7 Bab 4 Dasar-dasar Perencanaan
description
Transcript of 7 Bab 4 Dasar-dasar Perencanaan
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
BAB IVBAB IV
DASAR – DASAR PERENCANAANDASAR – DASAR PERENCANAAN
4.1 PELAKSANAAN PERENCANAAN
Sebelum mulai melakukan perencanaan, terlebih dahulu diketahui secara garis
besar tentang perkerasan kaku. Presedur perencanaan perkerasan kaku didasarkan
atas perencanaan yang dikembangkan oleh NAASRA (National Association of
Australian State Road Authorities).
Susunan lapisan pada perkerasan kaku umumnya seperti pada gambar berikut :
Plat Beton (Concrete Slab)
Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Perkerasan beton semen didefenisikan sebagai perkerasan yang mempunyai
lapisan dasar beton dari Portland Cement (PC). Menurut NAASRA (National Association
of Australian State Road Authorities) ada lima jenis perkerasan kaku, yaitu :
Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber)
Perkerasan beton semen pratekan
Dalam menentukan perencanaan jalan diusahakan mengikuti standar yang ada.
Juga pelebaran yang diperlukan pada tikungan kritis, jarak pandangan minimum pada
kurva horisontal dan vertikal diperhitungkan dengan teliti.
Konsep Laporan Akhir
…
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
Di sini disarankan agar setelah jalan dibersihkan dan dibuka untuk umum,
pemotongan vegetasi yang menghalangi jarak pandangan harus terus menerus
dilakukan demi keamanan para pemakai jalan untuk menghindari kecelakaan.
Prinsip perencanaan ini adalah produk pelaksanaan yang harus memadai secara
teknis, aman, ekonomis, mudah pemeliharaan, biaya pelaksanaan cukup efesien dan
dapat dilaksanakan dengan cepat.
4.2 RENCANA LEBAR JALAN
Kondisi lalu lintas yang akan menentukan pelayanan adalah :
Jumlah sumbu yang lewat
Beban sumbu
Konfigurasi
Untuk semua jenis perkerasan, penampilan dipengaruhi terutama oleh
kendaraan berat. Metode penentuan beban lalu lintas rencana untuk perencanaan tebal
perkerasan kaku dilakukan dengan cara mengakumulasikan jumlah beban sumbu
(dalam rencana lakur selama usia rancana) untuk masing-masing jenis kelompok
sumbu, termasuk distribusi beban ini.
Tahapan yang akan dilakukan sebagai berikut :
1. Karakteristik Kendaraan :
a. Jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya kendaraan niaga dengan berat total
minimim 5 ton.
b. Konfigurasi sumbu yang diperhitungkan ada 3 macam, yaitu :
Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
Sumbu tunggal roda ganda (STRG)
Sumbu tandem/ganda roda ganda (SGRG)
2. Tatacara Perhitungan Lalu-lintas Rencana :
a. Hitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan pada akhir usia rencana,
sesuaikan dengan kapasitas jalan
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
b. Untuk masing-masing jenis kelompok sumbu kendaraan niaga, diestimasi angka
LHR awal dari kelompok sumbu dengan beban masing-masing kelipatan 0,5 ton
(5 – 5,5), (5,5 – 6), (6 – 6,5) dst
c. Mengubah beban trisumbu ke beban sumbu tandem didasarkan bahwa trisumbu
setara dengan dua sumbu tandem,
d. Hitung jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama usia rencana
JSKN = 365 x JSKNH x R
Dimana : JSKN = Jumlah sumbu kendaraan maksimum
JSKNH = Jumlah sumbu kendaraan maksimum harian, pada saat
tahun ke 0
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas yang besarnya berdasarkan
faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan (i) dan usia rencana
(n)
e. Hitung persentase masing-masing kombinasi konfigurasi beban sumbu terhadap
jumlah sumbu kendaraan niaga harian.
f. Hitung jumlah repetisi kumulatif tiap kombinasi konfigurasi/beban sumbu pada
lajur rencana :
JSKN x % kombinasi terhadap JSKNH x Cd
Dimana : c Cd = Koefisien distribusi
Pada daerah rencana tidak ada kendaraan niaga yang melawati jalan rencana.
