64728315 Albumin Referat

28
BAB I PENDAHULUAN Infus albumin telah dipakai sejak puluhan tahun yang lalu sebagai salah satu pilihan terapi dalam praktek medis. Tujuannya adalah mengatasi kondisi hipoalbuminemia pada berbagai penyakit. Menurunnya kadar albumin dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan tetapi lebih banyak merupakan komplikasi penyakit yang diderita sebelumnya. Banyaknya data yang membuktikan bahwa kadar albumin darah berkaitan dengan prognosis membuat para ahli berkeyakinan untuk memperbaiki hipoalbuminemia dengan infus albumin. Contoh yang paling nyata adalah usaha untuk menaikkan kadar albumin pada pasien-pasien gawat atau kondisi pra- bedah. Tetapi penggunaan yang begitu lama tidak melepaskan terapi albumin dari pro dan kontra. Hal ini timbul akibat penelitian yang telah dipublikasi memberikan hasil yang berbeda-beda. Debat ini semakin terpicu lagi semenjak dipublikasikannya meta analisis yang berasal dari The Cochrane Injuries Group Albumin Reviewers pada tahun 1998 yang membuktikan bahwa pemberian albumin justru meningkatkan kematian pada penderita dalam kondisi kritis. Selain itu harga albumin yang relatif mahal menjadi salah satu pertimbangan agar pemberiannya sungguh-sungguh memperhitungkan cost and benefit ratio. 1,2 1

description

referat

Transcript of 64728315 Albumin Referat

Page 1: 64728315 Albumin Referat

BAB I

PENDAHULUAN

Infus albumin telah dipakai sejak puluhan tahun yang lalu sebagai salah satu

pilihan terapi dalam praktek medis. Tujuannya adalah mengatasi kondisi

hipoalbuminemia pada berbagai penyakit. Menurunnya kadar albumin dapat menjadi

penyebab terjadinya kelainan tetapi lebih banyak merupakan komplikasi penyakit

yang diderita sebelumnya. Banyaknya data yang membuktikan bahwa kadar albumin

darah berkaitan dengan prognosis membuat para ahli berkeyakinan untuk

memperbaiki hipoalbuminemia dengan infus albumin. Contoh yang paling nyata

adalah usaha untuk menaikkan kadar albumin pada pasien-pasien gawat atau kondisi

pra-bedah. Tetapi penggunaan yang begitu lama tidak melepaskan terapi albumin dari

pro dan kontra. Hal ini timbul akibat penelitian yang telah dipublikasi memberikan

hasil yang berbeda-beda. Debat ini semakin terpicu lagi semenjak dipublikasikannya

meta analisis yang berasal dari The Cochrane Injuries Group Albumin Reviewers

pada tahun 1998 yang membuktikan bahwa pemberian albumin justru meningkatkan

kematian pada penderita dalam kondisi kritis. Selain itu harga albumin yang relatif

mahal menjadi salah satu pertimbangan agar pemberiannya sungguh-sungguh

memperhitungkan cost and benefit ratio.1,2

Hipoalbuminemia adalah masalah umum di antara orang dengan kondisi

medis akut dan kronis. Pada saat masuk rumah sakit, 20% dari pasien menderita

hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi,

termasuk sindrom nefrotik , sirosis hati, gagal jantung , dan gizi buruk, namun

sebagian besar kasus hipoalbuminemia disebabkan oleh respon peradangan akut dan

kronis.1

Serum albumin adalah indikator prognostik penting. Di antara pasien yang

dirawat di rumah sakit, kadar albumin serum rendah berkorelasi dengan peningkatan

risiko morbiditas dan kematian. Presentasi, temuan pemeriksaan fisik, dan hasil

laboratorium yang berhubungan dengan hipoalbuminemia tergantung pada proses

penyakit yang mendasarinya. 1,2

1

Page 2: 64728315 Albumin Referat

Pada keadaan dimana kadar albumin dalam plasma menurun, transfusi

albumin menjadi salah satu pilihan tatalaksana yang telah dipakai sejak lama. Tulisan

ini dimaksudkan untuk mengulas beberapa indikasi pemberian albumin, terutama

ditinjau dari bukti-bukti uji klinis yang ada.3,4

2

Page 3: 64728315 Albumin Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Albumin

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh

manusia, yaitu sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari

rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam

amino.5

Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan

asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips

sehingga bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan

terlarut sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju

degradasi dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan ektravaskular.

