6. Semalam Di Desa Putih - M Alan Zakiya

5
Semalam di Desa Putih Ustadz Hisyam, begitulah masyarakat kampung Sogo memanggilnya. Beliau adalah tulang punggung dan satu-satunya orang yang memiliki pengetahuan agama yang sangat baik dikampungnya, kurang lebih seperti itu. Ya, study pesantrennya sudah melang-lang buwana khususnya disekitar Jawa Timur. Sudah tidak ada yang meragukan keilmuannya. Ibadahnya bisa disebut wali masakini. Malamnya tak pernah lepas dari tahajjut dan bermunajat kepada Allah. Paginya bernduha dan bertafakkur. Beliau juga memiliki madrasah diniyyah yang dipegang sendiri, juga selalu mengisi tausiah setiap hari sabtu dan ahad pagi. “Jo, nek aku lihat sejak pertama kali ustadz hisyam datang, memang secara sepiritual kampung kita meningkat jauh. Harapanku, gus Hisyam selain pinter ilmu agama, beliau juga oerang yang berpendidikan, seharusnya beliau ...” “Harusnya beliau juga mempebaiki tatanan masyarakat dan perekonomian desa kita, begitu maksudmu?” belum selesai karso ngomong, parjo sudah memotongnya. “ya, begitu maksudku.” “Ya begitulah, selama ini hasil pertanian desa kita cuma begitu-begitu saja, tidak ada inovasi-inovasi untuk membuat sesuatu yang baru. Bahkan akhir-akhir ini, untuk mendapatkan air bersihpun, kita mulai kesulitan. Karena sungai yang kotor. Pak Karim selaku kepala desapun tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Yang diurusi cuma urusan yang berbau pemerintah” Karso menjelaskan panjang lebar. “Lah, kamu tau sendiri, kades kita itu orangnya keras kepala, gak bisa diomongi, apalagi dibantah dan disalahkan tindakannya, bisamati kita !. sudah sepeti zaman pak Harto saja” jawab Parjo sekenanya. Ia kembali nyeruput kopi yang ada didepannya itu. “La kita harus bagaimana?” “Giman kalau kita bicarakan ini dengan ustadz Hisyam?” Karso menanggapi. “Hussss, ngawur. Kamu berani mendiskusikan ini dengan ustadz Hisyam?, beliau sudah sangat disibukkan dengan ubudiyahnya, kasta kita pun berbeda, beliau orang alim pasti

