6007-9729-1-PB.pdf

9
 211 Histologi dan Histomorfometri Testis dan Epididimis Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada Periode Ranggah Keras  (HISTOLOGY AND HISTOMORPHOMETRY OF THE TESTIS AND EPIDIDYMIS OF MUNTJAC (MUNTIACUS MUNTJAK MUNTJAK) DURING HARD A NTLER PERIOD) Sri Wahyuni 1 , Srihadi Agungpriyono 2 , Muhammad Agil 3 , Tuty Laswardi Yusuf 3 1 Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Krueng Kalee No. 4, Darussalam, Banda Aceh 23111, telp. 0651- 7551536 2 Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, 3 Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Jl. Agatis Kampus IPB, Dramaga Bogor 16680, telp. 0251-8626368 E-mail: yuyun.anwar @gmail.com  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari histologi dan histomorfometri testis dan epididimis muncak (Muntiacus muntjak muntjak)  pada periode ranggah keras. Jaringan testis dan epididimis dari seekor muncak jantan dewasa diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan sayatan 3-4 µm dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin - eosin (HE). Jaringan parenkim testis muncak yang berada pada periode ranggah keras memperlihatkan tubuli se miniferi dengan lapisan sel epitel germinal: spermatogonia, spermatosit dan spermatid yang berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Sel lain yang diamati di antara sel-sel tersebut adalah sel Sertoli. Pada jaringan interstisial terdapat sel Leydig dan sel-sel makrofag yang berada di sekitar buluh darah. Diameter tubuli seminiferi dan tebal lapisan epitel germinal secara berurutan adalah: 176,60±7,06 µm dan 50,27±3,62 µm. Duktus epididimidis terbagi atas tiga segmen, yaitu: kaput, korpus dan kauda. Lumen epididimidis ditutupi oleh epitel silindris banyak baris dengan ketebalan yang bervariasi. Diameter duktus epididimidis terbesar ditemukan pada bagian kauda (324,26±25,79 µm), sedangkan lapisan epitel yang paling tebal (62,21±4,21 µm) ditemukan pada kaput epididimidis dan semakin menurun pada korpus (49,53±3,01 µm) dan kauda (16,30±2,27 µm). Kepadatan spermatozoa tertinggi ditemukan di lumen kauda epididimidis. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kemiripan struktur histologi dan histomorfometri tubuli seminiferi testis dan duktus epididimidis muncak dengan ruminansia kecil dan Cervidae lainnya pada periode ranggah keras. Kata kunci: muncak, testis, epididimis, histologi, histomorfometri  ABS TRACT The objective of this study was to describe the histology and histomorphometry of testis and epididymis of muntjac (Muntiacus muntjak muntjak) during hard antler period. The tissues of the testis and epididymis of an adult male muntjac were processed for histological examination and stained with haematoxylin- eosine (HE). The parenchyma of muntjac’s testis during hard antler period showed tubuli seminiferi was lined with germinal epithelium: spermatogonia, spermatocyte, spermatid that differentiated into spermatozoa. Sertoli cells were found among the germinal cells. In addition, Leydig cells were found around the blood vessel of interstitial tissue along with macrophages. Diame ter of the seminiferous tubule and epithelial thickness were 176,60±7,06 µm and 50,27±3,62 µm respectively. The epididymal duct was subdivided into three segments: caput, corpus and cauda. They were lined predominantly with pseudostrati fied columnar epithelium which was varied in its thickness. The largest diameter of epididymal duct was found in cauda region (324,26±25,79 µm), while caput epididymidis had the thickest of epithelial cell (62,21±4,21 µm) and tended to ce thinner in corpus (49,53±3,01 µm) and cauda epididymidis (16,30±2,27µm). The density of spermatozoa was observed the most in the lumen of cauda region compared to caput and corpus epididymidis. In conclusion, the structure of histology and histomorphometry of the seminiferous tubule of testis and epididymal duct of muntjac were similar with small ruminants and other Cervidae  during hard antler period. Keywords: muntjac, testis, epididymis, histology, histomorphometry Jurnal V eteriner September 2012 V ol. 13 No. 3: 211-219 ISSN : 1411 - 8327

Transcript of 6007-9729-1-PB.pdf

  • 211

    Histologi dan Histomorfometri Testis danEpididimis Muncak (Muntiacus muntjak muntjak)

    pada Periode Ranggah Keras

    (HISTOLOGY AND HISTOMORPHOMETRY OF THE TESTIS AND EPIDIDYMIS OFMUNTJAC (MUNTIACUS MUNTJAK MUNTJAK) DURING HARD ANTLER PERIOD)

    Sri Wahyuni1, Srihadi Agungpriyono2, Muhammad Agil3, Tuty Laswardi Yusuf3

    1Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala,Jl. Tgk. Krueng Kalee No. 4, Darussalam, Banda Aceh 23111, telp. 0651-7551536

    2Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi,3Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,

    Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB),Jl. Agatis Kampus IPB, Dramaga Bogor 16680, telp. 0251-8626368

