tindak, kejadian, dan keadaan Internasional, misalnya: bidang hukum harta kekayaan seperti warga Indonesia mempunyai rumah di Singapura, bidang hukum keluarga seperti Warga negara Malaysia menikah dengan warga negara Indonesia, bidang hukum waris seperti seorang Pewaris warga negara Cina mempunyai ahliwaris warganegara Indonesia. Dalam hal ini perlu juga ditegaskan bahwa bila peristiwa Hakim Nasional; mengadili perkara suatu (Tantra/Pidana/Perdata) Internasional, maka menyelenggarakan Peradilan Internasional (dedoublement functionel) dan keputusannya merupakan hukum konkrit internasional walaupun ia bukan hukum internasional dan lembaganya tetap Pengadilan Nasional.

Hukum Diplomatik dan Konsuler

Pengertian hukum diplomatik masih belum banyak diungkapkan, karena pada hakekatnya hukum diplomatik merupakan bagian dari Hukum Internasional yang mempunyai sebagian sumber hukum yang sama seperti konvensi-konvensi Internasional.

Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk negoisasi antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik-praktik negara semacam itu sudah melembaga sejak dahulu dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. Namun pengertian secara tradisional kata ‘hukum diplomatik’ digunakan untuk merujuk pada norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang kedudukan fungsi misi diplomatik yang dipertukarkan oleh negara-negara yang telah membina hubungan diplomatik, lain halnya dengan pengertian-pengertian sekarang yang bukan saja meliputi hubungan diplomatik dan konsuler antarnegara, tetapi juga keterwakilan negara dalam hubungannya dengan organisasi-organisasi internasional.

Dari pengertian sebagaimana tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa faktor yang penting yaitu hubungan antara bangsa untuk merintis kerjasama dan persahabatan, hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk para pejabatnya. Dengan demikian, pengertian hukum diplomatik pada hakikatnya merupakan ketentuan atau prinsip-prinsip hukum internasional yang mengatur hubungan diplomatik antar negara yang dilakukan atas dasar permufakatan bersama dan

Page 4: 75924256-makalah-hubungan-internasional

ketentuan atau prinsip-prinsip tersebut dituangkan didalam instrumen-instrumen hukum sebagai hasil dari kodifikasi hukum kebiasaan internasional dan pengembangan kemajuan hukum internasional.

Dalam perkembangannya, hukum diplomatik mempunyai ruang lingkup yang lebih luas lagi bukan saja mencakupi hubungan diplomatik antarnegara, tetapi juga hubungan konsuler dan keterwakilan negara dalam hubunganya dengan organisasi-organisasi internasional khususnya yang mempunyai tanggungjawab dan keanggotaannya yang bersifat global atau lazim disebut organisasi internasional yang bersifat universal. Bahkan dalam kerangka hukum diplomatik ini dapat juga mencakupi ketentuan-ketentuan tentang perlindungan keselamatan, pencegahan serta penghukuman terhadap tindak kejahatan yang ditujukan kepada para diplomat.

Para pejabat diplomatik yang dikirimkan oleh sesuatu negara ke negara lainnya telah dianggap memiliki suatu sifat suci khusus. Sebagai konsekuensinya, mereka telah diberikan kekebalan dan keistimewaan diplomatik, ini merupakan aturan kebiasaan hukum internasional yang telah ditetapkan, termasuk harta milik, gedung dan komunikasi. Untuk menunjukkan totalitas kekebalan dan keistimewaan diplomatik tersebut, terdapat 3 teory yang sering digunakan dalam hal ini, yaitu; exterritoriality theory, representative character theory dan functional necessity theory. Sifat dan prinsip tersebut itu diberikan kepada para diplomat oleh hukum nasional negara penerima. Pemberian hak-hak tersebut didasarkan resiprositas antarnegara dan ini mutlak diperlukan dalam rangka:Mengembangkan hubungan persahabatan antarnegara, tanpa mempertimbangkan sistem ketatanegaraan dan sistem sosial mereka berbeda.Bukan untuk kepentingan perseorangan tetapi untuk menjamin terlaksananya tugas para pejabat diplomatik secara efisien terutama dalam tugas dari negara yang mewakilinya.

Kekebalan dan keistimewaan diplomatik akan tetap berlangsung sampai diplomat mempunyai waktu sepantasnya menjelang keberangkatannya setelah menyelesaikan tugasnya di sesuatu negara penerima. Namun negara penerima setiap kali dapat meminta negara pengirim untuk menarik diplomatnya apabila ia dinyatakan persona non grata.

Esensial Hukum Internasional

Apa yang menjadi kepentingan hukum internasional adalah memberikan batasan yang jelas terhadap kewenangan negara dalam pelaksanaan hubungan antarnegara. Hal ini bertolak belakang dengan kepentingan penyelenggaraan politik internasional yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbesar kekuasaan. Karena itu, hukum bermakna memberikan petunjuk operasional perihal kebolehan dan larangan guna membatasi kekuasaan absolut negara.

Realitanya keterkaitan diantara kedua dimensi hubungan ini berujung kepada persoalan esensi hukum sebagai suatu kekuatan yang bersifat memaksa. Masalah efektifitas hukum dalam hubungan internasional ini menimbulkan dua konsekuensi yang secara diameteral saling bertolak-belakang. Pertama, struktur hukum nasional lebih tinggi dari pada hukum internasional. Pemahaman ini membawa implikasi hukum internasional terhadap kebijakan domestik suatu negara akan diukur berdasarkan sistem hukum nasional. Di sini hukum internasional baru akan berlaku jika tidak bertentangan dengan kaedah hukum nasional. Agar berlaku, hukum internasional juga perlu diadopsi terlebih dahulu menjadi hukum nasional, yaitu suatu proses yang dilakukan antara lain melalui ratifikasi. Dasarnya adalah doktrin hukum pacta sunc servanda di mana perjanjian berlaku sebagai hukum bagi para pihak. Perjanjian merefleksikan itikad bebas yang dicapai secara sukarela oleh subjek hukum internasional yang memiliki kesetaraan satu sama lain. Sebaliknya, hukum dinilai tidak dapat berfungsi secara efektif jika tidak ada keinginan negara untuk tunduk di bawah ketentuan yang diaturnya. Kemudian pemahaman kedua sementara itu mendalilkan bahwa hukum internasional otomatis berlaku sebagai kaedah hukum domestik yang mengikat negara tanpa melalui proses adopsi menjadi hukum nasional. Menurut paradigma ini, hukum internasional merupakan fondasi tertinggi

Page 5: 75924256-makalah-hubungan-internasional

yang mengatur hubungan antarnegara. Sumber kekuatan mengikat hukum internasional adalah prinsip hukum alam(costumary) yang menempatkan akal sehat masyarakat internasional sebagai cita-cita dan sumber hukum ideal yang tertinggi. Terlepas dari ada atau tidaknya persetujuan ini, secara yuridis negara dapat terikat oleh prinsip hukum internasional yang berlaku universal atau oleh kaedah kebiasaan internasional. Customary itu sendiri membuktikan bahwa praktek negara atas sesuatu hal yang sama dan telah mengkristal, sehingga diakui oleh masyarakat internasional memiliki implikasi hukum bagi pelanggaran terhadapnya.

