70480185-Metoda-IP
-
Upload
koko-master -
Category
Documents
-
view
29 -
download
13
Transcript of 70480185-Metoda-IP
METODE INDUCED POLARISASI
Pendahuluan
Metode induced polarisasi atau polarisasi terimbas adalah salah satu metode
geofisika yang pada umumnya digunakan untuk eksplorasi base metal dan logam.
Metode induced polarisasi ini termasuk di dalam metode geolistrik. Dimana
prinsipnya hampir sama yaitu dengan menginjeksika aruas melalui dua elektroda arus.
Besar arus yang diinjeksikan dicata dan dua elektroda potensial digunakan untuk
mengukur potensial yang dihubungkan dengan voltmeter.
Metode induced polarisasi ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan
metode geolistrik yang lainnya, yaitu hasil pengukuran dengan menggunakan metode
induced polarisasi ini dapat merespon atau mengukur resistivitas dan percent
frequency effect (PFE) secara vertikal dan horizontal.
1.1 Fenomena Induced Polarisasi
Secara praktek, fenomena polarisasi terimbas dapat diterangkan
dengan menggunakan empat elektroda A, B, M, dan N. Dimana A dan B sebagai
elektroda arus yaitu digunakan untuk menginjeksikan arus ke dalam tanah
sedangkan M dan N sebagai elektroda potensial yang digunakan untuk mengukur
besarnya beda potensial.
Pada beberapa kasus, perbedaan potensial yang terukur tidak langsung
naik atau turun secara drastis sesaat setelah arus diinjeksikan atau di matikan.
Kurva variasi perbedaan potensial terhadap waktu yang dihasilkan berbentuk
asimtotik dengan perbedaan potensial (∆V) mendekati tak hingga atau nol.
1.2 Sumber Efek Induced Polarisasi
Selama arus dialirkan ke dalam tanah, maka terjadi penyimpanan energi
di dalam material yang dialiri oleh arus. Secara teori, penyimpanan ini akan
terjadi dalam berbagai bentuk energi yaitu energi mekanik, energi listrik dan
energi kimia. Namun dari hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa
energi kimia ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses terjadinya
fenomena induced polarisasi.
Energi kimia ini tersimpan sebagai hasil dua peristiwa yaitu :
1. Variasi mobilitas ion dalam cairan sepanjang struktur batuan
Peristiwa ini akan menghasilkan suatu efek yang disebut dengan
membran or electrolyte polarization atau normal IP effect. Peristiwa
pertama ini dapat terjadi jika batuan tidak mengandung mineral metal
(metallic mineral).
2.Variasi ion dan konduktivitas elektronik
Peristiwa ini dipengaruhi oleh keberadaan mineral logam dalam
batuan, yang akan menimbulkan efek yang disebut dengan elektrode
polarization or overvoltage.
1.3 Timbulnya Polarisasi Pada Batuan
Ada dua penyebab timbulnya polarisasi pada batuan yaitu :
a. Polarisasi Membran
Polarisasi membran terjadi pada pori-pori batuan yang mengandung
mineral lempung yang bermuatan negatif yang mengalami kontak dengan
larutan. Karena muatannya negatif, mineral lempung akan mampu menarik
ion-ion positif sehingga membentuk awan positif disekitar permukaannya dan
meluas pada elektrolit. Penumpukan muatan ini akan menghambat jalannya
arus listrik yang melaluinya sehingga terjadilah hambatan disepanjang pori-
pori batuan yang mengandung mineral lempung. Dengan terbentuknya
hambatan-hambatan berupa membran-membran, maka mobilitas ion akan
berkurang sehingga terbentuklah gradien konsentrasi ion-ion yang menentang
arus listrik yang melaluinya. Gejala ini menunjukkan adanya polarisasi.
Gambar 1. (a) Keadaan normal ion pada batupasir porous sebelum ada arus, (b) Polarisasi membran pada batupasir sesudah dialiri arus. Sumber: M. Telford (1990;704)
b. Polarisasi Elektrode
Polarisasi elektrode adalah polarisasi yang terjadi jika mineralnya
konduktif dari batuan kontak dengan larutan didalam pori-pori batuan.
