66886582 Hand Hygiene

25
PLAN OF ACTION UPAYA MENINGKATKAN ANGKA KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUANG IGD RSUP FATMAWATI KELOMPOK I : ADEYANTI HIDAYAT AGUSTIN FEBRIYANI MARLENY RETNANINGSIH W SUWARDI VINA SEFTIANI PROGRAM B RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2011

description

asasa

Transcript of 66886582 Hand Hygiene

Page 1: 66886582 Hand Hygiene

PLAN OF ACTION

UPAYA MENINGKATKAN ANGKA KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUANG IGD RSUP FATMAWATI

KELOMPOK I :

ADEYANTI HIDAYAT

AGUSTIN

FEBRIYANI

MARLENY

RETNANINGSIH W

SUWARDI

VINA SEFTIANI

PROGRAM B RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2011

Page 2: 66886582 Hand Hygiene

1. LATAR BELAKANG MASALAH

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007

resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi

Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan .ini mulai disusun sejak

tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan

mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Salah

satu solusi tersebut adalah tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk

pencegahan infeksi nosokomial.

RSUP Fatmawati sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian

Kesehatan RI telah menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan pengendalian

infeksi secara konsisten dibawah koordinasi, pembinaan serta pengawasan

Komite Pengendalian Infeksi RSUP Fatmawati. Adapun sebagai salah satu bentuk

wujud nyata komitmen terhadap program Save Lives: Clean Your Hands, RSUP

Fatmawati juga telah melaksanakan penandatanganan bersama “RSUP Fatmawati

Berkomitmen Melaksanakan Budaya Hand Hygiene” oleh seluruh karyawan

RSUP Fatmawati pada tanggal 5 Mei 2010.

Berdasarkan hasil kegiatan tersebut diperoleh hasil tingkat kepatuhan

melakukan Hand Hygiene yang bervariasi mulai dari 0 hingga 79,2% DENGAN

rata-rata kepatihan 28%.

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu instalasi di RS Fatmawati

yang masuk kategori High Risk untuk terjadinya infeksi dimana angka

kepatuhannya mencapai 8,3%. Adapaun jumlah seluruh karyawan di IGD terdiri

dari Dokter 17 orang, perawat 35 orang, pekarya 16 orang dan petugas ambulance

8 orang. Dari semua jumlah staf IGD, diambil data secara random yaitu 30%,

sehingga didapatkan angka kepatuhan 8,3%. Faktor yang menyebabkan angka

kepatuhan di IGD rendah yaitu tingkat kesibukan yang tinggi, tingkat

Page 3: 66886582 Hand Hygiene

pengetahuan tentang Hand Hygiene yang rendah.APA FAKTOR PENDUKUNG

TERJADINYA MASALAH

Dampak kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar

dianggap sebagai penyebab utama infeksi rumah sakit dan penyebaran

mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui

sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah PSBH ini

adalah “Upaya meningkatkan angka kepatuhan Hand Hygiene Di Ruang IGD”

2. TUJUAN

Apakah dengan melakukan pelatihan, penyuluhan, sosialisasi dan supervise

oleh petugas IPCN tentang Hand Hygiene untuk semua petugas kesehatan di

ruang IGD selama 3 x seminggu selama 2 minggu akan dapat meningkatkan

angka kepatuhan Hand Hygiene dari 39 % BERAPA DATA

SEBELUMNYA? DALAM DATA ANGKA KEPAUTAH HANYA 8,3 %

menjadi 60% ? APAKAH TIM PSBH INI SEMUA IPCN? APA BEDA

PELATIHAN, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI?

3. LANGKAH-LANGKAH

PERSIAPAN :

Koordinasi dengan Ka Ruang IGD mengenai rencana kegiatan serta

Pertemuan dengan karu beserta staf di lantai menyampaikan rencana

pelaksanaan kegiatan PSBH ini. Pertemuan ini dilakukan saat pre

comference. Pada minggu pertama selama seminggu. Dengan

Page 4: 66886582 Hand Hygiene

sasaran seluruh staf mengetahui program ini dengan metode tanya

jawab / diskusi terarah.