    E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari histologi dan histomorfometri testis dan epididimismuncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada periode ranggah keras. Jaringan testis dan epididimis dariseekor muncak jantan dewasa diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan sayatan 3-4m dan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin - eosin (HE). Jaringan parenkim testis muncak yangberada pada periode ranggah keras memperlihatkan tubuli seminiferi dengan lapisan sel epitel germinal:spermatogonia, spermatosit dan spermatid yang berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Sel lain yangdiamati di antara sel-sel tersebut adalah sel Sertoli. Pada jaringan interstisial terdapat sel Leydig dansel-sel makrofag yang berada di sekitar buluh darah. Diameter tubuli seminiferi dan tebal lapisan epitelgerminal secara berurutan adalah: 176,607,06 m dan 50,273,62 m. Duktus epididimidis terbagiatas tiga segmen, yaitu: kaput, korpus dan kauda. Lumen epididimidis ditutupi oleh epitel silindrisbanyak baris dengan ketebalan yang bervariasi. Diameter duktus epididimidis terbesar ditemukan padabagian kauda (324,2625,79 m), sedangkan lapisan epitel yang paling tebal (62,214,21 m) ditemukanpada kaput epididimidis dan semakin menurun pada korpus (49,533,01 m) dan kauda (16,302,27m). Kepadatan spermatozoa tertinggi ditemukan di lumen kauda epididimidis. Dapat disimpulkanbahwa terdapat kemiripan struktur histologi dan histomorfometri tubuli seminiferi testis dan duktusepididimidis muncak dengan ruminansia kecil dan Cervidae lainnya pada periode ranggah keras.

    Kata kunci: muncak, testis, epididimis, histologi, histomorfometri

    ABSTRACT

    The objective of this study was to describe the histology and histomorphometry of testis and epididymisof muntjac (Muntiacus muntjak muntjak) during hard antler period. The tissues of the testis and epididymisof an adult male muntjac were processed for histological examination and stained with haematoxylin-eosine (HE). The parenchyma of muntjacs testis during hard antler period showed tubuli seminiferi waslined with germinal epithelium: spermatogonia, spermatocyte, spermatid that differentiated intospermatozoa. Sertoli cells were found among the germinal cells. In addition, Leydig cells were foundaround the blood vessel of interstitial tissue along with macrophages. Diameter of the seminiferous tubuleand epithelial thickness were 176,607,06 m and 50,273,62 m respectively. The epididymal duct wassubdivided into three segments: caput, corpus and cauda. They were lined predominantly withpseudostratified columnar epithelium which was varied in its thickness. The largest diameter of epididymalduct was found in cauda region (324,2625,79 m), while caput epididymidis had the thickest of epithelialcell (62,214,21 m) and tended to ce thinner in corpus (49,533,01 m) and cauda epididymidis(16,302,27m). The density of spermatozoa was observed the most in the lumen of cauda region comparedto caput and corpus epididymidis. In conclusion, the structure of histology and histomorphometry of theseminiferous tubule of testis and epididymal duct of muntjac were similar with small ruminants andother Cervidae during hard antler period.

    Keywords: muntjac, testis, epididymis, histology, histomorphometry

    Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 211-219ISSN : 1411 - 8327

  • 212

    PENDAHULUAN

    Muncak (Muntiacus muntjak muntjak)dikenal dengan barking deer, merupakan salahsatu sub spesies Muntiacus muntjak atauIndian Muntjac tersebar di Pulau Jawa danSumatera bagian selatan. Selain M.m.muntjak,terdapat lima sub spesies lainnya yang tersebardi sebagian besar kepulauan Indonesia, yaitu:M.m. bancanus (Bangka dan Belitung), M.m.montanus (Sumatera bagian barat dan utara),M.m. nainggolani (Bali dan Lombok), M.m.pleicharicus (Kalimantan, Bawal, Matasiri, danJawa), dan M.m. robinsoni (Kepulauan Riau danLingga) (Maryanto et al., 2008). Seluruh subspesies muncak tersebut telah dilindungi, sepertiyang tercantum di dalam Daftar LampiranPeraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 7 tahun 1999, sejak tanggal 27 Januari1999 (PHKA 2004). Walaupun belum ada datapasti mengenai populasi muncak di habitat insitu maupun ex situ, diduga populasinya di alamsemakin menurun, seperti yang terjadi padaspesies satwa liar Indonesia lainnya. Eksploitasihutan secara berlebihan serta alih fungsi hutanuntuk lahan pertanian dan perkebunanmengakibatkan habitat satwa semakinberkurang.

    Informasi mengenai biologi reproduksimuncak saat ini masih terbatas pada spesiesMuntiacus reveesi spp. atau muncak revees(Chapman dan Chapman, 1982; Chapman danHarris, 1991; Pei et al., 2009). Penelitian padaspesies M. muntjak lebih difokuskan padagambaran kromosom, taksonomi, danfilogenetiknya (Ma et al., 1986; Tanomtong etal., 2005). Keterbatasan informasi mengenaibiologi reproduksi pada M. muntjak, khususnyasub spesies yang hidup di Indonesia, menjadialasan penting dilakukannya penelitian ini.Namun demikian, penelitian awal pada subspesies ini telah dilaporkan, yaitu kajiantentang morfologi dan morfometri pertumbuhanranggah velvet (Wahyuni et al., 2011). Di sisilain, data yang berhubungan dengan aspekreproduksi pada beberapa spesies rusa familiCervidae yang hidup di Indonesia telahdilaporkan, di antaranya tentang karakteristikranggah rusa timor (Cervus timorensis)(Semiadi, 1997), penentuan masa aktifreproduksi rusa timor jantan (Handarini et al.,2004), dan pertumbuhan ranggah pada rusabawean (Axis kuhlii) (Semiadi et al., 2003).

    Secara fungsional testis merupakan organutama dari sistem reproduksi jantan yang

    berperan penting dalam spermatogenesis dansteroidogenesis. Spermatogenesis berlangsungpada lapisan epitel tubuli semeniferi testis untukmenghasilkan spermatozoa, sedangkansteroidogenesis berlangsung di sel-sel Leydigjaringan interstisial testis untuk mensintesishormon steroid jantan, androgen (Senger, 2005).Ada tiga tipe sel germinal pada lapisan epiteltubuli seminiferi, yaitu: spermatogonia,spermatosit, dan spermatid (Frana et al., 1999;Wrobel dan Bregmann, 2006).