Mineral batuan yang mengandung mineral konduktif dipandang sebagai suatu
elektrode yang berada di dalam elektrolit, sehingga mula-mula akan terjadi
proses oksidasi dan reduksi (reaksi redoks) karena timbulnya beda potensial
antara mineral konduktif dengan larutan sampai terjadi keseimbangan. Dalam
keadaan setimbang ini akan terjadi proses penggabungan dan pelepasan
muatan antara logam dan larutan dalam jumlah yang sama, dan sama sekali
tidak ada arus yang mengalir. Apabila ada gangguan luar, misalnya pengaruh
arus yang dialirkan, maka keadaan setimbang akan terganggu sehingga akan
timbul polarisasi pada elektrolit yang dikenal sebagai polarisasi elektrode.
Gambar 2. Efek polarisasi pada batuan. Gerak muatan di dalam elektrolit pada pori-pori (atas). Sumbatan oleh mineral logam menyebabkan polarisasi elektroda pori (bawah). Sumber: M. Telford (1990;704)
1.4 Prinsip Pengukuran
Ada tiga cara pengukuran dengan menggunakan metode induced
polarisasi, yaitu :
1. Pengukuran dalam kawasan waktu (Time Domain Measurement)
Pengukuran dalam kawasan waktu ini menggunakan arus DC. Prinsip
pengukuran dalam kawasan waktu adalah dengan mengalirkan arus listrik
berbentuk persegi panjang melalui sepasang elektrode arus dan mengukur
beda potensial yang timbul pada sepasang elektrode potensial setelah arus
utama dimatikan, sehingga sampai ketingkat tanggap atau respon sekunder dan
meluruh terhadap waktu.
Besaran pengukur derajat terpolarisasi terdiri dari :
a. Milivolt per volt dan prosen Induced Polarization (IP)
Milivolt per volt dan prosen induced polarisasi merupakan besaran
pengukur derajat terpolarisasi yang paling sederhana, yaitu mengukur
tegangan residual pada waktu tertentu setelah arus diputuskan. Tegangan
residual ini sangat kecil sehingga umumnya dinyatakan dalam milivolt,
sedangkan tegangan normal dalam volt. Akibatnya efek IP yang timbul
sering dinyatakan dalam milivolt per volt (mV/V).
b. Chargeability
Chargeability merupakan besaran makro yang tergantung pada
jenis bahan dan selang waktu pengukuran, yang dapat didefinisikan :
(1)
Dengan V1 adalah tegangan polarisasi pada saat arus diputus
sedangkan Vo adalah tegangan pada arus mengalir. Namun, dalam
prakteknya sulit menentukan V1 tetapi kita hanya dapat menentukan
tegangan residual, V(t) pada waktu yang singkat setelah arus diputuskan
sehingga persamaan (1) dapat dituliskan :
(2)
2. Pengukuran dalam kawasan frekuensi (Frequency domain measurement)
Pengukuran dalam kawasan frekuensi ini menggunakan arus AC.
Prinsipnya adalah dengan mengalirkan arus listrik ke dalam tanah dalam
dua frekuensi yang berbeda dalam waktu tertentu. Alasan penggunaan dua
frekuensi yang berbeda ini adalah bahwa setiap bahan memiliki tanggap
atau respon yang berbeda untuk jenis arus tertentu yang sama frekuensinya.
Tegangan yang dihasilkan mencerminkan sifat polarisasi bahan yang
bersangkutan. Biasanya range frekuensi yang digunakan dalam frequency
domain measurement berkisar antara 0,1 sampai 10 Hz.
Besaran pengukur derajat terpolarisasi terdiri dari :
a. Percent Frequency Effect (PFE)
Percent Frequency Effect (PFE) merupakan hubungan antara
efek frekuensi dengan jumlah kandungan mineral sulfida (logam).
