7 Perkataan Salib

download 7 Perkataan Salib

of 24

Transcript of 7 Perkataan Salib

AMPUNILAH MEREKAPdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta Ketika berada di atas kayu salib, Yesus mengucapkan 7 perkataan yang bermakna sangat dalam. Selama minggu sengsara ini, kita akan merenungkan satu persatu perkataan itu. 1. Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tau apa yang mereka perbuat (Luk 23:34). Kata ampunilah (Yun:kharizomai), bermakna melakukan atau menerima karena anugerah. Dengan kata lain, pengampunan itu membutuhkan ketulusan dan kerendahan hati baik yang memberi maupun yang menerima, dan bukan karena paksaan. Tanpa hal itu, maka pengampunan tidak akan terjadi. Karena itu dasar pengampunan bagi orang kristen, adalah penyaliban dan kematian Kristus. Kalimat yang disampaikan Yesus dalam bentuk doa kepada BapaNya, merupakan penyataan kasih di tengah-tengah kasih. Yesus memohonkan ampun bagi mereka yang menyiksa dan memaku diriNya, yang mengejek, yang mencambuk. Ia memohonkan ampun bagi mereka yang penyakitnya pernah disembuhkanNya, yang pernah ditolongNya dari kerasukan setan, yang dibangkitkan, yang dihiburkanNya. Ia memohon ampun bagi mereka yang hadir maupun yang tidak hadir pada saat Ia disalibkan, Ya Bapa, ampunilah mereka .... Inilah penyataan cinta di atas segala cinta. Dalam permohonan ampun itu seluruh kasih Yesus terhadap umat manusia tercurah. Ia yang tidak bersalah, harus menanggung semua kesalahan kita. Bercermin pada permohonan ampun Yesus, bagaimanakah kita selayaknya menyikapi konflik yang sedang kita hadapi berkaitan dengan sakit hati, dendam, kemarahan dan ketidak adilan ? Masalah pengampunan seringkali dikaitkan dengan perasaan. Bagaimana mungkin saya mengampuni, kalau dampak perbuatan orang itu menghancurkan hidup bahkan mungkin masa depanku dan keluargaku ? Sebenarnya, pengampunan terhadap sesama, terkait erat dengan relasi kita dengan Tuhan. Dalam doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan,...ampunilah kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Mat.6:12). Dengan kata lain Yesus katakan, sebelum engkau datang memohon ampun pada Tuhan, berdamai dulu dengan orang yang punya masalah denganmu. Pengampunan tidak boleh bergantung pada perasaan. Pengampunan berkait dengan kehendak/kemauan. Mau atau tidak mau mengampuni ! Waspadalah seringkali karena kekerasan hati untuk mengampuni, berkat dalam hidup kitapun terhambat. Anda tidak menginginkan hal itu terjadi kan ? Ampunilah. Pengampunan berarti melupakan. Melupakan kesalahannya, melupakan sakit hati, melupakan semua yang buruk, untuk hidup ke depan yang lebih damai. Dendam akan menghilangkan kedamaian dan kebahagiaan. Berpautlah pada Kristus yang sudah menanggung segalanya di atas salib, untuk kita semua.

HARI INI JUGA ENGKAU BERSAMA AKU

Pdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta Perkataan kedua ketika Yesus berada di atas salib : 2. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firrdaus (Lukas 23:35-43) Ketika seseorang melakukan prestasi yang membanggakan, dan dirasakan bisa menguntungkan jika dekat dengannya sehingga kemudian menjadi figur panutan banyak orang,, tidaklah mengherankan kalau orang tersebut bagaikan mawar yang diminati lebah. Semua orang berada disekitarnya untuk menarik perhatiannya. Sebaliknya kalau seseorang dianggap bermasalah maka tidaklah mengherankan pula, kalau ia dihindari, dilecehkan bahkan difitnah dengan berbagai isyu tak sedap. Yesus mengalaminya !! Ketika kehadiranNya dirasakan bisa membawa keuntungan, Ia dikelilingi banyak orang karena mujizat2 penyembuhan dan terapi counseling yang dilakukanNya. Ia bahkan diagungkan dengan teriakan Hosana! Hosana! Tetapi ketika sudah berada di atas salib, dan dianggap berdekatan denganNya hanya berujung pada masalah, Ia dihindari bahkan dilecehkan para pemimpin (ay.35), diolok-olokkan para prajurit (ay.36). Mulai dari orang terpandang sampai orang kecil menghindariNya. Juga penjahat yang ada di sisiNya menghujat keAllahanNya (ay.39). Bahkan orang-orang yang paling dekat denganNya para murid khawatir berdekatan denganNya. Tetapi diantara reaksi negatif seperti itu, sangatlah mengejutkan ketika ada yang berpihak padaNya, dengan mengakui bahwa hukuman yang mereka terima sebagai penjahat, adalah konsekuensi dari kesalahan mereka. Sedangkan Yesus tidak mempunyai kesalahan. Karena itu sebenarnya penyalibanNya adalah sebuah kekeliruan besar. Penjahat itu bukan hanya berpihak pada Yesus, tetapi ia bahkan mengakui keAllahNya dengan memohon agar Yesus mengingatnya jika kembali sebagai Raja (ay.40-42). Jika berada pada posisi Yesus, mampukah kita setenang Yesus ketika menghadapi penghinaan, pelecehan dan penyangkalan seperti itu? Yang dilakukan orang yang paling dekat denganNya (Petrus) sampai orang yang untuk mereka, Ia mau menjalani jalan penderitaan, penyaliban dan kematian? Tidakkah kita akan mengalami rasa kekecewaan yang menghancurkan hati? Jika berada pada posisi terjepit, teraniaya dan dalam kondisi kritis, mampukah kita seperti si penjahat yang menempatkan posisi kebenaran dan keadilan di atas pementingan dirinya sendiri? Bahwa yang benar haruslah benar dan yang salah haruslah salah. Sekalipun konsekuensinya kitalah yang harus menanggung akibat dari prinsip itu. Bahwa kitapun harus mengalami penghukuman sebagai dampak kesalahan yang kita lakukan. Dan tidak berkelit agar tidak perlu menjalani penghukuman? Apapun yang akan kita tanggung, selama pandangan mata iman kita kepada Yesus Kristus Sang Juruselamat. Dan mengutamakan kebenaran dan keadilan di atas segalanya. Maka Yesus Kristus akan membimbing dan menguatkan kita. Dan anda akan mendengar bisikanNya yang penuh kasih,

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.

IBU INILAH ANAKMU.....INILAH IBUMUPdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta Perkataan ketiga ketika Yesus melihat ibunya, dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, Ia berkata kepada ibunya,Ibu inilah anakmu! Kemudian kataNya kepada muridNya, Inilah ibumu! (Yohanes 19:26-27). Alkisah di sebuah desa hidup seorang ibu dengan anak lelaki satu-satunya. Anak ini selalu mencemaskan hati ibunya karena tabiatnya yang sangat buruk. Ia senang berjudi, mabuk, mencuri dan melakukan berbagai tindak kriminal lainnya, sehingga setiap hari ibunya selalu meratapinya. Doanya senantiasa memohon agar Tuhan merubah anaknya sebelum ia meninggal dunia. Namun semakin lama, anak ini makin terperosok dalam kehancuran. Keluar masuk penjara ia jalani berkali-kali. Suatu hari anak ini mencuri di rumah seorang pembesar dan tertangkap. Karena sudah berkali-kali mencuri serta melakukan tindakan kriminal, maka pengadilan memutuskan anak ini dihukum pancung. Hukuman itu akan dilaksanakan pada keesokan pagi, di lapangan di depan rakyat desa, tepat ketika lonceng gereja berdentang pukul 6 pagi. Berita itu segera sampai ke telinga ibunya. Si ibu menangis dengan sedih dan memohon agar Tuhan mengampuni anaknya. Ia menghadap raja untuk meminta keringanan hukuman, tetapi raja tidak mengabulkannya. Ia kembali berdoa dan memohon pada Tuhan, ijinkan ia menggantikan anaknya yang sangat dikasihinya untuk menanggung kesalahan sang anak. Esok paginya rakyat datang berbondong-bondong, algojo sudah siap pada tempatnya. Si anak sudah pasrah menunggu hukumannya. Sudah lewat 5 menit dari pukul 6 pagi, tetapi heran, lonceng gereja tidak berdentang. Si petugas juga heran, ia telah menarik tali pemukul lonceng, tetapi tidak terdengar suara dentangnya. Tiba-tiba, dari tali penarik lonceng, mengalir dengan deras darah segar.Darimana asal darah itu? Beberapa orang diutus untuk melihat ke atas. Tidak lama kemudian seluruh rakyat menyaksikan orang yang memanjat untuk melihat sumber darah itu, menggotong ibu si anak yang kepalanya pecah bersimbah darah. Rupanya si ibu memanjat dan memeluk bandul lonceng, sehingga tidak berbunyi ketika tali lonceng ditarik. Tetapi akibatnya kepalanya menghantam lonceng tersebut berkali-kali hingga pecah . . . . Itulah cinta seorang ibu. Seperti apapun dan bagaimanapun kondisi anaknya, seorang ibu akan berdiri di sisinya. Semua orang dapat menyalahkan si anak, tetapi bagi seorang ibu anaknya adalah permata hati yang tidak pernah salah dan butuh perlindungan. Air matanya yang menetes bagi anaknya seakan berupaya mencuci semua kesalahan, dosa, penderitaan dan kesakitan anaknya. Seandainya mungkin, ia akan menggantikan anaknya menanggung semua kesakitan dan kesengsaraan yang dialaminya. Rasa sakit ketika anaknya memperlakukannya dengan kasar, tidak pernah bertahan lama. Sebab air mata seorang ibu yang menetes juga menghapus rasa sakit di hatinya.

