71

74
PERBANDINGAN HASIL TENDANGAN BOLA ANTARA TUNGKAI PANJANG DAN TUNGKAI PENDEK PADA PEMAIN SEPAK BOLA SENIOR KLUB PERSEBA BANGSRI JEPARA TAHUN 2004 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : Nama : Aris Setiawan NIM : 6314000020 Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas : Ilmu Keolahragaan FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

Transcript of 71

PERBANDINGAN HASIL TENDANGAN BOLA ANTARA TUNGKAI

PANJANG DAN TUNGKAI PENDEK PADA PEMAIN

SEPAK BOLA SENIOR KLUB PERSEBA

BANGSRI JEPARA TAHUN 2004

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Nama : Aris Setiawan

NIM : 6314000020

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2005

SARI

Aris Setiawan, 2005. “Perbandingan Hasil Tendangan Bola antara Tungkai Panjang dan Tungkai Pendek Pada Pemain Sepak bola Senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara Tahun 2004”. Skripsi UNNES.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan subyek yang mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004. Sedangkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui perbedaan hasil tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan subyek yang mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004.

Metode dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei dengan teknik tes dan pengukuran. Metode survei yaitu salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang lebih luas dan banyak. Sementara teknik pengukuran adalah alat pengumpul data yang bermaksud mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif, sedangkan teknik tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Metode penelitian ini terdiri dari a). Populasi penelitian ini adalah pemain sepak bola senior Klub PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004; b). Sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling atau sampel bertujuan, karena dalam mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang/pemain; c). Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah tungkai panjang dan tungkai pendek, sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil tendangan bola; d). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Antropometri yaitu untuk mengukur panjang tungkai dan Roll meter untuk mengukur hasil tendangan bola; e). Teknik analisis data diolah dengan menggunakan t-tes atau Uji Beda.

Berdasarkan harga t = 3,54 dan d.b = 21, selanjutnya dilakukan pengetesan satu ekor. Dalam tabel nilai presentil untuk Distribusi t diketahui harga t tabel pada t = 1,72 dan pada t = 2,52. Jadi t = 3,54 lebih besar dari t = 1,72 dan t = 2,52 sehingga hasilnya signifikan.

0

05,0 01,0 0 05,0 01,0

.Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil simpulan bahwa ada perbedaan hasil tendangan bola antara subyek yang mempunyai tungkai panjang dan subyek yang mempunyai tungkai pendek pada pemain sepak bola senior Klub

PERSEBA Bangsri Jepara tahun 2004. Dengan demikian penulis memberikan saran kepada para pelatih Klub PERSEBA Bangsri Jepara hendaknya dalam memilih bibit pemain memperhatikan faktor panjang tungkai.

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan kepada panitia ujian skripsi Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :……………………………………

Tanggal :……………………………………

Semarang, Nopember 2005

Pembimbing I Pembimbing II Drs. Wahadi, M.Pd Drs. Tohar, M.PdNIP. 131571551 NIP. 130340642

Mengetahui,

Ketua Jurusan PKLO

Drs. Wahadi, M.Pd NIP. 131571551

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 15 Desember 2005

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris Drs. Sutardji, M.S Drs. Moh. Nasution, M.Kes NIP. 130 523 506 NIP. 131 276 219

Penguji

1. Drs. Kriswantoro, M.Pd NIP. 131 671 212

2. Drs. Wahadi, M.Pd NIP. 131 571 551 3. Drs. Tohar, M.Pd NIP. 130 340 642

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(Q.S. Al Nasyroh : ayat 6)

Persembahan :

Untuk kedua orang tuaku Kasmono

dan Suprapti, Adikku Dian tersayang,

Saudara-saudaraku, Yogo D.W, Moh

Soidi, Teman-teman di kost Arjuna

dan Kurawa,

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan

hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak,

penulisan skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untk menempuh studi di Fakultas Ilmu Keolahragaan ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan PKLO, yang senantiasa memberi dorongan

dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Drs. Wahadi, M.Pd dan Drs. Tohar, M.Pd yang telah membantu memberikan

masukan sehingga dapat tersusunnya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES, yang telah

mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan.

6. Drs. Nuryadi, yang telah memberikan ijin anak didiknya untuk dijadikan sampel

dalam penelitian ini.

7. Punto Wiyono dan Maslekhan serta Pemain Klub PERSEBA Bangsri Jepara.

8. Keluarga Dr. Khomsin, M.Pd dan Drs. Nuryadi, yang telah memberikan dorongan

moral maupun material dalam menempuh studi ini.

Terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis menyebabkan skripsi ini

jauh dari sempurna, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh Bapak, Ibu, saudara dan

saudari kepada penulis akan diberikan imbalan yang setimpal oleh Allah SWT.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i SARI ............................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ........................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul ................................................................. 1 B. Permasalahan ................................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8 D. Penegasan Istilah............................................................................ 8 E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori .............................................................................. 12

1. Hakekat Menendang Bola ....................................................... 12 2. Panjang Tungkai ...................................................................... 21 3. Pengaruh Tingkat Kepanjangan Tungkai terhadap Hasil Tendangan Bola ...................................................................... 27

B. Hipotesis ........................................................................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi ....................................................................... 35 B. Penentuan Sampel ......................................................................... 36 C. Variabel Penelitian ........................................................................ 37 D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 37

1. Jenis Tes .................................................................................. 38 2. Alat dan Perlengkapan ............................................................ 39 3. Tempat Tes .............................................................................. 40 4. Petugas Penelitian ................................................................... 40 5. Pelaksanaan Tes dan Pengukuran ........................................... 40 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian ........................ 41

E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 41 F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................. 45 B. Pembahasan ................................................................................... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ....................................................................................... 55 B. Saran .............................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57 LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….. 58

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian ........................................ 42 2. Data Kategori Tungkai Panjang.............................................................. 46 3. Data Kategori Tungkai Pendek ............................................................... 47

4. Data Hasil Tendangan Bola untuk Kategori Tungkai Panjang .............. 48 5. Data Hasil Tendangan Bola untuk Kategori Tungkai Pendek ................ 49 6. Perhitungan Statistik ............................................................................... 50

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kaki Bagian Kiri .................................................................................... 18 2. Tendangan dengan Kaki Kura-kura Bagian Dalam ............................... 20 3. Coxcae (Tulang Pangkal Paha) ............................................................. 22 4. Femur (Tulang Paha) ............................................................................. 23 5. Tibia (Tulang Kering) dan Fibula (Tulang Betis) .................................. 24 6. Tulang-tulang Telapak Kaki .................................................................. 26 7. Jarak Anguler A, B sama Jarak Linier A < B ........................................ 29 8. Pengaruh Sudut Elevasi pada Jarak Horisontal dan Jarak Vertikal yang Ditempuh Proyektil ....................................................................... 31 9. Otot-otot superficial dari Paha Kanan, Pandangan Anterior dan

Posterior ................................................................................................. 32 10. Persiapan Penelitian .............................................................................. 79 11. Sampel melakukan Pemanasan ............................................................. 79 12. Pengukuran Panjang Tungkai ............................................................... 80 13. Sampel melakukan Tendangan Bola dengan Menggunakan Kura-kura Kaki Bagian Dalam ............................................................. 81

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Surat Usul Penetapan Dosen Pembimbing ............................................. 58 2. Surat Keterangan Penetapan Dosen Pembimbing .................................. 59 3. Surat Ijin Penelitian ................................................................................ 60 4. Surat Keterangan Telah Penelitian ......................................................... 61 5. Surat Keterangan Hasil Pengujian Oleh Balai Metrologi Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah ........................................ 62 6. Daftar Nama Sampel .............................................................................. 64 7. Data Hasil Tes dan Pengukuran ............................................................. 65 8. Perhitungan Statistik ............................................................................... 66 9. Data Kategori Tungkai Panjang ............................................................. 69 10. Data Kategori Tungkai Sedang .............................................................. 70 11. Data Kategori Tungkai Pendek .............................................................. 71 12. Data Hasil Tendangan Bola Kategori Tungkai Panjang ........................ 72 13. Data Hasil Tendangan Bola Kategori Tungkai Sedang ......................... 73 14. Data Hasil Tendangan Bola Kategori Tungkai Pendek ......................... 74 15. Analisis Data dengan t-tes (Uji Beda) .................................................... 75 16. Tabel Nilai Presentil untuk Distribusi t................................................... 77 17. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………………………... 79

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  URAIAN UMUM 

Sejak tahun 1997 negara kita dilanda krisis moneter yang berakibat

terpuruknya berbagai bidang usaha, termasuk usaha di bidang jasa konstruksi. Namun

pemerintah tidak tinggal diam, banyak usaha yang telah dilakukan untuk

mengembalikan keadaan perekonomian menjadi lebih baik. Berangsur-angsur

kegiatan perekonomian dan pembangunan menggiat kembali.

Pemerintah daerah Jawa Tengah bekerja sama dengan Dinas Perindustrian

Dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah untuk mengadakan proyek pengembangan

sarana dan prasarana dengan membangun Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi

Jateng.

1.2 LATAR BELAKANG 

Proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng

dilatarbelakangi oleh permintaan dari Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Propinsi Jawa Tengah karena merasa masih banyak kekurangan sarana dan prasarana

bila dibandingkan dengan banyaknya kegiatan yang membutuhkan tempat dan

fasilitas. Pembangunan gedung ini nantinya akan digunakan untuk gudang pada

sebagian besar lantai 1 juga sebagai aula pertemuan dan kegiatan lainnya yang

membutuhkan ruangan luas pada lantai 2 dan sekaligus sebagian juga untuk kantor.

pembangunan gedung serba guna ini mempunyai maksud dan tujuan antara lain :

a. Meningkatkan sarana dan prasarana yang lebih baik kepada pelajar dan pengajar

serta lingkungan Disperindag.

b. Meningkatkan kenyamanan dan efektifitas kegiatan – kegiatan di Disperindag.

Berdasarkan surat perintah kerja praktek nomor: 1194/J40.24/PP/2005 yang

dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dan

ijin dari PT. MARGACIPTA WIRAGRYA, selaku Kontraktor Pelaksana,

maka penulis telah mendapatkan kesempatan melaksanakan Kerja Praktek

pada Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi

Jateng, Jl. Pahlawan No.04 Semarang dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng

yang mudah dijangkau dari tempat tinggal penulis.