Cadangan total albumin sehat 70 kg) dimana 42% berada di kompartemen plasma dan

sisanya dalam kompartemen ektravaskular.6

Nilai serum berkisar 3,5-4,5 g / dL, dengan kandungan tubuh total 300-500 g.

Sintesis albumin hanya terjadi di hepar dengan kecepatan pembentukan 12-25

gram/hari. Pada keadaan normal hanya 20-30% hepatosit yang memproduksi

albumin. Akan tetapi laju produksi ini bervariasi tergantung keadaan penyakit dan

laju nutrisi karena albumin hanya dibentuk pada lingkungan osmotik, hormonal dan

nutrisional yang cocok. Tekanan osmotic koloid cairan interstisial yang membasahi

hepatosit merupakan regulator sintesis albumin yang penting.5,6

Degradasi albumin total pada dewasa dengan berat 70 kg adalah sekitar 14

gram/hari atau 5% dari pertukaran protein seluruh tubuh per hari. Albumin dipecah di

otot dan kulit sebesar 40-60%, di hati 15%, ginjal sekitar 10% dan 10% sisanya

merembes ke dalam saluran cerna lewat dinding lambung. Produk degradasi akhir

berupa asam amino bebas. Pada orang sehat kehilangan albumin lewat urine biasanya

minimal tidak melebihi 10-20 mg/hari karena hampir semua yang melewati

membrane glomerolus akan diserap kembali.5,6

3

Page 4: 64728315 Albumin Referat

Gambar 1. Rantai Albumin

B. Patofisiologi

Tingkat albumin serum tergantung pada laju sintesis, jumlah dikeluarkan dari

sel hati, distribusi dalam cairan tubuh, dan tingkat degradasi. Hipoalbuminemia hasil

dari gabungan dalam satu atau lebih dari proses-proses.7

1. Sintesis

Sintesis Albumin dimulai pada inti sel, di mana gen ditranskripsi menjadi

asam ribonukleat messenger (mRNA).. mRNA ini dikeluarkan ke dalam sitoplasma,

di mana ia terikat untuk ribosom, membentuk polysomes yang mensintesis

preproalbumin. Preproalbumin adalah molekul albumin dengan ekstensi 24 asam

amino pada ujung N. Perpanjangan asam amino memberikan sinyal penyisipan

preproalbumin ke dalam membran retikulum endoplasma. Setelah di dalam lumen

retikulum endoplasma, 18 terkemuka asam amino ekstensi ini dibelah, meninggalkan

proalbumin (albumin dengan ekstensi sisa 6 asam amino). Proalbumin adalah bentuk

intraselular utama albumin. Proalbumin diekspor ke aparatus Golgi, dimana

perpanjangan 6 asam amino akan dihapus sebelum sekresi albumin oleh hepatosit

tersebut. Setelah disintesis, albumin segera dikeluarkan, tetapi tidak disimpan dalam

hati. 7

2. Distribusi

Tracer studi dengan iodinasi albumin menunjukkan albumin intravaskuler

yang didistribusikan ke dalam ruang ekstravaskuler dari semua jaringan, dengan

mayoritas yang didistribusikan di kulit. Sekitar 30-40% (210 g) albumin dalam tubuh

ditemukan dalam kompartemen vaskular dari otot, kulit, hati, usus, dan jaringan lain.

4

Page 5: 64728315 Albumin Referat

Albumin memasuki ruang intravaskuler melalui 2 jalur. Pertama, albumin memasuki

ruang ini dengan memasuki sistem limfatik hati dan pindah ke saluran toraks. Kedua,

albumin lewat langsung dari hepatosit ke sinusoid setelah melintasi Ruang Disse. 7

Setelah 2 jam, 90% dari albumin dikeluarkan masih dalam ruang

intravaskuler. Waktu paruh albumin intravaskuler adalah 16 jam. Kehilangan harian

albumin dari ruang intravaskuler adalah sekitar 10%. Kondisi patologis tertentu,

seperti nephrosis, ascites, lymphedema, lymphangiectasia usus, dan edema, dapat

meningkatkan hilangnya albumin harian dari plasma. 7

Albumin didistribusikan ke volume interstisial hati, dan konsentrasi koloid

dalam volume kecil yang diyakini sebagai regulator osmotik untuk sintesis albumin.