Yesus memahami hal itu. Kalimat, Ibu inilah anakmu, merupakan pernyataan kasihNya, karena tau ibunya menderita melihat anaknya tersiksa di salib. Dengan kata lain Yesus mengatakan, Sampai kapanpun, Aku anakmu dan engkau ibuKu. Aku merasakan kesedihan dan rasa sakitmu, tapi jalan ini harus Aku lalui. Kepada murid yang dikasihiNya, Ia katakan, Inilah ibumu. Ia menitipkan ibuNya untuk dikasihi, dihibur, dijaga, dilindungi, pada orang yang dipercayaiNya. Dalam keadaan paling menderita, kasihNya pada Allah Bapa, pada sesama dan pada orang yang paling dekat denganNya sempurna adanya. Seperti apakah kasih anda pada orang-orang yang dekat di hati?

ELI, ELI, LAMASABAKHTANI?Pdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta, M.Th. Perkataan keempat Yesus di atas kayu salib, Eli, Eli, lamasabakhtani? Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? (Matius 27:46). Perhatikan saudaraku, dalam kalimat ini Yesus tidak menyebut Bapa. Tetapi Allahku. Pada saat itu, Yesus memposisikan diriNya sebagai umat yang berada dalam penderitaan yang teramat sangat, lahir dan bathin. Secara fisik Ia mengalami penyiksaan yang tidak berperi kemanusiaan. 2 Penjahat yang disalibkan bersama denganNya saja, tidak mengalami penyiksaan fisik sehebat diriNya. Secara psikis Ia merasa terkucilkan. Orang-orang yang ketika Ia melayani ada di sekitarNya, rebutan dekat denganNya, menanti-nantikan kehadiranNya, rindu pada khotbahNya, berlomba-lomba minta disembuhkan olehNya, bahkan murid-muridNya yang selama 3 tahun begitu dekat denganNya....... semuanya menjauh!! Ia memahami konsekuensi dan resiko yang harus ditanggungNya itu. Tetapi ketika dengan mata imanNya, Ia merasa Allah BapaNyapun memalingkan wajah daripadaNya (walaupun sebenarnya, Allah memalingkan wajahNya dari dosa manusia, bukan dari Yesus), Hati dan perasaanNya hancur. Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Adalah pertanyaan sekaligus ungkapan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Dalam keadaan seperti yang Yesus alami, kita merasa begitu dekat denganNya. Ia mewakili kita. Sebab itulah perasaan kita ketika mengalami pergumulan yang berat. Seringkali kita harus menghadapinya sendirian. Orang-orang yang dekat dengan kita menjauh, dengan beragam alasan : takut terkait dengan kasus kita, khawatir piring nasi mereka terancam, tau bahwa kita tidak membawa keuntungan apa-apa bagi mereka lagi, khawatir keluarga mereka terganggu, takut kita minta pertolongan, dll. Perasaan sakit itu lebih menghancurkan lagi, ketika kita berdoa dan berdoa, tetapi sepertinya Tuhan tidak peduli. Ia diam saja. Tidak heran keputusan seperti yang diambil ibu Mercy di Malang yang mengakhiri hidupnya bersama keempat anaknya bisa terjadi. Orang yang kehilangan kekuatan imannya, putus asa dan kehilangan harapan akan memilih jalan seperti itu. Perkataan Yesus bukanlah ungkapan keputus asaan melainkan ungkapan kesedihan yang teramat dalam. Kita perlu mengeluarkan kesesakan yang membebani hati kita. Kalau perlu menjerit, menjeritlah dengan keras! Setelah itu tentukan pilihan. Sebenarnya baik Yesus maupun kita, punya

pilihan bebas. Hanya ada 2 pilihan. Yang sesuai dengan kehendak Allah, atau seturut kehendak kita. Kalau seturut kehendak Allah, mungkin jawaban yang didapatkan akan jauh berbeda dari harapan. Tetapi pasti yang terbaik. Kalau seturut kehendak kita, mungkin awalnya kita puas, tetapi ada saatnya kita akhirnya kecewa. Karena itu saudaraku, sadarilah! Ada saatnya kita menghadapi pergumulan yang berat seorang diri. Tetapi jangan menyerah! Lihatlah itu sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan ujian untuk masuk Kerajaan Sorga. Tidak ada perjuangan bersama Yesus yang berujung pada kesiasiaan.

AKU HAUS!Pdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta, M.Th. Perkataan kelima Yesus di atas kayu salib "Sesudah itu karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia sudah genaplah yang apa tertulis dalam Kitab Suci -: Aku haus ! (Yohanes 19:28). Ada sebuah aliran di kalangan filsafat yang namanya aliran Gnostik. Salah satu ajarannya adalah: Roh itu baik adanya, dan tubuh adalah jahat sepenuhnya. Karena itu Allah adalah Roh murni dan tidak mungkin punya tubuh. Itulah Yesus adanya. TubuhNya hanya ilusi mata. Jadi kalau Yesus berjalan di atas pasir, tidak ada jejak yang ditinggalkanNya. Itu berarti, sebenarnya Yesus tidak pernah menderita di kayu salib. Itu cara aliran Gnostik menerima Yesus sebagai Tuhan. Padahal dengan pemahaman seperti itu, mereka sebenarnya menghancurkan rencana Allah. Sebab Allah harus hadir sebagai manusia biasa, agar dapat menjadikan umat sebagai anak-anakNya. Salah satu alasan Yohanes menulis Injil ini, adalah dalam rangka menghadapi aliran Gnostik tersebut. Itu sebabnya dalam bagian ini, Yohanes menekankan tentang penderitaan sesungguh-sungguhnya dari Yesus. Ia benar-benar menderita dan merasakan haus. Sama seperti manusia biasa yang setelah belasan jam disiksa, tanpa makan dan minum sedikitpun, terkuras energi dan mengalami kesakitan yang teramat sangat, maka salah satu kebutuhanNya adalah minum. Itulah yang dinyatakan Yesus, Aku haus ! . Semua yang harus kita tanggung, sudah diambil alih oleh Yesus ketika berada di kayu salib. Penderitaan yang paling menyakitkan dan menakutkanpun sudah dijalaniNya dalam kesendirian, tanpa keluhan apalagi penolakan. Lalu mengapa kita masih berkeluh kesah tanpa henti? Hidup terlalu berharga untuk diisi dengan omelan dan keluhan. Kalau Yesus mengajak kita mengikutiNya dengan memikul kuk - dan jangan mengeluh ! - karena kuk yang dipasangkan pada kita itu enak (Mat 11:30). Dan kalau Paulus mengajak kita untuk Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! ..............! (Fil 4:4). Maka baik Yesus maupun Paulus tidak bermaksud melecehkan/mengecilkan persoalan hidup kita. Mereka mengatakan demikian karena tau bahwa Yesus Kristus sudah melewati yang paling berat dan mengambil alih semua yang memberatkan kita, serta menggantinya dengan sukacita kemenangan.

Kalau saat ini beban hidup kita dirasakan sedemikian berat, belajarlah untuk berserah diri pada Tuhan. Berdoa mohon Tuhan mengambil alih beban yang terlalu berat tersebut. Karena Tuhan tau ukuran beban yang paling tepat menurut kekuatan kita. Sisanya Dia yang akan tanggung bagi kita. Sesudah itu kita jalani hidup dengan tetap tersenyum. Itulah cara kita menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih kita, atas apa yang dialami Kristus di atas kayu salib. Dengan beriman menjalani penderitaan, kita sudah membagikan minum pada Yesus yang berkata, Aku haus !.