Pembuatan format formulir observasi hand hygiene harian dengan

jalan mengacu pada sop timbang terima yang ada dengan Ka.

Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk mendapatkan

masukan standart format yang optimal dan mudah untuk

diaplikasikan di lapangan.

Penyusunan jadwal sosialisasi

PELAKSANAAN

Melakukan sosialisasi tentang Hand Hygiene dengan mengacu pada

five moment Hand Hygiene kepada seluruh staff oleh petugas IPCN

seminggu 2 x, selama 2 minggu.

Melakukan sosialisasi formulir observasi harian Hand Higiene.

Disamping itu dilaksanakannya Evaluasi bulanan dan tiga bulanan.

secara berkala saat pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan

five moment oleh petugas IPCN.

Supervise yang dilakukan oleh petugas IPCN setiap hari.

EVALUASI

Evaluasi dilakukan semua staff di ruang IGD secara random sebanyak

30% dari semua staf IGD. Apakah semua telah mengikuti sosialisasi sehingga

dalam pelaksanaan Praktek kebersihan tangan dapat dilakukan sebagaimana

mestinya. Cara evaluasi dilakukan dengan melakukan audit Hand Hygiene

sesuai dengan format yang telah disusun.

Page 5: 66886582 Hand Hygiene

Evaluasi akan dilaksanakan secara berkala setiap bulannya pada

minggu ke IV yang akan dilakukan oleh Problem Solver atau komite

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

KESINAMBUNGAN :

Palaksanaan kegiatan ini akan terus dimonitor dan dievaluasi oleh

petugas IPCN secara berkala serta akan dibuat laporannya secara tertulis dan

akan diusulkan ke ruangan untuk dapat melakukan penyegaran kembali

tentang Hand Hygiene secara berkla bagi karyawan lama dan sosialisasi bagi

karyawan baru.

4. RENCANA WAKTU

NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I PERSIAPAN

1. Pertemuan dengan Ka Ru IGD dan staf IGD

2. Menyusun format formulir observasi harian

Hand Hygiene

3. Menyusun jadwal sosialisasi

II PELAKSANAAN

1.Sosialisasi tentang hand hygiene

2.Melakukan sosialisasi format

3.Evaluasi bulanan dan tiga bulanan secara

berkala

4. Supervise setiap hari oleh IPCN

III EVALUASI

Evaluasi harian

Evaluasi bulanan

RENCANA KESINAMBUNGAN

1V 1. Audit Hand Hygiene

2. Sosialisasi untuk karyawan

Page 6: 66886582 Hand Hygiene

baru dan penyegaran untuk

karyawan lama

5. RENCANA ANGGARAN

SUMBER DAYA YANG TERSEDIA TERSEDIA TIDAK TERSEDIA

Peralatan : Kertas, pulpen 50.000,-

Foto copy format evaluasi 5.000,-

Sewa ruang pertemuan 200.000,-

Tinta printer 275.000,-

Dokumentasi (foto) 150.000,-

JUMLAH 680 000

6. EVALUASI

Evaluasi kegiatan dilakukan terhadap kepatuhan petugas kesehatan terhadap

Hand Higiene dengan menggunakan formulir observasi terhadap kepatuhan.

Kegiatan Sosialisasi tentang Hand Hygiene yang mengacu pada Five moment

Hand Hygiene di Ruang IGD , di laksanakan tiap akhir bulan minggu ke IV

bulan juni,juli dan Agustus serta tri wulan pada bulan agustus minggu ke IV.

Tahun 2011. Yang akan di laksanakan oleh problem solver atau Komite

pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

7. KESINAMBUNGAN :

a. Mengusulkan untuk melakukan penyegaran bagi karyawan lama dan

sosialisasi bagi pasien baru secara berkala.

Page 7: 66886582 Hand Hygiene

b. Melakukan supervise secara rutin

c. Meningkatkan fasilitas dan sarana Hand Higiene.

LAMPIRAN

Teori - Teori

a. Patient Safety

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007

resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan

Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan .ini mulai

disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara,

dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan

pasien.

Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera

pasien,tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang

mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat

dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai

proses asuhan pasien.

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat,

mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses

pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat

bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna

menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS

Page 8: 66886582 Hand Hygiene

di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan

kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-

Alike Medication Names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang

membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling

sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu

keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini

di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat

bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM

ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan

memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak

lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

2. Pastikan Identifikasi Pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi

pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan,

transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang;

penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan

pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk

keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode

identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan;

dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol

untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

Page 9: 66886582 Hand Hygiene

3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan

pasien antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan,

bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang

tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien

termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang

bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya

dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan

melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.

Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan

sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan

tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling

banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak

ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.

Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang

tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian

tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan

prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur’Time out” sesaat

sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,

prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).

Sementana semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras

Page 10: 66886582 Hand Hygiene

memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi

khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat

standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas

campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /

pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu

proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada

titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar

yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima

pasien juga disebut sebagai “home medication list", sebagai perbandingan

dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan

bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tsb

kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau

dilepaskan.

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian

Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui

penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau

cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan

perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang

mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang

yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya

menggunakan sambungan & slang yang benar).

Page 11: 66886582 Hand Hygiene

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV,

HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum

suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di

fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di lembaga-

lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip

pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka

mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai

yang aman.

9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan

lnfeksi Nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di

seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit.

Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk

menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong

implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs" tersedia pada

titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf

mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan penggunaan

tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan

kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang

lain.

Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi

rumah sakit yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien

dirawat di rumah sakit , kondisi lingkungan disekitar rumah sakit, dan daya

tahan tubuh pasien. Penularan dapat terjadi dari pasien kepada petugas, dari

pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun

Page 12: 66886582 Hand Hygiene

dari petugas kepada pasien Infeksi rumah sakit ini dapat memperpanjang lama

rawat, meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menambah biaya rumah

sakit (Damani, 2003).

Salah satu strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah

sakit adalah dengan penerapan kewaspadaan standar untuk memutus rantai

penularan. Tahap kewaspadaan standar yang paling efektif dalam pencegahan

dan pengendalian infeksi adalah hand hygiene(Damani, 2003).

Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar dianggap

sebagai penyebab utama infeksi rumah sakit dan penyebaran mikroorganisme

multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai

kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002)

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi ini tentu saja melibatkan

semua unsur, mulai dari unsur pimpinan sampai kepada staf. Peran pimpinan

yang diharapkan adalah menyiapkan sistem, sarana dan prasarana penunjang

lainnya, sedangkan peran petugas kesehatan adalah sebagai pelaksana

langsung dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai prosedur

yang telah ditetapkan.

WHO telah mencanangkan Program Global Patient Safety Challenge

“Clean Care is Safer Care” sejak tahun 2005 sebagai sebuah komitmen

global dalam upaya menurunkan angka HAI (Health Care Associated

Infection). Di tahun 2009, WHO Patient Safety kembali mencanangkan Save

Lives: Clean Your Hands sebagai program lanjutan yang bertujuan untuk

meningkatkan fokus pelaksanaan Hand Hygiene pada pelayanan kesehatan di

seluruh dunia termasuk Indonesia.

Pemerintah juga telah menyusun kebijakan nasional dengan

menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes RI) Nomor 270

Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain dan

Page 13: 66886582 Hand Hygiene

Kepmenkes 382 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sebagai pijakan hukum untuk

menerapkan standardisasi pencegahan dan pengendalian di RS.

b. Hand Hygiene

Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar dianggap

sebagai penyebab utama infeksi rumah sakit dan penyebaran mikroorganisme

multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor

yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002)

Praktek hand hygiene atau membersihkan tangan adalah untuk

menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh

mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak

dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal

di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu S. epidermidis.

Tujuan Melakukan Hand Hygiene:

Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan: a) diantara area perawatan

dan zona pasien; b) diantara zona pasien dan area perawatan; c) pada daerah

tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membrane mukosa, kulit non-

intak, alat invasif); d) dari darah dan cairan tubuh.