description

cerpen

Transcript of 6. Semalam Di Desa Putih - M Alan Zakiya

Semalam di Desa PutihUstadz Hisyam, begitulah masyarakat kampung Sogo memanggilnya. Beliau adalah tulang punggung dan satu-satunya orang yang memiliki pengetahuan agama yang sangat baik dikampungnya, kurang lebih seperti itu. Ya, study pesantrennya sudah melang-lang buwana khususnya disekitar Jawa Timur. Sudah tidak ada yang meragukan keilmuannya. Ibadahnya bisa disebut wali masakini. Malamnya tak pernah lepas dari tahajjut dan bermunajat kepada Allah. Paginya bernduha dan bertafakkur. Beliau juga memiliki madrasah diniyyah yang dipegang sendiri, juga selalu mengisi tausiah setiap hari sabtu dan ahad pagi.Jo, nek aku lihat sejak pertama kali ustadz hisyam datang, memang secara sepiritual kampung kita meningkat jauh. Harapanku, gus Hisyam selain pinter ilmu agama, beliau juga oerang yang berpendidikan, seharusnya beliau ...Harusnya beliau juga mempebaiki tatanan masyarakat dan perekonomian desa kita, begitu maksudmu? belum selesai karso ngomong, parjo sudah memotongnya. ya, begitu maksudku.Ya begitulah, selama ini hasil pertanian desa kita cuma begitu-begitu saja, tidak ada inovasi-inovasi untuk membuat sesuatu yang baru. Bahkan akhir-akhir ini, untuk mendapatkan air bersihpun, kita mulai kesulitan. Karena sungai yang kotor. Pak Karim selaku kepala desapun tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Yang diurusi cuma urusan yang berbau pemerintah Karso menjelaskan panjang lebar.Lah, kamu tau sendiri, kades kita itu orangnya keras kepala, gak bisa diomongi, apalagi dibantah dan disalahkan tindakannya, bisamati kita !. sudah sepeti zaman pak Harto saja jawab Parjo sekenanya. Ia kembali nyeruput kopi yang ada didepannya itu.La kita harus bagaimana? Giman kalau kita bicarakan ini dengan ustadz Hisyam? Karso menanggapi.Hussss, ngawur. Kamu berani mendiskusikan ini dengan ustadz Hisyam?, beliau sudah sangat disibukkan dengan ubudiyahnya, kasta kita pun berbeda, beliau orang alim pasti pemikirannya berbedadengan kita. Aku tidak yakin beliau mau menanggapi peraduan kita. Parjo menghisap rokok yang baru dinyalahkannya itu. Seperti biasa, dia bersikap dingain.Kalau dipikir-pikir, ya juga sih. Kamu ingat kejadian minggu lalu? Waktu itu mas Rafi nyamberi ustadz Hisyam untuk meminta sumbangan dana dan tenaganya untuk kerja bakti. Tapi ustadz Hisyam hanya memberi sumbangan dana dan melanjutkan sholat duhurnya. Ya, walaupun saat itu beliau menolaknya dengan sopan.###Malam berlalu seperti biasanya, setelah mengajar di madin, ustadz Hisyam langsung menuju kamarnya untuk tidur. Tiba-tiba ustadz Hisyam seolah terbangun mendengar suara gaduh seperti suara alat-alat berat. Beliau keluar untuk melihat apa yang terjadi. Perlahan dibukanya pintu dan dilihat ada secerah cahaya yang begitu terang, sehingga membuatnya harus menyipitkan mata, mengilaukan. Ustadz Hisyam mencari dari mana asal suara gaduh tersebut. Tapi apa yang beliau dengar tak seperti apa yang dilihatnya. Tidak ada sama sekali alat berat disana, yang ada hanyalah segerombolan orang berpakaian serba putih, wora-wiri entah sedang mengerjakan apa.Sugkhanallah, sebenarnya tempat apa ini? Ada dimana aku sebenarnya? Tadi terdengar suara gaduh, tapi setelah aku tengok, ternyata tidak ada apa-apa. Setelah aku keluar banyak sekali orang-orang berpakaian serba putih entah sedang apa. Suasana pun begitu tentram, langit begitu cerah, penuh cahaya seperti di surga. Ustadz Hisyam terus berjalan melewati orang-orang berpakaian putih tersebut sambil mengamati keadaan sekitar. Seperti pasar , kata dalam hati. Tapi kenapa harus berpakaian serba putih?.Langkahnya terhenti ketika ada seorang kakek tua menghampirinya, seraya berkata sampeyan orang baru disini? Tak usah bingung. Pasti sampeyan bertanya-tanya, mengapa mereka berpakaian serba putih. Yah, walau putihnya tak seputih awan dan juga tak jarang baju yang dikenakan lucek seperti yang saya pakai ini ustadz Hisyam hanya bisa diam sambil tak henti-hentinya beliau mengamati suasana sekitar. Kalau sampeyan ingin tau tentang desa ini, pergilah ke surau kyai Soleh Sadud. Tapi beliau dikenal dengan nama pak Joko oleh masyarakat sini. Hanya orang tertentu saja yang tau nama aslinya. Suraunya ada di seberang sungai 250 m setelah jalan lurus dari pasr ini. Jika sampai