SUDAH SELESAI...!Pdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta, M.Th. Perkataan keenam Yesus di kayu salib, setelah diberi minum anggur asam, Sudah selesai (Yohanes 19:30a). Seorang profesor diundang sebagai pembicara disebuah basis militer. Disana ia berjumpa dengan seorang bernama Harry. Ia sangat takjub melihat Harry. Ketika menjemputnya di bandara, setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor, ketika berjalan keluar, Harry seringkali menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang ibu tua yang kopernya jatuh. Mengangkat seorang anak kecil yang ingin melihat sebuah pesawat yang parkir. Menolong orang yang butuh arah karena belum pernah datang ke kota itu. Dan setiap kali ketika kembali ke sisi sang Profesor, ia tersenyum lebar. Wah, anda tidak pernah lelah ya? Dan setiap kali anda menolong orang, anda melakukannya dengan sukacita. Bagaimana anda melakukannya? Jawab Harry, Saya belajar di medan perang. Kalau tidak aktif bergerak, anda akan mati. Saya harus membersihkan ranjau. Kalau tidak melakukannya dengan sukacita, anda akan mati karena tegang dan takut. Saya belajar hidup ketika melangkah. Kalau salah memilih langkah, saya pasti mati menginjak ranjau. Karena itu, setiap langkah yang saya lakukan adalah sebuah dunia baru. Menurut saya, kebahagiaan seseorang bukan ditentukan oleh berapa lama seseorang hidup, tetapi apa yang dilakukannya ketika ia hidup. Saudaraku, kehidupan Yesus adalah kehidupan yang tanpa lelah, berjuang memperkenalkan konsep keselamatan serta berbuat demi keselamatan tersebut.Ia hanya hidup selama 33 setengah tahun sebagai manusia di dalam dunia. Tetapi Ia telah melakukan karya besar. Walaupun demi Keselamatan umat percaya, konsekuensi: dihina, disiksa, dikhianati, dipakaikan mahkota berduri, disalibkan, menjadi bagian yang harus ditanggungNya. Ia lakukan semua itu dengan segala ketulusan dan kasih. Dan ketika ia meneriakkan, Sudah selesai ! dalam bahasa aslinya bermakna: finish, selesai dengan sempurna, tanpa cacat, genap seperti yang difirmankan. Sehingga kematianNya dimasuki tanpa penyesalan dan penuh kepuasan. Berapa usia anda saat ini saudaraku? Apa yang sudah anda lakukan disepanjang waktu-waktu yang Tuhan anugerahkan dan percayakan pada anda selama ini? Siapa diantara kita yang tau batas umur kita? Jangan sampai terlambat! Kalau hidup yang anda jalani saat ini bergelimang pesta pora,

kemunafikan, egoisme, pengkhianatan, percabulan, zinah, perjudian dan lain sebagainya, lalu dalam waktu yang tidak terduga kematian menghampiri anda. Dan sebelum ia menjemputnya, siapkah anda mengatakan hal yang sama dengan Yesus, Sudah selesai ! ?? Bahwa hidupku diisi dengan hal-hal yang memuliakan namaMu, menyenangkan hadiratMu. Dan sekarang aku siap mempertanggung jawabkan semua di hadapanMu? Ataukah ketika kematian menghampiri anda, anda akan berteriak ketakutan dan menghindarinya ??

Ya Bapa, Ke Dalam Tanganmu Kuserahkan Nyawaku Pdt. Ny. Nancy Nisahpih-Rehatta, M.Th. Perkataan terakhir yang diucapkan Yesus, dimana setelahnya Ia mati adalah, Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (Lukas 23:44-47). Merupakan sebuah penyerahan diri, yang didasari kepercayaan total. Yesus sudah menyelesaikan tugas yang diberikan Allah Bapa kepadaNya dengan sempurna. Setelahnya Ia berserah diri pada Sang Pemilik pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, Yesus mengatakan,Karena Aku percaya tugas yang Engkau berikan ini sangat penting, karena itu jalan sengsarapun Aku lalui. Sekarang tugas itu sudah selesai. Dan Aku menyerahkan diriKu pada kehendak dan kuasaMu. Ketika menjalankan kehidupan, manusia seringkali diliputi kecemasan, ketakutan, kebingungan. Dimana dampaknya manusia hidup dalam keraguan, putus asa dan pesimisme. Apalagi kalau persoalan yang datang bertubi-tubi, tidak selesai-selesai bahkan menambah tekanan pikiran dan perasaan. Tidak jarang manusia menjadi putus asa. Lalu apa yang menguatkan setiap orang? Harapan. Harapan membuat orang dengan berani melanjutkan hidup. Harapan membuat seseorang tidak pernah berhenti berjuang. Kita tau bahwa hidup itu sangat berharga, karena kalau sudah mati, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Yesus memiliki kepastian yang dibarengi dengan harapan. Ia yakin Keselamatan yang datang dari Allah Bapa akan segera menjangkau kehidupan seluruh umat manusia, asal percaya padaNya. Dan Ia menyalakan api harapanNya pada umat manusia agar dengan sukacita mereka mau datang padaNya, berserah diri dan kemudian dalam keyakinan serta kepastian, menjadi berkat bagi banyak orang. Menyerahkan nyawa pada diri seseorang/sesuatu, hanya dilakukan orang-orang yang yakin/sangat percaya bahwa seseorang/sesuatu tersebut mampu berbuat hal-hal baik yang tidak pernah dipikirkannya sekalipun. Dan sesuatu itu pasti yang baik. Yesus melakukan itu pada Allah bapa di surga. Bagaimana dengan anda?? Apakah anda masih mencari siapa yang patut anda percayai? Apakah hati anda masih diliputi keraguan untuk berserah diri padaNya? Jangan salah !! Ketika anda berpikir untuk memilih antara Allah dan lainnya, anda sudah meragukanNya. Belajarlah pada Yesus. KepercayaanNya luar biasa. Kepastian imanNya tidak tergoyahkan, bahwa Allah Bapa-lah

yang paling layak menerima milikNya yang paling berharga, yaitu nyawaNya. Hidup dan mati Yesus adalah milik Allah Bapa. SELAMAT P A S K A H !!!

Perkataan pertama - ucapan pengampunan* Lukas 23:34 LAI TB, Yesus berkata: 'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.' Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. KJV, Then said Jesus, Father, forgive them; for they know not what they do. And they parted his raiment, and cast lots. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, But Rebbe Melech HaMoshiach was saying, "Abba, grant selicha to them, for they have no da'as of what they are doing." And dividing up his garments, VAPPILU GORAL. TR, Translit Interlinear, ho de {dan} isous {Yesus} elegen {Dia berkata} pater {wahai Bapa} aphes {ampunilah Engkau} autois {kepada mereka} ou {tidak} gar {karena} oidasin {mereka sudah mengetahui} ti {apa} poiousin {mereka berbuat} diamerizomenoi {membagi-bagi} de {dan} ta himatia {jubah} autou {-Nya} ebalon {mereka melempar} klron {undi}

Perkataan kedua - ucapan keselamatan* Lukas 23:43 LAI TB, Kata Yesus kepadanya: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.' KJV, And Jesus said unto him, Verily I say unto thee, To day shalt thou be with me in paradise. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, And Rebbe, Melech HaMoshiach said to him, "Omein I say to you, hayom with me you will be in Gan-Eden." TR, Translit Interlinear, kai {dan} eipen {Dia berkata} aut {kepadanya} ho isous {Yesus} amn {Amin} leg {Aku berkata} soi {kepadamu} smeron {hari ini} met {bersama} emou {Aku} es {engkau akan ada} en {di dalam} t paradeis {Firdaus}

Perkataan ketiga - ucapan kasih* Yohanes 19:26 LAI TB, Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia

kepada ibu-Nya: 'Ibu, inilah, anakmu!' KJV, When Jesus therefore saw his mother, and the disciple standing by, whom he loved, he saith unto his mother, Woman, behold thy son! The Orthodox Jewish Brit Chadasha, Rebbe, Melech HaMoshiach, therefore, having seen his Em and the talmid haahuv having stood by, says to his Em, "Isha, hinei your ben!" TR, Translit Interlinear, isous {Yesus} oun {oleh karena itu} idn {melihat} tn mtera {ibu} kai {dan} ton mathtn {murid} parestta {berdiri} hon {yang} gapa {Dia mengasihi} legei {Dia berkata} t mtri {kepada ibu} autou {-Nya} gunai {wahai perempuan} idou {lihatlah engkau} ho huios {anak} sou {-mu} * Yohanes 19:27 LI TB, Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: 'Inilah ibumu!' Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. KJV, Then saith he to the disciple, Behold thy mother! And from that hour that disciple took her unto his own home. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, Then Rebbe, Melech HaMoshiach says to the talmid haahuv, "Hinei, Emmecha! " And from that sha'ah the talmid took her into his own bais. TR, Translit Interlinear, eita {kemudian} legei {Dia berkata} t matht {kepada murid} idou {lihatlah engkau} h mtr {ibu} sou {-mu} kai {dan} ap {dari} ekeins {itu} ts hras {jam} elaben {ia menerima} autn {-nya} ho mathts {murid} eis {ke dalam} ta idia {miliknya}

