69976539 Lp Percobaan Jembatan Wheat Stone

download 69976539 Lp Percobaan Jembatan Wheat Stone

of 17

description

reference

Transcript of 69976539 Lp Percobaan Jembatan Wheat Stone

  • Puji raharjo bsb papua

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.I. Judul Percobaan

    Pengukuran Temperatur dan Hambatan pada Rangkaian Jembatan Wheatstone

    I.II.a. Tujuan Percobaan jembatan wheatstone

    Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :

    1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone dan termistor. 2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone dengan amplifier. 3. Menentukan besarnya hambatan yang belum diketahui dengan Jembatan Wheatstone. 4. Mengetahui pengaruh suhu terhadap tegangan keluaran

    I.II.b. tujuan percobaan catu daya

    1. Mengetahui rangkaian regulator catu daya menggunakan IC regulator 7812 dan 7912 2. Mampu merancang regulator catu daya 3. Mengetahui cara kerja regulator catu daya 4. Mampu menganalisis regulator catu daya

  • Puji raharjo bsb papua

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Jembatan Wheatstone

    Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/

    konduktor,yang dapat di gunakan untuk mengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu

    rangkaian.

    Hambatan sebuah konduktor di antara dua titik diukur dengan memasang sebuah beda

    potensial diantara titik-titik tersebut dan membandingkannya dengan arus listrik yang terukur.

    ( R=V/ I ). Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan ampermeter dapat

    menggunakan rangkain sperti gambar (1) dan gambar (2).

    Gambar 1. Pengukuran Hambatan cara pertama

    1. Buktikan pengukuran gambar 1 menghasilkan harga R dalam persamaan (1)

    A

    ac

    ac RI

    VR (1)

    Gambar 2. Pengukuran hambatan cara kedua

    2. Buktikan pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R dalam persamaan (2) !

    V

    ABA

    AB

    R

    VI

    VR

    (2)

    Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik.

    Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu Galvanometer

    untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Prinsip dari rangkaian

    jembatan Wheatstone di perlihatkan pada gambar (3).

    b

    IR

    R c

    a

    V

    A

    IR

    IR R

    IV

    a b

    V

    IA

    A

  • Puji raharjo bsb papua

    Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone

    Keterangan Gambar :

    S: Saklar penghubung

    G:Galvanometer

    E: Sumber tegangan arus

    Rs:Hambatan geser

    Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.

    Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.

    Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer

    menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda

    potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat di capai

    galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan

    demikian akan berlaku persamaan :

    SB

    a RR

    RRx (3)

    Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya R

    bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian jembatan Wheatstone dapat di ubah

    menggunakan kawat penghantar seperti gambar (4 ) di bawah ini:

    Gambar 4. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak geser di atas

    kawat penghantar

    RS

    Ra

    G

    RX

    C

    S

    S

    RX Ra

    G

    E

    A B

    L1 L2

  • Puji raharjo bsb papua

    Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari ujung

    Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang L1dan L2 yang

    akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu pada kawat AB

    perlu di lengkapi skala ukuran panjang.

    Dengan menghubungkan persamaan (3) dengan persamaan (4) diperoleh hasil sebagai

    berikut:

    RaL

    LRx

    1

    2 (5)

    PENGUAT JEMBATAN UNTUK SENSOR RESISTANSI

    Termistor adalah alat atau komponen atau sensor elektronika yang dipakai untuk

    mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah perubahan nilai tahanan/resistance jika

    suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah. Ada dua macam termistor secara

    umum: Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative

    Temperature Coefficien). Nilai tahanan pada NTC akan turun jika suhunya naik,

    sementara PTC justru kebalikannya.

    Prinsip Kerja Termistor

    Sebuah termistor (RT) dipasang pada permukaan yang diam guna memberikan

    kompensasi temperatur. Setiap perubahan dalam daya hantar termal medium ini akan

    mengubah laju dimana panas didisipasi dari termistor pengindera, yang berarti mengubah

    temperaturnya. Ini menghasilkan ketidakseimbangan jembatan yang dapat dikalibrasi dalam

    satuan-satuan yang sesuai.

    Rangkaian khas jembatan dengan thermometer tahanan RT pada lengan jembatan

    yang tidak diketahui ditunjukkan pada gambar yang dieksitasi oleh arus bolak-balik.

    Tegangan sumber (suplai) bagi jembatan adalah cukup tinggi yang merupakan tegangan

    hasil output dari penguat untuk menaikkan termistor tersebut diatas temperatur

    sekelilingnya. Tegangan tidak setimbang pada rangkaian jembatan diumpankan ke sebuah

    penguat AC yang keluarannya mengahasilkan tegangan setimbang.