Penutup

Pembahasan tentang hukum internasional tidak akan pernah berakhir itu disebabkan eksistensi hukum internasional bersinggungan langsung dengan peristiwa internasional yang selalu menimbulkan hal-hal baru, kedaulatan sesuatu negara selalu menjadi polemik tiada henti dalam aplikasi hukum internasional itu sendiri. Hukum internasional mempunyai lahan yang sangat luas ini dikarenakan menyangkut pelbagai macam aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Hukum internasional juga mencakup hukum laut dan udara yang bukan teritorial negara tertentu, dan juga hukum pada waktu perang serta lain sebagainya.

Daftar Bacaan

Suryokusumo, Sumaryo,.(1995) Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono,.(1993) Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Bandung: Citra Aditya.

Mahmud, Abdul Ghani,.(2003) Al-Qonun al-Dauli al-A’mm, Cairo : Dar el-Nahdlah el-Arabia.

PENDAHULUANTimbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar Negara, karena kepentingan dua Negara tidak dapat menampung kehendak banyak Negara. Dalam membentuk organisasi internasional, negara – negara melalui organisasi itu akan berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama, dan kepentingan itu menyangkut bidang kehidupan internasional.Di bidang perhubungan misalnya, negara – negara Eropa dalam tahun 1815 telah mengatur hubungan pelayaran melalui Sungai Rhine ( Cenral Commission for Navigation of the Rhine ), dan di dalam Kongres Paris 1856 juga telah disepakati suatu persetujuan pelayaran melalui Sungai Danube bagi negara –negara yang dilalui oleh sungai ini ( Danube Commission ). Di bidang perdagangan, dalam tahun 1933 telah ada International Wheat Agreement yang mangatur produksi dan pemasaran gandum internasional, dan dalam tahun 1934 beberapa negara telah menyetujui tentang pengaturan produksi dan eksport karet melalui Regulation of the Production and Export of Rubber, sampai kepada Havana Charter 1948 untuk membentuk International Trade Organization khususnya yang mengatur tentang komoditi. Demikian juga di bidang moneter ketika negara – negara Amerika Selatan dalam tahun 1865 mengadakan peraturan bersama melalui Latin Monetary Union.Sejak pertengahan abad – 17 perkembangan organisasi internasional tidak saja diwujudkan dalam berbagai konferensi internasional yang kemudian melahirkan persetujuan – persetujuan, tetapi lebih dari itu telah melembaga dalam berbagai variasi dari komisi ( commission ), perserikatan bangsa – bangsa ( united nations ), persemakmuran ( commonwealth ), masyarakat ( community ), kerjasama ( cooperation ), dan lain – lain.

Page 6: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Dengan proses perkembangan organisasi internasional tersebut sekaligus telah menciptakan norma – norma hukum yang berkaitan dengan organisasi itu, yang kemudian membentuk suatu perjanjian yang disebut instrument dasar atau instrument pokok ( constituent instrumentPembahasan hukum organisasi internasional ini hanya menyangkut pada organisasi – organisasi internasional tingkat pemerintahan karena lebih melibatkan pada pemerintah negara –negara anggotanya sebagai pihak, oleh sebab itu organisasi internasional dalam pengertian ini dapat disebut sebagai organisasi internasional public ( public international organization ). Sebaliknya ada pula organisasi internasional yang bersifat non pemerintah yang melibatkan badan – badan atau lembaga – lembaga swasta di dalam berbagai negara ( private international organization ).Agar sesuatu organisasi internasional mempunyai status pemerintahan ( public ), organisasi itu harus dibentuk dengan suatu persetujuan internasional, mempunyai badan – badan, dan arena mempunyai persetujuan internasional maka pembentukkan itu di bawah hukum internasional. Organisasi – organisasi internasional yang tidak memenuhi syarat – syarat bagi organisasi internasional dimasukkan dalam jenis organisasi internasional privat. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi – organisasi internasional privat di cakup oleh hukum privat dan bukan hukum public. Karena hukum privat merupakan hukum privat dari suatu negara, maka organisasi internasional privat tersebut dicakup oleh hukum nasional, sedangkan organisasi internasional public dicakup oleh hukum internasional.PERMASALAHAN1. Bagaimanakah aspek umum dari status Hukum Organisasi Internasional?2. Bagaimanakah kaitan Personalitas Hukum dengan Hukum Internasional ?3. Bagaimanakah Personalitas Hukum dari Organisasi Internasional ?4. Apakah Fungsi pembuat Hukum dari Organisasi Internasional ?PEMBAHASANAspek UmumSiapakah yang merupakan pihak – pihak dalam organisasi internasional ? Bagi organisasi – organisasi internasional yang dibentuk atau didirikan melalui perjanjian, diperlukan negara – negara sebagai pihak dan bukan pemerintah, karena pemerintah hanya bertindak atas nama negara. Setelah menjadi pihak dari suatu perjanjian untuk membentuk suatu organisasi internasional, sesuatu negara menerima kewajiban – kewajiban yang pelaksanaannya akan dilakukan oleh pemerintah negara itu dan bukan negara sebagai keseluruhan. Atas dasar itu maka tidaklah tepat dikatakan sebagai organisasi antar pemerintah (inter –governmental organization ).Perjanjian untuk membentuk suatu organisasi internasional pada hakikatnya merupakan instrument pokok pada organisasi tersebut, yang juga merupakan sumber hukum pokok bagi organisasi itu. Sejak organisasi internasional diciptakan, maka organisasi itu berlaku sejak ditetapkan dan berlangsung terus sampai perjanjian itu menyatakan berakhir. Namun jarang sekali terjadi perjanjian itu untuk membentuk organisasi: menyatakan secara tegas berakhirnya organisasi itu ( express act ). Baik Liga Bangsa – Bangsa maupun PBB tidak memuat keterangan tentang berakhirnya organisasi itu karena memang mempunyai tujuan yang permanent. Walaupun demikian, tanpa ada rekomendasi Dewan, Majelis Liga telah membubarkan Liga dengan resolusi pada tanggal 18