2. Sesuai dengan program studi yang ditempuh penulis.

1.3 DATA PROYEK 

1. Data Umum :

Nama proyek : Pembangunan Gedung Dekranasda

Disperindag Propinsi Jateng

Lokasi Proyek : Jl. Pahlawan No.04 Semarang

Pemilik Proyek : Disperindag

Konsultan Perencana : PT. SANDHIKA

Konsultan Pengawas : PT. GAGAS RANCANG

Kontraktor Pelaksana : PT. MARGACIPTA WIRAGRYA

Nilai Kontrak : Rp. 4.323.500.000,00

Masa Pelaksanaan : 180 hari

Masa Pemeliharaan : 120 hari

1. Data Teknik :

Jenis pondas : Tiang Pancang

Struktur bangunan : Beton bertulang

Atap bangunan : Kuda- kuda

Penutup atap : Genteng

Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng direncanakan terdiri dari 5

lantai dengan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara bertahap ini, luas

bangunan yang dikerjakan 592 m2 .

1.4  METODA PENGUMPULAN DATA 

Dalam penulisan laporan ini, data-data yang didapat oleh penulis dengan cara

sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan.

Penulis mengadakan pengamatan dilokasi selama kurang lebih 2 (dua) bulan.

Dalam proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng

ini penulis menamati pembuatan dan pemasangan bekisting kolom, balok, plat

lantai 1. 2, 3.4,5 dan atap serta pengecorannya.

2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan para pelaksana pekerja di

lapangan.

Penulis mengadakan tanya jawab mengenai pekerjaan yang dilaksanakan di

lapangan dan membandingkannya dengan teori yang didapatkan di bangku kuliah.

3. Gambar kerja dan data-data lainnya yang didapat dari konsultan dan kontraktor.

Gambar-gambar dan data tersebut antara lain :

- Gambar tampak, potongan, denah, dan detail dari bangunan.

4. Study literature, yaitu mengumpulkan data dari pustaka yang ada sebagai

pembanding.

1.5  SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN 

Pelaksanaan kerja praktek ditentukan hanya selama 60 hari kerja. Walaupun

waktu yang diberikan hanya sedikit, namun diharapkan dapat menambah wawasan

dalam bidang aplikasi teori perkuliahan di lapangan, serta pengetahuan praktis dalam

pelaksanaan proyek yang tidak didapatkan dibangku kuliah.

Pekerjaan yang dipaparkan dalam laporan ini adalah pekerjaan bekisting,

pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran mulai pada pekerjaan struktur bawah dan

struktur atas, pembongkaran bekisting, perawatan beton, finishing, pemasangan batu

bata dan kusen.

Laporan kerja praktek ini disusun dalam 5 bab sesuai dengan pedoman

pembuatan laporan kerja praktek yang dijabarkan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang proyek, data proyek, metoda pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.

Bab II :    Perencanan, Bahan dan Peralatan 

Berisi tentang perencanaan, bahan dan peralatan

Bab III : Pelaksanaan Pekerjaan Berisi tentang tinjauan umum, pekerjaan konstruksi bawah, pekerjaan struktur atas, dan finishing.

Bab IV  :   Manajemen Proyek dan Organisasi Proyek Berisi tentang manajemen proyek, organisasi proyek, pemberian tugas.

Bab V : Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

PERENCANAAN, BAHAN DAN ALAT

2.1 TINJAUAN UMUM

Sebelum suatu proyek dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan perencanaan

terhadap struktur dan arsitektur dari bangunan tersebut. Pada perencanaan struktur,

yang diperhitungkan adalah kemampuan gedung tersebut dalam menahan beban

meliuti gaya-gaya lateral maupun momen yang akan diterima oleh gedung tersebut.

Sedangkan dari segi arsitektur tergantung dari jenis dan fungsi bangunan tersebut.

Akan tetapi dalam bab ini akan dibahas perencanaan secara struktur saja.

Perencanaan proyek sebelum proyek dimulai dimaksudkan sebagai pedoman

yang mengikat semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek, sehingga

pelaksanaan proyek dapat direalisasikan sesuai dengan rencana dan batasan yang

telah ditetapkan semua, baik biaya, mutu maupun waktu. Perencanaan juga sebagai

alat untuk mengukur pelaksanaan, sehingga diketahui seberapa jauh yang terjadi.

Sebelum dilaksanakan suatu proyek perlu dibuat gambaran yang jelas

mengenai bentuk, ukuran-ukuran, dan sebagai spesifikasi dari proyek yang akan

dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai proyek tersebut

sebelum dilaksanakan. Hal demikian juga akan memperlancar dalam pelaksanaannya.

Dalam proyek berskala besar, beberapa faktor non teknis yang berpengaruh

dan harus dipertimbangkan antara lain :

1. Faktor Fleksibility

Faktor Fleksibility yaitu suatu proyek harus fleksibel. Proyek dikatakan fleksibel

apabila proyek tersebut dapat digunakan dalam waktu sesuai dengan umur

rencana dan dapat mengikuti perkembangan zaman.

2. Faktor Acceptability

Faktor Acceptability yaitu proyek tersebut harus diterima oleh semua pihak

masyarakat maupun pemerintah setempat, sehingga akan terpelihara dan

dimanfaatkan seoptimal mungkin agar fdapat memberikan nilai ekonomis

maksimal.

3. Faktor Feasibility

Faktor Feasibility yaitu faktor kelayakan suatu proyek ditinjau dari berbagai

aspek sehingga proyek tersebut layak dilaksanakan. Untuk mendukung hal

tersebut dilakukan penelitian dari aspek sosial, ekonomi, politik dan sosial

budaya, serta teknik.

Secara umum suatu konstruksi harus memenuhi suatu persyaratan

kekuatan, kestabilan, kekokohan, dan ekonomis. Untuk mencapai hal itu,

konstruksi harus mempunyai dimensi, jenis bahan serta jenis konstruksi yang

sesuai dengan perhitungan dan peraturan perencanaan struktur bangunan di

Indonesia, antara lain :

a. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung, PPI 1983 ;

b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI 1971 ;

c. Standar Konstruksi Bangunan-Bangunan Indonesia, SKBBI ;

d. Pedoman Beton, 1989 ;

e. Peraturn dan ketentuan lain yang relevan ; dan

f. Standar Nasional Indonesia tata cara perhitungan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung, SNI

2.2 PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH

Struktur bawah (substrukture) merupakan bagian-bagian bangunan yang

terletak di bawah tanah, yang umumnya hanya berupa pondasi. Struktur bawah (sub

strukture) memiliki fungsi sebagai penyalur beban dari struktur atas menuju ke dalam

tanah yang mampu mendukung beban sehingga tidak mempengaruhi kestabilan

bangunan.

Dalam perencanan struktur bawah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Fungsi bangunan atas hal-hal yang akan dipikul oleh pondasi

2. Besar beban di atasnya

3. Keadaan dan kemampuan tanah di mana bangunan tersebut didirikan.

4. Biaya yang akan dikeluarkan

5. Peralatan / teknologi yang akan dimanfaatkan.

Mengingat bangunan tersebut didirikan di atas tanah, maka perlu sekali

diketahui karakteristik maupun kondisi tempat dimana bangunan itu akan didirikan

agar bisa diperkirakan rencana pondasi yang akan dibuat dengan dasar pada kondisi

tanah tersebut. Struktur yang akan didirikan, dengan demikian beban dapat disalurkan

dengan baik.

Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan harus diketahui tentang

keadaan, susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah

teknis yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah menentukan daya

dukung tanah dan kemungkinan yang terjadi, oleh karena itu diperlukan penyelidikan

terlebih dahulu.

a. Penyelidikan Tanah

Tanah memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang sulit diperkirakan, oleh

sebab itu penyelidikan tanah dilakukan seteliti mungkin. Penyelidikan tanah di

lokasi proyek pembangunan gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng

dilakukan oleh laboratorium Mekanika Tanah Universitas Diponegoro Semarang

bertujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi tanah dasar lokasi.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dilakukan perhitungan untuk menentukan

pondasi yang sesuai kondisi tanah dasar dan rencana bangunan.

Lingkup pekerjaan penyelidikan tanah meliputi pekerjaan di lapangan dengan

melakukan boring di 3 titik dan penyondiran di 2 titik yang selanjutnya dilakukan

penyelidikan di laboratorium untuk mendapatkan data yang akan dipakai dalam

menetukan karakteristik tanah pada lokasi proyek.

Hasil penyelidikan tanah pada titik-titik yang diperlukan dapat dilihat pada

laporan hasil penyelidikan tanah (soil investigation). Bila hasil penyelidikan ini

masih belum cukup menentukan kondisi tanah, kontraktor wajib melakukan

penyelidikan ulang. Berdasarkan hasil tes boring dan sondir diketahui tanah padas

pada lokasi proyek.

b. Perencanaan Pondasi

Pondasi merupakan struktur bangunan bagian bawah yang memikul beban di

atasnya. Pondasi dibedakan menjadi 2 macam :

1. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah pondasi dalam yang memiliki kekuatan

menahan beban yang besar.

2. Pondasi Batu Belah

Pondasi batu belah merupakan pondasi dangkal. Pondasi dari batu belah dapat

dibuat dengan batu pecahan yang cukup besar. Harus diperhatikan antara celah-

celah antara batu belah dipasangi selang-seling dan diisi dengan adukan 1

(bagian) kapur : 1 semen : 3 pasir : atau 1 (bagian) kapur : 5 tras atau ½ (bagian)

semen portland : 1 kapur : 7 pasir. Semua batu belah harus rata dan terletak pada

tempatnya. Lebar pondasi sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari dinding pada

sisi masing-masing ½ tinggi pondasi.

2.3 PERENCANAAN STRUKTUR ATAS

Yang dimaksud struktur atas (upper strukture) adalah bagian dari struktur

yang berada di permukaan tanah, mulai lantai sampai ke atas. Struktur atas

merupakan bagian konstruksi yang menerima beban atap (beban mati dan beban

hidup). Struktur atas terdiri dari kolom, balok, atap, dan plat lantai yang direncanakan

berdasarkan prinsip jangka waktu.

1. Tinjauan Struktur Kolom

Kolom berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan yang terdapat di

atasnya ke pondasi, baik itu vertikal, horizontal, dan momen.

Konstruksi yang dipakai adalah beton bertulang dengan mutu beton K-225

dengan kualitas baja tulangan U-24 (tegangan leleh = 2400 kg/cm²), untuk diameter

lebih kecil dari 12 mm dan U-32 (tegangan leleh = 3200 kg/cm²), untuk diameter

lebih besar dari 16 mm. Bentuk kolom Gedung Dekranasda yaitu persegi dengan

ukuran yang bervariasi. Dimensi kolom ada yang berubah dan ada yang tetap dari

lantai bawah hingga lantai atas sesuai dengan kondisi pembebanan yang diterima.

2. Tinjauan struktur Plat lantai

Plat adalah bagian bangunan yang berfungsi untuk mendukung beban antara

lain berat sendiri, beban hidup, beban tegel, dan spesi. Tebal plat yang dipakai ada 2

macam, sedangkan tipenya ada 2 dengan spesifikasi sebagai berikut:

P1 = 120 mm (lantai ruangan)

P2 = 95 mm (lantai toilet atau WC)

Tulangan menggunakan besi baja dengan diameter 10 mm.

2.4 PERENCANAAN ARSITEKTUR

Perencanaan arsitektur merupakan tahap awal dari suatu perencanaan

bangunan. Perencanaan arsitektur dimulai dengan membuat beberapa alternatif

gambar sebagai gambar rencana tersebut. Lengkap dengan denah-denah, tampak

bangunan serta potongan sesuai dengan saran pemilik proyek.

Perencanaan arsitektur gedung Dekranasda ini adalah dengan

mempertimbangkan kepentingan pemilik, dalam hal ini mempertimbangkan nilai-

nilai keindahan dan estetika. Berdasarkan keinginan pemilik, proyek bangunan ini,

diperuntukkan sebagai pusat kegiatan sehingga desain arsitekturnya disesuaikan

dengan fungsinya estetika dan lingkungan.

Perencana yang mendapat kepercayaan untuk menangani perencanaan

arsitektur gedung Dekranasda adalh PT. MARGACIPTA WIRAGRYA. Hal-hal yang

dikerjakan antara lain adalh perencana tata ruang dalam (interior), tata ruang luar

(eksterior), pengturan cahaya, sirkulasi udara, serta finishing arsitektur yang disajikan

dalam bentuk gambar-gambar rencana juga jenis bahan dan material yang dipakai.

Dasar perencanaan struktur arsitekturnya adalah bangunan dirancang dengan

model modern, selain itu juga atsitekturnya disesuaikan dengan fungsi keindahan dari

bengunan tersebut.

2.5 PERENCANAAN MECHANICAL DAN ELECTRICAL

Bidang mechanical dan elektrical sebagai penunjang fungsi gedung sangat

diperlukan kebereadaannya. Untuk itu perencanaan dalam bidang ini perlu mendapat

penanganan yang serius karena menyangkut fungsi kenyamanan dan kelengkaan

suatu bangunan. Pada proyek Gedung Dekranasda yang mendapat tugas menangani

bidang ini adalah PT. MARGACIPTA WIRAGRYA. Adapun lingkup perencanan

mechanical dan elektrical adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan mechanical

Lingkup perencanaan mechanical antara lain meliputi :

a. Pekerjaan plumbing

Kebutuhan air bersih terpenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) dan sumur. Perhitungan kebutuhan ground reservoir didasarkan pada air

bersih dan air hydrat.

Sistem distribusi air bersih dari reservoir ke unit-unit plumbing

menggunakan sistem gravitasi. Sedangkan sistem pembuangan kotoran air dibuat

terpisah yaitu air kotor dan urinoir ke septiktank, sedangkan air bekas yang lain

dibuang ke drainase luar.

b. Instalasi Pengkondisian Udara

Bangunan gedung Dekranasda sebagai pusat kegiatan karyawan-karyawati

oleh karena itu keberadaan sistem pendingin diperlukan karena kondisi udara kota

Semarang termasuk panas maka digunakan AC (air conditioning)

c. Instalasi Penangkal Petir

Salah satu kelengkapan untuk bangunan bertingkat adalah instalasi

penangkal petir. Yang dimaksud instalasi penangkal petir adalah usaha untuk

melindungi bangunan dan seluruh bagiannya akibat petir.

2. Perencanaan electrical

Sumber daya listrik terutama Perusahaan Listrik Negara (PLN)dan

sumber daya cadangan berasal dari diesel generator set. Sumber daya listrik

cadangan digunakan apabila suplei dari PLN mengalami gangguan.

Pemindahan sumber listrik dari PLN ke diesel genset dan sebaliknya

dilakukan secara otomatis.

Sumber daya listrik yang diberikan oleh PLN biasanya mempunyai

daya yang sewajarnya untuk mesin genset tersebut. Sedangkan tegangan yang

diberikan oleh PLN berkisar antara 220 Volt dengan daya 6000 Watt. Apabila

arus tidak mengalir dari PLN maka generator set secara otomatis akan

menggantikan fungsi dari penggunaan daya dari PLN tesebut.

2.1 BAHAN BANGUNAN

Dalam pelaksanaan proyek, penggunaan bahan bangunan dan alat kerja sangat

berpengaruh terhadap kualitas dan prestasi pekerjaan yang akan dihasilkan. Pemilihan

bahan bangunan berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan konstruksi,

sedangkan pemakaian alat kerja dimaksudkan untuk mempercepat dan mempermudah

pelaksanaan.

Bahan bangunan adalah salah satu faktor yang penting dalam pengerjaan

suatu proyek, sebab mutu dan kekuatan bangunan tersebut ditentukan oleh kualitas

bahan bangunan yang digunakan disamping oleh hal lain antara lain perencanaan dan

lain-lain.

Material tidak perlu disimpan dalam jumlah besar, tetapi disesuaikan dengan

pekerjaan yang sedang berlangsung. Dalam pelaksanaan pekerjaan, masalah material

harus mendapat perhatian secara khusus, terutama dalam hal pengawasan yang baik

terhadap mutu dan standart material. Hal ini berkaitan langsung dengan hal kualitas

maupun dalam ruangan harus sesuai sebaik-baiknya dengan sifat material tersebut.

Penggunaan bahan bangunan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut.

1. Perlu diadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap mutu dan kualitas bahan

bangunan tersebut, paling tidak dengan pengamatan secara kasar dapat dilihat

bahwa bahan bangunan tersebut layak untuk jenis konstruksi yang akan

dikerjakan. Adapun acuan penggunaan bahan bangunan pada proyek Gedung

Dekranasda ini seperti yang tercantum dalam peraturan yang berlaku Indonesia

yang sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII).

2. Jumlah bahan bangunan menyangkut dalam penyimpanan dan penggunaan setiap

saat.

3. Harga bahan bangunan dipengaruhi oleh jenis bahan, jarak lokasi proyek terhadap

sumber bahan dan biaya pengangkutan menuju lokasi proyek.

4. Penjadwalan penggunaan bahan dan material yang memperlancar pelaksanaan

pekerjaan.

Pada sub bab ini kami akan membahas

bahan utama struktur yang digunakan

dalam proyek ini.

1. Semen

Portland Cement adalah bahan pengikat campuran beton yang bersifat hidrolis,

artinya apabila dicampurkan dengan air akan mengalami pengerasan, jadi semen

sangat menentukan pada kekuatan mutu beton yang dihasilkan.

Semen untuk pekerjaan ini menggunakan semen Portland Cemen (PC) type 1

sesuai dengan ASTM C 150, atau dengan persyaratan dalam standar Indonesia

NI-8 atau standar Inggris B.S 1.2 dan diusahakan agar satu merk saja yang

digunakan untuk seluruh pekerjaan beton.

Semen tersebut disuplei dari salah satu pabrik yang telah disetujui oleh pengawas

terlebih dahulu dan kontraktor menunjukkan sertifikat dari produsen dan telah

memenuhi test standart.

Semen disimpan digudang yang terlindungi dari pengaruh cuaca dan diletakkan di

atas papan yang jaraknya 30 cm dari permukaan tanah agar terhindar dari air

hujan dan gas semen yang rusak harus dibuang.

Ketentuan-ketentuan yang lain diperhatikan dalam penggunaan semen antara lain

adalah:

a. Semen harus disimpan dalam gudang yang terlindungi dari pengaruh cuaca

dan diletakkan di atas papan yang jaraknya 30 cm.

b. Pemakaian semen dalam satu adukan tidak dibenarkan berlainan merk.

c. Dalam penyimpanan semen tidak boleh dari 2m atau tumpukan semen.

d. Tiap-tiap penerimaan semen harus dibedakan dengan penerimaan

sebelumnya. Pengeluaran semen diatur secara kronologis sesuai dengan

penerimaan.

e. Apabila semen tidak memenuhi syarat maka kontraktor harus dengan segera

menyingkirkan semen dan dikeluarkan dari area proyek.

f. Merk semen yang dipakai dapat ditukar dengan persetujuan tertulis dari tim

pengawas.

2. Pasir

Pasir untuk beton yang dipergunakan untuk proyek ini adalah hasil disintegrasi

alami batu-batuan atau hasil pemecahan batu. Pasir yang digunakan adalah pasir

Muntilan karena pasir tersebut memenuhi syarat di bawah ini.

Adapun syarat-syarat daalah sebagau berikut.

a. Pasir untuk beton, adukan harus menggunakan pasir alam. Pasir yang dipakai

harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari

butiran yang keras padat dan tidak berselaput oleh material yang lain.

b. Pasir yang ditolak oleh pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan

kerja.

c. Pasir harus bersih dari tanah liat, alkalis dan berat substansi yang merusak

tidak boleh lebih dari 5%.

d. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan

persyaratan pada PBB-1971

3. Kerikil

Agregat kasar (split) berupa kerikil, merupakan desintegrasi alami batu batuan

atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Kerikil adalah bahan

terbanyak dibandingkan bahan yang lain dalam campuran yang digunakan dalam

proyek. Split digunakan dalam campuran adukan beton. Beberapa persyaratan

mutu sesuai PBBI-1971 yang harus dipenuhi antara lain:

a. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori

b. Harus bersifat kekal dalam arti tidak mudah hancur

c. Split harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil dan juga keras padat

tidak porous dan tidak terdiri selaput material yang lain.

d. Split harus mendapat persetujuan dari pengawas sebelum digunakan.

4. Air

Air yang digunakan adalah air tawar yang bersih adri bahan yang berbahaya dari

minyak, alkali, sulfur, bahan organik, garam, silt yang terkandung dalam air tidak

boleh lebih dari 2%. Air yang digunakan sebagai adukan beton adalah air PDAM

yang tersedia di likasi proyek.

5. Bahan Campuran (admixture)

Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari pengawas dan

admixture merupakan bagian yang integral dari adukan beton.

6. Baja tulangan

Baja tulangan yang digunakan memenuhi ketentuan PBBI 1971.Untuk beton

mutu U-32 ( tegangan karakteristik = 3200 kg/m2), sedang beton untuk D16

digunakan U-24 (tagangan leleh karakteristik = 2400). Bila menggunakan wire

mesh, maka harus digunakan tipe dengan electrical welded wire mesh dan

memenuhi ketentuan sesuai dengan ASTM A-185

Semua baja tulangan harus sesuai

dengan persyaratan berikut.

a. Sesuai dengan gambar rencana baik tulangan polos dan ulir

b. Harus ditempat yang kering dan terhindar dari tanah

c. Bebas dari kotoran lemak, karat dan tidak retak

d. Untuk mutu U-39 digunakan profil baja tulangan deformet

Untuk mendapat jaminan Kualitas baja tulangan yang memadai perlu diminta

sertifikat dari suplaier dan laboratorium, baik pada pemesanan maupun secara

periosik minimum 2 contoh percobaan dan perlengklapan untuk tiap 20 ton.

7. Kayu dan Multiplek

Kayu digunakan sebagai bahan pekerjaan rangka bekisting, kayu digunakan juga

digunakan sebagai perancah/penyangga bekisting dan untuk kusen bangunan .

Kayu yang digunakan memenuhi syarat-syarat:

a. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas kuat 1, kayu yang berkualitas bauk,

tua kering dan tidak cacat.

b. Kelembaman kayu dipakai untuk kelembaman kayu halus harus kurang dari

12-16 % dan untuk kayu kasar 16-18%. Tempat pekerjaan harus konstan

sampai bangunan selesai.

c. Selama pekerjaan mutu dan kekeringan kayu harus dijaga di tempat kering

serta terhindar dari panas dan hujan.

2.7 PERALATAN

Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, pertimbangan yang harus

dipergunakan dalam menggunakan alat-alat kerja antara lain dalam segi ekonomis

dan segi teknis. Adapun pertimbangan antara lain:

1. Pertimbangan ekonomis adalah menyangkut masalah volume pekerjaan,

kelancaran pekerjaan dan pengadaan alat artinya alat diperoleh dengan membeli

atau menyewa disesuaikan dengan hasil yang diperoleh.

2. Pertimbangan teknis adalah menyangkut masalah spesifikasi alat, ukuran dan

kapasitas alat kerja serta jumlah dan ruang gerak dari alat tersebut dilokasi proyek.

Pemakaian alat berat hendaknya disesuaikan dengan jenis dan volume

pekerjaan. Hal ini yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan alat, kondisi alat

yang selalu siap pakai dalam pemeliharaan yang baik akan memperpanjang usia serta

mempertahankan kemampuan alat dan memperlancar proses kerja.

Adapun pemilihan dan penggunaan alat kerja disesuaikan dengan keadaan lapangan,

volume pekerjaan dan tenaga yang tersedia serta waktu pelaksanaan. Dalam

pelaksanaan penggunanaan alat, operator diawasi oleh mandor agar diperoleh hasil

kerja yang efisien. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan selama pelaksanaan

proyek:

1. Theodolit

Alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan as-as bangunan.

2. Waterpass

Alat yang digunakan untuk menentukan pail-pail atau elevasi lantai bangunan,

menentukan elevasi vertikal dan muka tanah maupun bangunan terhadap bidang

horizontal.

3. Meteran

Meteran kegunaannya untuk mengukur bentang-bentang kecil, yang setiap saat

dapat digunakan, dapat dipakai meteran rol yang standar.

4. Pembengkok besi beton (bar bender)

Alat pembengkok besi beton ini digunakan untuk membengkokkan baja tulangan

seperti membuat begel, kait tulangan utama dan sebagainya. Alat pembengkok ini

terbuat dari besi keras dengan panjang yang berbeda.

5. Beton molen

Molen adalah alat untuk mengaduk adukan beton untuk mengecor pasa pekerjaan

yang relatuf kesil, misalnya membuat lantai kerja pada sloof dan pemasangan

batu bata. Molen yang digunakan bermerk Hercules kapasitas 0.35 m3 dengan

penggerak diesel 6 PK. Dengan molen ini diharap menghasilkan hasil yang

sempurna dan tercampur rata.

Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan beton molen antara lain:

a. Sebelum digunakan untuk mengaduk, drum beton molen harus bersih dari

kotoran.

b. Beton molen sebaiknya ditempatkan pada tempat yang datar dan strategis

untuk mensuplei adukan.

c. Sebauknya material diletakkan dekat dengan molen supaya efisien dan

menghemat waktu.

Untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan petugas kasus yang mengenai

antara lain:

a. Lorong bertugas menjalankan mesin dan mengemudikan drum pengaduk.

b. 1 Orang mengawasi campuran material, sehingga perlu diperhatikan:

(1) Perbandingan material yang diaduk

(2) Saat menuangkan dijaga jangan sampai adukan beton tercecer/terbuang.

(3) Lamanya waktu pengadukan beton 2-5 menit atau dengan melihat

campuran telah rata atau belum.

6. Pump concret

Pump concret adalah alat yang digunakan untuk memindahkan beton dari

readymix dalam skala pekerjaan yang besar agar diperoleh hasil yang maksimum

dan efektif seperti pengecoran plat lantai dan balok pada lantai dua dan tiga.,

dalam menggunakan pompa beton ini dihasilkan hasil yang cepat dan ekonomis.

Gambar 1. Pump Concret

7. Ready Mix

Readymix adalah alat yang dipesan yang berisi campuran beton segar yang

dipesan oleh kontraktor setelah pekerjaan pembesian, begisting sudah siap.

Readymix ini berisi 5m3 sehingga dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan.

Readymix ini dipesan untuk skala yang cukup besar seperti pengecoran plat dan

balok. Dalam proyek ini kontraktor dengan pertimbangan ekonomis

menggunakan pemesanan pada PT. INDOMIX PERKASA yang berada di jl.

Kaligawe.

Gambar 2. Ready Mix

8. Scaffolding

Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk

menyangga untuk bekisting plat lantai dan balok agar kokoh dan kuat dalam

menahan beban beton atau beban luar yang bekerja padanya. Scaffolding yang

akan digunakan dapat diatur tingginya sesuai dengan ukuran diperlukan dan dapat

digunakan berulang kali.

Gambar 3. Scaffolding 

BAB III TAHAP PELAKSANAAN

3.1 TINJAUAN UMUM

Pelaksanaan pekerjaan struktur

yang merupakan suatu tindakan

lanjutan dari perencanaan, dan

merupakan bagian yang sangat penting

untuk dapat terwujudnya suatu proyek.

Hal ini dapat terlaksana apabila pada

persiapan dari semua perencanaan dan

pelaksanaan-pelaksanaan yang akan

menangani pekerjaan telah siap serta

terpenuhi syarat-syarat untuk memulai

pekerjaan.

Dalam pelaksanaan suatu proyek

selalu diharapkan kualitas terbaik,

yaitu:

1. Memenuhi spesifikasi teknis yang diharapkan

2. Selesai tepat waktu

3. Biaya yang dikeluarkan serendah mungkin

Untuk mencapai semua ini

diperlukan suatu rencana kerja agar

mendapat suatu urutan pelaksanaan

pekerjaan yang efektif serta efisien

antara pekerjaan yang satu dengan

yang lain dan tidak saling terganggu,

sehingga dalam pelaksanan pekerjaan

dapat berjalan dengan lancar.

Dalam menyusun rencana kerja

ini beberapa faktor penting yang harus

diperhatikan antara lain:

1. Rencana kerja (network planning), rencana ini didasarkan pada pengertian yang

tepat untuk menentukan pekerjaan apa yang harus dilaksanakan terlebih dahulu.

2. Waktu kerja, baik mengenai masimg-masing pekerjaan proyek maupun mengenai

proyek secara keseluruhan.

3. Sumber-sumber yang diperlukan:

a. Tenaga Kerja

b. Peralatan

c. Material

d. Pendanaan

e. Pengawasan

Dengan memperhatikan faktor-

faktor di atas diharapkan akan

mendapatkan hasil pekerjaan yang

baik dengan kualitas yang memenuhi

persyaratan. Selain terdapat faktor non

teknis yang mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan seperti:

1. Struktur organisasi proyek

2. Perijinan-perijinan

3. Gambar-gambar pelaksanaan

4. Cuaca

5. Lokasi proyek

Sebelum pelaksanaan dimulai

perencanaan mengenai urutan dan

teknis pelaksanaan harus dikuasai agar

tidak menimbulkan banyak masalah

dalam pelaksanaan nantinya, untuk itu

dibutuhkan penguasaan terhadap

proyek yang akan dikerjakan oleh

tenaga-tenaga yang berpengalaman, di

bidangnya. Pelaksanaan pekerjaan

yang akan dijelaskan di sini adalah

pekerjaan yang penulis amati secara

langsung di lapangan.

Pelaksanan pekerjaan struktur

atas proyek ini merupakan konstruksi

beton bertulang, yang meliputi kolom,

balok dan plat lantai. Secara umum

pekerjaan-pekerjaan dalam tahap ini

harus memenuhi peraturan yang

berlaku yaitu Peraturan Beton

Bertulang Indonesia (PBBI 1971) dan

SK SNI T-15-1991-03

Untuk mencapai sasaran yang

diharapkan, maka perlu adanya:

1. Rencana kerja yang terperinci

2. Tenaga kerja yang profesional

3. Koordinasi antar bagian

4. Pengawasan yang ketat dan kontinyu

Pelaksanaan pekerjaan beton

bertulang ini terdiri dari pekerjaan

yang saling berurutan sehingga

sebelum pelaksanaan diadakan

pertemuan antar Departemen

Pekerjaan Umum (DPU) sebagai

peninjau dan Disperindag dengan

pihak yang terkait seperti konsultan

perencana, konsultan pengawas, dan

kontraktor sebagai pelaksana.

3.1.1 Pekerjaan Bekisting

Bekisting juga disebut acuan yang merupakan konstruksi pembantu

bersifat sementara, yang dipakai sebagai cetakan beton untuk memperoleh

bentuk konstruksi yang direncanakan. Yang perlu direncanakan dalam

pekerjaan ini adalah kekuatan, kerapian, dan kecermatan dalam pemasangan

sehingga akan diperoleh bekisting yang kuat dan tidak bocor. Dalam

pembuatan bekisting ada beberapa syarat yang harus diperhatikan sebagai

berikut:

1. Bekisting harus dibuat dengan ukuran yang tepat, cukup kaku, stabil dan

kuat menahan beban-beban pada waktu pengecoran, atau pun pada saat

pemadatan sampai beton mencapai umurnya, serta dapat memikul berat

sendiri dan beban lainnya.

2. Bekisting harus cukup rapat, terutama pada daerah sambungan yang

rawan mengalami bocor pada saat pengecoran.

3. Bekisting harus terbuat dari bahan yang kuat dan baik serta tidak mudah

menyerap air dan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dilepas

tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

Dalam perencanaan proyek Gedung Dekranasda, pada pengecoran

balok, plat, dan kolom menggunakan bekisting konvensional yang terdiri dari:

1. Rangka kayu kelas kuat II ukuran 5/7, 6/12, dan 8/12

2. Multiplek tebal 8 mm

3. Paku kayu dan kawat besi.

3.1.2 Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan rangkaian dari pekerjaan beton yang

meliputi kegiatan antara lain:

1. Pemotongan tulangan besi,

2. Pembengkokan tulangan besi,

3. Penyetelan tulangan besi, dan

4. Penyambungan tulangan besi.

Peralatan yang dipakai dalam pekerjaan pembesian dibagi dalam dua

kelompok:

1. Pemotongan yang terdiri dari alat pemotong dengan tenaga listrik

2. Pembengkokan yang terdiri dari alat pembengkok tenaga manusia

(manual).

Pada dasarnya pada pekerjaan pembesian ada tiga tahap pelaksanan yaitu:

1. Pekerjaan persiapan

Dilakukan dengan mempelajari gambar konstruksi kemudian dibuat daftar

kebutuhan jumlah tulangan menurut diameternya, serta dilengkapi dengan

pembengkokan dan pemotongan tulangan.

2. Pekerjaan fabrikasi di lapangan

Dibuat berdasarkan pada daftar kebutuhan sebelumnya menurut jumlah

dan ukuran pemotongan, sehingga pekerjaan tinggal dikerjakan dengan

jumlah yang ada.

3. Pekerjaan pemasangan

Pemasangan dan penyetelan tulangan di bagian konstruksi yang

dikehendaki, dilaksanakan dengan besi yang telah difabrikasi.

Pemasangan tulangan hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tulangan harus bebas dari kotoran dan lemak.

b. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa, sebelum dan selama

pengecoran tidak berubah tempat.

Diperhatikan ketebalan beton decking, beton deking minimal dibuat dengan

mutu yang sama dengan beton yang akan dicor. Penahan dipasang 4 buah tiap

1 m2 dan jarak harus merata.

3.1.3 Pekerjaan Pengecoran

Pekerjaan pengecoran dapat dilaksanakan setelah direksi menerima dan

menyetujui mengenai bekisting, tulangan, stek-stek, beton decking dan

hal-hal lain yang mengenai pengecoran.

Sebelum pengecoran dilakukan, semua alat-alat yang digunakan harus

bersih dari kotoran, potongan kawat, paku, serbuk gergaji dan lain-lain.

Sebelum melakukan pengecoran perlu dilakukan pengecekan yang

terakhir kali mengenai hal-hal:

1. Pembesian (jumlah dan ukuran besi) harus sesuai dengan gambar.

2. Cara pemasangan besi apakah sudah betul yaitu mengenai overlapping

pembengkokan, penjangkaran dan pengikat.

3. Ukuran bekisting apakah sesuai dengan ukuran balok, kolom, dinding

atau plat yang akan dicor.

4. Pengecekan mengenai instalasi mekanikal dan elektrikal sudah

terpasang pada tempatnya.

5. Pengecoran tidak boleh dilakukan dalam keadaan hujan kecuali

dipasang penutup atap.

6. Agar beton padat volumenya, maka diperlukan pemadatan dengan

manual yaitu tongkat besi atau dengan vibrator.

7. Untuk mengulangi keropos pada kolom maka perlu dilindungi dengan

cara menempelkan kertas semen basah pada titik kolom yang perlu

dirawat.

3.1.4 Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran boleh dilakukan apabila beton cukup umur sesuai

dengan pemeriksaan benda uji sesuai dengan pasal 4.7.5 PBI 1971 dan

persetujuan dari pengawas ahli. Pada bagian konstruksi, di mana akibat

pembongkaran bekisting akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari

pada beban rencana atau yang akan terjadi keadaan yang lebih berbahaya dari

keadaan yang diperhitungkan, maka bekisting dari bagian konstruksi tersebut

tidak boleh dibuka selama pengerasan beton berlangsung.

Pembongkaran bekisting dilakukan sebagai berikut:

1. Bekisting pada kolom dibongkar minimal 12 jam setelah pengecoran

2. Bekisting balok dan plat dibongkar minimal 21 hari setelah pengecoran

atau sesuai dengan pemeriksaan benda uji.

3.2 PEKERJAAN KONSTRUKSI BAWAH

3.2.1 Tinjauan Umum

Dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi pada proyek pembangunan Gedung

Dekranasda, digunakan pondasi tiang pancang dan pondasi batu kali.

Pelaksanaa pekerjaan pondasi dilakukan oleh kontraktor (PT.

MARGACIPTA WIRAGRYA). Pekerjaan kolom merupakan pekerjaan

struktur bawah serta pekerjaan struktur atas, untuk selanjutnya pekerjaan

tersebut dapat diuraikan pada uraian selanjutnya.

3.2.2 Pekerjaan Pondasi

1. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang, meliputi:

a. Pekerjaan pengukuran

Sebelum memulai pekerjaan, pemborong diwajibkan melakukan

pengukuran dan pematokan rencana letak pondasi tersebut, untuk

disetujui oleh pengawas. Tiap titik diberi notasi atau kode sesuai

dengan yang direncanakan.

b. Penggalian Tanah Poer

(1) Melakukan penggalian tanah dengan cara manual.

(2) Kedalaman penggalian tanah kurang lebih 1.5 m.

c. Pengecoran Poer

1. Sebelum dilakukan pengecoran kita memasang tulangan poer

yang tersedia serta memasang bekisting dari multiplek dengan

permukaan cukup rata dan tebal multiplek yang dipakai

minimal adalah 9 mm dengan perkuatan balok kayu 5/7

dengan jarak maksimal 40 cm. Pengecoran dilakukan dengan

mutu K-225 dengan slum test max 12 cm.

2. Pada saat pengecoran poer dilakukan penusukan-penusukan

dengan vibrator, yang dimaksudkan agar tidak terjadi rongga-

rongga udara atau penggumpalan agregat kasar (split) pada

suatu lokasi yang akhirnya akan mengurangi kekuatan beton.

3. Pengecoran beton dilakukan dengan sebaik mungkin sesuai

dengan persyaratan yang telah ditentukan.

d. Pembongkaran Bekisting Poer

Pembongkaran poer dilakukan setelah beton mempunyai

kekerasan dan kekuatan seperlunya.

2. Pekerjaan Beton

1. Pasangan sloof

Ukuran sloof yang digunakan 25/70 cm.

2. Pasangan balok

Ukurn balok 30/80

3. Pasangan kolom struktur

Ukuran kolom struktur 80/80 cm

4. Pasangan Ringbalk

Ukuran ringbalk 20/70

 

 

Gambar 5. Pemasangan Sloof Pondasi 3.2.3 Pekerjaan Kolom

Kolom berfungsi untuk menyalurkan beban-beban bagian atas yang

kemudian diterima oleh pondasi. Selain itu juga sebagai kerangka

bangunan.

1. Pekerjaan Pembesian

Kekuatan bangunan beton bertulang sangat ditentukan oleh

pekerjaan pembesian, oleh karena itu pekerjaan pembesian ini harus

mendapatkan perhatian. Kesalahan yang timbul dalam pekerjaan ini

akan mengakibatkan berkurangnya kekuatan struktur bangunan.

Pekerjaan pembesian kolom lantai menggunakan tulangan yang

panjangnya 12 m yang dipotong sesuai dengan panjang yang

dibutuhkan.

Pekerjaan sambungan kolom antara lantai 1 dengan lantai

lainnya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, yaitu tulangan

berdiameter 12 dan pada penyambungan menggunakan kawat beton.

Cara pemasangan tulangan pada kolom adalah sebagai berikut:

1. Tulangan utama dipasang bersamaan dengan tulangan sloof sesuai

dengan gambar desain.

2. Setelah pasangan utama dipasang, tulangan sengkang dipasang

mengitari tulangan utama, tulangan diikat dengan menggunakan

kawat beton.

 

        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 6. Persiapan Pembesian Kolom dan Tulangan  

Dalam pekerjaan kolom yang harus diperhatikan antara lain as

kolom yang harus terletak di tengah dan hubungan antara kolom dan

pondasi.

2. Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan bekisting kolom dilakukan setelah pembesian kolom

selesai.

Cara pemasangan adalah sebagai berikut:

a. Bekisting yang dirangkaikan dilapangan diberikan pengaku

dengan rangka balok.

b. Sisi keliling dinding bekisting kolom a. diberikan pengaku dengan

kayu kalimantan penahan agar bekisting kuat tidak melengkung di

waktu pengecoran.

Gambar 7. Lokasi Bekisting Kolom 

3. Pekerjaan Pengecoran

Sebelum pengecoran dilakukan pemeriksaan bekisting,

pemeriksaan tersebut antara lain:

a. Pemeriksaan terhadap as-as kolom beserta dimensinya

b. Pemeriksaan penunjang bekisting-bekisting kolom. Pemeriksaan

bekisting-bekisting kolom apakah sudah lurus atau belum

pengecoran menggunakan mutu K-225 yang pengecorannya

menggunakan alat manual (pekerjaan langsung pengecoran). Untuk

memadatkan adukan beton digunakan vibrator.

3.3 PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAS

3.3.1 Pekerjaan Balok dan Plat

Pekerjaan balok dan plat dilakukan secara bersamaan, hal ini

dikarenakan bekisting balok dan plat saling berhubungan, sehingga

dilakukan secara bersama-sama. Dengan cara demikian, hasil pekerjaan

akan mempunyai kekuatan yang maksimal, karena balok dan plat

menyatu (monolith).

a. Pemasangan Bekisting

Pemasangan bekisting plat lantai dan balok dilakukan setelah

selesai pembongkaran bekisting kolom. Pada bekisting ini, gaya dan

tekanan yang diperhitungkan akibat berat sendiri adukan beton,

peralatan dan pekerja di atasnya.

Gambar 8. Pemasangan Bekisting Plat

lantai dan Balok.

b. Pemasangan Tulangan

Pada pemasangan tulangan yang pertama dipasang adukan

tulangan balok baru kemudian tulangan plat lantai. Superviser

menyiapkan material-material besi serta material pendukung lainnya

dan mengawasi fabrikasi.

Gambar 9. Pemasangan Tulangan Plat

Lantai dan Balok

c. Pengecoran

Pengecoran balok dan plat ini dilakukan secara bersama-sama.

Sebelum diadakan pengecoran diperiksa dahulu elevasi dari plat

apakah sudah sesuai dengan shop drawing dan dipasang relat (yaitu

alat bantu untuk menentukan ketinggian permukaan lantai yang akan

dicor) pada daerah elevasi yang ditentukan. Selain itu lokasi yang

akan dicor harus dibersihkan dari segala kotoran dengan

menggunakan kompresor udara bertekanan tinggi dan untuk

mengambil sisa-sisa potongan kawat bendrat yamg ujungnya dipasang

magnet. Kekuatan dari bekisting dan support juga harus diperiksa.

Pengecoran dilakukan dengan cara pemesanan dari Ready Mix

yaitu Jaya Mix yang berada di kawasan jalan Kaligawe Semarang.

Serta mengingat banyaknya volume beton maka dibantu

menggunakan pump concret juga dari Jaya Mix.

Pengecoran balok dan plat lantai juga menggunakan concrete

pump karena areal atau lokasi yang akan dicor tidak dapat dicapai

oleh truk mixer. Ketebalan selimut harus sesuai dengan perhitungan

dan untuk mengetahui apakah ketebalan selimut beton tersebut sudah

sesuai maka pada tiap satu meter ketebalan diperiksa atau dicek

dengan cara menusukkan besi pengukur ketebalan ke dalam pasta

beton yang telah dituang. Untuk meratakan permukaan pasta adukan

beton dipakai balok kayu (blebes). Sejak pengecoran yang dimulai

pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-

siar pelaksanaan yang telah ditetapkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 10. Pelaksanaan Pengecoran 

d. Pembongkaran bekisting balok dan plat

Pembongkaran bekisting dilakukan setelah umur beton 14 atau

28 hari tergantung dari hasil test beton, pembongkaran ini harus

memperhatikan apakah di atas ini ada pekerjaan lantai selanjutnya

atau tidak.

3.3.2 Perawatan Beton

Untuk perawatan beton yang baru dan untuk mencegah

pengeringan yang terlalu cepat, selama pekerjaan perlu dilakukan dengan

cepat, diperlukan juga upaya- upaya seperti beton harus dilindungi dari

hujan lebat, aliran air dan kerusakan yang disebabkan perawatan selama

beton belum mengeras.

3.3.3 Finishing

Dalam pekerjaan finishing sangat diperlukan ketelitian-ketelitian

yang tepat dan cermat, karena menyangkut masalah keindahan dan seni

sehingga dalam proyek pembangunan Gedung Dekranasda ini, pekerjaan

finishing tidak kalah penting dengan pekerjaan struktur. Untuk

mendapatkan pekerjaan finishing yang tepat dan cermat pihak pelaksana

beserta konsultan perencana bekerjasama langsung di lapangan.

3.3.4 Pemasangan Kuda-kuda

Kuda-kuda berfungsi sebagai rangka atap dalam sebuah bangunan.

Dalam proyek ini kontraktor yaitu PT. MARGACIPTA WIRAGRYA

bertanggung jawab penuh dalam pekerjaan ini. Kuda-kuda yang dipakai

yaitu memakai kerangka baja, mengingat bentuk atap berupa limasan,

bentang, dan tingginya atap.

3.3.5 Pemasangan Batu Bata dan Kusen

Batu bata berfungsi sebagai dinding dalam sebuah bangunan.

Pasangan batu bata yang dipakai adalah pasangan ½ bata, mengingat batu

bata tersebut hanya sebagai dinding yang memisahkan antara ruangan.

Dalam pasangan kusen perlu dicermati cara pemasangan harus

tegak lurus. Cara pemasangan harus ditimbang menggunakan selang yang

berisi air (waterpas) untuk mengetahui apakah kusen sudah tegak lurus

dengan bata. Apabila pemasangan batu bata tidak tegak lurus maka akan

mempengaruhi pekerjaan selanjutnya, seperti pekerjaan pemasangan pintu

dan pemasangan plafond.

Gambar 11. Pasangan batu bata

BAB IV

MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

4.1. MANAJEMEN PROYEK

Manajemen adalah suatu kegiatan mengatur dan mengendalikan berbagai

ragam kegiatan orang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama seperti

yang telah ditetapkan. Yang terpenting dalam manajemen suatu proyek adalah

pengendalian yang tepat dari suatu proyek untuk menjamin bahwa dalam

pelaksanaannya sesuai dengan jadwal, batas anggaran dan kualitas yang ditetapkan

dengan mempertimbangkan efisiensi.

Bila ditinjau dari fungsi dasarnya, maka manajemen mempunyai lima fungsi

dasar yaitu :

4.1.1 Perencanaan (Planning)

Tujuan dari perencanaan adalah menemukan suatu kondisi dan

kesempatan pada masa datang dan kemudian membuat rencana-rencana untuk

memberikan kontrol yang baik bagi proses dari suatu kegiatan.

Awal dari adanya suatu proyek atau pekerjaan adalah perencanaan

konsep perencanaan ini meliputi :

a. Evaluasi dari kondisi yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

b. Penjajakan dan pemilihan dari kondisi mendatang yang dinilai sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan dari perencanaan adalah menemukan suatu kondisi dan

kesempatan di masa mendatang dan kemudian membuat rencana-rencana

untuk memberikan kontrol yang baik bagi proses dari suatu kegiatan.

Fungsi perencanaan memasukkan unsur-unsur manusia, peralatan,

dana, material, waktu, informasi dan metode kerja. Hasil dari perencanaan ini

selanjutnya akan menjadi dasar dalam menetukan sasaran-sasaran proyek agar

proyek tersebut dapat dilaksanakan sesuai persyaratan yang telah ditentukan

baik dari segi waktu, dana dan mutu.

4.1.2 Organisasi dan Staff (Organizing and Staffing)

Dalam melaksanakan suatu proyek diperlukan suatu pengaturan dan

uraian yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap orang

atau sekelompok orang. Dalam hal ini pengorganisasian diperlukan agar

setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur sehingga dapat

berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

4.1.3 Pengarahan (Directing)

Pemimpin proyek sebagai wakil pemilik proyek memberikan

pengarahan kepada Konsultan Pengawas sesuai dengan kerangka acuan

pekerjaannya. Pimpinan Konsultan Pengawas memberikan pengarahan

didalam organisasinya kepada para pembantunya dalam memonitor

pelaksanaan proyek.

Demikian pula pelaksana sebagai pemimpin pelaksanaan proyek

memberikan pengarahan kepada bawahannya. Yang terpenting dalam

pengarahan adalah kemampuan pelaksana dalam memberikan motivasi

kepada anggotanya, dalam hal ini faktor kepemimpinan sangat menentukan

sekali. Pengarahan yang baik diharapkan memberikan hasil pekerjaan yang

maksimal.

4.1.4 Pengkoordinasian (Coordination)

Agar tidak terjadi ketidakteraturan dalam melaksanakan pekerjaan

pada suatu proyek, maka perlu adanya suatu koordinasi di antara unsur-unsur

yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek tersebut. Koordinasi dapat

diwujudkan dalam bentuk pertemuan-pertemuan berkala yang membicarakan

sekaligus membahas permasalahan-permasalahan yang timbul selama proses

pelaksanaan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Pada proyek pembangunan Gedung Dekranasda ini pengkoordinasian

dilakukan dalam bentuk rapat koordinasi, di mana rapat koordinasi ini

diadakan antara pihak pelaksana proyek, konsultan pengawas dan pemilik

proyek yaitu PT. GAGAS RANCANG.

4.1.5 Pengontrolan (Controlling)

Pada dasarnya pengontrolan adalah membandingkan realisasi dengan

rencana semula dan apabila terjadi penyimpangan, maka harus dicari

penyebabnya untuk kemudian diambil tindakan yang tepat.

Ada empat variabel yang dijadikan parameter dalam pengontrolan atau

pengendalian proyek yaitu biaya, waktu, mutu dan keamanan. Berkaitan

dengan pengontrolan ini maka pihak PT.MARGACIPTA WIRAGRYA

membuat laporan perkembangan sebagai kontrol kegiatan proyek yang

sifatnya berkala dalam bentuk :

a. Laporan Harian

Laporan harian ini dibuat setiap hari oleh pihak pelaksana proyek

dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan

terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil

kemajuan pekerjaannya, apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

Laporan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali

proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang perkembangan

pekerjaan. Laporan harian ini berisi tentang hasil monitoring kegiatan di

lapangan setiap hari dan ini sangat penting karena dari data laporan

tersebut dapat diketahui gambaran tentang macam pekerjaan yang telah

dilaksanakan pada hari itu, juga dapat diketahui perlu tidaknya

penambahan tenaga kerja agar pelaksanaan sesuai dengan time schedule

yang telah dibuat. Laporan harian ini diberikan kepada Direksi sebagai

wakil pemberi tugas, kemudian dari laporan harian tersebut dapat disusun

laporan mingguan dan laporan bulanan. Dalam laporan harian

dicantumkan data sebagai berikut:

1. Tanggal dan hari.

2. Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan.

3. Pekerjaan yang telah diselesaikan.

4. Jumlah tenaga kerja.

5. Keadaan cuaca di lapangan.

6. Bahan-bahan yang keluar masuk proyek.

b. Laporan Mingguan

Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang

tealah dibuat sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian

pekerjaan hari-hari sebelumnya serta kemajuan pekerjaan yang telah

dilaksanakan selama satu minggu.

c. Laporan Bulanan

Laporan bulanan ini disusun berdasarkan data dari laporan harian

dan laporan mingguan. Laporan bulanan ini berisi tentang :

1. Waktu peride laporan.

2. Jenis atau macam pekerjaan yang telah diselesaikan.

3. Nilai bobot prestasi tiap pekerjaan dari keseluruhan pekerjaan.

4. Kemajuan fisik yang telah dilaksanakan dan dokumentasi.

5. Persediaan bahan.

6. Prosentase yang seharusnya sudah dikerjakan.

7. Total waktu yang telah digunakan, sisa waktu, kekurangan serta

tambahan waktu bila perlu.

8. Hal-hal yang menyebabkan keterlambatan.

d. Laporan Keuangan

Laporan keuangan ini dibuat oleh bagian administrasi proyek yang

berisi tentang :

1. Daftar pembayaran biaya tidak langsung yang dibuat setiap hari dan

berisi tentang pengeluaran uang yang dipergunakan setiap hari.

2. Bukti kas yang telah dibuat setiap minggu antara lain berisi tentang

keadaan keuangan proyek sampai dengan saat ini.

3. Laporan keuangan ini dibuat sebulan sekali dan dikirim kepada

Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan kantor pusat serta

Pemilik proyek.

4.2. ORGANISASI PROYEK

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan bangunan, terdapat orang-orang atau

badan hukum yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Orang-orang atau badan

hukum ini disebut unsur-unsur pelaksana proyek. Masing-masing unsur tersebut

mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan fungsi dan

kedudukannya. Adapun pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek

pembangunan Gedung Dekranasda ini adalah :

1. Pemilik Proyek : Pemerintah Daerah Semarang dan DISPERIDAG

2. Konsultan Perencana : CV.ASRI GRANADA

3. Kontraktor : PT. MARGACIPTA WIRAGRYA

4. Konsultan Pengawas : PT.GAGAS RANCANG

Hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut terkait antara satu

dengan yang lain. Hubungan tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut :

: garis komando

: garis perintah

: garis koordinasi

Pemberi Tugas DISPERINDAG

Kontraktor PT.MARGACIPTA WIRAGRYA

Konsultan Perencana CV.ASRI GRANADA

Konsultan Pengawas PT.GAGAS RANCANG

Skema 1. Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Gedung Dekranada.

(Sumber dari Kontraktor Pelaksana)

4.2.1 Pemilik Proyek

Pemilik proyek (owner) adalah orang atau badan usaha swasta

maupun pemerintah yang mempunyai gagasan membuat serta menyampaikan

keinginannya pada seorang ahli atau suatu badan hukum untuk mengadakan

perencanaan seperti yang dikehendakinya dan dengan besar biaya yang

diinginkannya.

Pada proyek ini yang bertindak sebagai pemilik proyek adalah

Pemerintah dan DISPERINDAG. Adapun wewenang Pemilik Proyek adalah:

1. Menyediakan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek.

2. Menentukan konsultan dan pelaksana yang akan diajak bekerjasama.

3. Dalam hubungannya dengan pengawasan, pemilik proyek mempunyai

wewenang :

a. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan tanpa atau bersama pengawas

sebagai wakilnya.

b. Menerima atau menolak laporan-laporan dari pengawas, baik itu yang

bersifat insidentil maupun periodik.

c. Meminta laporan dan penjelasan tentang pelaksanaan pekerjaan

kepada pelaksana proyek baik secara lisan maupun tulisan.

d. Menandatangani berita acara pemeriksaan pekerja.

4. Selama pelaksanaan pembangunan proyek, pemilik proyek mempunyai

wewenang sebagai berikut :

a. Mengesahkan pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan.

b. Mengesahkan adanya perubahan baik didalam desain maupun

pekerjaan.

c. Memberikan instruksi kepada pelaksana baik melalui wakilnya atau

secara langsung.

d. Memberikan wewenang kepada Konsultan Manajemen Konstruksi

atau mewakilinya dalam pengendalian proyek.

4.2.2. Konsultan Perencana

Konsultan Perencana dapat berupa perseorangan maupun badan

hukum yang dipilih oleh pemilik proyek. Konsultan Perencana ini

mempunyai tugas mewujudkan rencana dan keinginan pemilik proyek dalam

bentuk perencanaan struktur, arsitektur maupun mekanikal dan elektrikal.

Dalam proyek pembangunan Gedung Dekranasda ini perencananya adalah

CV. ASRI GRANADA yang ditunjuk langsung oleh pihak DISPERINDAG.

Secara umum tugas Konsultan Perencana adalah :

1. Membuat sketsa, gagasan yang memberikan gambaran pekerjaan yang

meliputi : pembagian ruang, rencana pelaksanaan, dan lain-lain, yang

semuanya mengikuti keinginan Owner.

2. Membuat rencana pelaksanaan.

3. Membuat gambar-gambar detil/penjelasan, lengkap dengan perhitungan

konstruksinya.

4. Membuat peraturan dan syarat-syarat (RKS).

5. Membuat rencana anggaran biaya (RAB).

4.2.3. Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas adalah suatu organisasi yang bekerja untuk dan

atas nama Owner untuk mengawasi jalannya proyek yang ditunjuk langsung

DISPERIDAG, dalam proyek ini konsultan pengawas yang ditunjuk adalah

PT.GAGAS RANCANG. Konsultan Pengawas ini bekerja sama dengan

Konsultan Perencana dalam pengawasan proyek agar dicapai hasil yang

optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam perencanaan.

Tugas dan tanggung jawab Konsultan Pengawas adalah :

1. Membantu pengelolaan proyek dalam mengembangkan sasaran yang akan

dicapai dari aspek biaya, waktu dan mutu pelaksanaan atau pekerjaan.

2. Mengkoordinir, mengarahkan serta mengendalikan pelaksanaan kontraktor

dalam aspek mutu, biaya, waktu dan keselamatan dalam pekerjaan.

3. Memeriksa gambar detail pelaksanaan (Shop Drawing).

4. Mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh pemberi tugas (Owner),

Konsultan Perencana dan Kontraktor Utama, biasanya rapat diadakan

seminggu sekali. Membuat laporan kemajuan pekerjaan lapangan.

4.2.4 Kontraktor

Kontraktor adalah seseorang atau badan hukum yang melaksanakan

proyek secara fisik berdasarkan gambar bestek beserta perhitungannya. Yang

bertindak sebagai kontraktor proyek ini adalah PT.MARGACIPTA

WIRAGRYA. Adapun tugas dari kontraktor adalah

1. Menyiapkan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang diperlukan

sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah ditentukan dengan

memperhatikan :

a. Biaya pelaksanaan.

b. Waktu pelaksanaan.

c. Kualitas pekerjaan.

d. Keamanan pekerjaan.

2. Kontraktor harus segera melaporkan secara tertulis jika terjadi force

majeure, yang dimaksud dengan force majeure adalah :

a. Pemogokan.

b. Larangan kerja.

c. Gempa bumi.

d. Bencana alam dan gangguan masyarakat lainnya.

3. Selama terjadi force majeure, semua hak dan tanggung jawab kedua belah

pihak ditangguhkan, dibekukan, diubah atau diputuskan sesuai dengan

musyawarah kedua belah pihak.

4. Bertanggung jawab atas resiko terjadinya kebakaran, kerusuhan,

pencurian dan keselamatan kerja.

5. Melindungi semua perlengkapan, bahan dan pekerjaan terhadap

kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.

6. Wajib menyerahkan laporan hasil pekerjaan kepada pengawas yang

memuat laporan tentang :

a. Pelaksanaan pekerjaan.

b. Prestasi kerja yang dicapai.

c. Jumlah tenaga kerja yang digunakan.

d. Jumlah bahan yang masuk.

e. Keadaan cuaca dan lain-lain.

7. Berhak meminta kepada Owner pengunduran waktu penyelesaian

pembangunan dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan

kenyataan di lapangan yang memerlukan tambahan waktu.

8. Bertanggung jawab penuh atas hasil pelaksanaan pekerjaan.

9. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah

ditetapkan dan disepakati bersama.

10. Menyerahkan pekerjaan apabila telah selesai dilaksanakan.

4.2.5 Susunan Organisasi Pelaksana Proyek Dalam pelaksanaan suatu proyek perlu adanya suatu organisasi

pelaksana yang merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan proyek

tersebut. Untuk itu perlu penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang

dan keahliannya agar didapat hasil pekerjaan yang memuaskan dan efisien

baik dari segi biaya, mutu dan waktu.

Dalam rangka mewujudkan itu perlu batasan-batasan tugas dan

tanggung jawab yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam

organisasi tersebut. Adapun Struktur Organisasi Pelaksana dapat dilihat

sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PERSONALIA

KONTRAKTOR UTAMA (PT. MARGACIPTA WIRAGRYA)

PELAKSANA PEMBANGUNAN GEDUNG LIMA LANTAI DEKRANASDA

Ir. Heri PatmonoProject Manager

Ir. Aris SatriyonoSite Manager

Dedi Afiansyah Hadi SumiartoPelaksana Utama

Heru Setyono, Amd.Logistik ADM & Keu

Yudi syarifPelaksana M&E

SayotoDrafter

MaryantoSurveyor

Kaisar A.AmdPelaksana Sipil

PribadiPralatan Gudang

Sukimin

Skema 2. Struktur Organisasi Pelaksana Proyek

Unsur-unsur Kontraktor PT.Margacipta Wiragrya beserta tugasnya

masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Project Manager / Direktur

Tugas dan tanggung jawab direktur meliputi:

1. Melakukan koordinasi dengan kepala proyek, pelaksana, dan

personel.

2. Membantu koordinator proyek dalam mengatasi masalah yang ada di

lapangan.

b. Site Manager / Koordinator Proyek / Kepala Proyek

Tugas dan tanggung jawab kepala proyek meliputi:

1. Mengatur dan memimpin proyek yang sedang dilaksanakan.

2. Mengatur dan merencanakan rencana kerja untuk tiap tahap

pelaksanaan pekerja di proyek.

3. Menyetujui pemakaian bangunan serta mengatur penggunaannya agar

seeffisien mungkin.

4. Menetapkan harga borongan dari tiap-tiap pekerjaan.

5. Menbuat laporan harian, mingguan dan bulanan mengenai kegiatan

dan kemajuan pekerjaan di lapangan yang dilengkapi dengan

dokumentasi foto.

6. Bertanggung jawab atas pekerjaannya kepada direktur proyek.

c. Pelaksana

Pelaksana adalah seorang teknisi yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan pekerjaan atau terlaksananya pekerjaan. Pelaksana ditunjuk

oleh seorang pemborong dan setiap saat harus berada di tempat pekerjaan.

Penunjukannya harus diberi tahu kepada pengawas, disertai penjelasan

identitas dirinya, seperti : pendidikan, pengalaman, umur, dan lain-lain.

Karena pengawas dapat menolak pelaksana yang dianggapnya tidak

memenuhi syarat. Adapun tugas dari pelaksana proyek sebagai berikut :

1. Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan RKS dan gambar

yang telah ditentukan.

2. Melaksanakan pekerjaan sesuai time schedule.

3. Sebagai koordinator pelaksanaan pekerjaan.

d. Pembantu Pelaksana

Pembantu pelaksana adalah orang yang membantu tugas dari

pelaksana dalam menyelesaikan pekejaan proyek. Adapun tugasnya

yaitu :

1. Membantu aktivitas dari pelaksana.

2. Mempersiapkan hal-hal yang diperlukan pelaksana dalam pekerjaan

proyek.

e. Pelaksana ME ( Mechanical & Electrical )

Pelaksana ME merupakan pihak yang dipercaya untuk menangani

pelaksanaan dalam hal instalasi listrik dan pembagian daya listrik yang

direncanakan sesuai fungsinya dengan aman.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab pelaksana ME:

1. Menempatkan peralatan-peralatan mesin untuk keperluan penunjang

fungsi bangunan.

2. Pelaksanaan instalasi listrik yang disesuaikan dengan keadaan dan

fungsi bangunan.

3. Memberikan informasi untuk menunjang keperluan pemasangan

instalasi listrik dan mesin-mesin pada pelaksanaan konstruksi.

f. Logistik

Logistik adalah orang yang mempersiapkan segala macam

kebutuhan bahan dan alat dalam pelaksanaan pekerjaan. Tugas dari

logistik yaitu :

1. Menyediakan semua kebutuhan bahan dan peralatan proyek.

2. Menjaga bahan dan peralatan proyek agar layak digunakan dalam

proyek.

3. Bertanggung jawab melindungi bahan dan peralatan dari seegala

macam kerusakan.

g. Administrasi

Administrasi adalah orang yang bertugas mengurusi dan mencatat

segala hal yang terjadi mengenai pelaksanaan proyek.

Adapun tugasnya sebagai berikut :

1. Mencatat proses pelaksanaan pekerjaan.

2. Mencatat prestasi pekerjaan.

3. Mencatat jumlah pekerja dalam pelaksanaan proyek.

h. Mandor

Tugas mandor yaitu :

1. Mengawasi proses kerja di lapangan.

2. Memberi pengarahan kepada pekerja, tentang pekerjaannya.

i. Pekerja

Pekerja dalam proyek meliputi : Tukang batu, tukang kayu, tukang

besi, dan kuli. Adapun tugasnya sebagai berikut :

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan keahliannya.

2. Mematuhi perintah mandor dalam melaksanakan pekerjaannya.

4.2.6 Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja di proyek, sangat penting artinya

bagi kelangsungan pelaksanaan pekerjaan. Jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan sehubungan dengan keselamatan dan kesehatan para pekerja

adalah penggunaan alat-alat keselamatan kerja bagi para pekerja seperti

penggunaan helm pengaman, sepatu pengaman yang terbuat dari karet atau

kulit yang cukup tebal serta pelayanan kesehatan yang cukup memadai yaitu

tersedia obat-obatan yang cukup untuk antisipasi terhadap kecelakaan kerja,

pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta jaminan terhadap kecelakaan

kerja yang diperuntukkan bagi ahliwaris pekerja yang mengalami kecelakaan

kerja (jamsostek).

4.3 PEMBERIAN TUGAS

Pemberian tugas pembangunan gedung ini, diserahkan kepada suatu

kontraktor yang dinilai sudah mempunyai kemampuan atau bonafiditas. Disamping

itu, kontraktor yang dipilih sekiranya mempunyai pengalaman, kualitas, dan

mempunyai tanggung jawab yang tinggi.

Selain itu dalam pengelolaan proyek juga dibutuhkan suatu organisasi kerja

sehingga segala kegiatan yang berhubungan dengan proyek tersebut bisa dikoordinir.

Pada dasarnya tujuan disusunnya suatu organisasi dalam proyek pembangunan

sebagai berikut :

1. Memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, sesuai dengan perencanaan, dan

dapat dipertanggung jawabkan.

2. Pelaksanaan pengerjaan tugas tepat waktu.

3. Biaya seekonomis mungkin tanpa mengurangi kualitas.

4. Menghasilkan bangunan yang benar-benar layak pakai, aman, nyaman, dan bisa

berfungsi sesuai yang diharapkan.

Adapun untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka dibuat sistem hubungan

kerja sendiri yang disesuaikan dengan kondisi pekerjaan yang akan dilaksanakan dan

berisi aspek-aspek rencana organisasi secara teratur. Ketentuan-ketentuan yang

menjamin pelaksanaan organisasi proyek dapat terealisasi dengan baik adalah sebagai

berikut:

a. Pemberian tanggung jawab yang jelas, tegas dan cermat kepada masing-masing

petugas sesuai dengan bidang masing-masing.

b. Pemberian tanggung jawab harus disertai pelimpahan wewenang.

c. Petugas-petugas sesuai dengan besar kecilnya tanggung jawab perlu diberi

tanggung jawab perlu diberi tenaga pembantu yang nantinya diharapkan dapat

memperlancar pekerjaan.

d. Pekerja pembantu jumlahnya harus memadai dalam arti tidak kurang maupun

berlebihan sehingga kontrol atau pengawasan dapat dilakukan dengan baik.

Pemberian suatu tugas pembangunan kepada kontraktor sendiri ada beberapa

cara atau tahapan, dimana tahapan-tahapan itu adalah kegiatannya berupa seleksi

terhadap kontraktor yang berkeinginan berminat melaksanakan pemborongan

pekerjaan. Biasanya pihak owner menyusun Daftar Rekanan Mampu (DRM), untuk

mengetahui apakah pemborong mempunyai pengalaman dan kemampuan yang sesuai

dengan sifat dan volume pekerjaannya.

2.3.1 Penunjukan Langsung (Penunjukan Kontraktor Yang Dipilih).

Yang dimaksud Peserta Penunjukan adalah Perusahaan pemborong

yang telah lulus prakualifikasi dan memenuhi persyaratan serta dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Rekanan telah mendaftarkan diri sebagai peserta Penunjukan Langsung

dan menerima undangan mengikuti Penunjukan Langsung dari Panitia

Penunjukan Langsung serta menerima RKS dan Gambar-gambar

Perencanaan (Dokumemen Penunjukan Langsung).

2. Mengikuti rapat pemberian penjelasan pekerjaan yang diselenggarakan

oleh Panitia Penunjukan Langsung.

Dasar Undang-undang Penyelenggaraan dan Penunjukan Langsung

adalah sebagai berikut :

(1) Undang-undang RI Nomor : 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

(2) Keppres Nomor : 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara

(3) Keppres Nomor : 18 Tahun 2000 tentang Pedoman pelaksanaan

pengadaan Barang / Jasa Instalasi Pemerintah.

1) Persiapan Dokumen Penunjukan Langsung yang mencakup:

- Gambar-gambar Perencanaan dan Detail Book.

- Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS).

- Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanvulling) dan

semua dokumen yang diperlukan dalam rangka pengajuan

penawaran.

- Agenda yaitu pemberitahuan tertulis yang dikeluarkan oleh

Pemberi Tugas untuk mengubah dan / menjelaskan dokumen

Penunjukan Langsung dengan cara menembah, menghapus,

membetulkan dan / mengganti.

2) Pembentukan Panitia Penunjukan Langsung yang terdiri dari:

- Pemilik (owner)

- Konsultan perencana/pengawas

- Konsultan manajemen

- Quality surveyor

3) Proses Penunjukan Langsung

Memberikan undangan kepada kontraktor yang telah lulus

prakualifikasi dimana undangan tersebut berisi hal-hal dibawah

ini:

- Nama instansi penyelenggaara, macam dan jenis proyek akan

dilelangkan.

- Keterangan tentang waktu dan tempat dokumen-dokumen

Penunjukan langsung.

Penunjukan Langsung yang dilaksanakan sesuai dengan kepres no. 17

dan 18 tahun 2000 adalah pelelangan terbatas.

2.3.2. Penetapan Hasil Penunjukan Langsung

Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas

ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, serta

telah sesuai dengan ketentuan, atau telah ada kesepakatan dalam negosiasi

maka panitia akan mengusulkan calon kontraktor untuk dimintakan

persetujuan penetapannya kepada pejabat yang berwenang / Pemimpin

Bagian Proyek dari kesepakan harga yang ditetapkan alah harga penawaran

yang paling menguntungkan negara dalam arti :

a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggung jawabkan .

b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Telah memperhatikan penggunaan semaksima mungkin produksi dalam

negeri.

2.3.3 Penarikan Diri Sebagai Penunjukan Langsung

Beberapa ketentuan dari penarikan diri sebagai penunjukan langsung

adalah:

a. Penarikan diri peserta penunjukan langsung tanpa sanksi hanya dapat

dilakukan sebelum dilakukan pemasukan Surat Penawaran dan

disampaikan kepada panitia secara tertulis.

b. Apabila calon Kontraktor menarik diri setelah memasukkan Surat

Penawaran, jaminan penawaran akan dinyatakan sebagai milik negara dan

akan disetorkan kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara,

perusahaan yang bersangkutan akan dimasukkan dalam daftar hitam /

blacklist.