75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
-
Upload
volumee-kacau -
Category
Documents
-
view
256 -
download
1
Transcript of 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
![Page 1: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/1.jpg)
RETORIKA PRAGMATIK PENGGUNAAN TINDAK TUTUR DALAM DISKUSI
SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SINGARAJA
oleh
Made Ellinawati, NIM 0712011052
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) fungsi retorika pragmatik
penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja dan (2)
komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Singaraja. Untuk mencapai tujuan itu, penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 4
Singaraja. Objek penelitian adalah tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA Negeri 4
Singaraja. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan perekaman, observasi dan
wawancara. Perekaman tersebut untuk mendapatkan data fungsi dan komposisi retorika
pragmatik penggunaan tindak tutur siswa. Observasi dan wawancara dilakukan untuk
melengkapi data hasil perekaman. Perekaman yang dilakukan memperoleh hasil bahwa
fungsi dan komposisi tuturan siswa bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Observasi dan
wawancara memperoleh hasil bahwa fungsi tindak tutur selalu sejalan dengan fungsi retorika
tuturan tersebut. Teknik analisis data melalui prosedur sebagai berikut: (1) pengumpulan
data, (2) klasifikasi, dan (3) penyimpulan. Hasil penelitian ini adalah (1) fungsi retorika
pragmatik (FRP) tindak direktif dan asertif bervariasi, sesuai dengan peran siswa dalam
diskusi kelas (sebagai moderator, penyaji, atau peserta). Hal itu menunjukkan bahwa FRP
siswa dalam diskusi kelas mempunyai karakteristik tersendiri sesuai dengan peran siswa. (2)
Komposisi retorika pragmatik penggunaan (KRPP) tindak tutur siswa cukup bervariasi.
Dalam hal ini, KRPP tindak tutur siswa dapat dibedakan atas KRPP tindak tutur direktif dan
asertif. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, dapat disampaikan saran sebagai berikut: Guru,
siswa dan calon guru, dengan retorika pragmatik penggunaan tindak tutur siswa dalam diskusi,
akan lebih mengenal siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, kemudian siswa mampu
merefleksi diri dan melakukan perbaikan jika terdapat kekurangan dalam retorika pragmatik
penggunaan tindak tutur mereka; dan bagi peneliti berikutnya isu mengenai penggunaan
![Page 2: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/2.jpg)
retorika pragmatik yang selama ini luput dari perhatian sangatlah menarik untuk dikaji.
Kata kunci: retorika, pragmatik, tindak tutur.
UTILIZE PRAGMATIC RHETORIC OF SPEECH IN DISCUSSION AT FIRST
GRADE STUDENTS OF SMA NEGERI 4 SINGARAJA
by
Made Ellinawati, NIM 0712011052
Major in Education of Language and Indonesian Literature
Faculty of Language and Art
ABSTRACT
This research aimed at describing (1) the utilize pragmatic rhetoric function of speech
in discussion at first grade students of SMA Negeri 4 Singaraja and (2) the composition of
utilize pragmatic rhetoric of speech in discussion at first grade students of SMA Negeri 4
Singaraja. The researcher used descriptive qualitative form to get the purposes of the
research. The subject of this research were the first grade students of SMA Negeri 4
Singaraja. The object of this research was speech in discussion at first grade students of SMA
Negeri 4 Singaraja. The data were collected by using recorder, observation, and interview.
The recorder would be used in this research for gathering the data of the function and
composition of utilize pragmatic rhetoric of students’ speech. Observation and interview were
carried out to complete the data from recording. The technique of the data analysis used three
procedures, they are: (1) data collected, (2) classified, (3) concluded. The results of this
research were (1) the pragmatic rhetoric function is not directive and asertive variated with
the student’s duty in the class discussion (as moderator, speaker, or participant). (2) the
composition of utilize pragmatic rhetoric of students’ speech was variated enough. Based on
the result of the research itself, it could be suggested that the theacher, student, and applicant
of teacher with the untilize pragmatic rhetoric of students’ speech in discussion would be
more effective to know the active student in the teaching and learning process, then the
student could be reflected themselve to improved their ability in their untilize pragmatic
rhetoric of students’ speech; and for the future reseracher, the forgotten accidentally issued of
![Page 3: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/3.jpg)
1
pragmatic rhetoric untilize is very interesting in research.
Key words: rhetoric, pragmatic, speech.