    Epididimis merupakan saluran spermatozoayang panjang dan berbelit, terbagi atas kaput,korpus, dan kauda epididimidis, melekat eratpada testis dan dipisahkan oleh tunika albugenia(Dyce et al., 1996). Organ tersebut berperanpenting pada proses absorpsi cairan yang berasaldari tubuli seminiferi testis, pematangan,penyimpanan dan penyaluran spermatozoa keduktus deferens sebelum bergabung denganplasma semen dan diejakulasikan ke dalamsaluran reproduksi betina (Wrobel danBregmann, 2006). Sejauh ini gambaran histologitestis dan epididimis rusa timor telah dilaporkanoleh Handarini (2006); Moonjit danSuwanpugdee (2007), namun struktur histologidan histomorfometri testis dan epididimis padamuncak belum dilaporkan.

    Pada Cervidae jantan, performa reproduk-sinya berhubungan erat dengan siklus ranggah.Pertumbuhan ranggah dipengaruhi olehkonsentrasi androgen (testosteron), dengankonsentrasi tertinggi ditemukan pada perioderanggah keras. Pada periode tersebut sebagianbesar Cervidae menunjukkan peningkatanaktivitas reproduksi seperti spermatogenesisyang dapat diketahui dari jumlah spermatozoapada kauda epididimidis. Sebaliknya padaperiode ranggah velvet, terjadi penurunanaktivitas reproduksi akibat rendahnyakonsentrasi testosteron. Perbedaan strukturhistologi dan histomorfometri jaringan testis danepididimis juga terjadi pada kedua perioderanggah tersebut (Monfort et al., 1993).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuistruktur histologi dan histomorfometri testis danepididimis muncak yang diamati pada perioderanggah keras, dan selanjutnya dikomparasikandengan hewan jantan lainnya. Data yangdiperoleh digunakan sebagai acuan untukmengetahui apakah terdapat perbedaanstruktur histologi dan histomorfometri keduaorgan tersebut pada periode ranggah velvet.Manfaat dari penelitian ini adalah untukmemberikan data awal mengenai struktur

    Wahyuni et al Jurnal Veteriner

  • 213

    histologi dan histomorfometri testis danepididimis yang dapat digunakan padapenelitian aspek reproduksi muncak berikutnya.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan seekor muncakjantan dewasa berumur 2-4 tahun dengan bobotbadan 19 kg dan berada pada periode ranggahkeras. Muncak penelitian diperoleh dariKabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan ijintangkap berdasarkan Surat Keputusan MenteriKehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 23/Menhut-II/2011.

    Pembuatan Preparat HistologiSetelah proses anastesi dan exanguinasi,

    dilakukan laparotomi untuk mengeluarkanorgan testis dan epididimis dari ruang inguinal.Organ tersebut selanjutnya difiksasi dalamlarutan paraformaldehid 4% selama 10 hari,kemudian dipindahkan ke alkohol 70% sebagaistopping point. Jaringan testis dan epididimisdipotong menjadi beberapa bagian kecilberukuran 1 x 1 x 1 cm3, dengan pembagiandaerah sampling sebagai berikut: 1) jaringanparenkim testis, 2) kaput epididimidis, 3) korpusepididimidis, dan 4) kauda epididimidis. Tahapberikutnya adalah pembuatan sediaan histologiyang dimulai dengan proses dehidrasi jaringantestis dan epididimis dalam larutan alkoholkonsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%,dan absolut), silol, infiltrasi di dalam parafin cairdan penanaman (embedding) jaringan dalamparafin, dilanjutkan dengan blocking, sectioningdengan ketebalan sayatan 3-4 m. Hasil sayatandiwarnai dengan pewarna hematoksilineosin(HE) (Kiernan, 1990). Sediaan yang telahdiwarnai diamati menggunakan mikroskopcahaya yang dilengkapi dengan kamera padaperbesaran objektif 10 kali dan 40 kali.

    Histomorfometri Tubuli Seminiferi danEpididimis

    Pengamatan dan pengukuran histomorfo-metri tubuli seminiferi dan epididimis dilakukanterhadap beberapa sediaan histologi yangmemperlihatkan potongan melintang dari 30tubuli seminiferi testis dan 10 duktusepididimidis per bagian kaput, korpus dankauda. Pengamatan dan pengukuran meng-gunakan mikroskop cahaya dengan perbesaranobjektif 10 kali. Adapun peubah histomorfometritestis yang diukur meliputi: diameter tubuli

    seminiferi dan ketebalan lapisan sel epitelgerminal yang diukur dari membran basalsampai adluminal tubuli seminiferi testis.Parameter pengukuran untuk duktusepididimidis adalah: diameter duktus danketebalan lapisan epitel tanpa stereosilia dikaput, korpus dan kauda epididimidis (Arrighiet al., 2010). Untuk mengukur seluruhparameter tersebut, digunakan program imageanalyzer Image J (Mc Master BiophotonicFacility).