Ini adalah pengatur utama dari sintesis albumin selama periode normal tanpa stres. 7

3. Degredasi

Degradasi albumin kurang dipahami. Setelah sekresi ke plasma, molekul

albumin masuk ke dalam ruang jaringan dan kembali ke plasma melalui saluran

toraks. Tagged studi menunjukkan albumin mungkin terdegradasi dalam endotelium

dari kapiler, sumsum tulang, dan sinus hati. Molekul Albumin tampaknya turun

secara acak, dengan tidak ada perbedaan antara molekul lama dan baru. 7

C. Epidemiologi

1. Frekuensi

Hipoalbuminemia lebih sering pada pasien yang lebih tua, pasien yang

dirawat di rumah sakit dengan penyakit stadium lanjut (misalnya, kanker terminal),

dan kekurangan gizi anak-anak. 7

2. Mortalitas / Morbiditas

Serum albumin yang rendah merupakan prediktor penting dari morbiditas dan

mortalitas. Sebuah meta-analisis studi kohort menemukan bahwa, dengan setiap g

10 / L penurunan di albumin serum, mortalitas mengalami peningkatan sebesar 137%

dan morbiditas meningkat sebesar 89%. Pasien dengan kadar albumin serum kurang

dari 35 pada 3 bulan setelah pulang dari rumah sakit memiliki 2,6 kali lebih besar

kematian 5 tahun dibandingkan dengan serum albumin lebih besar dari 40. 7

5

Page 6: 64728315 Albumin Referat

Hipoalbuminemia juga telah dipelajari sebagai faktor prognostik penting di

antara subset dari pasien, seperti pasien dengan berat sepsis , luka bakar, dan enteritis

regional ( penyakit Crohn ). 7

Ada atau tidak hipoalbuminemia hanyalah penanda kekurangan protein yang

parah, yang itu sendiri merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan kematian

atau faktor risiko independen untuk kematian, dan masih tidak jelas. 7

3. Ras

Tidak ada predileksi ras

4. Seks

Tidak ada predileksi seks

5. Umur

Hipoalbuminemia mempengaruhi orang dari semua kelompok usia,

tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

D. Fungsi Albumin 6,8

Albumin merupakan protein plasma yang berfungsi sebagai berikut:

1. Mempertahankan tekanan onkotik plasma agar tidak terjadi asites

2. Membantu metabolisme dan tranportasi berbagai obat-obatan dan senyawa

endogen dalam tubuh terutama substansi lipofilik (fungsi metabolit, pengikatan zat

dan transport carrier)

3. Anti-inflamasi

4. Membantu keseimbangan asam basa karena banyak memiliki anoda bermuatan

listrik

5. Antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksogen oleh

leukosit polimorfonuklear

6. Mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga dapat mencegah masuknya

kuman-kuman usus ke dalam pembuluh darah, agar tidak terjadi peritonitis

bakterialis spontan

7. Memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil melalui banyak gugus

bermuatan negatif yang dapat mengikat gugus bermuatan positif pada antitrombin

6

Page 7: 64728315 Albumin Referat

III (heparin like effect). Hal ini terlihat pada korelasi negatif antara kadar albumin

dan kebutuhan heparin pada pasien heemodialisis.