Page 7: 75924256-makalah-hubungan-internasional

April 1946. Di samping itu juga membentuk Board of Liquidation yang diberi tugas mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pembubaran Liga Bangsa – Bangsa.Dengan bubarnya Liga Bangsa – bangsa dalam tahun 1946 maka PBB menjadi satu – satunya organisasi internasional yang merupakan penggantinya, walaupun Piagam Atlantic maupun Dumberton Oaks sama sekali tidak menyinggung masalah Liga Bangsa – Bangsa. Bagaimana dengan pembubaran Liga Bangsa – Bangsa dan penjelmaannya dalam bentuk organisasi Internasional yang baru? Mengenai pelimpahan tugas, Komisi Persiapan PBB dalam menanggapi laporan dari Komite Eksekutif Liga pada mulanya tidak begitu dapat menerima gagasan mengenai pelimpahan tugas – tugas tersebut secara en bloc. Tetapi kemungkinan Komite Persiapan PBB mengadakan tinjauan seperlunya dalam berbagai tugas yang dikehendaki oleh PBB sendiri maupun badan – badan khusus, seperti :(i). Tinjauan mengenai tugas politik Majelis Umum; dan(ii). Tinjauan mengenai tugas teknik dan non politik Dewan Ekonomi dan Sosial.Pelimpahan tugas – tugas tertentu ini kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB . Namun ternyata tidak ada tugas – tugas politik yang dibebankan kecuali masalah – masalah politik selama itu yang telah menjadi wewenang Liga. Adapun mengenai sistem mandate, pelimpahan mengenai sistem perwalian yang baru, hanya menyangkut mengenai wewenang administrasi saja untuk memutuskan, demikian juga biro - biro dalam kaitannya dengan Liga seperti termuat dalam Pasal 22 Covenant, yang perlu dirundingkan dengan PBB. Dalam perjanjian – perjanjian yang ada, Liga Bangsa –Bangsa atau organisasi – organisasi yang ada hubungannya dengan Liga telah melaksanakan tugas administrasi yang pelimpahannya memerlukan permufakatan dari pihak perjanjian – perjanjian tersebut. Karena itu dalam hal persetujuan mengenai narkotik misalnya, perlu adanya protokol tersendiri dari tiap – tiap pihak untuk menggantikan ketentuan – ketentuan yang diperlukan oleh PBB maupun WHO terhadap ketentuan – ketentuan yang sudah ada, baik di Liga maupun di Internasional Office of Public Hygiene. Mengenai tugas untuk menerima penyerahan instrumen seperti perjanjian – perjanjian, secara mudah dapat disetujui dengan Resolusi Majelis Umum PBB yang mencantumkan secara jelas kesediaan PBB menerima tugas semacam itu.Pada waktu dibubarkannya Permanent Court of International Justice agar yurisdiksi Mahkamah tetap dapat diterima, ketentuan mengenai hal itu dimasukkan dalam Pasal 36 (5) dan 37 Mahkamah Internasional yang baru ( international Court of Justice ), termasuk program pensiun para hakimnya yang kemudian dipercayakan kepada ILO. ILO sendiri kemudian sudah barang tentu menampungnya, sedangkan masalah – masalah yang menyangkut keuangan telah dilimpahkan juga kepada ILO melalui suatu badan yang disebut Working Capital Fund. Untuk ini Liga Bangsa – Bangsa mengambil langkah – langkah dalam rangka menyerahkan tanah dan gedung – gedung, perlengkapan, arsip perpustakaan dan lain – lain di atur melalui Common Plan yang pembayarannya dilakukan oleh PBB. Pembentukan Common Plan ini telah disetujui dengan resolusi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 12 Pebruari 1946. Semua staf diberhentikan meskipun beberapa orang di antara mereka membuat kontrak baru untuk bekerja pada PBB. Kasus penjelmaan dalam organisasi internasional lainnya dapat dilihat pada

Page 8: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Organization for European Cooperation yang kemudian berubah menjadi Organization for Economic Cooperation and Development ( EOCD ) dengan masuknya negara – negara di luar Eropa seperti Canada, Jepang dan Amerika Serikat. Di samping pelimpahan milik seperti yang terjadi dalam kasus antara Liga Bangsa – bangsa dan PBB, ada pula pelimpahan wewenang dari sebuah organisasi internasional ke organisasi internasional lainnya ( transfer of competence ) sebagaimana terjadi dalam tahun 1959 ketika Western European Union melimpahkan sebagian wewenangnya kepada Council of Europe yaitu wewenang dalam bidang kegiatan sosial dan kesehatan saja, sedangkan wewenang di bidang kegiatan politik dan militer tetap diteruskan oleh Western Europe Union. Hal ini dimungkinkan karena keanggotaan dua organisasi tersebut sama. Pelimpahan semacam itu hanya diatur melalui persetujuan terpisah ( partial agreement ).Organisasi internasional dapat membentuk organisasi internasional yang lebih baru dalam rangka melaksanakan beberapa kegiatan yang lebih aktif lagi. Dengan di bentuknya organisasi internasional yang baru yang merupakan organisasi internasional “ generasi kedua” ini maka organisasi itu secara terpisah dapat menjalankan fungsinya secara bebas, apalagi mempunyai anggaran dasar dan aturan tata cara tersendiri. Kasus ini terjadi pula dalam sistem PBB dan Dewan Eropa ( Council of Europe ). Dalam rangka PBB, Majelis Umum PBB dalam tahun 1965 membentuk United Nations Institute for Training and Research ( UNITAR ) sebagai lembaga otonom dalam kerangka PBB khususnya, untuk melaksanakan kegiatan latihan dan riset agar dalam mencapai tujuan pokoknya PBB dapat berfungsi secara efektif. Sedangkan dalam tahun 1967 PBB juga telah membentuk organisasi baru lainnya yang disebut dengan United Nations Industrial Development Organization ( UNIDO ). Organisasi ini juga bersifat otonom dengan tugas memajukan dan meningkatkan industrialisasi negara – negara berkembang dan untuk mempersatukan kegiatan pengembangan industri dalam sistem PBB. Dalam lingkungan dewan Eropa, Komite Menteri ( Committee of Ministers) telah membentuk Dana Pemukiman ( Resettlement Fund ) untuk menangani masalah – masalah pengungsian. Tindakan untuk membentuk organisasi secara terpisah ini dilakukan agar dapat menjamin adanya dana tersendiri bagi organisasi baru tersebut, di samping akan dapat meningkatkan kapasitas bantuan dari luar maupun dalam mengajukan tuntutan – tuntutan secara terpisah.Personalitas Hukum Organisasi InternasionalSuatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk “ instrument pokok ” apa pun akan memiliki suatu personalitas hukum di dalam hukum taurat internasional. Personalitas hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kapasitasnya untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya. Seperti juga di singgung oleh Maryan Green .Di dalam membentuk organisasi internasional semacam itu, negara – negara anggotanya melalui organisasi tersebut akan berusaha mencapai tujuan bersama dalam berbagai aspek kehidupan internasional, dan bukan untuk mencapai tujuan masing – masing negara atau pun suatu tujuan yang tidak dapat disepakati bersama. Guna mencapai tujuan itu sebagai suatu kesatuan; organisasi internasional harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya atas nama semua negara angggotanya.