Perkataan keempat - ucapan penderitaan rohani* Matius 27:46 LAI TB, Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli, lama sabakhtani?' Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' KJV, And about the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eli, Eli, lama sabachthani? that is to say, My God, my God, why hast thou forsaken me? The Orthodox Jewish Brit Chadasha, And about the ninth hour, Rebbe, Melech HaMoshiach cried out with a kol gadol, saying "Eli, Eli, lema sabachthani! that is, "My G-d, my G-d, why hast thou forsaken me?" TR, Translit Interlinear, peri {sekitar} de {dan} tn ennatn {kesembilan} hran {jam} anebosen {Dia berseru} ho isous {Yesus} phn {dengan suara} megal {yang nyaring} legn {berkata} li {Eli} li {Eli} lama {Lama} sabakhthani {Sabakhtani} tout {yang} estin {adalah} thee {wahai Allah} mou {-Ku} thee {wahai Allah} mou {-Ku} hinati {mengapa} me {-Ku} egkatelipes {Engkau meninggalkan}"

* Markus 15:34 LAI TB, Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: 'Eloi, Eloi, lama sabakhtani?', yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' KJV, And at the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eloi, Eloi, lama sabachthani? which is, being interpreted, My God, my God, why hast thou forsaken me? The Orthodox Jewish Brit Chadasha, And at the ninth hour, Rebbe, Melech HaMoshiach cried out in a kol gadol, "Eloi, Eloi lamah sabachthani? " which means, being translated, "ELI ELI LAMAH AZAVTANI? ("My G-d, my G-d, why have you forsaken me?") TR, Translit Interlinear, kai {dan} t hra {jam} t ennat {kesembilan} ebosen {Dia berseru} ho isous {Yesus} phn {dengan suara} megal {yang nyaring} legn {berkata} eli {Eloi} eli {Eloi} lamma {Lama} sabakhthani {Sabakhtani} ho {yang} estin {ia adalah} methermneuomenon {diterjemahkan} ho theos {Allah} mou {-Ku} ho theos {Allah} mou {-Ku} eis {untuk} ti {apa} me {-Ku} egkatelipes {Engkau meninggalkan}"

Perkataan kelima - ucapan penderitaan jasmani* Yohanes 19:28 LAI TB, Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia-supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci-:'Aku haus!' KJV, After this, Jesus knowing that all things were now accomplished, that the scripture might be fulfilled, saith, I thirst. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, After this, having had da'as that already everything has become shleimah, Rebbe, Melech HaMoshiach, that the Kitvei Hakodesh may be fulfilled, says, "Ani tzameh" TR, Translit Interlinear, meta {sesudah} touto {ini} eids {mengetahui} ho isous {Yesus} hoti {bahwa} panta {segala sesuatu} d {sudah} tetelestai {ia sudah selesai} hina {supaya} teleith {ia dipenuhi} h graph {tulisan} legei {Dia berkata} dips {Aku haus}

Perkataan keenam - ucapan kemenangan* Yohanes 19:30 LAI TB, Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. KJV, When Jesus therefore had received the vinegar, he said, It is finished: and he bowed his head, and gave up the ghost. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, Therefore, when Rebbe, Melech HaMoshiach received the vinegar, he said, "Nishlam!" and having bowed his rosh, Rebbe, Melech HaMoshiach gave up his

neshamah. TR, Translit Interlinear, hote {sesudah} oun {oleh karena itu} elaben {Dia menerima} to oxos {anggur asam} ho isous {Yesus} eipen {Dia berkata} tetelestai {sudah selesai} kai {dan} klinas {menunduk} tn kephaln {kepala} paredken {Dia menyerahkan} to pneuma {Roh}

Perkataan terakhir - ucapan penyerahan.* Lukas 23:46 LAI TB, Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: 'Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.' Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. KJV, And when Jesus had cried with a loud voice, he said, Father, into thy hands I commend my spirit: and having said thus, he gave up the ghost. The Orthodox Jewish Brit Chadasha, And having cried out with a kol gadol, Rebbe Melech HaMoshiach said, "Abba, B'YADCHA AFKED RUCHI". And this having said, Rebbe, Melech HaMoshiach breathed out his last. TR, Translit Interlinear, kai {dan} phnsas {berseru} phn {dengan suara} megal {yang nyaring} ho isous {Yesus} eipen {Dia berkata} pater {wahai Bapa} eis {ke dalam} kheiras {tangan} sou {Mu} parathsomai {Aku akan menyerahkan} to pneuma {Roh} mou {-Ku} kai {dan} tauta {ini} eipn {berkata} exepneusen {Dia menyerahkan Roh}" Perkataan pertama s/d ketiga diucapkan oleh Yesus Kristus antara jam 09:00 hingga tengah hari sekitar jam 12:00 kemudian gelap gulita selama tiga jam hingga jam 15:00 baru disusul empat perkataan terakhir.

Sumber : Yohannes/ Biblika TUJUH UCAPAN YESUS DI KAYU SALIB UCAPAN PERTAMA Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. (Lukas 23:34) Ketika berdoa di Taman Getsemani, murid-Nya tidak mampu turut berdoa. Mereka tertidur karena letih. Siapakah YESUS saat itu? Ia adalah Anak Allah yang mengenakan kemanusiaan kita secara utuh. Ia juga letih, bahkan lebih letih dari pada para murid. Ternyata, keletihan itu barulah permulaan dari kesakitan yang berkepanjangan yang harus ditanggung-Nya, sebelum tubuh-Nya yang sakit itu dinaikkan ke kayu salib. YESUS tahu, bahwa paku-paku besar akan segera menembus daging tangan-Nya. Sementara

tergantung antara langit dan bumi, seluruh berat tubuh-Nya hanya bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki-Nya yang dipakukan. Daging dibagian itu akan robek. Dan kesakitan yang sangat dahsyat pasti akan dirasakan-Nya. Waktu itu pasti terasa berjalan sangat lamban bagi YESUS. Mendadak dihadapan-Nya, sebelum penyaliban berlangsung, tampak secawan anggur ditawarkan. Kehausan mendorong YESUS untuk segera meminumnya. Namun setelah mengecapnya, YESUS tidak mau meminumnya (Mat 27:34b), Ia menolaknya (Mrk 15:23). Padahal minuman itu ialah minuman yang biasa diberikan sebelum penyaliban, untuk mematikan syaraf secara perlahanlahan, mengurangi rasa sakit, dan mempercepat kematian. YESUS menolak untuk menjalani penderitaan yang maha dahsyat dalam keadaan dibius. YESUS rela secara sadar menanggung siksaan yang paling mengerikan bagi kita semua, untuk menggantikan kita semua menerima hukuman ilahi atas dosa. Penderitaan kita, betapapun mengerikan, tidak akan pernah melampaui penderitaan yang dialami oleh YESUS bagi kita. Pada saat yang paling menyengsarakan dalam hidup-Nya itu, YESUS berkata, Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Ucapan ini menunjukkan keagungan jiwa-Nya. Dari mulut bibir-Nya, keluar doa syafaat yang sangat manis bagi mereka yang menyalibkan-Nya. Setidaknya ada tiga hal yang ditunjukkan dalam diri YESUS melalui ucapan ini. YESUS mengawali ucapan-Nya dengan menyapa Bapa ditengah situasi tersebut. Tuhan YESUS menyadari bahwa relasi-Nya dengan Bapa-Nya sama sekali tidak terpengaruh, terganggu, apalagi terguncang oleh pengalaman yang sangat menyengsarakan tersebut. Kenyataan ini membedakan YESUS dari manusia lainnya yang seringkali berkata, Kalau Engkau benar-benar Allah dan peduli kepada saya, bukalah jalan bagi saya! Disini kita berjumpa dengan rahasia kemenangan iman sejati yang dinyatakan dengan kenyataan taat tidaknya seseorang kepada kehendak Allah, serta terpelihara tidaknya relasi dengan Allah ditengah situasi terburuk sekalipun yang melanda hidupnya. Bagaimana YESUS bisa mengetahui bahwa penderitaan dan kematian di kayu salib ialah kehendak Bapa-Nya? Jawabannya hanya satu, yaitu senantiasa bersekutu dengan Bapa-Nya. Jadi, bersekutu dengan Bapa dan ketaatan kepada kehendak Bapa ialah rahasia kemenangan iman sejati. 1. Cinta-Nya Yang Tak Tergoyahkan Bagi Musuh-Musuh-Nya Sampai di kayu salib, YESUS tetap taat kepada kehendak Bapa-Nya dan cinta kasih ilahi kepada mereka yang memusuhi dan membunuh-Nya, masih dipraktekkan-Nya. YESUS tidak memohon agar Allah menghukum mereka. Sungguh suatu keajaiban yang terjadi di Golgota saat itu ialah kenyataan bahwa Allah tidak mengirimkan api dari langit atau mendatangkan pasukan malaikat untuk membinasakan orang-orang yang terlibat dalam penyaliban YESUS. Itu karena YESUS memohon, Ampunilah mereka. Inilah ucapan yang mengungkapkan cinta di atas segala cinta yang tak akan pernah berubah dan tiada duanya. Tidak ada seorang pun yang mau berkorban bagi orang yang jahat, kecuali YESUS. Sungguh cinta yang sangat mengherankan dan tak tergoyahkan, bahkan di tengah-tengah kebiadaban mereka yang paling keji! 2. Pengertian-Nya Yang Tak Tergoyahkan Akan Kondisi Dasariah Manusia Sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, ucap YESUS. Inilah dasar permohonan YESUS kepada Bapa-Nya untuk mengampuni mereka. Tetapi apakah mereka benar tidak tahu apa yang mereka perbuat? Bukankah mereka 100% sadar, ketika terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan atas YESUS? Kalau begitu, apa maksud ucapan YESUS? Orang-orang yang menyiksa dan membunuh YESUS menyadari apa yang mereka perbuat, tetapi sesungguhnya tidak menyadari sebab perbuatan mereka dan akibatnya. Mereka menyadari bahwa