Rencana lebar jalan yang akan direncanakan berdasarkan kondisi medan pada segmen
jalan yang ditinjau adalah 3 meter. Selain memperhatikan kondisi medan tersebut,
rencana lebar jalan juga ditentukan dengan menyesuaikan hasil perhitungan tikungan
dengan kondisi dan jenis tikungan yang diambil.
4.3 RENCANA TEBAL PERKERASAN
Dalam hal ini digunakan tatacara dimana kebutuhan tebal perkerasan ditentukan
dari jumlah kendaraan niaga selama usia rencana. Perencanaan tebal pelat didasarkan
pada total fatigue mendekati atau sama dengan 100 %.
Dasar penentuan ketebalan :
a. Perkeresan bersambung
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
Perencanaan ketebalan pada perkerasan bersambung merupakan dasar dari
penentuan ketentuan. Maksud dari pemasangan tulangan pada perkerasan
bersambung adalah untuk memperbolehkan penggunaan pelat yang panjang untuk
menghemat biaya. Fungsi utama penulangan adalah menyambung permukaan pelat
pada phase terjadi peretakan, dengan adanya tulangan yang dapat mendukung
beban perkerasan maka akan dapat mengurangi pemeliharaan yang mungkin
diperlukan jika timbul retak yang tidak terawasi.
b. Perkerasan bertulang menerus
Data-data berdasarkan penelitian dan teoritis serta hasil beberapa pengujian
pembebanan, seiring dengan pengalaman dalam pelayanan perkerasan, menurut
NAASRA menunjukan bahwa dengan kapasitas struktur yang sama, ketebalan
perkerasan beton bertulang menerus hanya membutuhkan 85 % dari ketebalan
perkerasan beton bertulang bersambung. Akan tetapi informasi terakhir
menyarankan agar angka pengurangan tersebut diabaikan.
Tebal Perkerasan Minimum
Dengan mengabaikan tebal perkerasan yang ditentukan dengan berdasarkan
tata-cara uraian diatas, ketebalan minimum semua jenis perkerasan kaku yang akan
dilalui kendaraan niaga, tidak boleh kurang dari 150 mm kecuali perkerasan
bersambung tidak bertulang tanpa ruji (dowel), tebal minimum harus 200 mm. Ketebalan
minimum ini juga berlaku untuk perkerasan kaku dengan lapisan permukaan aspal
dengan mengabaikan tebal lapisan permukaan aspal yang ada.
Untuk perencanaan tebal perkerasan kaku, daya dukung tanah dasar diperoleh
dengan nilai CBR. Pendekatan CBR dapat dilakukan jika tidak diperoleh nilai CBR,
khususnya untuk jalan dengan lalu lintas rendah dimana tidak disarankan penelitian,
atau untuk tahap perencanaan suatu jalan. Nilai CBR perkiraan dapat dilihat dari tabel
berikut, meskipun sesungguhnya nilai-nilai tersebut dapat ditentukan berdasarkan
pengalaman setempat.
Pemberian lapisan Tanah Dasar Tipikal Nilai CBR (%)
Material USCS Drainase Baik Drainase Jelek
Lempung dengan plastisitas
tinggi
Lanau
CH
ML 5 2 – 3
Lempung Lanauan CL 6 – 7 4 – 5
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
Lempung Pasiran SC
Pasir SW,SP 15 – 20
Untuk menentukan Modulus Reaksi Tanah Dasar (k) Rencana yang mewakili
suatu seksi jalan, dipergunakan rumus sebagai berikut :
k = k – 2 S untuk jalan Tol
k = k – 1,64 S untuk jalan Arteri
k = k – 2 S untuk jalan kolektor/lokal
Faktor keseragaman (Fk) :
FK = S/k x 100% < 20 % dianjurkan
Dimana : k = Modulus Reaksi Tanah dasar yang mewakili suatu seksi
k = k / n Modulus reaksi tanah dasar rata-rata dalam suatu seksi jalan
k = Modulus Reaksi Tanah dasar tiap titik didalam seksi jalan
n = Jumlah data k
Material perkerasan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori sehubungan
dengan sifat dasarnya, akibat beban lalu lintas, yaitu :
Material berbutir lepas
Material terikat
Aspal
Beton semen
Kekuatan Beton.