Definisi Frequency Effect dan Percent Frequency Effect dapat dilihat
pada persamaan (3) dan (4), yaitu :
(3)
(4)
Dengan ρDC adalah resistivitas yang diukur dengan
menggunakan arus DC dan ρAC merupakan resistivitas yang diukur
dengan menggunakan arus AC. Namun pada prakteknya pengukuran
dalam kawasan frekuensi dibuat dengan cara mengukur arus pada dua
atau lebih frekuensi dalam range 0.1 – 10 Hz, dengan memakai asumsi
ρDC adalah resistivitas yang diukur pada frekuensi rendah sedangkan
ρAC adalah resistivitas yang diukur pada frekuensi tinggi.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai PFE adalah ukuran
mineral konduktif, volume mineral terhadap kedalaman mineral dan
tahanan rata-rata batuan background.
b. Metal Faktor (MF)
Efek induced Polarization (IP Effect) bervariasi terhadap
resistivitas efektif dari host rock, tipe elektrolit, suhu, ukuran pori dan
lain-lain. Parameter Metal Faktor (MF) ini yang pertama kali
diperkenalkan oleh Marshall&Madden (1959) digunakan untuk
mengkoreksi beberapa variabel di atas. Parameter Metal Faktor (MF)
ini didefinisikan melalui persamaan (5), yaitu :
(5)
dengan satuan MF adalah mhos/ft atau mhos/m. Parameter Metal
Faktor (MF) berguna untuk mendefinisikan daerah yang memiliki
kandungan sulfida yang konduktif dan polarisabel yang ditunjukkan
oleh harga PFE yang lebih tinggi dan ρDC yang lebih rendah daripada
lingkungannya.
c. Pengukuran Sudut Phase (Phase Angle Measurement)
Pengukuran sudut fase ini dilakukan dengan mengukur
perbedaan sudut fase antara sinyal tegangan yang diterima dan
masukan bentuk gelombang (waveform) arus, dengan memakai asumsi
bentuk gelombangnya adalah sinusoidal.
Pada tahanan jenis, sudut fase adalah arcus tangen antara
perbandingan komponen imajiner tahanan jenis dengan komponen
realnya, didefinisikan :
(6)
1.5 Efek Gangguan dalam Pengukuran Metode Induced Polarisasi
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, maka data yang
pengukuran harus diusahakan bebas dari noise. Namun, hal ini tidaklah mungkin
karena di alam noise tidak dapat dihilangkan. Untuk itu, kita harus mengenal
beberapa efek gangguan dalam pengukuran metode induced polarisasi sehingga
kita akan mendapatkan data lapangan yang seminimal mungkin dipengaruhi oleh
noise (good signal to noise ratio).
1. Pengukuran dalam Kawasan Waktu
Stray current
Stray current ini berupa arus yang mempunyai frekuensi rendah,
hanya beberapa Hz saja. Keberadaan stray current ini sangat
berpengaruh terhadap keakuratan data hasil pengukuran.
Self Potensial
Keberadaan Self Potensial di alam diakibatkan oleh adanya
vein-vein logam tertentu atau adanya fenomena filtrasi elektro. Arus
alam ini akan menghasilkan perbedaan potensial yang besarnya dapat
mencapai puluhan milivolt.
Untuk meminimalisir efek self potensial dalam pengukuran
dengan menggunakan metode induced polarisasi, maka yang harus
dilakukan adalah tetap menjaga sinyal masukan tetap dalam batas skala
pengukuran.
Noise yang ditimbulkan oleh elektroda
Sebelum dilakukan akuisisi data pada pengukuran dalam
kawasan waktu, harus terlebih dahulu dipastikan bahwa elektrode
potensial telah ditanamkan cukup dalam di dalam tanah. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya fenomena elektrokimia pada saat
terjadinya kontak antara elektrode dengan tanah.
Arus tellurik
Keberadaan arus tellurik ini dapat menyebabkan terjadinya
kesulitan dalam pengukuran. Hal ini disebabkan karena keberadaan
arus tellurik ini dapat menyebabkan kurva asimtotik zero polarisasi
terimbas mempunyai variasi yang konstan terhadap waktu, cenderung
mengikuti fluktuasi arus tellurik.
Untuk meminimalkan efek ini, sebaiknya dilakukan pembacaan
harga potensial beberapa kali dan memperkecil waktu untuk satu kali
siklus pembacaan dilakukan karena arus tellurik mempunyai periode
yang cukup besar.
Noise akibat frekuensi dari arus di kabel pengukuran
Jika kabel yang digunakan untuk menyambung elektrode
potensial dan receiver terlalu panjang maka dapat memungkinkan
terjadinya induksi yang disebabkan oleh medan magnet alam.
Untuk mencegah noise ini sebaiknya receiver berpindah untuk
setiap stasiun sehingga kabel yang digunakan untuk menyambungkan
elektroda potensial dan receiver dapat sependek mungkin.