yang mereka siksa dan bunuh bernama YESUS, tetapi tidak menyadari siapa YESUS sesungguhnya. Pengertian mereka sudah lama sekali digelapkan oleh dosa. Dan anggota tubuh mereka sudah lama sekali digunakan oleh dosa sebagai senjata kejahatan. YESUS memiliki pengertian, Kasihanilah mereka, ya Bapa, karena mereka hanya korban dosa. Namun tidak berarti mereka tidak berdosa. Karena sesungguhnya manusialah yang memutuskan secara sadar untuk diperbudak oleh dosa, dengan secara sadar berbuat dosa. UCAPAN KEDUA Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-samadengan aku di dalam Firdaus. (Lukas 23:43) Ucapan YESUS yang kedua di kayu salib merupakan tanggapan terhadap ucapan salah seorang penjahat yang turut disalibkan dengan-Nya. Kepada temannya yang menghujat YESUS yang tersalib, ia berkata, Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. Selanjutnya, ia berkata kepada YESUS, YESUS, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Luk 23:40-41,42). Betapa mengharukan ucapan ini! Di dalamnya, kita berjumpa dengan tiga kenyataan menakjubkan dalam diri seorang manusia yang paling gelap hidupnya. Kenyataan menakjubkan yang pertama dalam diri sang penjahat ialah kesadaran akan keberdosaannya dan hukuman ilahi yang menantinya. Arti salib bagi sang penjahat ialah keadilan ditegakkan atas semua perbuatan jahat yang dilakukan. Sementara tubuhnya tersiksa di kayu salib, ia teringat akan kekejiannya dan menyadari bahwa ia sangat berdosa dan pantas dihukum. Lebih dari pada itu, sang penjahat menyadari bahwa hukuman yang dijatuhkan oleh hakim dunia bukanlah akhir dari segalanya. Ada hukuman lain yang menantinya di balik kematian, yaitu hukuman dari Allah sang Hakim Agung. Hal ini bisa terjadi karena firman yang diucapkan pertama oleh KRISTUS (Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat) telah menerima hati dan pikirannya. Firman tersebut menyentak batinnya, dan sejak saat itu ia melihat diri dan hidupnya dalam terang kebenaran. Kenyataan kedua dalam diri sang penjahat ialah kesadaran tentang kebutuhan mutlaknya akan belas kasihan ilahi. Kepada YESUS ia berkata, YESUS, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja (Lukas 23:42). Perhatikan baik-baik. Ia tidak minta diselamatkan. Yang dimohonnya hanyalah agar YESUS mengingatnya. Ia tidak meminta YESUS untuk menyelamatkannya karena ia menyadari sepenuhnya bahwa ia tidak layak memintanya. Ia tidak layak diselamatkan. Arti permintaannya ialah penyerahan dirinya kepada belas kasihan Allah! Kenyataan ketiga dalam diri sang penjahat ialah keyakinannya akan kemesiasan YESUS. Ia berkata, YESUS, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja. Terjemahan yang lebih tepat ialah: apabila Engkau masuk ke dalam kerajaan-Mu. Kita tidak dapat memastikan, sejauh mana sang penjahat mengerti pribadi dan karya YESUS. Tetapi kata-katanya menunjukkan kesadarannya bahwa kematian bukanlah akhir segalanya bagi YESUS, serta dibalik kematian menanti kerajaan. Kapan YESUS akan masuk ke dalam kerajaan atau kemuliaan-Nya tidak diketatahuinya. Yang pasti, YESUS akan tiba pada saat itu, dan ketika saat itu tiba, ia berharap YESUS mengingat dan mengasihaninya. Ia yakin akan kemesiasan YESUS. Janji YESUS Menanggapi permintaan sang penjahat, YESUS berkata, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Betapa indahnya ucapan ini

bagi sang penjahat. YESUS memberikan kepadanya jauh melebihi apa yang dimintanya. Ia cuma minta diingat, tetapi YESUS meberikan kepadanya tempat yang istimewa di dalam Firdaus. Ketika mendengar ucapan YESUS tersebut, sang penjahat pasti menangis karena sangat terharu. UCAPAN KETIGA , inilah, anakmu! Inilah ibumu! (Yoh 19:26-27) Ucapan YESUS yang ketiga di kayu salib dialamatkan pertama-tama kepada ibu-Nya: Ibu, inilah, anakmu! Terjemahan yang lebih tepat ialah: Wanita (Yungunai), inilah, anakmu! Lalu kepada murid-Nya: Inilah ibumu! Dalam terjemahan versi LAI, kita menjumpai bentuk jamak, yaitu: Murid-murid-Nya. Sebenarnya, bentuk tunggal yang digunakan disini, yaitu murid-Nya (Grika: to matete). Alkitab berkata, Dekat salib YESUS, berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Dan terlebih lagi ketika YESUS melihat salah seorang muridNya, yang sangat dicintaiNya, juga hadir di dekat salib-Nya. Kehendak YESUS bagi murid-murid-Nya tidak pernah berubah. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada (Yoh 12:26). Bagaimana dengan kita? Apakah saat ini kita sedang mengikuti kehendak Tuhan atau sedang mengikuti kemauan sendiri? Apakah kita sedang berdiri di samping Tuhan atau di samping berhala? Arti sesungguhnya dari ucapan Wanita, inilah, anakmu! Inilah ibumu! ialah tindakan YESUS mempercayakan perawatan ibunya kepada sang murid. Alkitab mencatat tanggapan sang murid: Dan sejak saat itu, murid itu membawanya ke rumahnya (ay 27b). Tetapi, bukan hanya itu arti ucapan YESUS. Perhatikan baik-baik. Perhatian YESUS dalam bagian ini tertuju bukan terutama pada Maria ibu-Nya, tetapi pada sang murid yang berdiri di samping salib YESUS, karena tanggapan yang mengikuti peristiwa ini ialah tanggapan dari sang murid. Dalam terang kenyataan ini, kita bisa mengajukan tiga pertanyaan. Pertama, mengapa dari semua murid YESUS hanya ada seorang murid yang mau dan berani berdiri disamping salib YESUS? Jawabannya terletak pada sebutan murid yang dikasihi-Nya. Mengapa ia selalu disebut atau menyebut dirinya sendiri murid yang dikasihi-Nya (Yoh 13:23; 21:20)? Karena ia menyadari, mengenal, dan menghayati betapa besar cinta YESUS kepadanya. Kedua, apa yang sebenarnya mau YESUS ajarkan kepada sang murid melalui ucapan-Nya? Di dalam Yohanes 17:24 berkata hanya mereka yang benar-benar mengikuti YESUS, yang berada dimana YESUS berada, serta mau dan berani menaati setiap kehendak-Nya, yang akan menyaksikan kemuliaan-Nya sebagai Tuhan yang kekal. YESUS menyebut Maria bukan ibu, tetapi wanita dalam ucapan-Nya untuk menunjukkan bahwa hubungan utama antara Maria dan diri-Nya bukanlah hubungan antara ibu dan anak, tetapi antara ciptaan dan Pencipta. Dengan demikian, di kayu salib YESUS menunjukkan kemuliaan-Nya kepada sang murid. Dia adalah Tuhan yang kekal! Ketiga, mengapa tanggapan sang murid terhadap ucapan tersebut demikian positif dan langsung? Karena ia mencintai YESUS. Dan itu berarti ia juga mencintai Bunda Maria yang dicintai YESUS. Alkitab berkata, Barangsiapa mengasihi Allah, ia juga harus mengasihi saudaranya (1Yoh 4:21). Bukan hanya itu, sang murid juga menerima-Nya sebagai Tuhan yang berdaulat penuh atas diri dan hidupnya. Jadi, segala ucapan dan perintah-Nya harus diikuti dan ditaati secara penuh dan mutlak. Ucapan Keempat Eloi, Eloi, lama sabakthani?

(Mrk 15:34, Mat 27:46) Eloi, eloi, lama sabakthani ? Artinya, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Hal ini merupakan sebuah seruan yang menyayat hati. Ucapan ini mengikuti sebuah peristiwa ajaib. Alkitab berkata, Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga (Markus 15:33). Apa arti peristiwa yang sangat ganjil tersebut? Amos 8:9 berkata, Pada hari itu akan terjadi, demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah. Jadi, kegelapan yang terjadi, ketika YESUS disalibkan ialah tanda tentang hukuman Allah atas dosa. Kegelapan itu merupakan tanggapan ilahi atas segala kekejaman yang diperbuat oleh manusia yang menghina salib dan segala sengsara yang ditanggung oleh YESUS. Karena Alkitab berkata, Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus DIa (Yoh 5:23). Selama tiga jam, kegelapan meliputi seluruh daerah itu. Sebuah tanda tanya besar muncul dalam pikiran orang-orang yang hadir disekitar salib. Sampai akhirnya keluar ucapan keempat dari YESUS yang menanggung hukuman Allah atas segala dosa dan kejahatan manusia, termasuk dosa dan kejahatan yang mereka perbuat terhadap diri-Nya di Golgota. Mengapa YESUS mau menanggung hukuman ilahi atas segala dosa dan kejahatan manusia? Disini kita berjumpa dengan jantung salib. The heart of the cross, yaitu cinta kasih ilahi yang suci bagi umat manusia yang berdosa. Cinta kasih yang membuat seorang Rasul Paulus pun tidak mampu mengerti dan menjelaskan secara tuntas, sehingga ia hanya dapat berdoa bagi umat Allah disegala abad dan tempat, supaya dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih KRISTUS, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan (Efesus 3:18-19). 1. Cinta Kasih Yang Tuntas Jika kita mengerti ucapan YESUS yang keempat, kita akan menyadari bahwa dalam ucapan yang menyesakkan itu, terkandung ucapan Allah yang menyejukkan: Anak-Ku, anak-Ku, Aku tidak akan meninggalkanmu (karena Aku pernah meninggalkan KRISTUS bagimu). 2. Penebusan Yang Tuntas Dalam ucapan YESUS yang keempat di kayu salib, kita berjumpa dengan penebusan YESUS yang tuntas atas kita. Tidak ada satu dosa pun yang tertinggal. Tinggal anugerah yang tersedia. 3. Penghiburan Yang Tuntas YESUS yang pernah menyelami penderitaan sampai titik yang paling ekstrim, mampu menjadi Penolong yang bersimpati dan berempati secara sempurna terhadap penderitaan umat-Nya. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai (Ibr 2:18). Ucapan Kelima, Keenam, & Ketujuh Aku haus! Sudah selesai Bapa ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku (Yoh 19:28,30 : Luk 23:46) Saat yang Penuh Kesadaran Saat YESUS mengucapkan ketiga ucapan-Nya yang terakhir di kayu salib ialah saat yang penuh kesadaran. YESUS tahu bahwa segala sesuatu telah selesai. Sebuah kesadaran yang luar biasa dalam diri YESUS, sementara menjalani seluruh penderitaan-Nya di kayu salib. Bukan cuma

kesadaran bahwa masa penderitaan-Nya sudah berakhir dan saat kematian-Nya sudah dekat. Lebih dari pada itu, Ia menyadari sepenuhnya, bahwa seluruh penderitaan-Nya di kayu salib ialah konsekuensi langsung dan mutlak dari pemenuhan tugas kemesiasan-Nya. Bahwa setiap langkahNya sampai saat itu, saat dimana hukuman ilahi atas segala dosa dan kejahatan umat manusia telah ditimpakan secara penuh pada diri-Nya, serta saat dimana kematian-Nya akan segera tiba, selaras penuh dengan kehendak bapa-Nya. Akhir Hidup YESUS yang Sangat Gemilang Jauh sebelum menjalani penderitaan di kayu salib, YESUS berkata, Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:34). Ketiga ucapan tersebut menjawab apakah pada akhirnya Ia berhasil menyelesaikan pekerjaan-Nya? 1. Ketaatan-Nya Yang Tuntas Ketaatan YESUS kepada kehendak Bapa sangat menakjubkan. Bahkan ketika kehausan yang menyiksa-Nya sudah mencapai titik klimaks, sehingga Ia harus berteriak, Aku haus!, ucapan itu sendiri diucapkan dengan semangat mentaati kehendak Bapa-Nya. seperti yang tertulis di dalam Yohanes 4:34. Dan ternyata, sampai di akhir hidup-Nya, sementara sekarat, makanan-Nya tetap sama, yaitu melakukan kehendak Bapa. 2. Penyelesaian Tugas-Nya Yang Tuntas Ucapan YESUS yang keenam di kayu salib ialah: Tetelestai (Yoh 19:30). Artinya, sudah selesai. Ini merupakan sebuah pekik kemenangan. Dengan berkata demikian, Ia menegaskan, bahwa Ia telah menyelesaikan seluruh tugas kemesiasanNya. Bahwa Ia sudah menerima secara penuh hukuman ilahi atas segala dosa dan kejahatan umat manusia. Karena itu, bagi mereka yang percaya kepada KRISTUS, tidak ada satu dosa pun tersisa untuk dihukum oleh Allah. Ia juga mengajarkan bahwa hidup pada hakekatnya ialah pengabdian kepada Allah sang Pemberi hidup. 3. YESUS mengucapkan ucapan terakhir-Nya di kayu salib: Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku. Disini YESUS mengutip Mazmur 31:6, dan dengan demikian menegaskan kembali kesadaran-Nya yang penuh tentang identitas-Nya sebagai sang Mesias Rajani yang Allah janjikan. Hanya saja, dalam ucapan-Nya tersebut, YESUS menambahkan alamat kepada Allah sebagai Bapa, dan dengan demikian menunjukkan hubungan-Nya yang sangat erat dengan BapaNya. Juga, jika pemazmur menyerahkan nyawanya kepada Allah dalam konteks kehidupan, maka YESUS dihadapan kematian. Dengan demikian, ucapan tersebut bersumber dari keyakinan-Nya bahwa melalui kematian, Ia akan datang kepada Bapa.

sumber : Majalah Vision Edisi II. Psalm 21 Successful Community Pontianak (artikel rangkuman dari buku 7 kata di kayu salib)

Yesus adalah Air Hidup. Apakah Tuhan Yesus membutuhkan air untuk menghilangkan rasa hausNya ketika Ia disalibkan? Perkataan Tuhan Yesus yang kelima, "Aku haus" (Yohanes 19:28) adalah suatu paradoks (sesuatu yang kelihatannya berlawanan, tetapi sebenarnya tidak). Tuhan Yesus tidak bermaksud meminta

