75198020-kimfis-zarut

7
TINJAUAN PUSTAKA Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan antara dua fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan : Dimana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien partisi) (Basset, 1994). Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990). Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E). Dimana lambang CA menyatakan konsentrasi A dalam semua bentuknya seperti yang ditetapkan secara analitis (Basset, 1994). Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu. Dimana : Wn = W gram zat terlarut yang tersisa setelah n kali ekstraksi W = W gram zat terlarut mula-mula V = V ml larutan fasa 1 D = angka banding distribusi S = S ml pelarut lain fasa 2 yang tidak saling bercampur dengan fasa 1 n = n kali ekstraksi

Transcript of 75198020-kimfis-zarut

Page 1: 75198020-kimfis-zarut

TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan

dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama, dan

menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang

didistribusikan antara dua fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa asal

keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan :

Dimana KD adalah sebuah tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien partisi) (Basset, 1994).

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat

campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan

antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada.

Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).

Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau

asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat

terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya

dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien

ekstraksi E).

Dimana lambang CA menyatakan konsentrasi A dalam semua bentuknya seperti yang ditetapkan secara analitis (Basset, 1994).

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk

pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang

pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua

zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta

pada temperatur tertentu.

Dimana :

Wn = W gram zat terlarut yang tersisa setelah n kali ekstraksi

W = W gram zat terlarut mula-mula

V = V ml larutan fasa 1

D = angka banding distribusi

S = S ml pelarut lain fasa 2 yang tidak saling bercampur dengan fasa 1

n = n kali ekstraksi

Page 2: 75198020-kimfis-zarut

Ini memperlihatkan bahwa ekstraksi sempurna jika S kecil dan n besar. Jadi hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi

yang relatif besar dan jumlah pelarut yang kecil (Khopkar, 1990).

B. Pembahasan

Berdasarkan hukum Nernst, jika suatu larutan (dalam air) mengandung zat organik A dibiarkan bersentuhan dengan

pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, maka zat A akan terdistribusi baik ke dalam lapisan air (fasa air) dan lapisan

organik (fasa organik). Dimana pada saat kesetimbangan terjadi, perbandingan konsentrasi zat terlarut A di dalam kedua fasa

itu dinyatakan sebagai nilai Kd atau koefisien distribusi (partisi) dengan perbadingan konsentrasi zat terlarut A di dalam kedua

fasa organik-air tersebut adalah pada temperatur tetap.

Ekstraksi-cair-cair tak kontinyu atau dapat disebut juga ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana,

murah dan sering digunakan untuk pemisahan analitik. Ekstraksi bertahap baik digunakan jika perbandingan distribusi besar.

Alat pemisah yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong pemisah. Caranya sangat mudah, yaitu cukup

dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula, kemudian dilakukan pengocokan

sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah terbentuk dua lapisan,

campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan konsentrasi zat terlarut tersebut.

Kesempurnaan ekstraksi bergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Semakin sering kita melakuka ekstraksi,

maka semakin banyak zat terlarut terdistribusi pada salah satu pelarut dan semakin sempurna proses pemisahannya. Jumlah

pelarut yang digunakan untuk tiap kali mengekstraksi juga sedikit, sehingga ketika ditotal jumlah pelarut untuk ekstraksi

tersebut tidak terlalu besar agar dicapai kesempurnaan ekstraksi. Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang relatif

besar dengan jumlah pelarut yang kecil.

Senyawa-senyawa organik, misalnya dalam percobaan ini digunakan asam asetat umumnya relatif lebih suka larut ke

dalam pelarut-pelarut organik daripada ke dalam air, sehingga senyawa-senyawa organik mudah dipisahkan dari campurannya

yang mengandung air atau larutannya. Metode penentuan koefisien distribusi asam asetat dilakukan dengan penentuan

konsentrasi asam asetat baik yang ada dalam fasa air maupun fasa organik. Pelarut organik yang digunakan dalam percobaan

ini adalah kloroform, dan CCl4 sedangkan pelarut organik benzena tidak digunakan dalam percobaan ini.

Langkah pertama asam asetat dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp sampai berubah warna dari

bening menjadi merah muda. Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar massa asam asetat total yang akan

terdistribusi pada pelarut organik dan air.

Langkah berikutnya, asam asetat diekstraksi dengan mencampurkan pada pelarut organik seperti kloroform, dan CCl4.

Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua fasa tersebut tidak saling campur. Campuran ini kemudian dikocok beberapa

menit, sehingga mengakibatkan terjadinya distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa air. Fungsi pengocokan disini

untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa.

Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Pada

pelarut kloroform, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan atas, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam

pelarut kloroform berada pada lapisan bawah. Pada pelarut CCl4, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan atas,

Page 3: 75198020-kimfis-zarut

sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut CCl4 berada pada lapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat

jenis pelarut organik dengan berat jenis air.

