75894_Ilmu Kalam
description
Transcript of 75894_Ilmu Kalam
Ilmu Kalam
Oleh Mela Ayu Novia Andini, 1406601580
Judul : “Ilmu Kalam”
Pengarang : Dr. Kaelany HD.,MA
Data publikasi : Kaelany. 2010. Islam Agama Universal. (Ed. Revisi). Hal. 246-252. Jakarta:
Midada rahma Press.
Islam adalah agama yang sangat konsen terhadap pengambangan ilmu dan teknologi. Para
ulama dalam mampelajari dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah telah melahirkan
beberapa cabang disiplin Ilmu seperti ilmu bahasa, ilmu tafsir,ilmu tasawuf, ilmu hadist, ilmu
fiqih, ilmu kalamilmu filsafat islam dan lain-lain. Dalam LTM ini akan diuraikan secara
singkat mengenai Ilmu Kalam.
Ilmu Kalam merupakan salah satu ilmu keislaman terpenting. Disiplin ilmu ini disebut Ilmu
Kalam karena banyak dibahas di dalamnya tentang “Kalamullah” (Al-Qur’an) apakah azali
(kekal) atau baharu (tidak kekal). Disebut juga demikian karena para ahli ilmu ini masa lalu
banyak menggunakan kata-kata (kalam) dalam perdebatan untuk mempertahankan pendapat
dan pendirian masing-masing. Ilmu ini kadang disebut juga Ilmu Aqaid, karena membahas
masalah –masalah aqidah, atau keyakinan tentang dasar-dasar agama atau Ilmu Ushuluddin
karena membahas masalah asal-usul atau prinsip-prinsip agama, dan nada juga yang
menyebutya Teologi (Ilmu Ketuhanan).
Objek studi ilmu kalam adalah: (1) Kepercayaan tantang Allah SWT dengan segala seginya,
termasuk soal-soal wujud-Nya, keesaan-Nya dan sifat-sifat-Nyaa. (2) pertalian dengan Alam
semesta, termasuk dalam persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT
(qada dan qadar)serta (2) Pengutusan Rasul yang Meliputi soal-soal penerimaan wahyu dan
berita-berita alam ghaib yang dibawanya diantaranya soala keakhiratan.
Timbulnya Ilmu Kalam bermula dari masalah politik, pertentangan Ali r.a. dan Mu’awiyah
yang dalam suatu perang Siffin berakhir dengan terbunuhnya Ali, 661 M. umat islam
sepeninggalnya Aliterpecah menjadi kelompok-kelompok seperti:
Khawarij, orang orang yang keluar dari barisan Ali. Mereka adalah orang-orang yang
memandang Ali telah bersalah karena menerima damai dengan mu’awiyah.
Murji’ah, artinya (yang mengembalikan persoalan kepada Tuhan.
Syi’ah, yang berarti partai, yang mendukungf Ali r.a., pengikut yang setia. Mereka
menganggap hanya Ali Bin Abi Thalib serta anak cucunya (dari Ali dan Fathimah)yang
berhak menjadi kalifah. Syi’ah terbagi menjadi 3 sekte: Itsna ‘Asyariyah, Sub’iyah, Zaidiyah
Pada masa itu timbuh dua aliran dalam islam, yaitu:
Jabariyah, artinya paksaan, Kaum Murji’ah menganggap mereka tidak bisaberikhtiar karena
Allah STW telang menentukan semuanya. Mereka menganggap semua manusia bertindak
sengan paksaan dari kehendak mutlak tuhan.
Qadariyah, artinya berkuasa (mampu memenuhi kehendak diri sendiri). Manusia mampu
berikhtiah dan bebas menentukan kehendaknya, dengan kehendak ini mereka bisa melakukan
mana yang benar dan mana yang salah.
Mu’tazilah, adalah paham yang dikemukakan oleh Washil bin Atho’ murid Hasan al-
Basri.Wasil bin Atho’ beserta teman-temannya disebut mau’tazilah (yang menjauhkan diri}
dari paham umat islam pada umumnya di masa itu.Paham ini emnganut free wil (bebas
berkehendak), dan free act (bebas bertindak).
Asi’ariayah, Al-Asy’ari keluar dari paham mu’tazilah dan mendirikan aliran sendiri
Ahlussunnah wal-jama’ah, menurut kaum ini, orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin
tetapi fasik. Sedangkan persoalan perbuatan manusia, ia mempercayai adanya ketentuan Allah
(takdir).
Salafiyah, pada abad ke-7 dikalangan pengikut mazhab hanbali muncul gerakan aliran salaf.
Mereka menganggap semua masalah kajian teologi (ketuhanan) digolongkan menjadi satu
persoalan saja yaitu keesaan Tuhan (sesuai dengan metodologi orang-orang salaf (terdahulu)).
Ahmadiyah, golongan yang mengaitkan aliran mereka kepada pendirinya yaitu Mirza
Chulam Ahmad. Terbagi menjadi dua faham: 1) Ahmadiyah Qodyani, yang berpendirian
bahwa Mirza adalah nabi. 2)Ahmadiyah Lahore, Mirza bukan nabi, melainkan mujaddid
(pembaharu).
Jadi, dapat disimpulkan lmu kalām adalah disiplin filsafat mencari prinsip-prinsip teologi
Islam melalui dialektika "kata-kata". Seorang cendekiawan kalam digelari sebagai seorang
mutakallim (ahli teologi Islam; jamak mutakallimiin).