738

105
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A MTsN KALIANGKRIK TAHUN PELAJARAN 2004 – 2005 PADA POKOK BAHASAN BANGUN SEGIEMPAT DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING Sripsi Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : SITI KOTIJAH NIM : 4102903102 Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

Transcript of 738

Page 1: 738

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VII A MTsN KALIANGKRIK

TAHUN PELAJARAN 2004 – 2005

PADA POKOK BAHASAN BANGUN SEGIEMPAT

DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING

Sripsi

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : SITI KOTIJAH

NIM : 4102903102

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

Page 2: 738

9

PENGESAHAN

Skripsi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTsN Kaliangkrik

Tahun Pelajaran 2004 –2005 pada Pokok Bahasan Bangun Segiempat

dengan Metode Penemuan Terbimbing

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : ……………………………….

Tanggal : ……………………………….

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Kasmadi IS., M.S. Drs. Supriyono, M.Si.

NIP. 130781011 NIP. 130815345

Pembimbing Utama, Ketua Penguji,

Drs. Zaenuri M.,SE,M.Si,Akt Drs. Suhito, M.Pd.

NIP. 131785185 NIP. 130604210

Pembimbing Pendamping, Anggota Penguji,

Isnarto, S.Pd, M.Si. Drs. Zaenuri M.,SE,M.Si,Akt

NIP. 132092853 NIP. 131785185

Anggota Penguji,

Isnarto, S.Pd, M.Si.

NIP. 132092853

Page 3: 738

10

ABSTRAK

Hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun segiempat di MTsN

Kaliangkrik belum mencapai batas ketuntasan belajar yang diharapkan, hal ini

dimungkinkan karena penggunaan metode yang tidak tepat. Untuk mengatasi

penggunaan metode yang kurang tepat tersebut, maka dalam penelitian

tindakan kelas ini digunakan metode penelitian terbimbing yang menekankan

pada partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa MTsN Kaliangkrik kelas VII A tahun pelajaran 2004-2005

pada pokok bahasan bangun segiempat dengan menggunakan metode

penemuan terbimbing.

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik,

seorang guru matematika kelas VII A, dan seorang pengamat. Penelitian

dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian mencapai tolok ukur

keberhasilan penelitian setelah dilaksanakan siklus III, dengan nilai rata-rata

siswa mencapai 7,25 dan ketuntasan belajar 68,42%.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

Penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan segiempat di kelas VII A MTsN Kaliangkrik.

Sehingga disarankan agar dalam mengajar pokok bahasan segiempat

sebaiknya menggunakan metode penemuan terbimbing.

Page 4: 738

11

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang

memberikan (hartanya di jalan Alloh) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya

pahala yang terbaik (syurga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan

yang mudah.

(Q.S. Al lail: 5-7)

Abu Hurairah ra. Berkata: Rosululloh saw bersabda, “Siapa yang berjalan disuatu

jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, Alloh akan memudahkan baginya jalan

ke syurga”.

(HR. Muslim)

Skripsi ini ku persembahkan kepada.

1. Bapak dan ibuku tercinta.

2. Mas Amin dan Mbak Us sekeluarga.

3. Semua sahabat yang telah mendukungku.

Page 5: 738

12

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan pada Alloh SWT, atas segala

limpahan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya, sehingga penulis diberi kekuatan

untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTsN

Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2004 – 2005 pada Pokok Bahasan Bangun

Segiempat dengan Metode Penemuan Terbimbing merupakan salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Strata I, untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan, namun

alhamdulillah berkat pertolongan Alloh, bimbingan Dosen Pembimbing dan

dorongan semua sahabat, maka kesulitan dapat diatasi. Untuk itu sudah

sepantasnya bila penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarbya

kepada:

1. Dr. H. A. T. Soegito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika.

4. Drs. Zaenuri M., SE, M.Si, Akt, sebagai dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Isnarto, S.Pd, M.Si., sebagai dosen Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

Page 6: 738

13

6. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., sebagai dosen wali PMPD senter Magelang yang

telah memberikan bantuan dan dorongan moril.

7. Bapak dan Ibu dosen jurusan Matematika yang telah memberikan bekal dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Bapak, Ibu, dan mas serta mbakyu-ku sekeluarga, yang telah memberikan

bantuan, doa, dorongan semangat, dan perhatian.

9. Sahabat-sahabatku seperjuangan, atas semua dorongan, saran dan kritiknya,

serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, dan masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya, dan mahasiswa pada khususnya.

Semarang, Agustus 2005

Penulis

Page 7: 738

14

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

ABSTRAK………………………………………………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v

DAFTAR ISI………………………………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1

B. Permasalahan………………………………………………. 4

C. Penegasan Istilah………………………………………….. 4

D. Tujuan Penelitian………………………………………….. 5

E. Manfaat Penelitian………………………………………… 5

F. Sistematika Skripsi………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN………. 7

A. Tinjauan Kepustakaan…………………………………….. 7

B. Kerangka Berpikir…………………………………………. 26

C. Hipotesis Tindakan………………………………………… 27

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………… 28

A. Lokasi Penelitian………………………………………….. 28

Page 8: 738

15

B. Subyek Penelitian…………………………………………. 28

C. Prosedur Penelitian……………………………………….. 28

D. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data………………... 49

E. Tolok Ukur Keberhasilan…………………………………. 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………. 51

A. Hasil Penelitian……………………………………………. 51

B. Pembahasan……………………………………………….. 52

BAB V PENUTUP……………………………………………………. 57

A. Simpulan …………………………………………………. 57

B. Saran………………………………………………………. 57

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 58

LAMPIRAN……………………………………………………………… 59

Page 9: 738

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Lembar Pengamatan Pembelajaran untuk Guru……………. 59

Lampiran 2: Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa…………………………60

Lampiran 3: Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran…………… 61

Lampiran 4: Daftar Pembagian Kelompok Siklus I……………………… 62

Lampiran 5: Rencana Pembelajaran Siklus I…………………………….. 63

Lampiran 6: Lembar Kerja Siswa Siklus I……………………………….. 73

Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Siklus I………………………………………. 76

Lampiran 8: Butir Soal Evaluasi Siklus I………………………………… 78

Lampiran 9: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus I..………… 81

Lampiran 10: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus I oleh Siswa …………. 83

Lampiran 11: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus I …….. 84

Lampiran 12: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I ………………… 85

Lampiran 13: Analisis Daya Serap Siklus I..……………………………… 86

Lampiran 14: Daftar Pembagian Kelompok Siklus II…..………………… 87

Lampiran 15: Rencana Pembelajaran Siklus II..………………………….. 88

Lampiran 16: Lembar Kerja Siswa Siklus II..…………………………….. 97

Lampiran 17: Kisi-kisi Soal Siklus II………………………………………103

Lampiran 18: Butir Soal Evaluasi Siklus II..……………………………… 105

Lampiran 19: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus II………… 107

Lampiran 20: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus II oleh Siswa..…………109

Page 10: 738

17

Lampiran 21: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus II ……. 110

Lampiran 22: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus II ………………. 111

Lampiran 23: Analisis Daya Serap Siklus II..……………………………… 112

Lampiran 24: Rencana Pembelajaran Siklus III..………………………….. 113

Lampiran 25: Lembar Kerja Siswa Siklus III..…………………………….. 122

Lampiran 26: Kisi-kisi Soal Siklus II……………………………………… 126

Lampiran 27: Butir Soal Evaluasi Siklus III..……………………………… 128

Lampiran 28: Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Siklus III………… 130

Lampiran 29: Contoh Pengerjaan Evaluasi Siklus III oleh Siswa..……….. 132

Lampiran 30: Hasil Pengamatan Pembelajaran untuk Guru Siklus III …… 133

Lampiran 31: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus III Siklus III..…… 134

Lampiran 32: Analisis Daya Serap..………………………………………. 135

Lampiran 33: Grafik Hasil Pengamatan Selama Penelitian……………….. 136

Lampiran 34: Dokumentasi Penelitian…………………………………….. 138

Page 11: 738

18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain

di dunia, terbukti dengan rendahnya mutu sumber daya manusia yang

dihasilkan oleh lembaga pendidikan, dan diperkuat dengan laporan Human

Development Indeks (HDI) tahun 2000, yang menempatkan Indonesia pada

rangking ke-109 diantara negara-negara di dunia dalam bidang pendidikan.

Bahkan mutu pendidikan di Indonesia menempati urutan satu tingkat lebih

rendah dibanding Vietnam yang baru pada tahun 1976 merdeka. Kondisi ini

sangat memprihatinkan dan perlu segera mendapatkan perhatian serius dari

semua pihak yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, sehingga

diperoleh jalan keluar yang baik, agar pendidikan di Indonesia tidak semakin

terpuruk dan tertinggal dari negara-negara lain.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara

menyeluruh, meliputi aspek pengetahuan, moral, akhlak mulia, ketrampilan,

seni dan olahraga. Semua upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

membentuk sumber daya manusia yang berkwalitas, dan mempunyai

kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

dewasa ini berkembang sangat pesat.

Page 12: 738

19

Dalam usaha menguasai IPTEK diperlukan kemampuan berpikir

yang kritis, sistematis, logis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang

efektif. Pola pikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika,

karena matematika mempunyai struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas

antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Dalam

belajar matematika siswa dituntut untuk bisa mengembangkan kemampuan

berhitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang

diperlukan dalam memecahkan masalah konstektual.

Penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat luas

cakupannya. Sebagai contoh antara lain adalah perhitungan konstruksi mesin,

perbankan, jual beli, penentuan anggaran, dan masih banyak lagi penggunaan

matematika yang lain, bahkan sampai masalah-masalah sederhana yang sering

ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu penerapan matematika yang banyak digunakan adalah

menentukan luas suatu bidang datar, sehingga pada pembelajaran metematika

di jenjang pendidikan dasar pun telah diperkenalkan cara menghitungnya,

khususnya untuk bidang datar yang beraturan. Dalam menyelesaikan masalah

ini siswa diperkenalkan dengan rumus-rumus praktis yang memudahkan siswa

dalam menghitung luas bidang tersebut.

Sesuai dengan kurikulum 1994 pembelajaran matematika pada

sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) kelas II semester gasal terdapat

materi tentang bidang segiempat beraturan, yaitu mengenai jajargenjang, belah

ketupat, layang-layang dan trapesium. Materi ini diberikan dengan harapan

Page 13: 738

20

setelah selesai mempelajarinya siswa mampu menjelaskan sifat-sifat dari

masing-masing bidang, dan dapat menghitung luas bidangnya.

Adapun metode pembelajaran yang paling umum digunakan dalam

pembelajaran matematika adalah metode ekspositori, karena dianggap sebagai

metode yang paling efektif dan efisien. Metode ekspositori adalah metode

pembelajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian

contoh soal, dan dilanjutkan dengan pemberian latihan soal.

Hasil belajar pokok bahasan jajargenjang, belah ketupat, layang-

layang dan trapesium di MTsN Kaliangkrik dua tahun terakhir ini belum

menunjukkan hasil yang memuaskan, terbukti dengan belum tercapainya batas

ketuntasan belajar (65%) dan nilai rata-rata 6,5.

Ketuntasan belajar yang tidak tercapai tersebut dimungkinkan karena

penggunaan metode ekspositori yang tidak tepat untuk materi ini. Karena

metode ekspositori kegiatannya terpusat pada guru, sehingga siswa sebagai

subyek belajar kurang dilibatkan dalam menemukan sendiri konsep-konsep

yang harus dikuasainya. Hal ini menyebabkan konsep-konsep yang diberikan

tidak membekas tajam dalam ingatan siswa, sehingga siswa mudah lupa dan

sering kebingungan dalam memecahkan suatu permasalahan.

Untuk mengatasi penggunaan metode yang kurang tepat itu, maka

dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan metode penelitian terbimbing

yang menekankan pada partisipasi aktif peserta didik dalam proses

Page 14: 738

21

pembelajaran. Model pembelajaran ini cocok digunakan untuk kurikulum

2004 yang berlaku saat ini.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang sebagai pra refleksi, permasalahan yang

dihadapi adalah: ”Apakah hasil belajar pokok bahasan bangun segiempat pada

siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 dapat

ditingkatkan dengan metode penemuan terbimbing?”

Penegasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami istilah-istilah

yang ada dalam judul penelitian tindakan kelas ini, maka perlu adanya

penegasan istilah dan pembatasan ruang lingkup penelitian. Bagian-bagian

yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.

Segiempat.

Segiempat adalah gabungan empat buah ruas garis yang tertentu oleh empat buah

titik dengan tiga titik diantaranya tidak segaris, yang sepasang-sepasang bertemu

pada ujung-ujungnya dan setiap ruas garis bertemu dengan dua ruas garis yang

berbeda. (Sardjana, 1997: 20)

Yang menjadi obyek penelitian ini adalah pokok bahasan segiempat, untuk sub

bab jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.

Metode penemuan terbimbing.

Page 15: 738

22

Metode penemuan adalah metode mengajar dimana siswa diberi bimbingan untuk

menemukan sendiri sesuatu yang baru. (Suyitno, 2001:30)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini adalah untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa MTsN Kaliangkrik kelas VII A

tahun pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan bangun segiempat dengan

menggunakan metode penemuan terbimbing.

Manfaat Penelitian

Manfaat bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan bangun segiempat,

sub pokok bahasan jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.

Manfaat bagi guru

Guru dapat menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai metode alternatif

dalam pembelajaran matematika.

Manfaat bagi sekolah

Sekolah akan menghasilkan lulusan yang berkwalitas karena siswanya

mempunyai hasil belajar yang bagus.

Sistematika Skripsi

Penyusunan skripsi penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam

beberapa bab yang berisi uraian secara garis besar dan dibagi lagi dalam sub

Page 16: 738

23

bab. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman motto

dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran. Sedangkan

bagian isi skripsi terdiri dari lima bab sebagai berikut.

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan tentang alasan pemilihan judul,

permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika skripsi.

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi

serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang

diterapkan dalam skripsi, yaitu tentang pengertian belajar, hasil

belajar, metode pengajaran, metode penemuan terbimbing,

matematika sekolah, pembelajaran matematika, dan materi

yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, serta kerangka

berpikir dan hipotesis tindakan.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang lokasi atau setting penelitian dan

subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian tindakan

yang ditempuh, sumber data dan cara pengambilan data serta

tolok ukur keberhasilan.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 17: 738

24

Bab ini berisi semua hasil penelitian yang dilakukan pada

siklus I, siklus II, dan siklus III, serta pembahasan.

BAB V. PENUTUP

Bab ini mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-

saran yang diberikan berdasarkan simpulan.

Pada bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, dan

lampiran-lampiran.

Page 18: 738

25

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Tinjauan Kepustakaan

Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan,

mereka mengemukakan definisi belajar menurut pendapat mereka masing-masing.

Higard (Pasaribu, 1983: 59) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

perubahan kegiatan, dan reaksi terhadap lingkungan, belajar menuntut pemusatan

perhatian dan adanya rangsangan yang bersumber dari luar. Tidak semua

perubahan dapat dikatakan sebagai belajar, perubahan yang berkembang karena

adanya pertumbuhan ataupun keadaan sementara orang tidak dapat disebut

sebagai belajar.

Sardiman (2001: 47) mendefinisikan “belajar sebagai suatu usaha merubah

tingkah laku dan penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya: dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Dan belajar itu

akan lebih baik kalau subyek belajar mengalami atau melakukan, atau dalam kata

lain tidak verbalistik.

Banyak pula ahli pendidikan (Sardiman, 2001: 43) yang mendefinisikan

pengertian belajar secara makro dan mikro. Secara makro belajar diartikan

sebagai kegiatan psikofisik menuju pada perkembangan pribadi secara seutuhnya.

Sedangkan secara mikro diartikan sebagai penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Page 19: 738

26

Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan usaha yang sengaja dilakukan dengan melakukan

kegiatan-kegiatan positif untuk menguasai ilmu pengetahuan yang bersifat tidak

sementara sehingga terjadi perubahan tingkah laku menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan ukuran suksesnya pengajaran. Suatu proses

belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan

kegiatan belajar yang efektif, dan proses belajar mengajar dikatakan berhasil bila

tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Keberhasilan belajar menurut Djamarah dan Zain (1996: 120) dapat

ditunjukkan sebagai berikut.

a. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh

siswa baik secara individual maupun secara kelompok.

Adapun keberhasilan proses belajar mengajar Djamarah dan Zain (1996:

120), dapat dikelompokkan menjadi tingkatan-tingkatan atau taraf sebagai berikut.

a. Istimewa (maksimal): bila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan

dapat dikuasai siswa.

b. Baik sekali (optimal): bila sebagian besar (75% - 99%) bahan pelajaran

yang diajarkan dapat dikuasai siswa.

Page 20: 738

27

c. Baik (minimal): bila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

sampai 75% yang dikuasai siswa.

d. Kurang: bila bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai siswa kurang

dari 60%.

Keberhasilan belajar menurut Djamarah dan Zain (1996: 121) dipengaruhi

oleh beberapa faktor sebagai berikut.

a. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai

dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan harus jelas agar

kegitan belajar dapat terarah dengan baik.

b. Guru

Kegiatan belajar tidak lepas dari profesionalitas, pandangan, latar

belakang, dan kepribadian guru.

c. Anak didik

Setiap anak mempunyai latar belakang, kepribadian, kecerdasan,

minat, dan daya serap yang berbeda dan dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar.

d. Kegiatan pengajaran

Penciptaan lingkungan belajar, pendekatan, yang dipergunakan,

pemilihan metode mengajar dan strategi belajar juga merupakan faktor

penentu keberhasilan belajar.

Page 21: 738

28

e. Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi yang mempengaruhi keberhasilan belajar

antara lain jenis soal, penentuan skor nilai, serta validitas dan

realibilitasnya.

f. Suasana evaluasi

Menyangkut keadaan kelas, serta keketatan pengawas pelaksanaan

evaluasi.

Data hasil belajar menurut Kartawididjaja (1989: 11) dapat digunakan

sebagai berikut.

Memprediksi dan memproyeksi perkembangan kemajuan murid secara

individu maupun kelompok.

Memberi laporan hasil kemajuan murid kepada orang tua mengenai

kemampuannya.

Bahan informasi tentang keberhasilan studi seseorang untuk melanjutkan

pendidikan tertentu.

Sebagai input bagi bimbingan dan penyuluhan.

Keperluan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pelaksana

supervisi.

Keperluan penelitian.

Metode Pengajaran

Menurut Surakhmad (Suryosubroto, 1997: 148), “Metode pengajaran

adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses-proses pengajaran atau soal

Page 22: 738

29

bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan pada murid-murid di

sekolah”.

Sampai saat ini telah berkembang cukup banyak metode pembelajaran,

antara lain:

a. metode ceramah; e. metode drill;

b. metode ekspositori; f. metode latihan;

c. metode demonstrasi; g. metode penemuan;

d. metode tanya jawab; h. metode pemecahan masalah.

Page 23: 738

30

Metode Penemuan

Konsep Dasar Metode Penemuan

Menurut Encyclopedia of Educational Research (Suryosubroto,

2002: 194) “Metode penemuan merupakan suatu strategi yang unik dan

dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk

mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah

sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya”. Sehingga

dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah suatu proses belajar

mengajar dengan cara guru mengarahkan siswa-siswanya menemukan

sendiri informasi-informasi yang perlu diketahui, sehingga informasi itu

tidak hanya diberitahukan atau diarahkan saja.

Metode penemuan ini mencoba agar siswa mengalami self

learning, sehingga proses pengajaran berpindah dari teacher dominated

learning ke situasi student dominated learning.

Menurut Suyitno (2001: 30) metode penemuan dibedakan

menjadi dua, yaitu:

metode penemuan terbimbing (discovery learning), bila siswa diberi

bimbingan dalam menemukan pengetahuan baru

metode penemuan tak terbimbing (incuary learning), bila siswa secara

mandiri melakukan terkaan, dugaan, atau melakukan percobaan

dalam memperoleh pengetahuan baru.

Latar Belakang Berkembangnya Metode Penemuan

Page 24: 738

31

Metode penemuan telah berkembang dari berbagai gerakan

pendidikan dan pemikiran yang mutakhir, salah satunya dari gerakan

pendidikan progresif yang tidak puas akan keformilan yang dianggap

kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

dan awal abad ke-20. Metode yang sering dipakai saat itu drill dan

hafalan diluar kepala, sehingga timbul verbalitas dan gejala membeo.

Reaksi terhadap keadaan ini adalah tumbuhnya apa yang disebut dengan

“belajar untuk pemecahan masalah” sebagai tujuan dan metode

terpenting, dan dalam hal ini John Dewey sebagai tokohnya.

Selain gerakan progresif, metode penemuan juga berkembang

bersama dengan perkembangan pendekatan yang berpusat pada anak.

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya menyusun kurikulum yang

sesuai dengan anak didik dan menekankan partisipasinya dalam proses

pendidikan. Adapun tokoh yang menemukan metode pendidikan ini

adalah Bruner.

Langkah-langkah Metode Penemuan

Scuhman (Suryosubroto, 2002: 199) merinci langkah-langkah

yang perlu dilakukan dalam metode penemuan.

1) Identifikasi kebutuhan siswa.

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep,

dan generalisasi yang akan dipelajari.

3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas

4) Membantu memperjelas tugas dan peranan masing-masing siswa

Page 25: 738

32

5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

8) Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan oleh

siswa.

9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pernyataan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

11) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas

hasil penemuannya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan

Metode penemuan mempunyai kelebihan sebagai berikut.

Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, dan penguasaan

keterampilan siswa dalam proses kognitif.

Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau

individual sehingga tertanam kokoh dalam ingatan.

Membangkitkan kegairahan dan semangat dalam belajar siswa.

Siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga lebih merasa

terlibat dan termotivasi untuk belajar.

Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya percaya diri

sendiri melalui proses penemuan.

Page 26: 738

33

Terpusat pada siswa, sehingga guru berperan sebagai teman belajar.

Metode penemuan mempunyai kekurangan sebagai berikut.

1) Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.

2) Tidak efektif untuk kelas yang besar.

3) Perlu adanya proses penyesuaian atau adaptasi dari metode

tradisional ke metode ini.

4) Terlalu mementingkan pengertian saja, dan kurang memperhatikan

pembentukan atau perkembangan sikap dan ketrampilan siswa.

5) Kurang tersedianya fasilitas yang mendukung.

6) Tidak memberikan cara berfikir kreatif.

Metode Penemuan Terbimbing

Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menekankan pada

pengalaman-pengalaman belajar yang terpusat pada siswa, dan dalam memperoleh

pengalaman-pengalaman tersebut guru mengarahkan serta membimbing siswa

dengan tahapan-tahapan yang tepat sehingga hasil akhir berupa pengetahuan yang

diharapkan bisa dikuasai dengan baik.

Sobel dan Maletsky (2003: 15) menjelaskan bahwa metode penemuan

terbimbing dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan dan menuntun

siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang perlu dikuasainya.

Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat juga dilakukan

dengan diskusi secara berkelompok, sehingga dapat terjadi komunikasi

Page 27: 738

34

matematik antar siswa dengan siswa, dan terbentuk kerjasama yang

menyenangkan dalam proses penemuan.

Matematika Sekolah

Menurut Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) 1994 yang

disempurnakan, ”Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di

pendidikan dasar dan menengah.” Ini berarti bahwa matematika SD adalah

matematika yang diajarkan di jenjang SD, matematika SLTP adalah matematika

yang diajarkan di jenjang SLTP, dan matematika SMU adalah matematika yang

diajarkan dijenjang SMU. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian

matematika yang dipilih untuk:

menumbuhkembangkan kemampuan;

membentuk pribadi siswa;

berpadu pada perkembangan pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan GBPP matematika dalam Soejadi (2000: 43) dikemukakan

bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan umum adalah sebagai berikut.

a. Mempersiapakan siswa agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,

rasional, kritis, cermat, jujur, obyektif, efektif dan efisien.