1. Pendahuluan
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
manusia serta menjadi penunjang keberhasilan dalam mempelajari segala bidang kehidupan,
baik di sekolah maupun dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, peran pengajaran
bahasa di sekolah-sekolah harus dapat membantu seseorang mengenal dirinya, budayanya,
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan untuk dapat berpartisipasi
dalam aktivitas interaksi sosial sehari-hari, termasuk dalam aktivitas atau kegiatan
pembelajaran di sekolah itu sendiri.
Dalam realitas aktivitas interaksi sosial sehari-hari, ada kalanya seseorang dituntut
untuk menata tuturan agar ide atau gagasannya dapat dipahami, diterima, bahkan diikuti
orang lain sebagai lawan bicara. Secara bersamaan dengan hal itu, seseorang juga dituntut
untuk menata tuturan agar terjalin hubungan sosial yang baik, kerja sama, saling pengertian
satu sama lain, dan tercipta kedamaian. Hal itu menunjukkan bahwa interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang berupaya memperhatikan dan menggunakan retorika yang
oleh Keraf (2009:1) dikatakan sebagai teknik atau seni pemakaian bahasa yang didasarkan
pada suatu pengetahuan yang tersusun baik. dan fungsi retorika yang menurut Hill (dalam
Sudiana, 2007: 25), adalah untuk (1) memberi informasi kepada orang kebanyakan, (2)
meyakinkan, (3) menegakkan kebenaran, dan keadilan dan (4) mempertahankan diri dari
ketidakadilan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam retorika, ada upaya untuk menata
tuturan agar terjalin hubungan sosial yang baik, kerja sama, saling pengertian satu sama lain,
dan tercipta kedamaian. Upaya menata tuturan seperti itu menunjukkan bahwa dalam retorika
atau seni pemakaian bahasa, penutur berupaya menyampaikan maksud sesuai dengan
informasi, ide, dan sebagainya dengan memperhatikan konteks interaksi, yaitu situasi saat itu
(formal, tidak terlalu formal, atau informal), lawan bicara, tempat, dan waktu berbicara. Hal
itu berarti pula bahwa dalam menggunakan retorika, penutur selalu berupaya memperhatikan
faktor-faktor pragmatik sebagaimana dijelaskan dalam KBBI (1993: 177) bahwa pragmatik
berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya bahasa yang digunakan
dalam komunikasi.
Retorika atau seni pemakaian bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor pragmatik
![Page 4: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/4.jpg)
dapat dikatakan sebagai retorika pragmatik. Terkait dengan hal itu, retorika tekstual
pragmatik berkaitan dengan prinsip kerja sama dan retorika interpersonal pragmatik berkaitan
dengan prinsip kesantunan (Wijana 1996:56 ). Dalam hal ini, wujud retorika tekstual
pragmatik adalah penggunaan tuturan berdasarkan prinsip kerja sama yang pada intinya
berkaitan dengan penggunaan tuturan dengan kata-kata bermakna lugas, langsung, dan
mudah dipahami agar penggunaan bahasa itu efektif dan efisien sehingga tidak menghabiskan
waktu lawan tutur. Sementara itu, wujud retorika interpersonal pragmatik adalah penggunaan
bahasa dengan memperhatikan prinsip kesopanan untuk menjalin hubungan baik atau
harmonis sehingga terhindar dari konflik, terjalin kerja sama, terjalin saling pengertian
sehingga komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat tetap berlangsung.
Dalam retorika pragmatik atau seni pemakaian bahasa dengan memperhatikan faktor-
faktor pragmatis, pemakaian bahasa diwujudkan dengan penggunaan tuturan dalam konteks
interaksi. Tuturan yang digunakan partisipan tutur dalam konteks interaksi itu dapat
dipandang sebagai tindak tutur. Richard (1995:6) menjelaskan bahwa dalam kaitannya
dengan kegiatan bertutur sebagai aktivitas komunikasi, kegiatan bertutur adalah suatu
tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap kegiatan bertutur
atau kegiatan menggunakan tuturan terjadi tindak tutur. Hakikat tindak tutur itu adalah
maksud tuturan sebagai tindakan yang dinyatakan dengan tuturan. Tindak tutur merupakan
unit terkecil aktivitas bertutur (percakapan atau wacana) yang terjadi dalam interaksi sosial.