8. Inhibisi agregrasi trombosit

E. Kebutuhan akan Albumin 9

Pada kondisi-kondisi berikut kebutuhan albumin akan meningkat, diantaranya :

1. Sintesis yang tidak adekuat (Inadequate Synthesis)

- Penyakit hati kronis (Chronic Liver Disease)

- Sirosis (Cirrhosis)

2. Absorbsi Protein yang tidak adekuat (Inadequate Protein Absorbtion)

- Protein malabsorbtion Syndromes – protein losing enterophaty and others

- Inadequate protein intake

3. Kehilangan protein pada kondisi Enteropati (Protein Losing enterophaty)

- Inflamatory bowel disease – chron’s disease and ulcerative colitis

- Chronic infectious diarrhea

- Chronic severe diarrhea of idiophatic cause – systemic sclerosis,

polyarteritis nodosa

- Lymphatic obstruction – lymphoma, infection

- Allergic gastroenterophaty

- Jejuna diverticulosis

- Tuberculosis of the bowel

- Amyloidosis

- Congestive heart failure – with intestinal edema

- Common variable immunodeficiency (cvid)

4. Gangguan Sistem Urinarius (Urinnary losses)

- Nefrotic syndrome

- Diabetes mellitus

- Sickle cell anemia

- Inflammatory disease

a. Systemic lupus erytematus

7

Page 8: 64728315 Albumin Referat

b. Systemic sclerosis (schleroderma)

c. Vaskulitis

F. Farmakologi dari Albumin 10

1. Indikasi

Ekspansi volume plasma dan rumatan curah jantung dalam keadaan yang

berhubungan dengan defisit volume cairan termasuk syok, perdarahan, dan luka

bakar. Penggantian sementara albumin pada penyakit yang berhubungan dengan

protein plasma yang rendah seperti sindroma nefrotik atau penyakit hati tahap akhir

yang dapat mengurangi atau menurunkan edema yang terjadi.10

2. Kerja obat

Memberikan tekanan onkotik koloid, yang memobilisasi cairan dari jaringan

ekstravaskuler kembali ke ruang intravaskuler. Efek terapeutik: mobilisasi cairan dari

jaringan ekstravaskuler ke ruang intravaskuler.10

3. Farmakokinetik

Absorbsi: setelah pemberian iv absorbsinya sempurna

Distribusi: terbatas pada ruang intravaskuuler, kecuali bila ada peningkatan

permeabilitas kapiler.

Metabolisme dan ekskresi: didegradasi oleh hati

Waktu paruh: tidak diketahui 10

4. Kontraindikasi

Dikontraindikasikan pada reaksi alergi terhadap albumin, anemia berat, gagal

jantung kongestif, volume intravaskuler normal atau meningkat.

Gunakan secara hati-hati pada: penyakit hati atau ginjal, dehidrasi (perlu

mendapatkan tambahan cairan). 10

5. Efek samping:

SSP: sakit kepala

Kardiovaskuler: hipertensi, hipotensi, kelebihan cairan, edema pulmoner, takikardia

GI: mual, muntah, peningkatan salivasi

Derm: urtikaria, ruam

8

Page 9: 64728315 Albumin Referat

MS: nyeri punggung

Lain-lain: demam, menggigil, wajah kemerahan10

6. Interaksi:

Tidak ada obat yang signifikan 7, 10

captopril

enalapril

fosinopril

imidapril

lisinopril

moexipril

perindopril

quinapril

ramipril

benazepril

trandolapril

Tidak ada mekanisme interaksi yang spesifik dan signifikan, namun

berhubungan dengan vasodilatasi.

7. Rute dan dosis

Dosis sangat individual dan tergantung kondisi yang ditangani

IV (dewasa): 25 g, dapat diulang dalam 15 – 30 menit, tidak boleh lebih dari

125 g dalam 24 jam atau 250 g dalam 48 jam.

IV (anak-anak): 25 g atau 25 – 50% dari dosis dewasa

IV (bayi prematur): 1 g/kg sebagai larutan 25% yang diberikan sebelum

transfusi yang diperlukan. 10

9

Page 10: 64728315 Albumin Referat

8. Sedian 10

NO NAMACAIRAN ALBUMIN SEDIAAN1. ALBAPURE 20 Infus 20 gram x 100 ml.2. HUMAN ALBUMIN 20 % BEHRING Infus 20 % x 50 mL.3. HUMAN ALBUMIN 20 % BEHRING Infus 20 % x 100 mL.4. PLASBUMIN-25 (HUMAN VENOUS PLASMA

ALBUMIN)Infus 25 % x 20 mL.

5. PLASBUMIN-25 (HUMAN VENOUS PLASMA ALBUMIN)

Infus 25 % x 50 mL.