    Analisis DataData histologi jaringan testis dan ketiga

    bagian epididimis dianalisis secara deskriptif,sedangkan data histomorfometri dari beberapaparameter pengukuran tubuli seminiferi danepididimis ditabulasikan dalam bentuk rataan simpangan baku (SB).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Histologi TestisStruktur histologi jaringan testis muncak

    pada periode ranggah keras secara umum miripdengan struktur jaringan testis padaruminansia lain, seperti kerbau (Arrighi et al.,2010); kambing (Frana et al., 1999); elds deer,Cervus eldi thamin (Monfort et al. 1993) danrusa timor, Cervus timorensis (Handarini, 2006;Moonjit dan Suwanpugdee, 2007). Prosespembentukan spermatozoa (spermatogenesis)berlangsung di lapisan epitel germinal yangmembentuk beberapa lapis sel mulai darimembran basal tubuli hingga ke bagianadluminal tubuli. Proses diferensiasi danmaturasi sel-sel epitel germinal menghasilkanspermatid yang dilepaskan ke lumen tubulimelalui proses spermiasis dalam bentukspermatozoa (Rosenfeld, 2007). Secara histologi,tubuli seminiferi muncak terdiri atas tigakomponen utama, yaitu: lamina propria, selSertoli (sel somatis), dan sel-sel epitel germinalyang terdiri atas: spermatogonia, spermatosit,dan spermatid (Gambar 1). Spermatogoniaterletak di membran basal tubuli dengan intisel bergranul kromatin dengan ukuranbervariasi. Spermatogonia terbagi atasspermatogonia A dan B. Spermatogonia A berintilebih pucat dengan struktur kromatin tipis danmenyebar, sedangkan spermatogonia B berintilebih gelap dengan struktur kromatin padat.Pada lapisan berikutnya terdapat selspermatosit (primer dan sekunder) dengan

    Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 211-219

  • 214

    jumlah yang lebih banyak, terutamaspermatosit primer dengan ukuran sel yanglebih besar dibandingkan sel spermatogonia.Namun, keberadaan sel spermatosit sekunderjarang ditemukan pada saat pengamatan karenaproses diferensiasi sel spermatosit primermenjadi sel spermatosit sekunder berlangsungcepat (Dreef et al., 2007).

    Sel berikutnya adalah sel spermatid yangberbentuk bulat (round spermatid) danmemanjang (elongated spermatid) denganstruktur kromatin padat yang terwarnai lebihgelap dibandingkan inti sel lainnya. Pada lumentubuli terdapat sel spermatozoa non motil daninfertil, bercampur dengan cairan testis. Cairanini mengandung berbagai substansi seperti:glikoprotein, gliserofosforil kolin, androgenbinding protein (ABP), dan inhibin (Wrobel danBregmann, 2006). Proses diferensiasi spermatidmenjadi spermatozoa dapat diamati dengan jelasmelalui pewarnaan periodic-acid Schiff (PAS)yang bermanfaat untuk menentukan jumlahtahapan diferensiasi yang terjadi mulai darispermatid bulat hingga menjadi spermatidpanjang dan akhirnya menjadi spermatozoa(Dreef et al., 2007; Nakai et al., 2004).

    Sel Sertoli atau sustentacular cells terletakdi antara sel-sel epitel germinal, denganpenjuluran sitoplasma mulai dari membranbasal sampai mendekati lumen tubuli(adluminal) (Gambar 1B). Inti sel Sertoliberbentuk oval dengan anak inti yang terlihatjelas, berwarna lebih pucat dibandingkan intisel germinal dan terletak di membran basal. Sellain yang dapat diamati adalah sel peritubularyang termasuk tipe sel kontraktil dan terletakdi lamina basalis tubuli seminiferi. Selain itusel peritubular juga terdapat di lamina basalisrete testis, duktus eferens, dan duktusepididimidis. Kontraksi sel tersebutmengakibatkan spermatozoa berpindah daritubuli seminiferi menuju duktus epididimidis(Egger dan Witter, 2009).

    Jaringan interstisial (intertubuli seminiferi)merupakan jaringan ikat longgar dengan selfibroblas dan sel fibrosit. Pada jaringaninterstisial tersebut juga terdapat sel Leydig dansel-sel endotel dinding buluh darah. Sel Leydigmerupakan sel polimorf yang berkelompok disekitar buluh darah, dengan inti sel berbentukpolihedral, sedangkan inti sel fibroblas danfibrosit berbentuk lebih lonjong. Jaringan ikatlonggar inter tubuli seminiferi testis muncakdiduga tersusun atas serabut retikuler yang sulitdibedakan dengan serabut kolagen pada

    pewarnaan histologi standar (HE). Tipe serabutretikuler merupakan serabut kolagen individual(kolagen tipe III) yang dilapisi oleh proteoglikandan glikoprotein, yang dapat diidentifikasidengan pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS),silver impregnations tertentu (Wrobel danBregmann, 2006) dan pewarnaan histokimialektin.

    Histomorfometri Tubuli Seminiferi Testis Rataan diameter tubuli seminiferi testis

    adalah 176,607,06 m, sedangkan tebal lapisanepitel tubuli adalah 50,27 3,62 m. Diametertubuli seminiferi muncak pada periode ranggahkeras lebih kecil dibandingkan diameter tubuliseminiferi dari beberapa spesies Cervidae padaperiode ranggah yang sama, yaitu pada rusatimor: 271,129,7 m (Handarini, 2006), reddeer (Cervus elaphus): 180,08,5 m(Hochereau-de Reviers dan Lincoln, 1978, tetapilebih besar dibandingkan diameter tubuliseminiferi fallow deer (Dama dama): 143,1 m(Massanyi et al., 1999). Perbedaan diametertubuli antara muncak, rusa timor, dan red deerdiduga berkaitan dengan perbedaan lingkarskrotum, volume testis, postur tubuh, dan bobotbadan. Bobot rusa timor jantan berada padakisaran 48,0-86,9 kg, dengan lingkar skrotumdan volume testis pada periode ranggah kerasberturut-turut adalah: 20,210,91 cm dan187,8513,61 cm3 (Handarini et al., 2004),sedangkan bobot badan red deer adalah 91,5-104,6 kg (Hochereau-de Reviers dan Lincoln1978), namun ukuran lingkar skrotum danvolume testis tidak dilaporkan. Data tersebutmemperlihatkan bobot kedua spesies rusatersebut jauh di atas bobot muncak jantandewasa (17,0-19,5 kg).