Tindak tutur mempunyai fungsi. Fungsi tindak tutur itu tercermin pada maksud
tuturan (Leech, 1983:176). Fungsi tindak tutur antara lain, seperti memberikan informasi,
memerintah, bertanya, dan sebagainya. Wijana (1986:28) mengisyaratkan bahwa tindak tutur
dapat diwujudkan dengan tuturan bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif langsung
atau tidak langsung dengan makna literal atau tidak literal.
Aktivitas atau kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya berlangsung
dalam bentuk diskusi, baik diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Hal itu dilakukan guru
sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki
pembelajaran kontekstual. Sebagaimana dikatakan Muslich (2008:49) bahwa berdasarkan
pemahaman, karakteristik, dan komponen pembelajaran kontekstual, para ahli membedakan
strategi pembelajaran kontekstual menjadi beberapa macam, yaitu antara lain sebagai berikut:
(1) pembelajaran berbasis masalah, (2) pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
siswa, (3) pembelajaran melalui aktivitas kelompok, (4) pembelajaran dengan aktivitas
belajar mandiri, (5) pembelajaran dengan aktivitas bekerja sama dengan anggota masyarakat,
dan pembelajaran dengan menerapkan penilaian autentik.
![Page 5: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/5.jpg)
Dalam diskusi sebagai salah satu aktivitas pembelajaran di kelas, siswa dituntut untuk
saling berbagi pendapat. Dalam hal ini, ada siswa yang menyampaikan pendapat, pikiran,
gagasan dan ada pula menyanggah, bertanya, dan sebagainya. Dalam konteks itu, siswa
sebagai penutur dituntut untuk menggunakan bahasa secara efektif dan efisien serta
mempengaruhi atau meyakinkan lawan tutur. Kemudian mereka juga dituntut untuk
menggunakan bahasa yang sopan agar tidak menyinggung perasaan lawan tutur.
Berdasarkan kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam diskusi kelas, siswa
dituntut menggunakan retorika pragmatik dalam penggunaan tindak tutur mereka. Artinya,
dalam diskusi kelas, siswa dituntut untuk menggunakan tindak tutur atau menyatakan maksud
seperti menyampaikan pendapat, menanggapi, atau bertanya dengan tuturan dalam berbagai
bentuk (tuturan deklaratif, interogatif, dan imperatif). Dalam penggunaan tindak tutur
tersebut, siswa dituntut untuk memperhatikan prinsip kerja sama yaitu menggunakan kata-
kata bermakna lugas, langsung, dan mudah dipahami agar penggunaan tindak tutur itu efektif
dan efisien sehingga tidak menghabiskan waktu lawan tutur. Sementara itu, siswa juga
dituntut menggunakan tindak tutur dengan memperhatikan prinsip kesopanan atau kehalusan
bahasa untuk menjalin hubungan baik atau harmonis sehingga terhindar dari konflik, terjalin
kerja sama, terjalin saling pengertian sehingga komunikasi antara penutur dan mitra tutur
dapat tetap berlangsung.
Dalam konteks seperti itu, fungsi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dan
komposisi yang digunakan siswa untuk membangun retorika pragmatik penggunaan tindak
tutur dalam diskusi kelas dapat bervariasi. Dalam hal ini, retorika pragmatik penggunaan
tindak tutur siswa dapat berfungsi untuk memberikan informasi, menyampaikan pendapat,
menerima, menolak, menyanggah, dan sebagainya yang dapat sejalan dan tidak sejalan
dengan tujuan retorika, yaitu untuk (1) menebalkan kesetiaan terhadap nilai-nilai kebenaran,
(2) menciptakan disposisi bertindak atau menciptakan pendapat untuk meyakinkan atau
mempengaruhi, dan (3) menuntun orang bertindak. Kemudian hal itu dapat sesuai dan tidak
sesuai dengan fungsi retorika yang menurut Hill (dalam Sudiana, 2007: 25) adalah untuk (1)
memberi informasi kepada orang kebanyakan, (2) meyakinkan, (3) menegakkan kebenaran
dan keadilan, dan (4) mempertahankan diri dari ketidakadilan.
