69976539 Lp Percobaan Jembatan Wheat Stone
-
Upload
ichsannudin -
Category
Documents
-
view
235 -
download
2
description
Transcript of 69976539 Lp Percobaan Jembatan Wheat Stone
-
Puji raharjo bsb papua
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Judul Percobaan
Pengukuran Temperatur dan Hambatan pada Rangkaian Jembatan Wheatstone
I.II.a. Tujuan Percobaan jembatan wheatstone
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami prinsip kerja Jembatan Wheatstone dan termistor. 2. Menyusun sendiri rangkaian Jembatan Wheatstone dengan amplifier. 3. Menentukan besarnya hambatan yang belum diketahui dengan Jembatan Wheatstone. 4. Mengetahui pengaruh suhu terhadap tegangan keluaran
I.II.b. tujuan percobaan catu daya
1. Mengetahui rangkaian regulator catu daya menggunakan IC regulator 7812 dan 7912 2. Mampu merancang regulator catu daya 3. Mengetahui cara kerja regulator catu daya 4. Mampu menganalisis regulator catu daya
-
Puji raharjo bsb papua
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jembatan Wheatstone
Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan pengantar listrik/
konduktor,yang dapat di gunakan untuk mengatur besarnya arus listrik yang melewati suatu
rangkaian.
Hambatan sebuah konduktor di antara dua titik diukur dengan memasang sebuah beda
potensial diantara titik-titik tersebut dan membandingkannya dengan arus listrik yang terukur.
( R=V/ I ). Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan ampermeter dapat
menggunakan rangkain sperti gambar (1) dan gambar (2).
Gambar 1. Pengukuran Hambatan cara pertama
1. Buktikan pengukuran gambar 1 menghasilkan harga R dalam persamaan (1)
A
ac
ac RI
VR (1)
Gambar 2. Pengukuran hambatan cara kedua
2. Buktikan pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R dalam persamaan (2) !
V
ABA
AB
R
VI
VR
(2)
Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik.
Cara ini tidak memerlukan alat ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu Galvanometer
untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian. Prinsip dari rangkaian
jembatan Wheatstone di perlihatkan pada gambar (3).
b
IR
R c
a
V
A
IR
IR R
IV
a b
V
IA
A
-
Puji raharjo bsb papua
Gambar 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone
Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung
G:Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs:Hambatan geser
Ra dan Rb:Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.Jika jarum Galvanometer
menyimpang artinya ada arus yang melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda
potensial.Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat di capai
galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan
demikian akan berlaku persamaan :
SB
a RR
RRx (3)
Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan besarnya R
bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian jembatan Wheatstone dapat di ubah
menggunakan kawat penghantar seperti gambar (4 ) di bawah ini:
Gambar 4. Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan kontak geser di atas
kawat penghantar
RS
Ra
G
RX
C
S
S
RX Ra
G
E
A B
L1 L2
-
Puji raharjo bsb papua
Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang berasl dari ujung
Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar tercapai pengukuran panjang L1dan L2 yang
akan menghasilkan arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu pada kawat AB
perlu di lengkapi skala ukuran panjang.
Dengan menghubungkan persamaan (3) dengan persamaan (4) diperoleh hasil sebagai
berikut:
RaL
LRx
1
2 (5)
PENGUAT JEMBATAN UNTUK SENSOR RESISTANSI
Termistor adalah alat atau komponen atau sensor elektronika yang dipakai untuk
mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah perubahan nilai tahanan/resistance jika
suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah. Ada dua macam termistor secara
umum: Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative
Temperature Coefficien). Nilai tahanan pada NTC akan turun jika suhunya naik,
sementara PTC justru kebalikannya.
Prinsip Kerja Termistor
Sebuah termistor (RT) dipasang pada permukaan yang diam guna memberikan
kompensasi temperatur. Setiap perubahan dalam daya hantar termal medium ini akan
mengubah laju dimana panas didisipasi dari termistor pengindera, yang berarti mengubah
temperaturnya. Ini menghasilkan ketidakseimbangan jembatan yang dapat dikalibrasi dalam
satuan-satuan yang sesuai.
Rangkaian khas jembatan dengan thermometer tahanan RT pada lengan jembatan
yang tidak diketahui ditunjukkan pada gambar yang dieksitasi oleh arus bolak-balik.
Tegangan sumber (suplai) bagi jembatan adalah cukup tinggi yang merupakan tegangan
hasil output dari penguat untuk menaikkan termistor tersebut diatas temperatur
sekelilingnya. Tegangan tidak setimbang pada rangkaian jembatan diumpankan ke sebuah
penguat AC yang keluarannya mengahasilkan tegangan setimbang.
-
Puji raharjo bsb papua
Potensiometer menghubungkan tiga tahanan yang berlainan didalam rangkaian
kemudian nilainya diubah-ubah sampai indikator jembatan menunjukkan nol. Bila
karakteristik temperatur tahanan dari elemen termometer adalah linear, penunjukkan
galvanometer dapat di interpolasi secara linier antara nilai-nilai temperatur referensi yang
distel dan temperatur skala penuh.
B. Catu Daya
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil
agar dapat dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik.
Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak
cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari
pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat
mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya
(power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada
catu daya yang ter-regulasi.
PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini.
Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
gambar 1 : rangkaian penyearah sederhana
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke beban RL.
Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan
penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT)
seperti pada gambar-2.
gambar 2 : rangkaian penyearah gelombang penuh
-
Puji raharjo bsb papua
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..
Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di
atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau
lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini
tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
gambar 3 : rangkaian penyearah setengah gelombang dengah filter C
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang
paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya
bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus
dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh
tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai
dengan sifat pengosongan kapasitor.
gambar 4 : bentuk gelombang dengan filter kapasitor
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0
(tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus
semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan
berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL ....... (1) dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 ..... (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil.
VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC .......... (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :
Vr = VM (1 - e -T/RC) ...... (4)
-
Puji raharjo bsb papua
Jika T sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat
diperoleh persamaan yang lebih sederhana : Vr = VM(T/RC) .... (6)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I
dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan
nilai tengangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C ... (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin
besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil.
Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari
jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka
T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk
penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T =
1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor
pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT,
tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
gambar 5 : rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala
listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang
diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.
Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan
tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih
besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa
rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu
daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak
tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah
kapasitor.
REGULATOR
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah
stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.
Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya
juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,
sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi
stabil.
-
Puji raharjo bsb papua
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini,
zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama
dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus
beban tidak lebih dari 50mA.
gambar 6 : regulator zener
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya
adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah,
rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka
arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator
seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian
ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE ........... (8)
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 - 0.7 volt
tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir
pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin - Vz)/Iz .........(9)
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan
breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih
kurang 20 mA.
gambar 7 : regulator zener follower
-
Puji raharjo bsb papua
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di
atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding
lurus terhadap arus IB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yangIB atau dirumskan dengan IC
= dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai yang cukup besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang
lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive
transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi
umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik
pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ....... (10)
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan
ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout
menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan
di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-
amp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz ......... (11)
gambar 8 : regulator dengan Op-amp
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam
rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz........... (12)
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam
ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal
komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan
regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi
dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown).
Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat
menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.
-
Puji raharjo bsb papua
gambar 9 : regulator dengan IC 78XX / 79XX
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan 5 volt, 7812 regulator tegangan 12
volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-
turut adalah regulator tegangan negatif 5 dan 12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur.
Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317
untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor
R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal
tersebut.
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja,
tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan
tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen
tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai
untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa
dilewati arus mencapai 1 A.
-
Puji raharjo bsb papua
BAB III
METODOLOGI
III.I. Alat dan Bahan
III.I.I. Alat
1. Solder 2. Penyedot Timah 3. Multimeter 4. Termometer 5. Hot plate
III.I.II. Bahan jembatan wheatstone
1. Termistor PTC = 1 buah 2. Termistor NTC 1 k = 1 buah 3. Papan PCB = 1 buah 4. Resistor 1 k = 3 buah 5. Resistor 100 k = 2 buah 6. Resistor 2 k = 2 buah 7. OP AMP 741 = 3 buah 8. Kabel jumper 9. Timah 10. Kabel biasa 11. Cok = 1 buah 12. Es batu
III.I.II. Bahan catu daya
1. Papan pcb 2. Travo 500 mA 3. Dioda 4011 = 4 buah 4. Elco 2200 f 5. Elco 1100 f 6. Ic 7812 = 1 buah 7. Ic 7912 = 1 buah 8. Jeft + kabel 3 buah 9. Kabel jamper 10. Box catu daya
III. II. Prosedur Percobaan jembatan wheatstone
1. Uji komponen-komponen yang akan digunakan dengan menggunakan multimeter
2. Susun dan solder rangkaian pada PCB seperti pada gambar kemudian hubungkan catu daya (gunakan termistor PTC)
3. Sambungkan rangkaian serta catu daya pada arus listrik
-
Puji raharjo bsb papua
4. Perhatikan perubahan resistansi saat temperature pada termistor bernilai tetap dan beruba
5. Catat setiap perubahan temperature dan perubahan resistansi pada table 6. Ulangi langkah 2 sampai 5 dengan mengunakan termistor NTC 7. Bandingkan hasil dari langkah 4 sampai 6 dengan teori kemudian sertakan
pada table
III.II.b. Prosedur percobaan catu daya
1. Uji komponen komponen dengan menggunakan multimeter 2. Susun dan solder rangkaian pada papan pcb seperti pada gambar dibawah
ini
3. Sambungkan rangkaian pada arus listrik untuk mengetahuhi berapa
tegangan yang keluar dengan menggunakan multimeter
4. Mengukur arus, hambatan luar, hambatan dalam dengan menggunakan multimeter
5. Catat nilai yang keluar
III. III.a. Gambar Rangkaian jembatan wheatstone
-
Puji raharjo bsb papua
III.III.b. Gambar rangkaian catu daya
-
Puji raharjo bsb papua
BAB IV
HASIL
IV. I. Hasil Percobaan
IV. I. a. Jembatan wheatstone
Tabel perbandingan antara Teori dan Praktek
I. Tabel pengukuran Termistor PTC (teori)
II. Tabel pengukuran Termistor PTC (praktek)
IV.I. b. Catu daya
Dari hasil pengukuran catu daya didapat hasil :
a. Tengan 11 V atau Vtotal = 22 V b. Arus I= 25 A atau Itotal = 50 A c. Daya P = V.I
P = 22.50 = 1100 Watt
IV.II. pembahasan
Didalam praktikum ini kita membuat penguat jembatan wheatstone dan catu daya atau power
suplay. Dalam Penguat jembatan wheatstone ini kita membuat 2 penguat jembatan yaitu
penguat differensial dan penguat instrumen. Dikatakan penguat differensial karena
menggunakan satu kaki penguat OP AMP. Yang pertama dilakukan adalah menguji
komponen-komponen dengan menggunakan multimeter sesudah itu menyusun rangkaian
pada papan PCB lalu sambungkan rangkaian serta catu daya pada arus listrik lalu perhatikan
dan cacat perubahan temperatur saat termistor di celupkan kedalam air. Sedangkan dikatakan
No Suhu (0c) Resistansi ()
1
2
3
4
5
4
29
64
78
90
R=12 R=kT ; R=3.29 ; R=87 R=192 234
270
No Suhu (oc) Resistansi () VO (v)
1
2
3
4
5
4
29
64
78
90
11
80
195
229
271
1,95
1,4
1,25
0,85
0,5
-
Puji raharjo bsb papua
penguat instrumen karena menggunakan 3 kaki penguat OP AMP. Dalam praktikum ini kami
sudah menyusun rangkaiannya tetapi setelah melakukan pengukuran tidak ada tegangan
yang keluar.
Berikutnya yang dilakukan lagi adalah pembuatan catu daya. Dalam pembuatan catu daya
yang kami gunakan adalah travo 500 mA, IC 7812 dan 7912, elco 2200 f dan 1100
f,dioda 4011. Susun dan solder rangkaian pada papan PCB lalu ukur apakah ada tegangan
keluaran atau tidak. Jika ada berarti pembuatan catu daya berhasil setelah itu ukur tegangan,
arus, dan daya pada catu daya.
BAB V
-
Puji raharjo bsb papua
PENUTUP
V.I kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat yaitu:
1. Untuk termistor PTC suhu naik resistansi juga naik tetapi tegangan menurun 2. Pada jembatan wheastone digunakan resistor yang nilainya kecil agar diperoleh
tegangan yang besar.
3. Untuk catu daya digunakan IC 7812 dan 7912 agar diperoleh tegangan 12 V
DAFTAR PUSTAKA
-
Puji raharjo bsb papua
Serway, R. Physics for scientist & Engineers With Modern Physics , James Madison University Harrison burg, Virginia, 1989 Bab 28. Resnick & Haliday, Fisika Jilid 2 (terjemahan) Bab 32.