6. PLASBUMIN-25 (HUMAN VENOUS PLASMA ALBUMIN)

Infus 25 % x 100 mL.

7. FIMALBUMIN Vial 20% x 50 mL8. PLASBUMIN-5 Larutan Infus 5% x 250mL9. PLASBUMIN-20 Larutan Infus 20% x 50mL10. PLASBUMIN-20 Larutan Infus 20% x 100 mL11. ROBUMIN 20 % Vial 50 ml12. ROBUMIN 20 % Vial 100 ml13. ROBUMIN 25 % Vial 50 ml14. AMINORAL Kaplet salut selaput 100 biji.15. ALBUMIN-HUMAN 20% Injeksi 200 gram/liter x 50 ml.16. ALBURAAS Infus 20% x 100 ml.17. ALBUMIN-HUMAN 20% Injeksi 200 gram/liter x 100

ml.18. CEALB Vial 95% x 50 mL19. CEALB Vial 95% x 100 mL

Tabel 1. Sediaan Albumin

9. Waktu/profil kerja obat (efek onkotik)

Intravena

Awitan: 15 – 30 menit

Puncak: tidak diketahui

Durasi: tidak diketahui 10

10. Monitoring 10

Pantau tanda-tanda vital dan CVP. Bila terjadi demam, takikardia, atau

hipotensi, hentikan infus. Antihistamin mungkin diperlukan untuk menekan respon

hipersensitivitas. Hipotensi juga terjadi akibat pemberian infus yang terlalu cepat.

10

Page 11: 64728315 Albumin Referat

Monitor adanya tanda-tanda kelebihan beban vaskuler (peningkatan CVP, ronkhi,

dispnea, hipertensi, distensi vena jugularis) selama dan setelah pemberian.

Pasien bedah: monitor peningkatan perdarahan setelah pemberian akibat

peningkatan tekanan darah dan volume darah yang bersirkulasi. Albumin tidak

mengandung faktor pembekuan.

Pertimbangan tes lab:

Kadar protein serum harus meningkat setelah terapi albumin

Monitor natrium serum karena dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi

Pemberian infus albumin serum normal dapat menyebabkan peningkatan

palsu kadar alkali fosfatase

Monitor kadar hemoglobin dan hematokrit. Kadarnya dapat menurun akibat

hemodilusi

11. Cara Pemberian Albumin 11

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian albumin adalah:

a. Kecepatan infus

1) Pada infus albumin 20% kecepatan maksimal adalah 1 ml/menit

2) Pada infus albumin 5% kecepatan maksimal adalah 2-4 ml/menit

b. Pada tindakan parasentesis volume besar (>5 liter)

1) Dosis albumin yang diberikan adalah 6-8 gram per 1 liter cairan asites yang

dikeluarkan.

2) Cara pemberian adalah 50% albumin diberikan dalam 1 jam pertama (maksimum

170 ml/jam) dan sisanya diberikan dalam waktu 6 jam berikutnya.

c. Sindroma hepatorenal tipe 1

1) Pada keadaan ini albumin diberikan bersama-sama dengan obat-obat vasoaktif

seperti noradrenalin, oktreotid, terlipressin atau ornipressin.

2) Cara pemberiannya adalah: Hari pertama: 1 gram albumin/kg BB. Hari kedua dan

seterusnya: 20-40 gram/hari kemudian dihentikan bila CVP (Central Venous

Pressure) >18 cm H2O.

11

Page 12: 64728315 Albumin Referat

d. Peritonitis bakterialis spontan

1) Pada keadaan ini, infus albumin diberikan pada dosis 1,5 g/kgBB dengan disertai

pemberian antibiotik yang sesuai.

2) Cara pemberian: infus albumin diberikan pada saat diagnosis PBS dibuat dan

diberikan dalam waktu 6 jam. Pada hari ke-3 infus albumin diberikan dengan dosis 1

gram/kgBB.

12. Implementasi 10, 11

Larutan harus kuning jernih, jangan diberikan larutan yang keruh atau yang

mengandung endapan.

Tidak ada bahaya infeksi hepatitis serum atau HIV dari albumin serum

normal. Tidak perlu dilakukan pencocokan silang.