Selanjutnya dalam membangun komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur
dalam diskusi, siswa dapat menggunakan tuturan dalam bentuk deklaratif, interogatif, dan
imperatif dengan menggunakan pilihan bahasa dan gaya bahasa dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dasar kerja sama ataupun kesantunan yang bervariasi. Fenomena fungsi
retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dan komposisi yang digunakan siswa untuk
![Page 6: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/6.jpg)
membangun retorika pragmatik penggunaan tindak tutur siswa dalam diskusi kelas tersebut
menarik untuk diselidiki.
Pemilihan SMA Negeri 4 Singaraja sebagai latar penelitian karena sekolah tersebut
merupakan sekolah unggulan dan tergolong sekolah favorit di Kabupaten Buleleng. Dengan
predikat yang disandangnya, sekolah tersebut sudah tentu mempunyai program yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Hal itu berarti pula bahwa perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbagai bidang studi termasuk bahasa Indonesia
telah diupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan tuntutan KTSP yang berlaku di
sekolah-sekolah saat ini. Kemudian siswa yang ada di sekolah tersebut dapat dikatakan
mempunyai kemampuan di atas kemampuan siswa sekolah-sekolah yang lain. Dan lebih
penting lagi, bahwa di sekolah tersebut, pembelajaran dilakukan melalui diskusi, baik diskusi
kelompok maupun diskusi kelas. Dengan kondisi dan situasi latar seperti itu, peneliti
memungkinkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menjawab
permasalahan penelitian yang dilakukan.
Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan, terdapat dua masalah yang
dijawab dalam penelitian ini, yaitu mengenai fungsi retorika pragmatik penggunaan tindak
tutur, dan komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X
SMA Negeri 4 Singaraja. Tujuannya tiada lain adalah untuk mendeskripsikan fungsi retorika
pragmatik penggunaan tindak tutur dalam; dan untuk mendeskripsikan komposisi retorika
pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja.
Penelitian ini bermanfaat bagi Bagi guru, karena penelitian ini memberikan
sumbangan pengetahuan tentang cara-cara berbicara yang baik dan efektif untuk
memengaruhi mitra tutur dalam berdiskusi. Penelitian ini juga berguna bagi siswa. Siswa
mendapatkan masukan bahwa retorika pragmatik penggunaan tindak tutur sangat penting
diterapkan dalam diskusi kelas khususnya dan dalam pembelajaran umumnya. Bagi peneliti
berikutnya yang ingin mengkaji mengenai retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan, pedoman, informasi, atau bahan bandingan
terhadap penelitian yang dilakukan. Bagi sekolah penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman
oleh sekolah untuk membiasakan penggunaan retorika dan pragmatik saat berbicara dalam
percakapan ataupun diskusi di kelas. Dengan becermin pada hal tersebut, pihak sekolah
setidaknya dapat memutuskan penggunaan bahasa yang patut ditiru oleh siswa.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan
![Page 7: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/7.jpg)
mendeskripsikan fenomena yang berkaitan erat dengan retorika pragmatik penggunaan tindak
tutur dalam diskusi siswa.
Data penelitian yang diperoleh disajikan secara kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah (Moleong, 2007: 6). Dengan demikian, dalam rancangan penelitian ini,
peneliti menyajikan atau mendeskripsikan fenomena yang dialami subjek penelitian (siswa),
tepatnya mengenai retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X.
Dalam penelitian ini, data yang dikaji berupa percakapan guru yang berkaitan erat
dengan retorika pragmatik dalam diskusi di kelas. Oleh sebab itu, subjek dalam penelitian ini
terdiri atas siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. Objek penelitian ini, yaitu fungsi dan
komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa.
Data penelitian ini ada dua jenis, yaitu: fungsi tuturan siswa yang mengandung
retorika pragmatik dan komposisi tuturan dalam retorika pragmatik tersebut. Data pertama
dan kedua diperoleh melalui alat bantu yang berupa tape recorder. Data yang telah diperoleh
melalui tape recorder disempurnakan lagi dengan metode observasi dan wawancara dengan
alat bantu yang berupa pedoman wawancara dan lembar catatan lapangan. Instrumen utama
penelitian ini adalah peneliti sendiri karena data harus dikumpulkan, diseleksi, dan
ditafsirkan. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis deskriptif kualitatif melalui
prosedur sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) klasifikasi dan deskripsi data, dan (3)
penyimpulan data.
Dalam reduksi data, peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data melalui rekaman,
observasi, dan wawancara. Data mengenai penataan tuturan diperoleh dengan menggunakan
tape recorder, kemudian ditranskripsikan. Setelah seluruh hasil rekaman ditranskripsikan,
data diidentifikasi dan dipilih data-data percakapan yang mengandung retorika pragmatik.