    Peningkatan diameter tubuli seminiferi dariperiode ranggah velvet ke periode ranggah kerasadalah 36,49% pada rusa timor (Handarini,2006), dan 31,39% pada red deer (Hochereau-deReviers dan Lincoln, 1978). Data tersebutmemperlihatkan bahwa perbedaan diametertubuli pada Cervidae tersebut tidak hanyaterjadi pada spesies yang hidup di wilayahberiklim sedang, tetapi dilaporkan pula padarusa timor yang hidup di wilayah beriklimtropis. Perbedaan konsentrasi testosteron padasetiap periode ranggah merupakan faktor yangmemengaruhi aktivitas spermatogenesis ditubuli seminiferi testis. Akibatnya, terjadiperbedaan komponen sel germinal tubuli danhistomorfometri jaringan testis pada keduaperiode ranggah tersebut (Loudon dan Curlewis

    Wahyuni et al Jurnal Veteriner

  • 215

    Gambar 1. Struktur histologi testis muncak. A.Jaringan parenkim testis terdiri atas: tubuliseminiferi (TS) yang dipisahkan oleh jaringaninterstisial (JI) dan dibungkus oleh tunikaalbugenia (TA) dengan buluh darah (Bd). B. InsetA: lumen tubuli (L), sel-sel epitel tubuliseminiferi testis: spermatogonia A(SgA);spermatogonia B (SgB); spermatosit (Sps);spermatid elongated (Std(e)); inti sel Sertoli (Sr).dan sel peritubular (Pt) di membran basal tubuli.Sel Leydig (Ld) di sekitar buluh darah (Bd)tersebar di jaringan interstisial. Skala A: 100m; B: 30 m.

    Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 211-219

    Gambar 2. Histologi epididimis muncak. A.Kaput epididimidis; B. korpus epididimidis danC. kauda epididimidis. Duktus epididimidisdikelilingi oleh serabut otot polos (Sm) denganfibroblast (Fs) dan fibrosit (Fs). Duktusepididimidis dilapisi oleh sel epitel silindrisbanyak baris dengan stereosilia (Ss). Sel-selepitel duktus: principle cells (Pc); sel basal (Bc);sel apikal (Sa); limfosit (Lm); sel clear (Sc). Padalumen (L) terdapat spermatozoa (Sz). Skala A,B, dan C: 30 m.

    1988). Berbeda dengan Cervidae, diametertubuli seminiferi testis ruminansia dengan polareproduksi tidak bermusim seperti kambingkacang (153,3310,07m) dan domba lokal(155,9314,17 m), tidak mengalami perubahandengan produksi spermatozoa yang stabilsepanjang tahun (Noviana et al., 2000).

    Histologi Duktus EpididimidisPerbedaan struktur histologi antara

    komponen penyusun kaput, korpus, dan kaudaepididimidis yang meliputi ketebalan lapisanepitel, ketebalan lapisan otot polos, dan

  • 216

    keberadaan sel-sel limfosit dapat diamati denganjelas pada penelitian ini (Gambar 2). Kaputepididimidis merupakan bagian proksimal dariduktus epididimidis dan sebagai lanjutan dariduktus eferens. Pada sayatan melintang, duktusepididimidis tersusun atas lapisan epitelsilindris banyak baris yang dikelilingi olehjaringan ikat longgar dan lapisan otot polossirkular (Gambar 2A). Lumen kaputepididimidis berisi spermatozoa yang berasaldari tubuli seminiferi dan duktus eferens.Beberapa tipe sel ditemukan pada lapisanepitelnya, yaitu principle cells (PC) denganstereosilia, sel basal di bagian membran basaldengan ukuran inti sel yang bervariasi, dansel-sel limfosit di antara PC. Menurut Primianiet al., (2007), PC berstereosilia merupakan seldengan populasi terbanyak dibandingkan tipesel lainnya, hal tersebut juga diamati padalapisan epitel duktus epididimidis muncak.Selain sel-sel tersebut masih ada beberapa tipesel lain, yaitu: sel halo, sel clear, sel apikal,monosit, dan makrofag (Ahmed et al., 2009). Selhalo merupakan sel imun yang tergolong limfositatau monosit (Serre dan Robaire, 1999). Namun,pada pewaraan HE yang digunakan padapenelitian ini, beberapa tipe sel tersebut sulitdiidentifikasi, kecuali dengan metode pewarnaanmenggunakan marker spesifik untuk tipe sel-sel imun, seperti marker untuk limfosit T helperdan cytotoxic, dan limfosit B, selain itu dapatpula digunakan metode pewarnaan toluidineblue dan preparasi jaringan epididimis untukdiamati dengan transmission electronmicroscope (TEM) (Yeung et al. 1994; Ahmed etal., 2009). Posisi inti PC pada duktus kaputepididimidis berdekatan dengan sel basal yangterdapat di membran basal. Beberapa ciri khaslainnya yang ditemukan pada kaputepididimidis, adalah: 1) lapisan epitel duktuslebih tebal dengan stereosilia yang lebih panjangdibandingkan dengan korpus dan kaudaepididimidis, 2) adanya sel-sel limfosit di antarasel epitel yang bermigrasi dari membran basalke lumen duktus, 3) spermatozoa masihbercampur dengan substansi yang berasal daritubuli seminiferi testis yang belum diserap olehsel epitel duktus eferen, dan 4) lapisan otot polossirkuler yang tipis di sekeliling duktus.