  • Puji raharjo bsb papua

    Potensiometer menghubungkan tiga tahanan yang berlainan didalam rangkaian

    kemudian nilainya diubah-ubah sampai indikator jembatan menunjukkan nol. Bila

    karakteristik temperatur tahanan dari elemen termometer adalah linear, penunjukkan

    galvanometer dapat di interpolasi secara linier antara nilai-nilai temperatur referensi yang

    distel dan temperatur skala penuh.

    B. Catu Daya

    Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil

    agar dapat dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik.

    Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak

    cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari

    pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat

    mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya

    (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada

    catu daya yang ter-regulasi.

    PENYEARAH (RECTIFIER)

    Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini.

    Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada

    kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.

    gambar 1 : rangkaian penyearah sederhana

    Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL.

    Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan

    penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT)

    seperti pada gambar-2.

    gambar 2 : rangkaian penyearah gelombang penuh

  • Puji raharjo bsb papua

    Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya

    dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..

    Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di

    atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau

    lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini

    tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

    gambar 3 : rangkaian penyearah setengah gelombang dengah filter C

    Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang

    paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya

    bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian

    penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus

    dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh

    tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai

    dengan sifat pengosongan kapasitor.

    gambar 4 : bentuk gelombang dengan filter kapasitor

    Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0

    (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus

    semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan

    berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :

    Vr = VM -VL ....... (1) dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ..... (2)

    Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil.

    VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :

    VL = VM e -T/RC .......... (3)

    Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :

    Vr = VM (1 - e -T/RC) ...... (4)

  • Puji raharjo bsb papua

    Jika T sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat

    diperoleh persamaan yang lebih sederhana : Vr = VM(T/RC) .... (6)

    VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I

    dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan

    nilai tengangan ripple yang diinginkan.

    Vr = I T/C ... (7)

    Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin

    besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil.

    Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari

    jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka

    T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk

    penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T =

    1/2 Tp = 0.01 det.

    Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor

    pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT,

    tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.

    gambar 5 : rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C

    Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala

    listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang

    diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.

    Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.

    C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.

    Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan

    tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih

    besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa

    rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu

    daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak

    tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah

    kapasitor.

    REGULATOR

    Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah

    stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.

    Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya

    juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,

    sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi

    stabil.

  • Puji raharjo bsb papua

    Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini,

    zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama

    dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus

    beban tidak lebih dari 50mA.

    gambar 6 : regulator zener

    Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya

    adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah,

    rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka

    arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator

    seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian

    ini tegangan keluarannya adalah :

    Vout = VZ + VBE ........... (8)

    VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt

    tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir

    pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :

    R2 = (Vin - Vz)/Iz .........(9)

    Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan

    breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih

    kurang 20 mA.

    gambar 7 : regulator zener follower

  • Puji raharjo bsb papua

    Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di

    atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding

    lurus terhadap arus IB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yangIB atau dirumskan dengan IC

    = dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai yang cukup besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang

    lebih besar.

    Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive

    transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi

    umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik

    pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :

    Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ....... (10)

    Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan

    ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout

    menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan

    di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-

    amp menjaga kestabilan :

    Vin(-) = Vz ......... (11)

    gambar 8 : regulator dengan Op-amp

    Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam

    rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :

    Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz........... (12)

    Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.

    Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen

    lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam

    ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal

    komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan

    regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi

    dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown).

    Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat

    menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.

  • Puji raharjo bsb papua

    gambar 9 : regulator dengan IC 78XX / 79XX

    Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812 regulator tegangan 12

    volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-

    turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.

    Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur.

    Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317

    untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor

    R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal

    tersebut.

    Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja,

    tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan

    tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen

    tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai

    untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa

    dilewati arus mencapai 1 A.

  • Puji raharjo bsb papua

    BAB III

    METODOLOGI

    III.I. Alat dan Bahan

    III.I.I. Alat

    1. Solder 2. Penyedot Timah 3. Multimeter 4. Termometer 5. Hot plate

    III.I.II. Bahan jembatan wheatstone

    1. Termistor PTC = 1 buah 2. Termistor NTC 1 k = 1 buah 3. Papan PCB = 1 buah 4. Resistor 1 k = 3 buah 5. Resistor 100 k = 2 buah 6. Resistor 2 k = 2 buah 7. OP AMP 741 = 3 buah 8. Kabel jumper 9. Timah 10. Kabel biasa 11. Cok = 1 buah 12. Es batu

    III.I.II. Bahan catu daya

    1. Papan pcb 2. Travo 500 mA 3. Dioda 4011 = 4 buah 4. Elco 2200 f 5. Elco 1100 f 6. Ic 7812 = 1 buah 7. Ic 7912 = 1 buah 8. Jeft + kabel 3 buah 9. Kabel jamper 10. Box catu daya