Selanjutnya, data yang terkumpul diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis data. Pengkodean dalam tiap-tiap data tersebut terdiri atas kode tindak tutur
siswa (TS), retorika pragmatik (RP), kode fungsi tindak tutur (informasi,meminta,bertanya),
kode bentuk tuturan (deklaratif, interogatif, imperatif), rekaman (R), kelas (K), dan kode data
ke-n (1,2…dst). Contoh pengkodean data percakapan, yaitu TS/RP/Info/D/R1/Kx2/1 yang
artinya data percakapan itu dari tidak tutur siswa, retorika pragmatik, fungsinya memberikan
informasi,berbentuk tuturan deklaratif,pada rekaman pertama, kelas X2 dan merupakan data
pertama.
![Page 8: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/8.jpg)
Data yang dikumpulkan melalui lembar catatan lapangan dan lembar wawancara
(terlampir), dalam hal ini peneliti melakukan observasi sambil melakukan perekaman.
Lembar wawancara digunakan untuk menanyakan hal-hal yang perlu diketahui terkait dengan
retorika pragmatik penggunaan tindak tutur siswa dalam diskusi. Hasil observasi dalam
lembar catatan lapangan tersebut selanjutnya dicocokkan dengan transkrip data untuk lebih
meyakinkan peneliti mengenai data yang diperoleh dalam lembar catatan lapangan. Setelah
dilakukan kegiatan di atas, peneliti menganalisis keseluruhan data berdasarkan pedoman yang
digunakan dan mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah penelitian. Selanjutnya data
disajikan dan disimpulkan.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini mencakup dua hal, yaitu (1) fungsi retorika pragmatik dan (2)
komposisi retorika pragmatik penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Singaraja. Hal tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Fungsi Retorika Pragmatik Penggunaan Tindak Tutur
Fungsi retorika pragmatik tindak tutur adalah fungsi tindak tutur yang sejalan dengan
fungsi retorika yaitu untuk mempengaruhi lawan tutur agar pesan yang disampaikannya dapat
diterima. Secara khusus, fungsi retorika pragmatik tindak tutur dapat berupa fungsi direktif
dan asertif yang sejalan dengan fungsi retorika, yaitu: (1) memberi informasi kepada orang
kebanyakan, (2) meyakinkan, (3) mempertahankan diri dari ketidakadilan, dan (4)
menegakkan kebenaran dan keadilan. Misalnya, dalam konteks pertuturan dalam konteks
interaksi yang sedang berlangsung, tuturan yang disampaikan penutur terhadap lawan tutur
dapat mempunyai fungsi direktif yang secara pragmatik digunakan untuk meminta lawan
tutur melakukan sesuatu. Fungsi tersebut sesuai dengan fungsi retorika yaitu memperengaruhi
lawan tutur untuk memberi informasi.
b. Komposisi Retorika Pragmatik Penggunaan Tindak Tutur
Komposisi retorika pragmatik sangat bergantung pada fungsi retorika pragmatik yang
dinyatakannya. Dalam hal ini, sesuai dengan fungsi tindak tutur yang dinyatakannya,
komposisi retorika pragmatik penggunaan (KRPP) tindak tutur diwujudkan dengan bentuk
tuturan deklaratif, interogatif, dan imperatif. Bentuk-bentuk tuturan tersebut dapat
menggunakan pilihan bahasa berupa kata yang jelas, tepat, menarik (kata-kata yang langsung
menyentuh diri mitra tutur, kata-kata berona, kata-kata tindak (action words)). Bentuk-bentuk
tuturan tersebut dapat menggunakan pilihan bahasa berupa bahasa figuratif, seperti gaya
![Page 9: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/9.jpg)
bahasa pleonasme, gaya bahasa personifikasi, dan sebagainya. Dengan pilihan bahasa
tersebut, KRPP tindak tutur siswa dapat menekankan prinsip kerja sama yaitu menggunakan
kata-kata yang lugas dan langsung sehingga mudah dipahami lawan bicara dan bisa juga
menekankan prinsip kesantunan yaitu menggunakan kata-kata yang terkesan halus atau
santun agar terjalin hubungan harmonis atau hubungan baik. Hal itu dilakukan agar
bahasanya efektif, dapat menarik perhatian, meyakinkan, dan mempengaruhi mitra tutur
sesuai dengan konteks interaksi yang sedang berlangsung. Dengan demikian penggunaan
bahasa dapat mengemban fungsi retorika, yaitu: (1) memberi informasi kepada orang
kebanyakan, (2) meyakinkan, (3) mempertahankan diri dari ketidakadilan, dan (4)
menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sejalan dengan uraian di atas, KRPP tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Singaraja dapat berupa KRPP direktif dan asertif yang dikaji dalam penelitian ini.