    Korpus epididimidis juga dilapisi oleh tipesel epitel yang sama dengan kaput epididimidis,namun posisi inti PC berada di bagian sentralsitoplasma dengan ukuran stereosilia yang lebihpendek (Gambar 2B). Kemiripan lainnya dengankaput epididimidis adalah keberadaan limfosit,

    Wahyuni et al Jurnal Veteriner

    dengan jumlah yang lebih banyak, baik yangsedang bermigrasi, maupun yang bercampurdengan spermatozoa di lumen epididimidis. Disekeliling duktus ditemukan lapisan otot polossirkular yang lebih tebal dibandingkan lapisanotot pada kaput epididimidis. Pada lumenditemukan spermatozoa dengan kepadatan yanglebih tinggi dibandingkan kaput.

    Karakteristik yang ditemukan pada kaudaepididimidis adalah lapisan otot polos sirkularyang paling tebal dibandingkan lapisan otot padakaput dan kauda epididimidis. Selain itu,ukuran PC dan stereosilianya paling pendekserta masih ditemukannya sel-sel limfosit,namun jumlahnya semakin berkurang.Diameter lumen duktus terbesar ditemukanpada bagian ini dan berisi spermatozoa dengankepadatan tertinggi untuk disimpan sebelumdisalurkan ke duktus deferens (Gambar 2C).

    Perbedaan struktur histologi yang diamatipada penelitian ini berkorelasi erat dengan fungsidari masing-masing bagian epididimis sebagaiorgan penyalur, pematang, dan penyimpanspermatozoa. Saat melewati kaput dan korpusepididimidis, spermatozoa mengalamiserangkaian perubahan morfologi dan fungsiserta mengalami proses maturasi, sehingga saatmencapai kauda epididimidis, spermatozoa telahmotil dan fertil (Wrobel dan Bregmann, 2006).Keberadaan PC dengan jumlah terbesar disepanjang duktus epididimidis, khususnya padabagian kaput dan korpus, berperan pada prosesabsorpsi cairan yang berasal dari tubuliseminiferi testis, serta sintesis dan sekresisubstansi yang diperlukan untuk maturasispermatozoa (Cooper, 1986).

    Proses absorpsi dan sekresi oleh PCberlangsung di bagian sel yang berhadapandengan lumen, bagian lateral dan basal sel diantara ruang interselular. Ruang interselulartersebut berbatasan dengan ruang perivaskulardari kapiler subepitel (Kumar et al., 1982).Setelah melalui proses maturasi di bagian kaputdan korpus, spermatozoa disimpan di lumenkauda epididimidis dengan diameter terbesar danlapisan epitel paling tipis (Gambar 2C). Strukturdemikian sangat sesuai bagi kauda epididimidissebagai saluran berbentuk kantong untukmenampung dan menyimpan spermatozoadalam jumlah besar sebelum disalurkan keduktus deferens menuju ampula.

    Histomorfometri Duktus EpididimidisPerbedaan histomorfometri ketiga bagian

    epididimis yang meliputi diameter duktus dan

  • 217

    tebal lapisan epitel disajikan pada Tabel 1.Diameter duktus epididimis muncak terbesaryang diamati pada periode ranggah keras,ditemukan pada kauda epididimidis, yaitu:324,2625,79 m. Ukuran tersebut lebih kecildibandingkan diameter duktus epididimidis rusatimor (386,5221,06 m) pada periode ranggahyang sama (Handarini, 2006).

    Ketebalan epitel yang melapisi duktusepididimidis pada bagian kaput adalah62,214,21 m. Ketebalan tersebut semakinberkurang pada korpus epididimidis, yaitu49,533,01m dan semakin menipis pada kaudaepididimidis, yaitu 16,302,27 m. Perbedaandiameter duktus dan lumen epididimidis sertaketebalan lapis epitelnya juga dilaporkan padakucing (Axner et al., 1999), cane rat (Olukoledan Obayemi, 2010), dan neotropical bats(Beguelini et al., 2010). Secara kualitatif,kepadatan spermatozoa yang terdapat di lumenketiga bagian epididimis juga bervariasi.Kepadatan spermatozoa tertinggi ditemukanpada kauda epididimidis, sedangkan terendahditemukan di lumen kaput epididimidis. Namun,parameter histomorfometri duktus epididimidispada rusa timor yang dilaporkan Handarini(2006) hanya terbatas pada kauda epididimidis,sedangkan kedua bagian kaput dan korpusbelum dilaporkan.

    Histomorfometri epididimis rusa timormenunjukkan perbedaan signifikan antaraperiode ranggah keras dan velvet. Diameterduktus kauda epididimidis rusa timor padaperiode ranggah keras, adalah: 386,5221,06m, sedangkan periode ranggah velvet adalah297,639,52 m, dengan peningkatan diametersebesar 29,87% (Handarini, 2006). Diametertersebut 19,2% lebih besar dibandingkandiameter kauda epididimidis muncak(324,2625,79 m) pada periode ranggah yangsama. Perbedaan signifikan dari parameterhistomorfometri epididimis juga dilaporkan padakerbau mediterania saat musim kawin dansebaliknya (Arrighi, 2010). Pada Cervidae dan