Beton semen adalah agregat yang dicamour dengan semen PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada perkerasan
lentur dan kaku, dan sebagai lapisan pondasi atas pada perkerasan kaku.
a. Beton Pondasi Bawah
Untuk pondasi bawah pada perkerasan lentur beton mempunyai kelebihan
kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu saja pada area dengan
kondisi tanah jelek (poor subrage) tanpa digilas. Beton yang digunakan untuk
dipakai keperluan pondasi bawah mempunyai kuat tekan 28 hari minimum 5 Mpa
jika menggunakan campuran abu batu (flyash) dan 7 Mpa jika tanpa abu batu.
b. Beton Pondasi Atas
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
Perkerasan kaku dapat didefenisikan sebagai perkerasan yang mempunyai
alas/dasar atau landasan beton semen. Prinsip parameter perencanaan untuk
perencanaan beton didasarkan pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton
90 hari dianggap estimasi paling baik digunakan untuk menentukan tebal
perkerasan. Tipikal hubungan untuk mengubah kuat tekan beton 28 hari ke kuat
lentur 90 hari untuk beton yang menggunakan agregat pecah, menurut NAASRA
adalah :
F28 = 0.75 C28
F90 = 1,1 F28 = 0.83 C28
Dimana : F28 = Kuat lentur beton 28 hari, (Mpa)
F90 = Kuat lentur beton 90 hari, (Mpa)
C28 = Kuat tekan rencana beton 28 hari, (Mpa)
Untuk tebal perkerasan dalam perencanaan ruas jalan semenisasi adalah 15 cm
dan jerambah adalah 12 cm sehingga dapat menghasilkan perencanaan yang sesuai
dengan keadaan dilapangan.
4.4 METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Metode Pelaksanaan Konstruksi yang digunakan harus yang sesuai dengan
tujuan perencanaan. Memilih metode yang tepat akan memudahkan pekerjaan,
meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat operasional pekerjaan
tersebut.
Disarankan juga untuk membuat diagram untuk memudahkan penentuan lokasi
pekerjaan tanah yang harus didahulukan. Ini membantu efisiensi pekerjaan. Pekerjaan
jembatan harus dilaksanakan sesegera mungkin agar mobilisasi alat-alat tidak
terkendala.
Untuk pekerjaan jalan semenisasi pekerjaan dilakukan dengan tahapan
pembersihan lokasi terlebih dahulu dan pemeratan muka tanah yang akan dikerjakan.
Selanjutnya mempersiapkan bahan yang akan digunakan.
Sedangkan untuk lokasi jalan jerambah pekerjaan dilaksanakan bertahap.
Dengan adanya pekerjaan jalan jerambah ini diharapkan tidak akan menghambat
masyarakat untuk tetap beraktivitas. Dimana saat pembongkaran jalan lama, bahan
yang ada dapat digunakan untuk membuat jalan sementara agar aktivitas masyarakat
tidak terganggung.
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
Demikian juga dengan membuka quarry dan produksi bahan harus telah dimulai
secepatnya untuk menjaga tersedianya material yang cukup. Sekali lagi diingatkan
bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan ini dituntut koordinasi yang baik antara setiap
personil yang terlibat dan bertanggung jawab sesuai bidang masing-masing.
a. Pembuatan Badan Jalan (pada segmen-segmen yang belum mempunyai badan
jalan).
Badan jalan dapat dibentuk dengan beberapa tahap berikut :
- Peninggian Badan Jalan tahap pertama dilakukan penimbunan dengan material
yang berasal dari hasil galian kiri-kanan badan jalan. Tinggi timbunan ini
berkisar antara 0.5 meter. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat yang
sesuai.
- Penimbunan tahap kedua dengan material pilihan (selected material) yang
berasal dari lokasi sumber material. Pemadatan dilakukan dengan metoda
seperti yang tertera pada Spesifikasi Umum.
b. Perkerasan.