2. Pengukuran dalam kawasan Frekuensi
Efek gangguan (noise) yang dapat timbul pada pengukuran dalam
kawasan frekuensi adalah adanya arus yang mempunyai frekuensi yang lebih
tinggi (sekitar 50-60 Hz) dari frekuensi yang digunakan dalam pengukuran
metode induced polarisasi. Gangguan ini akan muncul, terutama, jika daerah
penelitian merupakan kawasan industri.
1.6 Konfigurasi Elektrode Akuisisi Data Metode Induced Polarisasi
Konfigurasi elektrode yang sering digunakan dalam akuisisi data metode
induced poloarisasi adalah konfigurasi dipole-dipole. Konfigurasi ini
menggunakan dua elektrode arus (A dan B) dan dua elektrode potensial (M dan
N). Disebut dipole-dipole karena, misalkan l1 = AB, l2 = MN dan L =xy spasi
dengan x adalah titik tengah antara dua elektrode potensial (MN) dan y adalah
titik tengah antara dua elektrode arus (AB). Dalam prakteknya, sering digunakan
simmetrical dipole-dipole array (konfigurasi dipole-dipole simetri) karena l1=l2
dan BM = xy – l= L – l =nl.
1.7 Pseudodepth Section
Pseudodepth Section merupakan gambaran penampang vertikal dari suatu
irisan dimana terdapat titik-titik ploting (plotting points) yang digambarkan
dalam suatu kedalaman yang berbeda berdasarkan posisi elektrode arus dan
elektrode potensial. Titik tersebut membentuk suatu sudut sebesar 45oyang
terletak antara posisi tengah receiver dan posisi transmitter yang berubah-ubah
dengan kerapatan n. Hasil pengolahan data dapat ditampilkan dalam bentuk
Pseudodepth Section yang mana besarnya tahanan jenis semu (apparent
resistivity) tergantung pada jarak spasi elektrode yang digunakan. Besarnya
penetrasi yang didapatkan pada suatu kedalaman tertentu adalah :
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 1 adalah
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 2 adalah
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 3 adalah a
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 4 adalah 2a
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 5 adalah
1.8 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data dengan menggunakan
metode polarisasi terimbas terdiri dari :
o Alat Induksi Polarisasi (IP) Merek Iris Model Syscal Junior
o Sumber energi listrik cadangan (Accu)
o 2 Gulung kabel arus
o 2 Gulung kabel potensial
o 2 Elektroda arus
o 2 Elektroda potensial
o Meteran @ 100 meter
o Multitester
o GPS (Global Positioning System)
o Alat komunikasi (Handy Talky)
o Kompas Geologi
o Palu Geologi
o Peta geologi daerah penelitian (skala 1: 100)
1.9 Akusisi Data
Prosedur pengambilan data lapangan metode induced polarisasi dalam
kawasan waktu dengan konfigurasi dipole-dipole adalah :
Prosedur pengambilan data lapangan metode induced polarisasi dalam
kawasan waktu dengan konfigurasi dipole-dipole adalah :
Pertama-tama cek kabel dan alat apakah sudah sesuai dengan konfigurasi
dipole-dipole
Cek bateray pada alat dengan tombol BATT baik internal maupun
eksternal, dimana syarat toleransi untuk bisa dilakukan pengukuran
adalah jika besar voltagenya ≥10, dan jika voltagenya kurang dari 10
hasil pengukurannya sudah tidak baik.
Cek RS dengan RS CHECK agar dapat diketahui apakah hubungan
antara alat,kabel dengan elektroda sudah baik atau belum. Dalam hal ini
batas harga max RS Cek adalah 5.
Mengatur Mode dengan tombol MODE dan pilih menu Rho and IP
mode dengan menggunakan tombol UP dan DOWN
Memilih susunan elektrode yang akan digunakan dengan tombol E.
ARRAY
Pada pengukuran ini memilih menu dipole-dipole dengan menggunakan tombol
UP dan DOWN
Memilih Konfigurasi yang akan digunakan dengan tombol CONFIG,
pada pilihan mode IP terdapat dua menu pilihan, yaitu
o Pilih menu Raw apabila ingin menampilkan harga true chargeability
saat pengukuran. Konfigurasi Raw ini lebih umum digunakan.
o Pilih menu Normalize dimana harga chargeability yang ditampilkan
akan di sesuaikan dengan kurva standar IP.