25 g albumin serum normal secara osmotik sama dengan 2 unit plasma beku

segar,; 100 ml albumin serum normal 25% mengandung protein plasma sama

dengan 500 ml plasma atau 2 kantong darah lengkap. Albumin serum 5%

bersifat isotonis dan secara osmotik sama dengan plasma dengan jumlah

sama. Larutan albumin 25% sama dengan 5 kali nilai osmotik plasma. Tiap

liter albumin serum normal mengandung 130 – 160 mEq natrium.

Pemberian albumin serum normal dalam jumlah besar perlu disertai

pemberian darah lengkap untuk mencegah anemia. Jika lebih dari 1000 ml 5%

albumin serum normal yang diberikan atau bila telah terjadi perdarahan, maka

perlu diberikan darah lengkap atau PRC. Status hidrasi harus dimonitor dan

dipertahankan dengan cairan tambahan.

Berikan albumin serum normal 5% tanpa diencerkan. Albumin serum 25%

dapat diberikan tanpa diencerkan atau diencerkan dengan NaCl 0,9% atau D5.

Infus harus selesai dalam 4 jam.

Kecepatan pemberian ditentukan berdasarkan konsentrasi larutan, volume

darah, indikasi, dan respon pasien. Pada pasien dengan volume darah normal,

albumin serum normal 5% sebaiknya diberikan 2 – 4 ml/menit dan albumin serum

normal 25% dengan kecepata 1 ml/menit. Kecepatan anak-anak biasanya ¼ - ½

kecepatan dewasa.

12

Page 13: 64728315 Albumin Referat

Syok dengan hipovolemi: albumin serum normal 5% atau 25% dapat

diberikan sesuai toleransi dan diulang dalam 15 – 30 menit bila perlu.

Luka bakar: kecepatan setelah 24 jam pertama harus ditetapkan kembali untuk

mempertahankan kadar albumin plasma 2,5 g/100 ml atau kadar protein serum

total 5,2 g/100 ml.

Hipoproteinemia: albumin serum normal 25% adalah larutan terpilih karena

konsentrasi protein yang tinggi. Kecepatannya tidak boleh lebih dari 3

ml/menit untuk larutan 25% atau 5 – 10 ml/menit untuk larutan 5% guna

mencegah kelebihan beban sirkulasi dan edema pulmoner. Terapi ini

menghasilkan peningkatan sementara protein plasma sampai hipoproteinemia

kembali normal.

13. Evaluasi 10

Efektivitas terapi ditunjukkan dengan:

Peningkatan tekanan darah dan volume darah bila digunakan untuk

menangani syok dan luka bakar.

Peningkatan pengeluaran urine yang mencerminkan mobilisasi cairan dari

jaringan ekstravaskuler.

Peningkatan protein plasma serum pada pasien-pasien dengan

hipoproteinemia.

14. Kategori kehamilan : C 10

13

Page 14: 64728315 Albumin Referat

LAMPIRAN :

CONTOH SEDIAAN

ALBAPURE®20 Human Albumin

Pada saat ini produk human albumin banyak digunakan untuk berbagai kasus

yang berkaitan dengan keadaan hipoalbuminemia. Adalah hal yang penting untuk

menentukan pilihan yang tepat di antara produk sediaan albumin yang ada di pasaran.

CSL Behring/ CSL Bioplasma kini memproduksi human albumin (Albapure 20)

murni (purified human albumin) dari pool plasma dengan menggunakan proses

automatisasi, yang pada prinsipnya melibatkan proses kromatografi dengan

menggunakan dua langkah inaktivasi virus. Tahapan keseluruhan proses produksi

albapure meliputi:

1. Penyingkiran fibrinogen

2. Pemurnikan secara kromatografi

3. Inaktivasi virus

4. Mem-formulasikan menjadi larutan albumin 4%, 5%, 20%.

Proses pemurnian secara kromatografi melibatkan tiga langkah, antara lain:

1. Kromatografi pertukaran anion: yakni pertukaran anion, memisahkan

immunoglobulin dari albumin kasar

2. Kromatografi pertukaran kation

3. Kromatografi filtrasi gel: menyingkirkan protein-protein plasma yang tidak

diinginkan secara efektif.