    mamalia lain dengan pola reproduksi musiman,histomorfometri komponen duktus epididimidismemperlihatkan perubahan sesuai periode aktifreproduksinya. Perubahan yang terjadi padakedua periode ranggah tersebut disebabkan olehperbedaan konsentrasi androgen (testosteron)dalam sirkulasi darah. Tingginya konsentrasitestosteron yang telah dikonversi oleh 5-reduktase menjadi dehidrotestosteron (DHT)pada periode ranggah keras, meningkatkanaktivitas duktus epididimidis yang ditandaidengan meningkatnya ukuran diameter kaput,korpus dan kauda epididimidis. Kondisi yangsama juga terjadi pada tubuli seminiferi testis(Kolasa et al., 2004). Periode aktif reproduksirusa timor juga ditandai dengan konsentrasitestosteron plasma yang tinggi, dan menurundrastis pada saat lepas ranggah dan ranggahvelvet (Handarini dan Nalley, 2008). Sejauhmana perbedaan histomorfometri komponenepididimis muncak pada periode ranggah kerasdan ranggah velvet dapat diketahui denganmelakukan kajian yang sama pada saat muncakberada pada periode ranggah velvet.

    SIMPULAN

    Secara umum, struktur histologi testis danduktus epididimidis muncak mirip denganruminansia kecil dan Cervidae lainnya.Histomorfometri tubuli seminiferi testis danduktus epididimidis muncak pada ranggah kerasmendekati ukuran testis dan duktusepididimidis pada Cervidae lainnya pada perioderanggah keras. Perbedaan bobot badan danukuran testis berpengaruh terhadaphistomorfometri tubuli seminiferi testis danduktus epididimidis. Untuk mengetahui adanyaperbedaan struktur histologi danhistomorfometri antara periode ranggah kerasdan ranggah velvet, perlu dibuktikan denganmelakukan studi yang sama saat muncakberada pada periode ranggah velvet.

    Tabel 1. Histomorfometri epididimis muncak pada periode ranggah keras

    Epididimidis Ukuran(m)

    Kaput Korpus Kauda

    Diameter duktus 269,561,88 202,098,36 324,2625,79Tebal lapis epitel 62,214,21 49,533,01 16,302,27

    Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 2: 211-219

  • 218

    SARAN

    Pemanfaatan metode pewarnaan histologiyang lebih spesifik seperti periodic acid Schiff,toluidine blue, dan histokimia lektin perludilakukan pada studi berikutnya untukmengetahui morfofungsi testis dan duktusepididimidis muncak secara histologi padaperiode ranggah keras dan ranggah velvet.Pengamatan ultrastruktur menggunakanmikroskop elektron transmisi untukmengidentifikasi tipe sel dan komponenpenyusun kaput, korpus, dan kauda epididimidisperlu dimanfaatkan.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terima kasih disampaikan kepada:1) Kementerian Kehutanan Republik Indonesiaatas pemberian ijin penggunaan muncak untukpenelitian eksplorasi ini, 2) Balai KonservasiSumber Daya Alam Jawa Tengah, dan 3) BalaiBesar Sumber Daya Alam Jawa Barat atasdukungan dan kerjasamanya dalam penyediaanmuncak untuk penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmed MH, Sabry SM, Zaki SM, El-Sadik AO.2009. Histological, immunohistochemicaland ultrastructural study of the epididimisin the adult albino rat. Aus J Basc App Sci3(3): 2278-2289.

    Arrhigi S, Bosi G, Groppetti D, Cremonesi F.2010. Morpho- and histometric evaluationson the testis and epididymis in buffalo bullsduring the different reproductive season.Open Anat J 2: 29-33.

    Axner E, Malmqvist M, Linde-Forsberg C,Rodriguez-Martinez H. 1999. Regionalhistology of ductus epididymidis in thedomestic cat. J Reprod Dev 45: 151-160.

    Beguelini MR, Sergio BFS, Leme FLJ, TabogaSR, Morielle-Versute E. 2010. Morphologicaland morphometric characteristix of theepididymis in the neotropical bats Eumopsglaucinus and Molossus molossus(Chiroptera: Molossidae). ChiropteraNeotropical 16(2): 769-779.

    Chapman DI, Chapman NG. 1982. The antlercycle of the adult Reeves muntjak. ActTheriol 27: 107-114.

    Chapman NG, Harris S. 1991. Evidence thatseasonal antler cycle of adult Reevesmuntjak (Muntiacus reevesi) is notassociated with reproductive quiescence. JReprod Fert 92: 361-369.

    Cooper TG. 1986. Epididymis: SpermMaturation and Fertilisation. Berlin:Springer-Verlag.

    Dreef. HC, van Esch E, de Rijk EPCT. 2007.Spermatogenesis in cynomolgus monkey(Macaca fascicularis): a practical guide forroutine morphological staging. ToxicolPathol 35: 395-404.

    Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 1996. TextBook of Veterinary Anatomy. 2nd Ed.Philadelphia: WB. Saunders.

    Egger GF, Witter K. 2009. Peritubularcontractile cells in testis and epididymis ofthe dog, Canis lupus familiaris. Act Vet Brno78: 3-11.

    Frana LR, Becker-Silva SC, Chiarini-Garcia H.1999. The length of the cycle of seminiferousepithelium in goats (Capra hircus). Tissue& Cell 31(3): 274-280.

    Handarini R, Nalley WMM, Semiadi G,Agungpriyono S, Subandriyo, PurwantaraB, Toelihere MR. 2004. Penentuan masaaktif reproduksi rusa timor jantan (Cervustimorensis) berdasarkan kualitas semendan tahap pertumbuhan ranggahnya. Bogor:Puslitbang Peternakan.

    Handarini R. 2006. Dinamika aktivitasreproduksi berkaitan dengan tahappertumbuhan ranggah rusa timor (Cervustimorensis) jantan dewasa [disertasi].Bogor: Institut Pertanian Bogor.