KRPP tindak tutur tersebut diwujudkan dengan bentuk-bentuk tuturan tersendiri, yaitu
tuturan deklaratif, interogatif, atau imperatif. Sesuai dengan tindak tutur atau fungsi tindak
yang dinyatakannya, tuturan-tururan tersebut dapat menggunakan pilihan bahasa yang
menekankan prinsip kerja sama dan juga menekankan prinsip kesantunan. Hal itu terkait
dengan penggunaan bahasa yang efektif atau dapat menarik perhatian, meyakinkan, dan
mempengaruhi mitra tutur sesuai dengan konteks interaksi yang sedang berlangsung.
Kemudian penggunaan bahasa itu terkait pula fungsi retorika yang diembannya, yaitu: (1)
memberi informasi kepada orang kebanyakan, (2) meyakinkan, (3) mempertahankan diri dari
ketidakadilan, dan (4) menegakkan kebenaran dan keadilan.
c. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi retorika pragmatik (FRP) tindak
direktif dan asertif bervariasi. FRP tindak tutur tersebut dinyatakan siswa sesuai dengan
perannya dalam diskusi kelas yaitu sebagai moderator, penyaji, atau peserta. Fungsi retorika
pragmatik tindak direktif yang dinyatakan moderator meliputi fungsi meminta, bertanya,
mengizinkan. Fungsi retorika pragmatik tindak direktif yang dinyatakan penyaji, yaitu untuk
meminta, bertanya, memerintah. Kemudian fungsi retorika pragmatik tindak direktif yang
dinyatakan peserta, yaitu untuk meminta, bertanya, dan memerintah.
Fungsi retorika pragmatik tindak asertif moderator, yaitu untuk menginformasikan,
dan menerima. Fungsi retorika pragmatik tindak asertif penyaji, yaitu untuk
menginformasikan, mengemukakan pendapat, dan menolak. Fungsi retorika pragmatik tindak
asertif peserta, yaitu untuk mengemukakan pendapat, menerima, dan menolak. Penggunaan
![Page 10: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/10.jpg)
fungsi direktif dan asertif itu terkait dengan fungsi (umum) retorika, yaitu untuk (1) memberi
informasi kepada orang kebanyakan, (2) meyakinkan, (3) menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan (4) mempertahankan diri dari ketidakadilan.
FRP tindak tutur siswa dalam diskusi kelas sebagaimana diuraikan di atas bervarisi.
Bervariasinya fungsi itu disebabkan oleh kebutuhan partisipan tutur, yaitu yang berperan
sebagai moderator, penyaji, dan peserta dalam konteks diskusi di kelas saat pembelajaran
berlangsung. Fungsi tindak tutur tersebut pada prinsipnya sejalan dengan fungsi retorika. Hal
itu menunjukkan bahwa FRP tindak tutur siswa dalam diskusi kelas mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai dengan peran mereka masing-masing dalam diskusi tersebut. Hal itu sesuai
dengan yang dikatakan Brown dan Yule (1986:12) bahwa dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa pada berbagai latar, pelaku tutur pada umumnya menggunakan bahasa
sesuai dengan norma sosial yang mereka sepakati dan berkembang sesuai dengan dinamika
suasana dalam komunikasi tersebut.