Bagaimana Pengaruh Kemurnian Albumin pada Tubuh Pasien?

Tujuan utama proses pembuatan human albumin yang ideal adalah menjaga molekul

tersebut seperti bentuk asalnya, tidak menimbulkan fragmentasi atau aggregasi

molekul dan menghasilkan suatu produk dengan kadar ketidakmurnian yang minimal.

14

Page 15: 64728315 Albumin Referat

Proses kromatografi CSL memenuhi ketiga kriteria ini. Kelebihan Albumin dengan

Proses Kromatografi :

1. Kandungan Monomer:

Struktur molekul albumin tidak berubah pada proses kromatografi. Sehingga,

albumin yang dimurnikan secara kromatografi lebih dari 99% berupa bentuk asal

monomer albumin, yang menjamin efektivitas onkotik produk tersebut

2. Hilangnya Endotoksin:

Proses kromatografi juga telah divalidasi untuk menunjukkan bahwa

endotoksin- endotoksin telah disingkirkan secara efektif sedemikian rupa, sehingga

larutan albumin yang dimurnikan secara kromatografi tidak mengandung endotoksin

3. Hilangnya Aluminium:

Ada dua sumber kontaminasi aluminium yang potensial (alat bantu filter/

diatomacea selama proses pembuatan, dan container gelas selama penyimpanan).

Filter diatomacea tidak dipakai pada proses pembuatan di CSL dan penyingkiran

sitrat pada produk akhir albumin dengan proses kromatografi pertukaran ion

mengurangi peluluhan lapisan aluminium pada gelas penyimpanan sepanjang masa

penyimpanan produk tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk menyimpan produk

pada suhu ruang dalam periode yang cukup lama.

4. Hilangnya PKA

Prekallikrein Activator (PKA) dapat terbentuk pada kontak aktivasi selama

proses pembuatan albumin dan bila tidak disingkirkan, dapat memediasi timbulnya

reaksi hipotensi pada pasien melalui mekanisme pembentukan bradikinin. Pertukaran

ion, yang dipakai dalam proses pemurnian albumin secara kromatografi, secara

signifikan mengurangi kadar PKA.

Bagaimana Jaminan Keamanan Albapure Terhadap Virus?

Produk-produk human albumin dari CSL Behring mempunyai catatan

keamanan virus yang baik. Sejak digunakan pertama selama lebih dari 40 tahun yang

lalu, belum ada laporan tentang transmisi atau penularan virus

15

Page 16: 64728315 Albumin Referat

Bagaimana Safety Proses Albapure Dilakukan?

1. Kualitas Plasma

Setiap donasi plasma diuji untuk memastikan bahwa plasma tersebut tidak

mengandung:

HIV,HCV, HBV. Tehnologi yang digunakan teknologi amplifikasi asam

nukleat/nucleic acid amplification technology (NAT). NAT mampu mendeteksi

infeksi yang ditularkan melalui darah lebih dini daripada uji antibodi terkini, dan

meminimalkan kriteria inklusi donasi HCV yang masih berada pada periode antara/

window period. Teknologi ini akan dikembangkan untuk HIV dan virus-virus lainnya.

2. Inaktivasi Virus

a. Langkah pertama:

Meliputi inkubasi dengan menggunakan oktanoat pada pH rendah (pH 4,5).

Langkah ini dapat secara efektif melawan virus yang dilapisi selubung lipid (lipid-

enveloped) misalnya HIV, HBV dan HCV.

b. Langkah kedua:

Meliputi pasteurisasi pada suhu 60°C selama 10 jam. Langkah ini dapat

menginaktivasi virus dengan selubung lipid dan virus tanpa selubung (non-

enveloped), misalnya virus hepatitis A (HAV).

3. Penyingkiran Virus

Pemurnian albumin secara kromatografi juga turut berperan dalam

mengurangi beban virus, baik yang berselubung lipid (HIV, HBV, HCV) maupun

yang tidak berselubung (HAV dan human parvovirus B19).