Pada umumnya, semen untuk bahan bangunan adalah tipe semen Portland. Air
yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh
mengandungminyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan
lain yang bersifat merusak beton dan baja tulangan. Metoda pelaksanaan yang
dapat diterapkan pada pembuatan jalan semenisasi adalah metoda yang umum
dipakai berdasarkan campuran beton perbandingan 1:2:3 (K-175) dan pada jalan
jerambah memakai berton bertulang dengan beton K-250.
c. Penulangan
Besi yang digunakan dalam pekerjaan ini sesuai dengan stadar yang ada. Untuk
sengkang umumnya digunakan batang tulangan D10 (disesuaikan dengan beban
yang ada). Pada kondisi di mana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga
mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relatif besar,ada kemungkinan harus
menggunakan batang tulangan D12. Jarak spasi dari pusat ke pusat antar-
sengkang tidak boleh lebih dari ½ d atau 600 mm, mana yang lebih kecil (SK SNI
T-15-1991-03 pasal 3.4.5 ayat 4.1). Persyaratan detail sengkang secara rinci
tercantum didalam pasal 3.16.10 ayat 5. Semua batang tulangan pokok harus
dilingkup dengan sengkang dan kait pengikat lateral, paling sedikit dengan batang
D 10. Batasan minimun tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan pokok
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
memanjang batang D 32 atau lebih kecil, sedangkan untuk diameter tulangan
pokok lebih besar lainnya, umunya sengkang tidak kurang dari batang D12, dan
untuk kesemuanya tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16.
4.5 PEMILIHAN BAHAN DAN PERALATAN KONSTRUKSI
Pemilihan bahan konstruksi disesuaikan dengan :
- Memperhatikan adanya lokasi sumber material yang dekat dengan lokasi
proyek yang dapat menyediakan bahan/material yang diperlukan.
- Memperhitungkan volume lalu-lintas yang ada dan yang akan ada selama
beberapa tahun setelah pembangunan jalan selesai (yang diperkirakan
sudah cukup tinggi).
- Memperhatikan kondisi tanah setempat.
- dan lain-lain.
Sedangkan untuk pemilihan peralatan konstruksi harus memperhatikan hal-hal
berikut :
- Jenis perkerasan yang dipilih
- Kondisi tanah setempat.
- Tersedianya atau tidak alat tersebut pada daerah sekitar lokasi proyek.
4.6 TENAGA KERJA
Untuk pekerja kasar/buruh harus diprioritaskan tenaga yang tersedia dari daerah
sekitar lokasi proyek untuk menambah pendapatan masyarakat pada daerah tersebut.
4.7 BIAYA PEKERJAAN
Biaya Pekerjaan diperoleh berdasarkan data-data seperti harga bahan, tenaga
kerja, biaya operasi alat, dan lain-lain dengan terlebih dahulu menentukan harga satuan
untuk setiap mata pembayaran yang ada dalam kontrak.
Faktor-faktor seperti efisiensi pekerjaan pada waktu musim hujan, keadaan
tenaga kerja musiman, kesulitan dalam transportasi, kendala yang terdapat
Konsep Laporan Akhir
IV-1
CV. INDONESIA Consultant Pekerjaan : Konsultan Perencanaan Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan Pekerjaan
Semenisasi Kabupaten Kampar dn Kabupaten Bengkalis
dilapangan, keadaan bahan di lokasi dan lain-lain juga diperhitungkan dalam
menentukan harga satuan tersebut. Tiap komponen dari harga satuan dapat diselidiki
secara teliti sesuai dengan dasar pembayaran yang tercantum dalam spesifikasi.
4.8 MASA PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berdasarkan volume pekerjaan, perkiraan efektif pekerjaan, kondisi lapangan,
keadaan cuaca, kemampuan kontraktor nasional dan lain-lain, maka batas waktu untuk
menyelesaikan satu ruas jalan diperkirakan sekitar 60 (enam puluh) hari kalender
atau 2 (dua) bulan.
4.9 DOKUMEN LELANG
Dokumen Lelang dibuat dan terlampir secara terpisah. Mengingat bahwa
spesifikasi yang dipergunakan pada setiap proyek berlainan, maka untuk proyek ini telah
dipilih yang sesuai berdasakan kondisi yang ada. Dokumen tersebut diperiksa kembali
dan telah dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi jika ditemukan kondisi
lapangan yang jauh berbeda dengan asumsi dalam spesifikasi, maka spesifikasi
tersebut akan diperbaiki kembali.
Gambar-gambar konstruksi dibuat dengan standar yang berlaku di Dinas
Pekerjaan Umum Bidang Permukiman agar dapat dimengerti secara mudah tanpa
menimbulkan kekeliruan penafsiran nantinya.
Konsep Laporan Akhir