air, tetapi menyatakan kebenaran. Kesengsaraan yang diderita-Nya secara fisik menggenapi nubuat dalam Mazmur 22:16 (lidahku melekat pada langit-langit mulutku). Dia lapar dan haus. Luka-Nya perih. Darah mengalir selama enam jam saat Ia tergantung di kayu salib. Semua itu dilalui-Nya saat demi saat. Kehausan adalah ekspresi kemanusiaan-Nya yang sejati. Keletihan tubuh-Nya sudah mencapai puncak. Hanya Dia yang dapat menggenapi nubuat ini sebagai bagian dari kesengsaraan-Nya. Tuhan Yesus adalah Air Hidup. Ia tidak membutuhkan pertolongan manusia untuk memuaskan dahaga-Nya. Kehausan adalah bagian dari penderitaan yang harus Ia tanggung. Tuhan Yesus adalah Air Hidup yang memuaskan dahaga rohani kita. Dia mengalami kehausan supaya kita memperoleh kepuasan. Pada masa kini, banyak orang yang mengalami kehausan secara rohani. Mereka mencari berbagai alternatif, tetapi tidak ada yang dapat benar-benar memuaskan. Kehidupan rohani yang memuaskan hanya bisa kita peroleh bila kita datang kepada Sumber Air Hidup itu. Dialah yang memulihkan dan mengubahkan hidup kita yang bobrok karena dosa. Setelah minum dari sumber Air Hidup ini (Yohanes 4:14), kita tidak akan haus lagi selamalamanya. Tuhan Yesus mengatakan hal itu kepada perempuan Samaria yang akhirnya diselamatkan karena menerima Dia sebagai Air hidup. [FW] TETELESTAI! SUDAH SELESAI! (TETELESTAI! IT IS FINISHED!) Oleh: Dr. R. L. Hymers, Jr. Diterjemahkan oleh: Dr. Eddy Peter Purwanto Khotbah ini dikhotbahkan di Kebaktian Malam, 29 Oktober 2006 di Baptist Tabernacle of Los Angeles Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yohanes 19:30). Yesus tergantung di kayu Salib. Pada permulaan hari itu Ia telah diberi minum anggur asam campur empedu dan Ia menolaknya. Namun selanjutnya, beberapa saat sebelum kematian-Nya, Ia berseru, Aku haus. Dr. John R. Rice berkata, Tentang haus ini sebelumnya sudah dinubuatkan dalam Mazmur 22:15, Kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Mulut-Nya kering. Lidah-Nya melekat pada langit-langit mulut-Nya. Ini adalah rasa haus yang sangat mengerikan. Namun bahkan dalam penderitaan dan kehausan-Nya Juruselamat kita mengingat Kitab Suci dan menggenapinya. Kita semua harus tahu bahwa Ia menanggung di dalam tubuh-Nya sendiri penderitaan yang disebabkan oleh penghukuman, upah dosa bagi seluruh dunia, sehingga Ia berseru, Aku haus! Bahkan di dalam kematian-Nya, Yesus tidak menuruti kehendakNya sendiri melainkan kehendak Bapa, dan Kitab Suci yang harus digenapi. Tentu saja kita tahu, bahwa Juruselamat kita tidak mengharapkan air ketika berada di atas kayu Salib Ia tahu bahwa Ia akan diberikan anggur asam bercampur empedu yang bertujuan untuk membuat Dia lebih

tersiksa lagi, untuk membakar mulut-Nya dan meretakkan bibir-Nya rasa haus Tuhan Yesus di atas kayu Salib sebenarnya adalah rasa haus kita. Ia menderita menggantikan saya yang seharusnya menerima penderitaan itu. Penderitaan-Nya adalah untuk menggantikan penderitaan yang seharusnya saya terima. Marilah kita bersukacita karena rasa haus kudus dari Yesus telah membeli kita sehingga kita memiliki hak untuk minum dan tidak akan pernah haus lagi (John R. Rice, D.D., The Son of God: A Verse-by-Verse Commentary on the Gospel According to John, Sword of the Lord Publishers, 1976, pp. 377-378). Dan kemudian, Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yohanes 19:30). Kata Yunani [untuk nyawa dalam Alkitab bahasa Indonesia] ini seharusnya diterjemahkan roh (Strong #4151). Yesus memberikan roh-Nya dan kemudian mati. Namun saya ingin Anda memperhatikan hal terakhir yang Kristus ucapkan ini, Sudah selesai Tiga kata dalam bahasa Inggris ini [it is finished atau dua kata dalam bahasa Indonesia ini] diterjemahkan dari satu kata dalam teks Bahasa Yunani. Kata itu adalah tetelestai sudah selesai. Namun apa yang Kristus maksudkan di sini? Saya berpikir paling tidak ada lima hal yang berhubungan dengan kata selesai pada saat Kristus menyerahkan roh-Nya dan mati di kayu Salib. I. Pertama, seluruh nubuatan Perjanjian Lama berhubungan dengan kematian-Nya sudah selesai. Dalam ayat dua puluh delapan kita membaca, Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus! (Yohanes 19:28). Perhatikan kata selesai di sini. Kata Yunani yang dipakai di sini sama. Yaitu tetelestai. Spurgeon berkata, Dalam ayat 28, kita memiliki kata di dalam bahasa Yunani; itu diterjemahkan dalam versi kita [KJV] accomplished, namun seharusnya Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:Aku haus! Dan setelah itu Ia berkata, Sudah selesai. Ini membawa kita kepada maksud perkataanNya menjadi sangat jelas, bahwa seluruh Kitab Suci sekarang telah digenapi, pada waktu Ia berkata, Sudah selesai. Seluruh Kitab dari awal sampai akhir, baik dalam Taurat maupun Kitab Para Nabi, telah digenapi di dalam Dia Dan tak satupun nubuatan, entah yang mereka terima di Babilonia, atau di Samaria, atau di Yudea, yang sekarang belum digenapi [terpenuhi dan sudah selesai] di dalam Kristus Yesus (C. H. Spurgeon, It Is Finished, The Metropolitan Tabernacle Pulpit, Pilgrim Publications, 1986 reprint, vol. VII, p. 586).

Dalam khotbah singkat ini, saya hanya dapat memberikan beberapa nubuatan Perjanjian Lama yang telah digenapi ketika Kristus berkata, Sudah selesai. Sebagai contoh, proto evangelium, penekanan tentang Injil untuk pertama kalinya, yang diberikan pada permulaan sejarah, telah digenapi atau selesai. Allah pernah berkata kepada Setan, Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15). The Scofield Study Bible berkata bahwa ini adalah Janji pertama tentang sang Penebus ayat ini merupakan permulaan dari rangkaian referensi tentang janji-janji dan nubuatan-nubuatan yang berhubungan dengan Kristus yang telah digenapi. (The Scofield Study Bible, note on Genesis 3:15). Itu adalah nubuatan pertama yang telah digenapi ketika Kristus berkata, Sudah selesai Atau lagi, lihat Mazmur 22, yang menubuatkan tentang perkataan Yesus sebelum kematian-Nya, Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Mazmur 22:1). Itu sudah selesai. Atau kata-kata dalam Mazmur yang sama ini yang mengatakan, Mereka menusuk tangan dan kakiku(Mazmur 22:16). Itu juga sudah selesai ketika Yesus mati di kayu Salib. Atau bukalah pasal yang agung dari Yesaya 53, yang di antaranya berkata, Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53:4-6). Itu juga sudah selesai. Sudah selesai. Atau perhatikan perkataan-perkataan Yesus sendiri, setelah Ia bangkit secara fisikal dari antara orang mati, dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya,

Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci [Perjanjian Lama], mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (Lukas 24:26-27). Kristus mengatakan kepada mereka bahwa segala sesuatu yang telah dikatakan oleh Musa dan semua nabi-nabi telah tergenapi dan diselesaikan di dalam Dia! Sudah selesai. Spurgeon berkomentar, Selanjutnya saya berkata dengan terus terang, bahwa jika ada kaum intelektual yang paling tersohor dari sepanjang masa dapat menetapkan diri mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah ini, dengan cara lain untuk nubuatan-nubuatan ini, mereka tidak akan dapat melakukannya sampai seseorang tampil dan memproklamirkan, Salib Kristus dan Anak Allah yang berinkarnasi, maka semuanya menjadi jelas Juruselamat kita yang agung! Di dalam Dia kita menemukan segala sesuatu telah diselesaikan yang Allah telah firmankan dalam Perjanjian Lama melalui para nabi; di dalam Dia kita menemukan bahwa segala sesuatu telah diselesaikan [digenapi], yang mana Allah telah menuliskan semua itu [dalam Kitab Suci Perjanjian Lama]. Segala kemuliaan hanya bagi nama-Nya! Sudah selesai segala sesuatu [yang ada dalam nubuatan] sudah disimpulkan [dan disempurnakan] di dalam Dia [Tuhan Yesus]! (C. H. Spurgeon, ibid., pp. 586-587). Sudah selesai. II. Kedua, Seluruh type dan typical nubuatan dalam Perjanjian Lama sudah selesai, berakhir dan menjadi jelas. Semua itu telah diselesaikan di dalam Kristus Yesus. Penantian Abraham telah tiba, dan lihatlah dia dalam keingin-tahuannya, ketika ia memandang Tuhan yang menyatakan Kristus di dalam pribadi Ishak di Gunung Muria. Dari zaman Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, lihatlah asap yang mengepul dari mezbah dan korban pencurahan darah, dan lihatlah bahwa semua itu telah digenapi ketika Kristus berseru, Sudah selesai. Lihatlah Harun dan para imam besar dan orang-orang Lewi, setiap pagi dan malam mempersembahkan anak domba sebagai korban dan berkata, Tuhan, kapan korban ini akan berakhir? Kapan ini akan selesai? Akankah ini berakhir? Dan kemudian dengarkan Kristus di atas kayu Salib berseru, Sudah selesai. Sudah selesai! Sudah selesai! Setiap lembu jantan muda dan anak domba yang dikorbankan oleh umat Allah di bawah Perjanjian Lama telah berakhir dalam kematian Kristus, ketika Ia berseru,