    Handarini R, Nalley WMM. 2008. Profil hormontestosteron rusa timor (Cervus timorensis)jantan dalam satu siklus ranggah. MedKonserv 13: 1-7.

    Hochereau-de Reviers MT, Lincoln GA. 1978.Seasonal variation in the histology of thetestis of the red deer, Cervus elaphus. JReprod Fert 54: 209-213.

    Kiernan JA. 1990. Histological & HistochemicalMethods: Theory & Practice. 2ndEd.England: Pergamon Pr.

    Kolasa A, Marchlewicz M, Wenda-Rozewicka L,Wiszniewska B. 2004. Morpology of the testisand the epididymis in rats withdihydrotestosterone (DHT) deficiency. AnnAc Med Biol Proceed 49: 117-119.

    Wahyuni et al Jurnal Veteriner

  • 219

    Kumar TCA, Prakash A, Prasad MRN. 1982.Ultrastructural features of the principal cellin the epididymis of the rhesus monkey. JBio Sci 4(4): 469-479.

    Loudon ASI, Curlewis JD. 1988. Cycles of antlerand testicular growth in an aseasionaltropical deer (Axis axis). J Reprod Fert 83:729-738.

    Ma S, Wang Y, Xu L. 1986. Taxonomic andphylogenetic studies on the genusMuntiacus. Act Theriol Sin 3: 190-209.

    Maryanto I, Achmadi AS, Kartono AP. 2008.Mamalia dilindungi perundang-undanganIndonesia. Prijono SN, Noerdjito M (Ed).Cibinong: LIPI Pr.

    Massanyi P, Lukac N, Hluchy S, Slamecka J,Jurcik R, Toman R, Kovacik J. 1999.Seasonal variation in the metric analysis ofthe testis and epididymis in fallow-deer(Dama dama). Fol Vet 43: 67-70.

    Monfort SL. Brown JL, Bush M, Wood TC,Wemmer C, Vargas A, Williamson LR,Montali RJ, Wildt DE. 1993. Circannualinter-relationship among reproductivehormones, gross morphometry, behavior,ejaculate characteristic and testicularhistology in elds deer stags (Cervus eldithamin). J Reprod Fert 98: 471-480.

    Moonjit P, Suwanpugdee A. 2007. Histologicalstructure of testis and ductus epididymis ofrusa deer (Cervus timorensis). Kasetsart JNat Sci 41: 86-90.

    Nakai M, Van Cleeff JK, Bahr JM. 2004. Stagesand duration of spermatogenesis in thedomestic ferret (Mustela putorius furo).Tissue & Cell 36: 439-446.

    Noviana C, Boediono A, Wresdiyati T. 2000.Morfologi dan histomorfometri testis danepididimis kambing kacang (Capra sp) dandomba lokal (Ovis sp). Med Vet 7(2): 12-16.

    Olukole SG, Obayemi TS. 2010.Histomorphometry of the testis andepididymis in the domestic adult Africangreat cane rat (Thryonomys swinderianus).Int J Morphol 28(4): 1251-1254.

    Pei KJ, Foresman K, Liu BT, Hong LH, Yu JYL.2009. Testosterone levels in male FormosanRevees muntjac: uncoupling of thereproduction and antler cycles. Zool Stud48: 120-124.

    [PHKA]. 2004. Peraturan Perundang-undanganBidang Perlindungan Hutan danPelestarian Alam. Jakarta: SekretariatDirjen PHKA Departemen Kehutanan.

    Primiani N, Gregory M, Dufresne J, Smith C,Liu YL, Bartles JR, Cyr DG, Hermo LM.2007. Microvillar size and espin expressionin principal cells of the rat epididymis areregulated by androgens. J Androl 28: 659-669.

    Rosenfeld CS. 2007. Overview of MaleReproductive Organs. In Schatten H,Constantinescu GM. (Ed). ComparativeReproductive Biology. New York:Blackwell.

    Semiadi G. 1997. Karakteristik ranggah padarusa timorensis (Cervus timorensis).Biota II: 82-87.

    Semiadi G, Subekti K, Sutama IK, Masyud B,Affandi L. 2003. Antlers growth ofendangered and endemic bawean deer (Axiskuhlii Muller and Chlegel,1842). J ZoolTreub 33: 89-95.

    Senger PL. 2005. Pathways to Pregnancy andParturition. 2nd edition. Washington:Current Conception,

    Serre V, Robaire B. 1999. Distribution of immunecells in tehe epididymis of the ageing brownnorway rat is segment-spesific and relatedto the luminal content. Biol Reprod 61: 705-714.

    Tanomtong A, Chaveeragh A, Phanjun G,Kaensa W, Khunsook S. 2005. New recordsof chrosomal features in indian muntjacs(Muntiacus muntjak) and feas muntjacs (M.feae) of thailand. Cytologia 70(1): 71-77.

    Wahyuni S, Agungpriyono S, Agil M, Yusuf TL.2011. Morfologi dan morfometripertumbuhan ranggah velvet muncakjantan (Muntiacus muntjak muntjak). J KedHewan 5(1): 17-22.

    Wrobel KH, Bergmann M. 2006. MaleReproductive System. In Eurell JA,Frappier B. (Ed). Dellmans TextbookVeterinary Histology. Iowa: Blackwell.

    Yeung CH, Nashan D, Sorg C, Oberpenning F,Schulze H, Nieschlag E, Cooper TG. 1994.Basal cells of the human epididymis-antigenic and ultrastructural similaritiesto tissue-fixed macrophages. Biol Reprod 50:917-926.

    Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 211-219