Larutan asam asetat yang larut dalam air (lapisan airnya) diambil, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan indikator

pp. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai

berikut :

Secara teknik, faktor pengocokan sangat penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu larutan organik pada pelarut

organik dan air yang tidak saling campur. Selain itu, temperatur juga mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus

dilakukan pada tempertur konstan.

Massa asam asetat (CH3COOH) sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan 0,1362 g berturut-turut pada pelarut

organik yang berbeda yaitu kloroform, dan CCl4. Hal ini menunjukkan, semakin kecil Kd yang dihasilkan akan diperoleh massa

zat sisa terlarut pada pelarut air yang besar.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1. Teknik pemisahan dua campuran yang tidak saling campur didasarkan pada metode ekstraksi cair-cair tidak kontinyu,

dimana kelarutan spesi zat terlarut dalam sistem organik-air tergantung pada kedua jenis pelarut.

2. Teknik pemisahan dua campuran yang tidak saling campur digunakan untuk proses pemisahan suatu cairan organik dari

suatu campuran (pelarut organik dan air).

3. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam fasa pelarut organik dengan konsentrasi terlarut

dalam air.

4. Koefisien distribusi (Kd) pada kloroform (CHCl3) adalah sebesar 0,1075 dan koefisien distribusi pada karbon tetraklorida

(CCl4) adalah sebesar 0,044.

5. Massa asam asetat (CH3COOH) sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan 0,1362 g berturut-turut pada pelarut

organik yang berbeda yaitu kloroform dan CCl4.

6. Semakin kecil Kd yang dihasilkan akan diperoleh massa zat sisa terlarut pada pelarut air yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Page 4: 75198020-kimfis-zarut

Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

C. DASAR TEORIEkstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur.Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus: dengan KD adalah koefisien distribusi, [X]o adalah konsentrasi solut pada pelarut organik [X]a adalah konsentrasi solut pada pelarut air.Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan.Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air).

DAFTAR PUSTAKAAzizah Utiya, dkk. 2003. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-enam). Jakarta: Erlangga.Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.

Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat terlarutdalam dua pelarut yg tidak bercampur.

Faktor-faktor utama yg perlu dpertimbangkan dalamekstraksi khususny ekstraksi cair-cair:

-Polaritas senyawa dan pelarut organik.Dalam ekstraksi cair-cair biasany digunakan pelarutorganik polar dan non polar, sesuai hukum like disolvelike karena senyawa yg bersifat polar hanya akan larutdalam pelarut yg bersifat polar demikian sebaliknya.Sehingga dengan adany perbedaan polaritas dr pelarutyg digunakan diharapkan terjadi distribusi senyawadari zat terlarut k dalam masing-masing pelarut ygsesuai dgn tingkat kepolarannya (terjadi pemisahan ygselektif)hingga mencapai kesetimbangan.

-Volatilitas (tingkat penguapan) senyawa (klo senyawayg akan diekstrak dketahui).Untuk menentukan pelarut dgn titik didih yg sesuai,dan mengatur suhu ekstraksi seandainy dilakukan prosespemanasan ato pemekatan sehingga dpt diantisipasitrjadiny penguapan berlebih ato rusakny senyawa.

Metode yg dapat digunakan:-Maserasi-Ekstraksi menggunakan corong pisah-Ekstraksi Soxhlet

Page 5: 75198020-kimfis-zarut

EkstraksiEkstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan menghilangkan pengotor yang larut dari campuran. Berdasarkan hal di atas, maka prinsip dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Perbandingan distribusi ini disebut koefisien distribusi (K).

K = konsentrasi zat terlarut dalam pelarut pertama dibagi konsentrasi zat terlarut dalam pelarut kedua