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Pembelajaran Matematika

Page 28: 738

35

Pengertian pembelajaran menurut Tim MKDU IKIP Semarang (1996: 3)

adalah: ”Usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik agar mereka dapat

belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.” Dalam kamus besar bahasa

Indonesia (KBBI, 1991: 637) mengartikan bahwa, ”matematika sebagai ilmu tentang

bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang

digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.”

Jadi pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membantu

siswa dengan sebaik-baiknya agar mereka dapat belajar ilmu tentang bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai

bilangan sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.

Menurut Ebbutt dan Straker (Depdiknas, 2003: 2) pembelajaran matematika

perlu memperhatikan beberapa karakteristik matematika sekolah itu sendiri. Adapun

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

Implikasi pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya dorongan

dan kesempatan bagi siswa untuk untuk melakukan kegiatan penemuan

dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, dengan

melakukan berbagai percobaan dengan berbagai cara sehingga dapat

menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan

dan dapat mengambil suatu kesimpulan.

Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan

penemuan.

Page 29: 738

36

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya

dorongan untuk bisa berpikir berbeda, sehinga terbentuk rasa ingin tahu,

keinginan bertanya, sehingga siswa dapat menemukan struktur dan

desain matematika. Dalam pandangan ini siswa juga didorong untuk

menghargai penemuan siswa yang lainnya.

Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.

Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah tersedianyan

lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan

matematika, dan siswa dibantu untuk dapat memecahkan persoalan

matematika dengan caranya sendirinya, dengan mendorong siswa untuk

berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem

dokumentasi atau catatan. Dalam pandangan ini siswa juga dibantu

dalam mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan

persoalan matematika, siswa juga dibimbing untuk mengetahui

bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga, jangka,

kalkulator dan sebagainya.

Matematika sebagai alat berkomunikasi.

Implikasi pandangan ini terhadap pembelajaran adalah adanya dorongan

siswa untuk mengenal sifat matematika, membuat contoh sifat

matematika, sehingga siswa dapat menjelaskan sifat matematika dan

mendorong siswa untuk membicarakan persoalan matematika, serta

membaca dan menulis matematika.

Materi Yang Diteliti

Page 30: 738

37

a. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segi empat yang diperoleh dengan

menggabungkan suatu segitiga dan bayangannya, jika segitiga itu diputar

setengah putaran dengan pusat pemutaran adalah titik tengah salah satu

sisinya.

Adapun sifat-sifat jajargenjang adalah sebagai berikut.

1) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

3) Jumlah sudut-sudut yang berdekatan adalah 1800.

4) Kedua diagonal membagi sama panjang.

Berdasarkan sifat-sifatnya, jajargenjang didefinisikan sebagai

segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta

sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

A B

D C

t

a

Page 31: 738

38

txa

txaxx

ABDdaerahluasxABCDdaerahLuas

txaxABDdaerahLuas

=

=

∆=

=∆

2

12

2

2

1

Jadi :

Luas Daerah jajar genjang = alas x tinggi

b. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segiempat yang dibentuk dari segitiga sama

kaki dan bayangannya oleh pencerminan dengan alas sebagai cerminnya.

Adapun sifat-sifat belah ketupat adalah sebagai berikut.

1) Semua sisi sama panjang.

2) Kedua diagonal merupakan sumbu simetri.

3) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar

oleh diagonalnya.

4) Kedua diagonal membagi dua sama panjang dan saling berpotongan

tegak lurus.

Berdasarkan sifat-sifatnya, belah ketupat didefinisikan sebagai

segiempat yang sisi berhadapannya sejajar, keempat sisinya sama

panjang, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

Page 32: 738

39

Luas daerah persegi panjang q dan lebar 2

1p

qxpx

qxp

2

1

2

1

=

=

Dimana p dan q adalah panjang diagonal belah ketupat tersebut. Maka

luas daerah belah ketupat adalah:

diagonalpanjangxdiagonalpanjangx

qxpx

2

1

2

1

=

=

Jika diagonal belah ketupat adalah d1 dan d2, maka:

Luas daerah belah ketupat = 2

1 x d1 x d2

=

2

21 dxd

c. Layang-layang

p

q q

2

1p

(i) (ii)

Page 33: 738

40

Layang-layang adalah segiempat yang dibentuk oleh dua segitiga

sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit.

Adapun sifat-sifat layang-layang adalah sebagai berikut.

1) Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.

2) Terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.

3) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.

4) Salah satu diagonal membagi dua sama panjang diagonal yang lain

dan tegak lurus dengan diagonal itu.

Berdasarkan sifat-sifatnya, layang-layang didefinisikan sebagai

segiempat yang masing-masing pasang sisinya sama panjang dan

sepasang sudut yang berhadapan sama besar.

Luas daerah persegi panjang, dengan panjang p dan lebar 2

1q

qxpx

qxp

2

1

2

1

=

=

q

p

p

2

1 q

Page 34: 738

41

Dimana p dan q adalah panjang diagonal layang-layang tersebut,

maka untuk setiap layang-layang yang mempunyai diagonal d1 dan d2

akan berlaku rumus luas daerah sebagai berikut.

2

2

1

21

21

dxd

dxdxlayanglayangdaerahLuas

=

=−

Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Materi yang

Diteliti

Pembelajaran matematika pokok bahasan Bangun Segiempat pada siswa

kelas VII menekankan agar siswa dapat menguasai pengetahuan tentang pengertian,

cara terbentuk, berbagai sifat, dan menentukan luas dari masing-masing jenis

segiempat beraturan.

Implementasi metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran bangun

segiempat jenis jajargenjang menuntut guru untuk mempersiapkan fasilitas yang

diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Persiapan

meliputi alat peraga tentang jajargenjang yang efektif, lembar kerja siswa yang

disusun dengan sistematis sehingga dapat menuntun siswa agar secara bertahap

Page 35: 738

42

dapat menemukan pengetahuan tentang pengertian, sifat-sifat dan luas jajargenjang.

Selain itu guru juga harus merancang pembentukan kelompok yang masing-masing

anggotanya bisa saling bekerjasama dan berdiskusi dalam melakukan penemuan.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk materi jajargenjang dilakukan

dengan lebih dulu memberikan penjelasan tujuan yang akan dicapai, pemberian

motivasi pada siswa, menjelaskan tugas dan peranan siswa dalam proses penemuan,

dan secara klasikal siswa diajak mengingat kembali prasyarat yang harus dikuasai

siswa sebelum mempelajari tentang jajargenjang. Selanjutnya siswa dibagi sesuai

dengan kelompoknya, dan tiap kelompok memperoleh alat peraga dan lembar kerja

siswa.

Pada kegiatan inti siswa dalam kelompoknya mendapatkan penjelasan cara

menggunakan alat peraga serta dalam melaksanakan dan mengisi lembar kerja

siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk melakukan penemuan dengan

bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompoknya dengan memanfaatkan alat peraga

dan lembar kerja siswa yang ada. Pada saat siswa bekerja, guru mengawasi jalannya

kerja kelompok dan berjalan berkeliling untuk memberikan bimbingan pada

kelompok yang membutuhkan. Setelah kerja kelompok selesai dilakukan,

selanjutnya guru menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil

penemuannya, kelompok yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan,

kemudian guru memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan yang telah

ditemukan siswa. Pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan latihan soal yang

sesuai dengan materi yang telah dipelajari sehingga siswa mempunyai pengalaman

menerapkan pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah.

Page 36: 738

43

Kegiatan belajar seperti yang dijelaskan di atas juga dilaksanakan untuk

mempelajari tentang belah ketupat dan layang-layang.

Kerangka Berpikir

Inovasi pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola

belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu

dalam mendapatkan bahan pengajaran, sehingga pembelajaran tidak cenderung

bersifat verbalistik. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan daya serap siswa

terhadap bahan pengajaran dapat lebih meningkat sehingga dapat mencapai hasil

belajar yang lebih baik.

Keberhasilan belajar tidak terlepas dari beberapa faktor yang

mempengaruhinya, dan salah satu diantaranya adalah metode mengajar yang

digunakan.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah perlu memperhatikan

karakteristik matematika sekolah itu sendiri, yaitu perlunya siswa didorong

untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat menemukan adanya

pengertian, urutan cara, perbedaan, dan pengelompokan, yang dapat digunakan

untuk memecahkan persoalan matematika.

Materi pelajaran segiempat khususnya tentang jajargenjang, belah

ketupat, dan layang-layang mempunyai kemiripan dari segi bentuk dan sifat-

sifatnya, untuk dapat membedakannya pemahaman yang benar sangat

diperlukan. Metode penemuan terbimbing dipandang cocok untuk materi ini,

karena pada metode ini siswa dibimbing agar selalu aktif untuk menemukan

sendiri sesuatu yang baru, sehingga diharapkan siswa dapat mempunyai

pemahaman yang lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, hasil belajar siswa

kelas VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 untuk pokok bahasan

bangun segiempat dapat ditingkatkan.

Page 37: 738

44

BAB III

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTsN Kaliangkrik, kabupaten

Magelang. Adapun lokasi MTsN Kaliangkrik di jalan Mayor Ismulloh nomor 18,

termasuk dalam kelurahan Beseran, kecamatan Kaliangkrik, kabupaten Magelang.

Page 38: 738

45

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik, dengan

jumlah siswa 38 anak, terdiri dari 18 siswa, dan 20 siswi, seorang guru matematika

kelas VII A, dan seorang pengamat.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus

terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

1. Perencanaan

a. Membuat instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, yang

terdiri dari:

1) rencana pengajaran untuk sub pokok bahasan jajargenjang;

2) lembar kerja siswa yang membimbing siswa menemukan cara

terbentuknya jajargenjang, sifat-sifat, dan luas jajargenjang;

3) papan peraga jajargenjang untuk masing-masing kelompok;

4) lembar pengamatan untuk siswa dan guru, serta lembar pengamatan

pengelolaan pembelajaran;

5) butir soal untuk evaluasi siklus I.

b. Merencanakan pembagian kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat

siswa, yang dikelompokkan berdasarkan kemampuannya, untuk

membangun kemampuan bekerjasama antar siswa.

2. Pelaksanaan

Page 39: 738

46

Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

2 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat jajargenjang. Pertemuan

kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2005, membahas tentang luas daerah

jajargenjang. Sedangkan pada pertemuan ketiga untuk tes evaluasi

dilaksanakan 7 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian siklus I ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menjelaskan pada siswa pelaksanaan pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

b. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang

harus dikuasai sebelum mempelajari tentang jajargenjang.

c. Membagi siswa sesuai dengan kelompok yang direncanakan.

d. Membagikan papan peraga dan lembar kerja siswa pada tiap kelompok.

e. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.

f. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan

memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.

g. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.

h. Memimpin diskusi kelas untuk menyamakan kesimpulan yang diperoleh.

i. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.

j. Mencatat hasil penemuan berupa cara terbentuknya jajargenjang, sifat-

sifat jajargenjang dan rumus luas jajargenjang

Page 40: 738

47

k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk

mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam

memecahkan masalah.

l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I.

m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses

pembelajaran yang dilakukan.

3. Pengamatan

a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil

pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Dengan hasil

pengamatan sebagai berikut.

1) Pada bagian awal guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran,

memberi motivasi dan apersepsi dengan baik.

2) Sebagian kelompok yang dibentuk guru tidak bisa bekerjasama

dengan baik.

3) Dalam menjelaskan tugas dan peranan siswa dalam kelompoknya

kurang jelas, sehingga masih banyak siswa yang belum paham dan

sebagian besar kelompok tidak mengenal pembagian tugas.

4) Guru telah memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sesuai

dengan kemampuannya. Walaupun demikian hanya beberapa

kelompok saja yang secara mandiri dapat menjalankan proses

penemuan, dan masih banyak kelompok yang masih tergantung pada

guru.

Page 41: 738

48

5) Guru belum bisa memperhatikan secara khusus dan mendorong siswa

yang kurang aktif dalam kelompoknya karena disibukkan dengan

pertanyaan-pertanyaan kelompok yang mengalami kesulitan dalam

proses penemuan.

6) Guru telah membantu siswa merumuskan prinsip, ide, ataupun

pengertian yang telah ditemukan dengan sangat baik.

7) Guru belum dapat membantu siswa menyajikan hasil penemuannya

dalam suatu presentasi. Hal ini disebabkan karena waktu yang

direncanakan untuk presentasi sudah habis digunakan untuk kerja

kelompok yang ternyata memakan waktu lebih lama dari waktu yang

telah direncanakan. Penyajian hasil penemuan hanya dilakukan

dengan membacakan kesimpulan yang diperoleh oleh beberapa

kelompok.

8) Guru telah memberikan penguatan pada hasil penemuan yang

diperoleh siswa dengan baik, dan juga memberi kesempatan pada

siswa untuk mencatat hasil penemuan tersebut.

9) Guru telah mengecek penggunaan pengetahuan yang telah ditemukan

dengan cukup baik, dengan cara memberikan latihan soal. Hanya saja

pemberian soal belum cukup bervariasi.

b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan

kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang jajargenjang. Serta

Page 42: 738

49

menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi untuk siswa.

Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut.

1) Semua siswa merasa senang dan bersemangat dalam melaksanakan

kegiatan belajar.

2) Sebagian besar siswa (antara 20-30 siswa) saling membantu,

bekerjasama dan saling menjelaskan. Walaupun begitu baru dua

kelompok yang mengenal pembagian tugas yang jelas antar anggota

kelompok.

3) Hampir semua siswa (lebih dari 30 siswa) tekun mengamati

bagaimana terbentunya jajargenjang, bagaimana menemukan sifat-

sifat dan menentukan rumus jajargenjang. Dan hampir semua siswa

tertarik untuk melakukan percobaan.

4) Pelaksanaan kerja kelompok untuk proses penemuan memakan waktu

yang lama, karena siswa baru pertama kali mengalami pembelajaran

dengan metode penemuan terbimbing.

5) Hanya ada tiga kelompok yang secara mandiri berani membuat

prediksi dan mampu menarik kesimpulan. Semantara enam kelompok

yang lain masih belum menunjukkan kepercayaan diri dalam

memprediksi dan menarik kesimpulan sehingga banyak bertanya dan

meminta bimbingan gurunya.

6) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan penemuannya belum

dapat dilihat karena waktunya habis untuk kerja kelompok.

7) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan

evaluasi pada akhir siklus I diperoleh hal-hal berikut ini.

Page 43: 738

50

a) Untuk butir soal yang mempertanyakan proses penemuan

pengertian, sifat-sifat dan luas jajargenjang, sebagian besar siswa

dapat menjawabnya dengan benar.

b) Untuk butir soal yang mengacu pada penerapan konsep pada

suatu soal perhitungan siswa masih mengalami kesulitan.

Kesulitan terutama untuk soal sebagai berikut.

(1) Soal yang menuntut siswa menghitung panjang sisi

jajargenjang yang disajikan dengan persamaan dengan satu

variabel.

(2) Menentukan besar sudut pada jajargenjang bila salah satu

sudutnya diketahui.

(3) Menggunakan satuan luas, siswa sering lupa menambahkan

tanda pangkat dua. Contohnya satuan cm2 sering ditulis

dengan cm saja.

c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan

proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.

1) Hal-hal yang baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada

siklus I ini adalah sebagai berikut.

a) Guru sudah dapat memberikan bimbingan yang baik pada siswa

untuk melakukan penemuan.

b) Siswa merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran

matematika yang dilakukan. Dan siswa mempunyai rasa ingin

Page 44: 738

51

tahu yang besar serta berusaha bersaing dengan kelompok yang

lain untuk melakukan penemuan dengan cepat dan benar.

c) Sebagian besar siswa saling bekerjasama dan membantu dalam

kelompoknya.

2) Hal-hal yang harus diperbaiki dalam kegiatan belajar pada siklus I

adalah sebagai berikut.

a) Guru tidak menginformasikan waktu yang disediakan untuk kerja

kelompok.

b) Pembentukan kelompok kerja siswa.

3) Hal-hal yang baik dalam perangkat yang digunakan pada siklus I

adalah sebagai berikut.

a) Alat bantu peraga yang digunakan cukup sederhana tapi mudah

digunakan.

b) LKS yang dibuat cukup sistematis dan mudah dikerjakan.

4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perangkat yang digunakan pada

siklus I adalah sebagai berikut.

a) Pembuatan rencana pembelajaran dengan pembagian waktu

kurang tepat.

b) Siswa belum dilibatkan dalam pembuatan alat bantu peraga.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka diadakan

refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian pada siklus I

diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.

Page 45: 738

52

a. Proses pembelajaran belum sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah dibuat. Proses penemuan berlangsung terlalu lama, sehingga

presentasi tidak dapat dilaksanakan. Untuk itu pada siklus II perencanaan

pembelajaran harus memperhatikan pembagian waktu yang baik.

b. Guru sudah mampu mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar

metode penemuan terbimbing dengan cukup baik, akan tetapi masih ada

beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II. Hal-hal yang

perlu diperbaiki adalah sebagi berikut.

1) Pembuatan kelompok kerja yang lebih baik untuk mendorong siswa

agar interaksi di dalam kelompoknya menjadi lebih baik.

2) Guru belum memberi perhatian pada siswa yang ketinggalan dan

pasif dalam kelompoknya, sehingga pada siklus II guru harus

memberi perhatian lebih pada siswa tersebut.

3) Guru harus selalu mendorong siswa untuk selalu bersemangat dan

menumbuhkan rasa percaya diri agar mampu mandiri dalam proses

penemuan.

4) Guru memberikan penguatan dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan

yang terjadi pada saat siswa mengerjakan tes akhir siklus I agar

kesalahan-kesalahan tersebut tidak diulangi siswa.

5) Guru perlu memberikan contoh soal yang bervariasi agar siswa

mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan soal dengan lebih baik.

Page 46: 738

53

c. Siswa dalam pembelajarannya masih banyak bertanya, dan suasana kelas

agak gaduh. Kegiatan siswa baik secara individu maupun kelompok pada

siklus I yang masih perlu diperbaiki adalah sebagai berikut.

1) Setiap kelompok belum mempunyai pembagian tugas yang jelas,

untuk itu guru sebaiknya memperjelas tugas dan peran setiap siswa

dalam kelompoknya.

2) Siswa perlu dilibatkan dalam pembuatan alat peraga agar secara

mental siswa lebih siap untuk melaksanakan kegiatan belajar.

3) Siswa bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, untuk itu guru perlu menjelaskan kepada siswa tentang

berapa waktu yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan belajar

mengajar.

d. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa penelitian belum

mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu

perlu diadakan siklus II yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan

penelitian siklus I.

Siklus II

Siklus II ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan

pelaksanaan siklus I, dengan langkah perbaikan membuat kelompok kerja baru yang

lebih baik, dan melibatkan siswa dalam kelompoknya untuk membuat alat bantu

peraga.

1. Perencanaan

Page 47: 738

54

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada

refleksi siklus I.

b. Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus II, yaitu

untuk sub pokok bahasan belah ketupat.

c. Merencanakan kembali pembentukan kelompok yang bisa bekerjasama

dengan lebih baik, setiap kelompok tetap terdiri dari empat siswa dan

dikelompokkan berdasarkan kemampuannya, serta mengelompokkan

sesuai dengan jenis kelaminnya.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

9 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat belah ketupat.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2005, membahas

tentang luas daerah belah ketupat. Sedangkan pertemuan ketiga untuk tes

evaluasi dilaksanakan tanggal 14 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian

siklus II ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, setiap kelompok diberi

tugas rumah untuk membuat berbagai jenis daerah segitiga yang dibuat

dari kertas warna-warni, dengan ukuran yang telah ditentukan.

b. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pembagian hasil evaluasi pada

siklus I, memberi pujian pada siswa yang telah memperoleh hasil

Page 48: 738

55

memuaskan dan menjelaskan beberapa kesalahan yang banyak dilakukan

siswa yang tidak boleh lagi diulangi.

c. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang

harus dikuasai sebelum mempelajari tentang belah ketupat.

d. Melihat hasil tugas rumah yang telah diberikan.

e. Membagikan alat peraga dan lembar kerja siswa tentang belah ketupat

pada tiap kelompok.

f. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.

g. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan

memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.

h. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.

i. Menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

masing-masing kelompoknya.

j. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.

k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk

mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam

memecahkan masalah.

l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus II.

m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses

pembelajaran yang dilakukan.

3. Pengamatan

Page 49: 738

56

a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil

pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Hasil pengamatan

untuk guru pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Pada bagian awal guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran,

memberi motivasi dan apersepsi dengan sangat baik.

2) Pengelolaan pembelajaran terlaksana lebih baik dan tertib dibanding

pelaksaaan pembelajaran pada siklus I, dominasi guru mulai

berkurang, karena guru maupun siswa sudah memahami teknik

pelaksanaannya.

3) Kelompok yang dibentuk pada siklus II bisa bekerjasama lebih baik

dibanding kelompok pada silkus I.

4) Guru telah memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan

penemuan tentang terbentunya belah ketupat, sifat-sifat, dan luas

daerah belah ketupat. Guru juga sudah menginformasikan waktu yang

disediakan untuk siswa bekerja dalam kelompoknya.

5) Berkurangnya kelompok yang masih tergantung pada guru memberi

kesempatan pada guru untuk bisa memberikan lebih banyak perhatian

kepada siswa yang kurang aktif.

6) Guru dapat membimbing siswa untuk menyajikan hasil

penemuannya.

7) Dalam melatih siswa menerapkan hasil penemuannya, guru telah

memberikan latihan soal yang lebih bervariasi.

Page 50: 738

57

b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan

kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang belah ketupat. Serta

menuliskan hasil pengamatannya dalam lembar observasi untuk siswa.

Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Suasana kelas lebih tertib, terkendali dan kondusif.

2) Siswa sudah tidak bingung lagi dengan apa yang harus

dikerjakannya, karena sudah memahami tekniknya. Dan mulai timbul

rasa percaya diri pada diri siswa, hanya hal yang tidak tahu sama

sekali saja yang ditanyakan pada gurunya.

3) Waktu untuk pelaksanaan kerja kelompok sesuai dengan waktu yang

disediakan, kerjasama lebih hidup, dan keberanian mengeluarkan

pendapat mulai muncul. Hampir semua kelompok anggotanya aktif

mengamati dan melakukan percobaan, kecuali satu kelompok yang

salah satu anggotanya sangat mendominasi kerja kelompok.

4) Tujuh kelompok sudah berani memprediksi dan membuat kesimpulan

sendiri tanpa bantuan guru, sedang dua kelompok lain masih perlu

bimbingan guru.

5) Presentasi bisa terlaksana, tapi masih banyak kekurangannya, karena

setiap kelompok belum memilih salah satu anggotanya untuk maju

menjadi wakil, sehingga suasananya menjadi agak gaduh dan saling

menunjuk, penampilan siswa masih malu-malu dan kurang percaya

diri sehingga masih cenderung seperti membaca biasa.

Page 51: 738

58

6) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan

evaluasi pada siklus II diperoleh hal-hal berikut ini.

a) Sebagian siswa sudah cukup menguasai materi yang diberikan,

tetapi siswa sering kurang teliti dalam membaca soal, misalnya

pada salah satu butir soal ditanyakan tentang pengertian belah

ketupat menurut sifat yang dimilikinya, maka siswa malah

menjawab bagaimana pengertian belah ketupat berdasarkan cara

terbentuknya.

b) Bila disajikan gambar belah ketupat yang diketahui panjang

setengah dari diagonalnya, dalam pengerjaan hitungan luas

daerah belah ketupat siswa sudah menggunakan rumus yang

benar, tetapi ada beberapa siswa yang keliru menentukan panjang

diagonalnya.

c) Beberapa siswa dalam soal hitungan sudah benar dalam tahapan

pengerjaannya, tetapi kurang teliti dalam menghitungnya.

c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan

proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Hal-hal yang baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada

siklus II ini adalah sebagai berikut.

a) Siswa masih bersemangat dan kelompok yang dibentuk secara

umum dapat bekerjasama dengan baik. Mulai tumbuhnya rasa

percaya diri pada siswa dalam memprediksi dan membuat

kesimpulan.

Page 52: 738

59

b) Pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan rencana

pembelajaran yang dibuat.

2) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam kegiatan belajar mengajar pada

siklus II ini adalah sebagai berikut.

a) Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil penemuannya.

b) Beberapa siswa masih terlihat kurang aktif dalam kerja

kelompoknya.

3) Hal-hal yang baik dalam perangkat yang digunakan pada siklus II ini

adalah sebagai berikut.

a) Pembuatan RP memperhatikan pembagian waktu dengan baik.

b) Siswa dilibatkan dalam pembuatan alat peraga.

4) Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam perangkat yang digunakan dalam

siklus II ini adalah sebagai berikut.

Terdapat beberapa kelompok yang tugas membuat alat peraganya

hanya dilakukan oleh salah satu anggota kelompok saja.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh maka diadakan

refleksi dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam penelitian pada siklus II

diperoleh hasil refleksi sebagai berikut.

a. Rencana pembelajaran yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.

b. Pengelolaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing yang

dilaksanakan oleh guru sudah berlangsung lebih baik dari siklus I.

Page 53: 738

60

c. Suasana kelas semakin tertib, siswa terlihat lebih aktif dalam

kelompoknya, tidak terlalu banyak bertanya kepada gurunya karena

siswa sudah tahu dengan apa yang harus dikerjakannya. Adapun hal-hal

yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan siklus II ini adalah sebagai

berikut.

1) Masih ada anggota kelompok yang kurang aktif dan mengandalkan

pekerjaan temannya, sehingga perlu dibuat kelompok baru yang lebih

kecil, terdiri dari dua orang, agar semua siswa dituntut untuk bisa

mengerjakan sendiri tugas-tugasnya.

2) Ada kelompok yang tidak kompak, tugas pembuatan alat bantu

peraga yang diberikan pada satu kelompok hanya dikerjakan oleh

satu anggota kelompoknya saja, untuk itu pada siklus III tugas

diberikan secara individu.

3) Siswa belum maksimal dalam mempresentasikan hasil penemuannya,

sehingga diharapkan guru menjelaskan bagaimana cara-cara

melakukan presentasi dengan baik.

d. Hasil belajar pada siklus II menunjukkan bahwa penelitian belum

mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu

perlu diadakan siklus III yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan

penelitian siklus II.

Siklus III

Siklus III ini dilaksanakan dengan langkah yang hampir sama dengan

pelaksanaan siklus sebelumnya, dengan langkah perbaikan kelompok kerja terdiri

Page 54: 738

61

dari dua orang dan dikelompokkan setiap meja, dan melibatkan semua siswa dalam

pembuatan alat bantu peraga.

1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan analisa pada

refleksi siklus II.

b. Mempersiapkan instrumen penelitian untuk pelaksanaan siklus III, yaitu

mengenai layang-layang.

c. Merencanakan pembagian kelompok yang tidak lagi terdiri dari empat

siswa, tapi terdiri dari dua siswa yang berkelompok sesuai dengan tempat

duduknya.

2. Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas siklus III dilaksanakan dalam tiga kali

pertemuan (5 jam pelajaran). Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

16 Mei 2005, membahas tentang pengertian dan sifat layang-layang.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2005, membahas

tentang luas daerah layang-layang. Sedangkan pertemuan ketiga untuk tes

evaluasi dilaksanakan tanggal 21 Mei 2005. Adapun pelaksanaan penelitian

siklus III ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Setiap siswa diberi tugas rumah untuk membuat bidang layang-layang

yang dibuat dari kertas dengan ukuran tidak ditentukan, sebelum kegiatan

belajar mengajar dilaksanakan.

Page 55: 738

62

b. Pembagian hasil evaluasi pada siklus II, memberi pujian pada siswa yang

telah memperoleh hasil memuaskan dan menjelaskan beberapa kesalahan

yang banyak dilakukan siswa.

c. Memberikan apersepsi secara klasikal, untuk mengingat prasarat yang

harus dikuasai sebelum mempelajari tentang layang-layang.

d. Melihat hasil tugas rumah yang telah dibuat siswa.

e. Membagikan lembar kerja siswa tentang layang-layang pada tiap

kelompok.

f. Menjelaskan cara-cara pengisian lembar kerja siswa.

g. Mengawasi jalannya kerja kelompok dalam melaksanakan penemuan dan

memberikan bimbingan pada kelompok yang membutuhkan.

h. Mengarahkan setiap kelompok untuk membuat suatu kesimpulan.

i. Menunjuk beberapa wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja

masing-masing kelompoknya.

j. Memberikan penguatan pada hasil kerja atau kesimpulan dari siswa.

k. Memberikan latihan soal, yang harus dikerjakan secara individual untuk

mengetahui apakah siswa bisa menerapkan hasil temuannya dalam

memecahkan masalah.

l. Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus III.

m. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi atas proses

pembelajaran yang dilakukan.

Page 56: 738

63

3. Pengamatan

a. Pengamat mengamati kegiatan guru, dan menuliskan hasil

pengamatannya dalam lembar observasi untuk guru. Hasil pengamatan

untuk guru pada siklus III adalah sebagai berikut.

1) Hasil pengamatan untuk guru pada siklus III hampir sama dengan

hasil pengamatan pada siklus II. Guru mampu mempertahankan dan

meningkatkan kualitas pelaksanan kegiatan belajar mengajar dengan

metode penemuan terbimbing.

2) Pembelajaran terlaksana lebih baik, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, motivasi dan apersepsi pada bagian awal

pembelajaran, dan pada kegiatan inti guru memberi kesempatan siswa

melaksanakan proses penemuan dengan kelompok sesuai dengan

tempat duduknya.

3) Walaupun kelompok yang terbentuk menjadi sangat banyak, tetapi

guru tidak kerepotan membimbingnya, karena semua siswa sudah

berpengalaman dan tahu apa yang harus dikerjakannya.

b. Pengamat mengamati kegiatan siswa dalam memahami materi yang

diajarkan, kemampuan menarik kesimpulan, aktivitas matematika, dan

kemampuan siswa menyelesaikan soal tentang layang-layang. Hasil

pengamatan aktifitas siswa pada siklus III adalah sebagai berikut.

1) Setiap siswa bekerja dengan sungguh-sumgguh untuk melakukan

percobaan dengan menggunakan alat peraga yang telah dibuatnya

Page 57: 738

64

dirumah dengan langkah kerja sesuai dengan langkah yang ada pada

LKS.

2) Dalam membuat kesimpulan sebagian besar kelompok sudah bisa

membuatnya sendiri, hanya beberapa kelompok saja yang masih

meminta bantuan gurunya.

3) Waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan tugas

penemuannya bervariasi, ada yang selesai sesuai waktu yang telah

ditentukan, ada yang telah selesai sebelumnya, dan ada dua kelompok

yang sampai waktu yang disediakan habis belum selesai memperoleh

kesimpulan.

4) Presentasi dilaksanakan lebih baik dari pada siklus II, beberapa siswa

sudah dapat mempresentasikan hasil penemuannya dengan percaya

diri, sementara beberapa siswa yang lain masih malu-malu dan

kurang percaya diri.

5) Pengamatan yang dilakukan pada siswa dengan melihat pengerjaan

evaluasi pada siklus III diperoleh hal-hal berikut ini.

a) Kemampuan siswa menguasai pelajaran sudah baik.

b) Walaupun sebelumnya sudah dijelaskan oleh guru untuk tidak

tergesa-gesa dan selalu teliti dalam mengerjakan soal, tetapi

masih tetap ada siswa yang kurang teliti membaca soal dan

melakukan perhitungan, tapi bila dibandingkan dengan kesalahan

yang terjadi pada siklus II jumlahnya sudah berkurang.

Page 58: 738

65

c. Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran. Hasil pengamatan

proses pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut.

1) Pengelolaan pembelajaran sudah bagus, kekurangannya hanya pada

kegiatan presentasi yang belum maksimal.

2) Perangkat yang digunakan sudah cukup efektif, alat bantu yang

digunakan mudah dibuat dan mudah digunakan.

4. Refleksi

Peneliti bersama pengamat mendiskusikan hasil pengamatan pada siklus

ketiga. Hasil refleksi siklus III adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran dengan metode penelitian terbimbing telah terlaksana

dengan baik.

b. Pengelolaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing oleh

guru berlangsung lebih baik.

c. Semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, presentasi terlaksanan

lebih baik dari siklus sebelumnya.

d. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan bahwa penelitian sudah

mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, untuk itu

penelitian dinyatakan telah berhasil.

Sumber Data dan Cara Pengambilan Data

Dalam penelitian tindakan kelas dengan metode penelitian terbimbing ini

dibutuhkan data yang dapat dianalisis dan direfleksikan sehingga terbentuk suatu

Page 59: 738

66

perencanaan tindakan untuk memperbaiki kondisi awal. Adapun sumber data yang

digunakan adalah sebagai berikut.

Hasil pengamatan atau observasi

Sumber data ini diperoleh dengan cara pengamatan yang dilakukan secara

langsung oleh pengamat pada saat kegiatan belajar mengajar dilakukan.

Pengamatan meliputi kegiatan yang dilakukan oleh siswa, kegiatan guru, dan

pengamatan pengelolaan pembelajaran.

Hasil belajar siswa

Sumber data ini diperoleh dengan melakukan tes tertulis untuk mengetahui

seberapa jauh siswa menguasai materi yang diajarkan.

Tolok Ukur Keberhasilan

Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas

VII A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 untuk sub pokok bahasan

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang mencapai minimal 6,5, dan

ketuntasan belajar mencapai minimal 65%. Hal ini sesuai dengan batas minimal

ketuntasan belajar yang berlaku di MTsN Kaliangkrik.

Page 60: 738

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus I

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing untuk guru diperoleh data bahwa pada siklus I kinerja guru mencapai

70% dari kinerja maksimal yang diharapkan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 11,

halaman 84. Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 12, halaman

85) dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 67,5%.

Data analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus I (lampiran 13, halaman

86) menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 5,91. Dari 38

siswa yang terdapat pada kelas VII A, siswa yang telah mencapai batas ketuntasan

belajar sebanyak 18 siswa (47,37%), sedangkan siswa yang belum tuntas belajar

sebanyak 20 siswa (52,63%).

2. Siklus II

Page 61: 738

68

Hasil pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing untuk

guru menunjukkan bahwa kinerja guru mencapai 77,5% dari kinerja maksimal yang

diharapkan (lampiran 21 halaman 110), dan dari hasil pengamatan aktifitas siswa

dapat dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 77,5% (lampiran 22,

halaman 111).

Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus II menunjukkan bahwa nilai

rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,61 (lampiran 23, halaman 112). Siswa yang

telah tuntas belajar sebanyak 22 siswa (57,89%), sedangkan siswa yang belum tuntas

belajar sebanyak 13 siswa (42,11%).

3. Siklus III

Berdasarkan pengamatan pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing untuk guru diperoleh hasil pengamatan bahwa kinerja guru mencapai

87,5% dari kinerja maksimal yang diharapkan (lampiran 30, halaman 133).

Sedangkan dari hasil pengamatan aktifitas siswa (lampiran 31, halaman 134) dapat

dilihat bahwa keaktifan siswa pada siklus III mencapai 82,5%.

Analisis daya serap siswa pada evaluasi siklus III menunjukkan bahwa nilai

rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,25 (lampiran 32, halaman 135). Siswa yang

telah tuntas belajar sebanyak 26 siswa (68,42%), sedangkan siswa yang belum tuntas

belajar sebanyak 12 siswa (31,58%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada setiap siklus dapat dilihat bahwa

meningkatnya hasil belajar siswa seiring dengan meningkatnya kinerja guru dan

Page 62: 738

69

meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Semakin meningkatnya

kinerja guru dan semakin aktifnya siswa dalam pembelajaran akan meningkatkan

hasil belajar siswa.

Keberhasilan penggunaan metode penemuan terbimbing untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun segiempat baru

dapat tercapai pada siklus III. Hal ini terjadi karena baik pada siklus I maupun

siklus II siswa masih dalam proses adaptasi dari metode lama menuju metode

penemuan terbimbing, selain itu proses pembelajaran masih berusaha

menemukan bentuk yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung lebih baik.

Ketidakberhasilan penelitian siklus I ini terjadi karena hal-hal sebagai

berikut.

1. Baik guru maupun siswa baru pertama kali melaksanakan pembelajaran

metode ini, sehingga baik guru maupun siswa belum punya pengalaman dan

belum punya gambaran terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Pengelolaan pembelajaran oleh guru pada siklus I ini belum maksimal

dilakukan, dan perencanaan pembelajaran yang kurang matang, yang dapat

dilihat dari kurang cermatnya dalam pembagian waktu.

3. Kurang jelasnya keterangan guru tentang tugas dan peran siswa dalam

pembelajaran serta kurangnya perhatian guru pada siswa yang kurang aktif.

4. Siswa masih bingung dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga masih

banyak minta bimbingan dan bertanya pada gurunya.

Page 63: 738

70

5. Walaupun pembelajaran sudah didominasi oleh siswa, namun siswa masih

sangat memerlukan bimbingan guru.

6. Proses penemuan dalam kerja kelompok berlangsung sangat lama sehingga

menghabiskan banyak waktu dan kegiatan lain tidak bisa terlaksana.

7. Interaksi siswa dalam kelompok juga belum maksimal karena setiap

kelompok terdiri dari campuran siswa-siswi sehingga mereka merasa

canggung dan tidak bebas untuk saling bertanya dan saling membantu.

Semua kekurangan pada siklus I ini dimungkinkan karena siswa belum

siap secara mental melaksanakan pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing, dan siswa sedang mengalami masa penyesuaian atau adaptasi dari

cara lama ke metode ini.

Penelitian siklus I ini menuntut untuk diadakannya siklus lanjutan yaitu

siklus II, yang pada dasarnya merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I.

Perbaikan pada siklus II dilakukan dengan memperbaiki kinerja guru, memberi

rangsangan agar secara mental lebih siap untuk pembelajaran, dan memacu agar

siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Pelaksanaan siklus II memperbaiki kekurangan pada siklus I, dengan

langkah-langkah perbaikan sebagai berikut.

1. Guru membuat rencana pembelajaran dan membuat kelompok baru yang

lebih baik, dan guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik pula.

2. Guru telah memperjelas peran dan fungsi siswa dalam pembelajaran dan

memberi perhatian lebih dan bimbingan pada siswa yang kurang aktif.

Page 64: 738

71

3. Siswa mendapat kelompok yang lebih baik dibanding kelompok pada siklus

I, setiap kelompok terdiri dari siswa saja atau terdiri dari siswi saja, sehingga

rasa malu bertanya, canggung untuk bekerjasama dapat berkurang dan siswa

menjadi lebih aktif dalam kelompoknya. Proses penemuan juga tidak lagi

memerlukan waktu yang lama.

4. Sebelum pembelajaran dilangsungkan siswa dalam kelompoknya dilibatkan

dalam pembuatan alat peraga, sehingga secara mental siswa lebih siap dalam

melaksanakan pembelajaran dan dapat menambah pengalaman siswa.

Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus II menunjukkan kemajuan yang

bagus, kinerja pengelolaan pembelajaran oleh guru dan keaktifan siswa siswa

meningkat, dan diikuti dengan hasil evaluasi siklus II yang meningkat pula.

Akan tetapi walaupun hasil evaluasi siklus II menunjukkan nilai rata-rata yang

dicapai siswa lebih tinggi dari tolok ukur keberhasilan penelitian, namun

ketuntasan belajar belum tercapai.

Ketidakberhasilan penelitian siklus II ini terjadi karena masih ada siswa

yang kurang aktif dalam kelompoknya dan ada sebagian anggota kelompok yang

mengikuti saja hasil kerja teman-temannya tanpa ikut berpikir. Selain itu tugas

pembuatan alat peraga pada setiap kelompok kebanyakan hanya dikerjakan oleh

satu siswa dalam kelompoknya sehingga siswa yang lain tidak ikut serta dalam

pembuatan alat peraga tersebut.

Pelaksanaan siklus III hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus II.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kinerja guru dan aktivitas siswa

meningkat pada siklus III ini, begitu juga dengan hasil belajar siswa pada siklus

Page 65: 738

72

III telah mencapai tolok ukur keberhasilan penelitian yang diharapkan, dan

penelitian dinyatakan telah berhasil.

Keberhasilan penggunaan metode penelitian terbimbing dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A MTsN Kaliangkrik Tahun

pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan segiempat dicapai pada saat

pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.

1. Guru membimbing siswa melakukan penemuan dengan membuat lembar

kerja siswa.

2. Alat bantu peraga untuk proses penemuan dibuat oleh masing-masing siswa,

sehingga secara mental siswa lebih siap dalam melaksanakan pembelajaran

dan dapat menambah pengalaman siswa.

3. Proses penemuan dilaksanakan dengan berkelompok, setiap kelompok terdiri

dari 2 orang, sesuai dengan tempat duduknya, sehingga setiap siswa dituntut

untuk lebih aktif dan mandiri dalam memprediksi dan membuat kesimpulan.

BAB V

PENUTUP

Page 66: 738

73

Simpulan

Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII

A MTsN Kaliangkrik tahun pelajaran 2004-2005 pada pokok bahasan bangun

segiempat. Pada siklus III nilai rata-rata siswa mencapai 7,25 dan ketuntasan

belajar 68,42%.

Saran

Dalam mengajarkan pokok bahasan bangun segiempat sebaiknya menggunakan

metode penemuan terbimbing.

Agar pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat

berhasil perlu adanya persiapan alat peraga dan LKS yang efektif, karena

sangat dibutuhkan siswa dalam proses penemuan.

Sebaiknya siswa dilibatkan dalam pembuatan alat peraga, karena hal ini akan

menambah pengalaman siswa dan secara mental siswa akan lebih siap dalam

melaksanakan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, Cholik. 2002. Matematika SLTP IB. Bandung: Erlangga

Page 67: 738

74

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Junaedi, Dedi. 1999. Penuntun Belajar Matematika 2. Bandung: PT. Mizan

Pustaka

Kertawididjaya, Eddy Suwardi. 1989. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.

Bandung: CV. Sinar Baru

Pasaribu, I.L. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo

Persada

Sobel, Max A. dan Maletsky, Evan M.. 2003. Sumber Alat Peraga, Aktivitas,

dan Interaksi. Bandung: Erlangga

Soejadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Suyitno, Amin. 2001. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.

Semarang. FMIPA UNNES

Tilaar, HAR. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK

SIKLUS I

KELOMPOK I KELOMPOK VI

Page 68: 738

75

1. Addina Hidaya Q 1. Solekhan

2. Melun Ruminten 2. Nur Chamid

3. Agus Arifin 3. Musbikah

4. Fauzi 4. Azifatul Falah

KELOMPOK II KELOMPOK VII

1. Isma Naimatul H. 1. Imam Ibnu Mas’ud

2. Amin Munandiroh 2. Rohmad Angga R

3. Izat Muhamad 3. S. Fatatul Azizah

4. Imamudin 4. S. Musyayadah

KELOMPOK III KELOMPOK VIII

1. Muhimatul Fitriyah 1. Hilyatus Shofa

2. M. Abdul Hamid 2. Slamet Nurcahyono

3. M. Arfi 3. Siti Inayah

4. Asyiqotul Ulya 4. Nurrochmad

5. Siti Nurcahyono

KELOMPOK IV KELOMPOK IX

1. M. Munir 1. Jazilah Nailatun N.

2. Aslichatul K. 2. Sohiroh

3. Munirul Hakim 3. Sukron Candoyo

4. Lisnawati 4. Uswatun Khasanah

5. Zaenal M.

KELOMPOK V

1. Imam Bayu S

2. Luluk H.A.

3. M. Wahib A.

4. Rini Rismawati

DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK

SIKLUS II

KELOMPOK I KELOMPOK VI

1. Melun Ruminten 1. Solekhan

Page 69: 738

76

2. Addina Hidaya Q 2. Zaenal M

3. Asyiqotul Ulya 3. M. Abdul Hamid

4. Siti Inayah 4. Imamudin

5. Nurrochmad

KELOMPOK II KELOMPOK VII

1. Isma Naimatul H. 1. Imam Ibnu Mas’ud

2. Sohiroh 2. Rohmad Angga R

3. S. Fatatul Azizah 3. Izat Muhamad

4. Azifatul Falah 4. M. Wahib A.

KELOMPOK III KELOMPOK VIII

1. Muhimatul Fitriyah 1. Hilyatus Shofa

2. Musbikah 2. Siti Nurcahyani

3. Uswatun Khasanah 3. Lisnawati

4. Aslichatul K 4. Rini Rismawati

KELOMPOK IV KELOMPOK IX

1. M. Munir 1. Jazilah Nailatun N.

2. Agus Arifin 2. Amin Munandiroh

3. Nur Chamid 3. S. Musyayadah

4. Fauzi 4. Luluk H.A.

KELOMPOK V

1. Imam Bayu S

2. Munirul Hakim

3. Slamet Nurcahyono

4. M. Arfi

5. Sukron Candoyo

LEMBAR KEGIATAN SISWA

PENGERTIAN JAJARGENJANG Waktu : 10 menit

Kerjakan langkah-langkah kerja dibawah ini dengan baik dan benar!

Page 70: 738

77

1. Perhatikanlah ∆ ABC (bidang A.1) pada alat peraga!

2. Titik O adalah titik tengah BC. Dengan pusat titik O putarlah ∆ ABC

setengah putaran!

3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ ABC dan bayangannya!

4. ∆ ABC dan bayangannya membentuk bangun apa?

1. Perhatikanlah ∆ KLM (bidang A.2) pada alat peraga!

2. Titik P adalah titik tengah KM. Dengan pusat titik P putarlah ∆ KLM

setengah putaran!

3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ KLM dan bayangannya!

4. ∆ KLM dan bayangannya membentuk bangun apa?

1. Perhatikanlah ∆ XYZ (bidang A.3) pada alat peraga!

2. Titik Q adalah titik tengah XY. Dengan pusat titik Q putarlah ∆ XYZ

setengah putaran!

3. Amatilah bentuk bangun yang terbentuk dari ∆ XYZ dan bayangannya!

4. ∆ XYZ dan bayangannya membentuk bangun apa?

Jajargenjang dapat dibentuk dari gabungan suatu . . .

dan . . . setelah diputar . . . . putaran, dengan pusat

titik . . . . . . . salah satu sisinya

Page 71: 738

78

LEMBAR KERJA SISWA

SIFAT-SIFAT JAJARGENJANG Waktu :20 menit

Kerjakan langkah kerja dibawah ini dengan baik dan benar!

Sifat 1 1. Perhatikan ∆ ABC (Bangun B-1) pada alat peraga

Dengan pusat titik O, buatlah jajargenjang ABCD dari ∆ ABC

tersebut!

2. Dapat dilihat bahwa:

∆ BCD bayangan dari ∆ . . .

Page 72: 738

79

� Sisi CD bayangan dari

. . .

� Panjang CD = . . .

� Sisi CD berhadapan dg

. . .

� ∠ BDC bayangan dari ∠ . . .

� ∠ BDC = . . .

∠BDC dan ∠ABD adalah sudut

dalam berseberangan dari sisi . . .

dan . . . sehingga sisi . . . sejajar

(//). . .

Dengan cara yang sama, diperoleh

Panjang AC = . . .

Sisi AC //. . .

Pada jajargenjang sisi yang berhadapan . . . panjang,

dan . . .

Sifat 2

1. Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-2) pada alat peraga

2. Putarlah jajargenjang ABCD setengah putaran dengan pusat titik O

3. Dapat dilihat bahwa

� ∠ABC menempati ∠ . . .

� besar∠ABC = . . .

� ∠ABC berhadapan ∠ . . .

� ∠BAD menempati ∠ . . .

� besar∠BAD = . . .

� ∠BAD berhadapan∠ . . .

Page 73: 738

80

Pada jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan . . . besar

Sifat 3

Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-3)

� Ambil ∠ LAE dan letakkan sisi LA berdampingan dengan sisi BG

� Besarnya sudut yang dibentuk ∠ LAE + ∠FBG adalah . . . 0

� Ambil ∠FBG dan letakkan sisi FB berdampingan dengan

sisi CI

� Besarnya sudut yang dibentuk ∠FBG + ∠HCI adalah . . . 0

� Ambil ∠HCI dan letakkan sisi GC berdampingan dengan sisi DK

� Besarnya sudut yang dibentuk ∠HCI + ∠JDK adalah . . . 0

� Ambil∠JDK dan letakkan sisi DJ berdampingan dengan

sisi AE

� Besarnya sudut yang dibentuk ∠JDK + ∠FBG adalah . . . 0

Pada jajargenjang sudut-sudut yang berdekatan

jumlahnya . . . 0

Sifat 4

Perhatikan jajargenjang ABCD (bangun B-4)

1. Diagonal jajargenjang ABCD adalah ruas garis . . . dan . . .

2. OC adalah bayangan . . .

Panjang OC = . . .

3. Panjang OB = . . .(O titik tengah BD

4. Titik O adalah titik potong diagonal . . . dan . . .

Pada jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi

dua . . . panjang

Sehingga berdasarkan sifatnya,

Page 74: 738

81

Jajargenjang adalah suatu segiempat yang sisi

berhadapannya . . . panjang dan . . . , serta

sudut yang berhadapan . . . besar

Page 75: 738

82

LEMBAR KERJA SISWA

LUAS JAJARGENJANG Waktu :15 menit

Perhatikan ∆ ABD dari jajargenjang ABCD diatas!

Bila AB = a dan ED = t, maka:

Luas ∆ ABD = ......2

1xx

.............2

1•=

Karena ∆ BCD bayangan ∆ ABD

Luas ∆ BCD = Luas ∆ . . . .............2

1•=

Luas jajargenjang ABCD = Luas ∆ ABD + Luas ∆ BCD

...............

...........2

1...........

2

1

x=

•+•=

Luas jajargenjang = . . . . . . . x . . . . . .

= . . . x . . .

A B

D C

t

a E

Page 76: 738

83

LEMBAR KERJA

PENGERTIAN BELAH KETUPAT

Waktu: 15 menit

A. Langkah Kerja

1. Letakkan cermin datar tegak lurus dengan permukaan datar (meja)

2. Ambillah segitiga lancip sembarang, letakkan mendatar di atas meja

dengan alas segitiga berimpit dengan permukaan bawah cermin.

3. Perhatikan bangun segiempat yang terbentuk dari segitiga dan

bayangannya, apakah merupakan bangun belah ketupat atau bukan

4. Masukkan datanya dalam tabel hasil pengamatan.

5. Ulangi langkah 1 sampai dengan 4, untukjenis segitiga yang lain.

B. Tabel Hasil Pengamatan

Membentuk Belah Ketupat No. Jenis Segitiga

Ya Tidak

1 Segitiga lancip sembarang

C. Pertanyaan

1. Segitiga jenis apakah yang bila dicerminkan, gabungan segitiga dan

bayangannya membentuk belah ketupat ?

2. Apakah segitiga sama sisi dapat disebut dengan segitiga sama kaki ?

3. Apakah semua segitiga yang dapat membentuk belah ketupat bisa disebut

dengan segitiga samakaki ?

D. Kesimpulan

Belah ketupat dibentuk dari gabungan segitiga . . . . . . . . . . . . . . . dan . . . . .

. . . . . setelah di . . . . . . . . . terhadap alasnya.

Page 77: 738

84

LEMBAR KERJA SISWA

SIFAT-SIFAT BELAH KETUPAT Waktu: 30 Menit

Sifat 1

1. Buatlah gambar belah ketupat yang dibentuk dari ∆ ABC sama kaki berikut:

2. Apakah panjang AB = BC ? mengapa?

3. Apakah panjang AB = AD ? mengapa?

4. Apakah panjang BC = CD ? mengapa?

………………….. sisi belah ketupat …………….. panjang

Sifat 2

1. Perhatikan belah ketupat ABCD yang telah digunting!

2. Apa saja nama diagonal belah ketupat ABCD tersebut?

3. Lipatlah belah ketupat ABCD menjadi dua dengan pusat lipatan sesuai dengan

diagonal AC, bangun apakah yang akan terbentuk?

4. Apakah bangun yang terbentuk sama dan sebangun (kongkruen)?

5. Bila diagonal AC membagi belah ketupat ABCD menjadi dua bangun yang

kongkruen, maka diagonal AC dapat disebut sebagai sumbu apa?

6. Lipatlah belah ketupat ABCD menjadi dua dengan pusat lipatan sesuai dengan

diagonal BD, bangun apakah yang akan terbentuk?

7. Apakah bangun yang terbentuk sama dan sebangun (kongkruen)?

A

B

C

Page 78: 738

85

8. Bila diagonal BD membagi belah ketupat ABCD menjadi dua bangun yang

kongkruen, maka diagonal BD dapat disebut sebagai sumbu apa?

…………………. diagonal belah ketupat merupakan sumbu …………………

Sifat 3

1. Perhatikan belah ketupat ABCD diatas sebagai belah ketupat yang terbentuk

dari ∆ ABD sama kaki,

a. Apakah besar ∠ BAD = ∠ BCD? mengapa?

b. Perhatikan ∠ ABC yang dibagi oleh diagonal BD, apakah ∠ABD =

∠ CBD? mengapa?

2. Perhatikan belah ketupat ABCD sebagai belah ketupat yang terbentuk dari ∆

ABC sama kaki,

a. Apakah besar ∠ ABC = ∠ ADC ? mengapa?

b. Perhatikan ∠ BAD yang dibagi oleh diagonal AC, apakah ∠ BAC =

∠ CAD? mengapa?

C A

B

D

Page 79: 738

86

Pada belah ketupat sudut yang berhadapan

…………… besar, dan dibagi menjadi dua

sama besar oleh ……………………

Sifat 4

1. Perhatikan diagonal AC, dibagi dua oleh diagonal BD di titik O, apakah OA =

OC? mengapa?

2. Perhatikan diagonal BD, dibagi dua oleh diagonal AC di titik O, apakah OB =

OD? mengapa?

3. Disebut apakah ∠AOC, berapakah besar sudutnya?

4. Apakah ∠AOD = ∠COD? berapakah besar masing-masing sudutnya?

C A

D

O

B

Page 80: 738

87

……………. diagonal belah ketupat saling membagi

…………… panjang, dan saling berpotongan saling

………………….

Berdasarkan sifatnya:

Belah ketupat adalah segiempat yang sisinya …………….

panjang dan kedua diagonalnya saling membagi dua ………..

panjang dan berpotongan saling …………………

Page 81: 738

88

LEMBAR KERJA SISWA

LUAS BELAH KETUPAT Waktu: 15 menit

Rumus 1

1. Apakah belah ketupat mempunyai semua sifat jajargenjang?

2. Bila belah ketupat mempunyai semua sifat jajargenjang, apakah belah

ketupat juga merupakan jajargenjang?

3. Bila belah ketupat merupakan jajargenjang, apakah rumus luas belah

ketupat?

Setiap belah ketupat yang mempunyai alas a dan tinggi t, berlaku rumus:

Luas belah ketupat = …………………… x ………………….

= …….. x ……….

Rumus 2

Perhatikan belah ketupat berikut:

B

O A

D

C

tinggi

alas

Page 82: 738

89

Luas belah ketupat ABCD = ∆ Luas ABC + ∆ Luas ……….

= 2

1AC x OB +

2

1 …….. x ………..

=2

1 AC x ( OB + ……….)

=2

1 AC x ………

Bila AC dan ……… merupakan ……………….. dari belah ketupat ABCD, maka

Setiap belah ketupat yang mempunyai diagonal d1 dan diagonal d2, berlaku rumus:

Luas belah ketupat = 2

1 ……………….. x ……………………..

= 2

1 ……….x ………….

LEMBAR KERJA SISWA

PENGERTIAN LAYANG-LAYANG

Waktu: 10 menit

Langkah Kerja

1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang yang telah dibuat.

2. Guntinglah layang-layang yang telah dibuat tepat pada diagonal yang pendek.

Nama: 1 …………………

2 …………………

Page 83: 738

90

3. Amati bangun segitiga yang terjadi, apakah jenis segitiga yang terjadi?

4. Bagaimanakah caranya bila kita ingin membuat lagi layang-layang tadi dari

kedua segitiga tersebut?

Layang-layang terbentuk dari gabungan …………….

segitiga …………………….. yang panjang alasnya …………….

panjang dan diimpitkan

Page 84: 738

91

LEMBAR KERJA SISWA

SIFAT-SIFAT LAYANG-LAYANG Waktu: 25 menit

Perhatikan layang-layang berikut ini!

Sifat 1

Segitiga ABC samakaki, maka AB = ………

Segitiga ACD samakaki, maka AD = ………

Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang

sisinya ………… panjang.

Sifat 2 Segitiga ABC samakaki, maka ∠ BAO = ………

Segitiga ACD samakaki, maka ∠ DAO = ………

Maka ∠ BAO + ∠ DAO = ∠ …… + ∠ ……

∠ DAB = ∠ ………….

∠ DAB dan ∠ ……….. saling berhadapan.

A O

C

B

D

Nama: 1 …………………

2 …………………

Page 85: 738

92

Pada setiap layang-layang, terdapat ……….

sudut yang ……………. besar

Sifat 3

1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang ABCD yang kamu buat, beri

nama titik O pada perpotongan diagonal tersebut.

2. Lipatlah layang-layang ABCD tepat pada garis diagonal BD. Bangun

apakah yang terjadi?

3. Apakah dua bangun yang terjadi saling kongkruen?

4. Disebut sumbu apakah diagonal BD tersebut?

Pada layang-layang, salah satu diagonalnya merupakan sumbu

……………….

Sifat 4

1. Buatlah garis diagonal pada layang-layang ABCD yang kamu buat, beri

nama titik O pada perpotongan diagonal tersebut.

2. Lipatlah layang-layang ABCD tepat pada garis diagonal BD.

3. Perhatikan apakah panjang AO sama dengan panjang CO?

4. Perhatikan apakah ∠ AOD = ∠ COD?

5. Berapa besarnya ∠ AOD dan ∠ COD?

Pada setiap layang-layang salah satu diagonalnya

membagi ………. sama panjang diagonal lain dan

saling …………………….. dengan diagonal itu

Sehingga pengertian layang-layang berdasarkan sifatnya:

Page 86: 738

93

Layang-layang adalah segiempat yang masing-masing

pasang sisinya ……….. panjang dan sepasang sudut

yang …………………….sama besar.

Page 87: 738

94

LEMBAR KERJA SISWA

LUAS LAYANG-LAYANG Waktu: 10 menit

Perhatikan layang-layang ABCD dibawah ini:

Luas layang-layang ABCD = Luas ∆ ABC + Luas ∆ ……….

= 2

1AC x OB +

2

1 …….. x ………..

=2

1 AC x ( OB + ……….)

=2

1 AC x ………

Bila AC dan ……… merupakan ……………….. dari layang-layang ABCD,

maka

Setiap layang-layang yang mempunyai diagonal d1 dan diagonal

d2, berlaku rumus:

Luas layang-layang = 2

1 …………… x ……………

= 2

1 ……….x ………….

A O

C

B

D

Nama: 1 …………………

2 …………………

Page 88: 738

95

BUTIR SOAL SIKLUS I

JAJARGENJANG

Waktu : 45 menit

Isilah titik-titik dibawah ini dengan singkat dan benar!

Untuk soal no 1 dan 2 buatlah dahulu jajargenjang ABCD dari ∆ ABC berikut

ini!

1. Jajargenjang ABCD yang telah dibuat terbentuk dari . . . . . . ABC beserta

. . . . . . . . setelah diputar . . . putaran, dengan pusat putaran titik . . . yang

merupakan titik tengah …

2. Perhatikan jajargenjang yang telah dibuat!

a. ∆ BCD merupakan bayangan dari ∆ . . .

b. CD merupakan bayangan . . . sehingga panjang CD = . . .

c. BD merupakan bayangan . . . sehingga panjang BD = . . .

Sehingga pada suatu jajargenjang masing-masing sisinya . . . . . dan . . . . .

.

3. Perhatikan jajargenjang PQRS berikut ini!

A B

C

O

S R

Q P

Page 89: 738

96

a. Bila ∠ SPQ dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ PQR

maka

∠ SPQ + ∠ PQR = . . .0

b. Bila ∠ PSR dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ QRS

maka

∠ PSR + ∠ QRS = . . .0

c. Bila ∠ SPQ dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ PSR

maka

∠ SPQ + ∠ PSR = . . .0

d. Bila ∠ PQR dipotong dan dipasang berdampingan dengan ∠ QRS

maka

∠ PQR + ∠ QRS = . . .0

Sehingga pada jajargenjang masing-masing sudut yang berdekatan bila

dijumlahkan besarnya adalah. . . 0

4. Tentukan rumus untuk menentukan luas dari jajargenjang KLMN berikut:

Bila diketahui NO = r dan KL = s !

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan

benar!

Berdasarkan sifat yang dimiliki jajargenjang, apakah pengertian jajargenjang

itu?

P

O

N M

L K O

Page 90: 738

97

Perhatikanlah jajargenjang ABCD berikut!

Bila panjang AD = 5 satuan panjang, AB = (3x+2) dan CD = (x+6)

tentukanlah:

panjang BC

nilai x

panjang AB dan DC

Perhatikanlah jajargenjang PQRS berikut!

Jajargenjang PQRS dibentuk dari ∆ PQR dan

bayangannya. Tentukanlah:

Sudut yang besarnya sama dengan ∠ QPS

Sudut yang besarnya sama dengan ∠ PQS

Besar ∠ SQR

Besar ∠ PSQ

Sebidang tanah berbentuk jajargenjang mempunyai ukuran sebagai berikut:

EI = 3 m, IF = 5 m dan HI = 4 m

Tentukanlah luas bidang tanah

tersebut!

P

D C

B A

(x + 6)

5

(3x + 2)

O

S R

Q P 450 650

O

H G

F E 3 m I 5 m

4 m

Page 91: 738

98

BUTIR SOAL SIKLUS II

BELAH KETUPAT

Waktu: 45 menit

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

1. Buatlah segiempat ABCD dengan mencerminkan ∆ABC sama kaki berikut ini

pada alas AC

a. Bangun segiempat apakah yang terbentuk dari pencerminan tersebut?

b. Bagaimanakah terbentuknya belah ketupat?

Untuk soal 2 sampai 4 perhatikan gambar belah ketupat KLMN berikut:

2. Perhatikan belah ketupat KLMN di atas!

a. Bila KLMN dipotong pada diagonal-diagonalnya, bagaimanakah sifat

kedua segitiga yang terbentuk?

b. Disebut apakah kedua diagonal tersebut?

c. Apakah yang dapat kau simpulkan dari jawaban soal a dan b?

3. ∆KMN merupakan bayangan dari ∆KLM, tentukan:

a. Bagaimanakah sifat sudut yang saling berhadapan pada belah ketupat?

b. Bagaimanakah sifat besar sudut yang dibagi oleh diagonal pada belah

ketupat?

4. Berdasarkan sifat-sifat yang kamu ketahui tentang belah ketupat, apakah

pengertian belah ketupat menurut pendapatmu?

C

B

A

M

L

K

N

Page 92: 738

99

5. Perhatikan belah ketupat PQRS berikut:

Bila PQ = 5 satuan panjang,

berapakah panjang PQ, RS, dan SP?

6. Pada belahketupat dibawah ini, bila diketahui ∠ DAO = 300, tentukanlah:

a. besar ∠ OAB

b. besar ∠ DAB

c. besar ∠ DCB

d. besar ∠ DOC

7. Sebidang kertas berbentuk belah ketupat dengan ukuran sebagai berikut.

Bila TO = 3 cm dan WO = 2 cm, tentukan luas TUVW

8. Sebuah belah ketupat KLMN mempunyai panjang diagonal KL = p, dan

diagonal LN = q, tentukanlah:

a. Rumus untuk menentukan luas KLMN

b. Bila p = 14 satuan panjang dan q = 5 satuan panjang, tentukan luas

KLMN!

***Selamat Mengerjakan***

S

P R

Q

B

A

D

C O

300

U

T

W

V O

Page 93: 738

100

BUTIR SOAL SIKLUS III

LAYANG-LAYANG

Waktu: 45 menit

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan benar!

Untuk soal 1-3 perhatikan layang-layang berikut ini:

1. Apabila layang-layang ABCD di atas dipotong pada diagonal AC, tentukan:

a. apakah jenis kedua bangun segitiga yang terjadi!

b. Bagaimanakah caranya bila kedua segitiga tersebut akan dibentuk layang-

layang kembali?

2. Perhatikan layang-layang ABCD di atas!

a. Apabila layang-layang ABCD dipotong pada diagonal BD, dua bangun

apakah yang akan terjadi?

b. Apakah kedua bangun yang terjadi kongkruen?

c. Apakah kesimpulanmu dari jawaban soal 2a dan 2b di atas?

3. Dari layang-layang ABCD diatas, tuliskan:

a. dua pasang ruas garis yang sama panjang

b. dua segitiga yang sama kaki

c. dua segitiga yang kongkruen.

A O

C

B

D

Page 94: 738

101

4. Jelaskan pengertian layang-layang berdasarkan sifat yang dimiliki!

5. Pada layang-layang diatas bila diketahui ∠ DAC= 300 dan ∠ CBD=40

0,

berapakah besar ∠ ABC, ∠ BAC, ∠ BAD dan ∠ ADC?

6. Pada layang-layang diatas bila panjang BD=9 satuan panjang, OD=4 satuan

panjang dan AO=3 satuan panjang, tentukan:

a. panjang OC

b. luas layang-layang ABCD

7. Perhatikan layang-layang berikut ini:

Bila panjang PR=a dan QS=b,

tentukan:

a. rumus luas layang-layang

b. bila a = 15 satuan panjang dan

b= 10 satuan panjang,

berapakah luas layang-layang?

8. Tentukan berapa ukuran kertas berbentuk persegi panjang yang harus tersedia

untuk membuat bidang berbentuk layang-layang dengan ukuran berikut ini!

***Selamat Mengerjakan***

20 cm

10 cm

40 cm

P

Q

R

S

Page 95: 738

102

GRAFIK HASIL PENGAMATAN SELAMA PENELITIAN

A. Hasil Pengamatan Kinerja Guru

B. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa

C. Rata- rata Hasil Belajar

Page 96: 738

103

D. Ketuntasan Belajar

Page 97: 738

104

Page 98: 738

105

KISI-KISI SOAL SIKLUS I

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Bangun Segiempat

Sub Pokok Bahasan : Jajargenjang

Alokasi Waktu : 45 menit

Jumlah Soal : 8 Soal

Bentuk Soal : A. Isian; jumlah soal: 4 butir

B. Uraian; jumlah soal: 4 butir

No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian

Materi

Indikator No.

Soal

Bentuk

Soal

1 Siswa dapat menjelaskan

kembali pengertian

jajargenjang

Jajar-

genjang

Pengertian

jajargenjang

Siswa dapat menjelaskan terbentuknya

jajargenjang dari suatu segitiga dan

bayangannya

A1 Isian

2 Siswa dapat menggunakan

sifat-sifat jajargenjang untuk

memecahkan permasalahan

Jajar-

genjang

Sifat-sifat

jajargenjang

• Siswa dapat menemukan sifat-sifat

jajargenjang

• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian

jajargenjang berdasarkan sifat-sifatnya.

A2-A3

B1

Isian

Uraian

Page 99: 738

106

• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat

jajargenjang untuk menyelesaikan suatu

masalah

B2-B3 Uraian

3 Siswa dapat menggunakan

konsep luas bidang

jajargenjang untuk

memecahkan masalah

Jajar-

genjang

Rumus luas

bidang

Jajargenjang

• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang

jajargenjang

• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang

jajargenjang untuk menyelesaikan masalah

A4

B4

Isian

Uraian

Page 100: 738

107

KISI-KISI SOAL SIKLUS II

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Bangun Segiempat

Sub Pokok Bahasan : Belah ketupat

Alokasi Waktu : 45 menit

Jumlah Soal : 8 Soal

Bentuk Soal : Uraian

No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian

Materi

Indikator No.

Soal

Bentuk

Soal

1 Siswa dapat menjelaskan

kembali bagaimana

terbentuknya belah ketupat

Belah

ketupat

Pengertian

belah ketupat

Siswa dapat menjelaskan terbentuknya belah

ketupat dari suatu segitiga dan bayangannya

1 Uraian

2 Siswa dapat menggunakan

sifat-sifat belah ketupat

untuk memecahkan

permasalahan

Belah

ketupat

Sifat-sifat

belah ketupat

• Siswa dapat menemukan sifat-sifat belah

ketupat

• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian

belah ketupat berdasarkan sifat-sifatnya.

2-3

4

Uraian

Uraian

Page 101: 738

108

• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat belah

ketupat untuk menyelesaikan suatu masalah

5-6 Uraian

3 Siswa dapat menggunakan

konsep luas bidang belah

ketupat untuk memecahkan

masalah

Belah

ketupat

Rumus luas

bidang belah

ketupat

• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang

belah ketupat

• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang

belah ketupat untuk menyelesaikan masalah

8

7-8

Isian

Uraian

Page 102: 738

109

KISI-KISI SOAL SIKLUS III

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

Mata Pelajaran : Matematika

Pokok Bahasan : Bangun Segiempat

Sub Pokok Bahasan : Layang-layang

Alokasi Waktu : 45 menit

Jumlah Soal : 8 Soal

Bentuk Soal : Uraian

No. Kompetensi yang diujikan Materi Uraian

Materi

Indikator No.

Soal

Bentuk

Soal

1 Siswa dapat menjelaskan

kembali bagaimana

terbentuknya layang-layang

Layang-

layang

Pengertian

belah

ketupat

Siswa dapat menjelaskan terbentuknya layang-

layang dari suatu segitiga dan bayangannya

1 Uraian

2 Siswa dapat menggunakan

sifat-sifat layang-layang

untuk memecahkan

permasalahan

Layang-

layang

Sifat-sifat

layang-

layang

• Siswa dapat menemukan sifat-sifat layang-

layang

• Siswa dapat menjelaskan kembali pengertian

layang-layang berdasarkan sifat-sifatnya.

2

4

Uraian

Uraian

Page 103: 738

110

• Siswa dapat menggunakan sifat-sifat layang-

layang untuk menyelesaikan suatu masalah

3,5 Uraian

3 Siswa dapat menggunakan

konsep luas bidang layang-

layang untuk memecahkan

masalah

Layang-

layang

Rumus luas

layang-

layang

• Siswa dapat menurunkan rumus luas bidang

layang-layang

• Siswa dapat menerapkan rumus luas bidang

layang-layang untuk menyelesaikan masalah

7

6-8

Uraian

Uraian

Page 104: 738

111

Page 105: 738

112