    III. II. Prosedur Percobaan jembatan wheatstone

    1. Uji komponen-komponen yang akan digunakan dengan menggunakan multimeter

    2. Susun dan solder rangkaian pada PCB seperti pada gambar kemudian hubungkan catu daya (gunakan termistor PTC)

    3. Sambungkan rangkaian serta catu daya pada arus listrik

  • Puji raharjo bsb papua

    4. Perhatikan perubahan resistansi saat temperature pada termistor bernilai tetap dan beruba

    5. Catat setiap perubahan temperature dan perubahan resistansi pada table 6. Ulangi langkah 2 sampai 5 dengan mengunakan termistor NTC 7. Bandingkan hasil dari langkah 4 sampai 6 dengan teori kemudian sertakan

    pada table

    III.II.b. Prosedur percobaan catu daya

    1. Uji komponen komponen dengan menggunakan multimeter 2. Susun dan solder rangkaian pada papan pcb seperti pada gambar dibawah

    ini

    3. Sambungkan rangkaian pada arus listrik untuk mengetahuhi berapa

    tegangan yang keluar dengan menggunakan multimeter

    4. Mengukur arus, hambatan luar, hambatan dalam dengan menggunakan multimeter

    5. Catat nilai yang keluar

    III. III.a. Gambar Rangkaian jembatan wheatstone

  • Puji raharjo bsb papua

    III.III.b. Gambar rangkaian catu daya

  • Puji raharjo bsb papua

    BAB IV

    HASIL

    IV. I. Hasil Percobaan

    IV. I. a. Jembatan wheatstone

    Tabel perbandingan antara Teori dan Praktek

    I. Tabel pengukuran Termistor PTC (teori)

    II. Tabel pengukuran Termistor PTC (praktek)

    IV.I. b. Catu daya

    Dari hasil pengukuran catu daya didapat hasil :

    a. Tengan 11 V atau Vtotal = 22 V b. Arus I= 25 A atau Itotal = 50 A c. Daya P = V.I

    P = 22.50 = 1100 Watt

    IV.II. pembahasan

    Didalam praktikum ini kita membuat penguat jembatan wheatstone dan catu daya atau power

    suplay. Dalam Penguat jembatan wheatstone ini kita membuat 2 penguat jembatan yaitu

    penguat differensial dan penguat instrumen. Dikatakan penguat differensial karena

    menggunakan satu kaki penguat OP AMP. Yang pertama dilakukan adalah menguji

    komponen-komponen dengan menggunakan multimeter sesudah itu menyusun rangkaian

    pada papan PCB lalu sambungkan rangkaian serta catu daya pada arus listrik lalu perhatikan

    dan cacat perubahan temperatur saat termistor di celupkan kedalam air. Sedangkan dikatakan

    No Suhu (0c) Resistansi ()

    1

    2

    3

    4

    5

    4

    29

    64

    78

    90

    R=12 R=kT ; R=3.29 ; R=87 R=192 234

    270

    No Suhu (oc) Resistansi () VO (v)

    1

    2

    3

    4

    5

    4

    29

    64

    78

    90

    11

    80

    195

    229

    271

    1,95

    1,4

    1,25

    0,85

    0,5

  • Puji raharjo bsb papua

    penguat instrumen karena menggunakan 3 kaki penguat OP AMP. Dalam praktikum ini kami

    sudah menyusun rangkaiannya tetapi setelah melakukan pengukuran tidak ada tegangan

    yang keluar.

    Berikutnya yang dilakukan lagi adalah pembuatan catu daya. Dalam pembuatan catu daya

    yang kami gunakan adalah travo 500 mA, IC 7812 dan 7912, elco 2200 f dan 1100

    f,dioda 4011. Susun dan solder rangkaian pada papan PCB lalu ukur apakah ada tegangan

    keluaran atau tidak. Jika ada berarti pembuatan catu daya berhasil setelah itu ukur tegangan,

    arus, dan daya pada catu daya.

    BAB V

  • Puji raharjo bsb papua

    PENUTUP

    V.I kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang di dapat yaitu:

    1. Untuk termistor PTC suhu naik resistansi juga naik tetapi tegangan menurun 2. Pada jembatan wheastone digunakan resistor yang nilainya kecil agar diperoleh

    tegangan yang besar.

    3. Untuk catu daya digunakan IC 7812 dan 7912 agar diperoleh tegangan 12 V

    DAFTAR PUSTAKA

  • Puji raharjo bsb papua

    Serway, R. Physics for scientist & Engineers With Modern Physics , James Madison University Harrison burg, Virginia, 1989 Bab 28. Resnick & Haliday, Fisika Jilid 2 (terjemahan) Bab 32.