sudah melihat dua bringin kembar, setelah menyebrang sungai. Sampeyan akan melihat surau kecil. Nak disitu lah biasnya pak Joko tinggal.Singkat cerita, ustadz Hisyam pun sampai di depan beringin kembar. Tetapi terlihat suasana surau begitu ramai, seperti ada sesuatu pengajian. Ssetelah berpikir panjang, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk nimbrung ngaji kuping bersama bapak-bapak disitu. Sebagian yang mengetahui keberadaannya, menoleh dan memberi senyum sumringah, tanda mereka menerima kedatangannya. Terlihat dua puluhan orang yang menghadiri pengajian itu.Seperti yang difirmankan allah SWT , yang berbunyi : Tidak lah aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadakuUstadz Hisyam mulia mendengarkan dalil, yang sebenarnya tak asing lagi baginya.Kami sebagai manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah (menyembah) kepadanya. Ibadah niki dibagi dadi kaleh, pertama ibadah mahdoh atau hablum minallah (sesuatu yang berhubungan dengan allah). Kapeng kaleh niku ibadah ghoiru mahdoh atau hablum minannas (sesuatu yang berhubungan dengan manusia). Seperti utang piutang, ridho manusia, memaafkan, iklah dll. Hablum minannas ini adalah yang paling sulit. Karena kita harus nyuwon iklase kepada manusia yang lain. Ada sebuah dalil yang menjelaskan bahwa, jika saja dosa seluruh umat manusia dipadang mahsar dikumpulkan jadi satu, kepada satu orang. Niscaya allah akan mengampuninya. Karena allah maha pemurah dan maha pengampun. Tapi, tanggunganmu bukan Cuma padaku (Allah). Mintalah ridha pada manusia yang masih punya sangkut paut padamu. Ustadz Hisyam semakin seksama mensengarkan tausyiah pak Joko terlebih ketika masuk sesi akhir.Dan sebenarnya ada satu lagi yang sering dilupakan oleh manusia pak joko berbicara dengan nada serius membuat suasana menjadi hening.Hablum minal alam, seringkali kita rajin memperbaiki hal ubudiyah dengan terus menerus beribadah kepada allah. Sangat menghati-hati dalam bertingkahlaku guna mempebaiki relasi kita dengan manusia. Tapi kita seringkali luput untuk memperbaiki tempat dimana kita kinggal. Sampah berserakan diman-mana sehingga membuat sungai kita kotor dan bau. Tanah kita dipupuk dengan sampah-sampah plastik. Kerusakan diman-mana dan kita diam saja melihat alam kita rusak? kata-kata pak Joko tadi seolah-olah membuat ustadz Hisyam sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini hanyalah urusan dengan tuhan. Tampa memperhatikan relasinya kepada sesama manusia, apa lagi kepada alam. Ia terus merenungi apa yang barusan ia dapatkan tadi. Hingga ia tak sadar dihadapannya ada pak Joko sedang memperhatikannya.Belum pulang? tanya pak Joko membuyarkan lamunannya. Mmm, belum pak kyai jawab spontan. Jangan panggil aku dengan nama itu, panggil saja Joko, pak Joko. Aku kok baru lihat kamu anak muda, sampeyan baru ya disini? ustadz Hisyam bingung bagaimana menjelaskan kejadian janggal yang membawa dirinya kemari.Mmm, begini pak, selama perjalanan meniju kemari saya dibingungkan dengan keadaan sekitar. Mengapa semua masyarakat disini mengenakan pakaian serba putih?Ooh itu beliau tersenyum. Berhenti sejenak menghela nafas.Dulu desa ini adalah pusat pasar yang sangat besar. Setiap harinya selalu saja ada pertikaian yang terjadi antara warga. Hingga suatu hari, datanglah seorang alim yang memperbaiki tatanan masyarakat disini. Singkat cerita belia berhasil membuat desa ini damai dan tentram, tidak ada lagi pertikaian antar warga. Dan salah satu warga yangmengusulkan bahwa setiap warga wajib memakai pakaian serba putih sebagai tanda kebersiahan hati mereka, keterbukaan, kedamaian, serta kesucian. Yaaah, desa ini memang terlihat begitu nyaman dan damai. Senyum tersebar dimana-mana, kata-kata yang keluar dari setiap mulut pun halus, menentramkan hati tutur pak Joko.Memang siapa orang alim itu pak?Liat itu pak Joko menunjukkan ke arab selatan surau.Ketika ustadz Hisyam menoleh kembali kearah pak Joko. Tiba-tiba beliau menghilang dan ustadz Hisyam pun tiba-tiba kejebur kedalam sungai yang entah dimana datangnya.Ustad Hisyam pun kaget dan langsung terbangun. Dilihat jam menunjukkan pukul 04.30. kemudian beliau langsung menunaikan sholat subuh. Ternyata semua yang ia alami itu hanyalah mimpi. Tapi setidaknya cukup membuat ia tersadar akan kesalahannya selama ini. Wallahu Alam