Pada pengukuran ini menu yang dipilih adalah menu Raw.
Mengatur spasi dengan tombol SPACING
Alat ini mempunyai keunggulan yang tersendiri dibandingkan dengan
alat-alat resistivity model lain, yaitu alat tersebut sudah dilengkapi dengan
perhitungan harga Konstanta konfigurasi untuk hampir semua macam konfigurasi
yang ada dalam metode geolistrik.
Pemilihan susunan elektrode akan berpengaruh pada tampilan layar
monitornya, dalam penelitian ini karena susunan elektrode yang dipilih dipole-
dipole maka pada layar akan muncul harga XC, XP, D dan Line. XC merupakan
jarak dari titik nol ke elektroda arus yang terdekat dengan elektroda potensial
(MN). XP merupakan jarak dari titik nol ke elektroda potensial yang terdekat
dengan elektroda potensial (AB). D adalah jarak spasi antara elektroda arus
dengan arus sama engan jarak elektroda potensial dengan potensial.
|D| = |AB| = |MN|
Dipole – dipole
D D
X
A B M N
XC
XP
Gambar 3. Konfigurasi dipole-dipole dengan jarak yang dimasukkan XC dan XP yang dimasukkan pada pengaturan spacing pada alat syscal(v 11.5++).
Karena kelengkapan dari alat syscal ini maka hal yang sangat penting
yang harus diperhatikan dan tidak boleh lupa adalah penggantian spasi untuk tiap-
tiap titik pengukuran. Apabila terjadi kelalaian maka akan mempengaruhi harga
yang diperoleh tidak sesuai dengan harga konstanta konfigurasi dipole-dipole itu
sendiri.
1.10 Data Yang di Ambil
0Line
Pada Metode Induced Polarisasi dalam kawasan waktu data yang dicatat
berbeda dengan metode Induced Polarisasi dalam kawasan frekuensi. Data yang
dicatat tersebut adalah besarnya harga beda potensial (V), arus (I) sehingga akan
dapat diperoleh harga resistivitas semu, selainitu data yang dicatat adalah
besarnya harga chargeability (M) dan self potensial (SP).
1.11 Pengolahan Data Lapangan
Tahapan-tahapan pengolahan data dalam metode induced polarisasi dalam
kawasan waktu adalah :
1. Menghitung resistivitas semu (Apparent resistivity)
Pada pengolahan data ini resistivitas yang dihitung adalah
resistivitas semu karena bumi memiliki bukanlah suatu tempat yang
homogen. Resistivitas semu ini dihitung dengan menggunakan
persamaan (7) di bawah ini. Persamaan (7) yang lebih dikenal dengan
sebutan hukum ohm merupakan persamaan dasar dalam metode
geolistrik.
(7)
Dengan V adalah harga tegangan terukur, I adalah besar arus yang
diinjeksikan dan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda
dipole-dipole. Besarnya harga K ini dapat dihitung melalui persamaan
(8) dibawah ini.
(8)
Dengan a dalah spasi pengukuran, dan n adalah penetrasi.
2. Chargeability
Alat siscal sudah secara otomatis menghitung besarnya harga
Chargeability sesuai dengan persamaan (1) dan (2). Harga chrgeability
yang diperoleh dalam satuan milivolt per volt (mV/V).
3. Mengukur posisi dan kedalaman titik pengukuran
Posisi dan kedalaman ini dihitung dengan menggunakan
rumusan yang dipakai oleh PT. Aneka Tambang, Tbk dalam pengolahan
data metode IP dalam kawasan waktu.
4. Membuat peta anomali penampang tegak resistivitas semu, dan
chargeability dengan menggunakan RES2DINV
Gambar Diagram Alir Pengolahan Data Induced Polarisasi
Mulai
Pengambilan data lapangan (konfigurasi dipole-dipole)
Data Lapangan I(mA), V(mV), SP (V) dan M (mV/V)
Informasi Geologi
ρapp dan M
Pseudodepth sectiondengan RES2DIVN
Peta Kontur SP dengan Surfer (8)
Interpretasi
KESIMPULAN
Selesai