LITERATURE REVIEW Extraction mixtures is a technique in which a solution (usually in water) made contact with a second solvent (usually organic), which in essence is not tercampurkan with the first, and causing the displacement of one or more solutes (solutes) into the second solvent it. For a solute A is distributed between the two phases do not tercampurkan a and b, the law of distribution (or partition) Nernst stated that the original state of the same molecule in both the liquid and the temperature is constant: Where KD is a constant, known as the coefficient of distribution (or partition coefficient) (Basset, 1994). Distribution or partition law can be formulated: if a solute is distributed between two solvents which can not be mixed, then at a constant temperature for each species of molecules have a constant distribution of the ratio between the two solvents, and the ratio of this distribution does not depend on the species any other molecules that may exist. The price of the ratio change with the nature of the solvent, the nature of the solute, and temperature (Svehla, 1990). This law is in the form of simple, does not apply if the species are distributed that have dissociation or association in any of these phases. In the practical application of this solvent extraction, especially if we consider the fraction of total solute in phase one or the other, no matter how the ways dissociation, association or interactions with other species species-soluble. For convenience, introduced the term of the ratio of distribution of D (or the extraction coefficient E). Where is the symbol of the CA state concentration of A in all its forms as determined analytically (Basset, 1994). Partitioning of dissolved substances between two fluids that can not be mixed offers many interesting possibilities for analytical separation. When a solute divided itself between two liquids that can not be mixed, there is a definite relationship between the concentration of solutes in two phases at equilibrium. A solute will divide itself between the two zairan that can not be mixed. Such that the ratio of konsentrasai at equilibrium is constant at a given temperature. Where: Wn = W grams of solute remaining after n times of extraction W = W grams of solute initially V = V ml solution of phase 1 D = the ratio of distribution S = S ml of another solvent phase 2 which is not intermingled with the phase 1 n = n times the extraction This shows that the extraction of small and perfect if S n is large. So the good results obtained with a relatively large amount of extraction solvent and a small amount (Khopkar, 1990). B. Discussion Based on the Nernst law, if a solution (in water) containing organic substance A is left in contact with organic solvents immiscible with water, then substance A will be distributed both into the water layer (water phase) and the organic layer (organic phase). Where at the time of equilibrium occurs, the ratio of solute concentration in the second phase A is expressed as Kd values or distribution coefficient (partition) with a comparison concentration of solute A in the second organic phase-water is at a constant temperature. -Liquid-liquid extraction was continuous or can be called a gradual extraction is the most simple, inexpensive and frequently used for analytical separation. Gradual extraction best used if the comparison of the distribution. Separator which is used in the extraction step is a separator funnel. It is very easy, simply by adding a solvent that is of carrier solvent does not mix with the original, then do shuffle so that an equilibrium concentration of substances that will be extracted in the second layer. Once formed two layers, the mixture is separated to analyze the content of solute concentration. Perfection extraction depends on the number of extractions performed. The more often we melakuka extraction, the more solute is distributed on one and getting a perfect solvent cleaning process. The amount of solvent used for each time extracting too little, so that when Terliht amount of solvent for extraction is not too large for extraction of achieved perfection. Good results obtained with a relatively large number of extraction with a small amount of solvent. Organic compounds, such as in this experiment used acetic acid generally prefer relatively more soluble in organic solvents than in water, so that the organic compounds easily separated from the mixture containing water or a solution. Method of determining the