Selain itu, beberapa langkah selama proses pembuatan lainnya, misalnya

kriopresipitasi dan presipitasi fibrinogen juga mampu menyingkirkan atau

menginaktivasi virus.

4. Validasi Keamanan terhadap Virus

Kemampuan suatu proses untuk menginaktivasi dan/atau menyingkirkan virus

16

Page 17: 64728315 Albumin Referat

diukur sebagai log reduction factor. Log reduction factor sebesar d” 1 tidak

signifikan, dan langkah yang efektif biasanya mempunyai nilai log reduction factor

sebesar e” 4.

Uji validasi CSL Bioplasma menggunakan model virus yang spesifik sebagai

berikut:

• HIV-1

• HAV

• Duck hepatitis B virus (DHBV), sebagai model untuk HBV

• Pseudorabies virus (PRV), sebagai model untuk virus herpes dan HBV

• Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg), sebagai petanda HBV

• Bovine viral diarrhoea virus (BVDV), sebagai model untuk HCV

• Virus sindbis, sebagai model untuk HIV

• Encephalomyocarditis virus (EMCV), sebagai suatu model untuk HAV dan virus

yang tidak berselubung lainnya.

Selain itu, proses pembuatan albumin ternyata bermanfaat untuk mengurangi

human parvovirus B19, yang dahulu dikira resisten terhadap metode inaktivasi virus

secara fisikokimiawi. Parvovirus B19 merupakan virus tidak berselubung yang

prevalensinya cukup tinggi (e” 60% populasi dewasa) dan umumnya menyebabkan

sakit ringan pada individu sehat. Meskipun tidak tervalidasi, penelitianpenelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa selama proses pembuatan log reduction factor

untuk parvovirus B19 adalah sebesar >6 dan penurunan log reduction factor lebih

lanjut sebesar 2,8, terjadi selama proses pasteurisasi.

Penelitian-penelitian dengan berbagai jenis virus ini menunjukkan bahwa

langkahlangkah inaktivasi dan penyingkiran virus selama proses kromatografi CSL

tampaknya efektif melawan setiap atau mungkin berbagai zat infeksius yang belum

dikenali.

Meskipun demikian, karena prion masih dianggap tidak mempunyai sifat yang

serupa dengan virus, maka CSL kini tengah mengembangkan suatu program validasi

untuk inaktivasi/penyingkiran prion.

17

Page 18: 64728315 Albumin Referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Uhing MR. The albumin controversy. Clin Perinatol 2004; 31: 475-88

2. Cochrane Injuries Group Albumin Reviewers. Human albumin administration in

critically ill patients: systematic review of randomised controlled trials. BMJ

1998; 317:235-40

3. Avindan B.The use of albumin in all patient with decompensated cirrhosis is not

justified. IMAJ 2005;7:118-20

4. Gines P, Arroyo V. Is there still a need for albumin infusions to treat patients

with liver disease? Gut 2000; 46:588-90

5. Peters TJ. The albumin molecule: Its structure and chemical properties. In: All

about albumin. Biochemistry, genetics, and medical applications. San Diego:

Academic Press; 1996.p. 9-75

6. Evans WT. Review article: Albumin as a drug-biological effects of albumin

unrelated to oncotic pressure. Aliment Pharmacol Ther 2002; 16(Suppl.5):6-11

7. Peralta, Ruben. 2010. Albumin.

http://reference.medscape.com/refdrug-srch/albuminar-alba-albumin-342425

(diakses tanggal 12 April 2011).

8. Wilkinson P, Sherlock S. The effect of repeated albumin infusions in patients

with cirrhosis. Lancet 1962; ii:1125-9

9. 9.Lacey, DL. dan Little. 1995. Hypoalbuminemia Differential. Am J Med.

99(3);315

10. Deglin, Judith Hopfer, 2005. Pedoman Obat edisi 4. Jakarta: EGC.

11. Tan, Hoan Tjay & Kirana Rahardja - 2007 . Obat-obat penting khasiat,

penggunaan dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo

12. Chalasani N, Gorski JC, Horlander JC, Craven R, Hoen H, et al. Effects of

albumin/furosemide mixtures on responses to furosemide in hypoalbuminemic

patients. J Am Soc Nephrol 2001; 12:1010-16

18