Tetelestai! Sudah selesai! III. Ketiga, seluruh ketaatan terhadap hukum Allah telah diselesaikan dalam Kristus yang disalibkan. Ketaatan sempurna Kristus terhadap hukum Allah telah selesai. Selanjutnya itu tidak perlu lagi manusia untuk mentaati seluruh hukum Taurat Allah untuk dapat diselamatkan. Tidak, ia tidak dapat diselamatkan dengan memelihara hukum-hukum Allah ini dengan sempurna, karena Taurat tidak pernah dimaksudkan untuk menyelamatkan manusia dengan ketaatannya terhadap Taurat. Itu bukanlah tujuan dari pemberian Taurat Allah. Alkitab berkata, Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (Galatia 3:24). Itu diperlukan bagi manusia untuk diselamatkan, bahwa hukum Taurat harus dipelihara atau dilakukan secara sempurna, karena tak seorangpun di bumi ini akan melihat Allah, kecuali ia menjadi sempurna dalam kebenaran. Namun Kristus telah mentaati Taurat Tuhan dengan sempurna di tempat orang-orang yang percaya kepada Dia. Tidak ada yang dapat menyatakan ketaatan Kristus terhadap Taurat secara lengkap selain ketundukan-Nya kepada Allah melalui kematian-Nya di kayu Salib. Kristus secara sempurna telah mentaati Taurat Allah di kayu salib. Ia membayar hutang-hutang kita terhadap Taurat, menggantikan kita di kayu Salib. Kristus, oleh kebenaran-Nya yang sempurna, dengan itu Ia menutupi orang percaya, dan mempercantik dia dengan mengimputasikan kebenaran, membeli kebenaran kita di kayu Salib itu. Seperti lagu pujian ini mengatakan, Bebas dari hukum Taurat, Oh betapa bahagianya, Yesus telah mencurahkan darah-Nya, dan di sana ada pengampunan, Kutuk hukum Taurat telah dikalahkan, Kristus telah menebus kita sekali untuk selamanya. (Once For All by Philip P. Bliss, 1838-1876). Ketika Anda datang kepada Kristus, anda disucikan dari dosa, dan dikenakan kebenaran-Nya! Anda bebas dari kutuk hukum Taurat melalui apa yang Kristus telah lakukan bagi Anda di kayu Salib. Tetelestai! Sudah selesai! IV. Kempat, seluruh kuasa Setan dan dosa telah selesai bagi umat Allah di kayu Salib. Sekali lagi, ketika Yesus berkata, Sudah selesai, Kristus masuk ke dalam kemenangan atas peperangan melawan Setan dan dosa. Dosa telah membinasakan Kristus, namun dengan pembinasaan itu, Kristus telah membinasakan dosa dan Setan!

Ketika Kristus berkata, Sudah selesai, Ia telah mengalahkan atau menaklukkan dosa dan Setan dan Ia juga telah membianasakan maut bagi orang-orang yang percaya kepada Dia. Ketika Kristus berkata, Sudah selsai, Ia berkata Setan dan pengikutnya, Biarkanlah umatku pergi! Engkau sudah terlalu lama memperbudak mereka! Di rumah ibadat di Nazaret, Yesus berkata, Roh Tuhan ada pada-Ku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (Lukas 4:18-19) Dan itu persis seperti apa yang Kristus akan lakukan bagi Anda jika Anda mau datang kepada Dia dan menghempaskan diri Anda sendiri di bawah kaki-Nya, dan percaya kepada Dia dengan segenap hati Anda karena Kristus memiliki kuasa penuh atas Setan dan dosa. Ia telah mengalahkan mereka ketika Ia mati di atas kayu Salib! Tetelestai! Sudah selesai! Selanjutnya, Charles Wesley dapat memuji, Kuasa dosa binasa, Dia membebaskan para tawanan; Darah-Nya dapat menyucikan dosa; Darah-Nya selamatkan daku. (O For a Thousand Tongues by Charles Wesley, 1707-1788). Tetelestai! Sudah selesai! Datanglah kepada Kristus melalui iman dan Ia akan membebaskan Anda dari perbudakan Setan dan dosa! Semua yang dibutuhkanNya untuk membebaskan Anda telah diselesaikan di kayu Salib. Tetelestai! Sudah selesai! V. Kelima, seluruh keadilan Allah telah dipuaskan atas nama umat-Nya ketika Kristus mati di kayu Salib. Ketika Kristus berseru, Sudah selesai, Ia telah memperdamaikan antara Allah dan manusia karena keadilan Allah telah dipuaskan dengan kematian Kristus di kayu Salib itu. Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (Roma 3:24-26). Keadilan Allah telah dipuaskan untuk orang percaya ketika Yesus berkata,

Sudah selesai. Ketika Anda percaya di dalam Yesus melalui iman keadilan dan penghukum Allah tidak bergayut lagi di atas Anda. Anda tidak lagi diperhitungkan sebagai orang yang bersalah dalam pemandangan Allah ketika Anda percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, karena Ia telah berkata, Sudah selesai. Seluruh kemungkinan penghukuman atas dosa Anda telah pergi. Itu semua telah dibayar lunas oleh Kristus di atas kayu Salib. Tetelestai! Itu sudah selesai! Tetelestai! Itu sudah selesai! Tetelestai! Itu sudah selesai! Segala sesuatu yang diperlukan bagi keselamatan Anda sudah diselesaikan oleh Kristus di atas kayu Salib! Tinggal apa yang harus Anda lakukan? Spurgeon berkata, Orang berdosa yang lemah, apakah engkau mau memiliki Kristus atau [tidak]? Ah, kata seseorang, Aku mau, namun aku tidak layak. Ia tidak menginginkan yang layak. Sudah selesai. Semua yang Kristus inginkan dari Anda hanyalah kesediaan Anda [karena Ia berkata] Barangsiapa yang mau datang (band. Wahyu 22:17). Jika Ia telah memberikan kerelaan kepada Anda, Anda boleh [datang] dan percaya di dalam Kristus.. pada pagi ini. Ah! Anda berkata, tetapi Anda tidak memaksudkan itu adalah saya bukan? Namun itu lah yang saya maksudkan [karena semuanya ini telah diselesaikan, seluruh karya keselamatan Anda telah lengkap atau selesai]. (C. H. Spurgeon, ibid., p. 592). Sudah selesai. Kembalilah kepada Kristus. Ia akan menyambut Anda yang mau datang, dan saya berharap Anda mau mendengarkan Dia dan datang kepada Dia dan memperoleh keselamatan sekarang juga, pada pagi ini. Marilah kita berdiri dan menyanyikan lagu terakhir dalam lembaran di tangan Anda. Mari kita berdiri dan menyanyikan lagu ini dengan segenap hati kita. Ambilah lembar pujian Anda dan marilah kita menyanyikannya dengan segenap kekuatan kita. Dari kongkongan malam kelam, Yesus, Tuhan, aku datang, Kini hidupku girang tentram, Yesus, padamu, ku datang Dulu sakit, kini sembuh, Miskin, dibrikan harta penuh,

Dari sesat, sekarang patuh, Yesus, padamu ku datang (Jesus, I Come by William T. Sleeper, 1819-1904/Terjemahan Nanyian Pujian No. 131). (AKHIR KHOTBAH) Anda dapat membaca khobah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet di www.realconversion.com. Klik on "Sermon Manuscripts." Diterjemahkan oleh: Dr. Eddy Peter Purwanto @ http://www.sttip.com Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: Yohanes 19:16-30.. Lagu Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith: Once For All (by Philip P. Bliss, 1838-1876).

GARIS BESAR KHOTBAH

TETELESTAI! SUDAH SELESAI!Oleh: Dr. R. L. Hymers, Jr. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yohanes 19:30). (Mazmur 22:15) I. Seluruh nubuatan Perjanjian Lama berhubungan dengan kematian-Nya sudah selesai, Yohanes 19:28; Kejaidan 3:15; Mazmur 22:1, 16; Yesaya 53:4-6; Lukas 24:26-27. II. Seluruh type dan typical nubuatan dalam Perjanjian Lama sudah selesai, berakhir dan menjadi jelas, Yohanes 19:30. III. Seluruh ketaatan terhadap hukum Allah telah diselesaikan dalam Kristus yang disalibkan, Galatia 3:24. IV. Seluruh kuasa Setan dan dosa telah selesai bagi umat Allah di kayu Salib, Lukas 4:18. V. Seluruh keadilan Allah telah dipuaskan atas nama umat-Nya ketika Kristus mati di kayu Salib, Roma 3:24-26; band. Wahyu 22:17.