Page 6: 75198020-kimfis-zarut

distribution coefficient of acetic acid is done by determining the concentration of acetic acid good within the aqueous phase and organic phase. Organic solvents used in this experiment is chloroform, and organic solvent CCl4 while benzene is not used in this experiment. The first step of acetic acid titrated with NaOH 0.1 N using pp indicators to change color from clear to pink. Titration was aimed to find out how much total mass of acetic acid that will be distributed in an organic solvent and water. The next step, acetic acid was extracted by mixing in organic solvents such as chloroform, and CCl4. When inserted into the funnel, the two phases are not mutually interfere. This mixture was then shaken several minutes, resulting in the distribution of acetic acid into the organic phase and water phase. The function shuffle here to enlarge the surface area to assist the process of distribution of acetic acid in both phases. After equilibrium is reached on separating funnel, mixed and then left in place and formed two layers. In the solvent chloroform, acetic acid dissolved in water will be in the top layer, while the acetic acid solution which dissolves in chloroform at the lower levels. In CCl4 solvent, acetic acid dissolved in water will be in the top layer, while the acetic acid solution dissolved in the solvent CCl4 at the lower levels. This occurs because of differences in density of the organic solvent by weight of water. Acetic acid solution that dissolves in water (water layer) is taken, then titrated with 0.1 N NaOH and indicators pp. At the titration end point color change from clear to pink. The reaction is as follows: Technically, shuffle is very important factor and influence the distribution process on an organic solution of organic solvent and water are not mutually interfere. In addition, temperature also affects the extraction process, because the extraction must be performed on tempertur constant. The mass of acetic acid (CH3COOH) remaining in the solvent water amounted to 0.284 g and 0.1362 g respectively in different organic solvents namely chloroform, and CCl4. This shows, the smaller the Kd the resulting mass will be obtained residual substances dissolved in the solvent water is great. VI. CONCLUSION The conclusion that can be drawn from this experiment are: 1. Mechanical separation of two mixtures that do not interfere with each other based on liquid-liquid extraction method is not continuous, where the solubility of the solute species in the organic-water system depends on both types of solvent. 2. Mechanical separation of two mixtures that do not interfere with each other is used for the separation of a mixture of an organic liquid (organic solvent and water). 3. Distribution coefficient is the ratio of solute concentration in phase with the concentration of organic solvent dissolved in the water. 4. Distribution coefficient (Kd) in chloroform (CHCl3) amounted to 0.1075 and the coefficient distribution in carbon tetrachloride (CCl4) amounted to 0.044. 5. The mass of acetic acid (CH3COOH) remaining in the solvent water amounted to 0.284 g and 0.1362 g respectively in different organic solvents namely chloroform and CCl4. 6. The smaller the Kd the resulting mass will be obtained residual substances dissolved in the solvent water is great. REFERENCES Arsyad, M. N. 1997. Chemical Dictionary Meaning and Explanation of Terms. Gramedia. Jakarta. Basset, J. et al. 1994. Vogel Textbook Quantitative Analysis of Inorganic Chemistry. Medical Book Publisher EGC. Jakarta. Khopkar, S. M. 1990. Basic Concepts of Analytical Chemistry. University of Indonesia Press. Jakarta. Svehla, G. 1985. Qualitative Inorganic Analysis Textbook of Micro and Semimikro. PT. Kalman Media Reader. Jakarta. Underwood, A. L and A. Day R. 1990. Quantitative Chemical Analysis Fifth Edition. Publisher. Jakarta. C. BASIC THEORY Solvent extraction involves the distribution of a dissolved substance (solute) between two liquid phases are not intermingled. Extraction technique is very useful for rapid and clean separation of both organic and inorganic substances. In general, extraction is the process of withdrawal from the solution of a substance dissolved in the water by a solvent that can not be mixed. According to the Nernst distribution law, if the two are not mutually mixed solvent that can dissolve solutes included in the second solvent, the solute distribution will occur with a certain ratio. Both solvents are generally organic solvents and water. Solute will be distributed in practice by itself into the two solvent after shaking and allowed to separate. Comparison of solute concentration in both solvent remains and is a constant at fixed temperature. Constants are called constants of distribution or distribution coefficient, expressed by the formula: with KD is the distribution coefficient, [X] o is the concentration of solutes in organic solvents [X] a is the concentration of solutes in water solvent. Iodine can dissolve in water and also in chloroform. However, the difference in solubility in both solvents is quite large. By extracting a solution of iodine in the water into the chloroform, calculate the initial and residual concentration of iodine in water by titration, the iodine concentration can be obtained in both solvents, so that the distribution coefficient of iodine in chloroform-water system can be determined. For the purposes of chemical analysis of the ratio of distribution (D) would be more meaningful than the distribution coefficient (KD). State distribution ratio of the ratio of total concentration of solutes in an organic solvent (organic phase) and solvent water (water phase). REFERENCES Utiya Aziz, et al. 2003. Practical Guide Teaching Basic Chemical Separation. Delhi: Department of Chemistry Unesa. JR. Day R A and Underwood. 2002. Quantitative Chemical Analysis (sixth edition). London: Erland. Soebagio, et al. 2005. Analytical Chemistry II. Malang: State University of Malang. The basic principle of extraction is of solute distribution in which two immiscible solvents.

Page 7: 75198020-kimfis-zarut

The main factors which need to be dpertimbangkan in khususny extraction liquid-liquid extraction: -Polarity compounds and organic solvents. In liquid-liquid extraction solvent used biasany polar and non polar organic, according to the law like disolve like because who are polar compounds will only dissolve in which a polar solvent and vice versa. So with adany difference dr solvent polarity in use is expected that the distribution of compounds k of the solute in each solvent reply in accordance with the level of polarity (the separation of a distinguished selective) to reach equilibrium. -Volatility (evaporation rate) compound (compound klo which will be extracted dketahui). To determine which solvent with a boiling point appropriate, and regulate the temperature of the extraction process seandainy ato heating concentrated so interchangeable anticipated excessive evaporation trjadiny ato rusakny compounds.

Methods which can be used: -Maceration -Extraction using a separating funnel Soxhlet-Extraction Extraction Extraction is the process of withdrawal of a substance with a solvent. Extraction involves the distribution of a dissolved substance (solute) between two liquid phases are not intermingled. Extraction technique is very useful for rapid and clean separation, whether for organic or inorganic substances, for the analysis of macro and micro. In addition to the interests of chemical analysis, extraction is also widely used for preparative work in the field of organic chemistry, biochemistry, and inorganic in the laboratory. The instrument used a separating funnel (the simplest), soxhlet extraction tool, to the most complicated form of counter-current instrument Craig. In general, extraction is the process of withdrawal from the solution of a substance dissolved in the water by a solvent that does not mix with water. The aim of extraction is to separate a component from the mixture with a solvent. Solvent extraction process used for separating and insulating materials from other substances occurring in nature, for the insulation materials that do not dissolve and eliminate impurities from the solution that dissolves the mixture. Based on the above, then the basic principle of extraction is the separation of a substance based on the comparison of the distribution of substances that are dissolved in two solvents that do not dissolve each other. Comparison of this distribution is called the distribution coefficient (K).

K = concentration of solutes in the first solvent divided by the concentration of solutes in the second solvent