Kemudian temuan penelitian di atas juga menunjukkan adanya FRP siswa dalam
diskusi kelas yang pada prinsipnya sejalan dengan fungsi retorika. Keberadaan hal itu
menunjukkan bahwa fungsi pragmatik yang dinyatakan dalam diskusi kelas, sejalan dengan
fungsi retorika pada umumnya sebagaimana diungkapkan oleh Hill (dalam Sudiana, 2007:
25) bahwa fungsi retorika adalah untuk (1) memberi informasi kepada orang kebanyakan, (2)
meyakinkan, (3) menegakkan kebenaran dan keadilan, dan (4) mempertahankan diri dari
ketidakadilan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa komposisi retorika pragmatik
penggunaan (KRPP) tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
berupa KRPP direktif dan asertif yang dikaji dalam penelitian ini. KRPP tindak tutur tersebut
diwujudkan dengan bentuk-bentuk tuturan tersendiri, yaitu tuturan deklaratif, interogatif, atau
imperatif. Sesuai dengan tindak tutur atau fungsi tindak tutur yang dinyatakannya, tuturan-
tururan tersebut dapat menggunakan pilihan bahasa yang menekankan prinsip kerja sama dan
juga menekankan prinsip kesantunan. Dalam hal ini, KRPP tindak direktif meminta dan
mengizinkan dinyatakan moderator dengan tuturan imperatif langsung. KRPP tindak direktif
memerintah dinyatakan penyaji dengan tuturan imperatif langsung. KRPP tindak direktif
meminta, bertanya, memerintah dinyatakan peserta dengan tuturan menggunakan imperatif
langsung, dan bertanya menggunakan interogatif langsung. KRPP meminta dapat juga berupa
tuturan direktif tidak langsung. KRPP tindak asertif moderator menginformasikan, dan
menerima dinyatakan moderator dengan tuturan deklaratif langsung. KRPP tindak asertif
menginformasikan, mengemukakan pendapat, serta menolak yang dinyatakan peserta dan
![Page 11: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/11.jpg)
penyaji dengan bentuk berupa tuturan deklaratif langsung. KRPP tindak tutur siswa dalam
diskusi di kelas tersebut dinyatakan dengan memperhatikan prinsip kerja sama agar pesan
yang disampaikan dapat dengan segera diterima lawan tutur; dan juga memperhatikan prinsip
kesantunan agar tidak menyinggung perasaan lawan tutur. KRPP tindak tutur yang tidak
santun hanya terbatas. Hal itu timbul karena adanya upaya siswa yang saling
mempertahankan pendapat. KRPP tersebut menggambarkan upaya mempengaruhi mitra tutur
sesuai dengan konteks interaksi yang sedang berlangsung dalam diskusi di kelas. Hal itu
sejalan dengan fungsi retorika yang diemban KRPP tersebut.
KRPP tindak tutur direktif dan asertif siswa dalam diskusi kelas sebagaimana
diuraikan di atas cukup bervariasi. KRPP tindak tutur yang bervariasi itu dinyatakan siswa
sesuai dengan tindak tutur atau fungsi tindak tutur yang dalam diskusi kelas. Misalnya, KRPP
tindak direktif meminta, bertanya, memerintah dinyatakan peserta dengan menggunakan
tuturan imperatif langsung, dan bertanya menggunakan interogatif langsung; dan KRPP
tindak asertif moderator menginformasikan, dan menerima dinyatakan moderator dengan
tuturan deklaratif langsung. Hal itu menunjukkan bahwa KRPP tindak tutur siswa selalu
dinyatakan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan partisipan tutur sebagaimana yang dikatakan
Wijana (1986:28) bahwa tindak tutur dapat diwujudkan dengan tuturan bermodus deklaratif,
interogatif, dan imperatif langsung atau tidak langsung dengan makna literal atau tidak literal.
KRPP tindak tutur siswa juga dinyatakan dengan memperhatikan prinsip kerjasama
dan prinsip kesantunan. Hal itu sesuai juga dengan yang dikatakan oleh Leech (1995:15-16)
bahwa prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan pada umumnya beroperasi secara bersama-
sama, dan berbeda dalam kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat bahasa berbeda, dalam
situasi sosial berbeda, kelas sosial berbeda, dan sebagainya. Adanya kenyataan seperti itu
menunjukkan bahwa dalam diskusi kelas, penggunaan KRPP tindak tutur tidak hanya
memperhatikan prinsip kerjasama yaitu prinsip penggunaan bahasa dengan menggunakan
tuturan langsung, lugas, dan jelas agar mudah dipahami lawan tutur, tetapi juga
memperhatikan prinsip kesantunan, yaitu prinsip penggunaan tuturan yang halus atau sopan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil yang diperoleh tadi didukung oleh hasil
penelitian Mardana (2009) yang menyatakan bahwa komposisi retorika yang dilakukan oleh
dalang Cenk Blonk juga memerhatikan; (1) pemilihan ragam bahasa; (2) pemilihan materi
bahasa; (3) penataan materi bahasa; (4) pemilihan gaya berbahasa; dan (5) pemanfaatan sor
singgih.