Untuk mencegah: a) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang

multiresisten); b) penyebaran patogen ke area perawatan; c) infeksi yang

disebabkan oleh mikroba endogen; d) kolonisasi dan infeksi pada petugas

kesehatan.

Cara Melakukan Hand Hygiene:

Handrub

Langkah paling efektif melakukan hand hygiene adalah menggunakan cairan

handrub berbahan dasar alkohol yang dapat digunakan sebagai antiseptik

tangan rutin.( gambar 1 )

Page 14: 66886582 Hand Hygiene

Cuci Tangan

Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bila tampak kotor atau

terkontaminasi dengan darah maupun cairan tubuh, bila berpotensi

membentuk spora mikroba, atau setelah menggunakan kamar mandi.(gambar

2)

Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka; kuku bersih, pendek

dan tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian.

Ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene tentunya

memiliki konsekuensi terhadap transmisi patogen dan kejadian infeksi

nosokomial. Hand hygiene bukan menjadi sebuah pilihan maupun kesempatan,

melainkan indikasi yang harus dilakukan selama perawatan untuk mencegah

risiko transmisi mikroba. Untuk itu WHO mengembangkan konsep “5 saat

melakukan kebersihan tangan” (gambar 3)

Infeksi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai infeksi yang diperoleh pasien

yang dirawat di rumah sakit selain karena infeksi tersebut , atau infeksi yang

terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit yang belum ada atau tidak dalam

masa inkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit. Termasuk infeksi yang

diperoleh di rumah sakit tetapi muncul setelah pasien masuk rawat, dan infeksi

pada petugas kesehatan.

c. Teori kepatuhan Mencuci tangan

Menurut Adiwimarta, Maulana, & Suratman (1999) dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau

loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan

prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Smet (1994), kepatuhan adalah tingkat

Page 15: 66886582 Hand Hygiene

seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang

disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan

prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-

peraturan dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja.

Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Menurut

Kelman (1958) dalam Sarwono (1997) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan

perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir

berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran / instruksi tanpa

kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin

menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh

imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut

tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini

sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada

pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun

ditinggalkan.

Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman

tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang

berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh

yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku

individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui

proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi

diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat

Lankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, & Peterson (2003) bahwa

faktor yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianya

tempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek

bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhadap standar.

Page 16: 66886582 Hand Hygiene

Sementara itu Tohamik (2003) menemukan dalam penelitiannya bahwa kurang

kesadaran perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk

cuci tangan. Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas.

Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan KU

(Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV / AIDS, dipengaruhi

oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan

tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B,

ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko), dan

faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk membuat suasana

lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya

pelatihan).

Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994), mengatakan

bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa tidak lain merupakan

karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi

yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun

sakit (Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Karakteristik perawat meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku

bangsa dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi.

Menurut Smet (1994), variabel demografi berpengaruh terhadap

kepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung

taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang

mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua

dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang

pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melaksanakan

etos kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan

aturan kerja akan semakin baik.

Page 17: 66886582 Hand Hygiene

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai

peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam

pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan

keterampilan (Muchlas, 1997).

Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam

soal kemampuan kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada perawat yang merasa

mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan protap.

Demikian juga dalam pelaksanaan protap mencuci tangan, perawat yang memiliki

kemampuan melaksanakan, akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai

dengan yang telah digariskan dalam protap tersebut (Arumi, 2002).

Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif,

kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh

masing-masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda tentang

protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat didalam pelaksanaan protap tersebut

juga akan berbeda (Arumi, 2002).

Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga

yang dimilki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan

bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Sedangkan faktor eksternal

yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan / nilai-

nilai yang diterima perawat, dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan

profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi tingkat

kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam komunikasi

ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalah ketidakpuasaan terhadap

hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap pendelegasian maupun kolaborasi

Page 18: 66886582 Hand Hygiene

yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program pengobatan (Arumi,

2002). Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan

atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan

perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

Sedangkan dukungan sosial menurut Smet (1994) berpengaruh terhadap

kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan perawat.

Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitas internal

perawat, petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau

manajer pelayanan kesehatan serta keperawatan.

1. Cara melakukan Hand Rub ( Gambar 1 )

Page 19: 66886582 Hand Hygiene

2. Cara melakukan Hand Wash ( Gambar 2 )

Page 20: 66886582 Hand Hygiene

3. 5 Saat melakukan Hand Higiene ( Gambar 3 )

Page 21: 66886582 Hand Hygiene

4. Formulir audit Hand hygiene ( Gambar 4 )

FORMULIR OBSERVASI : HAND HYGIENE COMPLIANCE

OBSERVER

TGL OBSERVASI

KODE

UNIT/INST

RUANG/ LANTAI

WAKTU MULAI JAM S/D

PROFESI

Opp Indication HH Action

1.

Bef-pat.

Bef-asept

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

HR

HW

missed

gloves

Opp Indication HH Action

2

Bef-pat.

Bef-asept

HR

HW

Page 22: 66886582 Hand Hygiene

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

missed

gloves

Opp Indication HH Action

3

Bef-pat.

Bef-asept

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

HR

HW

missed

gloves

Opp Indication HH Action

4

Bef-pat.

Bef-asept

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

HR

HW

missed

gloves

Opp Indication HH Action

5

Bef-pat.

Bef-asept

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

HR

HW

missed

gloves

Opp Indication HH Action

6

Bef-pat.

Bef-asept

Aft-b.f.

Aft-pat

Aft.p.surr.

HR

HW

missed

gloves

5. PETUNJUK TEKNIS FORM OBSERVASI

RUANGAN diisi tempat observasi dilakukan, contoh : GPS Lt. 6

Page 23: 66886582 Hand Hygiene

OBSERVER diisi nama jelas yang melakukan observasi

TANGGAL OBSERVASI diisi tanggal observasi dilakukan, tanggal – bulan - tahun

KTU OBSERVASI diisi waktu memulai observasi di ruangan terpilih, sampai dengan waktu selesai melakukan

observasi. Contoh : Mulai Jam 9.30 s/d Jam 10.00

PROFESI diisi menurut klasifikasi berikut

1. Perawat/ Bidan 1.1. Perawat

1.2. Bidan

2.1. Siswa

2. Pekarya

3. Dokter 3.1. Penyakit Dalam

3.2. Bedah

3.3. Anestesi

3.4. Anak

3.5. Ginekolog

3.6. Konsultan

3.7. Co-Ass/PPDS

4. Petugas lain 4.1. Terapis (Fisioterapis, Okupasional Terapis,

Audiologis, Terapis Wicara)

4.2. Teknisi (radiologist, cardiology technician,

operating room technician, laboratory technician,

etc)

4.3. Lainnya ( Ahli gizi, Pekerja sosial, dan

profesi lain yang terlibat di pelayanan pasien)

4.4. Siswa

Opp Opportunity : Kesempatan subjek yang diobservasi melakukan HH

Indication Indikasi yang membutuhkan HH

bef.pat : sebelum kontak dengan pasien

bef.asept : sebelum melakukan tindakan aseptik

aft.b.f : setelah terkena cairan tubuh pasien

aft.pat : setelah kontak dengan pasien

aft.p.surr : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

HH Action Respon terhadap indikasi yang membutuhkan HH, dapat berupa aksi positif dengan

melakukan Handrub atau Handwash, atau aksi negatif dengan meninggalkan Handrub atau

Handwash.

Page 24: 66886582 Hand Hygiene

HR: Melakukan Handrub dengan menggunakan disinfektan handrub berbahan dasar

alcohol.

HW: Melakukan Handwash dengan menggunakan sabun dan air

Missed : Tidak melakukan HR atau HW.

Page 25: 66886582 Hand Hygiene

DAFTAR PUSTAKA

1. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-dewirifaha-5534-4-

babii.pdf

2. http://www.inapatsafety-persi.or.id/?show=detailnews&kode=3&tbl=artikel

3. Damani, N.N Manual infection Control Procedures 2nd edition,2003 Cambridge

University press.