Page 9: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Tindakan yang dilakukan oleh organisasi internasional semacam itu pada hakikatnya merupakan hak yang dijamin oleh hukum internasional. Dalam hubungan ini Weisberg mengemukakan pandangannya mengenai hubungan personalitas hukum dan kapasitas hokum sebagai berikut :“An entity wich execises international rights and is bound by international obligations, in short wich has international legal capacity, is one which is endowed with international legal personality”. Mengenai persoalan apakah dengan demikian personalitas hukum itu dengan sendirinya oleh organisasi internasional ataukah perlu suatu penegasan dalam instrument pokoknya? Khususnya, sebelum terbentuk PBB masalah personalitas hukum suatu organisasi internasional ini banyak menimbulkan pertentangan sendiri di kalangan para ahli hukum organisasi internasional. Dalam hal organisasi seperti Liga Bangsa – Bangsa yang di dalam Convenant-nya tidak secara khusus memuat masalah personalitas hukum, pada waktu itu pernah timbul masalah. Namun demikian masalah itu kemudian dapat diselesaikan oleh pemerintah Swiss dengan Liga Bangsa – Bangsa melalui modus vivendi 1921.Sekretaris Jenderal PBB menyambut baik pernyataan pemerintah Swiss tersebut dan menganggap bahwa masalah personalitas hukum itu tidak perlu dirinci dan di atur secara tuntas hanya atas pernyataan semacam itu saja. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah Swiss kemudian menegaskan lagi sikapnya yang lebih jelas dalam modus vivendi 1926, yang didalam pasal I dinyatakan sebagai berikut :The Swiss Federal Government recognizes that League of Nations, which possesses international personality and legal capacity, cannot in principle, according to the rules of international law, be sued before the Swiss Courts without its express conset .Dengan demikian walaupun personalitas hukum bagi sesuatu organisasi internasional itu tidak tercantumkan dalam instrument pokoknya, sebagai subjek hukum internasional, Organisasi Internasional tersebut tidak perlu akan kehilangan personalitas hukum, karena Organisasi Internasional itu akan mempunyai kapasitas untuk melakukan prestasi hukum sesuai dengan aturan dan prinsip – prinsip hukum internasional.Dengan adanya personalitas hukum itu maka Organisasi Internasional akan dapat mengembang dan memperluas fungsinya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan utamanya.Dalam hal pembentukan organisasi internasional seperti PBB pada waktu merumuskan Piagam dalam Komperensi Internasional mengenai Organisasi internasional di San Fransisco pada bulan April 1945, tidak secara khusus dicantumkan masalah personalitas hukum kecuali yang termuat dalam Pasal 104 Piagam, yaitu bahwa badan PBB jika perlu dapat memiliki kapasitas hukum di wilayah setiap negara anggotanya dalam rangka melaksanakan fungsi dan mencapai tujuan badan tersebut.Kapasitas hukum yang diartikan dalam pasal 104 tersebut kemudian diberi batasan dalam kaitannya dengan Juridical Personality dalam General Convention on Privileges and Immunities of The United Nations sebagaimana tersebut dalam Pasal I ayat I :The United Nations shall possess juridical personality. It shall have the capacity :(a) to contract(b) to acquire and dispose of immovable and moveable property

Page 10: 75924256-makalah-hubungan-internasional

(c) to institute legal proceedingsDari uraian tersebut maka personalitas hukum organisasi internasional dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum negara di mana negara itu menjadi tuan rumah atau markas besar organisasi internasional ( personalitas hukum dalam kaitannya dengan hubungan internasional ), dan personalitas hukum dalam kaitannya dengan negara – negara atau subjek hukum internasional lainnya ( personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum internasional )Personalitas Hukum dalam Kaitannya dengan Hukum Nasional Walaupun di dalam Convenant Liga Bangsa – Bangsa masalah personalitas hukum tidak secara khusus dimuat, namun masalah keistimewaan dan kekebalan badan tersebut, termasuk keistimewaan dan kekebalan bagi para pejabat sipil internasional serta para wakil negara – negara anggotanya secara jelas disebutkan :Representative of the Members of the League and officials of the League when engaged on the business of the League shall enjoy diplomatic privileges and immunities. The buildings and other property occupied by the League or its officials or Representatives attending its meetings shall be inviolable Adapun Piagam PBB memuat baik personalitas hukum maupun keistimewaan dan kekebalan badan tersebut, termasuk wakil negara – negara anggotanya dan para pejabat sipil internasionalnya. Hal itu tercermin pada Pasal 104 dan 105 yang menyangkut aspek – aspek yang berkaitan dengan status hukum badan PBB yang berada di dalam lingkungan wilayah dari dan dalam hubungannya dengan negara –negara anggotanya. Dalam kaitannya dengan keistimewaan dan kekebalan tersebut Sekjen PBB telah menandatangani suatu perjanjian dengan Pemerintah Swiss mengenai peraturannya secara rinci. Lebih dari itu Majelis Umum PBB telah diberi mandat untuk merinci keistimewaan dan kekebalan melalui suatu konvensi. Untuk itu Komisi Persiapan yang dibentuk telah merumuskannya dan dalam sidangnya yang pertama Majelis Umum PBB menyetujui Konvensi mengenai Keistimewaan dan Kekebalan dari PBB dan menyerahkan kepada semua negara anggotanya untuk aksesi. Dalam kaitannya dengan Pasal 104 Piagam, Konvensi memberikan batasan mengenai kapasitas hukum sebagai termuat dalam Pasal I ayat 1, yaitu untuk membuat kontrak, untuk memperoleh dan menghapuskan milik bergerak dan tidak bergerak, serta untuk mengadukan ke pengadilan. Di samping itu Konvensi juga memuat ketentuan – ketentuan mengenai kekebalan milik dan aktiva lainnya terhadap proses hukum, tidak dapat di ganggu gugatnya gedung – gedung dan arsip – arsip, hak untuk menahan dana, membuka giro dan memindahkan dana secara bebas, pembebasan pajak langsung, bea cukai dan pembatasan impor serta ekspor barang – barang untuk keperluan dinas, pelayanan yang paling menguntungkan bagi komunikasi – komunikasi resmi, dan hak untuk menggunakan kode dan kurir. Di samping itu terdapat juga beberapa Headquarters Agreement yang dibuat oleh PBB dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Negeri Belanda, Switzerland dan Austria dimana terdapat Markas – Markas besar PBB.Headquarters Agreement, suatu persetujuan mengenai Markas Besar PBB di New York antara PBB dan pemerintah Amerika Serikat, ditandatangani oleh Sekjen PBB dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada tanggal 26 Juni 1947, yang

Page 11: 75924256-makalah-hubungan-internasional

kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB tanggal 31Oktober 1947. Persetujuan ini merupakan pelengkap pada General Convention karena kedua instrument tersebut dimaksudkan untuk memberikan rincian mengenai status PBB di Negara tempat Markas Besar itu berada. Headquarters Agreement ini di dalam Pasal V merinci siapa saja yang dapat dikelompokkan sebagai Resident Representatives to the United Nations, seperti mereka yang berpangkat Duta Besar atau Menteri Berkuasa Penuh. Namun demikian, persetujuan tersebut tidak secara khusus merinci keistimewaan dan kekebalan para wakil negara anggota, kecuali bagi mereka yang bertempat tinggal baik di dalam maupun di luar distrik tempat Markas Besar PBB dan dapat menikmati keistimewaan serta kekebalan di wilayah Amerika Serikat, dengan syarat – syarat atau kewajiban yang telah disetujui bagi wakil – wakil diplomatik yang diakreditasikan di negara itu. Sedangkan bagi negara – negara yang tidak diakui oleh Amerika Serikat, keistimewaan dan kekebalan hanya diberikan dalam lingkungan distrik tempat Markas Besar PBB berada, rumah kediaman, kantor yang berada di luar distrik dan di dalam transit dari dan ke negara lain. Dalam Headquarters Agreement juga tidak memuat ketentuan – ketentuan yang merinci keistimewaan dan kekebalan bagi pejabat – pejabat sipil internasional. Persetujuan antara Mahkamah Internasional sebagai salah satu badan utama PBB di den Haag dengan Pemerintah Belanda, secara khusus mengenai keistimewaan dan kekebalan serta kemudahan yang dinikmati oleh para hakim internasional dan orang – orang lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan dan tugas – tugas Mahkamah.21 Demikian juga para panitera dan Wakil Panitera yang bertindak sebagai panitera akan menikmati keistimewaan dan kekebalan diplomatik.Di samping itu persetujuan – persetujuan lainnya telah dibuat dalam rangka pelaksanaan ketentuan – ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 104 dan 105 Piagam, termasuk beberapa persetujuan mengenai pemberian keistimewaan dan kekebalan di negara – negara bukan anggota, antara lain Interim Arrangement yang disetujui oleh PBB dan Pemerintah Switzerland pada tanggal 1 juli 1946, bukan saja memuat ketentuan – ketentuan mengenai pengakuan secara eksplisit tentang personalitas hukum gedung PBB di Jenewa, termasuk keistimewaan dan kekebalan gedung tersebut, tetapi juga bagi wakil – wakil negara anggota dan para pejabat sipil internasional yang bekerja sama.Persetujuan lain ialah antara PBB dan Republik Austria mengenai Markas Besar PBB UNIDO di Wina yang ditanda tangani di New York pada tanggal 13 April 1967. Dalam persetujuan ini Pemerintah Austria mengakui ekstra-teritorialitas bagi kedudukan Markas Besar UNIDO di Wina, termasuk hak badan UNIDO tersebut untuk membuat peraturan – peraturan dalam rangka melaksanakan fungsinya. Kedudukan Markas Besar tersebut tidak dapat diganggu gugat, termasuk pengenaan proses hukum atau penyitaan milik UNIDO kecuali jika ada pernyataan izin dan di dalam kondisi – kondisi yang disetujui oleh Direktur Eksekutif UNIDO. Persetujuan ini juga memberikan keistimewaan dan kekebalan bagi para wakil negara – negara anggotanya, termasuk perwakilan tetap masing – masing.Personalitas hukum organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum Nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi organisasi internasional itu sendiri yang berada di wilayah sesuatu nagara anggota, bagi wakil – wakil dari negara anggotanya dan bagi pejabat – pejabat

Page 12: 75924256-makalah-hubungan-internasional

sipil internasional yang bekarja pada organisasi internasional tersebut. Hampir semua instrument pokok mencantumkan ketentuan bahwa organisasi internasional yang dibentuk itu mempunyai kapasitas hukum dalam rangka menjalankan fungsinya atau memiliki personalitas hukum. Ada kalanya ketentuan semacam itu dicantumkan dalam perjanjian secara terpisah bagi beberapa organisasi internasional. Dalam konstitusi Internasional Atomic Energy Agency ( IAEA ) misalnya mencantumkan, sebagai tambahan, bahwa para anggotanya tidak akan dapat dikenakan dalam hal pinjaman yang diberikan oleh badan tersebut. Ketentuan ini menjelaskan bahwa personalitas badan tersebut benar – benar terpisah dari personalitas negara anggotanya. Personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum nasional tersebut tidak perlu dikaitkan kepada kesatuan – kesatuan yang dimiliki personalitas internasional. Beberapa kasus di mana badan – badan itu termasuk dalam kesatuan internasional memerlukan personalitas terpisah dalam hukum nasional dari negara –negara yang bersangkutan.Bank Investasi Eropa merupakan badan dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Dalam hubungan internasional MEE bertindak atas namanya. Bank tersebut memiliki personalitas secara terpisah dalam hubungan nasional. Sama halnya dengan Supply Agency of Euratom. Lembaga – lembaga MEE seperti Dewan, Komisi, Parlemen Eropa dan pengadilan tidak mempunyai personalitas hukum secara terpisah. Badan – badan subsider dari PBB seperti UNICEF dan UNRWA yang telah diberi mandat secara luas mengenai fungsinya secara langsung telah melaksanakan kontrak – kontrak secara teratur atas nama mereka sendiri. Ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam instrument pokok organisasi internasional yang memberi organisasi tersebut personalitas hukum dalam hukum nasional memungkinkan organisasi itu bertindak sebagai kesatuan dalam lingkungan hukum setiap negara anggotanya.Dalam hubungan dengan keistimewaan dan kekebalan dari badan PBB, piagam dan Pasal 105 ( I ) menyatakan bahwa PBB memiliki personalitas secara terpisah. Keistimewaan dan kekebalan tersebut dinikmati karena benar – benar diperlukan dalam rangka melaksanakan tujuan – tujuan PBB. Demikian juga ketentuan khusus yang terdapat dalam General Convention yang menyangkut masalah – masalah yang tercantum masing – masing dalam Pasal II dan III.Dalam Headquarters Agreement, PBB telah diberi keistimewaan dan kekebalan tambahan yang diperlukan karena lokasi dari kemudahan – kemudahan PBB beserta para stafnya yang berada dalam lingkungan wilayah sesuatu negara anggota.Mengenai keistimewaan dan kekebalan bagi para wakil negara anggota PBB, Piagam dalam Pasal 105 ( 2 ) mencantumkan bahwa wakil – wakil negara anggota akan menikmati keistimewaan dan kekebalan semacam itu yang diperlukan guna melaksanakan fungsi mereka secara bebas dalam hubungannya dengan PBB. Meskipun Pasal IV General Convention memuat sifat keistimewaan dan kekebalan secara rinci, hanya semua negara baik anggota maupun bukan anggota dalam perjanjian mereka secara khusus dengan PBB telah memberikan keistimewaan dan kekebalan diplomatik sepenuhnya kepada wakil – wakil negara – negara anggotanya yang mengikuti pertemuan, badan – badan PBB di wilayah mereka. Didalam ayat ( 16 ) telah diberikan batasan tentang” wakil – wakil negara anggota PBB”, yang meliputi” semua delegasi, wakil delegasi, penasehat, ahli teknis, dan

Page 13: 75924256-makalah-hubungan-internasional

sekretaris delegasi”.Mengenai keistimewaan dan kekebalan bagi para pejabat sipil internasional ( international civil sevants ) sesuai dengan ketentuan dalam General Convention ( Pasal V ayat 16 ), Sekjen PBB akan merinci pengelompokan pejabat – pejabat tersebut secara khusus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal V dan Pasal VII, dan kemudian menyampaikannya kepada Majelis Umum. Sesudah itu pengelompokan tersebut diteruskan kepada semua negara anggotanya. Nama para pejabat dalam kelompok ini dari waktu ke waktu juga akan diberitahukan kepada semua negara anggotanya.General Convention juga menetapkan untuk mengeluarkan United Nations laissez - passer kepada para pejabatnya, agar diterima oleh para penguasa di negara anggota sebagai dokumen yang sah. Pejabat – pejabat itu harus diberi kemudahan untuk mengadakan perjalanan secepat – cepatnya. Sekjen PBB, para Asisten Sekjen, dan para Direktur yang mengadakan perjalanan dengan menggunakan United Nations laissez-passer dalam tugas – tugas PBB berhak atas kemudahan yang dinikmati oleh para utusan diplomatik. Dalam statuta Mahkamah Internasional dan persetujuan antara Mahkamah dengan Negeri Belanda, maka para Hakim, Panitera, Wakil Panitera yang bertindak atas nama Panitera menikmati keistimewaan dan kekebalan diplomati.Personalitas Hukum Dalam Kaitannya Dengan Hukum InternasionalPersonalitas hukum dari sesuatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki suatu kapasitas untuk melakukan prestasi hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara – negara anggotanya, termasuk kesatuan ( entity ) lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya.Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan ( entity ) yang telah memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu akan mempunyai wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan – tindakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional tersebut, yang telah disetujui oleh para anggotanya. Namun hal ini banyak menumbuhkan perselisihan karena secara eksplisit tidak disebutkan di dalam instrumen pokok.Personalitas hukum di dalam kaitannya dengan hukum nasional lebih banyak menyangkut masalah keistimewaan dan kekebalan organisasi internasional, termasuk wakil – wakil negara anggotanya dan para pejabat sipil internasional yang bekerja pada organisasi internasional tersebut. Dalam rangka perkembangan personalitas hukum, khususnya dari organisasi internasional seperti PBB, telah terjadi suatu proses evolusi yang sangat penting, terutama sekali hal – hal yang tidak termuat secara eksplisit di dalam ketentuan – ketentuan Piagamnya. Perkembangan tersebut menyangkut hak sesuatu organisasi internasional atau kesatuan lain mengenai kebebasan di dalam kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh pejabat – pejabatnya, termasuk kewajiban organisasi itu untuk melindungi mereka. Apakah dengan kata lain PBB mempunyai kapasitas hukum untuk mengajukan tuntutan internasional terhadap sesuatu negara atau bukan negara anggota PBB, jika terjadi suatu bencana yang

Page 14: 75924256-makalah-hubungan-internasional

menimpa pejabat – pejabat di dalam melakukan tugas PBB?Dalam sejarah pertumbuhan organisasi internasional untuk pertama kalinya terjadi peristiwa pembunuhan Count Folke Bernadotte, seorang mediator PBB di Palestina dan ajudannya Kolonel Serot dalam perjalanan dinasnya ke Jerusalem dalam rangka tugas PBB pada tahun 1948. Peristiwa ini oleh Sekjen PBB Trygve Lie dianggap sebagai” suatu penghinaan yang sangat berat dan belum pernah terjadi terhadap wewenang dan martabat PBB”. Kejadian yang menyedihkan ini kemudian mengungkapkan seluruh persoalan yang menyangkut status internasional seluruh organisasi internasional yang ada. Dalam mengambil langkah – langkah selanjutnya Sekjen PBB kemudian mempersiapkan suatu memorandum mengenai persoalan penggantian kerugian atas musibah yang terjadi dalam rangka tugas PBB dan disampaikan kepada Sidang Majelis Umum PBB yang ke-3 tahun 1948 dengan mengajukan tiga masalah pokok sebagai berikut : pertama, suatu pernyataan apakah sesuatu negara mempunyai tanggung jawab terhadap PBB atas musibah atau kematian dari salah seorang pejabatnya ; kedua, kebijaksanaan secara umum mengenai kerusakan dan usaha – usaha untuk mendapatkan ganti rugi; dan ketiga, cara – cara yang akan ditempuh untuk penyampaian dan penyelesaian mengenai tuntutan – tuntutan.Sekjen PBB Trygve Lie kemudian juga mengemukakan pandangannya sendiri mengenai masalah tersebut kepada Majelis Umum PBB, bahwa secara analogis atas dasar hak negara untuk menuntut ganti rugi terhadap warga negaranya, maka musibah yang terjadi pada seorang Pejabat utusan PBB dalam menunaikan tugasnya, pada hakikatnya merupakan musibah atau kerugian pada PBB, sebagai kesatuan ( entity ) yang mempunyai hak untuk mengajukan kompensasi. Sekjen tidak sangsi lagi bahwa PBB memiliki kapasitas hukum untuk mengajukan tuntutan di bawah hukum internasional terhadap suatu negara baik sebagai anggota PBB maupu bukan. Sekjen juga menggariskan kebijaksanaan umum yang harus diikuti, dan dalam menjawab pertanyaannya yang ke-3 telah menyarankan bahwa dialah yang merupakan badan paling sesuai dan tepat untuk menyelesaikan tuntutan internasional.Masalah tersebut kemudian dimasukkan sebagai mata acara dalam agenda Sidang Majelis Umum PBB yang ke-3 atas rekomendasi Sekjen, dan selanjutnya diputuskan oleh Majelis untuk dibahas dalam satu Komite Utamanya yang menangani masalah hukum ( Komite VI ). Pada waktu dibicarakan di Komite VI masalahnya telah berkisar apakah PBB memiliki personalitas hukum secara internasional ( international legal personality ), dan jika demikian halnya apakah PBB juga mempunyai kekuasaan untuk mengajukan tuntutan pada tingkat internasional. Dari pembicaraan di Komite VI dapat ditarik beberapa pandangan sebagai berikut :Pertama, satu kelompok wakil negara tidak menyetujui satu pandangan yang telah dikemukakan Sekjen. Wakil Yunani, Spiroppulos, menyatakan “ hampir yakin bahwa PBB tidak mempunyai kapasitas de lege lata” dalam mengambil tindakan untuk mempertahankan pejabat utusannya. Juga wakil Syria, Tarazi, menanggapi bahwa PBB tidak menikmati hak semacam itu, “ karena tidak ada ketentuan dalam hukum yang memberikan untuk itu dan belum pernah juga terjadi sebelumnya” yang dapat dijadikan contoh. “ Yang ada hanya hukum yang mengakui personalitas internasional sesuatu negara tetapi bukan personalitas

Page 15: 75924256-makalah-hubungan-internasional

hukum secara internasional dari PBB itu sendiri.”Kedua, menurut anggapan wakil Inggeris, Sir Gerald Fitzmaurice”, ada peluang untuk menyangsikan mengenai kedudukan yang tepat bagi PBB dan haknya untuk mengajukan suatu tuntutan dalam taraf internasional”. Ia juga menyatakan bahwa selama kapasitas di bawah hukum nasional telah diberikan kepada suatu kesatuan ( entity ) di bawah Piagam,“maka tidak diberikan lagi kapasitasnya di bawah hukum internasional”. Sedangkan wakil Belgia, Kaeckenbeeck, menyatakan bahwa di Konperensi San Fransisco negaranya telah mengusulkan bahwa Piagam memuat suatu Pasal terpisah mengenai personalitas hukum secara internasional ( international legal personality ). Ia juga mengakui dokumen tersebut sudah merupakan secara khusus bahwa PBB dapat mengajukan tuntutan dalam taraf internasional. Tetapi ia menyarankan bahwa kesimpulan yang dapat ditarik bahwa “ tidak ada ketentuan bagi PBB secara tersendiri, mengenai personalitas hukum secara internasional.” Karena itu ia menganggap bahwa hal itu “ tidak pasti bahwa para perancang Piagam telah menghilangkan ketentuan semacam itu tidak memasukkan personalitas yang dimaksudkan atau memang untuk menyebutnya”.Ketiga, ada juga kelompok wakil negara – negara lainnya seperti Maktos dari Amerika Serikat yang tetap beranggapan bahwa PBB dapat mengajukan tuntutan internasional.Namun ia membatasi hak PBB pada kerugian – kerugian yang dideritanya akibat pelanggaran hukum internasional. Ia juga berpendapat, hak untuk memprakarsai suatu tuntutan atas nama korban merupakan hak negaranya, dan PBB tidak dapat “ mengambil alih kekuasaan dari suatu negara untuk mengajukan tuntutan atas nama warga negaranya.”Keempat, kelompok negara – negara lainnya justru mempunyai doktrin yang paling maju, dan yakin bahwa PBB mempunyai kemampuan untuk mengajukan suatu tuntutan internasional untuk dua jenis kerugian. Seperti halnya Chaumont dan Abdoh, masing – masing wakil dari Perancis dan Iran, yang menyatakan bahwa yang penting ialah mengikuti semangat Piagam bukan secara harfiah, karena kesatuan mempunyai personalitas hukum dalam hukum internasional. Chaumont menegaskan bahwa personalitas internasional diatur dalam Pasal 104 Piagam dan diakui dalam Pasal 1 Convention on Privileges anf Immunities. Di samping itu ia berpendapat bahwa menurut Pasal 105, Majelis Umum PBB dapat menentukan status internasional para pejabatnya. Ia menunjukkan pada Pasal 100 Piagam yang menyebutkan kapasitas internasional suatu kesatuan untuk mempertahankan kepentingan – kepentingan dari wakil yang diakui secara implisit. Kemudian Raafat, wakil Mesir menambahkan bahwa personalitas hukum PBB secara internasional telah diberlakukan, dan selanjutnya menyarankan, “ hukum internasional telah berkembang secara berlahan – lahan ke arah pengakuan terhadap hak personalitas hukum secara internasional ( international legal capacity ) untuk mengajukan tuntutan secara bebas oleh negara – negara atas para korban yang merupakan warga negaranya.”Kelima, wakil Uni Soviet, Morozov, menganggap bahwa setelah PBB memberikan konpensasi kepada wakilnya, maka Sekjen telah berkonsultasi dengan negara yang warga negaranya menjadi korban, haruslah mengajukan tuntutan kepada pengadilan dari negara bertanggung jawab untuk menutupi kerugian, atau dengan kata lain untuk mendapatkan “ pembayaran ganti rugi” Pandangan

Page 16: 75924256-makalah-hubungan-internasional

Morozov ini kemudian oleh wakil Mesir dianggap sebagai amandemen dari resolusi yang dimajukannya, yaitu mengenai kapasitas hukum yang dimiliki oleh PBB untuk mengajukan tuntutan internasional.Rancangan resolusi Mesir – Uni Soviet tersebut setelah dilakukan pemungutan suara dalam komite VI, hanya memperoleh 9 suara saja sehingga Komite gagal mengambil keputusan.Sehubungan dengan hal itu Wakil Sekjen PBB memberikan tanggapan penafsiran sebagai berikut : Pertama, hasil pembahasan dalam Komite VI tersebut tidak perlu berpengaruh terhadap wewenang untuk mengadakan cara kerja dalam pengadilan masing – masing negara. Kedua, penolakan resolusi dalam Komite VI juga tidak perlu diartikan sebagai keputusan yang negatif terhadap hak untuk memajukan tuntutan dalam taraf internasional. Fungsi Pembuat Hukum dari Organisasi InternasionalOrganisasi internasional yang dibentuk oleh negara – negara anggotanya melalui instrument pokok yang telah disetujui bersama pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme untuk mengadakan kerjasama dalam suatu kegiatan di berbagai sektor kehidupan internasional yang menjadi kepentingan bersama. Di dalam mencapai tujuan organisasi internasional tersebut dan untuk menghadapi berbagai tantangan akan adanya perkembangan dan kemajuan sektor – sektor dalam kehidupan internasional, kadang – kadang ketentuan – ketentuan yang tercermin dalam instrument pokok kurang atau bahkan tidak dapat menampungnya.Untuk menjawab tantangan – tantangan semacam itu, organisasi internasional tersebut haruslah menciptakan aturan – aturan baru melalui suatu proses pembuatan hukum ( lawmaking process ), apakah berbentuk persetujuan, perjanjian, konvensi atau dalam bentuk instrument lainnya, deklarasi dan lain – lain. Dengan melihat sifat organisasi internasional yang dinamis, maka dalam proses pengembangannya akan melihat pada dua aspek, yaitu aspek keluar dan aspek kedalam. Keluar, dengan segala tantangan tersebut organisasi internasional harus dapat mengembangkan kegiatannya di berbagai bidang, sesuai dengan tujuan – tujuan yang dicapainya. Kedalam, tantangan – tantangan yang dihadapi meliputi masalah – masalah yang bersifat konstitusional, termasuk struktur organisasi internasional itu sendiri. Untuk menjawab tantangan – tantangan baik keluar maupun kedalam haruslah dilakukan dalam kerangka hukum internasional yang disetujui bersama melalui apa yang disebut proses pembuatan hukum.Dalam rangka berbagai proses pembuatan hukum oleh sesuai organisasi internasional, tidaklah terlepas dari klasifikasi secara umum sumber – sumber hukum internasional. Sebagaimana tersebut dalam Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional, sumber utama hukum internasional adalah perjanjian, kebiasaan dan prinsip – prinsip hukum secara umum, yang masing – masing mempunyai cara yang berbeda – beda dalam pembuatan hukum internasional. Di satu pihak perjanjian dibuat melalui persetujuan yang dinyatakan ( express conset ) oleh semua pihak, sedangkan aturan – aturan dalam hukum yang disepakati secara diam – diam oleh negara – negara. Di lain pihak, prinsip – prinsip hukum secara umum bukanlah merupakan suatu sumber hukum internasional yang dapat disepakati.Mengenai fungsi pembuat hukum sesuatu organisasi internasional telah

Page 17: 75924256-makalah-hubungan-internasional

dimasukkan di dalam ketentuan – ketentuan instrument pokoknya. Di dalam organisasi internasional seperti PBB misalnya, dalam tujuan yang terkandung di dalam Pasal I (3) Piagam tercermin kemungkinannya mengadakan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah – masalah seperti ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, perikemanusiaan dan sebagainya. Lebih jelas lagi fungsi pembuat hukum badan PBB itu akan terlihat dalam Pasal 13 (1) (a) dan (b) Piagam. Di bidang pemeliharaan perdamaian dan keamanan Internasional khususnya, Pasal 11 (1) dan Pasal 26 tersebut memberikan dasar bagi PBB untuk menetapkan lebih lanjut prinsip – prinsip yang mengatur perlucutan senjata serta pengaturan mengenai persenjataan bagi anggotanya.Istilah fungsi pembuat hukum dapat ditafsirkan baik secara sempit maupun secara luas. Fungsi pembuatan hukum dapat mencakup semua bidang dalam organisasi internasional, termasuk masalah yang bersifat konstitusional maupun bersifat struktural. Klasifikasi fungsi pembuat hukum dalam lingkungan internasional haruslah mengikuti klasifikasi secara umum dari sumber Hukum Internasional, sebagaimana telah dikemukakan di atas. Dalam setiap kasus maka cara pembuatan hukum internasional adalah berbeda – beda. Badan PBB sendiri melakukan pembuatan hukum melalui perjanjian dan kebiasaan.KESIMPULANSetiap masyarakat, bagaimanapun kecilnya, memerlukan suatu organisasi di antara para anggota, agar kehidupan mereka berjalan dengan lancar dan tertib. Wujud dan luas - sempitnya organisasi itu tergantung dari sifat tata hidup dan jumlah kepentingan – kepentingan para anggota masyarakat. Di dunia ada banyak kelompok masyarakat yang tergantung dalam suatu organisasi kemasyarakatan terbesar yang disebut negara, di mana masing – masing menjadi anggota dari apa yang dinamakan masyarakat internasional.Organisasi hukum dari masyarakat internasional ini merupakan organisasi yang luas fungsinya mencakup kepentingan – kepentingan dari semua negara yang menjadi anggota masyarakat internasional.Pembahasan Hukum Organisasi internasional tidak dapat terlepas dari aspek – aspek filosofis maupun administrative dari organisasi internasional itu sendiri, mengingat dua aspek tersebut merupakan faktor yang penting dalam pembentukan suatu organisasi internasional. Sebelum memasuki aspek hukum dan organisasi internasional perlu dibahas kedua aspek tersebut yaitu aspek filosofis yang menyangkut nilai – nilai histories dan aspek administratif yang lebih banyak menentukan tingkat personalitas dan kapasitasnya. Organisasi internasional adalah suatu proses organisasi internasional juga menyangkut aspek – aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang timbul. Dari aspek hukumnya, organisasi internasional lebih menitik beratkan antara lain seperti wewenang dan pembatasan – pembatasan (restrictions) baik terhadap organisasi internasional itu sendiri maupun anggotanya sebagaimana termuat di dalam ketentuan – ketentuan instrumen dasarnya termasuk di dalam perkembangan organisasi secara praktis.Saran1. Intervensi organisasi internasional jangan sampai menyalahi falsafah dan

Page 18: 75924256-makalah-hubungan-internasional

pandangan hidup dari negara – negara yang menjadi anggotanya.2. Sebaiknya hukum dari organisasi internasional dapat mewakili seluruh aspirasi dari negara –negara yang menjadi anggota organisasi tersebut.3. Sebaiknya organisasi internasional harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanyaDAFTAR PUSTAKAStarke, J. G., Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1997.Batra, T. S., Institusi Internasional, Some Legal Essay, ( New Delhi : Bookhive, 1982 ).Suryokusumo, Sumaryo, Hukum Organisasi Internasional, UI PRESS, Jakarta, 1990.Bowett, D. W., Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1991.Prodjodikoro Wirjono, S.H., Dr., Asas – Asas Hukum Publik Internasional, PEMMAS, Jakarta, 1967.