4. Penutup
![Page 12: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/12.jpg)
Berdasarkan masalah yang yang diajukan, hasil kajian terhadap retorika pragmatik
penggunaan tindak tutur dalam diskusi siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja dapat
disimpulkan sebagai berikut. Fungsi retorika pragmatik (FRP) tindak direktif dan asertif
bervariasi sesuai dengan peran siswa dalam diskusi kelas yaitu sebagai moderator, penyaji,
atau peserta. Fungsi retorika pragmatik tindak direktif yang dinyatakan moderator meliputi
fungsi meminta, bertanya, mengizinkan. Fungsi retorika pragmatik tindak direktif yang
dinyatakan penyaji dan peserta, yaitu untuk meminta, bertanya, memerintah. Fungsi retorika
pragmatik tindak asertif moderator, yaitu untuk menginformasikan, dan menerima. Fungsi
retorika pragmatik tindak asertif penyaji, yaitu untuk menginformasikan, mengemukakan
pendapat, dan menolak. Fungsi retorika pragmatik tindak asertif peserta, yaitu untuk
mengemukakan pendapat, menerima, dan menolak. Hal itu sejalan dengan fungsi retorika
yang diembannya.
Komposisi retorika pragmatik penggunaan (KRPP) tindak tutur dalam diskusi siswa
kelas X SMA Negeri 4 Singaraja diwujudkan dengan tuturan deklaratif, interogatif, dan
imperatif. Dalam hal ini, KRPP tindak tutur siswa dapat dibedakan atas KRPP tindak tutur
direktif dan asertif. KRPP tindak direktif dinyatakan moderator, penyaji, peserta dengan
tuturan imperatif, interogatif langsung. KRPP meminta dapat juga berupa tuturan direktif
tidak langsung. KRPP tindak asertif moderator menginformasikan, dan menerima dinyatakan
dengan tuturan deklaratif langsung. KRPP tindak asertif menginformasikan, mengemukakan
pendapat, serta menolak yang dinyatakan peserta dan penyaji dengan bentuk berupa tuturan
deklaratif langsung. KRPP tindak tutur siswa dalam diskusi di kelas tersebut dinyatakan
dengan memperhatikan prinsip kerja sama dan juga memperhatikan prinsip kesantunan agar
tidak menyinggung perasaan lawan tutur. Kalaupun ada yang tidak santun hanya terbatas
yang timbul karena adanya situasi saling mempertahankan pendapat.
Berdasarkan simpulan-simpulan di atas, peneliti perlu menyampaikan beberapa saran
kepada para ahli diharapkan dapat menciptakan teori baru terkait retorika pragmatik tentang
penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas. Teori-teori tersebut tentu sangat bermanfaat
bagi guru untuk dijadikan masukan dalam menjalankan profesi mereka terutama dalam
menyusun pedoman dan melaksanakan diskusi dalam pembelajaran di kelas.
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh siswa, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Berdasarkan hasil penelitian ini, siswa mendapatkan masukan bahwa retorika
pragmatik penggunaan tindak tutur sangat penting diterapkan dalam diskusi kelas khususnya
dan dalam pembelajaran umumnya. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan oleh peneliti berikutnya yang ingin mengkaji retorika pragmatik penggunaan
![Page 13: 75183054 Retorika Pragmatik an Tindak Tutur Dalam Diskusi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073117/55721139497959fc0b8e9a0f/html5/thumbnails/13.jpg)
tindak tutur. Dalam hal ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan, pedoman, informasi,
atau bahan bandingan terhadap penelitian yang mereka lakukan.
5. Daftar Pustaka
Abdilah,Pius dkk. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Arkola.
Keraf,Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Leech Geoffry.1996. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh MDD Oka. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Mardana, I Wayan. 2009. Retorika Ragam Tutur Dalang Nardayana, Pertunjukan Wayang
Kulit Cenk Blonk (Kajian pada Lakon Kumbakarna Lina). Penelitian (tidak
diterbitkan). Denpasar: Institus Seni Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika Bertutur Efektif. Sidoarjo: AP Asri Press.
Sumarsono. 2007. Pragmatik. Buku Ajar (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha.
Wijana, I Dewa Pt. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI